• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BIODISTRIBUSI DAN UJI PREKLINIS MIKROSFER GELAS-P-32 UNTUKPENGOBATANKANKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI BIODISTRIBUSI DAN UJI PREKLINIS MIKROSFER GELAS-P-32 UNTUKPENGOBATANKANKER"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vji Biodistribusi dan Vji Preklinis Mikrosfer Ge/as-P-32 Vntuk Pengobatan Kanker

Laksmi A .. Djohar/y C,Rat/an P., Widyastuti w..Purwoko. Sri Bagiawati. Stri Setiyowati. Abidin. Sri Aguswarini

UJI BIODISTRIBUSI DAN UJI PREKLINIS MIKROSFER GELAS-P-32 UNTUKPENGOBATANKANKER

Laksmi A., Djoharly

c.,

Ratlan P.,Widyastuti W., Purwoko, Sri Bagiawati

Sri Setiyowati, Abidin , Sri Aguswarini

Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka, BAT AN, Serpong

ABSTRAK

UJI BIODISTRIBUSI DAN UJI PREKLINIS MIKROSFER GELAS-P-32 UNTUK

PENGOBATAN KANKER. Radiofannaka telah menunjukkan manfaat lebih unggul dan spesiflk bila

dibandingkan dengan teknik pelayanan kesehatan lain, terutama untuk keperIuan diagnosis dan terapi

beberapa penyakit mematikan seperti kanker. Mikrosfer gelas-P-32 ( P-32 GMS ) adalah salah satu

sediaan barn radiofannaka untuk terapi dengan cara radiasi interna beberapa penyakit kanker ganas seperti penyakit kanker hati. Mikrosfer 32 ini disiapkan dengan cara mengiradiasikan mikrosfer gelas-P-31 dengan neutron di reaktor nuklir, kemudian sediaan disuntikkan ke daerah yang terkena kanker Untuk memudahkan penyuntikan pada sediaan ini perlu ditambahkan lamtan pensuspensi, yaitu campuran dari

PVP 16 %, dekstrose 50% dan salin. Mengingat ukuran mikrosfer ini spesiflk yaitu 40-60 J.Ull maka

pemilihan jamm suntik perIu dilakukan agar P-32 GMS yang diinjeksikan maksirnal bisa masuk ke daerah sasaran, dan mikrosfer tidak mengalami kerusakan karena gesekan dengan permukaan dalam jarum. Uji biodistribusi perIu dilakukan untuk melihat apakah P-32 GMS yang telah diinjeksikan terak1.lmulasike daerah penyuntikan atau terdistribusi ke organ - organ lain yang tidak dikehendaki, Hewan percobaan yang dipakai adalah mcncit dengan penyuntikan dilakukan pada otot paba kanan. Hasil biodistribusi pada I, 3 dan 24 jam setelah injeksi menunjukkan 100 % aktivitas P-32 GMS terakumulasi di daerah penyuntikan. Hasil biodistribusi pada 5 jam setelah penyuntikan menunjukkan adanya penimbunan aktivitas di organ lambung selain penimbunan aktivitas di daerah penyuntikan, namun hal ini diduga karena teIjadi kontaminasi akibat kesalahan kerja.

Kata Kunci : Radiofannaka, , Mikrosfer gelas, P-32,iradiasi, uji biodistribusi , kanker

ABSTRACT

BIODISTRIBUTION AND PRECLINICAL TEST OF P-32 GLASS MICROSPHERES

FOR CANCER THERAPY. The superiority of radiophannaceutical compare to the other techniques of medical services, especially for diagnosis and therapy of several deadly diseases such as cancer, shows that this technique is more specific and accurate. P-32-Glass microsphere (P-32 GMS) is one of the radiophannaceuticals developed reccntly for therapy using intcrnal radiation method for several malignant cancers, such as hepatic canccr. 111cP-32 GMS was prcpared by irradiating P-31 GMS with neutron at a

(2)

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals

Vol.6.No.2. Oktober 2003

ISSN 1410·8542

nuclear reactor, then the preparation was injected to the cancerous infected area. To make easy injection, it needs suspension agent that was including PVP, dextrose and saline with a composition of 16% PVP - 50% dextrose - saline as 2 : 3 : 3 (v/v/v). As microsphere size should be maintained at 40-60 11m, the injection needle was selected properly in order to remain the particle size of P-32 GMS unchanged when the friction occurs between microspheres and the inside surfaces of the needle. The injection ncedle used was needle produced by BD with a typical size of 20 G I Tw. Biodistribution studies were carried out after I, 3, 5 and 24 hour of injection. Experimental results for 1, 3 and 24 hour post-injection studies showed that 100% activity ofP-32 GMS was acclUnulated at the injected area. For 5 hour post-injection study, accumulation of P-32 GMS activity was also fimnd at stomach besides the injected area, but it was presumed as working error.

