JOURNAL READING
Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih pada Kehamilan
Dwiana Ocviyanti,* Darrell Fernando**
Preceptor :
dr. Dasril Nizam, Sp.PD-KGEH
Student :
Marleen - 07120110032
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
ABSTRAK
• Infeksi saluran kemih (ISK) sering ditemukan pada
kehamilan
• ISK dibagi menjadi ISK bagian bawah (bakteriuria
asimtomatik, sistitis akut) dan ISK bagian atas
(pielonefritis)
• Perubahan morfologis dan fisiologis pada sistem
genitourinaria semasa kehamilan meningkatkan risiko
ISK.
• Infeksi saluran kemih berhubungan dengan akhir yang
buruk pada kehamilan, seperti persalinan preterm,
pertumbuhan janin terhambat, korioamnionitis, dan
janin lahir mati, sehingga meningkatkan mortalitas
neonatal
• skrining
untuk
bakteriuria
asimtomatik
dianjurkan sebagai salah satu komponen
pemeriksaan rutin asuhan antenatal.
• Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi ISK
adalah kultur urin, tetapi pemeriksaan ini
mahal, tidak praktis, dan membutuhkan waktu
lama untuk mendapatkan hasilnya.
• Uji nitrit dengan tes celup urin merupakan
pemeriksaan yang lebih murah dan cepat dapat
dilihat hasilnya, sehingga dapat digunakan
sebagai pemeriksaan alternatif untuk skrining
ISK pada kehamilan
• hasil uji nitrit positif sebaiknya dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur urin.
• Di pelayanan kesehatan yang sarananya
terbatas tidak mungkin dilakukan kultur
urin, maka hasil uji nitrit positif sudah
dapat dijadikan dasar diagnosis ISK pada
kehamilan
• Semua ISK pada kehamilan harus diterapi
secara adekuat, termasuk bakteriuria
asimtomatik. Pilihan antibiotik yang dapat
digunakan dengan aman, baik terhadap ibu
maupun janin semasa kehamilan memang
sangat
terbatas.
Amoksisilin
dan
seftriakson termasuk antibiotik yang aman
digunakan sepanjang masa kehamilan
• Nitrofurantoin
hanya
boleh
digunakan untuk terapi ISK pada
trimester pertama dan kedua, dan
kotrimoksazol
hanya
boleh
digunakan pada trimester kedua
kehamilan
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) sering ditemukan pada
kehamilan, dengan prevalensi rerata sekitar 10%
• ISK dibagi menjadi:
1. bagian bawah (bakteriuria asimtomatik, sistitis
akut)
2. bagian atas (pielonefritis)
ISK tidak bergejala (bakteriuria asimtomatik) dan
ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis)
masing-masing ditemukan pada 2-13% dan 1-2% ibu hamil.
Di Indonesia, prevalensi bakteriuria asim-tomatik
pada kehamilan adalah 7,3%
Perubahan fisiologis pada saluran kemih
sepanjang kehamilan meningkatkan risiko
ISK.
1.
Pengaruh hormon progesteron dan
obstruksi oleh uterus menyebabkan
dilatasi sistem pelviokalises dan ureter,
serta peningkatan refluks vesikoureter
2.
Tekanan oleh kepala janin juga
menghambat drainase darah dan limfe
dari dasar vesika, sehingga daerah
tersebut mengalami edema dan rentan
terhadap trauma.
ISK telah diketahui berhubungan dengan
kesudahan kehamilan yang buruk, seperti
persalinan preterm, pertumbuhan janin
terhambat, bahkan janin lahir mati (stillbirth).
Komplikasi ini bukan hanya akibat ISK
bergejala, tetapi bakteriuria asimtomatik juga
dapat menyebabkan komplikasi tersebut.
