• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pekerjaan Irigasi.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Metode Pekerjaan Irigasi.docx"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rehabilitasi Jaringan Irigasi

(2)
(3)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Rehabilitasi Jaringan Irigasi

ABSTRAK ABSTRAK

Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang terbatas Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang terbatas dengan sumber daya tertentu untuk mendapatkan hasil konstruksi dengan standar kualitas dengan sumber daya tertentu untuk mendapatkan hasil konstruksi dengan standar kualitas yang baik, dan dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja selama yang baik, dan dengan menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja selama proses pekerjaan konstruksi berlangsung. Dalam usaha pencapaian hasil pekerjaan proses pekerjaan konstruksi berlangsung. Dalam usaha pencapaian hasil pekerjaan konstruksi yang baik dibutuhkan berbagai macam elemen pendukung dalam pelaksanaan konstruksi yang baik dibutuhkan berbagai macam elemen pendukung dalam pelaksanaan pekerjaan.

pekerjaan.

Dalam perkembangannya pekerjaan konstruksi menjadi semakin komplek dan semakin Dalam perkembangannya pekerjaan konstruksi menjadi semakin komplek dan semakin canggih. Pelaksanaan proyek konstruksi saat ini banyak memanfaatkan teknologi baru, canggih. Pelaksanaan proyek konstruksi saat ini banyak memanfaatkan teknologi baru, sumber daya manusia maupun material yang semakin banyak, dan dana yang besar. Oleh sumber daya manusia maupun material yang semakin banyak, dan dana yang besar. Oleh karena itu pelaksanaan proyek konstruksi membutuhkan metode- metode yang dapat karena itu pelaksanaan proyek konstruksi membutuhkan metode- metode yang dapat mengakomodasi pengaturan berbagai elemen yang ada dalam proyek konstruksi. mengakomodasi pengaturan berbagai elemen yang ada dalam proyek konstruksi. Diantaranya adalah metode penjadwalan pekerjaan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Diantaranya adalah metode penjadwalan pekerjaan, dan metode pelaksanaan pekerjaan.

(4)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. Pengertian 1. Pengertian

Metode Pelaksanaan pekerjaan adalah cara teratur yang digunakan untuk Metode Pelaksanaan pekerjaan adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil konstruksi dengan standar melaksanakan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil konstruksi dengan standar kualitas yang baik dengan target waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan biaya kualitas yang baik dengan target waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan biaya yang telah dianggarkan, dan dengan berusaha seoptimal mungkin menerapkan yang telah dianggarkan, dan dengan berusaha seoptimal mungkin menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja selama proses pekerjaan konstruksi prosedur keselamatan dan kesehatan kerja selama proses pekerjaan konstruksi berlangsung.

berlangsung.

Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode yaitu : tahapan Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode yaitu : tahapan pelaksanaan pekerjaan/penjadwalan pekerjaan (rencana kerja) dan cara pelaksanaan pekerjaan/penjadwalan pekerjaan (rencana kerja) dan cara pelaksanaan pekerjaan.

pelaksanaan pekerjaan.

2. Tujuan 2. Tujuan

Metode pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk memudahkan personil pelaksana Metode pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk memudahkan personil pelaksana proyek dalam mengelola sumber daya yang dapat digunakan berupa unsur dasar proyek dalam mengelola sumber daya yang dapat digunakan berupa unsur dasar (basic element) atau sarana/alat yang meliputi : Men, Materials, Money (Manusia, (basic element) atau sarana/alat yang meliputi : Men, Materials, Money (Manusia, Bahan, Peralatan, dan Uang) untuk mendapatkan hasil konstruksi dengan standar Bahan, Peralatan, dan Uang) untuk mendapatkan hasil konstruksi dengan standar kualitas yang baik.

kualitas yang baik.

3.

3. Uraian Uraian PekerjaanPekerjaan Nama

Nama Peket Peket Pekerjaan Pekerjaan : : Rehabilitasi Rehabilitasi Jaringan Jaringan IrigasiIrigasi Nilai

Nilai Pagu Pagu Paket Paket : : Rp. Rp. 2.409.300.2.409.300.000,- 000,-Nilai

Nilai HPS HPS : : Rp. Rp. 2.409.265.32.409.265.330,82,- 30,82,-Jangka

Jangka Waktu Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan : : 210 210 HKHK

4.

4. Jenis Jenis Mata Mata PembayaranPembayaran

Sesuai Daftar Kuantitas dan Harga

Sesuai Daftar Kuantitas dan Harga (DKH)(DKH)

5. Peraturan

5. Peraturan – – Peraturan Peraturan

Peraturan dan Standar yang digunakan pada pekerjaan ini adalah peraturan dan Peraturan dan Standar yang digunakan pada pekerjaan ini adalah peraturan dan standar yang berlaku dipakai di Indonesia. Jika tidak dapat dipenuhi, maka standar yang berlaku dipakai di Indonesia. Jika tidak dapat dipenuhi, maka disesuaikan dengan Peraturan dan Standar lnternasional yang diakui dan dapat disesuaikan dengan Peraturan dan Standar lnternasional yang diakui dan dapat diterima oleh Direksi

(5)

BAB II BAB II

PENJADWALAN PEKERJAAN (RENCANA KERJA) PENJADWALAN PEKERJAAN (RENCANA KERJA)

Penjadwalan Pekerjaan (Rencana Kerja) / Network Schedule atau yang lazim disebut Penjadwalan Pekerjaan (Rencana Kerja) / Network Schedule atau yang lazim disebut Network Planning adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk Network Planning adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian-bagian pekerjaan permulaan sampai dengan masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian-bagian pekerjaan permulaan sampai dengan bagian-bagian pekerjaan akhir.

bagian-bagian pekerjaan akhir.

Telah banyak metode penjadwalan pekerjaan konstruksi yang dipakai pada pelaksanaan Telah banyak metode penjadwalan pekerjaan konstruksi yang dipakai pada pelaksanaan proyek konstruksi sampai saat ini. Pada dasarnya setiap metode penjadwalan pekerjaan proyek konstruksi sampai saat ini. Pada dasarnya setiap metode penjadwalan pekerjaan konstruksi melakukan pengelolaan terhadap elemen-elemen pekerjaan yang ada dalam konstruksi melakukan pengelolaan terhadap elemen-elemen pekerjaan yang ada dalam pekerjaan konstruksi, dengan cara yang berbeda. Metode yang telah banyak dipakai pada pekerjaan konstruksi, dengan cara yang berbeda. Metode yang telah banyak dipakai pada pelaksanaan proyek konstruksi sampai saat ini adalah Gantt Chart, PERT (Project pelaksanaan proyek konstruksi sampai saat ini adalah Gantt Chart, PERT (Project Evaluation and Review Technique), CPM (Critical Path Method), PDM (Presedence Diagram Evaluation and Review Technique), CPM (Critical Path Method), PDM (Presedence Diagram Method) dan penjadwalan menggunakan bantuan komputer.

Method) dan penjadwalan menggunakan bantuan komputer.

Salah satu program pembuatan Rencana Kerja / Network Schedule atau yang lazim disebut Salah satu program pembuatan Rencana Kerja / Network Schedule atau yang lazim disebut Network Planning dengan computer adalah Program Microsoft Project.

Network Planning dengan computer adalah Program Microsoft Project.

Microsoft Project pada dasarnya berprinsip pada perhitungan CPM, PDM dan dengan Microsoft Project pada dasarnya berprinsip pada perhitungan CPM, PDM dan dengan penampilan Gantt Chart (Diagram Balok) yang disempurnakan sehingga hubungan penampilan Gantt Chart (Diagram Balok) yang disempurnakan sehingga hubungan keterkaitan (Konstrain) tergambar dengan jelas.

keterkaitan (Konstrain) tergambar dengan jelas.

Dengan penggunaan Microsoft Project, rencana kerja atau penjadwalan dapat dilakukan Dengan penggunaan Microsoft Project, rencana kerja atau penjadwalan dapat dilakukan secara terpadu, cepat,

secara terpadu, cepat, tepat, memudahkan dalam pengambilan keputusan serta tepat, memudahkan dalam pengambilan keputusan serta kunci-kuncikunci-kunci pokok permasalahan pelaksanaan proyek.

pokok permasalahan pelaksanaan proyek.

Penggambaran Perhitungan Rencana Kerja / Network Planning pada Microsoft Project Penggambaran Perhitungan Rencana Kerja / Network Planning pada Microsoft Project mengguna

menggunakan kan Gantt Chart Gantt Chart sebagai sebagai tampilan tampilan grafisnya ungrafisnya untuk memudahtuk memudahkan pembacaakan pembacaan.n.

