• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 5 - Analisis Metalografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul 5 - Analisis Metalografi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LAB. METALURGI I LAPORAN PRAKTIKUM LAB. METALURGI I

MODUL V : ANALISIS METALOGRAFI MODUL V : ANALISIS METALOGRAFI

Praktikan : Praktikan : Ar

Aris is NurdNurdiansyaiansyah (123.h (123.14.014.010)10)

 – 

 – 

 Kelompok 1 Kelompok 1

Asisten : Asisten :

Fadhli Muhammad Fadhli Muhammad

Sabtu, 10

Sabtu, 10 DesemDesember ber 20162016

PROGRAM STU

PROGRAM STUDI DI TETEKNIK KNIK METALMETALURGI URGI DAN MDAN MATEATERIALRIAL FAK

FAKULTULTAS AS TEKNIK DAN TEKNIK DAN DESAINDESAIN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG

2016 2016

(2)

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Mampu mempreparasi sampel sebelum sampel dilakukan uji metalografi. 2. Menganalisis struktur mikro logam dari hasil pengujian metalografi.

3. Membandingkan hasil perhitungan pada struktur mikro dengan cara konvensional dan  software.

B. Pendahuluan / Das ar Teori

Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang memepelajari metode observasi atau  pengamatan dengan tujuan untuk menentukan struktur mikro seperti fasa logam, butiran,  jarak antar butiran, dislokasi, dan sebagainya serta mempelajari hubungan antara struktur

sifat atau karakter yang pernah dialami logam, paduan, dan bahan lainnya. Secara umum, tahapan-tahapan metalografi meliputi :

 Cutting , yaitu mengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan menetukan teknik  pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel metalografi sehingga didapat  benda uji yang representatif.

 Mounting , yaitu menempatkan sampel pada suatu media, untuk memudahkan  penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel.  Grinding , yaitu meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara

menggosokkan sampel pada kain abrasif atau ampelas.

 Pemolesan ( polishing ), yaitu mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat seperti kaca tanpa menggores, sehingga diperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan dan mengkilap seperti cermin, menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde 0,01 µm.

 Etsa (etching ) , yaitu melakukan pengkorosian pada batas butir agar dapat dibedakan  pada saat pengamatan.

 Observasi, pengamatan struktur mikro sampel dengan mikroskop optik atau dengan SEM.

Struktur mikro hanya dapat diamati dengan menggunakan alat optik, seperti mikroskop optik ataupun mikroskop elektron. Dengan mikroskop optik, gambar yang diperoleh dapat diambil untuk dianalisis, gambar ini disebut  photomicrograph. Mikrostruktur dari sebuah

(3)

Persentase Fasa =Jumlah titik yang mengenai fasa

Jumlah titik total x 100%

G = - 10 –  6,64 log ( LT P . M )

 paduan logam tergantung dari konsentrasinya, perlakuan panas yang dialami oleh paduan tersebut. Dengan mengamati mikrostruktur inilah, dapat diketahui karakteristik dan riwayat  perlakuan yang dialami logam. Setelah dietsa, kuantifikasi mikro dapat dilihat untuk

membedakan paduan. Sebagai contoh, paduan dengan fasa yang berbeda, dapat dilihat kemungkinan satu fasa mempunyai warna yang lebih gelap, sedangkan fasa yang lain mempunyai warna yang lebih terang.

Analisa kuantitatif untuk menentukan ukuran butiran rata-rata berdasarkan  American Society for Testing and Materials  (ASTM) dengan metode  point count , penentuan fraksi volume butiran dengan metode Hilliard Single-Circle, dan metode Aspect Ratio.

1. Metode Point Count 

Metode  point count   digunakan untuk menghitung persentase dari fasa tertentu yang tersebar dalam struktur mikro dari suatu logam. Metode  point count   menggunakan grid sebagai media perhitungan. Adapun persamaan yang digunakan dalam metode point count ini adalah sebagai berikut :

Dengan catatan titik yang mengenai tepat satu fasa dihitung satu, sedangkan titik yang mengenai tepi fasa dihitung setengah.

2. Metode Hilliard Single-Circle

Metode ini menggunakan satu lingkaran dengan diameter tertentu sebagai dasar  perhitungan ukuran butiran. Diameter lingkaran yang digunakan biasanya berkisar antara 8  –   10 cm. Dari diameter lingkaran yang telah ditentukan dapat dicari keliling lingkaran tersebut (LT) dalam satuan cm, kemudian melalui pengamatan dapat ditentukan  banyaknya perpotongan antara lingkaran dengan butiran (P). Selanjutnya, dengan

mengetahui perbesarah (M) yang digunakan, maka dapat dicari besar butiran (G) sesuai standar ASTM dengan menggunaka n persamaan berikut :

(4)

Q = l  w 3. Metode Aspect Ratio

Metode ini digunakan untuk struktur mikro yang memiliki bentuk memanjang, dengan  persamaan sebagai berikut :

Dengan : Q = Aspect Ratio

l   = Panjang inklusi, dan w = Lebar inklusi

4. Software Optimas

Metalografi kuantitatif telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Metode membandingkan dengan tabel standar adalah metode yang paling mudah digunakan untuk  perhitungan ukuran butiran. Akan tetapi metode ini tidak memuaskan, kemudian

dikembangkan konsep stereologi kuantitatif (metode perhitungan manual), dan metode ini masih memiliki kekurangan yaitu aplikasinya yang lambat dan sulit. Dengan perkembangan teknologi komputer maka dikembangkan metode pengolahan citra (image processing ), sehingga proses analisis menjadi semakin mudah dan cepat. Salah satu program yang digunaka n saat ini adalah Optimas.

