• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan 3 Pewarnaan kapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan 3 Pewarnaan kapang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM PEWARNAAN KAPANG

Ayu Hilyatul Millah 115090107111017

3-A

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)
(3)

PEWARNAAN KAPANG Ayu Hilyatul Millah

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang

Abstrak

Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pewarnaan struktur kapang untuk mengetahui bentuk-bentuk dan struktur dari kapang. Teknik yang digunakan dalam praktikum ini yaitu teknik pemurnian monospora pada sampel dari Tanah Sawah dan Tanah Ranu Pane. Pengamatan dilakukan pula pada beberapa isolate acuan meliputi Rhyzopus sp, Trichoderma sp, fusarium oxysporus, Candidi albicans, dan Penicilium sp. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sampel yang ditemukan banyak diduga kapang merupakan Rhyzopussp. Ada oula beberapa ditemukan Fusarium oxysporus dan Geotrichum sp.

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk-makhluk kecil (mikroorganisme) yang hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Dalam bahasa Yunani, micros berarti kecil, bios berarti hidup dan logos berarti hidup. Salah satu mikroorganisme dalam kajian mikrobiologi adalah bakteri, endospora, jamur dan lain sebagainya(Dwidjoseputro, 2001).

Pengamatan kapang yang kepanyakan memiliki pigmen putih akan mempersulit pengamatan yang tidak jelas. Pada saat diamati tanpa pewarnaanpun jamur dengan menggunkan setes air akan terlihat namun tidak begitu jelas pada sturktur hialinnya. Untuk mengetahui struktur hialinnya serta bentuknya sering kali digunakan pewarnaan. Pewarnaan yang biasa digunakan untuk pewarnaan jamur umumnya cotton blue untuk mewarnai strutur hialinnya atau dapat menggunakan lakto fuksin(Fried dan Hademenos,2005).

Maka dari itu, pada praktikum mikrobiologi dilakukan kegiatan pewarnaan kapang untuk memberikan pelatihan awal dan bekal bagi praktikan mikrobiologi dan mengetahui struktur serta bentuk dari kapang.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dipecahkan pada praktikum ini yaitu : a. Bagaimanakah proses pewarnaan struktur kapang?

b. Bagaimanakah bentuk-bentuk dan struktur dari kapang? 1.3. Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu :

 untuk mengetahui proses pewarnaan struktur kapang  untuk mengetahui bentuk-bentuk dan struktur dari kapang 1.4. Manfaat

Manfaat setelah dilakukan praktikum mikrobiologi umum dengan kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat terampil dalam melakukan pewarnaan kapang sehingga dapat terampil dan diaplikasikan dalam kegiatan praktikum berikutnya dan kegiatan mikrobiologi lainnya.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur dalam beberapa pustaka disebut dengan thallophyta, akan tetapi tidak memiliki klorofil. Istilah „fungi‟ atau eumycetes dan yang kedua penambahan bakteri dan jamur berlendir digunakan dalam pengertian yang berbeda. Namun saat ini bakteri telah dilepas dalam kelompok yang berbeda, sedangkan jamur berlendir dikelompokka dalam dunia jamur. Dalam dunia jamur terdapat 2 jenis reproduksi yaitu secara seksual dan aseksual. Kapang merupakan kelompok jamur yang bereproduksi secara aseksual(Sastrahidayat,2011).

Fungi merupakan dekomposer paling efektif di eksositem ini yang tidak hany dapat menyerang zat-zat organisme yang mati, tetapi juga dapat menguraikan feses dan zat-zat olahan yang dapat menyumbat banyak saluran lingkungan darat. Beberapa kelompok fungi dapat menjaga mutualistik yang erat dengan tumbuhan. Fungi menginvasi akar dan menjulurkan hifanya ke dalam tanah yang dapat meningkatkan penyerapan air dan mineral bagi tumbuhan, sedangkan fungi memperoleh keuntungan berupa karbohidrat dan nutrient-nutrien lain yang disediakan oleh tumbuhan(Fried dan Hademenos,2005).

Gambar 1. Struktur hifa dari yeast(Barabasi et al, 2003)

Fungi merupakan eukaritik yang secara structural dan nutrisional berbeda. Namun sebagian besar diantaranya adalah eukariot multiseluler. Kapang merupakanfungi yang tumbuh secara cepat dan bereproduksi secara aseksual yang penting dalama produksi komersiil antibiotik. Khamir merupakan fungi uniseluler yang telah beradaptasi dengan kehidupan dalam cairan getah tumbhuan(Campbel et al, 2000).