 Ada empat jeni

 Ada empat jenis hubungan s hubungan kegiatan (Konskegiatan (Konstrain) yang terdatrain) yang terdapat pada Mipat pada Microsoft Project yaicrosoft Project yaitu :tu : 1).

1). FS FS (Finish (Finish to to Star)Star)

Suatu Kegiatan baru dapat dikerjakan, jika kegiatan sebelumnya (Predecessors) telah Suatu Kegiatan baru dapat dikerjakan, jika kegiatan sebelumnya (Predecessors) telah selesai.

(6)

Contoh Penggambaran Finish to Star

2). FF (Finish to Finish)

Suatu kegiatan harus selesai bersamaan dengan selesainya kegiatan lain.

Contoh Penggambaran Finish to Finish

3). SS (Star to Star)

Suatu kegiatan harus dimulai bersamaan dengan kegiatan lainnya.

Contoh Penggambaran Star to Star

4). SF (Star to Finish)

Suatu kegiatan baru dapat diakhiri jika kegiatan lain dimulai.

Contoh Penggambaran Star to Finish

Lag Time dan Lead Time

Selain hubungan ke-empat jenis diatas, pada Microsoft Project juga dapat menyertakan lag time dan Lead Time.

1). Lag Time

Lag Time Merupakan selisih waktu yang terjadi pada saat suatu pekerjaan telah diselesaikan dengan dimulainya pekerjaan selanjutnya.

(7)

Contoh Penggambaran Lag Time

2). Lead Time

Lead Time merupakan overlapping yang terjadi disebabkan pekerjaan yang dimulai sebelum pekerjaan lain telah diselesaikan.

Contoh Penggambaran Lead Time

Penjadwalan dengan Microsoft Projek dapat menggambarkan tahapan pelaksanaan pekerjaan dari tahap awal sampai dengan akhir, maka untuk tahapan pelaksanaan pekerjaan pada Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini kami gambarkan dengan Microsoft Projek sebagai berikut :

(8)

RENCANA KERJA

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DI LUBUK AMBACANG I ID Task Name Duration Constrain

1 REHABILIT ASI JARINGAN IRIGASI DI LUBUK AMBACANG I 210 days 2 PEKERJAAN PERSIAPAN 210 days 3 Pek. Persiapan 7 days

4 Pek. Pembersihan Lokasi 7 days 3SS 5 Pek. Mobilisasi dan Demobilisasi 210 days 3SS 6 Pek. Pemasangan Papan Nama 7 days 3SS 7 PEKERJAAN LOANING 154 days

8 Pek. Pemasangan Profil 7 days 3FS+84 days 9 Pek. Bongkaran Beton 63 days 5FS-196 days 10 Pek. Galian Tanah Pondasi 7 days 8FS-7 days 11 Pek. Cerucuk 7 days 10FS-7 days 12 Pek. Pembesian 49 days 11FS-7 days 13 Pek. Bekisting 49 days 12SS+7 days 14 Pek. Beton K.250 42 days 13FS-35 days;12FS-28 days 15 Pek. Plesteran 1PC2PP 21 days 14FS-7 days 16 PEKERJAAN SALURAN INTAKE 112 days

17 Pek. Pemasangan Profil 7 days 3FS+147 days 18 Pek. Galian Tanah Pondasi 7 days 17FS-7 days 19 Pek. Cerucuk 7 days 18FS-7 days 20 Pek. Pembesian 14 days 19FS-7 days 21 Pek. Bekisting 21 days 20SS 22 Pek. Beton K.250 14 days 21FS-7 days;20 23 Pek. Plesteran 1PC2PP 14 days 22FS-7 days 24 Pek. Galian Tanah Genangan 7 days 3FS+84 days 25 Pek. Pemasangan Pintu Intake 7 days 23FS-7 days 26 Pek. Timbunan Tanah 14 days 23 27 PEKERJAAN SHEET PILE BETON 147 days

28 Pek. Pengadaan Sheet Pile Type W-350 A-1000 L= 6 m K-700 70 days 3 29 Pek. Pemancangan Sheet Pile L=6 21 days 28;9 30 Pek. Bobokan Kepala Sheet Pile 7 days 29FS-7 days 31 Pek. Beton K.250 Caping Beam 14 days 32 32 Pek. Pembesian Caping Beam 14 days 30 33 Pek. Beton K.250 Penutup Lantai 14 days 34FS+63 days 34 Pek. Bongkaran Beton 28 days 9SS+35 days 35 PEKERJAAN JALAN INSPEKSI 28 days

36 Pek. Penyiapan Badan Jalan 14 days 5FS-126 days 37 Pek. Timbunan Biasa dari Sumber Galian 14 days 36SS 38 Pek. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian 21 days 37FS-7 days 39 PEKERJAAN LAIN-LAI N 210 days

40 Pek. Pelaporan dan Dokumentasi 210 days 3SS

-2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

Project: Rencana Kerja Date: Thu 07/03/19 Task Critical Task Progress Milestone Summary Rolled Up Task

Rolled Up Critical Task Rolled Up Milestone Rolled Up Progress Split External Tasks Project Summary Group By Summary Deadline

(9)

BAB III

CARA PELAKSANAAN

A. PENDAHULUAN

Sebelum memulai perkerjaan fisik proyek, kepada pemerintah setempat diberitahukan secara resmi bahwa kontraktor akan memulai pekerjaannya dengan memberikan informasi sarana dan prasarana yang akan dipakai dan diperkirakan berhubungan dengan kepentingan umum serta memintakan persetujuan.

Selanjutnya di area proyek dipasang informasi proyek atau papan nama dengan cara pemasangan yang rapi dan kuat serta ditempatkan pada lokasi yang mudah dilihat.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kami akan melaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan tentang rencana pemakaian tenaga kerja pada proyek ini, kemudian kami menyampaikan hasilnya kepada pihak direksi.

(10)

Sebelum memulai pekerjaan terlebih dahulu diadakan peninjauan keadaan lapangan (Project site/field) untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

Rencana Lapangan adalah suatu rencana peletakan bangunan-bangunan pembantu/darurat yang diperlukan serta sarana - sarana untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan secara efesien, lancar, aman dan dapat diselesaikan sesuai rencana kerja yang telah disusun.

1. Bangunan Pembantu

Bangunan ini hanya bersifat sementara dan hanya digunakan selama  jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan selanjutnya akan dibongkar

apabila pekerjaan pokok telah selesai secara keseluruhan.

Jenis dan macam bangunan Pembantu : a. Kantor

Bangunan pembantu untuk kantor dipergunkan sebagai tempat bekerja petugas administrasi baik administrasi umum maupun administrasi teknik.

 Ada dua macam bangunan pembantu untuk kantor, yaitu untuk kantor Pengawas/Direksi dan untuk kantor Pelaksana/Kontraktor. Letak dari bangunan pembantu ditata sedemikian rupa sehingga hubungan kerja antara Direksi dan Kontraktor dapat berjalan lancar.

b. Gudang

Bangunan pembantu untuk Gudang dipergunkan untuk menyimpan barang-barang dan bahan-bahan bangunan berharga dan yang harus dilindungi terhadap pengaruh cuaca (hujan dan Panas) serta keamanan.

Bentuk, ukuran, jumlah dan bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan bangunan pembantu untuk gudang disesuaikan dengan kebutuhan.

(11)

Untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang tidak perlu dilindungi terhadap pengaruh cuaca cukup ditampung di tempat penyimpanan terbuka dengan diberi batas pengamanan seperlunya.

c. Bengkel Kerja

Bangunan pembantu untuk Bengkel Kerja dipergunkan untuk tempat kerja perbengkelan yang tidak mungkin dikerjakan diluar tempat pekerjaan.

2. Penyediaan Air dan Daya Listrik Untuk Kerja 1. Air kerja diadakan sendiri oleh kontraktor.

2. Reservoir/bak atau drum air untuk kerja, berkapasitas kurang lebih 4 m3 dan senantiasa terisi penuh

3. Listrik untuk bekerja disediakan Kontraktor dengan menggunakan tenaga Genset.

3. Jalan Masuk dan Jalan Sementara

1. Jika diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, maka kami memperhitungkan pembuatan jalan masuk sementara dan atau jembatan kerja sementara yang disetujui oleh Pengawas. 2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara dengan

mengikuti peraturan, dan semua perizinan sehubungan dengan pekerjaan tersebut.

3. Kami mengindari kerusakan pada fasilitas jalan masuk yang ada dengan mengatur trayek kendaraan yang digunakan serta membatasi / membagi beban muatan.

4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh pekerjaan pemborongan, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan akan menjadi tanggung jawab kami dan segera diperbaiki.

(12)

4. Drainase Sementara / Saluran Pengelak (Diversion Channel)

Jika diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, maka kami membuat drainase sementara / saluran pengelak untuk menghindari tergenangnya air dilokasi pekerjaan demi kelancaran pekerjaan.

