• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELITA MASYARAKAT. Available online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELITA MASYARAKAT. Available online"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

83

PELITA MASYARAKAT

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/pelitamasyarakat

Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai

Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar

Koncokelas: Animation-Based Learning Video Application as an Effort

to Empower School Dropouts through Learning Houses

Yorizal Tri M. Gulo1), Ahmad Kevin Nasution1), Beby Masitho Batubara1) &

Servista Waruwu2)

1)Program Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Medan Area, Indonesia

2) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area, Indonesia Diterima: 04 November 2020 ; Direview: 06 Februari 2021 ; Disetujui: 02 Maret 2021

*Corresponding Email: [email protected]

Abstrak

Pembangunan sumber daya manusia adalah mengubah persepsi dan sikap serta tindakan masyarakat Kegiatan pengabdian di Desa Duria bertujuan untuk meningkatkan kualitas individu dalam rangka pembangunan sumber daya manusia, membentuk kader masyarakat sebagai Agent of Change, menjadi pilar kebanggaan bagi masyarakat dan mengetahui proses kerja serta cara menerapkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan Koncokelas. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan dengan menggunakan 4 (empat) tahapan, yaitu: tahap awal pengenalan dan penanaman materi, nilai-nilai dan norma kepada para anak putus sekolah di Desa Duria, tahap kedua adalah menumbuhkembangkan orientasi dari kader Koncokelas, tahap ketiga merupakan lanjutan dari tahap pertama dan tahap dua, dan tahap terkahir, dimana di tahap ini Kader Koncokelas siap untuk melakukan kegiatan lapangan. Pengabdian yang dilakukan di Desa Duria dilakukan selama 4 (empat bulan). Dalam kegiatan pengabdian ini yang menjadi khalayak sasaran adalah anak-anak putus sekolah yang berusia 10-15 tahun. Adapun konsep pengabdian yakni Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar. Hasil dari pengabdian ini bahwa kegiatan Koncokelas telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anak-anak putus sekolah serta meningkatkan minat dan motivasi belajar.

Kata Kunci: Koncokelas; Rumah Belajar; Desa Duria

Abstract

The service activities in Duria Village aim to improve the quality of individuals in the context of human resource development, form community cadres as agents of change, become a pillar of pride for the community and know the work process and how to implement community empowerment activities with Concloc activities. The implementation of activities is carried out using 4 (four) stages, namely: the initial stage of introducing and planting material, values and norms to school dropouts in Duria Village, the second stage is to develop the orientation of Koncokelas cadres, the third stage is a continuation of the stage the first and second stage, and the last stage, where at this stage the Koncokelas Cadres are ready to carry out field activities. The service that was carried out in Duria Village was carried out for 4 (four months). In this service activity, the target audience is school dropouts aged 10-15 years. The concept of service, namely Koncokelas: Application of Animation-Based Learning Videos as Efforts to Empower School Dropouts through Learning Houses. The result of this dedication is that the Classroom activities have succeeded in increasing the knowledge and skills of school dropouts as well as increasing their interest and motivation to learn.

Keywords: Koncokelas; Learning House; Duria Village.

How to Cite: Gulo. M.T.Y, Nasution. K.A, Batubara. B.M & Waruwu. S. (2021). Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar dalam Mewujudkan Pendidikan Berkelanjutan. Pelita Masyarakat: 2(2): 83-94.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam pembangunan yang diusung oleh pemerintah Indonesia selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Pencapaian tujuan ini diwujudkan melalui berbagai proses pembangunan di segala bidang. Salah satu di antaranya adalah pendidikan dan pembangunan kesejahteraan sosial. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan, secara tegas disebutkan sebagai berikut.

UU SISDIKNAS (2011) menyatakan, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, pendidikan mengalami perubahan sepanjang waktu, oleh karenanya pendidikan tidak mengenal akhir atau berlaku seumur hidup. Dengan pendidikan dapat menghasilkan manusia yang berbudi pekerti luhur dan berwawasan luas. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sekaligus bagian terpenting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, anak-anak terus dibekali ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dalam memformulasikan tujuan masa depan yang positif sehingga dengan pendidikan akan mampu memandu setiap langkah anak-anak yang secara sadar untuk menemukan dan mencapai cita-citanya. Pendidikan dasar wajib seorang anak adalah 9 tahun yaitu pendidikan SD dan SMP, apabila dilihat dari umur mereka yang wajib untuk sekolah yaitu anak pada usia 7 sampai 15 tahun namun pemerintah telah menetapkan bahwa seorang anak harus berpendidikan minimal 12 tahun atau sampai lanjutan tingkat atas (SMA) (Liansyah, 2014). Pendidikan adalah hak yang sangat fundamental dan wajib untuk dipenuhi dengan kerjasama dari orangtua, masyarakat dan pemerintah. Hal tersebut di atur dalam Undang-Undang pendidikan No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 34 ayat 1-3 telah ditetapkan bahwa :

Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar

Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya dalam Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia Pasal 60 Ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap anak berhak memperolah pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasan”. Hal ini membuktikan bahwa anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran baik yang dilaksanakan secara formal maupun nonfromal tanpa melihat status sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang, keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang telah berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyahardjo, 2001). Keberhasilan pendidikan tidak hanya menjadi tugas pemerintah semata tetapi juga keluarga dan masyarakat agar turut berperan secara aktif dalam mempersiapkan generasi– generasi penerus bangsa yang kelak berguna bagi pembangunan pada masa yang akan datang (Dewi, Zulkarnain & Utami, 2014).

(3)

85

Putus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang atau anak yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti. Menurut Mc Millen Kaufman dan Whitener faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri anak putus sekolah baik berupa kemalasan anak putus sekolah, hobi bermain anak putus sekolah, rendahnya minat yang menyebabkan anak putus sekolah. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri anak putus sekolah baik berasal dari orang tua yakni keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, hubungan orang tua yang kurang harmonis, latar belakang pendidikan orang tua sehingga menyebabkan dorongan anak untuk bersekolah juga rendah,ataupun lingkungan yang kurang mendukung seperti jarak rumah dengan sekolah yang jauh (Suryadi, 2014). Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar dimana terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai (Madani & Risfaisal, 2016). Anak merupakan generasi penerus bagi kelangsungan hidup keluarga, bangsa dan negara di masa mendatang (Gunarm, 2004). Dengan begitu setiap generasi penerus harus diberikan jaminan untuk terus tumbuh dan berkembang agar mampu menghasilkan aksi dan pemikiran terhadap setiap permaslahan kehidupan yang dihadapi.

Peningkatan kualitas pendidikan anak putus sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang bermutu dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi yakni pengaplikasian video pembelajaran yang berbasis animasi. Dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan proses belajar mengajar yakni terkait dengan metode mengajar yang dipakai dan juga media pembelajaran. Kedua aspek ini saling memepengaruhi satu sama lain dimana dengan adanya pemilihan salah satu metode mengajar akan berpengaruh terhadap jenis media pembelajaran yang sesuai (Arsyad, 2011). Dengan adanya media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dengan tepat akan menghasilkan hal-hal yang abstrak menjadi kongkrit dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakansehingga pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dapat ditingkatkan (Basri, 2013). Animasi merupakan satu bentuk presentasi bergambar yang paling menarik, yang berupa simulasi gambar bergerak yang menggambarkan perpindahan atau pergerakan suatu objek (Mayer & Moreno, 2002). Secara multimedia, animasi diartikan sebagai kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (Syah, et al., 2019). Penggunaan animasi dalam proses pembelajaran sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pengajaran, serta hasil pembelajaran yang meningkat (Sukiyasa & Sukoco, 2013). Selain itu, juga dapat meningkatkan motivasi serta membangkitkan kemauan bertindak (Kemp & Dayton, 1985).

Pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan yang terorganisir dan sistematis diluar sistem persekolahan yang mapan. Dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan berlajarnya (Sudjana, 2001). Pendidikan non formal dapat menjadi pilihan yang tepat bagi seseorang yang mengalami putus sekolah sehingga mereka dapat menambah pengetahuan mereka dan dapat menjadi bekal untuk mendapat pekerjaan. Dalam rangka memberdayakan anak putus sekolah terdapat beberapa macam pendidikan yang termasuk kedalam pendidikan non formal, diantaranya pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan

(4)

untuk memebrdayakan dan mengembangkan kemampuan masyarakat yang putus sekolah (Rifai, 2016). Pemberdayaan masyarakat anak putus sekolah dirancang untuk menanggulangi ketertinggalan merupakan bagian dari upaya mempercepat proses perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang masih tertinggal (Sururi, 2015). Oleh karena itu konsep dan proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja (Adi, 2008; Adam, 2020; Sinulingga & Hodriani, 2015).

