• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jadi Komisioner KPID Jatim, Amalia Bertekad Ciptakan Atmosfer Penyiaran Edukatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jadi Komisioner KPID Jatim, Amalia Bertekad Ciptakan Atmosfer Penyiaran Edukatif"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Jadi Komisioner KPID Jatim,

Amalia Bertekad Ciptakan

Atmosfer Penyiaran Edukatif

UNAIR NEWS – Amalia Rosyadi Putri adalah alumnus Magister

Media dan Komunikasi angkatan 2013. Ibu dari satu anak ini lulus pada 2015, dan tergolong studi cepat, satu setengah tahun. Setelah tamat, dia menjadi dosen di Institut Agama Islam Tribakti Kediri. Kemudian, melanjutkan kuliah kembali di Universitas Airlangga, pada Prodi S3 Ilmu Sosial FISIP.

Mantan penyiar Radio Andika FM ini mengikuti seleksi komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Timur tahun ini. Setelah melewati sejumlah tahapan, dia terpilih menjadi satu di antara tujuh komisioner. Tepatnya, sebagai Koordinator Bidang Pengawasan Isi Siaran. Gubernur Soekarwo mengukuhkan dia dan rekan-rekan kerjanya pada 6 Desember 2016 lalu.

Ditanya tentang targetnya ke depan, perempuan asal Ngadiluwih, Kediri, ini menuturkan, dia dan kawan-kawannya bertekad mewujudkan atmosfer penyiaran yang sehat dan edukatif di Jawa Timur. “Televisi dan radio harus mencerdaskan warga. Tidak boleh manipulatif apalagi malah jadi corong fitnah,” ungkap penggemar kesenian wayang tersebut.

Amalia mengatakan, aktivitas penyiaran mesti berpedoman pada aturan yang berlaku. Misalnya, yang termaktub dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Bila ada yang melalukan pelanggaran, KPID setempat berwenang memberi teguran atau sanksi.

Bila berjalan sesuai rencana, dalam pekan ini, KPID akan memanggil enam lembaga penyiaran yang terindikasi melakukan pelanggaran. Tujuannya, meminta klarifikasi terkait poin-poin yang dianggap melanggar itu. Bila terbukti, KPID akan

(2)

melakukan tindakan tegas.

“Penyiaran yang baik memiliki peran penting dalam mencetak generasi penerus yang sanggup menjawab tantangan zaman, tidak manja, dan mandiri,” papar Amalia.

Ditanya soal studi doktoralnya, Amalia memasang target lulus setidaknya tiga tahun. Dia juga berharap, akan aktif melakukan riset tentang media, baik saat kuliah maupun setelah lulus kelak. (*)

Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila

Fadly Personel Padi: Berkarya

dan Jadilah Kebanggaan untuk

UNAIR

UNAIR NEWS – Andi Fadly Arifuddin, vokalis yang dikenal dengan

sebutan dengan Fadly Padi, mengaku gembira bisa berkunjung dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa almamaternya, Universitas Airlangga. Kali ini, lulusan UNAIR tahun 1998 ini bukan berbagi seputar pengalaman bermusik, melainkan aktivitas yang tengah ia tekuni saat ini sebagai aktivis urban farming.

Fadly bercerita bagaimana UNAIR merupakan kampus yang cocok untuk mengembangkan studi akademik maupun non akademik. Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Ekonomi Pembangunan, ada banyak hal bersama teman-teman yang menjadi bagian pengalaman menyenangkan dalam catatan bangku perkuliahan.

Yang tak bisa ia lupakan adalah ketika di UNAIR ia bisa berkuliah, mengembangkan hobi non-akademik, dan bertemu dengan

(3)

teman-teman yang saat ini tergabung dalam grup musik Padi.

“Menyenangkan sekali. Waktu itu UNAIR begitu hidup, ekstra kurikuler hidup, kuliah menyenangkan. Saya dapat ilmunya dan saya juga dapat aktivitas yang tidak henti di kampus, terutama kegiatan musik,” kenangnya.

Di FE (pada saat itu) UNAIR juga lah, ia bertemu dengan Ari Bernardus Lasso atau yang lebih akrab disapa Ari Lasso. Kantin FE UNAIR adalah tempat favoritnya ketika nongkrong bersama teman-teman sesama pegiat musik. Apalagi, banyak acara musik yang waktu itu hits di kalangan mahasiswa, seperti acara musik lorong dan musik kantin.

“Ada musik parkir, musik lorong. Itu yang paling menyenangkan. Dan tempat bertemu itu tidak di dalam ruangan, tapi di kantin tempat rapat kita,” ujarnya sambil tertawa.