5. Pengeringan Tempat Pekerjaan (Dewatering/Unwatering)

Jika diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, maka kami mengupayakan pengeringan tempat pembangunan (Dewatering).

6. Pembuatan Konstruksi Pengaman (Protection Construction)

Jika diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi, maka kami membuat konstruksi pengaman demi kelancaran pekerjaan.

7. Pengaturan Lalu Lintas (Traffic Management)

 Agar dapat melindungi Pekerjaan, dan menjaga keselamatan umum dan kelancaran arus lalu lintas yang melalui atau di sekitar pekerjaan, kami memasang dan memelihara rambu lalu lintas, penghalang dan fasilitas lainnya yang sejenis pada setiap tempat dimana kegiatan pelaksanaan akan mengganggu lalu lintas umum. Semua rambu lalu lintas dan penghalang diberi garis-garis (strips) yang reflektif dan atau terlihat dengan  jelas pada malam hari.

Kami menyediakan dan menempatkan petugas bendera di tempat kegiatan pelaksanaan yang mengganggu arus lalu lintas, terutama pada pengaturan lalu lintas satu arah. Tugas utama petugas bendera adalah mengarahkan dan mengatur arus lalu lintas yang melalui dan di sekitar Pekerjaan tersebut.

8. Penjaga / Petugas Keamanan

Untuk menjamin keamanan proyek, dari perbuatan sabotase maupun pencurian barang milik kontraktor sendiri, maupun barang milik pemberi tugas. Untuk itu kami menetapkan penjaga / petugas keamanan selama 24  jam setiap hari, sampai proyek diserah terimakan kepada pemberi tugas

(13)

Semua pekerjaan yang dilaksanakan selalu didahului dengan pengukuran bersama, persetujuan gambar kerja dan berdasar ijin pelaksanaan pekerjaan yang diketahui oleh pihak yang terkait (pihak kontraktor, direksi dan pihak lain yang mewakili pihak direksi).

Selama proses penerimaan bahan untuk pelaksanaan pekerjaan, proses pelaksanaan maupun terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan selalu melalui tahapan pemeriksaan yang berupa inspeksi (pengecekan visual, pengecekan elevasi, dsb) atau test (misalnya pengecekan mutu beton, dll).

Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, seperti yang ditentukan dalam dokumen kontrak dengan melalui proses persetujuan dari pihak direksi atau pihak lain yang mewakili pihak direksi, dengan cara pihak kontraktor menyerahkan contoh bahan, menyerahkan brosur bahan yang akan dipakai, tergantung dari jenis bahan yang akan dimintakan persetujuannya.

Sebelum memulai pelaksanaan dari setiap jenis pekerjaan terlebih dahulu kami :  Mengidentifikasi resiko terhadap masing  –  masing pekerjaan yang mencakup

keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan serta mengetahui langkah – langkah pengendalian resiko berdasarkan hasil identifikasi tersebut.

 Memperhatikan faktor keselamatan dan kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pekerjaan. Membuat fasilitas pengaman dan pasang rambu-rambu keselamatan agar setiap orang berhati-hati untuk menghindari kecelakaan.

 Memperhatikan kondisi pekerja serta mengatur pekerja di lapangan sesuai posisi dan job desk masing-masing agar pekerjaan dapat efektif dan optimal.

 Memberikan Pengarahan dan Penjelasan K3 serta Instruksi Kerja kepada setiap pekerja dan membagikan Alat Pelindung Diri (APD), mengawasi tertib penggunaannya serta memilih peralatan kerja yang sesuai dan dicek kemampuannya.

Selama pelaksanaan pekerjaan kami melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian dipelihara bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang

(14)

dalam kondisi rapi dan bersih setiap saat.

Pada tahap akhir perlaksanaan diadakan kembali pengecekan hasil perkerjaan yang telah diselesaikan sebelum diserahkan ke pihak direksi.

B. CARA PELAKSANAAN

Dengan tidak mengurangi maksud dan tujuan dari Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini, pada uraian - uraian berikut kami akan menerangkan cara - cara pelaksanaan. Untuk tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah sesuai dengan Penjadwalan Kerja (Rencana Kerja) pada Bab II.

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN 1. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan Per siapan, merupakan pekerjaan pendahuluan dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan (fisik) dilapangan antara lain :

1.1 Persiapan Admnistrasi Proyek

Per siapan Administrasi Proyek meliputi Penandatanganan Kontrak, Pengurusan ijin pelaksanaan kegiatan dimana kegiatan akan dilaksanakan baik di Tingkat Warga, Lingkungan Desa/Kelurahan maupun Kecamatan. Pelaksana pekerjaan harus membuat Surat ijin

(15)

pelaksanaan pekerjaan disaat memasuki lokasi pekerjaan yang diketahui oleh Instansi terkait yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

1.2 Mempersiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai sebaiknya dipersiapkan tenaga kerja yang betul-betul ahli dibidang pekerjaan, dan sebaiknya mempekerjakan tenaga local yang berpengalaman

sehingga hasil yang diperoleh terhadap mutu pekerjaan terjamin.

1.3 Pengurusan masalah sospol

Masalah Sospol dalam pelaksanaan pekerjaan harus menjadi perhatian, maka dalam memasuki lokasi pekerjaan pihak terkait harus diikut sertakan dan diharapkan tidak adanya kendala dikemudian hari.

2. PEKERJAAN PEMBERSIHAN LOKASI

Pembersihan Lokasi dilaksakan sebelum Pengukuran/dimulainya kegiatan lokasi proyek harus dibersihkan dari segala macam-macam rumput - rumputan, semak sisa akar pohon, tanah humus atau benda-benda lain yang tidak diperlukan atau yang dapat mengganggu pekerjaan berikutnya.

Segala macam barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi yang akan dikerjakan selambat-lambatnya sebelum dimulai pekerjaan galian tanah atau pengukuran dan tidak diperkenankan untuk menimbunnya di luar area kegiatan walaupun yang sifatnya sementara. Pekerjaan pembersihan lokasi juga dikerjakan setelalah pelaksanaan pekerjaan selesai, sehingga sisa-sisa bahan maupun material tidak ada lagi yang berserakan di lokasi pekerjaan.

3. PEKERJAAN PENGUKURAN.

Pengukuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dilaksanakan baik pekerjaan pemasangan profil, sheet pile, galian, pembesian, pemasangan bekisting konstruksi bangunan maupun pekerjaan plesteran, dan juga

(16)

dilaksanakan pada akhir pelaksanaan pekerjaan untuk pengecekan terhadap hasil dari konstruksi pekerjaan.

4. PEK. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

a. Mobilisasi adalah mendatangkan alat berat atau peralatan, bahan dan tenaga kerja kelokasi pekerjaan

b. Alat berat adalah alat besar yang sudah dikenal pada pekerjaan sipil c. Alat berat yang digunakan harus dalam kondisi baik sehingga dapat

bekerja penuh

d. Pemilihan merk/type alat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan jumlah dan kapasitas serta cukup tersedianya atau terjaminnya suku cadang

e. Crew alat berat harus terdiri dari tenaga ahli, terampil dan berpengalaman

f. Mobilisasi alat, bahan dan penempatannya akan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lingkungan ataupun lalu lintas, khusus tenaga kerja diusahakan tinggal disekitar lokasi pekerjaan

g. Setelah pekerjaan selesai semua alat berat maupun peralatan diangkut dan dipulangkan keluar dari lokasi pekerjaan

5. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN NAMA

Papan Nama Proyek dipasang pada awal pelaksanaan pekerjaan berisikan data Instansi Pemilik Pekerjaan, Nama Kegiatan, Nama Pekerjaan, Lokasi Pekerjaan, Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dan tahun dilaksanakan.

II. PEKERJAAN LOANING

1. PEKERJAAN PEMASANGAN PROFIL

Pekerjaan Pemasangan Profil dilaksanakan sesudah kondisi lapangan dalam keadaan bersih, bekas bongkaran telah dibuang keluar lokasi. Profil berfungsi untuk patokan dalam pekerjaan selanjutnya yaitu pekerjaan galian tanah pondasi. Pemasangan Profil harus betul-betul siku terhadap sudut-sudut dan rata dengan menggunakan alat ukur selang air ataupun waterpass. Profil dibuat dengan bahan Kayu Patok sebagai

(17)

Tiang dan Papan sebagai Penghubung antar Tiang satu ketiang lain dan dipaku setelah dilakukan leveling kedataran bangunan yang akan dikerjakan. Setelah itu dilakukan penandaan As bangunan dengan menggunakan Spidol warna atau Paku. Kemudian ditarik lebar bangunan yang akan dibuat kearah kanan maupun kiri dan beri tanda sebagai tanda ukuran bidang dalam dan ukur ketebalan bangunan yang akan dibuat

2. PEKERJAAN BONGKARAN BETON

Beton dibongkar menggunakan tenaga manusia dengan peralatan Jack Hammer. Beton bekas bongkaran dibuang keluar lokasi pekerjaan.