ANALISIS SITUASIONAL

Desa Duria teletak di Kecamatan Lolofitu Moi Kabupaten Nias Barat Provinsi Sumatera Utara. Desa ini terdiri dari 176 KK (Kepala Keluarga). Mayoritas penduduknya bekerja sebagi petani karet. Tingkat pendidikan di desa ini masih rendah dimana masih banyak anak-anak yang putus sekolah. Desa ini terdiri atas dua dusun yaitu dusun Aine dan dusun Talabu.

Dalam kegiatan pengabdian ini yang menjadi khalayak sasaran adalah anak-anak putus sekolah yang berusia 10-15 tahun. Jumlah khalayak sasaran ini adalah sebanyak 40 orang. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan ini akan melibatkan 5 orang tokoh masyarakat Desa Duria, kepala desa, kepala dusun serta beberapa pemuda Desa Duria dalam melakukan koordinasi, kerjasama dan dalam memelihara ketertiban jalannya kegiatan. Nantinya dalam pelaksanaan kegiatan ini, dari 40 orang masyarakat sasaran akan dibagi dalam 4 (empat) kelompok untuk mempermudah dalam pelatihan. Adapun kegiatan yang akan kami buat adalah Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar, pelatihan dan pembinaan keterampilan berwirausaha, pengetahuan tentang moral dan sosial, pemberian materi tentang cara memanfaatkan potensi desa Duria, serta pembentukan kader-kader Koncokelas.

Adapun identifikasi permasalahan di Desa Duria adalah tingkat pendidikan warga Desa Duria yang masih didominasi lulusan yang tidak tamat SD hingga SMA menjadi kendala dalam membangun masyarakatnya dan tidak adanya wadah bagi para anak dan pemuda di Desa Duria sebagai tempat untuk mengembangkan potensi atau keterampilan, serta tidak adanya wadah yang berfungsi sebagai kontrol sosial masyarakat.

Mengingat tingkat pendidikan dari mereka adalah mayoritas putus sekolah atau tidak tamat sekolah. Hal ini yang menjadi dasar dan motivasi untuk segera dibentuknya Koncokelas untuk dikembangkan supaya menjadi agen pembangunan desa. Masyarakat sangat mengharapkan dan menginginkan para pemuda desa mampu menjadi generasi yang dapat membawa kondisi desa ke arah yang lebih baik, bukan menjadi benalu yang terpengaruh dan berperilaku negatif. Karena pada hakikatnya anak dan pemuda adalah aset masyarakat yang menjadi pilar pembangunan dan pewaris nilai dan norma yang berlaku demi keberlangsungan kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang.

METODE PELAKSANAAN

Pembentukan dan pelaksanaan Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar dalam Mewujudkan Pendidikan Berkelanjutan di Desa Duria dengan menggunakan 4 (empat) tahapan, yaitu:

1. Tahap awal pengenalan dan penanaman materi, nilai-nilai dan norma kepada para

(5)

87

untuk dijadikan sebagai Pendidik Koncokelas. Kegiatan ini meliputi: Sosialisasi

(Program Desa Binaan), Pembekalan Pembinaan Awal Koncokelas, Capacity Building

Kader Koncokelas dan Praktek dan Evaluasi I dari Kader Koncokelas.

2. Tahap menumbuhkembangkan orientasi dari kader Koncokelas agar memiliki mental

yang siap untuk menjadi Pendidik Koncokelas. Kegiatan ini meliputi: Evaluasi II, Ice Breaking Pengenalan Masalah, Pembekalan dan Arahan oleh Trainer dan Malam Konsolidasi.

3. Lanjutan dari tahap pertama dan tahap dua. Dalam tahap ini kader Koncokelas telah

memiliki mental sebagai Pendidik Koncokelas, orientasi dan tujuan pada indeks pembangunan manusia di Desa Duria. Kegiatan ini meliputi: Seminar Penyuluhan, Praktek dan Evaluasi III, Ice Breaking dan Penguatan Materi dan Praktek dan Evaluasi IV.

4. Tahap terkahir, dimana di tahap ini Kader Koncokelas siap untuk melakukan kegiatan

lapangan dengan berinteraksi dan berhadapan secara langsung, mengaplikasikan materi program Koncokelas yang telah diterima melalui penyuluhan, sosialisasi, konseling dan kegiatan lainnya kepada masyarakat Desa Duria, Sekaligus pembuatan Laporan. Kegiatan ini meliputi: Ice Breaking, Briefing, dan Mentoring, Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan I, Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan II, dan Pelaporan.

Adapun strategi pembinaan masyarakat sasaran dilakukan dengan dengan cara pemberian pemahaman materi terlebih dahulu, melakukan diskusi (tanya jawab) dengan peserta, pembagian kelompok khalayak sasaran, melakukan uji coba, mempraktekkan langsung atau mengimplementasikannya serta melakukan monitoring dan evaluasi.