Keywords: Radiophannaceutical , glass microspheres , P-32, biodistribution, , cancer.

PENDAHULUAN

Penyakit kanker menempati urutan atas sebagai penyebab kematian di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk pengobatan penyakit ini, antara lain pengobatan

dengan cara radiasi interna. Hal yang menarik perhatian dari cara tersebut adalah radiasi

dikonsentrasikan langsung ke bagian yang terkena kanker, sehillgga jaringan yang normal

tidak mengalami kerusakan. Keuntungan lain cara ini adalah tidak menimbulkan

komplikasi, aman, serta mempunyai efek anti karsinogenik [3].

Salah satu cara pengobatan radiasi interna yang tclah dikembangkan dewasa ini

adalah dengan mcnggunakan partikcl keramik dan mikrosfer resin, yang berperan sebagai

pengikat radionuklida. Partikel keramik dan mikrosfer resin ini memiliki ket..1.hanankimia

tidak begitu baik, sehingga radionuklida tcrsebut mudah terlepas dan masuk ke dalam

aliran darah yang selain akan mcnimbulkan kcracunan pada tubuh juga dapat

menyebabkan paparall radiasi terhadap bagian organ yang schat. Pcnggunaan mikrosfer

gelas yang ditandai nuklida radioaktif P-32 untuk keperluan terapi telah dikembangkan oleh Ehhard dkk. [I] dan Wenhao dkk. [2]. Sediaan mikrosfer gelas -P-32 ini (P-32 GMS)

mempunyai ketahanan kimia yang tinggi, laju kecepatan pelepasan radionuklida sangat

rendah dan sangat sesuai pcnggunaannya untuk kedokteran nuklir. Penelitian ini

bertujuan untuk mengamati distribusi aktivitas P-32 GMS dalam tubuh hewan percobaan. Dalam makalah ini dilaporkan hasil uji biodistribusi mikrosfer gelas bcrtanda P-32 sebagai radiofarmaka terapi kanker h••ti.

(3)

Uji Biodistribusi dan Uji Preklinis Mikrosfer Gelas-P-32 Untuk Pengobatan Kanker

Laksmi A., Djoharly c.,Ratlan P., Widyastllti II~, Pllrwoko, Sri Bagiawati, Stri Setiyowati, Abidin, Sri Aguswarini

TAT A KERJA

Bahan dan peralatan.

Mikrosfer gelas-P-31 diperoleh dari Nuclear Power Institute of China, Chengdu,

China. Bahan kimia Polivinil pirolidon (PVP) dan dekstrose diperoleh dari Merck

sedangkan lamtan NaCI fisiologis dan air steril untuk injeksi diperoleh dari IPHA. ~ji

biodistribusi dilakukan dengan menggunakan mencit.

Pengukuran keradioaktifan dilakukan dengan menggunakan pencacah kamar

ionisasi (GIC) buatan Biodex Medical System model 086-265 dan kalorimeter buatan

Tokyo Riko model MPC-lil.

Penyiapan mikrosfer gelas-P-32.

Mikroster gelas-P-32 disiapkan berdasarkan skema pada Gambar 1. Mikrosfer

gelas-P-31 sebelum diiradiasi dicuci terlebih dahulu dengan HCI 0.1 N, dibilas dengan air steril kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 100°C selama 2-3 jam. Iradiasi mikrosfer gelas-P-31 menjadi mikrosfer gelas-P-32 dilakukan di reaktor GA. Siwabessy,