Bongkaran beton dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan bongkaran beton dilakukan sebelum pekerjaan pasang profil.

b. Bongkaran beton dilaksanakan dengan persetujuan pengawas lapangan/direksi.

3. PEKERJAAN GALIAN TANAH

Galian Tanah menggunakan tenaga manusia, ukuran p x l x t galian disesuaikan dengan gambar bestek dan petunjuk dari pengawas

lapangan. Tanah hasil galian dibuang ke kiri atau kekanan lobang galian. Penggalian tanah dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan galian dimulai setelah pekerjaan pasang profil selesai dikerjakan.

b. Pembuatan dimensi galian (lebar dan dalam) di sesuaikan dengan desaign yang ada dalam gambar bestek dan disetujui oleh pengawas lapangan/direksi.

4. PEKERJAAN CERUCUK

Cerucuk Kayu adalah susunan tiang kayu dengan diameter atau ukuran sesuai syarat teknis yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga berfungsi sebagai pondasi.

Kepala Cerucuk adalah sesuatu konstruksi yang berfungsi untuk menyatukan kelompok tiang dalam menerima beban. Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang-tiang kayu, matras, kawat pengikat, papan penutup atau balok poer.

(18)

Pemancangan cerucuk dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Pemancangan cerucuk dilakukan setelah pekerjaan galian pada area pemancangan curucuk selesai dikerjakan

2) Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu.

3) Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang. 4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar

dapat dipukul dcngan stabil dan tetap tegak lurus.

5) Pukul tiang dengan palu pemukul pada ujung atas cenrcuk yang sudah diberi topi sampai kedalaman rencana.

5. PEKERJAAN BETON K-250 1. Bahan

1. Semen

a) Semen yang digunakan harus semen buatan dalam negeri dan kualitasnya sama dengan mutu semen Padang Type 1 atau lebih tinggi kualitasnya. Sesuai SK  –  SNI – S – 04 – 1989 – F dan – 0013 – 81.

b) Semen harus dalam bentuk bubuk yang halus, tidak mengandung gumpalan-gumpalan yang keras.

c) Dalam pengangkutan ke dalam tempat penyimpanan (gudang) di tempat pelaksanaan, harus dijaga agar semen tidak menjadi lembab, semen harus disimpan dengan baik dan dilindungi terhadap cuaca menurut ketentuan / petunjuk direksi.

2. Agregat Halus (pasir)

a) Agregat halus (pasir)dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.

(19)

b) Pasir halus terdiri dari butir-butir keras, tajam dan bersifat kekal artinya tidak pecah dan hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

c) Pasir harus bebas dari hal yang merugikan misalnya debu, lumpur, pertikel-pertikel lain yang lembut dan bahan organic lainnya. Pasir tidak boleh mengandung lumpur dari 5% berat kering.

d) Pasir harus mempunyai butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan perbandingan jumlah yang baik, ukuran maksimal pasir adalah 5 mm dan minimum 0,25 mm.

3. Agregat Kasar (kerikil pecah)

a) Agregat kasar/kerikil pecah dapat berupa kerikil alam atau batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu.

b) Agregat harus terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori dan bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

c) Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering.

d) Agregat harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam

besarnya dengan perbandingan yang baik, ukuran

maksimum agregat adalah 40 mm dan minimum 5 mm.

4. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air bersih yang tidak mengandung minyak, asam, garam, alkali, bahan organik atau bahan lain yang merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

5. Syarat-syarat kualitas bahan lain yang tidak tercantum dalam ketentuan-ketentuan diatas agar mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam :

 Untuk pasir (sand) sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 6,1

 Untuk agregat sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F dan SNI

(20)

2. Campuran

1. Pelaksana harus membuat campuran beton dengan alat pengaduk yang baik dengan kapasitas yang sesuai dengan besarnya volume pekerjaan beton. Alat pengaduk harus mampu mengaduk/mencampur semua bahan-bahan menjadi satu campuran merata tanpa adanya pemisahan.

2. Harus dilengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti serta mendapat pengawasan terhadap setiap bahan yang masuk dalam alat pengaduk.

3. Urutan memasukkan bahan-bahan ke alat pengaduk concrete mixer serta lama mengaduk harus sepengetahuan pengawas. 4. Mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah air agar

kekentalan bias bertahan lama tidak diperkenankan.

5. Harus dibuat kubus beton dengan ukuran minimal 10 x 10 x 10 cm.

6. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian Slump, nilai slump (12±2) cm, w/c = 0,56. Dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Beton dapat dikerjakan dengan baik b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan

c) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi

d) Untuk Beton K-250 Komposisi Material/M3 sekurang-kurangnya sebagai berikut :

Beton K-250

Portland Semen Type I 384 Kg Batu Split/Kerikil 1039 Kg

Pasir Cor 692 Kg

3. Cetakan/Bekisting

Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang tampak halus yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana,cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan dan air semen.

(21)

a. Bahan cetakan harus dari logam atau kayu yang tidak mudah meresap air dan sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Pemasangan cetakan harus rapat dan aman untuk mencegah gerakan atau penurunan.

c. Cetakan harus direncanakan sedemikian rupah dan sebelum penempatan beton, permukan dari cetakan harus diberi oli dengan oli yang umum diperdagangkan, sehingga muda dilepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

4. Pembesian

1. Semua pekerjaan pembesian harus mengikuti peraturan dan syarat-syarat SNI – 2 –  1971 (PBI) 1971. Besi beton jenis yang

tahan las dan kuat tarik minimum 2.200 Kg/cm2(U – 22).

Bahan-bahan dan ukuran tulangan harus berdasarkan SNI  –  0663 –

1989 – A, SK SNI – S – 05 – 1989 – F dan SII 0136 – 84.

2. Sebelum besi beton diletakkan pada tempat yang dikehendaki, permukaan besi harus dibersihkan terhadap karat kotoran, lemak atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Besi beton harus dijaga agar selalu dalam keadaan yang bersih sampai saat penecoran beton dilakukan.

3. Pembesian harus dikerjakan sebaik mungkin pada posisi yang stabil sedemikian rupa sehingga pada waktu pengecoran, posisi besi beton tidak berubah.

4. Penempatan besi beton harus mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu sebelum diadakan pengecoran. Penyedia barang/jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada pengawas untuk mengadakan pemeriksaan pekerjaan pembesian, sebelum pengecoran.

5. Tulang pokok digunakan besi ukuran yang disesuaikan dengan gambar bestek.

Diameter besi beton yang dipakai sesuai dengan gambar rencana (hasil pengukuran Ø besi beton dilokasi pekerjaan).

(22)

5. Pengecoran

a. Sebelum beton dicor, semua cetakan, pembesian dan bagian-bagian lain harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Permukaan tempat beton akan dicor harus bebas dari genangan air, lumpur atau puing-puing dan harus dalam keadaan jenuh air. c. Permukaan dari beton yang telah dicor untuk tempat pengecoran

selanjutnya harus bersih dan basah.

d. Beton tidak boleh dicor pada tempat aliran air atau dialiri sampai beton menjadi cukup keras.

e. Beton tidak boleh dicor pada genangan air kecuali atas persetujuan pengawas.

f. Beton tidak boleh dicor sebelum pengawas menyetujui persiapan-persiapan yang telah dikerjakan.

g. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu pengawas ada ditempat pekerjaan dan penyedia barang/jasa harus memperhatikan dengan baik pekerjaan pengecoran tersebut. h. Beton harus diambil dari pengaduk cetakan secepat mungkin

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan atau tidak akan mengurangi nilai slump.

i. Penempatan pengecoran harus sedekat mungkin dengan adukan beton agar tidak terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pengecoran yang berlebihan dan dijatuhkan dari suatu ketinggian yang cukup besar tidak diperbolehkan sebab akan merusak posisi cetakan/besi-besinya.

 j. Beton harus dicor secara lapis, menerus dan hamper mendatar, dengan ketebalan tidak boleh lebih besar dari 30 cm dan harus digetarkan sedemikian rupa hingga padat benar, bebas dari rongga-rongganya dan harus memenuhi seluruh permukaan cetakan dan material sekitarnya.

k. Cara-cara pemadatan dengan alat penggetar harus mendapatkan persetujuan pengawas.

6. Perbaikan

1. Bilamana setelah pembongkaran cetakan ternyata terlihat, bahwa beton tidak sesuai bentuknya dengan gambar atau

(23)

menyimpang dari ukuran atau terdapat permukaan-permukaan yang rusak, maka pelaksana harus memperbaiki sesuai dengan petunjuk direksi.

