• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Seksualitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Seksualitas"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Bab I Bab I Pendahuluan Pendahuluan

I.1. Latar belakang penelitian I.1. Latar belakang penelitian

Kajian-kajian mengenai hubungan seks yang baik mulai banyak Kajian-kajian mengenai hubungan seks yang baik mulai banyak diperbincangkan dimana-mana, karena seks bisa dibilang sebagai salah satu diperbincangkan dimana-mana, karena seks bisa dibilang sebagai salah satu pilar terpenting dari rumah tangga. Seks sekarang bukan hanya saja sebagai pilar terpenting dari rumah tangga. Seks sekarang bukan hanya saja sebagai ajang pelampiasan hasrat biologis, namun juga sebagai ajang pembultian ajang pelampiasan hasrat biologis, namun juga sebagai ajang pembultian dalam berbagai hal, seks juga dianggap sebagai aplikasi dari perasaan cinta dalam berbagai hal, seks juga dianggap sebagai aplikasi dari perasaan cinta tertinggi seseorang kepada orang lain, maka dari itu seks harus diatur  tertinggi seseorang kepada orang lain, maka dari itu seks harus diatur  sedemikian rupa sehingga mampu memberi kepuasan bagi pasangan yang sedemikian rupa sehingga mampu memberi kepuasan bagi pasangan yang melakukannya.

melakukannya.

Aturan-aturan mengenai hubungan seks yang selama ini dibuat Aturan-aturan mengenai hubungan seks yang selama ini dibuat khusus untuk mengatur suatu hubungan seks banyak terdapat di dunia medis khusus untuk mengatur suatu hubungan seks banyak terdapat di dunia medis atau kedokteran (ginekologi

atau kedokteran (ginekologi11 dan seksiologidan seksiologi22), namun jangan salah dulu, ada), namun jangan salah dulu, ada beberapa kitab dari masa lalu yang mengatur tentang hubungan seks yang beberapa kitab dari masa lalu yang mengatur tentang hubungan seks yang baik, seperti misalnya Kama Sutra dan Kama Tantra dari India atau serat baik, seperti misalnya Kama Sutra dan Kama Tantra dari India atau serat Centani dari Jawa. Kitab-kitab tersebut mewakili pemikiran-pemikiran kuno Centani dari Jawa. Kitab-kitab tersebut mewakili pemikiran-pemikiran kuno ((local wisdomlocal wisdom) mengenai bagaimana cara berhubungan seks yang baik. Lalu) mengenai bagaimana cara berhubungan seks yang baik. Lalu bagaimana dengan agama? Selama ini kajian seks mempunyai porsi yang bagaimana dengan agama? Selama ini kajian seks mempunyai porsi yang relatif sedikit untuk dibicarakan di dalam forum agama. Kama Sutra dan relatif sedikit untuk dibicarakan di dalam forum agama. Kama Sutra dan Kama Tantra sendiri bisa dibilang merupakan perwakilan dari agama Hindu, Kama Tantra sendiri bisa dibilang merupakan perwakilan dari agama Hindu, walau memang pengaruh hindunya tidak begitu kental. Di kalangan Islam walau memang pengaruh hindunya tidak begitu kental. Di kalangan Islam sendiri tedapat berbagai macam kitab yang membicarakan masalah sendiri tedapat berbagai macam kitab yang membicarakan masalah hubungan seks yang baik baik secara general maupun detail, seperti misal hubungan seks yang baik baik secara general maupun detail, seperti misal kitab Uqudullujain dan Qurratul Uyyun, sangat menarik memahami isi kedua kitab Uqudullujain dan Qurratul Uyyun, sangat menarik memahami isi kedua

1 1

Ilmu tentang kandungan Ilmu tentang kandungan 2

2

Ilmu yang mengkaji tentang hubungan seks Ilmu yang mengkaji tentang hubungan seks

(2)

kitab tersebut, karena selama ini kita tahu bahwa Islam adalah agama yang kitab tersebut, karena selama ini kita tahu bahwa Islam adalah agama yang paling disiplin menerapkan aturan mengenai hal-hal yang berhubungan paling disiplin menerapkan aturan mengenai hal-hal yang berhubungan tentang seks, pornoaksi, dan pornografi. Kitab Qurratul Uyyun berisi tentang seks, pornoaksi, dan pornografi. Kitab Qurratul Uyyun berisi mengenai penjelasan tentang hubungan seks secara detail dan bukan mengenai penjelasan tentang hubungan seks secara detail dan bukan sebagai konsumsi umum, melainkan lebih sering diajarkan di pondok-pondok sebagai konsumsi umum, melainkan lebih sering diajarkan di pondok-pondok pesantren. Sedangkan kitab uqdullujen biasanya dipelajari di kajian-kajian pesantren. Sedangkan kitab uqdullujen biasanya dipelajari di kajian-kajian umum Islam, bahkan sekarang masyarakat bisa membaca dan umum Islam, bahkan sekarang masyarakat bisa membaca dan memelajarinya sendiri karena sudah tersedia kitab terjemahannya dalam memelajarinya sendiri karena sudah tersedia kitab terjemahannya dalam bahasa Indonesia di toko-toko buku.

bahasa Indonesia di toko-toko buku.

Dalam kasus ini, kampung Kejawan Lor yang kami teliti adalah sebuah Dalam kasus ini, kampung Kejawan Lor yang kami teliti adalah sebuah kampung nelayan yang sebagian besar memeluk agama Islam dan memiliki kampung nelayan yang sebagian besar memeluk agama Islam dan memiliki tradisi Islam yang fundamental kaum Nahdiyin. Kajian-kajian Islam sering tradisi Islam yang fundamental kaum Nahdiyin. Kajian-kajian Islam sering diadakan secara rutin di masjid-masjid atau Musholla, tak terkecuali kajian diadakan secara rutin di masjid-masjid atau Musholla, tak terkecuali kajian mengenai kitab uqudullujain yang memang mendapat porsi tersendiri untuk mengenai kitab uqudullujain yang memang mendapat porsi tersendiri untuk diajarkan ke pada para pemuda maupun pemudi disana.

diajarkan ke pada para pemuda maupun pemudi disana.

Seks, gender dan seksualitas adalah isu-isu yang sangat dekat Seks, gender dan seksualitas adalah isu-isu yang sangat dekat dengan ranah

dengan ranah  power  power  atau kekuasaan. Hal ini yang mendorong kaumatau kekuasaan. Hal ini yang mendorong kaum perempuan untuk bisa melepaskan diri dari jeratan kultural kaum laki-laki perempuan untuk bisa melepaskan diri dari jeratan kultural kaum laki-laki telah memasuki tahapan sangat menentukan. Tuntutan tradisional yang telah memasuki tahapan sangat menentukan. Tuntutan tradisional yang sebelumnya hanya sebatas menuntut kesetaraan dalam status sosial sebelumnya hanya sebatas menuntut kesetaraan dalam status sosial ekonomi, telah berubah menjadi tuntutan yang lebih modern. Dalam ekonomi, telah berubah menjadi tuntutan yang lebih modern. Dalam kehidupan rumah tangga, tuntutan modern ini dimanifestasikan ke dalam kehidupan rumah tangga, tuntutan modern ini dimanifestasikan ke dalam bentuk kesetaraan dalam hal pengambilan keputusan yang bersifat strategis bentuk kesetaraan dalam hal pengambilan keputusan yang bersifat strategis dalam pola hubungan suami-istri. Hal inilah yang merupakan salah satu dalam pola hubungan suami-istri. Hal inilah yang merupakan salah satu dasar atas ketertarikan kaum perempuan untuk aktif dalam pembelajaran dasar atas ketertarikan kaum perempuan untuk aktif dalam pembelajaran budaya seksualitas yang ”benar”. Secara implisit, hal ini memiliki makna budaya seksualitas yang ”benar”. Secara implisit, hal ini memiliki makna bahwa perempuan harus merubah tatanan kehidupan rumah tangga yang bahwa perempuan harus merubah tatanan kehidupan rumah tangga yang cenderung mendeskreditkan perempuan melalui partisipasi aktif dalam cenderung mendeskreditkan perempuan melalui partisipasi aktif dalam pembuatan kebijakan ”kepala keluarga”.