(7)

Hifa merupakan struktur benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi membrane plasma dari sitoplasma. Sitoplasma mengandung organel yang umum ditemukan pada eukariot. Hifa mebentuk suatu hamparan anyaman yang disebut dengan misellium, yang merupakan jaringan makan dari suati fungi. Muselia (jamak dari misellium) dapat berukuran sangat besat. Struktur mirip filament yang dimiliki oleh misellium memberikan luas permukaan yang sangat besar, yang cocok bagi fungi untuk absorbs nutrisi bagi fungi. Peertumbuhan misellium fungi sangat cepat yang bertambah cabangnya setiap harinya yang dikarenakan protein dan bahan-bahan lain yang disintesis keseluruh misellium pada fungi(Campbel et al, 2000).

Gambar 2. Struktur sel hifa atau soma(Gunawan,2008).

Istilah soma juga disebut dengan soma. Hifa dapat dipadankan dengan fase vegetative pada tumbuhan. Hifa berbentuk seperti benang atau filament. Tumbuhnya ke segala arah pada ujung-ujungnya dan pada bagian tertentu tempat cabang dibentuk. Kumpulan cabngnya dinamakan misellium. Nukleus pada sel hifa memiiliki selubung nucleus yang terdisri atas dua lapis membrane dengan pori-pori pada interval tertentu. Vakuola merupakan organel bermembran yang terutama yang

(8)

terdapat pada bagian-bagian hifa tua. Didalam selnya juga terdapat mitokondria yang sering bergerombol didaerah yang aktifitas metabolismenya tinggi. Organel-organel lain yang terdapat pada sel jamur meliputi robosom, plasmalema, lomasoma, dan reticulum endoplasma(Gunawan,2008).

Misellium yang berasal dari satu spora dinamakan misellium primer dan merupakan miselium monokarion. Misellium ini memiliki satu macam inti saja. Dua miselium primer dapat mengadakan fusi atau melebur menjadi misellium sekunder atau misellium dikarion.peleburan ini menghasilkan sel-sel yang memiliki dua inti pada setiap selnya. Misellium dikarion ini yang akhirnya daoat membentuk tubuh buah dari jamur(Gunawan,2008).

(9)

BAB III METODE 3.1. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum mikrobiologi dengan kegiatan “Pewarnaan Kapang” adalah pada pukul 12.55-15.00 WIB, hari Selasa, 19 Maret 2013 di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

3.2. Cara Kerja

Langkah awal dalam praktikum ini gelas objek dan cover gelas yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan alcohol 70%. Kemudian Lactophenol Cotton Blue diteteskan pada objek gelas. Selanjutnya koloni kapang dicuplik sedikit , dan diletakkan pada objek gelas yang berisi LCB. Hifa yang terlihat pada mikroskop diuraikan dengan menggunakan dua jarum enten secara perlahan. Setelah cukup terurai ditutup dengan cover gelas. Kelebihan LCB pada tepi cover gelas dibersihkan dengan menggunakan tissue. Preparat yang teah jadi diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran mulai kecil. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih baik, preparat dibiarkan terlebih dahulu selama 10 menit. Struktur misellium, spora dan hifa diamati.

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Teknik Pemurnian Monospora

Teknik monospora merupakan teknik untuk dapat mendapatkan spora tunggal dari kapang yang ingin diamati. Pemurnian sendiri merupakan proses pemisahan suatu mikroorganisme dari populasinya yang terdiri dari lebih dari satu jenis mikroorganisme sehingga diharpakan mendapatkan biakan murni dari mikroorganisme yang diinginkan. Biakan murni merupakan biakan yang hanya terdiri dari satu mikroorganisme yang ditumbuhkan dalam suatu media(Dwidjoseputro, 2001).