2. Pekerjaan perbaikan beton dimulai segera setelah pembongkaran pada cetakan.

3. Tempat-tempat atau bagian-bagian yang harus diperbaiki harus dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak berguna serta harus dalam keadaan basah selama 24 jam, kemudian diisi dengan bahan pengisi agar memenuhi tempat-tempat/bagian-bagian tersebut diatas.

4. Bidang-bidang beton yang harus diplester menutut gambar bestek yang perlu diplester setebal 2,00  –  2,50 cm dengan adukan 1 Pc : 2 Psr. Plesteran harus rapi dan rata.

6. PEKERJAAN PLESTERAN

a. Sebelum di plester tembok/dinding harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, dibasahi terlebih dahulu.

b. Untuk dinding diplester dengan adukan 1 : 2 dibuat rata dengan kuzen.

c. Plesteran harus rapi dan rata permukaannya, permukaan plesteran dihaluskan.

III. PEKERJAAN SALURAN INTAKE

1. PEKERJAAN PEMASANGAN PROFIL

Pekerjaan Pemasangan Profil dilaksanakan sesudah kondisi lapangan dalam keadaan bersih. Profil berfungsi untuk patokan dalam pekerjaan selanjutnya yaitu pekerjaan galian tanah pondasi. Pemasangan Profil harus betul-betul siku terhadap sudut-sudut dan rata dengan menggunakan alat ukur selang air ataupun waterpass. Profil dibuat dengan bahan Kayu Patok sebagai Tiang dan Papan sebagai Penghubung antar Tiang satu ketiang lain dan dipaku setelah dilakukan leveling kedataran bangunan yang akan dikerjakan. Setelah itu dilakukan penandaan As bangunan dengan menggunakan Spidol warna atau Paku. Kemudian ditarik lebar bangunan yang akan dibuat kearah kanan maupun

(24)

kiri dan beri tanda sebagai tanda ukuran bidang dalam dan ukur ketebalan bangunan yang akan dibuat

2. PEKERJAAN GALIAN TANAH

Galian Tanah menggunakan tenaga manusia, ukuran p x l x t galian disesuaikan dengan gambar bestek dan petunjuk dari pengawas

lapangan. Tanah hasil galian dibuang ke kiri atau kekanan lobang galian. Penggalian tanah dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan galian dimulai setelah pekerjaan pasang profil selesai dikerjakan.

b. Pembuatan dimensi galian (lebar dan dalam) di sesuaikan dengan desaign yang ada dalam gambar bestek dan disetujui oleh pengawas lapangan/direksi.

3. PEKERJAAN CERUCUK

Cerucuk Kayu adalah susunan tiang kayu dengan diameter atau ukuran sesuai syarat teknis yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga berfungsi sebagai pondasi.

Kepala Cerucuk adalah sesuatu konstruksi yang berfungsi untuk menyatukan kelompok tiang dalam menerima beban. Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang-tiang kayu, matras, kawat pengikat, papan penutup atau balok poer.

Pemancangan cerucuk dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Pemancangan cerucuk dilakukan setelah pekerjaan galian pada area pemancangan curucuk selesai dikerjakan

2) Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu.

3) Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.

4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat dipukul dcngan stabil dan tetap tegak lurus.

5) Pukul tiang dengan palu pemukul pada ujung atas cenrcuk yang sudah diberi topi sampai kedalaman rencana.

(25)

4. PEKERJAAN BETON K-250 1. Bahan

1. Semen

a) Semen yang digunakan harus semen buatan dalam negeri dan kualitasnya sama dengan mutu semen Padang Type 1 atau lebih tinggi kualitasnya. Sesuai SK  –  SNI – S – 04 – 1989 – F dan – 0013 – 81.

b) Semen harus dalam bentuk bubuk yang halus, tidak mengandung gumpalan-gumpalan yang keras.

c) Dalam pengangkutan ke dalam tempat penyimpanan (gudang) di tempat pelaksanaan, harus dijaga agar semen tidak menjadi lembab, semen harus disimpan dengan baik dan dilindungi terhadap cuaca menurut ketentuan / petunjuk direksi.

2. Agregat Halus (pasir)

a) Agregat halus (pasir)dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.

b) Pasir halus terdiri dari butir-butir keras, tajam dan bersifat kekal artinya tidak pecah dan hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

c) Pasir harus bebas dari hal yang merugikan misalnya debu, lumpur, pertikel-pertikel lain yang lembut dan bahan organic lainnya. Pasir tidak boleh mengandung lumpur dari 5% berat kering.

d) Pasir harus mempunyai butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan perbandingan jumlah yang baik, ukuran maksimal pasir adalah 5 mm dan minimum 0,25 mm.

(26)

3. Agregat Kasar (kerikil pecah)

a) Agregat kasar/kerikil pecah dapat berupa kerikil alam atau batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu.

b) Agregat harus terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori dan bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

c) Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering.

d) Agregat harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dengan perbandingan yang baik, ukuran maksimum agregat adalah 40 mm dan minimum 5 mm.

4. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air bersih yang tidak mengandung minyak, asam, garam, alkali, bahan organik atau bahan lain yang merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

5. Syarat-syarat kualitas bahan lain yang tidak tercantum dalam ketentuan-ketentuan diatas agar mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam :

 Untuk pasir (sand) sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 6,1  Untuk agregat sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F dan SNI

009 – 87A

2. Campuran

1. Pelaksana harus membuat campuran beton dengan alat pengaduk yang baik dengan kapasitas yang sesuai dengan besarnya volume pekerjaan beton. Alat pengaduk harus mampu mengaduk/mencampur semua bahan-bahan menjadi satu campuran merata tanpa adanya pemisahan.

2. Harus dilengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti serta mendapat pengawasan terhadap setiap bahan yang masuk dalam alat pengaduk.

(27)

3. Urutan memasukkan bahan-bahan ke alat pengaduk concrete mixer serta lama mengaduk harus sepengetahuan pengawas. 4. Mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah air agar

kekentalan bias bertahan lama tidak diperkenankan.

5. Harus dibuat kubus beton dengan ukuran minimal 10 x 10 x 10 cm.

6. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian Slump, nilai slump (12±2) cm, w/c = 0,56. Dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Beton dapat dikerjakan dengan baik b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan

c) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi

d) Untuk Beton K-250 Komposisi Material/M3 sekurang-kurangnya sebagai berikut :

Beton K-250

Portland Semen Type I 384 Kg

Batu Split/Kerikil 1039 Kg

Pasir Cor 692 Kg

3. Cetakan/Bekisting

Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang tampak halus yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana,cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan dan air semen.

a. Bahan cetakan harus dari logam atau kayu yang tidak mudah meresap air dan sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Pemasangan cetakan harus rapat dan aman untuk mencegah gerakan atau penurunan.

c. Cetakan harus direncanakan sedemikian rupah dan sebelum penempatan beton, permukan dari cetakan harus diberi oli dengan oli yang umum diperdagangkan, sehingga muda dilepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

(28)

4. Pembesian

1. Semua pekerjaan pembesian harus mengikuti peraturan dan syarat-syarat SNI – 2 –  1971 (PBI) 1971. Besi beton jenis yang tahan las dan kuat tarik minimum 2.200 Kg/cm2(U – 22). Bahan-bahan dan ukuran tulangan harus berdasarkan SNI  –  0663 – 1989 – A, SK SNI – S – 05 – 1989 – F dan SII 0136 – 84.

2. Sebelum besi beton diletakkan pada tempat yang dikehendaki, permukaan besi harus dibersihkan terhadap karat kotoran, lemak atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Besi beton harus dijaga agar selalu dalam keadaan yang bersih sampai saat penecoran beton dilakukan.

3. Pembesian harus dikerjakan sebaik mungkin pada posisi yang stabil sedemikian rupa sehingga pada waktu pengecoran, posisi besi beton tidak berubah.

4. Penempatan besi beton harus mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu sebelum diadakan pengecoran. Penyedia barang/jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada pengawas untuk mengadakan pemeriksaan pekerjaan pembesian, sebelum pengecoran.

5. Tulang pokok digunakan besi ukuran yang disesuaikan dengan gambar bestek.

Diameter besi beton yang dipakai sesuai dengan gambar rencana (hasil pengukuran Ø besi beton dilokasi pekerjaan).

5. Pengecoran

a. Sebelum beton dicor, semua cetakan, pembesian dan bagian-bagian lain harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Permukaan tempat beton akan dicor harus bebas dari genangan air, lumpur atau puing-puing dan harus dalam keadaan jenuh air. c. Permukaan dari beton yang telah dicor untuk tempat pengecoran

selanjutnya harus bersih dan basah.

d. Beton tidak boleh dicor pada tempat aliran air atau dialiri sampai beton menjadi cukup keras.