(3)

Perlakuan terhadap kaum perempuan yang bersifat diskriminatif dan Perlakuan terhadap kaum perempuan yang bersifat diskriminatif dan bermuara kepada ketidakadilan dikhawatirkan akan mematikan kreatifitas bermuara kepada ketidakadilan dikhawatirkan akan mematikan kreatifitas kaum hawa. Namun harus diakui bahwa justru dengan perlakuan yang kaum hawa. Namun harus diakui bahwa justru dengan perlakuan yang diskriminatif tersebut kemudian menggugah semangat kaum perempuan diskriminatif tersebut kemudian menggugah semangat kaum perempuan untuk bangkit dari keterpurukan budaya patriarki. Beberapa produk hukum di untuk bangkit dari keterpurukan budaya patriarki. Beberapa produk hukum di Indonesia yang secara langsung mendukung adanya kesetaraan gender bisa Indonesia yang secara langsung mendukung adanya kesetaraan gender bisa dilihat dari UU No.7 Th 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai dilihat dari UU No.7 Th 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; UU No. 12 Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; UU No. 12 Th 2003 tentang Pemilu dan UU No. 23 Th 2004 tentang Kekerasan dalam Th 2003 tentang Pemilu dan UU No. 23 Th 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) (Lihat Soedjendro 2005).

Rumah Tangga (KDRT) (Lihat Soedjendro 2005).

Berangkat dari pemahaman tersebut, dalam kaitannya dengan Berangkat dari pemahaman tersebut, dalam kaitannya dengan problema seksualitas, kaum wanita seakan berkewajiban dalam menuntut problema seksualitas, kaum wanita seakan berkewajiban dalam menuntut ilmu dan menerapkannya dikelak nanti. Salah satu pembelajaran budaya ilmu dan menerapkannya dikelak nanti. Salah satu pembelajaran budaya seksualitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam “lingkungan” agamis seksualitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam “lingkungan” agamis adalah dengan mengacu pada sang pembawa ajaran tersebut. Tak terkecuali adalah dengan mengacu pada sang pembawa ajaran tersebut. Tak terkecuali dalam ajaran Islam, salah satu pedoman yang digunakan dalam dalam ajaran Islam, salah satu pedoman yang digunakan dalam pembelajarannya adalah dengan memahami kitab-kitab karangan para ulama pembelajarannya adalah dengan memahami kitab-kitab karangan para ulama terdahulu, yang merupakan pencerminan dari sang Nabi, Muhammad.

terdahulu, yang merupakan pencerminan dari sang Nabi, Muhammad.

Konsep mengenai budaya seksualitas diatas itulah yang dapat Konsep mengenai budaya seksualitas diatas itulah yang dapat digunakan sebagai alat atau kacamata untuk mendatang dan mengkaji serta digunakan sebagai alat atau kacamata untuk mendatang dan mengkaji serta memahami seksualitas yang berdasar pada dogma agama. Bila seksualitas memahami seksualitas yang berdasar pada dogma agama. Bila seksualitas dilihat dengan menggunakan kacamata agama, maka agama diperlakukan dilihat dengan menggunakan kacamata agama, maka agama diperlakukan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah pedoman bagi kehidupan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga masyarakat masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga masyarakat tersebut. Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan tersebut. Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang kudus dan sakral yang dapat dibedakan dari pengetahuan keyakinan yang kudus dan sakral yang dapat dibedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan yang menjadi ciri dari kebudayaan. dan keyakinan sakral dan yang profan yang menjadi ciri dari kebudayaan.

(4)

Pada waktu seorang ahli antropologi melihat dan memperlakukan Pada waktu seorang ahli antropologi melihat dan memperlakukan perilaku seks yang “benar” menurut agama sebagai kebudayaan, maka yang perilaku seks yang “benar” menurut agama sebagai kebudayaan, maka yang dilihatnya adalah perilaku seks sebagai keyakinan yang hidup yang ada dilihatnya adalah perilaku seks sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia, dan bukan agama yang ada dalam teks suci, dalam masyarakat manusia, dan bukan agama yang ada dalam teks suci, yaitu dalam kitab suci Al Qur'an dan Hadits Nabi. Sebagai sebuah keyakinan yaitu dalam kitab suci Al Qur'an dan Hadits Nabi. Sebagai sebuah keyakinan yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal; yaitu, yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal; yaitu, lokal sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut. Mengapa lokal sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut. Mengapa demikian? untuk dapat menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat demikian? untuk dapat menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat yang bersangkutan, maka agama harus melakukan berbagai proses yang bersangkutan, maka agama harus melakukan berbagai proses perjuangan dalam meniadakan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan perjuangan dalam meniadakan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan keyakinan hakiki dari agama tersebut dan untuk itu juga harus dapat keyakinan hakiki dari agama tersebut dan untuk itu juga harus dapat mensesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-nilai budaya serta mensesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-nilai budaya serta unsur-unsur kebudayaan yang ada, sehingga agama tersebut dapat menjadi bagian unsur kebudayaan yang ada, sehingga agama tersebut dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai unsur dan nilai-nilai budaya dari yang tidak terpisahkan dari berbagai unsur dan nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian maka agama akan dapat menjadi kebudayaan tersebut. Dengan demikian maka agama akan dapat menjadi nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut.

nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut.

I.2. Perumusan masalah I.2. Perumusan masalah

Dengan realitas yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, Dengan realitas yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, untuk mempermudah dan memperjelas arah penelitian ini, akan dibagi untuk mempermudah dan memperjelas arah penelitian ini, akan dibagi menjadi beberapa pertanyaan, yaitu :

menjadi beberapa pertanyaan, yaitu :

Bagaimana pola, peran dan eksistensi pembelajaran seksualitas yang Bagaimana pola, peran dan eksistensi pembelajaran seksualitas yang dipercaya sebagai cara “benar” berdasarkan ajaran agama Islam?

dipercaya sebagai cara “benar” berdasarkan ajaran agama Islam?

I.3. Tujuan penelitian I.3. Tujuan penelitian

Selain memang untuk memenuhi tuntutan akademis dari dosen Selain memang untuk memenuhi tuntutan akademis dari dosen pengajar mata kuliah seksualitas, kelompok kami juga mempunyai rasa pengajar mata kuliah seksualitas, kelompok kami juga mempunyai rasa keingintahuan untuk menelusuri bagaimana proses pembelajaran hubungan keingintahuan untuk menelusuri bagaimana proses pembelajaran hubungan seks sebelum menikah melalui media agama, yang dalam hal ini adalah seks sebelum menikah melalui media agama, yang dalam hal ini adalah

(5)

agama Islam yang faktanya adalah agama terbesar yang dipeluk oleh agama Islam yang faktanya adalah agama terbesar yang dipeluk oleh penduduk Kejawan Lor. Kelompok kami melihat bahwa pembelajaran penduduk Kejawan Lor. Kelompok kami melihat bahwa pembelajaran mengenai hubungan seks yang baik lewat jalur agama sudah cukup lama mengenai hubungan seks yang baik lewat jalur agama sudah cukup lama ada di Indonesia, namun belum ada penelitian yang khusus meneliti ada di Indonesia, namun belum ada penelitian yang khusus meneliti mengenai hal tersebut, mengingat hal tersebut sangatlah unik karena masih mengenai hal tersebut, mengingat hal tersebut sangatlah unik karena masih ada beberapa golongan yang menganggap berbicara masalah hubungan ada beberapa golongan yang menganggap berbicara masalah hubungan seks dalam suatu forum agama adalah suatu hal yang tabu. Sehingga kami seks dalam suatu forum agama adalah suatu hal yang tabu. Sehingga kami berpikir bahwa perlu adanya suatu penelitian yang membahas detail berpikir bahwa perlu adanya suatu penelitian yang membahas detail mengenai hal tersebut, dan disitulah kami memulainya. Kelompok kami mengenai hal tersebut, dan disitulah kami memulainya. Kelompok kami berharap bahwa hasil dari penelitian kami ini bisa dijadikan kerangka acuan berharap bahwa hasil dari penelitian kami ini bisa dijadikan kerangka acuan dalam memeperdalam kajian mengenai seks yang didasarkan oleh agama. dalam memeperdalam kajian mengenai seks yang didasarkan oleh agama.

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang diantaranya adalah: Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang diantaranya adalah: secara ilmiah bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada secara ilmiah bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah di atas secara sistematis. Dengan penelitian yang perumusan masalah di atas secara sistematis. Dengan penelitian yang sistematis diharapkan masalah yang sudah terurai dapat digambarkan sistematis diharapkan masalah yang sudah terurai dapat digambarkan  jawabannya.

 jawabannya.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah meramaikan kembali wacana Tujuan umum dari penelitian ini adalah meramaikan kembali wacana dalam bentuk karya tulis bertajuk budaya seksualitas, khususnya pokok dalam bentuk karya tulis bertajuk budaya seksualitas, khususnya pokok masalah perilaku

masalah perilaku seks dalam seks dalam kajian antropologi sosial kajian antropologi sosial yang dibahas yang dibahas secarasecara holistik

holistik33..