P2TRR Serpong selama 11 hari dengan fluks neutron 1,25 x 1014n cm-2derl. Setelah

pendinginan selama 3 hari sasaran yang telah diiradiasi dicuci dengan HCI 0,1 N kemudian

dibilas dengan air steril. Keradioaktifan mikrosfer ditentukan dengan menggunakan GIC

dan kalorimeter,

Suspensi mikrosfer gelas-P-32 disiapkan dengan mencampurkan pensuspensi PVP 16 %, dekstrose 50 %, dan NaCl fisiologis (salin) ke dalam rnikrosfer gelas-P-32 dengan perbandingan 2 : 3 : 3 (v/v/v). Pencucian dan lradiasi di Pencucian pengeringan •.. reaktor

dengan HCI .. mikrosfer Penyiapan suspensi mikrosfer Penyuntikan ke hewan percobaan

(4)

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals Vol. 6, No.2, Oktober 2003

Pengaruh perlakuan injeksi terhadap ukuran partikel

ISSN 1410-8542

Ukuran partikel di dalam suspensi hasil injeksi diamati dengan menggunakan mikroskop. Ukuran partikel setelah di injeksikan dibandingkan dengan ukuran partikel di dalam suspensi sebelum diinjeksikan, untuk melihat apakah partikel tersebut mengalami kerusakan atau perubahan bentuk setelah teIjadi gesckan dengan pennukaan dalam jarum,

ukuran partikcl sebelum disuspensikan bcrkisar antara 40-60 J..lm.

Uji biodistribusi

Sebanyak 0,2 - 0,3 mL larutan suspensi mikrosfer gelas-P-32 diinjeksikan

kebagian otot paha kanan mencit. Pengambilan otot paha kanan, paha kiri, limpa,

lan1bung, usus besar, usus halus, hati, jantung, dan darah dilakukan 1 jam setelah injeksi.

Hal yang sama dilakukan pula 3 jam, 5 jam dan 24 jam setelah injeksi.

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil iradiasi 250 mg mikrosfer gelas-P-31 selama II hari dengan fiuks neutron

1,25 x 1014n cm-2 der1 memberikan aktifitas sebesar (21,09 ± 0,71) mCi untuk

pengukuran dengan GIC dan (11,20 ± 0,34) mCi untuk pengukuran dengan menggunakan

kalorimeter. Pengukuran dengan kalorimeter menunjukkan hasil yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan GIe. Tetapi pengukuran keradioaktivan dcngan kalorimeter

merupakan pcngukuran absolut melalui konversi radiasi beta menjadi panas, sehingga

dapat diharapkan bahwa pengukuran ini lebih teliti dibandingkan dengan hasil pengukuran

GIC yang masih memerlukan koreksi-koreksi antara lain efek bremstrahlung dan efek

serapan diri ( self absorbtion).

Perlakuan dengan jarum injeksi terhadap mikrosfer gelas.

Dari acuan yang ada jarum yang digunakan untuk penyutikan P-32 GMS

Ull adalah jarum infus [3]. Mengingat jarum infus ini ukurannya relatip besar

maka kemungkinan membuat pasicn menjadi merasa sakit pada waktu penyuntikan.

Karena itu dalam pcnelitian ini dicoba jarum dengan ukuran lebih kecil. Diharapkan

dalam kondisi ini mikrosfer masih bisa lewat dan tidak mcnjadi rusak maupun

teIjadi perubahan bentuk akibat terjadinya gesekan dengan pemmkan din ding dalam jarum. Sehubungan dengan itu digunakan jarum injeksi buatan BD dengan ukuran 20 G I Tw.

(5)

Uji Biodislribusi dan Uji Preklinis Mikrosfer Gelas-P-32 Untuk Pengobalan Kanker

Laksmi A., Djoharly c.,Ratlan P., Widyastuli w.,Purwoko, Sri Bagiawali, Slri Seliyowali, Abidin. Sri Aguswarini

Dari Gambar 2 dapat dilihat besar butir-butir P-31 mikrosfer gelas yang telah

disuspensikan dengan larutan pensuspensi sebclum dilewatkan pada jarum. Bentuk

mikrosfer adalah bulat dan ukuran dari mikrosfer ini 40 - 60 ~m. Ukuran mikrosfer

setclah dilewatkan jarum dapat dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan bahwa ukuran dan besar mikrosfer tidak berubah.

Gambar 2.Suspensi GMS P-31 sebelum dilewatkanjarum suntik

(6)

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

Journal of Radioisotopes and Radiopharmaceuticals

Vol.6.No.2. Oktober 2003

Uji biodistribusi.