(29)

e. Beton tidak boleh dicor pada genangan air kecuali atas persetujuan pengawas.

f. Beton tidak boleh dicor sebelum pengawas menyetujui persiapan-persiapan yang telah dikerjakan.

g. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu pengawas ada ditempat pekerjaan dan penyedia barang/jasa harus memperhatikan dengan baik pekerjaan pengecoran tersebut. h. Beton harus diambil dari pengaduk cetakan secepat mungkin

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan atau tidak akan mengurangi nilai slump.

i. Penempatan pengecoran harus sedekat mungkin dengan adukan beton agar tidak terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pengecoran yang berlebihan dan dijatuhkan dari suatu ketinggian yang cukup besar tidak diperbolehkan sebab akan merusak posisi cetakan/besi-besinya.

 j. Beton harus dicor secara lapis, menerus dan hamper mendatar, dengan ketebalan tidak boleh lebih besar dari 30 cm dan harus digetarkan sedemikian rupa hingga padat benar, bebas dari rongga-rongganya dan harus memenuhi seluruh permukaan cetakan dan material sekitarnya.

k. Cara-cara pemadatan dengan alat penggetar harus mendapatkan persetujuan pengawas.

6. Perbaikan

1. Bilamana setelah pembongkaran cetakan ternyata terlihat, bahwa beton tidak sesuai bentuknya dengan gambar atau menyimpang dari ukuran atau terdapat permukaan-permukaan yang rusak, maka pelaksana harus memperbaiki sesuai dengan petunjuk direksi.

2. Pekerjaan perbaikan beton dimulai segera setelah pembongkaran pada cetakan.

3. Tempat-tempat atau bagian-bagian yang harus diperbaiki harus dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak berguna serta harus dalam keadaan basah selama 24 jam, kemudian diisi dengan

(30)

bahan pengisi agar memenuhi tempat-tempat/bagian-bagian tersebut diatas.

4. Bidang-bidang beton yang harus diplester menutut gambar bestek yang perlu diplester setebal 2,00  –  2,50 cm dengan adukan 1 Pc : 2 Psr. Plesteran harus rapi dan rata.

5. PEKERJAAN PLESTERAN

a. Sebelum di plester tembok/dinding harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, dibasahi terlebih dahulu.

b. Untuk dinding diplester dengan adukan 1 : 2 dibuat rata dengan kuzen.

c. Plesteran harus rapi dan rata permukaannya, permukaan plesteran dihaluskan.

6. PEKERJAAN GALIAN TANAH GENANGAN DENGAN ALAT EXCAVATOR

Pekerjaan galian dan pembersihan genangan bendung sangat diperlukan agar terhindar dari tumpukan-tumpukan kayu, semak-semak, gundukan tanah/sirtu sehingga genangan benar-benar bersih. Ukuran luas genangan sesuai dengan gambar bestek dengan persetujuan direksi

7. PEKERJAAN PEMASANGAN PINTU INTAKE 1. Acuan Spesifikasi Teknis.

 Acuan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah :

1. Pintu Air mengacu pada standar yang telah ditetapkan/sesuai spesifikasi teknis atau sesuai petunjuk direksi.

2. Material/Bahan.

Semua mutu bahan/material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi teknis atau sesuai petunjuk direksi.

Pabrikasi material pintu air dengan Dimensi, bentuk dan mutu sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan, dibuat oleh pihak supplier spesialis yang telah diajukan oleh kontraktor dan disetujui oleh direksi (owner) dengan acuan gambar rencana dan uji kelayakan dengan bersandar pada ketentuan/standar yang diminta dalam spesifikasi teknis.

(31)

Semua proses kerja pembuatan pintu air akan diawasi oleh kontraktor dan urutan kerja serta detail material pintu (material utama, assesoris dan finishing) mengikuti aturan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknis.

2. Pelaksanaan

a. Sebelumnya Konstruksi dudukan pintu dengan luas sesuai gambar rencana untuk penempatan material pintu telah selesai dikerjakan.

Semua urutan kerja, detail, sambungan antar bangunan selesai dikerjakan

b. Material pintu didatangkan dari pabrik (supplier) ke lokasi pekerjaan.

c. Dilakukan pemasangan/erection Pintu ke lokasi pekerjaan dengan dibantu oleh manusia dan alat bantu. Perkuatan dengan angker, Pengukuran sipat datar, sambungan dengan las, pemotongan dan posisi pintu dilakukan dengan rapi dan seakurat mungkin sesuai dengan gambar rancana. Pemasangan dilakukan dengan tenaga manusia dan alat bantu.

d. Setelah selesai semua pekerjaan pintu dan assesoris yang termasuk didalam pekerjaan tersebut, dilakukan uji coba dengan disaksikan oleh direksi pekerjaan.

 Approval oleh direksi dan dilanjutkan dengan Perawatan dan perbaikan-perbaikan jika ada kerusakan (semasih dalam masa pemeliharaan).

8. PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

Pekerjaan Timbunan Tanah dilakukan untuk menutupi bidang tanah yang kosong atau timbunan tanah disamping kanan/kiri bangunan pekerjaan atau didalam tanggul sesuai dengan gambar bestek, dilakukan bertahap lapis demi lapis dengan ketebalan lapis demi lapis 20 cm s/d 30 cm dan dipadatkan lapis demi lapis menggunakan stamper, agar kepadatan tanah betul-betul padat maka diselingi dengan menyiram kan air supaya pori-pori tanah terisi, dengan persetujuan direksi.

(32)

IV. PEKERJAAN SHEET PILE BETON

1. PEKERJAAN PENGADAAN SHEET PILE TYPE W-350 A-1000 L= 6 M K-700

Pengadaan Sheet Pile Type W-350 A-1000 L= 6 m K-700 dipesan dan didatangkan dari Pekanbaru Riau. Diangkut ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan Truck Trailer yang sebelumnya telah disurvei arah jalan masuk kelokasi dan diterima dibase camp atau lokasi kerja.

Sheet Pile yang dipesan sesuai dengan yang diminta digambar bestek dan disetujui oleh Direksi. Penempatan Sheet Pile dipersiapkan diareal yang akan dipasang dan juga disetujui oleh Direksi.

2. PEKERJAAN PEMANCANGAN SHEET PILE L=6 a. Penentuan titik-titik pancang yang akan diletakkan

Sebelum melaksanakan pekerjaan pemancangan Sheet Pile perlu dilakukan beberapa hal antara lain menggunakan alat bantu salah satunya berupa Theodolit atau Waterpass untuk menentukan titik yang tepat dimana posisi Sheet Pile berdiri.

b. Pemasangan Angkur

Pemasangan angkur ini bertujuan sebagai tempat perletakan guide beam agar berdiri sejajar dengan garis titik kelurusan yang sudah ditentukan oleh surveyor.

c. Pemasangan Guide beam

Guide beam ini adalah tempat pancang berdiri tegak yang sengaja didesain dan digunakan untuk membantu menegakkan pancang Sheet Pile agar mempermudah proses pemancangan ketika akan dipukul menggunakan hammer.

d. Proses Pengangkatan Sheet Pile

Pengambilan Sheet Pile untuk dipasang pada posisi pemancangan harus diperhitungkan terhadap momen karena berat sendiri.

Pengangkatan Sheet Pile menggunakan Crawler Crane dengan posisi titik angkat sesuai dengan perhitungan sehingga tidak terjadi patah pada saat pengangkatan.