Sedang tujuan khusus dari penelitian ini adalah memberikan sebuah Sedang tujuan khusus dari penelitian ini adalah memberikan sebuah thick description

thick description dalam fenomena tentang: pola, peran dan eksistensidalam fenomena tentang: pola, peran dan eksistensi pembelajaran seksualitas yang dipercaya sebagai cara “benar” berdasarkan pembelajaran seksualitas yang dipercaya sebagai cara “benar” berdasarkan ajaran agama. Dengan demikian penelitian deskriptif ini selain menjelaskan ajaran agama. Dengan demikian penelitian deskriptif ini selain menjelaskan pola-pola keteraturan, juga berusaha memberikan gambaran pola pikir dan pola-pola keteraturan, juga berusaha memberikan gambaran pola pikir dan perilaku masyarakat dalam kehidupan keseharian, terkait dengan sistem perilaku masyarakat dalam kehidupan keseharian, terkait dengan sistem

33 Holistik merupakan pendekatan dalam ilmu antropologi untuk melukiskan (suatu) kebudayaan sebagai suatuHolistik merupakan pendekatan dalam ilmu antropologi untuk melukiskan (suatu) kebudayaan sebagai suatu

kesatuan yang terintegrasi. Atau jaringan yang terkait untuk unsur-unsur kebudayaan itu secara fungsional kesatuan yang terintegrasi. Atau jaringan yang terkait untuk unsur-unsur kebudayaan itu secara fungsional (Sudikan, 2001:56).

(6)

intepretasi mereka terhadap makna simbol–simbol agama yang tercermin intepretasi mereka terhadap makna simbol–simbol agama yang tercermin dalam budaya seksualitas tersebut.

dalam budaya seksualitas tersebut.

I.4. Kerangka teori I.4. Kerangka teori

Seperti telah diungkapkan pada latar belakang permasalahan, bahwa Seperti telah diungkapkan pada latar belakang permasalahan, bahwa isu-isu seksualitas sangat erat kaitannya dengan ranah gender dan isu-isu seksualitas sangat erat kaitannya dengan ranah gender dan feminisme, maka untuk memahami konsep gender dan feminisme harus feminisme, maka untuk memahami konsep gender dan feminisme harus dibedakan kata

dibedakan kata gender gender  dengan katadengan kata seksseks (jenis kelamin). Sebagaimana(jenis kelamin). Sebagaimana dikatakan oleh Maria Mies (dalam Abdullah 1997) bahwa seks ataupun dikatakan oleh Maria Mies (dalam Abdullah 1997) bahwa seks ataupun seksualitas manusia tidak bisa dilihat hanya sebagai masalah biologis. seksualitas manusia tidak bisa dilihat hanya sebagai masalah biologis. Fisiologi manusia sepanjang sejarah telah dipengaruhi dan dibentuk oleh Fisiologi manusia sepanjang sejarah telah dipengaruhi dan dibentuk oleh dimensi sosial budaya hubungan manusia. Kaum feminis radikal mengatakan dimensi sosial budaya hubungan manusia. Kaum feminis radikal mengatakan bahwa pemisahan istilah seks dan gender melahirkan klasifikasi yang bahwa pemisahan istilah seks dan gender melahirkan klasifikasi yang seolah-olah bisa memberi batasan tajam antara apa yang biologis dan apa yang olah bisa memberi batasan tajam antara apa yang biologis dan apa yang sosio kultural (Abdullah 1997:32). Menurut Linda L. Lindsey (1990), dalam sosio kultural (Abdullah 1997:32). Menurut Linda L. Lindsey (1990), dalam bukunya yang berjudul “Gender Roles”, mengatakan:

bukunya yang berjudul “Gender Roles”, mengatakan: ”Sex is

”Sex is considered in light considered in light of the of the biological aspects of biological aspects of a a person,person, involving characteristics which differentiate females and males by involving characteristics which differentiate females and males by chromosomal, anatomical, reproduktive, hormonal, and other  chromosomal, anatomical, reproduktive, hormonal, and other  physiological characteristics. Gender involves those social, cultural and physiological characteristics. Gender involves those social, cultural and psychological aspects linked to males and females through particular  psychological aspects linked to males and females through particular  social contexts” (Lindsey, 1990:2).

social contexts” (Lindsey, 1990:2). Pengertian jenis kelamin (

Pengertian jenis kelamin ( sex sex ) merupakan pensifatan atau pembagian) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya bahwa manusia jenis laki-laki adalah pada jenis kelamin tertentu. Misalnya bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (

(7)

memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan manusia jenis laki-laki. Artinya melekat pada manusia jenis perempuan dan manusia jenis laki-laki. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara yang secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Secara permanent tidak berubah dan melekat pada laki-laki dan perempuan. Secara permanent tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan tuhan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan tuhan atau kodrat (Fakih, 1999:8).

atau kodrat (Fakih, 1999:8).

Sedangkan konsep gender, yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum Sedangkan konsep gender, yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,keibuan, sementara juga Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dari dari satu tempat ke tempat yang lain. dapat terjadi dari waktu ke waktu dari dari satu tempat ke tempat yang lain.

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (

sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender ( gender inequalitiesgender inequalities).). Namun yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan Namun yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama bagi kaum berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama bagi kaum perempuan dalam masalah pola pembelajaran hubungan seksual. perempuan dalam masalah pola pembelajaran hubungan seksual. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-laki maupun kaum perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. laki maupun kaum perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni: pemuas seksual kaum Adam, marginalisasi atau proses pemiskinan yakni: pemuas seksual kaum Adam, marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentuksn stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (

pembentuksn stereotip atau melalui pelabelan negatif, kekerasan ( violenceviolence),), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (lihat Fakih, 1999:12-13).

beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (lihat Fakih, 1999:12-13).

Untuk memperjelas peran analisis gender dalam pola pembelajaran Untuk memperjelas peran analisis gender dalam pola pembelajaran

(8)

budaya seks (baik masyarakat agamis ataupun tidak), perlu kiranya dipahami budaya seks (baik masyarakat agamis ataupun tidak), perlu kiranya dipahami paradigma di balik gerakan dan teori feminisme. Dalam arti luas, kesadaran paradigma di balik gerakan dan teori feminisme. Dalam arti luas, kesadaran feminis berkaitan dengan pemahaman bahwa perempuan telah mengalami feminis berkaitan dengan pemahaman bahwa perempuan telah mengalami diskriminasi atas dasar seksualitas, maka perubahan sosial yang mendasar  diskriminasi atas dasar seksualitas, maka perubahan sosial yang mendasar  kemudian diperlukan agar kepentingan-kepentingan perempuan dan kemudian diperlukan agar kepentingan-kepentingan perempuan dan “kebutuhan”-nya terpenuhi.

“kebutuhan”-nya terpenuhi.

Rosemarie Tong (1989 dalam Fakih 1999) dalam

Rosemarie Tong (1989 dalam Fakih 1999) dalam feminist thought feminist thought ,, menjelaskan ragam feminisme ke berbagai aliran feminisme, seperti: menjelaskan ragam feminisme ke berbagai aliran feminisme, seperti: feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme Marxis, dan feminisme feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme Marxis, dan feminisme sosialis. Sedangkan Linda L. Lindsey membagi feminisme ke dalam tiga sosialis. Sedangkan Linda L. Lindsey membagi feminisme ke dalam tiga kelompok, yaitu feminisme liberal, feminisme sosialis, dan feminisme radikal. kelompok, yaitu feminisme liberal, feminisme sosialis, dan feminisme radikal. Dari pembagian tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analisis, bahwa Dari pembagian tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analisis, bahwa pola budaya pembelajaran seksualitas yang ”benar” bagi kaum hawa dalam pola budaya pembelajaran seksualitas yang ”benar” bagi kaum hawa dalam kepercayaan suatu masyarakat akan menunjukkan kecenderungan pada kepercayaan suatu masyarakat akan menunjukkan kecenderungan pada salah satu aliran feminisme (lihat Fakih, 1999:10-12).

salah satu aliran feminisme (lihat Fakih, 1999:10-12). Teori-teori tentang strukturasi:

Teori-teori tentang strukturasi:

Fenomena atau keberadaan antara guru ngaji dan santri Fenomena atau keberadaan antara guru ngaji dan santri (pemuda-pemudi kampung) dapat dikiaskan sebagai bentuk strukturasi yang berada di pemudi kampung) dapat dikiaskan sebagai bentuk strukturasi yang berada di dalam lembaga. Sebagai awal pemaparan dari teori strukturasi, Anthony dalam lembaga. Sebagai awal pemaparan dari teori strukturasi, Anthony Giddens (2003) memulai pembahasan tentang pembagian-pembagian yang Giddens (2003) memulai pembahasan tentang pembagian-pembagian yang telah memisahkan fungsionalisme (termasuk teori sistem) dan strkturalisme di telah memisahkan fungsionalisme (termasuk teori sistem) dan strkturalisme di satu sisi dengan hermeneutika dengan berbagai bentuk ‘sosiologi satu sisi dengan hermeneutika dengan berbagai bentuk ‘sosiologi interpretatif’. Fungsionalisme dan strukturalisme memiliki beberapa kemiripan interpretatif’. Fungsionalisme dan strukturalisme memiliki beberapa kemiripan yang jelas terlihat, meski ada pertentangan yang mencolok di antara kedua yang jelas terlihat, meski ada pertentangan yang mencolok di antara kedua faham itu. Strukturalisme dan fungsionalisme benar-benar menekankan faham itu. Strukturalisme dan fungsionalisme benar-benar menekankan keunggukan keutuhan sosial atas bagian-bagian individualnya.

keunggukan keutuhan sosial atas bagian-bagian individualnya.