Baginya, Surabaya adalah kota yang cocok untuk bermusik sekaligus mengembangkan potensi akademik. Begitu juga UNAIR. Ia dapat menyelesaikan kuliah sambil mewujudkan mimpi yang lain yakni bermusik. Ia juga bercerita bahwa meskipun ia aktif pada kegiatan musik, ia tetap menyelesaikan studi dengan perolehan IPK yang cukup membanggakan, yaitu sebesar 3,3. Saat ini, selain sibuk bermusik, Fadly menjadi aktivis urban

farming dengan spesialisasi aquaponik. Ia sering diundang

untuk memberikan pelatihan urban farming untuk siswa sekolah maupun para purnabakti untuk mengembangkan kegiatan.

Ia juga bercerita, bersama grup musik Musikimia baru mendapatkan penghargaan dari Singapura, sebagai band dan lagu terbaik dari empat negara, yakni Malaysia, Brunei, Singapura, dan Indonesia.

Pada kesempatan ini, ia berpesan agar mahasiswa UNAIR mampu berkarya mengembangkan minat bakatnya. Prestasi non akademik juga penting untuk dimiliki mahasiswa. “Jadilah kebanggaan untuk UNAIR. Berkarya, karena yang kita tinggalkan tidak lain

(4)

tidak bukan adalah ilmu yang kita ditularkan dan karya yang kita hasilkan. Itulah yang kita bisa wariskan,” tuturnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh

Editor: Defrina Sukma S

Sering Nyanyi di Musik

Lorong, Kini Jadi Pemusik

Level Nasional

UNAIR NEWS – Kegemaranya bermusik dimulai sejak ia masih duduk

di bangku sekolah. Sadar bahwa minatnya begitu tinggi di bidang tarik suara, maka ia memutuskan untuk menjadi penyanyi. Ia dulu dikenal sebagai salah satu pentolan grup musik Yovie and Nuno. Sejak 2012, ia memutuskan untuk hengkang dan bersolo karir sampai saat ini.

Ia adalah Dudi Oris. Sebelum berkuliah pada program studi D-3 Manajemen Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga tahun angkatan 1996, ia sempat mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Namun, karena suasana akademis dan kemahasiswaan di universitas tersebut tak mendukung minat dan bakatnya, Dudi akhirnya memutuskan untuk pindah kuliah ke UNAIR.

Dudi menyempatkan waktunya untuk berbagi cerita di sela-sela waktu sebelum mengisi acara “Gala Dinner and Awards: Emerald Night of FEB UNAIR”, Sabtu (27/8), di Dyandra Convention Center. Pada saat itu, Dudi dianugerahi menjadi bintang tamu pada malam puncak acara kemeriahan ulang tahun FEB yang ke-55. Pada saat kuliah, ia mengaku memiliki teman-teman seperjuangan

(5)

yang asyik. Buktinya, meski sudah lama tak mengarungi kehidupan kampus, ia masih sering berhubungan via telepon, hingga terkadang berkumpul lagi.

“Saya punya teman-teman yang cukup kuat kebersamaannya. Sampai sekarang masih sering kontak dan ketemuan. Aku dulu di D-3 MP (manajemen pemasaran, red). Kalau ditanya (apakah lulus atau tidak), saya selalu bilang kalau saya adalah jebolannya UNAIR. Kalau teman-teman ketika godain dulu, selalu bilang MP bukan manajemen pemasaran, tapi manajemen parkir. Karena banyak nongkrong di parkirannya,” kenang Dudi seraya bercanda.

Semasa kuliah, Dudi bergabung dengan sebuah grup musik beraliran jazz. Ia berkeliling dari satu panggung ke panggung lainnya di wilayah Surabaya hingga Malang. Grup musik tersebut beranggotakan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas di UNAIR.

Salah satu kegiatan yang paling menyenangkan sekaligus mendasarinya untuk pindah dari salah satu kampus swasta ke UNAIR adalah acara musik yang secara rutin digelar, yakni musik lorong. Apakah pada masa itu sering diselenggarakan acara pentas musik?

“Rutin!” seru Dudi. “Di Ekonomi itu punya satu acara legend namanya Musik Lorong. Ndak tahu, sekarang masih ada atau nggak? Itu dulu semuanya besar dari situ. Ari Lasso juga di situ, Ahmad Dhani itu dulu juga di situ. Fadli ‘Padi’ juga di Musik Lorong itu,” imbuh Dudi.

Acara musik bernama “Musik Lorong” merupakan acara off air yang mewadahi minat dan bakat musik mahasiswa, khususnya mahasiswa FEB untuk bisa tampil di sana. Dudi mengakui, gaung mengenai acara Musik Lorong itu terdengar luas.

“Itu bukan acara festival, tapi lebih ke acara off air. Itu dulu (gaungnya, red) sampai ke mana-mana. Maksudnya, yang kedengarannya ke mana-mana saat itu, karena anak-anak dari kampus lain dulu pengin sekali manggung di situ (musik lorong,

(6)

red). Jadi, acaranya diselenggarakan oleh mahasiswa Ekonomi

sendiri, di area lorong atau selasar situ,” imbuh lulusan SMAN 5 Surabaya.