(33)

e. Pemancangan

Pemancangan Menggunakan Alat Pancang Diesel hummer

f. Proses Pelepasan Guide Beam

Setelah proses pemancangan berada pada ketinggian yang sesuai dengan tinggi guide beam, untuk memperlancar proses pemancangan sampai pada tanah keras, maka terjadi pelepasan guide beam. Karena guide beam itu sendiri hanya berfungsi sebagai frame atau penyanggah agar letak pancang tetap stabil pada saat pemukulan hal itu dikarenakan pancang terlalu panjang, sehingga perlu bantuan untuk menyanggah agar pancang tetap tegak lurus.

g. Proses Pengukuran Kembali Terhadap Kelurusan

Setelah pelepasan guide beam dan pancang Sheet Pile benar-benar berada pada posisi tegak lurus, hal itu tidak membuat para surveyor diam saja. Maka para Surveyor melakukan pengukuran atau membidik kembali titik-titik yang sudah ditentukan di awal pekerjaan apakah letak pancang benar-benar lurus dan tegak, sehingga tidak akan mengalami sleding yang ditimbulkan karena struktur tanah dan mengakibatkan pancang sewaktu-waktu bergeser karena tanah yang berhubungan dekat dengan air. Batas toleransi elevasi pergeseran pancang adalah ± 10 cm.

h. Proses Pemukulan Kembali Setelah pelepasan Guide Beam

Setelah proses pelepasan guide beam dan pengukuran terhadap kelurusan pancang maka langkah selanjutnya adalah melanjutkan pemukulan pancang Sheet Pile dengan menggunakan alat pancang untuk mencapai tanah keras.

i. Pemasangan Wale Steel CNP dan Tie rod

Setelah proses pemancangan selesai, maka langkah selanjutnya adalah memasang Wale Steel CNP dan Tie rod agar pancang tidak lari atau bergeser karena sifat tanah jika terkena air maka akan berubah sewaktu-waktu. Untuk menghindari kejadian tersebut maka

(34)

dilakukan pemasangan Wale Steel CNP yang panjangnya sekitar ± 6 meter karena hanya per segmen saja yaitu berisi 6 buah pancang. Letaknya di belakang pancang, serta dilakukan bersamaan dengan pemasangan Tie rod yang letaknya didepan pancang, berfungsi mengunci pancang yang saling berhadapan.

 j. Pekerjaan Pemotongan/Pembobokan Sisa Pancang Sheet Pile Setelah proses pemancangan Sheet Pile, pasti ada tiang pancang yang tersisa diatas elevasi rencana, hal ini karena karakteristik tanah setiap titik berbeda-beda, sehingga pencapaian tiang pancang ke dalam tanah keras ikut berbeda juga. Untuk menyetarakan tiang pancang tersebut dengan gambar bestek, maka satu-satunya cara adalah dengan cara penghancuran tiang pancang menggunakan palu (hammer).

3. PEKERJAAN BETON K.250 CAPING BEAM

Pekerjaan Beton K.250 Caping Beam dilaksanakan sesudah Pemotongan/Pembobokan Sisa Pancang Sheet Pile.

1. Bahan 1. Semen

a) Semen yang digunakan harus semen buatan dalam negeri dan kualitasnya sama dengan mutu semen Padang Type 1 atau lebih tinggi kualitasnya. Sesuai SK  –  SNI – S – 04 – 1989 – F dan – 0013 – 81.

b) Semen harus dalam bentuk bubuk yang halus, tidak mengandung gumpalan-gumpalan yang keras.

c) Dalam pengangkutan ke dalam tempat penyimpanan (gudang) di tempat pelaksanaan, harus dijaga agar semen tidak menjadi lembab, semen harus disimpan dengan baik dan dilindungi terhadap cuaca menurut ketentuan / petunjuk direksi.

2. Agregat Halus (pasir)

a) Agregat halus (pasir)dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.

(35)

b) Pasir halus terdiri dari butir-butir keras, tajam dan bersifat kekal artinya tidak pecah dan hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

c) Pasir harus bebas dari hal yang merugikan misalnya debu, lumpur, pertikel-pertikel lain yang lembut dan bahan organic lainnya. Pasir tidak boleh mengandung lumpur dari 5% berat kering.

d) Pasir harus mempunyai butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan perbandingan jumlah yang baik, ukuran maksimal pasir adalah 5 mm dan minimum 0,25 mm.

3. Agregat Kasar (kerikil pecah)

a) Agregat kasar/kerikil pecah dapat berupa kerikil alam atau batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu.

b) Agregat harus terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori dan bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

c) Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering.

d) Agregat harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam

besarnya dengan perbandingan yang baik, ukuran

maksimum agregat adalah 40 mm dan minimum 5 mm.

4. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air bersih yang tidak mengandung minyak, asam, garam, alkali, bahan organik atau bahan lain yang merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

5. Syarat-syarat kualitas bahan lain yang tidak tercantum dalam ketentuan-ketentuan diatas agar mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam :

 Untuk pasir (sand) sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 6,1

 Untuk agregat sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F dan SNI

(36)

2. Campuran

1. Pelaksana harus membuat campuran beton dengan alat pengaduk yang baik dengan kapasitas yang sesuai dengan besarnya volume pekerjaan beton. Alat pengaduk harus mampu mengaduk/mencampur semua bahan-bahan menjadi satu campuran merata tanpa adanya pemisahan.

2. Harus dilengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti serta mendapat pengawasan terhadap setiap bahan yang masuk dalam alat pengaduk.

3. Urutan memasukkan bahan-bahan ke alat pengaduk concrete mixer serta lama mengaduk harus sepengetahuan pengawas. 4. Mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah air agar

kekentalan bias bertahan lama tidak diperkenankan.

5. Harus dibuat kubus beton dengan ukuran minimal 10 x 10 x 10 cm.

6. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian Slump, nilai slump (12±2) cm, w/c = 0,56. Dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Beton dapat dikerjakan dengan baik b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan

c) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi

d) Untuk Beton K-250 Komposisi Material/M3 sekurang-kurangnya sebagai berikut :

Beton K-250

Portland Semen Type I 384 Kg Batu Split/Kerikil 1039 Kg

Pasir Cor 692 Kg

3. Cetakan/Bekisting

Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang tampak halus yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana,cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan dan air semen.

(37)

a. Bahan cetakan harus dari logam atau kayu yang tidak mudah meresap air dan sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Pemasangan cetakan harus rapat dan aman untuk mencegah gerakan atau penurunan.

c. Cetakan harus direncanakan sedemikian rupah dan sebelum penempatan beton, permukan dari cetakan harus diberi oli dengan oli yang umum diperdagangkan, sehingga muda dilepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

4. Pembesian

1. Semua pekerjaan pembesian harus mengikuti peraturan dan syarat-syarat SNI – 2 –  1971 (PBI) 1971. Besi beton jenis yang

tahan las dan kuat tarik minimum 2.200 Kg/cm2(U – 22).

Bahan-bahan dan ukuran tulangan harus berdasarkan SNI  –  0663 –

1989 – A, SK SNI – S – 05 – 1989 – F dan SII 0136 – 84.

2. Sebelum besi beton diletakkan pada tempat yang dikehendaki, permukaan besi harus dibersihkan terhadap karat kotoran, lemak atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Besi beton harus dijaga agar selalu dalam keadaan yang bersih sampai saat penecoran beton dilakukan.

3. Pembesian harus dikerjakan sebaik mungkin pada posisi yang stabil sedemikian rupa sehingga pada waktu pengecoran, posisi besi beton tidak berubah.

4. Penempatan besi beton harus mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu sebelum diadakan pengecoran. Penyedia barang/jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada pengawas untuk mengadakan pemeriksaan pekerjaan pembesian, sebelum pengecoran.

5. Tulang pokok digunakan besi ukuran yang disesuaikan dengan gambar bestek.

Diameter besi beton yang dipakai sesuai dengan gambar rencana (hasil pengukuran Ø besi beton dilokasi pekerjaan).

(38)

5. Pengecoran

a. Sebelum beton dicor, semua cetakan, pembesian dan bagian-bagian lain harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Permukaan tempat beton akan dicor harus bebas dari genangan air, lumpur atau puing-puing dan harus dalam keadaan jenuh air. c. Permukaan dari beton yang telah dicor untuk tempat pengecoran

selanjutnya harus bersih dan basah.

d. Beton tidak boleh dicor pada tempat aliran air atau dialiri sampai beton menjadi cukup keras.

e. Beton tidak boleh dicor pada genangan air kecuali atas persetujuan pengawas.

f. Beton tidak boleh dicor sebelum pengawas menyetujui persiapan-persiapan yang telah dikerjakan.

g. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu pengawas ada ditempat pekerjaan dan penyedia barang/jasa harus memperhatikan dengan baik pekerjaan pengecoran tersebut. h. Beton harus diambil dari pengaduk cetakan secepat mungkin

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan atau tidak akan mengurangi nilai slump.

i. Penempatan pengecoran harus sedekat mungkin dengan adukan beton agar tidak terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pengecoran yang berlebihan dan dijatuhkan dari suatu ketinggian yang cukup besar tidak diperbolehkan sebab akan merusak posisi cetakan/besi-besinya.

 j. Beton harus dicor secara lapis, menerus dan hamper mendatar, dengan ketebalan tidak boleh lebih besar dari 30 cm dan harus digetarkan sedemikian rupa hingga padat benar, bebas dari rongga-rongganya dan harus memenuhi seluruh permukaan cetakan dan material sekitarnya.

k. Cara-cara pemadatan dengan alat penggetar harus mendapatkan persetujuan pengawas.

6. Perbaikan

1. Bilamana setelah pembongkaran cetakan ternyata terlihat, bahwa beton tidak sesuai bentuknya dengan gambar atau

(39)

menyimpang dari ukuran atau terdapat permukaan-permukaan yang rusak, maka pelaksana harus memperbaiki sesuai dengan petunjuk direksi.