Bakteri
patogen
dari
vesika
dapat
membentuk koloni pada saluran genitalia
bagian
bawah,
dan
menyebabkan
korioamnionitis.
sangat
penting
bagi
seorang
dokter dapat melakukan upaya
skrining,
diagnosis,
serta
pemberian terapi yang sesuai
pada ibu hamil dengan ISK.
Pada sebuah studi yang melibatkan
4290 sampel kultur urin positif
dilaporkan bahwa bakteri patogen
tersering pada ISK adalah
Escherichia coli
KRITERIA DIAGNOSIS
• Pemeriksaan yang paling ideal untuk
deteksi adanya ISK adalah kultur
urin
ISK
DIAGNOSIS (nilai ambang
batas yang digunakan )
ISK bergejala (sistitis akut dan
pielonefritis)
10
3colony forming units/ml
(cfu/ mL)
ISK tak bergejala (bakteriuria
asimtomatik)
Diagnosis bakteriuria asimtomatik pada
perempuan, termasuk ibu hamil, harus
digunakan sampel yang berasal dari urin
pancar tengah yang diambil secara bersih
(midstream, clean- catch urine sample)
Masalah :
• layanan kesehatan dengan fasilitas
yang terbatas fasilitas untuk kultur urin
tidak ada
• biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil
Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode tidak
langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi
inflamasi
Metode tes celup urin, yang dapat digunakan untuk
deteksi nitrit, esterase leukosit, protein, dan darah di
dalam urin
• dilakukan
berbagai
penelitian
terhadap
nilai
diagnostik uji nitrit dengan tes celup urin dalam
deteksi bakteriuria asimtomatik. Hasil penelitian
tersebut sangat beragam, dengan didapatkannya
sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai
prediksi negatif uji nitrit secara berturut-turut berkisar
antara 15-57%, 78-99%, 50-94%, dan 23-97%.
Hasil
telaah
sistematik
terhadap
beberapa pene litian menyimpulkan
bahwa tes celup urin tidak cukup
sensitif untuk deteksi bakteriuria
asimtomatik
pada
ibu
hamil
sebaiknya hanya dilakukan pada
pelayanan kesehatan yang tidak
memiliki fasilitas kultur urin.
Idealnya, semua uji nitrit positif untuk
diagnosis ISK pada kehamilan harus
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur
urin pancar tengah yang diambil secara
bersih
Mengingat komplikasi akibat ISK pada
kehamilan,
maka
pada
pelayanan
kesehatan yang sarananya terbatas
untuk dapat melakukan kultur urin, hasil
uji nitrit sudah dapat dijadikan dasar
diagnosis dan terapi ISK pada kehamilan.
Metode Pengambilan Spesimen Urin Pancar
Tengah yang Diambil Secara Bersih
Pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel urin
harus diambil dengan teknik pancar tengah untuk
menghindari kontaminasi.
Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup
urin, sampel urin yang digunakan harus berasal dari
urin pertama pada pagi hari segera sesudah pasien
bangun tidur.
Jika tidak tahan buang air kecil minimal 2 jam sebelum
urin diambil untuk diperiksa (diperlukan waktu yang
cukup untuk berubahnya nitrat menjadi nitrit di dalam
kandung kemih)
Tahapan pengambilan sampel urin pancar
tengah yang diambil secara bersih adalah
sebagai berikut.
• Cuci labia dan perineum dengan air dan
sabun.
• Duduk atau jongkok di toilet dengan posisi
kaki mengangkang, buka labia dengan dua
jari.
• Gunakan kapas, kasa, atau tisu yang
sudah dibasahi dengan air steril atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT, air yang
sudah dimasak selama minimal 30 menit)
untuk membersihkan daerah sekitar
orifisium uretra dan bagian dalam labia.
Kasa/kapas/tisu diusapkan satu kali saja
dari arah orifisium uretra ke arah vagina.
Bila
diperlukan,
harus
digunakan
kasa/kapas/tisu yang baru dengan arah
pengusapan yang sama (Gambar 1a).