Cara yang dilakukan untuk pemurnian monospora yaitu kapang hasil isolasi dari sampel yang diperoleh ditumbuhkan pada media PDA. Menurut Menurut Hadioetomo dan Siri (2003), PDA merupakan media yang sangat cocok untuk pertumbuhan kapang karena pada media PDA mengandung ekstrak dari kentang dan glukosa yang dapat dimanfaatkan oleh kapang sebagai sumber makanan yaitu karbohidrat sehingga pertumbuhan kapang akan lebih optimal. Setelah ditumbuhan selama 2 sampai 3 kali 24 jam, salah satu kapang yang tumbuh diambil dengan menggunakan jarum enten dan ditumbuhkan kembali pada media PDA baru untuk mendapatkan satu spesies yang diinginkan.

Selanjutnya media yang berisi cuplikan kapang diinkubasi dalam suhu ruang selama 2 sampai 3 kali 24 jam untuk menumbuhkan spesies kapang yang diinginkan. Kemudian hasil isolasi satu spesies kapang yang diharapkan dicuplik kembali pada bagian tepi atau ujung kapang dengan menggunakan jarum enten diletakkan kembali pada media PDA baru untuk mengoptimalkan nutrisi untuk pertumbuhan kapang dan diharapakn diperoelh monospora atau spora tunggal. Selanjutnya media diinkubasi selama 10-15 jam untuk menumbuhkan spora tunggal. Selanjutnya dengan bantuan mikroskop stereo diambil monospora dari media berisi kapang hasil inkubasi dan distreak pada media baru baik pada cawan petri ataupun agar slant. Hasil streak diinkubasi pada suhu ruang salam 2 sampai 3 kali 24 jam dan diperoleh kapang biakan murni.

(11)

4.2. Isolat Acuan 4.2. 1. Aspergilus niger

Gambar 3. Aspergillus niger dan bagian-bagiannya hasil pengamatan

Gambar 4. Aspergillus niger(MBL,2012) Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota Kelas : Euromycetes Famili : Trichocomaceae Genus : Aspergilus

Spesies : Aspergilus niger(Sastrahidayat, 2010)

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa Aspergilus niger terdiri dari bagian hifa, konidia dan veside. Jika dibandingkan antara gambar literatur (gambar 4) dengan gamabar hasil pengamatan (gambar 3), keduanya memiliki bentuk yang sama, baik pada hifa ataupun konidia dan vesidenya. Namun gambar literature terlihat lebih jelas veside dan konidiumnya.

(12)

4.2. 2. Fusarium oxysporum

Gambar 5. Fusarium oxysporum hasil pengamatan

Gambar 6. Fusarium oxysporum(worldwide, 2011) Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Sordariomycetes Ordo : Hypocreales Famili : Nectriaceae Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium oxysporum(Sastrahidayat, 2010)

Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 5) diketahui bahwa preparat kapang yang diamati terlihat menumpuk, penguraian kapang dilakukan kurang optimal sehingga tidak tersebar sehingga pengamatan kurang jelas hasilnya. Namun hasil pengamatan terlihat bahwa Fusarium oxysporum memiliki sporangium yang bentuk bulan sabit yang berbentuk sama dengan hasil literature(gambar 6).

4.2. 3. Penicilium sp.

(13)

Gambar 8. Pencillium sp(Laroon,2009). Kingdom : Fungi

Kelas : Eurotyomycetes Famili : Trimonchocomaceae Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium sp(Sastrahidayat, 2010)

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa bagian yang teramati meliputi hifa, philiades dan kodia(Gambar 7). Hal ini juga terlihat pada gambar literature (gambar 8) yang memiliki bentuk yang sama dan bagian yang hampir menyerupai. Namun bagian pada literature(Gambar 8) terlihat jelas perbedann philiades dengan konidiasporanya.

4.2. 4. Rhizopus sp.

(14)

Gambar 10. Rhyzopus sp dan bagian-bagiannya(Sastrahardiyati, 2010) Kingdom : Fungi Divisi : Zygomycota Kelas : Mucormycotina Famili : Mucoraceae Genus : Rhizopus

Spesies : Rhizopus sp(Sastrahidayat, 2010)

Berdasrakan hasil pengamatan (gambar 9) dpaat diketahui bagian-bagian dari Rhizopus sp meliputi spongarium dan columella, serta stolon. Sedangkan pada Rhizopus sp literature (gambar 10) diketahui bahwa adanya rhizoids atau akar semu pada Rhizopus sp.

4.2. 5. Trichoderma sp.