ISSN 1410-8542

Preparasi dilakukan dengan komposisi larutan pensuspensi eampuran PVP 16 %, dekstrose 50 % dan larutan salin dengan perbandingan 2 : 3 : 3 (v/v/v) dan jarum yang

dipakai adalah jarum buatan BD dengan ukuran 20 G 1 Tw. Hewan pereobaan yang

digunakan adalah meneit. Penyuntikan dilakukan pada otot paha kanan dan organ yang dieaeah ialah otot paha kanan dan paha kiri, lill1fa, lambung, usus besar, usus halus, hati, jantung dan darah. Pengambilan organ dan peneaeahan dilakukan pada waktu 1 janl, 3 jam, 5 jam dan 24 jam setelah penyuntikan. Persentase akumulasi dihitung per total organ.

Hasil dari uji biodistribusi ini dapat dilihat pada Gall1bar 4, Gall1bar 5, Gambar 6, dan

Gambar 7.

Pada Gambar 4, 5 dan 7 ini bisa dilihat bahwa tidak ada penyebaran aktivitas P-32-GMS pada organ-organ lain dan 100 % aktivitas P-32 GMS terakumulasi pada daerah penyuntikan. Sedangkan pada Gambar 6 terlihat bahwa selain terjadi akull1ulasi di daerah

penyuntikan juga teIjadi akumulasi di organ lambung tetapi hal ini tidak didukung oleh

basil dari Gall1bar 7. Hal ini mungkin disebabkan terjadi kontaminasi scwaktu dilakukan

pembedahan. Dengan dell1ikian kemungkinan terjadinya akllmulasi di organ lain sangat

keeil, seluruh kcradiaktifan yang tcrikat pada mikrosfer terakumulasi pada daerah

penyuntikan dan tidak terjadi pelepasan keradioaktifan P-32 bebas.

wm ~~~~~~~~~~~~~~~1~~~~~j~~~~~~~~~;~~~~r~;~;11~~l~~~~~~~1~1~J~~~~~~~~]~~~~~~j~j~~~~;~~~~~~j~~~j;~~;~~~~rj~j;j;rr~~j~j~j~!~~j ::::; ::~:: mt~Ij~j@j~~j~j~j@j~j~j~j~j;j~j~r~;j;j~j~j~m;j~~jmm;~~mj~1~t~t~1;~t~~tj~j~~~j~j~jjj~j;j~m;j;jjj~~~j@j;jt~t~~~ .:.•..:.:.:. tjfil~tl~1~1tmmjUn~~nf~mmjttlj~tlnjttttjj1~jtjttfjtttlt1jjt11jjjl - ::t

-- M -

,~~,

ii:::lil:::':::.::,:::::.:I::::i;::::i:;:i:il:·::i·::·il::·~I:I::;:~·:·;::::·:::~i·::.:·:::i::·i·:'::·:.i:::::~·::,::::~·j·~·I!·:.:::·::::·:·:::::::::::·:::·: - :t,, .i:i:i:I:I:i:li:'::i:;·~·::::~·:::·'.:.'~~:i·::I:~::'1:::::::i.i·i·'::·'·::::::i.:::·;ii:!·!~i:i:i:::::::i::::::.::::i:::I:I::.:::i::;::I:::i:I:::'i:~::!~:I:~:I:ill:l:i:I': ... 100 W 80 70 60 50 40 30 20 10 o ;j :8