C. Alat dan Bahan

Alat Bahan

- Mikroskop Optik - Komputer

- Alat polishing

- Amplas (Grid 100 sampai 2000) - Program Optimas

- Sumpit

- Gelas bersih kosong

- Sampel besi cor - Resin dan pengeras - Vaseline

- Serbuk alumina - Larutan nital - Pipa paralon - Lilin

(5)

D. Prosedur Percobaan  Preparasi sampel

 Persiapan analisis struktur mikro

E. Data Percobaan

Gambar 5.1. Ti –  Nb IF Steel pada perbesaran 200x Sampel lalu

dimounting dengan cara diletakkan di

tengah pipa

Dituangkan resin dan  pengeras ke dalam

 pipa

Sampel diamplas dari grid terkecil hingga

terbesar Dipoles dengan pasta

alumina selama 10 –  20 menit hingga  permukaan mengkilap Sampel besi cor

dipotong sesuai dengan spesifikasi

Larutan nital dituangkan ke cawan

lalu sampel dicelup  permukaannya

Dilakukan  pengamatan struktur

mikro dengan mikroskop optik

Diambil citra struktur mikro pada daerah yang dinginkan untuk

dianalisis Pengetsaan dilakukan

dengan larutan nital 3% yang memiliki  perbandingan volume

(6)

Gambar 5.2. Baja tulang pada perbesaran 400x

(7)

Gambar 5.4. Hot rolled steel  pada perbesaran 200x F. Analisis Data / Pengolahan Data

1. Menentukan ukuran butiran baja dengan metode lingkaran.

Gambar 5.5. Metode Hilliard   Untuk Ti –  Nb IF Steel  pada perbesaran 200x  Jumlah perpotongan lingkaran dengan butir = 59

 Diameter lingkara n = 7 cm

 Keliling lingkaran = π . d = 3,14 x 7 cm = 21,84 cm

(8)

2. Untuk foto baja tulangan dibawah :

a. Tentukan ukuran butiran dengan metode lingkaran

Gambar 5.6. Metode Hilliard   Untuk Baja tulang pada perbesaran 400x  Jumlah perpotongan lingkaran dengan butir = 41

 Diameter lingkaran = 8 cm  Keliling lingkaran = π . d = 3,14 x 7 cm = 25,12 cm  G = - 10 –  6,64 log ( LT P . M ) = - 10 –  6,64 log (    ) = 8,69 = 8

(9)

 b. Tentukan persen fasa ferit dan perlit c.

Gambar 5.7. Metode Point Count Untuk Baja tulang pada perbesaran 400x Jumlah titik = 64

 % Ferit

 Titik yang mengenai fasa = 32

 Titik yang mengenai tepi fasa = 22

 Persentase Fasa Ferit =Jumlah titik yang mengenai fasa

Jumlah titik total x 100 %

=       

 x 100 % = 67,18 %

 % Ferit

 Titik yang mengenai fasa = 11

 Titik yang mengenai tepi fasa = 16

 Persentase Fasa Perlit =Jumlah titik yang mengenai fasa

Jumlah titik total x 100 %

=       

 x 100 % = 29,68 %

(10)

3. Tentukan persen C untuk besi cor pada gambar dibawah

Gambar 5.8. Metode Point Count  untuk Besi cor kelabu pada perbesaran 250x

Pada besi cor, untuk menghitung % carbon dapat juga dilakukan dengan menghitung % grafit nya. Karena pada besi cor, kandungan grafit di dalamnya adalah 100 % carbon.

4. Tentukan persen inklusi yang ada pada gambar dibawah

(11)

Jumlah titik = 25  % Ferit

 Titik yang mengenai inklusi = 4  Titik yang mengenai tepi inklusi = 4

 Persentase Inklusi =Jumlah titik yang mengenai inklusi

Jumlah titik total x 100 %

=       

(12)

G. Pembahasan / Diskusi

Pembahasan untuk percobaan praktikum modul analisis metalografi :

1. Diperoleh nilai G (besar butir ASTM) dengan metode  Hilliard Single-Circle  untuk Ti

 –  Nb IF Steel  pada perbesaran 200x sebesar 8.