Jika sosio-interpretatif didasarkan pada imperialisme subyek, Jika sosio-interpretatif didasarkan pada imperialisme subyek, fungsionalime dan strukturalisme mengusulkan digunakannya imperialisme fungsionalime dan strukturalisme mengusulkan digunakannya imperialisme obyek sosial. Salah satu tujuan utama dalam merumuskan teori strukturasi obyek sosial. Salah satu tujuan utama dalam merumuskan teori strukturasi

(9)

adalah meletakkan suatu dasar pada masing-masing usaha pembangunan adalah meletakkan suatu dasar pada masing-masing usaha pembangunan kekaisaran tersebut. Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu kekaisaran tersebut. Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah pengalaman aktor individu, maupun keberadaan bentuk apa sosial bukanlah pengalaman aktor individu, maupun keberadaan bentuk apa pun totalitas kemasyarakatan, namun merupakan praktek-praktek sosial yang pun totalitas kemasyarakatan, namun merupakan praktek-praktek sosial yang ditata menurut ruang dan waktu. Aktifitas-aktifitas sosial manusia bersifat ditata menurut ruang dan waktu. Aktifitas-aktifitas sosial manusia bersifat rekursif. Tujuannya adalah aktifitas-aktifitas sosial itu tidak dilaksanakan oleh rekursif. Tujuannya adalah aktifitas-aktifitas sosial itu tidak dilaksanakan oleh aktor-aktor sosial melainkan secara terus menerus mereka ciptakan melalui aktor-aktor sosial melainkan secara terus menerus mereka ciptakan melalui alat-alat yang mereka gunakan mengekspresikan dirinya sendiri sebagai alat-alat yang mereka gunakan mengekspresikan dirinya sendiri sebagai aktor-aktor.

aktor-aktor.

Pada dan melalui aktifitas-aktifitasnya (pengajian-pengajian), Pada dan melalui aktifitas-aktifitasnya (pengajian-pengajian), agen-agen (ulama-ulama) memproduksi kondisi yang memungkinkan dilakukannya agen (ulama-ulama) memproduksi kondisi yang memungkinkan dilakukannya aktifitas-aktifitas itu. Dalam teori strukturasi, titik awal hemeneutika sampai aktifitas-aktifitas itu. Dalam teori strukturasi, titik awal hemeneutika sampai kini diterima karena diakui bahwa uraian atas aktifitas-aktifitas manusia kini diterima karena diakui bahwa uraian atas aktifitas-aktifitas manusia menuntut adanya pengenalan terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang menuntut adanya pengenalan terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang dungkapkan dalam aktifitas-aktifitas tersebut. Menjadi manusia berarti dungkapkan dalam aktifitas-aktifitas tersebut. Menjadi manusia berarti menjadi agen bertujuan, yang keduanya memiliki alasan-alasan atas menjadi agen bertujuan, yang keduanya memiliki alasan-alasan atas aktifitas-aktifitasnya dan mampu menguraikannya secara berulang alasan-alasan itu aktifitasnya dan mampu menguraikannya secara berulang alasan-alasan itu (Giddens, 2003:1-33).

(Giddens, 2003:1-33).

 “Allah mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh kepada kitabnya“Allah mewajibkan kepada kita agar berpegang teguh kepada kitabnya (Alqur’an) dan Sunnah nabinya (As Sunnah), serta merujuk kepada (Alqur’an) dan Sunnah nabinya (As Sunnah), serta merujuk kepada keduanya ketika terjadi perselisihan. Ia (juga) memrintahkan kepada kita keduanya ketika terjadi perselisihan. Ia (juga) memrintahkan kepada kita agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah secara keyakinan dan agar bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah secara keyakinan dan amalan…” (tafsir Al Qurthubi).

amalan…” (tafsir Al Qurthubi).

 “Dalam hubungan ini tinjauan pembahasan kitab“Dalam hubungan ini tinjauan pembahasan kitab uquddulujjainuquddulujjain terkaitterkait dengan ketaatan istri kepada suami di luar kemaksiatan, kewajiban istri dengan ketaatan istri kepada suami di luar kemaksiatan, kewajiban istri selalu beada di rumah suami, menjaga diri dari perbuatan mesum, selalu beada di rumah suami, menjaga diri dari perbuatan mesum, menutup aurat, dan mengenai masalah haid” (Nawawi, 2000).

menutup aurat, dan mengenai masalah haid” (Nawawi, 2000).

 Selain itu hubungan seks sehat menurut Islam adalah hubunganSelain itu hubungan seks sehat menurut Islam adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam ikatan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam ikatan

(10)

pernikahan (bukan perzinahan), dan dengan cara-cara yang halal (antar  pernikahan (bukan perzinahan), dan dengan cara-cara yang halal (antar  penis dan vagina) yang bisa mendatangkan kasih sayang dan penis dan vagina) yang bisa mendatangkan kasih sayang dan kebahagiaan bagi keduanya.

kebahagiaan bagi keduanya.

Menurut konsep Islam, hubungan seks bukanlah ajang Menurut konsep Islam, hubungan seks bukanlah ajang pelampiasan hawa nafsu, tetapi merupakan bagian

pelampiasan hawa nafsu, tetapi merupakan bagian mu’asyarahmu’asyarah yangyang prinsipnya berlandaskan pada mawaddah dan rahmah. Karena itu prinsipnya berlandaskan pada mawaddah dan rahmah. Karena itu mu’asyarah

mu’asyarah-nya harus-nya harus bil ma’ruf bil ma’ruf  yakni: kenikmatan yang dihasilkanyakni: kenikmatan yang dihasilkan harus dirasakan bersama-sama (bukan sepihak, yang mengecewakan harus dirasakan bersama-sama (bukan sepihak, yang mengecewakan bahkan menyakitkan pihak lain). Jadi suami harus menggauli istrinya bahkan menyakitkan pihak lain). Jadi suami harus menggauli istrinya dengan cara yang baik dan menyenangkan, sebagaimana hadits dengan cara yang baik dan menyenangkan, sebagaimana hadits Rasulullah saw:

Rasulullah saw:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang baik terhadap keluarganya, dan “Sebaik-baik kalian adalah orang yang baik terhadap keluarganya, dan saya adalah orang yang paling baik pada keluargaku, tidaklah saya adalah orang yang paling baik pada keluargaku, tidaklah menghormati pada wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah menghormati pada wanita kecuali orang yang mulia dan tidaklah menghinakannya kecuali orang yang tercela.” 

menghinakannya kecuali orang yang tercela.” 

 “Dorongan seks. Satu yang jelas bahwa doronghan ini timbul pada“Dorongan seks. Satu yang jelas bahwa doronghan ini timbul pada tiap individu yang normal tanpa pengaruh ilmu pengratahuan dan tiap individu yang normal tanpa pengaruh ilmu pengratahuan dan memang dorongan ini mempunyai landasan biologi yang mendorong memang dorongan ini mempunyai landasan biologi yang mendorong makluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya” makluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya” (MacDougall, 1908)

(MacDougall, 1908)

semua aktivitas manusia yangbersangkutan dengan religi brdasarkan semua aktivitas manusia yangbersangkutan dengan religi brdasarkan atas suatu getaran jiwa yang biasanya disebut emosi keagamaan (

atas suatu getaran jiwa yang biasanya disebut emosi keagamaan ( religiousreligious emotion).

emotion). Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiapEmosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi tersebut hanya berlangsung dalam manusia, walaupun getaran emosi tersebut hanya berlangsung dalam beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yang mendorong manusia untuk berbuat tindakan religius.