Gambar 1 Roadmap Kegiatan Koncokelas HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Duria merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lolofitu Moi Kabupaten Nias Barat. Desa ini terdiri dari 176 KK (Kepala Keluarga). Mayoritas

(6)

penduduknya bekerja sebagi petani karet. Desa ini terdiri atas dua dusun yaitu dusun

Aine dan dusun Talabu. Berikut gambaran lokasi kegiatan.

Gambar 2 Lokasi Kegiatan Pengabdian

Di Desa Duria Kecamatan Lolofiti Moi Kabupaten Nias Barat, masih banyak anak-anak yang putus sekolah dan masih sedikit jumlah yang bisa menyelesaikan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya jarak yang jauh antara tempat tinggal dan sekolah, pendapatan yang belum memadai, serta sarana dan prasarana pendidikan yang kurang. Sehingga jumlah anak-anak putus sekolah di daerah tersebut semakin meningkat dan membudaya. Permasalahan di Desa Duria, sebenarnya adalah masalah yang sudah kultural (sudah dari dulu), dan yang menjadi permasalahan pada saat ini adalah pada masyarakat itu sendiri. Kadang kala karena keadaan yang struktural menyebabkan keadaan yang turun-temurun (ayahnya berprofesi sebagai petani dan selanjutnya anaknya juga menuruskan profesi sebagai petani). Hal ini menyebabkan mereka hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga anaknya tidak lagi diinves untuk memperoleh pendidikan, apalagi memperbaiki lingkungan sarana perumahan dan sebagainya. Berikut gambaran tentang Desa Duria dari aspek pendidikan, pekerjaan dan agama (Data diperoleh dari Kepala Desa Duria, 2020).

Tabel 1. Daftar Penduduk Desa Duria Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (orang)

1 Strata 2 2 2 Strata 1 80 3 D-3 14 4 D-2 1 5 SMA 146 6 SMP 89 7 SD 124 8 TK 98 9 Tidak Tamat SD 245

Sumber: Kantor Desa Duria 2020

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian penduduk Desa Duria sudah memperoleh pendidikan dimana tingkat SD adalah sebanyak 124 orang, SMP sebanyak 89 orang, SMA sebanyak 146 orang, D-2 sebanyak satu orang, D-3 sebanyak 14 orang, Strata 1 sebanyak 80 orang, Strata 2 sebanyak 2 orang. Sementara itu, jumlah yang tidak tamat SD lebih mendominasi yakni 245 orang.

(7)

89

Tabel 2. Daftar Penduduk Desa Duria Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang)

1 Pegawai Negeri Sipil 31

2 Petani 305

3 Wiraswasta 70

4 Karyawan Honorer 10

5 Guru Swasta 19

6 Pelajar 298

7 Mengurus Rumah Tangga 12

8 Belum Bekerja 52

Sumber: Kantor Desa Duria 2020

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Duria berprofesi sebagai petani (ada 305 orang), wiraswasta sebanyak 70 orang, pegawai negeri sipil sebanyak 31 orang, karyawan honorer sebanyak 10 orang, guru swasta sebanyak 19 orang, pelajar 298 orang, mengurus rumah tangga sebanyak 12 orang dan yang belum bekerja sebanyak 52 orang.

Pengabdian yang dilakukan di Desa Duria dilakukan selama 4 (empat bulan). Dalam kegiatan pengabdian ini yang menjadi khalayak sasaran adalah anak-anak putus sekolah yang berusia 10-15 tahun. Jumlah khalayak sasaran ini adalah sebanyak 40 orang. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan ini akan melibatkan 5 orang tokoh masyarakat Desa Duria, kepala desa, kepala dusun, beberapa masyarakat serta beberapa pemuda Desa Duria dalam melakukan koordinasi, kerjasama dan dalam memelihara ketertiban jalannya kegiatan.

Adapun konsep pengabdian yakni Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar. Strategi penerapannya adalah dengan memberikan materi pembelajaran kepada anak-anak putus sekolah dengan menggunakan media yakni video animasi untuk mempermudah dalam pemahaman materi serta untuk menarik perhatian anak-anak putus sekolah. Pokok bahasan yang dimuat dalam video animasi ini di antaranya Keterampilan Kewirausahaan, Pendidikan Integritas, Pendidikan Akhlak dan Moral, Keterampilan Komputer, Ilmu-Ilmu Dasar, dan Pendidikan Seni.