ii

§

r

]

~~~ .c ;j -'" "" " ~ .c Po. ,§.g.D

l

'" -'" ::> .D Po. ::> ..!J organ

Gambar 4. Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpereobaan meneit untuk waktu

pengamatan 1 jam sete1ah penyuntikan

(7)

;" (1;., 'n -~ '" '"

"

.0 " ,0 :J n .~ "D :J organ

Uji Biodi.<triblisl dan Uii Preklinis Mikrosfer Gelas-P-32 Untllk Pengobatan Kanker

Laksmi A., Djoharly c.,Ratlan P., Widyastllii w.,PlInvoko, Sri Bagiawali, Stri Setiyowati, Abidin, Sri Aguswarim

-tt~~ttttI~r{frf~?t~~~t\r~?}t~~t:r~~~rrf~~~tIt~~t~~t?t~I~~~~~~~~~~~~~~~~~f~~tt~~~~~~t~~

...•.•...•...•...•...•...•...•.•.•.•.•...•...•...•... •~~~~:-:~~':':~':'~:~.~~~~7":-:-:"':':-:-~o:":o:":'X':' ::::::;:::;::::::::::~:::::::::::::::::::::::::::::::::;:::;:;:::::;:;:;:;:;:::;:;:;:::;:;:;:;:;:::;:::::;:::;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:::;:::;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:;:: ::::::::::::::::::::::;::::::;::~::;:;:;~::;:;:;::=::;:;:::::::::::;:;::::::::::::::::;::::::::;;;:::;::::::::::::::';::::::: ::;:;:;:;:;:;:::::;::::;;:::::::;:::;:;::':::::;;:;:::;:::::::::::::;:::: ::;.:.: · :.:.:.;.:·:.:·;.:.::m:m»::TI::::8::;·::·:·:·:·:·:·~~0::~::2::m~~:m::$:::::«;:~«8»::»:m::::~«·~;::~ ...•...•... , -.•...•...•...•..•.•.•...•...•.•.•... .•.•...•...•...•...• ,•.•••...•...•...•..., , . ...•...•...•...•.•... . •. ""-'-...• .>.;.. •••••.•••••.••••••••••••••.••••••••• \. •••••••.••.••••••••.•~~ ••.••••••••.••••••••••••••••.••••••••••••••••••••••••••• ' ••. ' •••••••••- ·.·~·.·.w""'-· ...••.•..••.A.;...,. ...,.•...•..- ·.I, ''1:::::;:::::::::::;:::::;:;:;:;;;:;:;;;:;:;:;:::;:;:;:;:·:::::::;:::::::::;:::::::::::X:::'.:::::::::::::::::::::::::::::::::;:;:::::::::::::::;:::::::::::;:::::::::;:::::::;:::;::::::::::::'::::; • ...•...•...•...•...•...•...•...•... -....•...•....,...•...•...•.•...•... -... ...•...•...•... - - -...•...•.•... ...,...••...•...•...•... ... , =~ ..' \. \.\. , ,\..=~~~ ~ ... ... . . '.:::::.;::::.::::::::::;:;:;:;;;:::;::.;.;.:::::::::.;.;.;.:.;:::;:;:::::::::::::::::;:::;:;::::::::::::;::;:::::::::::::.;::::::;;::;:::;:;;::;:::::::::::::::;.:.::;:::::::;:::::::.::::::::::;::;• ...,.....•••••••••••• ~••••_••••••••••••••••• \.••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••. .Jo.•••••.Jo.•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• ...,.. ••••••__ ••••••••••••••••••••• .. ::;:;:;:;;;:::::::::;:::::;:::::;:::;:::::::;:::::;:::::;:::;:::::;:;:;:::;:;::;::::::::::::::::::::::;:::::::;:::::;:::::::::::;:;:;:;:;:::;:::;:;:;:;:;:;:;::::;::::::::::;:::;:::::::::::;:::::::: . ...•...•...•...••....•... ~...••...•.•.. , ::::;:::::;:::;:::::;:::;:::::;:;:::;:::::::;:::;:;;;:;:::::::;::=::::::::::::::;:;::;::::::;:;:;:::;:::;:::::::;:;:::::::::;:::::::::::::::::::;:::::::::::;:::;:::::::::::::::::;::;::::;:;:;::;::::

-,-~

...•...

_-_

•...•....•...•...•.•.•...•....•...•....•...•. ,...•...•...

_-~~-...•... -...•... ...•.•... -...•...•...•...•...•...•..••...•...•... ...•....-...•...•...•... ... . ...-- - - .. ...... - , -- .. ~ ••1'.,•..•.•.~--.. ••? ...•...:.~p~: ~'

,-I

2 :£2 <'-'/. ""' ~ E'J --~ 6 .J:>.., L ..~ ...; ;:> organ

Gambar 5. Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpereobaan meneit untuk waktu

pengamatan 3 jam setelah penyuntikan

c: '" c: " .D E C 50 " a. *' 20 I 10 I 0

L

c ---~ ~ I'Q CL

Gambar 6. Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpereobaan meneit untuk waJ.,,1:u

(8)

Jumal Radiois%p dan Radio.fi:mlJaka

Journal c>,IRadiois%f'es and Radiopharmaceuticals Vol. 6, No.2, Ok/DINr 2003

c

OJ C :J ..a E 'c Q) D.. ~ o C LC1' I:) "m ...--,ry '" :.>Zc.!:'"C "' c ..r:::>'"~::> c. '" a..E .il<1! ..., .:.!. E .il'" C