(15)

Gambar 12. Trichoderma sp(Rosenthal, 2011). Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Sordaryomycetes Famili : Hyprocreaceae Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma sp(Sastrahidayat, 2010)

Pada Trichoderma sp hasil pengamatan (Gambar 11) dan literature (Gambar 12), terliatmemiliki bentuk yang hampir menyerupai antara keduanya. Namun pada literature terlihat jelas karena dimungkinkan menggunkan mikroskop yang lebih canggih. Pada pengamatan ditemukan adanya konidia, pada literatur adanya konidia yang berbentuk sama.

4.2. 6. Candida albicans

(16)

Gambar 14. Candida albicans(ghoogan,2009) Kingdom : Fungi Filum : Ascomycota Kelas : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida

Spesies : Candida albicans(Sastrahidayat, 2010)

Berdasarkan hasil pengamatan (gambar 13) terlihat bahwa Candida albicans tidak terlihat dengan begitu jelas. Hal ini terjadi karena Candida albicans diwarnai dengan methilen blue yang terlalu pekat sehingga menghasilkan kenampakan yang kurang jelas. Sedagkan pada gambar literature (gamabr 14) terlihat dengan jelas bagian-bagian dari Candida albicans yang sangat berbeda dengan hasil pengamatan (Gambar 13).

4.3. Isolat Sampel

4.3.1. Kapang Tanah Ranu Pane 2(TR 1.2)

Gambar 15. Kapang dari sampel TR 1.2

Berdasarkan hasil pengamatan pada samper dari tanah Ranu Pane TR 1.2 (Gambar 15) diketahui bahwa kapang tersebut sulit untuk diamati secara jelas. Karena yang diperoleh hanya berupa sporangium

(17)

yang berbentuk lingkaran secara dua dimensi. Sehingga menjadikan sulit untuk diidentifikasi pada tingkat taksa yang pasti.

4.3.2. Kapang Tanah Sawah 1(TS 1.1)

Gambar 16. Kapang TS 1.1

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bagian-bagian dari kapang dari sampel tanah sawah TS 1.1 (Gambar 16), memiliki bagian-bagian yaitu hifa dan spongarium. Jika dilihat secara morfologi, kapang hasil pengamatan pada TS 1.1 memiliki bentuk yang menyerupai dengan salah satu isolat acuan yaitu Rhyzopus sp. Namun kami tidak dapat mengidentifikasi secara pasti bahwa itu merupakan Rhyzopus sp jadi kami hanya dapat berhipotesis bahwa kapang TS 1.1 menyerupai dengan Rhyzopus sp.

4.3.3. Kapang Tanah Sawah 2(TS 1.2)

Gambar 17. Kapang dari sampel TS 1.2

Berdasarkan hasil pengamatan pada kapang dari sampel tanah sawah TS 1.2(Gambar 17) dapat diketahui bahwa bagian dari kapang yang terlihat jelas adalah hifa dan sporangium. Menurut Sastrahidayat (2010), hifa dapat ditunjukkan dengan sekat atau tanpa sekat yang berupa sel panjang dengan banyak inti. Namun pada pengamatan TS 1.2 tidak begitu jelas ditemukannya inti. Morfologi yang ditampakkan dengan menggunakan mikroskop, kapang ini terlihat memiliki bentuk

(18)

yang hampir menyerupai dengan isolat acuan yaitu Rhyzopus sp. Namun kurangnya pengatahuan dan pengalaman sehingga tidak dapat memastikan secara pasti bahwa kapang dari TS 1.2 tergolong Rhyzopus sp.

4.3.4. Kapang Tanah Sawah 4(TS 2.2)

Gambar 18. Kapang dari sampel TS 2.2

Berdasarkana hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kapang dari tanah sawah pada sampel TS 2.2 (Gambar 18) diketahui memiliki bagian meliputi sporangium dan hifa pada perbesaran 400X. hifa ditunjukkan dengan untaian seperti benang panjang pada pengamatan. Jika diamati secara morfologi, kapang TS 2.2 memiliki bentuk yang menyerupai Rhizopus sp, tetapi tanpa pengamatan dan penelitian secara lanjut dan rinci kami tidak dapat secara langsung menggolongkan kapang TS 2.2 pada genus Rhizopus.