Karir musik

Meski demikian, ia mengaku tak sempat menamatkan studinya. Karena saat itu ia harus memilih antara karir bermusik dan pendidikan. Pada saat itu, ia berniat untuk menunda sebentar kesibukan kuliahnya. Namun, karena ia merasa sudah jatuh cinta dengan musik, Dudi akhirnya harus memilih untuk meninggalkan kuliah.

Pada tahun 2001, Dudi mulai bergabung dengan grup musik Yovie and Nuno. Bersama Yovie and Nuno, ia telah merilis empat album, yakni “Semua Bintang”, “Kemenangan Cinta”, “The Special One”, dan “Winning Eleven”. Pada tahun 2012, ia memutuskan untuk hengkang dari Yovie and Nuno dan bersolo karir.

“Dulu awalnya bergabung itu ikutan audisi, nekad aja. Kalau Surabaya kan bonek ya. Hahaha. Jadi, dulu aku punya band yang sudah established. Setelah beberapa tahun akhirnya bubar. Kalau saya memulai lagi di tempat yang sama, kayaknya gimana gitu ya. Ya mending aku memulai lagi di tempat yang baru. Akhirnya, hijrah ke Jakarta. Iseng aja ikutan audisi Yovie and Nuno, dan alhamdulillah dipercaya sama mas Yovie untuk jadi

frontman,” tutur pria dengan satu anak tersebut.

Setelah hengkang, kini ia bersolo karir dan berbisnis dengan kawan-kawan kuliah. Keputusannya itu telah ia pikirkan dengan matang sebelumnya. “Karena semuanya udah aku tata sejak awal. Dari hobi menjadi profesi, sekarang sudah bergeser lagi. Sekarang lebih santai, ada waktu, bisa pilih-pilih hari untuk nyanyi. Untuk sekarang, album udah siap tunggu waktu kapan dirilis aja. Saat ini, mini album udah ada enam lagu,” imbuh Dudi.

Terkait tantangan dalam dunia musik saat ini, Dudi mengungkapkan,”Ada semakin banyak artis baru yang luar biasa.

(7)

Tapi, balik lagi ke awal, modal agar bisa bertahan lama yaitu jujur, fokus, dan jangan pernah merasa jago. Ini ada korelasinya dengan menghargai karya dan pendapat orang lain,” ujar Dudi mengakhiri wawancaranya. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila

Asma, Lulusan Perdana Kelas

Internasional

FK,

Bagai

Pejuang Perintis

UNAIR NEWS – Kelas internasional Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga untuk pertama kali tahun 2016 ini meluluskan dokter. Dari sepuluh mahasiswa angkatan pertama, baru dua yang lulus. Dialah Asma dan Andianto Indrawan T. Mereka sudah dilantik Dekan FK bersama dengan 134 dokter baru lain dari kelas reguler.

Bagi Asma, menjadi dokter lulusan pertama kelas internasional FK UNAIR sungguh sangat membanggakan. Goresan tinta dengan Bahasa Inggris pada Ijazahnya menjadi salah satu pembeda dengan ijazah dari kelas reguler. Selain itu, “menetas” dari angkatan pertama seperti ini merasa bagai pejuang perintis. Karena angkatan pertama, mereka tak punya kakak kelas. Tidak ada yang ngajarin baik tentang kurikulum, dosennya seperti apa, ujiannya bagaimana, dsb.

”Saya katakan demikian karena memang kurikulumnya ada bedanya. Kami bersepuluh benar-benar struggle. Dari sepuluh itu ada tiga cewek dan saya satu-satunya yang berkerudung,” kata Asma kepada UNAIR News.

(8)

Diakui ada beberapa modul kurikulum yang tidak ada di kelas reguler. Lalu karena mahasiswanya hanya sepuluh, dua diantaranya asal Malaysia, maka intensitas hubungan dosen-mahasiswa menjadi lebih intensif sehingga ada keleluasaan untuk berdialog.

”Seakan kami ini les privat,” kata Asma, yang ketika diwawancarai ini sedang mengandung hampir sembilan bulan calon buah hati pertamanya hasil pernikahannya dengan Pandu.

Tantangan lain, selain bahasa pengantarnya Bahasa Inggris, karena kurikulumnya beda maka bahan perkuliahan pun harus mencari sendiri. Dosen hanya memberi judul materinya, mahasiswa mencari sendiri. Setelah bahan didapat lalu didiskusikan secara kelompok, jadi lebih banyak diskusinya. Mereka juga intens mencatat sesuatu yang bisa dicatat sebagai bahan membuat pedoman yang kelak bisa dipakai oleh adik kelasnya di kelas internasional ini. Misalnya dengan modul ini maka harus begini. Masuk modul itu harus begitu, perlu berapa hari mendalami, tantangannya ini-itu, dsb.

”Sebagai angkatan perintis, kami sudah membuat trik-trik seperti itu agar kedepannya para adik kelas menjadi lebih baik lagi. Jadi kami sudah memikirkan jauh kedepan,” kata Asma.