Pengabdian ini dilakukan bertujuan meningkatkan kualitas individu dalam rangka pembangunan sumber daya manusia melalui Koncokelas Desa Duria, membentuk kader

Koncokelas sebagai Agent of Change serta pilar kebanggaan bagi masyarakat Desa Duria

dalam hal pembangunan manusia, mengubah persepsi dan sikap serta tindakan

masyarakat dari traditional behavior menjadi knowledge behavior melalui kegiatan

Koncokelas derta untuk mengetahui proses dan proses kerja serta cara menerapkan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar dalam Mewujudkan Pendidikan Berkelanjutan di Desa Duria.

Selain itu, pengabdian ini diharapkan berkelanjutan untuk dapat menciptakan pengetahuan baru dan serta pola pikir masyakakat Desa Duria dalam meningkatkan sumber daya manusia, melalui materi dan pelatihan-pelatihan maka minat kreatifitas, hobi, dan bakat anak dan pemuda Desa Duria dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang menguntungkan secara aspek sosial, pendidikan dan ekonomi, serta untuk

(8)

menghasilkan pendidikan yang berkelanjutan di Desa Duria. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan yakni:

a. Dalam pelaksanaan kegiatan meliputi tahap Sosialisasi (Program Desa Binaan)

b. Pembekalan Pembinaan Awal Koncokelas

c. Capacity Building Kader Koncokelas

d. Praktek dan Evaluasi I dari Kader Koncokelas

e. Evaluasi II

f. Ice Breaking Pengenalan Masalah

g. Pembekalan dan Arahan oleh Trainer

h. Malam Konsolidasi

i. Seminar Penyuluhan

j. Praktek dan Evaluasi III

k. Ice Breaking dan Penguatan Materi

l. Praktek dan Evaluasi IV

m. Ice Breaking, Briefing, dan Mentoring

n. Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan I

o. Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan II

p. Pelaporan

Berikut dekripsi kegiatan pelaksanaan kegiatan pengabdian di Desa Duria.

Survei awal

Pada tahap ini, kelompok kami telah melaksanakan survei di Desa Duria Kecamatan Lolofitu Moi Kabupaten Nias Barat. Dalam kegiatan ini, kelompok kami menyurvei berbagai potensi desa, lokasi masyarakat sasaran, permasalahan yang dihadapi, kebutuhan masyarakat sasaran serta tempat pelaksanaan kegiatan pengabdian.

a. Identifikasi masalah

1. Tingkat pendidikan warga Desa Duria yang masih didominasi lulusan yang tidak

tamat SD hingga SMA menjadi kendala dalam membangun masyarakatnya.

2. Tidak adanya wadah bagi para anak dan pemuda di Desa Duria sebagai tempat

untuk mengembangkan potensi atau keterampilan, serta tidak adanya wadah yang berfungsi sebagai kontrol sosial masyarakat.

b. Analisis kebutuhan

Desa Duria merupakan desa dengan jumlah Kepala Keluarga 176 KK. Mengingat tingkat pendidikan dari mereka adalah mayoritas lulusan SD, SMP, SMA. Hal ini yang menjadi dasar dan motivasi untuk segera dibentuknya Koncokelas untuk dikembangkan supaya menjadi agen pembangunan desa. Masyarakat sangat mengharapkan dan menginginkan para pemuda desa mampu menjadi generasi yang dapat membawa kondisi desa ke arah yang lebih baik, bukan menjadi benalu yang terpengaruh dan berperilaku negatif. Karena pada hakikatnya anak dan pemuda adalah aset masyarakat yang menjadi pilar pembangunan dan pewaris nilai dan norma yang berlaku demi keberlangsungan kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang.

c. Penetapan khalayak sasaran

Yang menjadi khalayak sasaran adalah anak-anak putus sekolah yang berusia 10-15 tahun. Jumlah khalayak sasaran ini adalah sebanyak 40 orang.

d. Penyusunan program

Program yang akan dilaksanakan mengikuti roadmap kegiatan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

e. Perumusan dan pengukuran indikator keberhasilan

Adapun perumusan dan pengukuran indikator keberhasilan ini, yaitu Perubahan perilaku masyarakat (pengetahuan, sikap mental/kesadaran dan keterampilan),

(9)

91

perubahan fisik, terjalinnya kemitraan dengan berbagai pihak, terbentuknya kelembagaan lokal di masyarakat yang akan meneruskan dan mengembangkan program, dihasilkannya rancangan program tindak lanjut pasca PHP2D, serta terjadinya proses implementasi mata kuliah di desa binaan.