-

.il ::::J.:J!, a.. ::::J ..!!1 organ 1SSN 1410·8542

Gambar 7.Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpercobaan mencit untuk waktu

pengamatan 24 jam setelah penyuntikan

KESIMPULAN

Sediaan Mikrosfer gelas bertanda 32p (P-32 GMS) dibuat melalui iradiasi berkas

neutron pada bahan sasaran mikrosfer gelas yang mengandung fosfor P-31 dan kemudian

mensuspensikan hasil iradiasi dalam media pensuspensi campuran PVP 16 %, dekstrose

50 % dan larutan salin dengan perbandingan 2 : 3 : 3 (v/v/v). Pengguoaan jarum injeksi

buatan BD dengan ukuran (tipe) 20 G I Tw untuk perlakuan injeksi tidak merusak

partikel-partikelmikrosfer yang tetap terpelihara pada rentang 40 - 60 11m.

Uji biodistribusi sediaan P-32 GMS yang dilakukan pada hewan percobaan

(mencit) menunjukkan bahwa pada pengamatan 1 jam, 3 jam 24 jam setelah penyuntikan

keradioaktivan P-32 GMS tcrakumulasi di daerah penyuntikan dan tidak didapati indikasi

pelepasan keradioaktivan P-32 bebas. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan ini cukup

potensial untuk dipakai sebagai sediaan terapi kanker.

(9)

Uji Biodistribllsi dan Uji Preklinis Mikrosfer Gelas-P-32 Untllk Pengobatan Kanker

Laksmi A .. Djoharly C.Rat/an P .. Widyastuti W.Punl'oko. Sri Hagiawati. Stri Setiyowati. Abidin. Sri Agllswarini

DAFTAR PUS TAKA

1. G. J. EHHARD, D.E. DAY, "Therapeutic Use ofY-90 Microcpheres", Nucl. Med.

BioI., 14 [3] (1987) 223.

2. S. WENHAO, Z. LISHU, L. MAOLIANG, "Research on Radiotherapy

Phosporus-32", Nuclear Power Engineering, 11[2] (1990) 75.

3. S. WENHAO, L. MAOLIANG, Z. GUANGYONG, W. DAZHANG, "Studies on

Anticancer Effects of Phosphorus-32 Glass Microspheres Internal Irradiation",

International Conference on Isotopes , Chinese Nuclear Society Isotope of China,

Gambar

Gambar 1. Skema penyiapan mikrosfer gelas-P-32
Gambar 2. Suspensi GMS P-31 sebelum dilewatkanjarum suntik
Gambar 4. Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpereobaan meneit untuk waktu pengamatan 1 jam sete1ah penyuntikan
Gambar 6. Biodistribusi P-32-GMS pada hewanpereobaan meneit untuk waJ.,,1:u pengamatan 5 jam setelah penyuntikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil ketiga wawancara bahwa konflik peran ganda dan gender ada nya pegaruh melalui konflik peran ganda dan gender terhadap kinerja karyawan keseluruhan yang dapat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain: (1) Memberikan dampak yang positip pada Jurusan Teknik mesin khususnya dan POLNEP pada umumnya, karena akan

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai R 2 pada masing- masing adsorben teraktivasi memiliki nilai yang mendekati 1, sehingga dapat dimodelkan

Sering dijumpai mahasiswa yang mengambil jurusan Teknik Informatika tidak menduga akan mendapatkan mata kuliah matematika. Mahasiswa menganggap bahwa mengambil

Sempena umat Kristiani tidak merasa bersalah dengan dalihnya memaklumkan Injil ke seluruh penjuru dunia dan kepada semua manusia adalah perintah dan kewajiban dari Tuhan, umat

Metode pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk memudahkan personil pelaksana Metode pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk memudahkan personil pelaksana proyek dalam mengelola

b) aliran magma cair Bubbly berlangsung di zona menengah, antara Exsolution yang (Nukleasi) dan permukaan fragmentasi mana p, pnuc. Di wilayah nukleasi yang

Sampai saat ini, di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 30 lembaga yang telah bekerja secara langsung dengan kelompok pengguna Napza suntik dalam bentuk kegiatan pencegahan