Kualitas Tidak Kalah

Motivasinya masuk FK UNAIR sebenarnya hanya ingin menjadi dokter. Tak terlintas harus masuk kelas internasional. Kala itu mahasiswa ditawari dua pilihan; kelas reguler dan internasional. Tapi Asma mengisi keduanya. Karena kelas internasional diumumkan lebih dulu, dan Asma ada disana, maka ia manut saja. Apalagi modal untuk mengarunginya sudah ada yaitu skor toefl 550.

”Ada juga sih sedikit keinginan menjadi dokter global. Tetapi pertimbangannya waktu itu karena ini kelas kecil, jadi

(9)

tertantang,” katanya.

Satu lagi yang mengesankan dari kelas global ini adalah program elektif, studi ke luar negeri selama satu bulan. Pada angkatan perdana ini memilih ke Jepang. Sepuluh mahasiswa harus memilih departemen dan universitas berbeda. Asma memilih Obstetri & Ginekologi (Obgin) pada Faculty of Medicine Osaka University. Di program elektif inilah mahasiswa mengerti dan mendapat wawasan global tentang etos kerja bangsa lain, budayanya, wawasan mereka, semangat belajarnya, dsb.

Salah satu yang membanggakan kita, kata Asma, ternyata kualitas pendidikan dokter di FK UNAIR ini sangat baik, bahkan lebih unggul dari Osaka University. Saat itu Asma belum berstatus DM (Dokter Muda). Tetapi karena hanya seorang, maka di Osaka kelasnya disatukan dengan mahasiswa DM di sana. Dalam suatu forum semua mahasiswa wajib menjawab pertanyaan professor, termasuk Asma.

”Mahasiswa Osaka heran. Lalu saya ditanya: ‘Kamu itu belum DM,

tapi kok bisa menjawab’. Disitu saya merasa bahwa kita lebih

baik. Mungkin itu karena perbedaan teksbook. Di Osaka memakai buku yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Jepang, sedang FKUA

teksbook internasional berbahasa Inggris. Bahkan melihat buku

teks yang saya bawa, mereka juga bertanya: ‘Itu buku apa?’ Padahal itu kan buku pegangan utama,” kata Asma, senang.

“Jangan takut menjadi mahasiswa FK kelas internasional,” katanya memberi saran untuk mahasiswa baru FK UNAIR. Harus belajar, berusaha dan berdoa, itu pasti untuk menjalani studi. Doa orang tua juga sangat penting.

Kepada mahasiswa FK yang sudah melewati fase per-DM-an, diingatkan bahwa menjadi dokter itu bukan hanya butuh pintar, tetapi atitude juga penting. Bagaimana membangun relasi, punya

skill untuk ngomong dengan pasien yang baik itu seperti apa,

dsb.

(10)

sungguh sangat menantang. Jumlah mahasiswanya lebih sedikit. Kakak kelasnya juga sedikit. Kendati demikian, kata Asma, benar-benar asyik karena dalam perjalanan waktu akan banyak pengetahuan yang diperoleh untuk menjadi dokter yang berkualitas. (*)

Penulis: Bambang Bes

Alumni FKG UNAIR Zahrotur

Riyad Jadi Dokter Teladan

Nasional 2016

UNAIR NEWS – Sejak lulus sebagai dokter gigi dari FKG UNAIR

pada tahun 2003, Zahrotur Riyad langsung terjun ke masyarakat. Lantas, pada 2010, Ibu tiga anak ini bertugas di Puskesmas Galang, Batam, Propinsi Kepulauan Riau. Wilayah kerjanya meliputi sekitar 100 pulau, di mana hanya sekitar 35 pulau yang berpenghuni.

Bersama dengan tim kesehatan, dia berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain, setiap hari. Hingga saat ini. Medan yang ditempuh tentu saja tidak mudah, karena pulau-pulau kecil harus dijangkau dengan perahu kecil dan mengarungi lautan. Dokter gigi enerjik yang hobi menulis dan membaca ini baru menyadari bahwa ilmu yang diterima di bangku kuliah tidaklah cukup jika ingin sukses menjadi seorang yang bermanfaat bagi sesama manusia. Dalam perjalanan tugas sebagai dokter gigi, Uris, begitu nama panggilannya saat kuliah, berjumpa dengan berbagai lapisan masyarakat.

(11)

staf ahli pusat informasi dan kegiatan kesehatan reproduksi sejak tahun 2010. Sebagai konselor, ia memberikan penyuluhan mengenai pencegahan narkoba dan kesehatan reproduksi remaja. Hasil kerja keras dan doa dari istri Ahmad Khalis Tontowi membuahkan hasil. Data tahun 2013 dan 2014, menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan reproduksi dan tidak ada lagi remaja yang hamil di luar nikah di wilayah Pulau Galang.