f. Pelaksanaan Program

Pembentukan dan pelaksanaan Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar dalam Mewujudkan Pendidikan Berkelanjutan di Desa Duria dengan menggunakan 4 (empat) tahapan, yaitu: Tahap awal pengenalan dan penanaman materi, nilai-nilai dan norma kepada para anak putus sekolah di Desa Duria sekaligus memilih anak dan pemuda potensial untuk dijadikan sebagai Pendidik Koncokelas. Kegiatan ini meliputi: Sosialisasi (Program Desa Binaan), Pembekalan Pembinaan

Awal Koncokelas, Capacity Building Kader Koncokelas dan Praktek dan Evaluasi I dari

Kader Koncokelas. Tahap menumbuhkembangkan orientasi dari kader Koncokelas agar memiliki mental yang siap untuk menjadi Pendidik Koncokelas. Kegiatan ini meliputi: Evaluasi II, Ice Breaking Pengenalan Masalah, Pembekalan dan Arahan oleh Trainer dan Malam Konsolidasi. Lanjutan dari tahap pertama dan tahap dua. Dalam tahap ini kader Koncokelas telah memiliki mental sebagai Pendidik Koncokelas, orientasi dan tujuan pada indeks pembangunan manusia di Desa Duria. Kegiatan ini meliputi: Seminar Penyuluhan, Praktek dan Evaluasi III, Ice Breaking dan Penguatan Materi dan Praktek dan Evaluasi IV. Tahap terkahir, dimana di tahap ini Kader Koncokelas siap untuk melakukan kegiatan lapangan dengan berinteraksi dan berhadapan secara langsung, mengaplikasikan materi program Koncokelas yang telah diterima melalui penyuluhan, sosialisasi, konseling dan kegiatan lainnya kepada masyarakat Desa Duria, Sekaligus pembuatan Laporan. Kegiatan ini meliputi: Ice Breaking, Briefing, dan Mentoring, Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan I, Kegiatan Lapangan dan Evaluasi kegiatan II, dan Pelaporan. Berikut dokumentasi kegiatan.

(10)

Gambar 3 Kegiatan Sosialisasi dan Pendampingan

a. Strategi pembinaan khalayak sasaran

Strategi pembinaan masyarakat sasaran dilakukan dengan dengan cara pemberian pemahaman materi terlebih dahulu, melakukan diskusi (tanya jawab) dengan peserta, pembagian kelompok khalayak sasaran, melakukan uji coba, mempraktekkan langsung atau mengimplementasikannya serta melakukan monitoring dan evaluasi.

b. Perintisan kemitraan

Yang menjadi khalayak sasaran adalah anak-anak putus sekolah yang berusia 10-15 tahun. Jumlah khalayak sasaran ini adalah sebanyak 40 orang. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan ini akan melibatkan 5 orang tokoh masyarakat Desa Duria, kepala desa, kepala dusun serta beberapa pemuda Desa Duria dalam melakukan koordinasi, kerjasama dan dalam memelihara ketertiban jalannya kegiatan. Nantinya dalam pelaksanaan kegiatan ini, dari 40 orang masyarakat sasaran akan dibagi dalam 4 (empat) kelompok untuk mempermudah dalam pelatihan.

c. Monitoring dan Evaluasi berdasarkan indikator keberhasilan program

Tahap monitoring dilakukan agar proses keberlanjutan oleh Tim Pengelola dari masyarakat tentunya masih membutuhkan pembimbingan dalam proses pelaksanaan program. Dengan demikian tujuan dari tahap monitoring di antaranya: 1) Melihat perkembangan program yang telah dilaksanakan; 2) Mengetahui kendala yang ada dalam proses pelaksanaan program; 3) Mencari solusi terhadap masalah yang ada, sehingga program Desa Binaan yang dilaksanakan benar-benar efektif dan maksimal serta bersinergis. Tahap Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan program. Melalui proses evaluasi, kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan program dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Tahap ini dilakukan oleh Tim Peneliti (mahasiswa dan dosen) bersama pihak panitia dari masyarakat.

d. Lokakarya hasil dengan menghadirkan stakeholder program

Tahap ini bertujuan untuk menginformasikan berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan ini tentunya dengan menghadirkan stakeholder program, mulai dari masyarakat sasaran, kader-kader, tokoh masyarakat, kepala desa, mahasiswa, dosen dan panitia pelaksana kegiatan.

e. Pelaporan

1. Pembuatan Laporan Awal. Pembuatan laporan awal disesuaikan dengan hasil yang

telah dicapai selama melakukan pembinaan terhadap masyarakat sasaran di Desa Binaan. Memaparkan proses pelaksanaan program dari awal hingga akhir serta perkembangan dari setiap program yang telah disusun.