2. Pekerjaan perbaikan beton dimulai segera setelah pembongkaran pada cetakan.

3. Tempat-tempat atau bagian-bagian yang harus diperbaiki harus dibersihkan dari bahan-bahan yang tidak berguna serta harus dalam keadaan basah selama 24 jam, kemudian diisi dengan bahan pengisi agar memenuhi tempat-tempat/bagian-bagian tersebut diatas.

4. Bidang-bidang beton yang harus diplester menutut gambar bestek yang perlu diplester setebal 2,00  –  2,50 cm dengan

adukan 1 Pc : 2 Psr. Plesteran harus rapi dan rata.

4. PEKERJAAN BETON K.250 PENUTUP LANTAI 1. Bahan

1. Semen

a) Semen yang digunakan harus semen buatan dalam negeri dan kualitasnya sama dengan mutu semen Padang Type 1 atau lebih tinggi kualitasnya. Sesuai SK  –  SNI – S – 04 –

1989 – F dan – 0013 – 81.

b) Semen harus dalam bentuk bubuk yang halus, tidak mengandung gumpalan-gumpalan yang keras.

c) Dalam pengangkutan ke dalam tempat penyimpanan (gudang) di tempat pelaksanaan, harus dijaga agar semen tidak menjadi lembab, semen harus disimpan dengan baik dan dilindungi terhadap cuaca menurut ketentuan / petunjuk direksi.

2. Agregat Halus (pasir)

a) Agregat halus (pasir)dapat berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.

b) Pasir halus terdiri dari butir-butir keras, tajam dan bersifat kekal artinya tidak pecah dan hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

(40)

c) Pasir harus bebas dari hal yang merugikan misalnya debu, lumpur, pertikel-pertikel lain yang lembut dan bahan organic lainnya. Pasir tidak boleh mengandung lumpur dari 5% berat kering.

d) Pasir harus mempunyai butir-butir yang beraneka ragam besarnya dengan perbandingan jumlah yang baik, ukuran maksimal pasir adalah 5 mm dan minimum 0,25 mm.

3. Agregat Kasar (kerikil pecah)

a) Agregat kasar/kerikil pecah dapat berupa kerikil alam atau batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu.

b) Agregat harus terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori dan bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.

c) Agregat tidak boleh mengandung zat-zat yang merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali. Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% berat kering.

d) Agregat harus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dengan perbandingan yang baik, ukuran maksimum agregat adalah 40 mm dan minimum 5 mm.

4. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air bersih yang tidak mengandung minyak, asam, garam, alkali, bahan organik atau bahan lain yang merusak beton. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

5. Syarat-syarat kualitas bahan lain yang tidak tercantum dalam ketentuan-ketentuan diatas agar mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam :

 Untuk pasir (sand) sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F : 6,1  Untuk agregat sesuai SK SNI – S – 04 – 1989 – F dan SNI

009 – 87A

(41)

1. Pelaksana harus membuat campuran beton dengan alat pengaduk yang baik dengan kapasitas yang sesuai dengan besarnya volume pekerjaan beton. Alat pengaduk harus mampu mengaduk/mencampur semua bahan-bahan menjadi satu campuran merata tanpa adanya pemisahan.

2. Harus dilengkapi dengan alat-alat pengukur yang teliti serta mendapat pengawasan terhadap setiap bahan yang masuk dalam alat pengaduk.

3. Urutan memasukkan bahan-bahan ke alat pengaduk concrete mixer serta lama mengaduk harus sepengetahuan pengawas. 4. Mengaduk dalam jumlah yang lebih dengan menambah air agar

kekentalan bias bertahan lama tidak diperkenankan.

5. Harus dibuat kubus beton dengan ukuran minimal 10 x 10 x 10 cm.

6. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian Slump, nilai slump (12±2) cm, w/c = 0,56. Dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Beton dapat dikerjakan dengan baik b) Tidak terjadi pemisahan dari adukan

c) Mutu beton yang disyaratkan tetap terpenuhi

d) Untuk Beton K-250 Komposisi Material/M3 sekurang-kurangnya sebagai berikut :

Beton K-250

Portland Semen Type I 384 Kg Batu Split/Kerikil 1039 Kg

Pasir Cor 692 Kg

3. Cetakan/Bekisting

Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang tampak halus yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana,cetakan harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan dan air semen.

(42)

a. Bahan cetakan harus dari logam atau kayu yang tidak mudah meresap air dan sebelumnya harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Pemasangan cetakan harus rapat dan aman untuk mencegah gerakan atau penurunan.

c. Cetakan harus direncanakan sedemikian rupah dan sebelum penempatan beton, permukan dari cetakan harus diberi oli dengan oli yang umum diperdagangkan, sehingga muda dilepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton.

4. Pembesian

1. Semua pekerjaan pembesian harus mengikuti peraturan dan syarat-syarat SNI – 2 –  1971 (PBI) 1971. Besi beton jenis yang

tahan las dan kuat tarik minimum 2.200 Kg/cm2(U – 22).

Bahan-bahan dan ukuran tulangan harus berdasarkan SNI  –  0663 –

1989 – A, SK SNI – S – 05 – 1989 – F dan SII 0136 – 84.

2. Sebelum besi beton diletakkan pada tempat yang dikehendaki, permukaan besi harus dibersihkan terhadap karat kotoran, lemak atau bahan lain yang tidak dikehendaki. Besi beton harus dijaga agar selalu dalam keadaan yang bersih sampai saat penecoran beton dilakukan.

3. Pembesian harus dikerjakan sebaik mungkin pada posisi yang stabil sedemikian rupa sehingga pada waktu pengecoran, posisi besi beton tidak berubah.

4. Penempatan besi beton harus mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu sebelum diadakan pengecoran. Penyedia barang/jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada pengawas untuk mengadakan pemeriksaan pekerjaan pembesian, sebelum pengecoran.

5. Tulang pokok digunakan besi ukuran yang disesuaikan dengan gambar bestek.

Diameter besi beton yang dipakai sesuai dengan gambar rencana (hasil pengukuran Ø besi beton dilokasi pekerjaan).

(43)

5. Pengecoran

a. Sebelum beton dicor, semua cetakan, pembesian dan bagian-bagian lain harus mendapat persetujuan dari pengawas.

b. Permukaan tempat beton akan dicor harus bebas dari genangan air, lumpur atau puing-puing dan harus dalam keadaan jenuh air. c. Permukaan dari beton yang telah dicor untuk tempat pengecoran

selanjutnya harus bersih dan basah.

d. Beton tidak boleh dicor pada tempat aliran air atau dialiri sampai beton menjadi cukup keras.

e. Beton tidak boleh dicor pada genangan air kecuali atas persetujuan pengawas.

f. Beton tidak boleh dicor sebelum pengawas menyetujui persiapan-persiapan yang telah dikerjakan.

g. Pengecoran beton hanya boleh dilakukan pada waktu pengawas ada ditempat pekerjaan dan penyedia barang/jasa harus memperhatikan dengan baik pekerjaan pengecoran tersebut. h. Beton harus diambil dari pengaduk cetakan secepat mungkin

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemisahan atau tidak akan mengurangi nilai slump.

i. Penempatan pengecoran harus sedekat mungkin dengan adukan beton agar tidak terjadi pemisahan atas bahan-bahannya. Pengecoran yang berlebihan dan dijatuhkan dari suatu ketinggian yang cukup besar tidak diperbolehkan sebab akan merusak posisi cetakan/besi-besinya.

 j. Beton harus dicor secara lapis, menerus dan hamper mendatar, dengan ketebalan tidak boleh lebih besar dari 30 cm dan harus digetarkan sedemikian rupa hingga padat benar, bebas dari rongga-rongganya dan harus memenuhi seluruh permukaan cetakan dan material sekitarnya.

k. Cara-cara pemadatan dengan alat penggetar harus mendapatkan persetujuan pengawas.

6. Perbaikan

1. Bilamana setelah pembongkaran cetakan ternyata terlihat, bahwa beton tidak sesuai bentuknya dengan gambar atau

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi semula karena katup terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid.. Katup

B. Berikut ini adalah beberapa kecenderungan yang jika timbul dapat mengurangi efektifitas calon mahasiswa dalam bekerja dan bersaksi. Mohon beri tanda centang yang

Kualitas unjuk kerja suatu sistem refrigerasi dapat dinyatakan dengan suatu angka, COP, yaitu hasil perbandingan antara energi yang diserap dari bahan baku (air laut)

MENGURUS RUMAH TANGGA. MENGURUS

Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut RANHAM adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas rencana aksi nasional hak

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mustikawati (2009) dengan judul analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah Tabungan Ummat (Studi Kasus: PT

Questions manifesting high-order thinking skills are those belonging to the analysis, synthesis, and evaluation levels of Bloom’s cognitive domain, while questions