Uris yang masih aktif menulis di sejumlah surat kabar ini mendapatkan apresiasi di level nasional dan internasional atas pengabdiannya. Di antara penghargaan tersebut adalah; Ibu berprestasi 2015 kategori kesehatan dari HIPMI Peduli Kepri, Perempuan Inspiratif NOVA 2014 kategori kesehatan, Ikon Gerakan Revolusi Mental Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan tahun 2016 bidang etos kerja, Penerima She CAN

Inspiring Women 2015 dari Tupperware Indonesia, Nominator

UNESCO Prize for Girl’s and Women’s Education 2016, Dokter Teladan Provinsi Kepualaun Riau 2016 dan Dokter Teladan Tingkat Nasional tahun 2016. (*)

Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman

Alumnus FKM Jadi Tenaga

Kesehatan

Terbaik

se-Indonesia

UNAIR NEWS – Di hadapan lebih dari 340 mahasiswa baru Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, hadir salah satu alumnus berprestasi. Alumnus tersebut memberikan motivasi dan

(12)

memaparkan program-programnya yang berhasil meraih penghargaan dari pemerintah.

Adalah Muchaiyan yang berhasil menyandang predikat Tenaga Kesehatan Berprestasi Tingkat Nasional 2016 dari Kementerian Kesehatan. Muchaiyan memberikan pemaparan mengenai “Damar Geulis Ciptakan Posyandu Manggis yang Optimal”. Kuliah umum dilaksanakan pada Jumat (26/8) di Aula Kahuripan 300, Kantor Manajemen, UNAIR.

Muchaiyan merupakan alumnus UNAIR tahun angkatan 2002. Kini, ia didapuk menjadi Kepala Puskesmas Mangunharjo, Kabupaten Madiun. Selama menjadi kepala puskesmas, ia memiliki gagasan untuk menjadikan pos pelayanan terpadu di wilayahnya menjadi badan yang mandiri secara keuangan.

Untuk mewujudkan idenya, ia memiliki program bernama Damar Geulis. Damar Geulis adalah kependekan dari Pemberdayaan Masyarakat dan Penggerakan Lintas Sektor. Sebagai proyek percontohan, ia telah menerapkan Damar Geulis itu pada Posyandu Manggis, Kelurahan Winongo, Madiun.

Dalam menerapkan program Damar Geulis, ia menggandeng banyak pihak untuk mewujudkan program tersebut. Ia melibatkan kelurahan, kader posyandu, dan seluruh elemen warga. Kuncinya adalah bisa memengaruhi tokoh-tokoh penting dalam masyarakat. Beberapa program Damar Geulis yang menarik antara lain memberikan pelatihan kepada kader terkait pemberantasan jentik nyamuk, pendirian bank sampah, hingga senam rutin bersama warga lanjut usia. Ada pula kebijakan dirinya untuk menganjurkan warga membayarkan ‘denda’ apabila ketahuan merokok.

“Apabila suaminya merokok, maka istrinya yang membayar uang Rp500 ke posyandu. Dengan berjalannya waktu, itu berkembang menjadi dana persalinan. Semakin ke sini, sudah ada kawasan terbatas merokok. Sehingga istrinya akan melarang suaminya merokok. Kami juga bekerjasama dengan pak lurah bahwa tidak

(13)

boleh ada spanduk rokok, dan kita tempel larangan merokok,” tutur Muchaiyan.

Cita-citanya sebagai kepala puskesmas hanya satu, yakni menjadikan posyandu sebagai tempat masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan. Ia ingin agar programnya bisa direplikasi di tiga posyandu, dan tujuan puskesmas untuk membentuk kecamatan sehat akan berhasil.

“Saya ingin posyandu menjadi tempat masyarakat mendapat informasi kesehatan, bukan hanya tempat timbang bayi. Nanti, di RT (rukun tetangga, -red) muncul kampung sehat kampung sehat. Kalau di RT sudah terbentuk, maka tugas puskesmas untuk membentuk kecamatan sehat akan berhasil. Kita juga harus memanusiakan kader. Kader juga manusia, dia butuh pujian, sanjungan, dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,” imbuh Muchaiyan. (*)

Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh

Alumni Paduan Suara UNAIR

Tampil pada Konser Indonesia

Persada

UNAIR NEWS – Meski telah menjadi alumni Universitas Airlangga

puluhan tahun silam, namun tak menjadikan kekompakan terhadap almamater hilang. Begitupula dengan Suluh Budiarto Rahardjo, alumnus Akuntansi UNAIR. Ia bersama 28 rekan sesama alumni UNAIR yang tergabung dalam kelompok paduan suara Swarna Svarna Indonesia (SSI), menjadi salah satu bintang tamu dalam konser Indonesia Persada Sabtu (20/8).

(14)

Tahun 2013 lalu, Budi bersama 28 orang lainnya yang merupakan alumni UNAIR sekaligus alumni Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara UNAIR, membentuk kelompok paduan suara yang diberi nama Swarna Svarna Indonesia.

“Swara Svarna Indonesia baru saja dibentuk, namun sudah manggung di dalam dan di luar negeri,” ujar Budi, anggota sekaligus pemrakarsa dibentuknya SSI.