2. Revisi Laporan. Revisi laporan dilakukan apabila terdapat perkembangan baru

saat Program Bina Desa berlangsung atau telah selesai dilaksanakan.

3. Pembuatan Laporan Akhir. Pembuatan laporan akhir dilakukan setelah melakukan

revisi laporan apabila terjadi kesalahan dalam pembuatan laporan agar dalam penyusunan laporan akhir diperoleh hasil yang lebih baik dari laporan awal.

f. Pemutakhiran data sasaran pasca program per 4 bulan

Dalam kegiatan pemutakhiran data sasaran pasca program dilakukan dengan menulis dan mendata lembaga/kelompok/kegiatan yang terbentuk pada saat PHP2D dilaksanakan (dalam masa kontrak) serta kelompok yang baru terbangun, jumlah anggota/masyarakat yang aktif dalam kegiatan lembaga/kelompok serta semua jenis kegiatan lembaga/kelompok dan volume setiap jenis kegiatannya.

(11)

93

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dari 40 orang anak-anak putus sekolah Desa Duria, Kepala Desa Duria dan 5 orang tokoh masyarakat Desa Duria menunjukkan bahwa:

1. Pembelajaran melalui video animasi sangat cocok untuk anak-anak putus sekolah

Desa Duria.

2. Melalui gambar, video, dan teks yang ada dalam video animasi dapat menarik

perhatian anak-anak putus sekolah Desa Duria.

3. Melalui materi pembelajaran kewirausahaan yang diberikan dapat meningkatkan

keterampilan anak-anak putus sekolah untuk terus menggali bakat-bakat yang dimiliki.

4. Dapat memotivasi anak-anak putus sekolah di Desa Duria untuk terus belajar.

5. Dapat menimbulkan antusias masyarakat Desa Duria untuk terus menyekolahkan

anak-anak mereka.

6. Mampu mengubah cara pandang perilaku individu atau kelompok masyarakat Desa

Duria menjadi lebih produktif serta menjadi agen dalam peningkatan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya manusia bagi masyarakatnya.

7. Mampu Mengubah persepsi dan sikap serta tindakan masyarakat dari traditional

behavior menjadi knowledge behavior melalui kegiatan Koncokelas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran yang Berbasis animasi ini telah berhasil meningkatkan minat anak-anak putus sekolah untuk terus belajar dan semangat melakukan pembelajaran seperti proses pembelajaran pada umumnya (sekolah formal).

SIMPULAN

Kegiatan pengabdian di Desa Duria bertujuan untuk meningkatkan kualitas individu dalam rangka pembangunan sumber daya manusia, membentuk kader

masyarakat sebagai Agent of Change, menjadi pilar kebanggaan bagi masyarakat dan

mengetahui proses kerja serta cara menerapkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan Koncokelas. Penerapan Koncokelas: Aplikasi Video Pembelajaran Berbasis Animasi sebagai Usaha Pemberdayaan Anak Putus Sekolah melalui Rumah Belajar dapat meningkatkan minat dan semangat anak-anak putus sekolah untuk terus belajar serta mampu merasakan suasana belajar layaknya pembelajaran pada umumnya (sekolah formal). Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini juga sangat didukung oleh pemerintahan Desa Duria, tokoh-tokoh masyarakat serta masyarakat Desa Duria. Selanjutnya anak-anak putus sekolah sekaligus sebagai mitra dalam kegiatan pengabdian ini juga sangat semangat dalam mengikuti kegiatan mulai dari dimulainya kegiatan hingga pada akhir kegiatan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemdikbud yang telah memfasilitasi kegiatan pengabdian, Universitas Medan Area yang sangat mendukung kreativitas mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Medan Area atas motivasi yang diberikan untuk terus berkarya, Beby Masitho Batubara, S.Sos, M.AP selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang diberikan. Selain itu, sebagai dosen pembimbing, mendukung, mengarahkan dan mendampingi tim PHP2D mahasiswa-mahasiswa yang luar biasa sudah menjadi kaum intelektual muda melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian kepada

(12)

masyarakat. Tidak hanya itu saja, selaku dosen pendamping sangat bangga atas prestasi mahasiswa bimbingannya sebagai kelompok milineal yang berdedikasi membantu masyarakat yang termarginalisasi untuk tetap memperoleh pendidikan yang layak sehingga menciptakan generasi-generasi milineal yg dapat membangun bangsa Indonesia ke depannya, Kepala Desa Duria Kecamatan Lolofitu Moi Kabupaten Nias Barat atas izin bekerja sama dengan kami, tokoh-tokoh masyarakat Duria Kecamatan Lolofitu Moi Kabupaten Nias Barat atas dukungan yang diberikan, Bapak Sabali Halawa selaku ketua mitra atas kerja sama dan dukungan serta waktu yang diberikan, dan teman-teman satu Tim PHP2D atas kerja sama, kekompakkan, waktu yang diberikan serta energi dan pikiran.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawalli Pers.