2. Diperoleh nilai G (besar butir ASTM) dengan metode  Hilliard Single-Circle  untuk  baja tulang pada perbesaran 400x sebesar 8. Dari hasil perhitungan persen fasa ferit dan perlit untuk Baja tulang ini menggunakan metode Point Count didapatkan % Fasa Ferit sebesar 67,18 % sedangkan untuk % Fasa Perlit sebesar 29,68 %.

3. Pada besi cor, untuk menghitung % carbon dapat juga dilakukan dengan menghitung % grafit nya. Karena pada besi cor, kandungan grafit di dalamnya adalah 100 % carbon.

4. Baja yang telah mengalami pengerjaan panas (hot working ) ataupun pengerjaan dingin (cold working ) biasanya terdapat inklusi pada fasa nya. Inklusi sendiri menyebabkan penurunan sifat fisik pada baja. Pada gambar hot rolled steel   diatas, dapat dihitung % inklusinya sebesar 24%.

(13)

H. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan :

1. Secara umum, tahapan-tahapan preparasi sampe untuk uji metalografi meliputi :

a. Cutting , yaitu mengetahui prosedur proses pemotongan sampel dan menetukan teknik pemotongan yang tepat dalam pengambilan sampel metalografi sehingga didapat benda uji yang representatif.

 b. Mounting , yaitu menempatkan sampel pada suatu media, untuk memudahkan  penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak

sampel.

c. Grinding , yaitu meratakan dan menghaluskan permukaan sampel dengan cara menggosokkan sampel pada kain abrasif atau ampelas.

d. Pemolesan ( polishing ), yaitu mendapatkan permukaan sampel yang halus dan mengkilat seperti kaca tanpa menggores, sehingga diperoleh permukaan sampel yang halus bebas goresan dan mengkilap seperti cermin, menghilangkan ketidakteraturan sampel hingga orde 0,01 µm.

e. Etsa (etching ) , yaitu melakukan pengkorosian pada batas butir agar dapat dibedakan pada saat pengamatan.

2. Pada baja karbon, warna putih pada biasanya menandakan ferit dan hitam menandakan perlit. Pada beberapa kasus, misalnya baja karbon sedang kadang sulit dibedakan antara fasa ferit dan austenit. Sedangkan pada besi cor, unsur carbon akan menjadi presipitat dalam bentuk grafit. Sehingga grafit-grafit pada besi cor mengandung 100% carbon.

3. Pada percobaan ini tidak ada percobaan ataupun data perhitungan mikrostruktur dengan menggunakan  software, sehingga tidak dapat membedakan hasil perhitungan mikrostruktur cara konvensional dan software.

Saran :

1. Dilakukan percobaan perhitungan dengan menggunakan  software  optimas untuk membandingkan hasil perhitungan dengan cara konvensional dan menggunakan

(14)

Daftar Pustaka

 Koordinator Lab Metalurgi I. 2016. Modul Praktikum MM3141  –   Lab Metalurgi I. Kota Deltamas : Program Studi Teknik Metalurgi dan Material ITSB

 Latansa, Yogie. 2013.  Proses Metalografi : The Engineer . https://amazinglatansa.wordpress.com/2013/05/28/proses-metalografi/. Diakses pada 24 Desember 2016 pukul 17.00.

 Chan, Yefri. 2010.  Metalografi. https://laskarteknik.com/2010/05/31/metalografi/. Diakses pada 24 Desember 2016 pukul 17.00.

Gambar

Tabel 1.1. Alat  dan Bahan
Gambar  5.1. Ti –  Nb IF Steel pada perbesaran 200xSampel  lalu
Gambar  5.3.  Besi  cor  kelabu  pada  perbesaran  250x
Gambar 5.5. Metode Hilliard   Untuk  Ti  –  Nb IF Steel  pada perbesaran  200x
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis struktur mikro bertujuan untuk mengetahui struktur mikro dari pelet keramik CSZ yang didoping CuO. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat Mikroskop

Walaupun analisa struktur mikro dengan mikroskop optik tidak menemukan adanya fasa sigma, tetapi mengacu kepada diagram fasa Fe-Cr-Ni (Gambar 6) fasa sigma sangat

Pada pengamatan ini tidak semua sampel dilakukan pengujian SEM dikarenakan sudah diwakilkan dengan uji struktur mikro menggunakan mikroskop optik yang sudah dilakukan

Analisis Hasil Uji Struktur Mikro Pengujian struktur mikro dilakukan pengamatan pada spesimen uji dengan mikroskop optik setelah spesimen uji dietsa dengan HF,

Data hasil mikroskop optik masih belum menunjukkan struktur mikro dengan jelas, namun dapat diketahui dari mikroskop optik bahwa sampel YBCO telah mencapai

Hal ini juga didukung oleh hasil uji mikroskop optik yaitu diperoleh hasil struktur mikro pada variasi kitosan 1 gr : 1% gliserol yang memiliki nilai persentase degradasi

Etsa dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik.. Spesimen yang cocok untuk proses

Etsa dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk proses