Kata Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M salah satu anggota SSI yang lain, SSI dibentuk dengan tujuan melestarikan karya budaya Indonesia. “Swara Svarna Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti suara emas Indonesia,” ujar Jani.

Konser Indonesia Persada merupakan konser yang dilaksanakan oleh Coro Semplice Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia, cabang Jawa Timur. Acara ini berlangsung di gedung Balai Pemuda, Surabaya, yang juga dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur dan wakil, beserta istri.

Nina Kirana Soekarwo, istri Gubernur Soekarwo, yang merupakan Ketua Yayasan Kangker (YKI) Indonesia Cabang Surabaya, menyampaikan ucapan terimakasih kepada peserta yang berkenan hadir pada konser Indonesia Persada.

“Terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran hadirin karena konser amal ini nantinya akan disumbangkan kepada YKI cabang Jawa Timur,” ujar Nina.

Dalam sambutannya, Nina juga memaparkan tentang kondisi penyakit kanker yang ada di Jawa Timur. “Kanker adalah masalah kita bersama. Oleh karena itu harus kita lalui bersama,” tandasnya.

Usai sambutan oleh Nina Kirana Soekarwa, acara dilanjutkan dengan penampilan pertama dari Coro Semplice Indonesia yang membawakan lagu-lagu bernuansa kemerdekaan. Setelah itu, penampilan selanjutnya dari Swara Svarna Indonesia dengan menampilkan tiga lagu, Dia Sudah Kembali, Kupinta Lagi, dan

(15)

Manuk Dadali. (*)

Penulis: Akhmad Janni Editor: Binti Q. Masruroh

Alumnus

UNAIR

Agustinus

Rahardjo

Kawal

Konten

Informasi Kebijakan Presiden

UNAR NEWS – Setelah hampir 13 tahun berkiprah menjadi jurnalis

media massa umum, kini Agustinus Eko Rahardjo menggawangi portal informasi kebijakan Presiden RI. Jojo, sapaan akrabnya, adalah alumnus program studi S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga.

Di tengah kesibukannya menjadi staf Deputi IV yang bertugas mengelola konten dan laman kebijakan presiden, ia menyempatkan waktunya selama kurang lebih satu jam untuk bercerita tentang masa kuliah dan karirnya saat ini. Kru UNAIR News berhasil menemuinya di sela-sela waktu makan siang di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/8).

Semasa kuliah, Jojo mengakui dirinya bukanlah mahasiswa yang unggul secara akademis. Bahkan, ia sendiri menuntaskan studi strata satunya selama delapan tahun pada 1995 – 2003. “Kalau di akademik, saya bukan orang yang unggul. Kuliah aja selesainya sampai delapan tahun. Hahaha. IPK (indeks prestasi kumulatif) aja nggak bagus-bagus amat,” kenang Jojo.

Pada masa studi, Jojo aktif di berbagai organisasi mahasiswa (ormawa) baik intra maupun ekstra kampus. Salah satu ormawa yang dulu pernah ia tekuni adalah bergabung sebagai jurnalis

(16)

di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Retorika FISIP UNAIR. Kemampuan jurnalistiknya benar-benar diasah. Ia tak hanya menulis pada majalah yang kala itu diterbitkan di LPM Retorika, tetapi juga menulis di berbagai media massa. Setelah puas mengasah kemampuan jurnalistik di kampus, ia memilih berkarir sebagai jurnalis di media massa. Terhitung 13 tahun lamanya, ia malang melintang di berbagai media ternama di Indonesia dan luar negeri, seperti Tempo, Radio Sonora, representatif Radio CVC Australia di Jakarta, Kompas TV, hingga CNN Indonesia. Ia pernah meliput pemilihan presiden, bertugas di lingkungan istana, dan wilayah lainnya.

Pria yang lahir pada 5 Agustus 1977 itu pernah mengikuti sejumlah pelatihan untuk meningkatkan wawasan jurnalistik. Tercatat, Jojo pernah mengikuti pelatihan multimedia di RNTC Belanda pada tahun 2010. Sedangkan, pada tahun 2012, Jojo terpilih sebagai peserta International Visitor Leadership Program (IVLP) dan mengunjungi beberapa negara bagian di Amerika Serikat untuk melihat langsung suasana pemilihan presiden di era media digital. Pada 2014, Jojo mengikuti pelatihan kepempinan dan manajemen di Haggai Institute, Hawaii, AS.

Usai berkarir di media massa, kini Jojo memutuskan untuk bergabung ke jajaran pemerintahan. Ia kini bertugas untuk mendiseminasikan program-program strategis serta prioritas pemerintah kepada publik. Diseminasi informasi itu ia lakukan melalui laman http://ksp.go.id. Pada laman itu, ia menulis banyak hal mengenai program pemerintah seperti bantuan kesejahteraan sosial. Tulisan terbarunya adalah tentang pidato presiden di hadapan anggota legislatif mengenai Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2017.