4.3.5. Kapang Tanah Sawah 3(TS 2.1)

Kapang dari tanah sawah sampel TS 2.1 tidak dapat ditampilkan karena human eror sehingga untuk identifikasi hanya dilakukan secara langsung tanpa adanya bukti nyata atau dokumentasi. Namun pada saat pengamatan secara langsung, kapang TS 2.1 diduga merupakan spesies yang menyerupai dengan Gheotricum sp. Identifikasi dapat diketahui dengan bantuan buku identifikasi kapang sehingga dimungkinkan TS 2.1 merupakan Gheotricum sp.

(19)

4.3.6. Kapang Tanah Ranu Pane 4(TR 2.2)

Gambar 20. Kapang dari sampel TR 2.2 perbesaran 400X Berdasarkan hasil pengamatan kapang yang diamati dari sampel TR 2.2 yaitu tanah Tanu Pane dapat diketahui bahwa kapang tersebut sulit untuk diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena faktor human eror yang kurang menyebarkan hifa-hifa kapang pada saat dibawa mikroskop stereo sehingga terlalu rapat dan kurang jelas.

4.3.7. Kapang Tanah Ranu Pane 1(TR 1.1)

Gambar 21. Kapang dari sampel TR 1.1 perbesaran 400X Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa morfologi dari kapang dari sampel TR 1.1 memiliki morfologi yang hampir sama dengan salah satu isolate acuan yang diamati dalam praktikum ini yaitu Rhyzopus sp. Namun tanpa identifikasi dan pengamatan secara langsung kurang dapat memastikan bahwa kapang sari sampel TR 1.1 merupakan tergolong genus Rhyzopus.

(20)

Gambar 22. Kapang dari sampel TR 2.1 perbesaran 400X Berdasarkana hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kapang dari tanah Ranu Pane pada sampel R 2.1 (Gambar 22) diketahui memiliki bagian memiliki hifa pada perbesaran 400X. Hifa ditunjukkan dengan untaian seperti benang panjang pada pengamatan. Jika diamati secara morfologi, kapang TR 2.1 memiliki bentuk yang menyerupai dengan salah satu isolate acuan yaitu Fusarium oxysporus, tetapi tanpa pengamatan dan penelitian secara lanjut dan rinci kami tidak dapat secara langsung menggolongkan kapang TR 2.1 merupakan pada Fusarium oxysporus.

4.4. Perbedaan Yeast dan Kapang

Yeast atau yang disebut dengan khamir merupakan kelompok organisme uniseluler yang masuk kedalam kingdom fungi. Sedangkan kapang merupakan sebutan lain dari fungi untuk kelompok organism yang multiseluler. Khamir bereproduksi dengan cara melakukan pertunasan, sedangkan kapang membentuk spora dan secara seksual. Umumnya khamir dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang, karena pertumbuhan dan perkembangan kapang dengan cara membentuk filamen dengan kisaran 2 sampai 3 kali 24 jam untuk dapat dilihat dengan mata telanjang( Ketchum, 2000).

4.5. Pewarnaan Yeast dan Kapang

Pewarna yang sering digunakan untuk mewarnai kapang umumnya menggunakan Laptopenol cotton blue atau LCB. Pewarnaan dengan pewarna ini akan menampilkan kapang dengan warna biru cerah sehingga akan terlihat lebih jelas bagian-bagian dari kapang baik hifa, spongarium, konidium dan lain sebagainya. LCB juga akan menampilkan bentuk-bentuk dari spora sehingga akan memudahkan dalam mengidentifikasi kapang yang teramati. Pewarna yang sesuai untuk mewarnai khamir umumnya menggunakan methylen blue yang dapat membedakan sel mati dengan warna biru karena rusaknya

(21)

membran sel sehingga permeabilitasnya rusak dan methilen blue akan masuk kedalam sel yang menjadikan sel berwarna biru sedangkan sel hidup pada khamir ditunjukkan dengan warna transparannya karena membrane sel masih berfungsi dalam permeabilitas membrannya sehingga methylen blue tidak masuk kedalam sel(Hadioetomo dan Ratna,2003).

(22)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa sampel yang ditemukan banyak diduga kapang merupakan Rhyzopussp. Ada pula beberapa ditemukan Fusarium oxysporus dan Geotrichum sp pada sampel kapang yang teramati. Beberapa kelompok juga tidak dapat diidentifikasi dikarenakan kurangnya terurainya benang-benang dan spora pada kapang sehingga sulit untuk diidentifikasi.