• Keluarkan
sedikit
kemih
tanpa
ditampung, lalu tahan
• sesaat sebelum melanjutkan berkemih
ke dalam wadah urin yang diletakkan
sedekat mungkin dengan muara
uretra tanpa menyentuh daerah
genitalia (Gambar 1b & 1c). Pastikan
wadah urin minimal terisi separuhnya.
• Setelah wadah urin terisi, sisihkan
wadah
tersebut
dan
selesaikan
berkemih.
TATALAKSANA
Semua ISK pada kehamilan, baik
bergejala maupun tidak, harus diterapi
skrining bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan dilakukan minimal satu kali
pada setiap trimester.
• resistensi antibiotik yang cukup tinggi
pada bakteri patogen yang menyebabkan
ISK, extended spectrum beta- lactamase
E.coli (ESBL) dan MRSA (methicillin
resistant staphylococcus aureus).
• Golongan
antibiotik
yang
sudah
dilaporkan mengalami resistensi adalah
golongan beta- laktam, kuinolon, dan
aminoglikosida.
• Antibiotik yang masih jarang dilaporkan
resistens adalah golongan glikopeptida,
PENCEGAHAN
• Sekitar 15% ibu hamil akan mengalami
ISK
berulang
sehingga
dibutuhkan
pengobatan ulang dan upaya pencegahan
• Beberapa negara sudah mengeluarkan
panduan untuk pencegahan ISK berulang
dengan antimikroba, baik secara
terus-menerus maupun pascasanggama, dan
dengan terapi non-antimikroba seperti
konsumsi jus
cranberry
Pemberikan antibiotik profilaksis secara
terus-menerus hanya dianjurkan pada wanita yang
sebelum hamil memiliki riwayat ISK berulang,
atau ibu hamil dengan satu episode ISK yang
disertai dengan salah satu faktor risiko berikut
ini:
• riwayat ISK sebelumnya
• diabetes
• sedang menggunakan obat steroid
• dalam kondisi penurunan imunitas tubuh
• penyakit ginjal polikistik
• nefropati refluks
• kelainan saluran kemih kongenital
• gangguan kandung kemih neuropatik
• adanya batu pada saluran kemih
• Antibiotik profilaksis pascasanggama
diberikan pada ibu hamil dengan
riwayat
ISK
terkait
hubungan
seksual. Pada kondisi ini, ibu hamil
hanya minum antibiotik setelah
melakukan berhubungan seksual,
sehingga efek samping obat yang
ditimbulkan akan lebih sedikit bila
dibandingkan
dengan
antibiotik
profilaksis yang digunakan secara
terus- menerus
Antibiotik
profilaksis
yang
dapat
digunakan secara terus menerus
sepanjang kehamilan adalah:
• sefaleksin per oral satu kali sehari
250 mg
• amoksisilin per oral satu kali sehari
250 mg
Antibiotik yang sama dapat digunakan
sebagai profilaksis pascasanggama
dengan dosis yang sama sebagai dosis
tunggal.
DAFTAR PUSTAKA
• Bolton M, Horvath DJ Jr., Li B, Cortado H, Newsom D, White P, et al.
Intrauterine growth restriction is a direct consequence of localized maternal
uropathogenic Escherichia coli cystitis. PLoS One. 2012;7(3):e33897.
• 2. Dwyer PL, O’Reilly M. Recurrent urinary tract infection in the female. Curr
Opin Obstet Gynecol. 2002;14:537-43.
• 3. Ocviyanti D, Santoso BI, Junizaf. Penggunaan tes nitrit dan tes esterase
leukosit untuk penapisan bakteriuria tanpa gejala pada wanita hamil.
Indonesia J Obstet Gynecol. 1996;20:83-90.
• 4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics. 23rd ed. USA: McGraw-Hill; 2010. 5. Giraldo PC, Araujo
ED, Junior JE, do Amaral RL, Passos MR, Goncalves AK. The prevalence of
urogenital infections in preg- nant women experiencing preterm and full-term
labor. Infect Dis
• Obstet
Gynecol:
2012;:878241.