(11)

I.5. Metode penelitian I.5. Metode penelitian

Metode penelitian ini dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian Metode penelitian ini dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian antara obyek yang diteliti serta studi ilmu yang bersangkutan. Untuk antara obyek yang diteliti serta studi ilmu yang bersangkutan. Untuk mendeskripsikan secara mendalam fenomena budaya pembelajaran mendeskripsikan secara mendalam fenomena budaya pembelajaran seksualitas, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan seksualitas, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan metode ini diharapkan temuan-temuan empiris dapat dideskripsikan secara metode ini diharapkan temuan-temuan empiris dapat dideskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat, terutama berbagai hal yang berkaitan lebih rinci, lebih jelas dan lebih akurat, terutama berbagai hal yang berkaitan dengan prosesi ritual ruqyah.

dengan prosesi ritual ruqyah.

Salah satu pendekatan dari metode kualitatif yang tepat digunakan Salah satu pendekatan dari metode kualitatif yang tepat digunakan pada penelitian ini adalah etnometodologi yang menghasilkan karya pada penelitian ini adalah etnometodologi yang menghasilkan karya etnografi. Pendekatan ini pada awalnya diperkenalkan oleh Harorld Garfinkel etnografi. Pendekatan ini pada awalnya diperkenalkan oleh Harorld Garfinkel (Pendit, 2003:281). Seperti yang disarankan oleh Bogdan dan Biklen (Pendit, 2003:281). Seperti yang disarankan oleh Bogdan dan Biklen (1982:37 dalam Dyson, 2001:117), bahwa etnometodologi tidaklah mengacu (1982:37 dalam Dyson, 2001:117), bahwa etnometodologi tidaklah mengacu kepada suatu model atau teknik pengumpulan data ketika seseorang sedang kepada suatu model atau teknik pengumpulan data ketika seseorang sedang melakukan suatu penelitian, tetapi lebih memberikan arah mengenai masalah melakukan suatu penelitian, tetapi lebih memberikan arah mengenai masalah apa yang akan diteliti. Moleong (1988) mendefinisikan sebagai berikut:

apa yang akan diteliti. Moleong (1988) mendefinisikan sebagai berikut: “Studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami “Studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari–hari. Subyek etnometodologi adalah orang–orang kehidupannya sehari–hari. Subyek etnometodologi adalah orang–orang dalam pelbagai macam situasi dalam masyarakat kita. Etnometodologi dalam pelbagai macam situasi dalam masyarakat kita. Etnometodologi berusaha memahami berbagai orang–orang mulai melihat, menerangkan berusaha memahami berbagai orang–orang mulai melihat, menerangkan dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup” (Moleong, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup” (Moleong, 1988:15).

1988:15).

Dengan menggunakan pendekatan ini, lebih banyak dipelajari suatu Dengan menggunakan pendekatan ini, lebih banyak dipelajari suatu fenomena dengan pendukung kebudayaan tersebut, sehingga peneliti dapat fenomena dengan pendukung kebudayaan tersebut, sehingga peneliti dapat memahami dan mendeskripsikannya. Salah satu antropolog kenamaan memahami dan mendeskripsikannya. Salah satu antropolog kenamaan Clifford Geertz yang mendorong para ilmuwan sosial (khususnya para Clifford Geertz yang mendorong para ilmuwan sosial (khususnya para antropolog) agar mementingkan sisi pandang yang diteliti. Itu sebabnya antropolog) agar mementingkan sisi pandang yang diteliti. Itu sebabnya antropologi memerlukan pendekatan yang mampu menghasilkan thick antropologi memerlukan pendekatan yang mampu menghasilkan thick description, yaitu gambaran yang sangat kental atau padat dan terinci. Dalam description, yaitu gambaran yang sangat kental atau padat dan terinci. Dalam

(12)

hal ini maka dalam sebuah laporan penelitian etnografi dapat dikatakan hal ini maka dalam sebuah laporan penelitian etnografi dapat dikatakan sebuah “fiksi antropologis” (meminjam istilah Pendit, 2003) yang berupaya sebuah “fiksi antropologis” (meminjam istilah Pendit, 2003) yang berupaya keras mengungkapkan sebuah obyek penelitian dari sisi pandang peneliti. keras mengungkapkan sebuah obyek penelitian dari sisi pandang peneliti. Dalam hal ini dapat dikategorikan pula sebagai penelitian eksplorasi yang Dalam hal ini dapat dikategorikan pula sebagai penelitian eksplorasi yang bersifat emic.

bersifat emic. Jadi bukan Jadi bukan menurut konsep menurut konsep dan tafsir peneliti.dan tafsir peneliti.

Salah satu kritik terhadap etnometodologi (yang ditulis kembali oleh Pendit Salah satu kritik terhadap etnometodologi (yang ditulis kembali oleh Pendit 2003:284-285) adalah pada keengganan peneliti menggunakan banyak 2003:284-285) adalah pada keengganan peneliti menggunakan banyak analisis teori dengan alasan ingin mengungkapkan sisi pandang obyek analisis teori dengan alasan ingin mengungkapkan sisi pandang obyek penelitian sebagaimana adanya. Dengan kata lain etnometodologi lebih penelitian sebagaimana adanya. Dengan kata lain etnometodologi lebih mengutamakan bukti-bukti empiris daripada teori. Perdebatan tentang hal ini mengutamakan bukti-bukti empiris daripada teori. Perdebatan tentang hal ini sampai menimbulkan tuduhan bahwa karya etnografi adalah empirisme gaya sampai menimbulkan tuduhan bahwa karya etnografi adalah empirisme gaya baru saja dan memicu perdebatan baru tentang hubungan atau pertentangan baru saja dan memicu perdebatan baru tentang hubungan atau pertentangan antara pengetahuan berdasarkan teori dan pengalaman.

antara pengetahuan berdasarkan teori dan pengalaman.

Terlepas dari kritik-kritik di atas, etnometodologi telah berkembang Terlepas dari kritik-kritik di atas, etnometodologi telah berkembang dan diterima sebagai salah satu upaya untuk mengurangi “pengaruh ilmu dan diterima sebagai salah satu upaya untuk mengurangi “pengaruh ilmu eksak” terhadap ilmu sosial. Sebagai sebuah pendekatan dalam metode eksak” terhadap ilmu sosial. Sebagai sebuah pendekatan dalam metode penelitian ilmiah, etnometodologi dianggap sudah dapat membantu para penelitian ilmiah, etnometodologi dianggap sudah dapat membantu para ilmuwan sosial-budaya dalam memahami fenomena di masyarakat, ilmuwan sosial-budaya dalam memahami fenomena di masyarakat, --khususnya dalam hal ini fenomena pola budaya pembelajaran khususnya dalam hal ini fenomena pola budaya pembelajaran seksualitas--bukan sebagai benda-benda mati yang tidak berjiwa.

bukan sebagai benda-benda mati yang tidak berjiwa.

I.6. Lokasi penelitian I.6. Lokasi penelitian

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara  purposive purposive atau sengaja. Karenaatau sengaja. Karena secara langsung penelitian ini berlokasi di suatu tempat yaitu di RT 3 RW 2, secara langsung penelitian ini berlokasi di suatu tempat yaitu di RT 3 RW 2, Kampung Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Kampung Kejawan Lor, Kelurahan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya.

(13)

I.7. Teknik penentuan informan I.7. Teknik penentuan informan

Untuk memperolah kedalaman materi yang disajikan serta validitas Untuk memperolah kedalaman materi yang disajikan serta validitas data yang diperoleh, maka pemilihan informan menjadi sesuatu yang sangat data yang diperoleh, maka pemilihan informan menjadi sesuatu yang sangat penting mengingat dari merekalah awal mula data diperoleh dan penting mengingat dari merekalah awal mula data diperoleh dan dikembangkan dalam proses selanjutnya.

dikembangkan dalam proses selanjutnya.