Basri, H., Waspodo & Sumarni, S. (2013). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekola Dasar.

Jurnal Inovasi Pendidikan. 3(1): 66-70.

Dewi, I. N., Zulkarnain, Z., dan Utami, R. K. S., (2014). Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SD Tidak Melanjutkan Ke SLTP. JPG (Jurnal Penelitian Geografi), 2(6): 1-10.

Gunarm, D.S, (2004). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. PT BPK: Gunung Mulia

Isbandi, R.A. (2008). Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat: Sebagai Upaya Pemberdayaan

Masyarakat. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Kemp, J. E. & Dayton, D. K. (1985) Planning & Producing Instructional Media (5th ed.). New York: Harper & Row, Publishers.

Liansyah, L., dan Riva’ie, W., (2014). Analisis Faktor Penyebab Putus Sekolah Pada Jenjang Pendidikan SD di Desa Malikian Kecamatan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran, 3(7): 1-10.

Madani, M. & Risfaisal, (2016). Perilaku Sosial Anak Putus Sekolah. Jurnal Equilibrium. IV(2): 186-192. Mayer, R.E., dan Moreno, R. (2002). Animation as an Aid Multimedia Learning Educational Psychology

Review. 14(1): 87-88.

Mudyahardjo, R. (2001) Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada

Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rifai, A. (2016). Pemberdayaan Masyarakat Putus Sekolah Studi di Desa Palangiseng Kabupaten Soppeng.

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM. 3(2): 1- 10.

Sudjana, N. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sukiyasa, K. & Sukoco. (2013). Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Materi Sistem Kelistrikan Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi. 3(1): 129-135.

Ahmad, (2015). Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Jurnal Sawala

Administrasi Negara. 3(2): 1-25.

Suryadi. (2014). Permasalahan dan Alternatif Kebijakan Pendidikan Indonesia. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Syah, R., Susilawati, S., & Muttaqin, E. (2019). E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Edmodo. Pelita Masyarakat, 1(1), 55-63. doi:https://doi.org/10.31289/pelitamasyarakat.v1i1.2807 Adam (2020). Implementasi Model Penyaluran Program Bantuan Sosial Pemberdayaan Ekonomi Untuk

Petani Serai Wangi. PERSPEKTIF, 9 (1): 66-78.

Sinulingga, F dan Hodriani, (2015). Pemberdayaan Anak Jalanan di Rumah Musik Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan Medan, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA (Journal of Governance and Political UMA), 3 (1): 71-87.

Undang-Undang

Undang-Undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2011.

Gambar

Gambar 1 Roadmap Kegiatan Koncokelas
Gambar 2 Lokasi Kegiatan Pengabdian
Tabel 2. Daftar Penduduk Desa Duria Berdasarkan Pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud melakukan analisa pembiayaan Bank Syariah untuk kebutuhan para nelayan di Desa Tajungrejo ujungpangkah Gresik dengan mengangkat

 Jika diasumsikan bahwa Pembentukan Modal Kotor (Gross Capital Formation) mempunyai hubungan yang positif terhadap Produk Domestik Bruto negara- negara di dunia

Dalam hal terlambatnya dosen dalam membuat soal dan keputusan kampus untuk mengadakan ujian susulan, aplikasi ini dapat mengurangi kesulitan Bagian Soal dalam membuat soal untuk

Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak larut eter kembang bulan ( T.diversifolia ) menghambat polimerisasi heme secara in vitro dengan nilai IC 50 168,02±73,5 µg/mL..

Hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran berbasis video animasi memperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) telah dikembangkan konsep video animasi pembelajaran

Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan

Meskipun saat ini kantor pelayanan administrasi desa telah dilengkapi dengan perangkat komputer dan infrastruktur jaringan komputer yang telah ada, akan tetapi belum digunakan

Permasalahan yang diangkat dalam pengabdian ini adalah: (1) Bagaimana eksistensi (keberadaan) Seksi Ketentraman dan Ketertiban dalam menunjang program pemerintah