5.2. Saran

Sebaiknya pada saat penguraian hifa-hifa dari kapang, praktikan harus lebih bisa bersabar dan menguraikan secara menyebar agak didapatkan hifa dan spora dalam bentuk tunggal dan tidak menumpuk.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Barabasi, A. L. Bonabeau, E.2003. Scientific American. May 2003. Vol. 288, Iss. 5; p. 60. New York.

Campbell., Reece and Mitchel. 2000. Biology Fifth Edition. Addison Wesley Longman Inc. New York.

Dwidjoseputro. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Fried, George H., dan George J. Hademenos. 2005. Schaum’s Outlines of Theory and Problems of Biology Second Edition. Mc-Graww Hill Companies. New York.

Ghoogan. 2009. Chlamydospore of Candida albicans. http://www.microbeworld.org/component/jlibrary/?view=article& id=1097. Diakses 28 Maret 2013.

Gunawan,Agustin Wydia. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. PT Penebar Swadaya. Bogor.

Hadioetomo dan Ratna Siri. 2003. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ketchum, Paul A., 2000. Microbiology, Concepts and applications. John Willey and Sons. Singapore.

Kim, Arthur. 2010. Plant More Tree.

http://plantmoretrees.tumblr.com/post/2420825399/fuckyeahfung us-fungi-anatomy-except-for. Diakses 17 Maret 2013.

Laroon. 2009. Penicillium sp. http://lib.jiangnan.edu.cn/ASM/108-Introduce.htm. Diakses 28 Maret 2013.

MPL. 2012. Aspergillus niger.

http://www.moldbacteria.com/mold/sampling-airborne-aspergillus-species.html/attachment/aspergillus_niger. Diakses 28 Maret 2012.

Rosenthal. 2011. Trichoderma or Harzianum. http://edrosenthal.com/2011/11/ask-ed-marijuana-grow-tip-36-trichodermaharzianum.html. Diakses 28 Maret 2013.

Satrahidayat, Ika Rochjatun. 2011. Mikolog Ilmu Jamur. UB press. Malang

Worlwide. 2011. Fusarium oxysporum. http://www.life-worldwide.org/fungal-diseases/fusarium-oxysporum/. Diakses 28 Maret 2013.

Yuri. 2012. Geotrichum candidum. http://thunderhouse4-yuri.blogspot.com/2012/05/geotrichum-candidum.html. Diakses 28 Maret 2013.

Gambar

Gambar 1. Struktur hifa dari yeast(Barabasi et al, 2003)
Gambar 2. Struktur sel hifa atau soma(Gunawan,2008).
Gambar 4. Aspergillus niger(MBL,2012)  Kingdom  : Fungi
Gambar 6. Fusarium oxysporum(worldwide, 2011)  Kingdom  : Fungi  Divisi    : Ascomycota  Kelas    : Sordariomycetes  Ordo  : Hypocreales  Famili    : Nectriaceae  Genus    : Fusarium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil deskripsi kapang dan merujuk pada Barnett & Hunter (1972), Samsons, et al (1984) dan Pitt & Hocking (1985) diketahui bahwa kapang endofit isolat

Hasil dari pengamatan secara makroskopis terhadap sel arteri jantung mencit pada perbesaran 400x adalah sebagai berikut: 1 Pada perlakuan Tanpa asap rokok di dapatkan gambaran

Jumlah dan ukuran oosit spons Petrosia (petrosia) nigricans dianalisis dengan melakukan pengamatan preparat histologis secara visual dengan mikroskop (perbesaran lensa 100x dan

Berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x ditemukan spesimen 6 yang memiliki karakteristik morfologi katup (valve) berbentuk linier persegi panjang

Berdasarkan hasil analisis SEM pada Gambar 2 terlihat bahwa ketiga perbesaran gambar terlihat bahwa sampel yang dihasilkan memiliki struktur morfologi identik yang terdiri dari

Setelah diinkubasikan selama 3–5 hari pada suhu ruang, setiap kapang dengan morfologi berbeda yang tumbuh pada potongan sampel tersebut diisolasi dengan ditumbuhkan

Hemositometer yang berisi suspensi spermatozoa kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x dengan replikasi pengamatan sebanyak 10 kali untuk setiap

Tumbuhan paku pteris vitata yang berada pada dataran sedang dengan perbesaran mikroskop 400x memiliki tipe kromosom 3n atau triploid artinya memiliki tiga set kromosom yang disebabkan