Hadapi Tantangan

Bagaimana tantangannya dalam mengelola informasi program-program pemerintahan? Jojo mengakui, posisinya berbeda antara

(17)

media massa dan pemerintahan. Ketika lelaki asli Surabaya itu bergabung di media massa, ia dituntut untuk berada pada posisi netral. Kini, ia dituntut untuk menyebarluaskan program-program pemerintahan. Bahkan, laman pribadinya juga diisi dengan postingan yang berkaitan dengan pekerjaannya.

“Yang penting tetap profesional karena saya sudah memilih jalan hidup di sini. Pekerjaan di sini (Kepresidenan, -red) tidak berbeda dengan sewaktu saya di media umum, yang penting adalah kita tidak memanipulasi fakta,” terang Jojo yang pernah menjabat sebagai koordinator peliputan di CNN Indonesia.

Di sela-sela waktunya sebagai seorang pembantu presiden, Jojo masih menyempatkan waktunya dengan menjadi pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, dan Universitas Bakrie. Mata kuliah yang diampunya tak jauh-jauh dari bidang produksi program penyiaran, dan teknologi multimedia.

Sebagai pengajar, ia turut memberikan masukan kepada almamater UNAIR. “Jangan banyak-banyaklah jumlah mahasiswa dalam kelas. Takut nggak fokus, apalagi jaman smartphone kayak sekarang,” imbuh Jojo.

Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan

Dosen Favorit Bisa Jadi

Magnet Pertemuan Alumni

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga memiliki alumni yang

tersebar di berbagai penjuru wilayah, baik di Indonesia maupun luar negeri. Meski belum ada jumlah resmi tentang alumni sejak awal tahun lulus, kini UNAIR berusaha merangkul kembali

(18)

ratusan ribu alumninya di berbagai daerah.

Buktinya, sejak trimester akhir 2015 sampai pertengahan tahun 2016 saja, ada banyak kegiatan kumpul alumni yang dilaksanakan di berbagai daerah, seperti Kendari, Jakarta, dan Bogor.

Salah satu alumnus UNAIR di Jakarta, Mochammad Taufik Hidayat mengatakan, pertemuan alumni merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan alumni yang tersebar di berbagai daerah. Baginya, kegiatan itu penting diselenggarakan demi memunculkan kembali rasa bangga dan memiliki terhadap almamater.

“Penting untuk ditingkatkan rasa pride dan sense of belonging-nya. Karena ketika masuk ke Jakarta, jaringan alumni itulah yang bermain,” tutur Taufik yang kini bekerja sebagai pejabat pengelola konten di Kementerian Komunikasi dan Informasi RI. Menurut Taufik, ada banyak cara untuk merekatkan ikatan alumni UNAIR. Mereka bisa didekati dengan beragam cara berdasarkan tahun lulus. Apabila alumni tersebut lulus sebelum dekade 1990an, pertemuan-pertemuan alumni di berbagai wilayah merupakan cara tepat. Karena mereka belum begitu melek dengan teknologi. Lagipula, pertemuan alumni yang lama sudah lulus, bisa bernostalgia tentang masa-masa manis selama kuliah dulu. Taufik juga menyarankan agar menggunakan dosen-dosen favorit pada masa itu untuk menjadi magnet bagi para lulusan. “Pas kuliah kan pasti ada dosen-dosen favorit tuh. Ajak aja para dosen favorit itu untuk mengundang alumni,” tutur Taufik ketika ditemui di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (17/8). Bagi alumni dengan tahun lulus setelah dekade 1990an, bisa jadi mereka sudah akrab dengan teknologi terkini seperti media sosial. Menurut Taufik, tak ada salahnya, UNAIR mendekati alumni dengan membentuk forum-forum, baik melalui grup WhatsApp, Facebook, dan media sosial yang lainnya. Para lulusan bisa diundang dalam satu grup berdasarkan program studi, fakultas, maupun tahun lulus.

(19)

Menambahkan keterangan Taufik, Jojo Raharjo, alumni UNAIR yang kini menjadi staf Deputi IV Kepresidenan RI, mengatakan, akan lebih baik apabila jejaring alumni bisa diperkuat sampai tingkat program studi.

Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan

Alumni UNAIR di Inggris

Berikan

Kuliah

Umum

Kardiovaskular

UNAIR NEWS – Internasionalisasi pendidikan di Universitas

Airlangga terus diupayakan. Upaya yang kini sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah visiting profesor dan pengembangan jejaring alumni di luar negeri.

Salah satu alumnus UNAIR yang kini berkiprah di luar negeri adalah Dr. Delvac Oceandy. Delvac adalah lulusan Fakultas Kedokteran UNAIR tahun 1996 yang kini menjadi pengajar senior di Universitas Manchester (UoM), Inggris. Delvac merupakan profesor yang akan memberikan kuliah tamu di UNAIR tentang kardiovaskuler pada Kamis (11/8). Selain sebagai profesor, Delvac merupakan supervisor yang berwenang mengenai penerimaan calon mahasiswa pascasarjana di UoM.