Informan adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan mendalam Informan adalah orang-orang yang pengetahuannya luas dan mendalam mengenai masalah ruqyah, sehingga ikut memberikan informasi yang mengenai masalah ruqyah, sehingga ikut memberikan informasi yang bermanfaat (Bungin, 2001:208). Informan dipilih berdasarkan beberapa bermanfaat (Bungin, 2001:208). Informan dipilih berdasarkan beberapa kriteria tertentu, dan pemilihan ini juga dilakukan secara

kriteria tertentu, dan pemilihan ini juga dilakukan secara  purposive purposive (sengaja)(sengaja) berdasarkan informasi awal yang diperoleh peneliti. Sedangkan kriteria berdasarkan informasi awal yang diperoleh peneliti. Sedangkan kriteria pemilihan informan sebagaimana dikemukakan oleh Spreadley (1995:61-70) pemilihan informan sebagaimana dikemukakan oleh Spreadley (1995:61-70) adalah sebagai berikut:

adalah sebagai berikut: 1. Enkulturasi penuh 1. Enkulturasi penuh Enkulturasi

Enkulturasi merupakan proses merupakan proses yang yang ada ada dan dan pasti dalam pasti dalam setiap studisetiap studi tentang suatu budaya tertentu. Informan yang baik adalah bagaimana ia tentang suatu budaya tertentu. Informan yang baik adalah bagaimana ia mengetahui dengan jelas baik secara perilaku maupun kognisi budaya mengetahui dengan jelas baik secara perilaku maupun kognisi budaya mereka tanpa harus memikirkannya. Kriteria ini merujuk pada para informan mereka tanpa harus memikirkannya. Kriteria ini merujuk pada para informan yang (pernah) secara intens mengikuti pola kajian sebagai pembelajaran yang (pernah) secara intens mengikuti pola kajian sebagai pembelajaran budaya seksualitas. Sehingga informan tersebut bersedia memberikan budaya seksualitas. Sehingga informan tersebut bersedia memberikan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan peran dan eksistensi informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan peran dan eksistensi budaya pembelajaran seksualitas melalui media agama Islam.

budaya pembelajaran seksualitas melalui media agama Islam. 2. Keterlibatan langsung

2. Keterlibatan langsung

Keterlibatan langsung serta aktif seseorang informan dalam setiap Keterlibatan langsung serta aktif seseorang informan dalam setiap perkembangan budaya juga merupakan hal yang cukup penting. Untuk hal ini perkembangan budaya juga merupakan hal yang cukup penting. Untuk hal ini peneliti merujuk pada santri yang mengikuti kajian tersebut.

peneliti merujuk pada santri yang mengikuti kajian tersebut.

3. Suasana budaya yang tidak dikenal 3. Suasana budaya yang tidak dikenal

(14)

Dalam kondisi ini jika seorang peneliti mempelajari suatu budaya tertentu, Dalam kondisi ini jika seorang peneliti mempelajari suatu budaya tertentu, dimana budaya tersebut tidak dikenalnya, maka seorang peneliti diharuskan dimana budaya tersebut tidak dikenalnya, maka seorang peneliti diharuskan menciptakan sebuah hubungan yang sinergis dan produktif dengan informan. menciptakan sebuah hubungan yang sinergis dan produktif dengan informan. Sementra itu seorang peneliti juga diharuskan mempunyai sensitifitas yang Sementra itu seorang peneliti juga diharuskan mempunyai sensitifitas yang tinggi terhadap kemampuan membaca fenomena sosial yang sedang ia tinggi terhadap kemampuan membaca fenomena sosial yang sedang ia amati.

amati.

4. Cukup waktu 4. Cukup waktu Dalam pemilihan

Dalam pemilihan seorang informan, seorang informan, maka maka hal – hal – hal yang hal yang harus mendapatharus mendapat perhatian khusus adalah informan – informan yang mempunyai cukup waktu perhatian khusus adalah informan – informan yang mempunyai cukup waktu luang dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini. Kemudian luang dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini. Kemudian dalam melakukan wawancara dengan informan, idealnya waktu-waktu yang dalam melakukan wawancara dengan informan, idealnya waktu-waktu yang dipilih adalah siang dan sore hari atau waktu-waktu lain yang telah disepakati dipilih adalah siang dan sore hari atau waktu-waktu lain yang telah disepakati antara peneliti dengan informan.

antara peneliti dengan informan. 5. Non analitik

5. Non analitik

Informan yang bagus adalah ketika ia dapat memberikan sebuah respon Informan yang bagus adalah ketika ia dapat memberikan sebuah respon yang cukup positif terhadap setiap pertanyaan–pertanyaan yang diajukan yang cukup positif terhadap setiap pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, tanpa ia harus memberikan sebuah analisa yang rumit terhadap oleh peneliti, tanpa ia harus memberikan sebuah analisa yang rumit terhadap pertanyaan tersebut. Sehingga informasi yang didapat bersifat polos apa pertanyaan tersebut. Sehingga informasi yang didapat bersifat polos apa adanya. Dan akhirnya informan – informan yang dipilih adalah informan yang adanya. Dan akhirnya informan – informan yang dipilih adalah informan yang memenuhi kriteria – kriteria di atas.

memenuhi kriteria – kriteria di atas. I.8. Strategi pengumpulan data I.8. Strategi pengumpulan data

Agar memperoleh informasi yang akurat mengenai terapi pola pembelajaran Agar memperoleh informasi yang akurat mengenai terapi pola pembelajaran hubungan seks, penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung hubungan seks, penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan wawancara yang disertai dengan catatan lapangan. Dimana dengan dan wawancara yang disertai dengan catatan lapangan. Dimana dengan teknik tersebut dapat menghasilkan data ilmiah yang autentik dan teknik tersebut dapat menghasilkan data ilmiah yang autentik dan validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.

validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.

I.8.1. Data Primer  I.8.1. Data Primer 

(15)

I.8.1.1.Pengamatan langsung (observasi) I.8.1.1.Pengamatan langsung (observasi)

Dalam penelitian ini digunakan pengamatan langsung (observasi) dan Dalam penelitian ini digunakan pengamatan langsung (observasi) dan terlibat terhadap fenomena yang terjadi pada wilayah observasi, baik berupa terlibat terhadap fenomena yang terjadi pada wilayah observasi, baik berupa budaya fisik, situasi, kondisi maupun perilaku. Sehingga dapat diatikan budaya fisik, situasi, kondisi maupun perilaku. Sehingga dapat diatikan bahwa pengamatan langsung dan terlibat adalah suatu pengamatan yang bahwa pengamatan langsung dan terlibat adalah suatu pengamatan yang dibarengi interaksi antara peneliti dengan informan.

dibarengi interaksi antara peneliti dengan informan.

Sudikan (2001:59) menyarankan dalam pengamatan langsung diperlukan Sudikan (2001:59) menyarankan dalam pengamatan langsung diperlukan pendekatan antropologi visual, yaitu berupa penggunaan alat bantu seperti pendekatan antropologi visual, yaitu berupa penggunaan alat bantu seperti alat pemotret (kamera) untuk mengambil foto atau gambar hidup (sebagai alat pemotret (kamera) untuk mengambil foto atau gambar hidup (sebagai dokumentasi) pada obyek-obyek yang relevan dengan tema yang hendak dokumentasi) pada obyek-obyek yang relevan dengan tema yang hendak diteliti, serta berhubungan dengan latar belakang etnografisnya.

diteliti, serta berhubungan dengan latar belakang etnografisnya.

I.8.1.2. Wawancara mendalam I.8.1.2. Wawancara mendalam

Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan sebuah gambaran Dalam penelitian kualitatif, untuk mendapatkan sebuah gambaran yang jelas mengenai pola budaya dalam suatu komunitas tertentu, Sevilla yang jelas mengenai pola budaya dalam suatu komunitas tertentu, Sevilla (1992:71) menuliskan bahwa salah satu ciri penting dalam penelitian adalah (1992:71) menuliskan bahwa salah satu ciri penting dalam penelitian adalah komunikasi langsung antara peneliti dengan informan yang telah ditentukan. komunikasi langsung antara peneliti dengan informan yang telah ditentukan.

Bentuk komunikasi langsung tersebut berupa wawancara terbuka Bentuk komunikasi langsung tersebut berupa wawancara terbuka (open interview)

(open interview) dan mendalamdan mendalam (in depth interview)(in depth interview). Maksud dari wawancara. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan seluruh keterangan dari pengamatan ini adalah untuk mengumpulkan seluruh keterangan dari pengamatan pembelajaran, sampai dengan peran dan eksistensi pola pembelajaran pembelajaran, sampai dengan peran dan eksistensi pola pembelajaran seksualitas.

seksualitas.

Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Sudikan (2001:64) berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Sudikan (2001:64) menambahkan, untuk memfokuskan wawancara, diperlukan catatan daftar  menambahkan, untuk memfokuskan wawancara, diperlukan catatan daftar 

(16)

pokok-pokok

pokok-pokok pertanyaan pertanyaan yang yang disebut disebut pedoaman pedoaman wawancarawawancara (interview (interview  guide)

guide)..

berikut adalah biodata dari informan kami; berikut adalah biodata dari informan kami;

1

1.. NNaamma : a : AAnnii

Pekerjaan : Ibu rumah tangga dan Ketua RT Pekerjaan : Ibu rumah tangga dan Ketua RT Umur : 42 tahun

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Wanita Jenis kelamin : Wanita 2.

2. NaNama ma : : MaMaisisararohoh

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Ibu rumah tangga Umur : 40 tahun

Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Wanita Jenis Kelamin : Wanita 3.

3. NaNama : Tma : Thahariq Hriq Hamamdadan Fan Fawawaidid Pekerjaan : pelajar 

Pekerjaan : pelajar  Umur : 17 tahun Umur : 17 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki 4.