6. Rizvi M, Khan F, Shukla I, Malik A, Shaheen. Rising prevalence
• of antimicrobial resistance in urinary tract infections during preg- nancy:
necessity for exploring newer treatment options. J Lab Physicians.
2011;3:98-103.
• 7. Grabe M, Bjerklund-Johansen TE, Botto H, Wullt B, Cek M, Naber KG, et al.
Guidelines on urological infections. EAU Guide- lines. Arnhem. The
Netherlands: European Association of Uro- logy (EAU); 2011.
• 8. Schmiemann G, Kniehl E, Gebhardt K, Matejczyk MM, Hum- mers-Pradier E.
The diagnosis of urinary tract infection: a sys- tematic review. Dtsch Arztebl
Int. 2010;107(21):361-7.
• Lorentzon S, Hovelius B, Miorner H, Tendler M, Aberg A. The diagnosis of bacteriuria during pregnancy. Scand J Prim Health Care. 1990;8:81-3.
• Mignini L, Carroli G, Abalos E, Widmer M, Amigot S, Nardin JM, et al. Accuracy of
diagnostic tests to detect asymptomatic bacte- riuria during pregnancy. Obstet Gynecol. 2009;113(2 Pt 1):346- 52.
• Thakre SS, Dhakne SS, Thakre SB, Thakre AD, Ughade SM, Kale P. Can the Griess
nitrite test and a urinary pus cell count of >5 cells per micro litre of urine in pregnant women be used for the screening or the early detection of urinary tract infections in rural India? J Clin Diagn Res. 2012;6(9):1518-22.
• Tincello DG, Richmond DH. Evaluation of reagent strips in de- tecting asymptomatic
bacteriuria in early pregnancy: prospec- tive case series. BMJ. 1998;316(7129):435-7.
• Van Nostrand JD, Junkins AD, Bartholdi RK. Poor predictive ability of urinalysis and
microscopic examination to detect uri- nary tract infection. Am J Clin Pathol. 2000;113(5):709-13.
• Awonuga DO, Fawole AO, Dada-Adegbola HO, Olola FA, Awonuga OM. Asymptomatic
bacteriuria in pregnancy: evaluation of re- agent strips in comparison to microbiological culture. Afr J Med Med Sci. 2011;40(4):377-83.
• 15. Nelson-Piercy C. Renal disease. In: Luesley DM, Baker PN, edi- tors. Obstetrics and
Gyneacology: and evidence-based text for MRCOG. 2 ed. London: Hodder Arnold; 2010. p. 87-8.
• 16. National Institute of Health. Clean catch urine sample. [updated 30/08/201229
Jan]; Available from: http://www.nlm.nih.gov/ medlineplus/ency/article/007487.htm.
• 17. Kladensky J. Urinary tract infections in pregnancy: when to treat, how to treat, and
what to treat with. Ceska Gynekol. 2012;77(2):167-71.
• 18. McIsaac W, Carroll JC, Biringer A, Bernstein P, Lyons E, Low DE, et al. Screening for
asymptomatic bacteriuria in pregnancy. J Obstet Gynaecol Can. 2005;27(1):20-4.
• 19. Bruel H, Guillemant V, Saladin-Thiron C, Chabrolle JP, Lahary A, Poinsot J.
Hemolytic anemia in a newborn after maternal treat- ment with nitrofurantoin at the end of pregnancy. Arch Pediatr. 2000 Jul;7(7):745-7.
• 20. Sabharwal ER. Antibiotic susceptibility patterns of uropathogens in obstetric
patients. N Am J Med Sci. 2012;4(7):316-9.
• 21. Epp A, Larochelle A, Lovatsis D, Walter JE, Easton W, Farrell SA, et al. Recurrent