“Kuliah tamu Delvac ini penting karena akan dijadikan satu kegiatan di mana orang bisa melihat, contohnya untuk membangun terus relasi yang baik dengan universitas asal seperti apa. Yang kedua, Kehadiran Delvac di UNAIR diharapkan untuk bisa mendorong lebih banyak kerjasama antara UNAIR dengan Universitas Manchester (UoM),” ujar Margaretha Rehulina,

(20)

Deputi International Office and Partnership UNAIR, ketika ditanya tentang kuliah tamu oleh Delvac nanti.

Selain kedatangan Delvac, UNAIR juga akan mengundang para pengajar di lingkungan UNAIR bidang kardiovaskular dan teknobiomedik yang memiliki minat untuk melanjutkan studi ke Eropa. Begitu juga sebaliknya. UNAIR juga akan mengundang para pengajar UNAIR yang merupakan lulusan berbagai universitas di Eropa.

“Dalam kuliah umum nanti peserta memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama Delvac dalam mengembangkan proposal risetnya. Dan tentu saja, kuliah umum ini nanti juga sebagai ajang peserta untuk bertemu lulusan-lulusan Eropa, berjejaring, dan mengembangkan kerjasama satu sama lain,” tambah Margaretha.

Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin yang membidangi kerjasama riset mengatakan, akan ada beasiswa yang dialokasikan untuk dosen yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Pemberian beasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan kapasitas keilmuan dosen agar memiliki jumlah publikasi riset yang lebih banyak. “UNAIR akan menyediakan beasiswa bagi para dosen untuk kuliah di luar negeri. Tiap fakultas rata-rata lima dosen,” ujar Prof. Amin.

Forum dosen lulusan Eropa

Pada Selasa (2/8) akan diselenggarakan forum dosen lulusan Eropa di UNAIR. UNAIR akan memanfaatkan forum ini untuk memperkuat peran alumni, khususnya dosen UNAIR yang menjadi alumni perguruan tinggi di Eropa.

“Forum ini untuk memperkuat peran dari dosen-dosen UNAIR alumni universitas asing untuk menjadi motor penelitian dan publikasi yang juga mendukung UNAIR. Dosen-dosen alumni ini b i s a n a n t i b i k i n r i s e t , b e k e r j a s a m a d e n g a n m a n t a n supervisornya, atau terus membangun kerjasama, baik riset

(21)

maupun pengabdian masyarakat, sehingga bisa menghasilkan publikasi yang levelnya internasional,” ujar Margaretha.

Margaretha melanjutkan, tujuan lain dari forum ini untuk memetakan diaspora UNAIR yang ada di luar negeri, lulusan UNAIR yang tinggal di luar negeri, bekerja di sana, dan menjabat peran strategis di negara-negara tersebut.

Sebelumnya, forum seperti ini sudah pernah dilakukan, yaitu pertemuan antara alumni universitas di Australia. Besar harapan, seluruh sivitas akademika UNAIR yang pernah studi di luar negeri, utamanya dosen, dapat terlibat dalam forum ini. “Forum alumni nanti akan dibagi-bagi, dikelompokkan berdasarkan negara atau lokasi studi negara asing. Misalnya, yang yang sudah terjadi adalah forum alumni Australia. Dosen dan sivitas akademika UNAIR lulusan Australia berkumpul ke forum ini. Itu nanti mereka mencari siapa saja lulusan UNAIR yang bekerja di Australia,” lanjutnya.

Ke depan, UNAIR yang digawangi IOP akan mengembangkan forum alumni yang berkuliah di negara-negara lain guna mengembangkan kolaborasi demi meningkatkan kualitas internasionalisasi pendidikan di UNAIR. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Merujuk kepada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 1 ayat (1) mengatakan bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

Jenis, prevalensi (P) dan intensitas (I) parasit yang ditemukan pada ikan hias platis koral ( Xyphophorus maculatus) , gupi kobra ( Poecilia reticulata ), red nose tetra

Data tentang respon Mahasiswa Jurnalistik UIN Bandung Angkatan 2013 terhadap tayangan dakwah islamiyah Khazanah (Trans7) dan Damai Indonesiaku (TV One) diperoleh melalui

Sari Bumi Kusuma yang tergolong dalam kategori sedang yaitu kelas umur tanaman 1 tahun, 2 tahun, dan 4 tahun, kelas umur tanaman pada areal Tebang Pilih Tanam Jalur

Gambar sebelah kiri adalah form untuk menuliskan soal dan jawaban, sedangkan gambar sebelah kanan adalah tampilan soal yang akan muncul di gadget yang nanti akan

• Guru memberikan jawaban yang benar,dari pertanyaan yang disampaikan kepada siswa yang tidak dapat

( 2 ) Pemotongan pohon sebagaimana dimaksudkan dalam ayat ( 1 ), dapat dilaksanakan oleh orang atau badan setelah mendapat Surat Ijin Pemotongan Pohon (SIPP)