4. NaNama ma : G: Ghahaninimm

Pekerjaan : guru les privat Pekerjaan : guru les privat Umur : 20 tahun

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Wanita Jenis Kelamin : Wanita 5.

5. NaNama ma : S: Sititi Ai Aririfafahh

Pekerjaan : Guru fisika MTS Pekerjaan : Guru fisika MTS Umur : 27 tahun

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Wanita Jenis Kelamin : Wanita

Dengan pedoman wawancara yang digunakan sebagai penuntun, Dengan pedoman wawancara yang digunakan sebagai penuntun, kondisi ini memungkinkan proses wawancara berlangsung dangan santai dan kondisi ini memungkinkan proses wawancara berlangsung dangan santai dan tekesan akrab. Sehingga ketika proses wawancara telah menciptakan kondisi tekesan akrab. Sehingga ketika proses wawancara telah menciptakan kondisi yang intens, maka informasi yang dihasilkan akan lebih detail.

(17)

I.8.2. Data-data sekunder  I.8.2. Data-data sekunder 

Pemanfaatan data–data sekunder adalah untuk mendapatkan Pemanfaatan data–data sekunder adalah untuk mendapatkan informasi yang bersifat tetap, biasanya yang berhubungan dengan keadaan informasi yang bersifat tetap, biasanya yang berhubungan dengan keadaan fisik lokasi penelitian. Dan juga akan pemanfaatan buku – buku referensi fisik lokasi penelitian. Dan juga akan pemanfaatan buku – buku referensi yang terdapat di tempat tertentu (ruang rujukan, perpustakaan) atau atas yang terdapat di tempat tertentu (ruang rujukan, perpustakaan) atau atas saran informan dimana dapat memperoleh buku tersebut; makalah–makalah saran informan dimana dapat memperoleh buku tersebut; makalah–makalah yang menunjang dan relevan, serta majalah dan tabloid yang memuat tema yang menunjang dan relevan, serta majalah dan tabloid yang memuat tema besar penelitian kali ini. Teknik pengumpulan data ini dapat juga dilakukan besar penelitian kali ini. Teknik pengumpulan data ini dapat juga dilakukan dengan cara mengutip, mencatat arsip–arsip, dokumen resmi, hasil penelitian dengan cara mengutip, mencatat arsip–arsip, dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu, maupun data yang belaku sekarang dan yang berkaitan dan terdahulu, maupun data yang belaku sekarang dan yang berkaitan dan diperlukan dalam penelitian ini.

diperlukan dalam penelitian ini.

I.9. Analisis data I.9. Analisis data

Penelitian tentang pembelajaran seksualitas ini menggunakan strategi Penelitian tentang pembelajaran seksualitas ini menggunakan strategi analisis kualitatif. Strategi ini dimaksudkan bahwa analisis bertolak dari data analisis kualitatif. Strategi ini dimaksudkan bahwa analisis bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Di dalam penelitian ini, dan bermuara pada simpulan-simpulan umum. Di dalam penelitian ini, kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi maupun proposisi. Untuk kesimpulan umum itu bisa berupa kategorisasi maupun proposisi. Untuk membangun proposisi ayau teori dapat dilakukan dengan analisis induktif. membangun proposisi ayau teori dapat dilakukan dengan analisis induktif. “Berdasarkan strategi analisis data yang digunakan, dalam rangka “Berdasarkan strategi analisis data yang digunakan, dalam rangka membentuk kategorisasi, maupun proposisi-proposisi, maka di dalam membentuk kategorisasi, maupun proposisi-proposisi, maka di dalam penelitian (kualitatif), analisis data dilakukan secara induktif” (Bungin, penelitian (kualitatif), analisis data dilakukan secara induktif” (Bungin, 2001:209).

2001:209).

Maka dalam penelitian ini, akan digunakan analisis induktif melalui Maka dalam penelitian ini, akan digunakan analisis induktif melalui beberapa tahap. Setidaknya Taylor dan Bogdan (1984:127 dalam Bungin, beberapa tahap. Setidaknya Taylor dan Bogdan (1984:127 dalam Bungin, 2001:209) adalah sebagai berikut: (a) membuat definisi umum atau 2001:209) adalah sebagai berikut: (a) membuat definisi umum atau kategorisasi yang bersifat sementara tentang ruqyah, gangguan jin dan sihir, kategorisasi yang bersifat sementara tentang ruqyah, gangguan jin dan sihir, (b) merumuskan suatu hipotesis untuk menguji kategorisasi tersebut secara (b) merumuskan suatu hipotesis untuk menguji kategorisasi tersebut secara triangulasi, hal mana didasarkan pada hasil wawancara mendalam, triangulasi, hal mana didasarkan pada hasil wawancara mendalam,

(18)

pengamatan terlibat dan dokumentasi dari berbagai sumber (informan, waktu pengamatan terlibat dan dokumentasi dari berbagai sumber (informan, waktu dan tempat) yang berbeda, (c) mempelajari satu kasus untuk melihat dan tempat) yang berbeda, (c) mempelajari satu kasus untuk melihat kecocokan antara kategorisasi dan hipotesis, (d) bila ditemui kasus negatif, kecocokan antara kategorisasi dan hipotesis, (d) bila ditemui kasus negatif, diformulasikan kembali hipotesis atau didefinisikan kategorisasi, (e) diformulasikan kembali hipotesis atau didefinisikan kategorisasi, (e) dilanjutkan sampai hipotesis benar-benar dapat dijelaskan dengan cara dilanjutkan sampai hipotesis benar-benar dapat dijelaskan dengan cara menguji kategorisasi yang bervariasi.

menguji kategorisasi yang bervariasi.

Dari rumusan tersebut di atas, dapatlah kita menarik garis, bahwa Dari rumusan tersebut di atas, dapatlah kita menarik garis, bahwa analisis data pada penelitian kualitatif berfungsi untuk mengorganisasikan analisis data pada penelitian kualitatif berfungsi untuk mengorganisasikan data. Data yang tekumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, data. Data yang tekumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, foto dokumentasi, biografi, artikel dan sebagainya. Strategi analisis data foto dokumentasi, biografi, artikel dan sebagainya. Strategi analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikannya.

mengkategorikannya.

Dalam analisis, data tersebut dikaitkan dengan acuan teoritik yang Dalam analisis, data tersebut dikaitkan dengan acuan teoritik yang relevan dan sesuai dengan masalah yang dibahas dan sesuai dengan relevan dan sesuai dengan masalah yang dibahas dan sesuai dengan perkembangan di lapangan. Yaitu dengan menggambarkan, menjelaskan perkembangan di lapangan. Yaitu dengan menggambarkan, menjelaskan dan menguraikan secara detail atau mendalam dan sistematis tentang dan menguraikan secara detail atau mendalam dan sistematis tentang keadaan yang sebenarnya, yang kemudian akan ditarik suatu kesimpulan keadaan yang sebenarnya, yang kemudian akan ditarik suatu kesimpulan sehingga diperoleh suatu penyelesaian masalah penelitian yang memuaskan. sehingga diperoleh suatu penyelesaian masalah penelitian yang memuaskan. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan analisis data, maka peneliti Untuk menghindari kesalahan-kesalahan analisis data, maka peneliti menggunakan tahap-tahap analisis induktif tersebut di atas dengan cara menggunakan tahap-tahap analisis induktif tersebut di atas dengan cara silang (Bungin, 2001:210). Maksudnya data yang diperoleh dari responden, silang (Bungin, 2001:210). Maksudnya data yang diperoleh dari responden, disilang dengan teori-teori seks, teori-teori gender, feminisme dan disilang dengan teori-teori seks, teori-teori gender, feminisme dan seksualitas, maupun teori-teori tentang strukturalitas. Akhirnya perlu seksualitas, maupun teori-teori tentang strukturalitas. Akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lokasi dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lokasi penelitian.

penelitian.

Dari data primer yang diperoleh kemudian dideskripsikan sebagai Dari data primer yang diperoleh kemudian dideskripsikan sebagai penjelasan secara terperinci tentang budaya pola pembelajaran seksualitas. penjelasan secara terperinci tentang budaya pola pembelajaran seksualitas.

(19)

Sedangkan data sekunder yang diperoleh sebagai pendukung penjelasan Sedangkan data sekunder yang diperoleh sebagai pendukung penjelasan dari data primer.

(20)

BAB II BAB II Sejarah desa Sejarah desa

II.1. Sejarah lokasi II.1. Sejarah lokasi

Pada awalnya asal kata Kejawan Lor bukan berasal dari daerah Pada awalnya asal kata Kejawan Lor bukan berasal dari daerah dimana saat ini berada kampung Kejawan berada. Tetapi terdapat di daerah dimana saat ini berada kampung Kejawan berada. Tetapi terdapat di daerah tetangga, yang berdekatan dengan daerah sekarang. Jadi daerah ini pada tetangga, yang berdekatan dengan daerah sekarang. Jadi daerah ini pada awalnya merupakan tempat mendarat atau merapatnya perahu-perahu awalnya merupakan tempat mendarat atau merapatnya perahu-perahu tradisional nelayan.

tradisional nelayan.

Sebelumnya daerah ini, merupakan hutan bakau yang tidak terdapat Sebelumnya daerah ini, merupakan hutan bakau yang tidak terdapat penghuni. Namun seiring waktu hanya terdapat beberapa gubug-gubug penghuni. Namun seiring waktu hanya terdapat beberapa gubug-gubug nelayan. Gubug-gubug tersebut dihuni baik dari etnis Jawa manupun Madura nelayan. Gubug-gubug tersebut dihuni baik dari etnis Jawa manupun Madura dari seberang. Karena lambat laun gubug –gubug tersebut menjadi banyak, dari seberang. Karena lambat laun gubug –gubug tersebut menjadi banyak, dan tak jarang yang membangun rumah sekaligus, maka daerah ini sengaja dan tak jarang yang membangun rumah sekaligus, maka daerah ini sengaja dibuat sebuah perkampungan. Perkampungan nelayan yang tak hanya dihuni dibuat sebuah perkampungan. Perkampungan nelayan yang tak hanya dihuni oleh penduduk lokal saja. Maka nama yang diinginkan oleh penduduk oleh penduduk lokal saja. Maka nama yang diinginkan oleh penduduk setempat adalah nama yang netral, tidak Jawa dan tidak Madura, hingga setempat adalah nama yang netral, tidak Jawa dan tidak Madura, hingga akhirnya disepakati nama

akhirnya disepakati nama “Kejawan” “Kejawan” . Sedang kata “Lor” yang mengikuti kata. Sedang kata “Lor” yang mengikuti kata Kejawan, dalam bahasa Jawa berarti arah utara, karena lokasinya yang Kejawan, dalam bahasa Jawa berarti arah utara, karena lokasinya yang terletak di ujung utara (tepi laut).

terletak di ujung utara (tepi laut).

II.2. Lokasi Secara Administratif  II.2. Lokasi Secara Administratif 

Secara administratif, kampung Kejawan Lor berada di wilayah Secara administratif, kampung Kejawan Lor berada di wilayah kelurahan Kenjeran, kecamatan Bulak, kota Surabaya. Dimana Surabaya kelurahan Kenjeran, kecamatan Bulak, kota Surabaya. Dimana Surabaya merupakan ibukota propinsi Jawa Timur yang memiliki letak geografis 07 merupakan ibukota propinsi Jawa Timur yang memiliki letak geografis 07 oo 12’12’ LS – 07

LS – 07oo 21’ LS, dengan luas wilayah 280,44 km21’ LS, dengan luas wilayah 280,44 km22 dan berpenduduk lebih daridan berpenduduk lebih dari tiga juta jiwa. Hal inilah yang menjadikan Surabaya sebagai kota terbesar  tiga juta jiwa. Hal inilah yang menjadikan Surabaya sebagai kota terbesar  kedua di Indonesia (Surabaya & Perkembangan, 2004).

(21)

Kelurahan Kenjeran terletak kurang lebih 12 km dari pusat kota Surabaya. Kelurahan Kenjeran terletak kurang lebih 12 km dari pusat kota Surabaya. Kondisi

Kondisi Demografinya Demografinya adalah adalah berada berada di di ketinggian ketinggian 0,50 0,50 m m di di atasatas permukaan air laut, dengan kondisi topografi yaitu merupakan daerah pantai permukaan air laut, dengan kondisi topografi yaitu merupakan daerah pantai dengan suhu udara rata – rata 36

dengan suhu udara rata – rata 36oo C. Sedang batas-batas wilayah kelurahanC. Sedang batas-batas wilayah kelurahan yaitu, sebelah utara, Selat Madura dan kelurahan Bulak; selatan, kelurahan yaitu, sebelah utara, Selat Madura dan kelurahan Bulak; selatan, kelurahan Komplek Kenjeran; barat, kelurahan Bulak dan kelurahan Gading; dan bagian Komplek Kenjeran; barat, kelurahan Bulak dan kelurahan Gading; dan bagian timur, Selat Madura (Surabaya & Perkembangan, 2004).

timur, Selat Madura (Surabaya & Perkembangan, 2004).

II.3. Potensi sumber daya masyarakat II.3. Potensi sumber daya masyarakat

Potensi sumber daya yang dimiliki di daerah Kejawan Lor, kelurahan Potensi sumber daya yang dimiliki di daerah Kejawan Lor, kelurahan Kenjeran, kecamatan Bulak ialah sebagian besar pada berbagai macam hasil Kenjeran, kecamatan Bulak ialah sebagian besar pada berbagai macam hasil laut, diantaranya berbagai jenis ikan, kerang dan udang Jumlah keluarga laut, diantaranya berbagai jenis ikan, kerang dan udang Jumlah keluarga menurut ketua RT 3/02 (Kampung Kejawan Lor) sampai dengan tahun 2006, menurut ketua RT 3/02 (Kampung Kejawan Lor) sampai dengan tahun 2006, lebih kurang terdiri dari 70 kepala keluarga yang keseluruhannya beragama lebih kurang terdiri dari 70 kepala keluarga yang keseluruhannya beragama Islam.

Islam.

Karena fasilitas pendidikan formal yang beragam, penduduk kampung Karena fasilitas pendidikan formal yang beragam, penduduk kampung Kejawan Lor rata-rata telah mengenyam pendidikan umum, mulai SD, SMP, Kejawan Lor rata-rata telah mengenyam pendidikan umum, mulai SD, SMP, SLTA hingga sarjana. Sedangkan pada pendidikan khusus berbasis agama, SLTA hingga sarjana. Sedangkan pada pendidikan khusus berbasis agama, beberapa diantara penduduk setempat juga mengenyam pendidikan informal beberapa diantara penduduk setempat juga mengenyam pendidikan informal di pondok pesantren.

di pondok pesantren.

Mata pencaharian mayoritas penduduk kampung Kejawan Lor, Mata pencaharian mayoritas penduduk kampung Kejawan Lor, kecamatan Bulak ini adalah sebagai nelayan, meskipun ada juga yang kecamatan Bulak ini adalah sebagai nelayan, meskipun ada juga yang bermata pencaharian di bidang jasa, petani tambak, guru atau pegawai bermata pencaharian di bidang jasa, petani tambak, guru atau pegawai lainnya.

lainnya.

Maka tak salah jika kampung Kejawan Lor disebut “kampung Maka tak salah jika kampung Kejawan Lor disebut “kampung nelayan”, karena pada umumnya atau secara mayoritas pekerjaan utama nelayan”, karena pada umumnya atau secara mayoritas pekerjaan utama mereka adalah sebagai nelayan, yang merupakan warisan dari nenek mereka adalah sebagai nelayan, yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Dalam mencari hasil laut mereka tidak terlalu bergantung moyang mereka. Dalam mencari hasil laut mereka tidak terlalu bergantung pada waktu dan musim, karena mayoritas nelayan di tempat tersebut pada waktu dan musim, karena mayoritas nelayan di tempat tersebut

Referensi

Dokumen terkait

HUMAS dari Badan POM dalam kegiatan “Badan POM Sahabat Ibu” dalam melakukan pemberitaan/menyebarkan informasi yang bertujuan untuk mendapatkan respon positif dengan

Kesenian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul bermacam – macam jenis kesenian yang ada di Gunungkidul khususnya di desa Kemadang masih banyak dari tabel dibawah merupakan

%elain rumah sehat dan jamban, sarana sanitasi lain yag diperiksa di antaranya %/B, %/L dan tempat pengolahan sampah. Dari hasil pemeriksaan yang

mendapat perlakuan hukum secara adil; (5) korban dari pembunuhan yang semena-mena oleh para penguasa; (6) penerima santunan dari orang lain; (7) kaum yang dilecehkan

Pada saat ini banyak sekali orang-orang yang memulai usaha dengan cara berwirausaha atau membuka lapangan kerja sendiri dengan berbagai macam bidang yang dapat

Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efektoksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yangdiberikan secara oral dalam dosis

Membangun Hutan Kota yang baik dan benar harus betul-betul diusahakan dapat terwujud di kota-kota di Indonesia, agar kekuatan dan masa depan bangsa dapat terbentuk sebagai akibat dari

Mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat Arab Ampel sebelum mengenal dan stelah mengenal Al Irsyad dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah”