LAMPIRAN 1
DAFTAR PERTANYAAN DAN RANGKUMAN HASIL
WAWANCARA ANALISIS PORTER DAN ANALISIS VALUE
SHOPS
Tanggal: 28 Oktober 2005
Nama: Benny Bernadus
Jabatan: Kepala Departemen T&D
1. Menurut Bapak/Ibu siapa saja yang dapat dikatakan sebagai pelanggan (penikmat jasa) dari PT. RCTI?
2. Menurut Bapak/Ibu siapa saja pesaing utama dalam industri sejenis dari PT. RCTI? 3. Menurut Bapak/Ibu siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai pemasok utama
bagi PT. RCTI dan bagaimana kontribusi pemasok tersebut bagi PT. RCTI? Apakah pemasok memiliki peluang berintegrasi ke depan?
4. Menurut Bapak/Ibu siapa saja yang dapat digolongkan sebagai pendatang baru yang cukup potensial atau harus diperhitungkan yang dapat mengancam eksistensi PT. RCTI?
5. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang dapat dikategorikan sebagai produk
substitusi/pengganti untuk menggantikan produk/jasa yang dihasilkan oleh PT. RCTI?
Jawaban
1. Yang dapat dikategorikan sebagai pelanggan (penikmat jasa) dari PT. RCTI adalah seluruh pemirsa televisi yang berada di Indonesia (yang dapat menangkap channel RCTI).
2. Pesaing utama dalam industri sejenis dari PT. RCTI adalah SCTV, Indosiar, AN TV, Metro TV, dan Trans TV.
3. Pemasok utama bagi PT. RCTI adalah Production House (PH) local dan luar negeri, pemasok peralatan operasional perusahaan, dan pemasok sumber daya manusia. Peluang pemasok untuk berintegrasi ke depan adalah kecil. Maksudnya adalah pemasok cukup sulit melakukan perluasan atau perkembangan produk/bisnisnya untuk dapat melakukan bisnis broadcasting. Selain itu PT. RCTI juga melakukan in house production sehingga tidak tergantung pada pemasok.
4. Yang dapat digolongkan sebagai pendatang baru yang cukup potensial bagi PT. RCTI adalah semua statsiun televisi yang terdapat di Indonesia dan masih berumur kurang dari 4 tahun.
5. Yang dapat dikategorikan sebagai produk pengganti untuk menggantikan jasa/produk yang dihasilkan oleh PT. RCTI adalah internet, radio, media cetak seperti surat kabar, tabloid, dan majalah.
Analisis Value Shops
Pertanyaan dibawah ini diajukan sebagai dasar untuk keperluan analisis value shops terhadap PT. RCTI.
1. Menurut Bapak/Ibu apa arti business acquisition dalam proses bisnis PT. RCTI? 2. Menurut Bapak/Ibu apa saja yang menjadi problem specification dalam proses
3. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan knowledge application dalam proses bisnis PT. RCTI?
4. Menurut Bapak/Ibu bagaimana alokasi sumber daya dalam proses bisnis pada PT. RCTI?
5. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan marketing the capability dalam proses bisnis PT.RCTI?
6. Bagaimana kebijakan yang Bapak/Ibu ambil apabila ada masalah yang timbul dalam memproduksi suatu produk/program acara?
Catatan: untuk pertanyaan mengenai execute solution tergantung pada masalah yang dihadapi oleh PT. RCTI karena setiap masalah memiliki pemecahan masalah yang berbeda. Untuk suatu masalah bisa didapatkan beberapa solusi alternatif, kemudian dari alternatif solusi yang ada dipilih satu solusi yang terbaik.
Jawaban
1. Makna business acquisition dalam proses bisnis bagi PT. RCTI dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama berasal dari klien perusahaan (business client) dan sisi lainnya adalah berasal dari keinginan pemirsa RCTI.
2. Yang menjadi problem specification bagi PT. RCTI adalah mengenai pengembangan ide-ide kreatif agar program acara mendapatkan antusiasme dari pemirsa ketika acara tersebut ditayangkan. Pada intinya problem specification setiap perusahaan tidak jauh berbeda semuanya untuk mengatasi masalah yang timbul atau mengantisipasi masalah yang akan timbul, tetapi bagi PT. RCTI lebih kea rah pengembangan ide-ide kreatif.
3. Knowledge application bagi PT. RCTI adalah suatu cara untuk menangkap data dan pengetahuan penting sehingga menghasilkan informasi yang berguna bagi PT. RCTI dalam meningkatkan proses bisnisnya.
4. Alokasi sumber daya pada proses bisnis PT. RCTI adalah menempatkan sumber daya yang sesuai dengan ide, konsep, format dan isi dari suatu produk yang akan dibuat. 5. Yang dimaksud dengan marketing the capablility bagi PT. RCTI adalah memasarkan
produk yang dihasilkan dengan cara yang tepat dan sesuai.
6. Kebijakan yang diambil apabila ada masalah yang timbul dalam memproduksi suatu produk/program acara adalah mengidentifikasi masalah yang ada, kemudian membuat model untuk pemecahan masalah setelah didapatkan model yang cocok, maka dihasilkan solusi-solusi alternatif. Langkah terakhir yang dilakukan adalah menetapkan dan menjalankan solusi terbaik.
LAMPIRAN 2
DAFTAR PERTANYAAN DAN RANGKUMAN HASIL
WAWANCARA ANALISIS CSF
Tanggal: 8 November 2005
Nama: Benny Bernadus
Jabatan: Kepala Departemen T&D
Pertanyaan
1. Critical Success Factor (CSF) adalah faktor-faktor kritis penentu keberhasilan dan kegagalan organisasi dalam mencapai sasarannya. Menurut Anda apa saja yang menjadi faktor kritis penentu keberhasilan pada divisi SDM PT. RCTI?
2. Menurut Anda apa saja indikator dari faktor kritis penentu kesuksesan divisi SDM PT. RCTI?
Jawaban
1. Yang merupakan faktor kritis penentu keberhasilan/kesuksesan divisi SDM PT. RCTI antara lain:
1. Dukungan yang konsisten dari manajemen puncak 2. Kesiapan SDM di departemen sumber daya manusia 3. Peran para pejabat pimpinan sebagai people manager
4. Kesadaran pada setiap SDM akan team work dan efisiensi, serta dorongan berprestasi yang dilengkapi dengan profesionalisme dan didasari sikap menjunjung tinggi nilai-nilai moral
6. Pelatihan intensif yang didukung dana yang memadai dan sesuai dengan competencies requirement
7. Penggunaan HRIS sehingga data record lengkap dan up to date
8. Kualitas materi dan pembicara atau instruktur untuk pelatihan, seminar, dan workshop.
9. Meningkatkan profesionalisme dan suasana yang nyaman di tempat kerja.
2. Indikator dari CSF divisi SDM PT. RCTI adalah: 1. Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 2. Pemberian pelatihan/training
3. Promosi karyawan secara berkala sesuai dengan kompetensi yang dimiliki 4. Tingkat mutasi lebih kecil dari 10%
5. Materi dari pelatihan yang berkualitas dan dapat diterima oleh peserta pelatihan 6. Penyesuaian kompensasi dan benefit secara berkala
7. Memberikan fasilitas kredit 8. Pemberian reward
9. Tingkat absen (tidak masuk) <15% atau tingkat masuk kerja >85% 10. Tingkat turn over karyawan <5% dan rata-rata diatas 3 tahun
11. Pengadaan family gathering maupun employee gathering dilakukan secara berkala
LAMPIRAN 3
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PEMBOBOTAN NILAI
KORPORASI PT RCTI
Daftar pertanyaan di bawah ini digunakan untuk mendapatkan nilai korporasi PT. RCTI. Pertanyaan-pertanyaan di bawah berhubungan dengan nilai-nilai dan resiko-resiko yang harus diperhatikan oleh PT. RCTI. Penentuan nilai-nilai dan resiko-resiko tersebut akan membantu dalam menilai investasi proyek TI. Terdapat hubungan yang signifikan untuk nilai-nilai dan resiko-resiko pada PT. RCTI ditandai dengan nilai-nilai 0-5.
Lingkari nilai yang Anda pilih !
Financial Values
1. ROI
Dari 0 sampai 5, seberapa penting persentase tingkat pengembalian atas investasi teknologi informasi (ROI) bagi PT. RCTI?
Strategic Values
1. Strategic match
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi mendukung atau selaras dengan tujuan strategis korporasi atau lini bisnis PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5
sangat tidak
sangat kecil sangat besar
2. Competitive advantage
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi dapat meningkatkan kemampuan bersaing bagi pangsa pasar perusahaan atau lini bisnis PT. RCTI?
3. Competitive response
Dari 0 sampai 5, seberapa besar penundaan penerapan teknologi informasi dapat mengakibatkan kegagalan kompetitif bagi PT. RCTI?
4. Management information for critical success factors
Dari 0 sampai 5, seberapa besar kontribusi adanya teknologi informasi bagi kebutuhan manajemen akan informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor
kritis yang menunjang kesuksesan PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
5. Strategic I/T architecture
Dari 0 sampai 5, seberapa besar keharusan/kebutuhan suatu proyek teknologi informasi dijalankan dengan mengikuti rencana atau blueprint teknologi informasi PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
0 1 2 3 4 5
sangat
0 1 2 3 4 5 sangat
kecil sangat besar
Stakeholder Values
1. Service and quality
Dari 0 sampai 5, seberapa besar hubungan antara adanya teknologi informasi dengan peningkatan pelayanan kunci atau pengukuran kualitas apapun pada PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
2. Environmental quality
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi berdampak terhadap peningkatan kualitas lingkungan (stakeholder) PT. RCTI?
3. Agility, learning and empowerment
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi dapat membuat pekerja/karyawan dan proses bisnis PT. RCTI menjadi lebih fleksibel, cerdas, dan cepat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal industri.
4. Cycle time
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
0 1 2 3 4 5
sangat
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi dapat menyediakan sebuah tingkat (waktu) keadaan menanggapi sesuatu yang tidak bisa dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya sehubungan dengan peningkatan posisi kompetitif PT. RCTI?
5. Mass customization
Dari 0 sampai 5, seberapa besar teknologi informasi dapat menyediakan sebuah tingkat customization yang tidak bisa dibandingkan dengan pesaing- pesaingnya sehubungan dengan peningkatan posisi kompetitif PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
Competitive Strategy Risks
1. Business strategy risk
Dari 0 sampai 5, seberapa besar kekuatan eksternal jangka panjang (pengorganisasian ulang politis, kelompok pemerintah, perubahan demografis, dll) dapat menghambat atau mempengaruhi penerapan teknologi informasi pada PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
2. IT strategy risk
0 1 2 3 4 5
sangat
Dari 0 sampai 5, seberapa besar interdependensi dan ketidaksesuaian yang timbul di area teknologi informasi sanggup mempengaruhi kelangsungan
bisnis masa depan PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
Organizational Strategy Risks and Uncertainties
1. Business organization risk
Dari 0 sampai 5, seberapa besar ketidaksiapan formulasi rencana domain bisnis, manajemen domain, rencana kontigensi, proses-proses, prosedur- prosedur, pelatihan bagi pemakai, manajemen unggulan, definisi produk, dan pemahaman kebutuhan pasar dalam rangka menerapkan teknologi informasi pada PT. RCTI?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
2. IT definitional uncertainty
Dari 0 sampai 5, seberapa besar ketidaktahuan PT. RCTI akan persyaratan dan spesifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi informasi?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
Dari 0 sampai 5, seberapa besar keahlian baru yang dibutuhkan oleh staf dan manajemen untuk menjalankan teknologi informasi dan seberapa besar ketergantungan PT. RCTI pada perangkat keras, piranti lunak, aplikasi piranti
lunak, dan implementasi aplikasi dalam menerapkan teknologi informasi?
0 1 2 3 4 5
sangat
kecil sangat besar
4. IT services delivery risk
Dari 0 sampai 5, seberapa besar perubahan yang dibutuhkan dalam sistem service delivery komputer, seberapa besar investasi pengembangan pada staf, piranti lunak, perangkat keras, dan manajemen perlu untuk menyediakan
akomodasi bagi teknologi informasi?
0 1 2 3 4 5
sangat
LAMPIRAN 4
KUISIONER UNTUK PENILAIAN TERHADAP DOMAIN BISNIS
Pilihlah salah satu dari angka 0 sampai 5 yang paling sesuai/mencerminkan keadaan pada domain bisnis PT. RCTI sehubungan dengan investasi Human Resource Information Systems!
Lingkari angka yang Anda pilih!
Strategic Values
¾ Strategic Match
Strategy match berfokus pada derajat dimana sebuah proyek teknologi informasi mendukung atau selaras dengan pernyataan tujuan strategis perusahaan atau lini bisnis. Skor berkisar dari nol (tidak memiliki hubungan dengan pernyataan tujuan strategis bisnis) hingga lima (memiliki hubungan langsung).
0 Pembangunan proyek TI tidak memiliki hubungan langsung dengan pencapaian
pernyataan tujuan strategis perusahaan, lini bisnis, ataupun departemen apapun. 1 Pembangunan tidak memiliki hubungan langsung dengan pencapaian pernyataan
tujuan strategis perusahaan, lini bisnis, dan departemen manapun, tetapi akan mencapai efisiensi operasional yang lebih baik.
2 Pembangunan proyek TI memiliki hubungan langsung dengan pencapaian
pernyataan tujuan strategis perusahaan, lini bisnis, dan departemen manapun. Tetapi merupakan prasyarat bagi proyek teknologi informasi lainnya dalam mencapai sebagian tujuan perusahaan, lini bisnis, ataupun departemen.
3 Pembangunan proyek TI tidak memiliki hubungan langsung dengan pencapaian pernyataan tujuan strategis perusahaan, lini bisnis, dan departemen manapun, tetapi
merupakan prasyarat bagi proyek teknologi informasi lainnya dalam mencapai tujuan perusahaan, lini bisnis, ataupun departemen.
4 Pembangunan proyek TI secara langsung bisa mencapai sebagian pernyataan tujuan strategis perusahaan atau lini bisnis.
5 Pembangunan proyek TI memiliki hubungan langsung terhadap pencapaian seluruh tujuan strategis perusahaan atau lini bisnis.
¾ Competitive Advantage
Competitive advantage berfokus pada derajat dimana sebuah proyek teknologi
informasi atau sistem informasi manajemen mendukung perusahaan untuk
mempertahankan atau meningkatkan keunggulan kompetitifnya.
0 Pembangunan proyek TI TIdak menciptakan akses atau pertukaran data antara perusahaan dengan konsumen, pemasok, dan unit kerjasama lainnya. Pembangunan proyek TI hanya untuk penggunaan internal dan TIdak secara langsung meningkatkan posisi kompetitif perusahaan atau lini bisnis dengan cara meningkatkan efisiensi operasional.
1 Pembangunan proyek TI tidak menciptakan akses atau pertukaran data seperti diatas, tetapi meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan efisiensi operasinya yang menunjang kinerja kompetitif perusahaan. Pembangunan proyek TI tidak memiliki dampak efektivitas terhadap operasional penjualan.
2 Pembangunan proyek TI tidak menciptakan akses atau pertukaran data seperti diatas, tetapi secara langsung meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan operasinya pada suatu area strategis perusahaan.
3 Pembangunan proyek TI menyediakan sedikit akses keluar atau pertukaran data dan memberikan kontribusi yang cukup dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan.
4 Pembangunan proyek TI menyediakan akses keluar atau pertukaran data yang cukup banyak dan secara substansial meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan menyediakan tingkat pelayanan yang lebih baik daripada para pesaing. 5 Pembangunan proyek TI menyediakan akses keluar atau pertukaran data dalam
jumlah banyak dan sangat meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan tingkat layanan yang tidak dimiliki oleh pesaing.
¾ Competitive Response
Competitive response mengukur derajat kegagalan sistem yang mengakibatkan kegagalan kompetitif bagi perusahaan. Faktor ini berhubungan dengan kerugian yang akan diterima oleh perusahaan karena adanya penundaan dalam mengimplementasikan sistem informasi (masalah ketepatan waktu pengimplementasian).
0 Pembangunan proyek TI dapat ditunda setidaknya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan tanpa mempengaruhi posisi kompetitif atau sistem dan prosedur yang ada secara substansial dapat memberikan hasil yang sama dan tidak mempengaruhi posisi kompetitif.
1 Penundaan pembangunan proyek TI tidak mempengaruhi posisi kompetitif
perusahaan dan biaya tenaga kerja yang rendah diharapakan terjadi untuk menghasilkan signifikan hasil yang sama.
2 Penundaan pembangunan proyek TI tidak mempengaruhi posisi kompetitif
perusahaan dan upah tenaga kerja mungkin meningkat untuk menghasilkan signifikan hasil yang sama.
3 Jika pembangunan proyek TI ditunda, perusahaan tetap mampu memberikan respon terhadap perubahan yang diperlukan tanpa mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan walaupun kekurangan sistem yang baru, perusahaan secara substansial
tidak kehilangan kemampuannya untuk berubah secara cepat dan efektif dalam lingkungan kompetitif.
4 Penundaan pembangunan proyek TI mungkin mengakibatkan kerugian kompetitif bagi perusahaan atau kehilangan kesempatan kompetitif. Keberhasilan kegiatan yang ada pada perusahaan dapat menjadi terbatas karena kurangnya sistem yang dibangun.
5 Penundaan pembangunan proyek TI akan mengakibatkan kerugian kompetitif
perusahaan masa datang, atau kehilangan peluang kompetitif atau keberhasilan kegiatan yang ada pada perusahaan pasti menjadi terbatas karena kurangnya sistem yang dibangun tidak memadai.
¾ Management Information for Critical Success Factors
Management information for critical success factors berfokus pada derajat dimana sebuah proyek sistem informasi menyediakan manajemen informasi pada aktivitas utama perusahaan atau lini bisnis. Faktor ini berhubungan dengan pengukuran kontribusi proyek bagi kebutuhan manajemen akan informasi berkaitan dengan aktivitas kritis perusahaan. 0 Pembangunan proyek TI tidak berkaitan dengan peningkatan informasi manajemen
dalam mendukung faktor keberhasilan kunci (CSFs) atau aktivitas kunci yang terkait atau kegiatan utama perusahaan ( Management Information Support of Core Activities/MISCA).
1 Pembangunan proyek TI tidak berkaitan dengan MISCA tetapi menyediakan banyak data bagi fungsi-fungsi yang mendukung secara langsung kegiatan utama perusahaan.
2 Pembangunan proyek TI tidak berkaitan dengan MISCA tetapi menyediakan banyak informasi bagi fungsi yang mendukung secara langsung kegiatan utama perusahaan.
3 Pembangunan proyek TI tidak berkaitan dengan MISCA tetapi memberikan informasi penting bagi fungsi yang diidentifikasikan sebagai kegiatan utama perusahaan. Informasi ini bersifat operasional.
4 Pembangunan proyek TI penting untuk menciptakan MISCA di masa mendatang. 5 Pembangunan proyek TI penting untuk menciptakan MISCA di masa sekarang.
Stakeholder Values
¾ Service and Quality
Penilaian faktor ini dilakukan untuk menghitung seberapa besar dampak proyek terhadap peningkatan pelayanan dan kualitas yang akan dicapai perusahaan. Faktor ini berhubungan dengan kepuasan user.
0 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan faktor pelayanan dan kualitas perusahaan. Penundaan proyek secara umum tidak akan mempengaruhi kemampuan bersaing/kemampuan kompetitif perusahaan.
1 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan peningkatan faktor pelayanan dan kualitas perusahaan tetapi mempunyai pengaruh positif yang tidak begitu besar terhadap pelanggan. Penundaan proyek pada dsarnya tidak akan mempengaruhi kemampuan bersaing/kemampuan kompetitif perusahaan.
2 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan peningkatan faktor kelayakan dan kualitas perusahaan tetapi mempunyai pengaruh positif yang besar untuk meningkatkan citra di benak pelanggan. Penundaan proyek pada dsarnya masih tidak akan mempengaruhi kemampuan bersaing/kemampuan kompetitif perusahaan. 3 Pembangunan proyek TI secara tidak langsung berhubungan dengan peningkatan
faktor pelayanan dan kualitas perusahaan karena aplikasi ini merupakan aktivitas pendahuluan dari serangkaian kegiatan dan akan meningkatkan citra di benak
pelanggan. Penundaan proyek secara umum akan berdampak negatif kecil terhadap keunggulan bersaing/keunggulan kompetitif perusahaan.
4 Pembangunan proyek TI berhubungan langsung dengan peningkatan faktor
pelayanan dan kualitas perusahaan di masa yang akan datang, dan akan menyebabkan beberapa perbaikan unmtuk masa sekarang, dan akan segera meningkatkan citra di benak pelanggan. Penundaan proyek akan berdampak negatif cukup besar terhadap keunggulan bersaing/keunggulan kompetitif perusahaan. 5 Secara keseluruhan pembangunan proyek TI adalah penting untuk meningkatkan
pelayanan dan kualitas pada masa sekarang, dan sangat perlu untuk mempertahankan citra di benak pelanggan. Penundaan proyek akan menciptakan ketidakuntunagn kompetitif(competitive disadvantage) atau kehilangan daya saing.
¾ Environmental Quality
Environmental quality mengukur derajat dimana kualitas lingkungan yang menjadi dambaan setiap stakeholder perusahaan merupakan tema strategis yang akan terus berlangsung di masa depan.
0 Pembangunan proyek Ti tidak berhubungan dengan dampak lingkungan tertentu apapun (positif atau negatif). Penundaan proyek TI tidak memiliki konsekuensi kompetitif.
1 Pembangunan proyek Ti tidak berhubungan dengan dampak lingkungan tertentu apapun (positif atau negatif), tetapi pembangunan proyek TI memiliki dampak emosional yang potensial terhadap stakeholders. Penundaan pembangunan proyek TI mungkin tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif.
2 Pembangunan proyek TI berhubungan secara tidak langsung dengan sebuah isu lingkungan tertentu dan memiliki potensi untuk menciptakan citra positif bagi
perusahaan karena dampak emosional yang diterima. Penundaan proyek TI tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan secara signifikan.
3 Pembangunan proyek TI berhubungan secara tidak langsung dengan sebuah isu lingkungan tertentu dan merupakan dasar bagi proyek bersifat lingkungan yang merupakan kunci dengan dampak emosional yang tinggi. Penundaan proyek TI mungkin mengakibatkan sedikit ketidakuntungan kompetitif.
4 Pembangunan proyek TI adalah penting untuk peningkatan kualitas lingkungan perusahaan di masa depan dan mungkin berkontribusi terhadap beberapa peningkatan saat ini. Pembangunan proyek TI ini mungkin merupakan keharusan di masa depan karena dampak emosionalnya. Penundaan akan mengakibatkan beberapa ketidakuntungan kompetitif.
5 Pembangunan proyek TI adalah penting untuk peningkatan kualitas lingkungan perusahaan pada periode saat ini, atau mungkin adalah keharusan, atau proyek TI ini akan membangun kepemimpinan industri. Penundaan akan mengakibatkan ketidakuntungan kompetitif atau kehilangan peluang kompetitif.
¾ Agility, Learning, and Empowerment
Berfokus pada kemampuan karyawan dan proses bisnis yang ada untuk dapat lebih fleksibel dan cepat menyesuaikan semua perubahan yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Perubahan yang tidak mungkin ditiadakan di dalam perusahaan menuntut kemampuan dari semua karyawan untuk melakukan penyesuaian tersendiri.
0 Pembangunan proyek TI dapat ditunda tanpa berakibat/berpengaruh pada
kemampuan bersaing/posisi kometitif perusahaan sehingga tidak menyebabkan perubahan pada proses bisnis. Dengan syarat sistem lama harus tetap dapat memberikan dukungan pada semua proses bisnis yang ada.
1 Dengan adanya pembangunan proyek TI baru, sangat kurangnya kecerdasan, kemampuan belajar, dan pemberian wewenang akan menyebabkan perusahaan kehilangan kemampuan bersaing dan kesempatan yang ada.
2 Dengan adanya pembangunan proyek TI baru, kurangnya kecerdasan, kemampuan belajar, dan pemberian wewenang akan menyebabkan proses bisnis menjadi kurang responsive sehingga mengurangi kemampuan bersaing perusahaan.
3 Dengan adanya pembangunan proyek TI baru, kecerdasan, kemampuan belajar, dan pemberian wewenang yang cukup tinggi membuat perusahaan mampu menghadapi perubahan dalam lingkungan yang kompetitif.
4 Dengan adanya pembangunan proyek TI baru, kecerdasan, kemampuan belajar, dan pemberian wewenang yang tinggi membuat perusahaan mampu menghadapi perubahan dalam lingkungan yang kompetitif.
5 Dengan adanya pembangunan proyek TI baru, kecerdasan, kemampuan belajar, dan pemberian wewenang yang sangat tinggi membuat perusahaan mampu menghadapi perubahan dalam lingkungan yang kompetitif.
¾ Cycle-time
Cycle time berfokus pada segala elemen di dalam proses, mulai dari membangun budaya inovatif yang merangsang ide untuk produk baru melalui pengembangan dan produksi serta pengantaran produk ke pelanggan secara sukses dan membangun sebuah standar industri atau praktek terbaiknya. Penilaian faktor ini dilakukan untuk menghitung seberapa besar dampak dari implementasi proyek terhadap waktu semua komponen atau elemen yang terlibat di dalam suatu proses bisnis.
0 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan peningkatan waktu suatu proses bisnis, seperti proses penerimaan informasi kepada bagian lain dan proses lain yang
ada di perusahaan. Penundaan proyek ini tidak akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan bersaing perusahaan.
1 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan peningkatan waktu suatu proses bisnis. Tetapi aplikasi tersebut mampu meningkatkan efisiensi operasional yang berhubungan dengan kemampuan bersaing perusahaan. Penundaan proyek ini tidak akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan bersaing perusahaan.
2 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan peningkatan waktu suatu proses bisnis. Tetapi aplikasi ini mampu meningkatkan efisiensi operaional pada bagian-bagian strategis perusahaan yang berhubungan dengan kemampuan bersaing perusahaan. Penundaan proyek ini tidak akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan bersaing perusahaan.
3 Pembangunan proyek TI menyebabkan sedikit peningkatan dalam hal waktu pada beberapa proses bisnis yang ada. Penundaan proyek mengakibatkan hilangnya sedikit kemampuan bersaing perusahaan.
4 Pembangunan proyek TI menyebabkan sedikit peningkatan dalam hal waktu pada beberapa proses bisnis yang ada. Peningkatan proses ini mampu melibihi dari beberapa pesaing utama yang ada. Penundaan proyek ini mengakibatkan hilangnya kemampuan bersaing perusahaan.
5 Pembangunan proyek TI menyebabkan peningkatan yang besar dalam hal waktu pada beberapa proses bisnis yang ada. Peningkatan proses ini mampu melampaui beberapa pesaing yang ada. Penundaan proyek ini menyebabkan hilangnya kemampuan bersaing perusahaan.
¾ Mass Customization
Mass Customization memerlukan kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam variasi produk yang lebih cepat melalui penyesuaian.
0 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan mass customization dalam perancangan, pengembangan, produksi, atau pengantaran produk atau jasa apapun kepada perusahaan dan pelanggannya, pemasoknya, dan unit kerja samanya. Penundaan proyek TI tidak memiliki konsekuensi kompetitif.
1 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan dengan kegiatan mass customization dalam hal-hal di atas, tetapi meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan pengembangan produksi, atau efisiensi operasional lainnya untuk sementara yang berhubungan dengan kinerja kompetitif. Penundaan proyek TI mungkin tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif.
2 Pembangunan proyek TI tidak berhubungan erat dengan kegiatan mass customization dalam hal-hal di atas, tetapi secara sementara meningkatkan pengembangan, produksi, atau efisiensi operasional lainnya saat ini dalam sebuah area strategis kunci. Penundaan royek TI tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif secara signifikan. 3 Pembangunan proyek TI memfasilitasi beberapa derajat mass customization dalam
hal-hal di atas, dan secara cukup meningkatkan posisi kompetitif perusahaan. Penundaan mungkin mengakibatkan sedikit ketidakuntungan kompetitif.
4 Pembangunan proyek TI memfasilitasi sebuah derajat mass customization yang cukup dalam hal-hal di atas, dan secara signifikan meningkatkan posisi kompetitif perusahaan ke sebuah tingkat keadaan menanggapi pesaing yang banyak. Penundaan setahun akan mengakibatkan beberapa ketidakuntungan kompetitif.
5 Pembangunan proyek TI memfasilitasi sebuah derajat mass customization yang tinggi dalam hal-hal di atas, dan secara hebat meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan menyediakan sebuah tingkat penyesuaian yang tidak bisa dibandingkan dengan pesaing-pesaing. Penundaan akan mengakibatkan ketidakuntungan kompetitif.
Competitive Strategy Risks
¾ Business strategy risk
Penilaian faktor ini dilakukan untuk menghitung resiko bisnis yang mungkin timbul karena implementasi suatu proyek TI. Faktor ini meliputi semua resiko jangka panjang yang mempengaruhi strategi bisnis yang sudah ada seperti keadaan pasar, kondisi politik, kecenderungan pasar, dan regulasi (peraturan) pemerintah.
0 Pembangunan proyek TI yang baru merefleksikan suatu strategi yang sukses untuk memimpin pasar. Tidak ada tekanan jangka panjang (penyesuaian politik, peraturan, dan perubahan demografis) dari pihak luar.
1 Pembangunan proyek TI yang baru mewakili suatu tingkat perubahan yang diterima sebagai peningkatan positif oleh pelanggan. Tidak ada tekanan jangka panjang dari pihak luar.
2 Pembangunan proyek TI yang baru mewakili suatu perbedaan dengan pemimpin
pasar. Meskipun akan mengganggu, pelanggan akan merasakan manfaat jangka panjang. Tidak ada tekanan dari luar yang sepertinya akan menghilangkan manfaat jangka panjang dari proyek ini terhadap konsumen atau manfaat jangka pendek terhadap perusahaan.
3 Pembangunan proyek TI yang baru memiliki resiko yang sedang (medium risk). Aplikasi ini menyebabkan perubahan yang moderat dalam hubungan pelanggan (customer relationship) tetapi hubungan tersebut luat. Adanya tekanan dari pihak luar yang mungkin menghilangkan manfaat jangka panjang bagi pelanggan tetapi manfaat jangka pendek terhadap perusahaan masih dapat dipertahankan.
4 Pembangunan proyek TI yang baru memiliki resiko yang cukup tinggi. Proyek ini menyebabkan banyak perubahan dari sisi pelanggan, ditambah lagi hubungan antara perusahaan dengan pelanggan sangat lemah. Ada tekanan dari pihak luar yang mungkin menghilangkan semua manfaat yang dicapai.
5 Pembangunan proyek TI yang baru memiliki resiko yang tinggi. Proyek ini membutuhkan kekuatan bersaing yang signifikan untuk memaksa perubahan yang cukup banyak dalam hubungan pelanggan.
Organizational Strategy Risks and Uncertainties
¾ Business Organization Risk
Berfokus pada derajat dimana sebuah organisasi mampu membawa perubahan yang dibutuhkan oleh proyek Sistem Informasi Manajemen. Kemampuan organisasi itu meliputi keahlian yang dimiliki dalam organisasi, kemampuan manajerial, atau pengalaman. Evaluasi faktor ini memperhatikan pengguna dari organisasi area bisnis, bukan organisasi teknis. Business Organization Risk berfokus pada resiko jangka pendek yang terkait dengan perancangan ulang proses bisnis dan restrukturisasi organisasional.
0 Domain bisnis organisasi memiliki rencana yang terfomulasikan dengan baik untuk mengimplementasikan proyek TI. Manajemen siap dan proses-proses serta prosedur-prosedur mempunyai dokumentasi. Ada rencana konfigurasi untuk proyek TI, terdapat sebuah proyek unggulan, dan produk atau nilai tambah kompetitif terdefinisi dengan baik untuk pasar yang dipahami dengan baik
1-4 Nilai dari 1 hingga 4 tergantung pada situasi yang membutuhkan gabungan dari elemen-elemen keadaan siap dengan elemen-elemen resiko. Tandailah dengan checkmark untuk elemen-elemen di bawah ini.
Ya Tidak Tidak diketahui
Rencana domain bisnis yang terfomulasi dengan baik ( ) ( ) ( )
Manajemen domain bisnis pada tempatnya ( ) ( ) ( )
Rencana contigency pada tempatnya ( ) ( ) ( )
Ya Tidak Tidak diketahui
Pelatihan bagi para pengguna terencana ( ) ( ) ( )
Adanya manajemen unggulan ( ) ( ) ( )
Produknya ditentukan dengan baik ( ) ( ) ( )
Kebutuhan pasar diketahui dengan baik ( ) ( ) ( )
5. Organisasi domain bisnis tidak memiliki rencana untuk mnegimplementasikan sistem yang diajukan. Manajemen tidak pasti mengenai tanggung jawab. Proses-proses dan prosedur-prosedur tidak terdokumentasi. Tidak ada rencana kontigensi yang siap. Tidak ada unggulan yang terdefinisi bagi proyek TI ini. Produk atau nilai tambahan kompetitif terdefinisi dengan buruk. Tidak ada pasar yang dipahami dengan baik.
LAMPIRAN 5
KUISIONER UNTUK PENILAIAN TERHADAP DOMAIN
TEKNOLOGI
Kuinioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan resiko akibat investasi dalam teknologi informasi oleh PT. RCTI.
Pilihlah salah satu dari angka 0 sampai 5 yang paling sesuai/mencerminkan keadaan pada domain teknologi PT. RCTI sehubungan dengan investasi sistem e-hrm!
Lingkari angka yang Anda pilih!
Strategic Values
¾ Strategic I/T Architecture
Strategy I/T architecture mengevaluasi derajat dimana sebuah proyek diselaraskan dengan keseluruhan strategi sistem informasi perusahaan, dicerminkan terhadap perencanaan sistem informasi (blue print) organisasi untuk jangka panjang.
0 Pembangunan proyek TI yang baru tidak sesuai dengan perencanaan startegi sistem informasi (blue print) perusahaan. Penundaan setahun tidak memiliki konsekuensi kompetitif.
1 Pembangunan proyek TI yang baru merupakan bagian dari perencanaan strategi sistem informasi perusahaan, tetapi prioritasnya tidak ditentukan. Penundaan setahun mungkin tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif.
2 Pembangunan proyek TI yang baru merupakan bagian dari perencanaan strategi sistem inforamsi perusahaan, dan memiliki pay off (hasil) yang rendah, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam perencanaan strategis sistem informasi perusahaan, juga tidak terkait erat dengan prasyarat proyek lainnya.
3 Pembangunan proyek TI yang baru merupaklan bagian integral dari perencanaan strategi sistem informasi perusahaan, dan memiliki pay off (hasil) yang cukup, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam perencanaan strategis sistem informasi perusahaan, tetapi agak terkait dengan prasyarat proyek lainnya.
4 Pembangunan proyek TI yang baru merupaklan bagian integral dari perencanaan strategi sistem informasi perusahaan, dan memiliki pay off (hasil) yang tinggi, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam perencanaan strategis sistem informasi perusahaan, tetapi sangat terkait dengan prasyarat proyek lainnya.
5 Pembangunan proyek TI yang baru merupaklan bagian integral dari perencanaan strategi sistem informasi perusahaan, dan akan diimplementasikan lebih dulu. Setiap proyek merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam perencanaan strategis sistem informasi (blue print) perusahaan.
Competitive Strategy Risks
¾ I/T Strategy Risk
I/T strategy risk menmcerminkan tingkat dampak potensial pada strategi teknologi informasi jangka panjang secara keseluruhan, termasuk arsitektur dan platform, interdependensi sistem, strategi bisnis, keseimbangan, dan keahlian kritis. I/T strategy risk berfokus pada competitive strategy risk yang terlibat sebagai akibat dari perubahan struktur bisnis, termasuk aliansi, join ventura, dan perusahaan virtual, serta perlunya untuk mendukung perusahaan seiring dengan I/T strategy risk menyesuaikan diri dengan permintaan baru pasar.
0 Arsitektur dan platform yang digunakan sangat fleksibel dan sangat sesuai dengan rencana jangka panjang dari perusahaan. Tidak ada ketergantungan dan
detidaksesuaian yang akan menghapus skenario strategi TI yang telah direncanakan dan dibangun untuk mendukung skenario bisnis saat ini.
1 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidaksesuaian, tetapi hanya pada sebagian kecil rencana masa yang gakan datang. Tidak dibutuhkan suatu kemampuan dasar yang baru.
2 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidaksesuaian, tetapi hanya pada beberapa dari rencana masa yang akan datang. Kemampuan dasar yang ada akan memeperkuat dan menangani kebutuhan-kebutuhan baru.
3 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidaksesuaian pada beberapa dari rencana masa depan. Kemampuan dasar yang ada sangat lemah.
4 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidaksesuaiaan pada sebagian besar dari rencana masa depan yang akan datang. Dibutuhkan suatu kemampuan dasar dari luar.
5 Arsitektur dan platform yang digunakan tidak fleksibel dan tidak sesuai dengan renacana jangka panjang dari perusahaan, sehingga terjadi ketergantungan dan ketidaksesuaian dengan strategi TI dan tidak mampu memberikan dukungan terhadap bisnis perusahaan.
Organizational Strategy Risk and Uncertainties
¾ I/T Definitional Uncertainty
Mengkaji derajat seberapa besar domain teknologi informasi dapat menangkap dengan tepat kebutuhan pengguna (user requirement), spesifikasi sistem dan kompleksitas dari area teknologi informasi sehingga memungkinkan suatu proyek TI yang sedang dikembangkan tidak mudah berubah. Selain itu, dengan adanya hal ini akan memberikan suatu kepastian kepada tim TI dalam organisasi untuk mengembangkan suatu sistem. I/T definitional uncertainty mencerminkan tingkat kestabilan lingkungan yang menerima. Hal
penting dalam pengukuruan resiko adalah dimana dimensi ini berhubungan dengan potensi proyek untuk mencapai tujuan-tujuan pada derajat dimana mereka bisa dispesifikasikan. 0 Persyaratan jelas dan disetujui. Spesifikasinya jelas dan disetujui. Area yang telah
diinvestigasi jelas. Memiliki probabilitas yang tinggi dari tidak adanya perubahan. 1 Persyaratan cukup jelas. Spesifikasinya cukup jelas dan mantap. Tidak ada
persetujuan formal. Area yang diinvestigasi jelas. Probabilitas yang rendah dengan adanya perubahan yang tidak rutin.
2 Persyaratan cukup jelas. Spesifikasinya cukup jelas. Area yang diinvestigasi jelas. Memiliki probabilitas perubahan non rutin yang masuk akal dan layak.
3 Persyaratan cukup jelas. Spesifikasinya tidak jelas. Area yang diinvestigasi jelas. Perubahan hampir pasti dan hampir mendesak.
4 Persyaratan tidak jelas. Spesifikasinya tidak jelas. Area yang diinvestigasi agak rumit/komplek. Perubahan hampir pasti, bahkan selama berlangsungnya proyek tersebut.
5 Persyaratan tidak diketahui. Spesifikasi tidak diketahui. Area mungkin cukup komplek. Perubahan mungkin terjadi selama berlangsungnya proyek, tetapi kuncinya adalah persyaratan yang tidak diketahui.
¾ I/T Technical and Implementaition Risk
Faktor ini digunakan untuk mengetahui kesiapan di dalam melaksanakan proyek sistem informasi yang berhubungan erat dengan keterampilan yang dibuthkan dan tingkat ketergantungan perangkat keras dan lunak. Faktor ini mengukur ketergantungan proyek pada teknologi baru atau yang belum pernah dicoba yang mungkin melibatkan sebuah teknologi tunggal atau kombinasi dari kumpulan keahlian teknis, perangkat keras, atau peralatan piranti lunak. Faktor ini merefleksikan lima resiko komponen dalam proyek TI. A. Keterampilan yang dibutuhkan pada tahap implementasi
0 Tidak diperlukan keterampilan baru bagi staf dan manajemen. Keduanya telah berpengalaman.
1 Dibutuhkan beberapa keterampilan baru bagi staf, tidak untuk
manajemen.
2 Dibutuhkan beberapa keterampilan baru bagi staf dan manajemen.
3 Dibutuhkan beberapa keterampilan baru bagi staf, terlebih lagi bagi manajemen.
4 Keterampilan baru banyak dibutuhkan bagi staf, beberapa bagi
manajemen.
5 Keterampilan baru banyak dibuhkan bagi staf dan manajemen.
B. Ketergantungan perangkat keras
0 Perangkat keras tersedia, digunakan pada aplikasi yang sejenis. 1 Perangkat keras tersedia, digunakan pada aplikasi berbeda. 2 Perangkat keras tersedia dan sudah diuji, tetapi tidak beroperasi. 3 Perangkat keras sudah ada, tetapi belum dimanfaatkan.
4 Beberapa fitur dari perangkat keras tidak diuji atau dimanfaatkan. 5 Persyaratan saat ini tidak tersedia, perlu membeli yang baru.
C. Ketergantungan piranti lunak (selain aplikasi piranti lunak)
0 Piranti lunak standar, atau tidak membutuhkan pemograman.
1 Piranti lunak yang digunakan standar, atau membutuhkan pemograman yang tidak kompleks.
2 Dibutuhkan beberapa antar muka antar piranti lunak dan mungkin
3 Dalam pengoperasian piranti lunak, dibutuhkan beberapa fitur baru, mungkin juga dibutuhkan antar muka yang kompleks antar muka yang kompleks antar piranti lunak.
4 Dibutuhkan fitur yang tidak tersedia sekarang dan dibuthkan juga
teknologi terbaru yang lumayan canggih (state of the art). 5 Dibutuhkan teknologi terbaru yang sangat canggih.
D. Aplikasi piranti lunak (Application Software)
0 Program yang ada hanya membutuhkan modifikasi minimal.
1 Program tersedia secara komersial dan hanya membutuhkan modifikasi yang minimal. Atau program sudah tersedia di dalam perusahaan, hanya saja dibutuhkan modifikasi yang agak banyak, atau piranti lunak yang dibangun di dalam perusahaan dengan kompleksitas desain yang minimal. 2 Program tersedia secara komersial namun membutuhkan modifikasi yang
cukup banyak. Atau progrom sudah tersedia di dalam perusahaan, hanya saja dibutuhkan modifikasi yang banyak, atau piranti lunak akan dibangun sendiri dengan kompleksitas desain yang minimal, tetapi pemograman yang lumayan kompleks.
3 Piranti lunak tersedia secara komersial, tetapi sangat kompleks, atau piranti lunak dibangun sendiri dengan faktor kesulitan sedang.
4 Piranti lunak tidak tersedia di pasar. Membutuhkan rancangan dan
pemograman yang kompleks dengan faktor kesulitan sedang.
5 Piranti lunak tidak tersedia di pasar. Membuthkan rancangan dan
pemograman yang kompleks, bahkan jika dikontrakan ke pihak luar perusahaan sekalipun.
E. Ketergantungan Implementasi aplikasi
0 Tidak membuthkan keahlian khusus, membutuhkan waktu yang singkat, dan sederhana untuk dibuat. Aplikasi serupa sudah ada di perusahaan. 1 Aplikasi dengan ukuran menengah jika dibandingkan dengan aplikasi yang
sudah ada. Tingkat kesulitan yang relatif rendah, dibutuhkan sedikit keahlian khusus.
2 Dibutuhkan teknik pemograman khusus .Jika dibandingkan aplikasi yang sudah ada di perusahaan, sistem ini memiliki tingkat kesulitan menengah, sehingga dibutuhkan waktu yang agak lama untuk membangunnya.
3 Dibutuhkan suatu keahlian khusus untuk sistem ini. Dibandingkan dengan sistem yang sudah ada di perusahaan, sistem ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dibutuhkan beberapa desain dan pemograman yang cukup kompleks. Dalam implementasinya, dibutuhkan waktu yang cukup lama dan cukup sulit diprediksi. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran besar.
4 Dibutuhkan suatu keahlian khusus untuk sistem ini. Sistem yang serupa mungkin ada tetapi diluar perusahaan. Dibutuhkan beberapa desain dan pemograman yang kompleks. Dibutuhkan waktu yang lama dan sulit untuk diprediksi untuk mengimplementasikannya. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran sangat besar.
5 Dibutuhkan suatu desain dan pemograman yang sangat kompleks,
sehingga tidak dapat diprediksi waktu implementasinya. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran sangat besar.
¾ I/T Services Delivery Risk
Faktor ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi perusahaan dengan adanya sistem yang baru. Pelayanan akan lebih banyak dilakukan oleh sistem tersebut. Penilaian ini dipusatkan pada resiko jangka pendek yang mungkin dihadapi oleh perusahaan.
0 Sistem ini menggunakan fasilitas dan layanan yang ada. Tidak ada investasi dalam prasyarat sistem yang dibutuhkan (misalnya manajemen basis data), tidak ada biaya awal yang bukan merupakan bagian dari proyek aplikasi yang secara langsung diantisipasi.
1 Perubahan satu elemen dari sistem pengiriman layanan komputer dibutuhkan bagi proyek TI ini. Investasi-investasi awal yang terkait pada implementasi proyek di luar biaya langsung proyek relatif kecil.
2 Dibutuhkan sedikit perubahan pada beberapa pengiriman layanan komputer.
Beberapa investasi awal dibutuhkan untuk mengakomodasi proyek ini, kemungkinan dibutuhkan beberapa investasi berikutnya untuk integrasi lebih lanjut suatu proyek TI ke dalam mainstream dari lingkungan sistem informasi.
3 Dibutuhkan perubahan yang cukup terhadap beberapa elemen sistem penyampaian pelayanan komputer. Beberapa investasi awal dibutuhkan untuk mengakomodasi proyek ini, dan akan dibutuhkan beberapa investasi berikutnya untuk integrasi lebih lanjut suatu proyek aplikasi TI ke dalam mainstream dari lingkungan sistem informasi.
4 Dibutuhkan perubahan yang cukup terhadap beberapa elemen sistem penyampaian layanan komputer pada banyak area. Beberapa investasi awal yang cukup besar dalam staff, piranti lunak, perangkat keras, dan manajemen dibutuhkan untuk mengakomodasi suatu proyek TI. Investasi ini tidak termasuk dalam biaya proyek
secara langsung, tetapi mewakili investasi awal fasilitas sistem informasi untuk menciptakan lingkungan yang dibutuhkan pada proyek TI.
5 Dibutuhkan perubahan mendasar terhadap beberapa elemen sestem penyampaian layanan komputer pada banyak area. Investasi awal yang dipertimbangkan dalam staff, piranti lunak, perangkat keras, dan menejemen dibutuhkan untuk mengakomodasi sebuah proyek. Investasi ini tidak termasuk dalam biaya proyek secara langsung, tetapi mewakili investasi fasilitas sistem informasi untuk menciptakan lingkungan yang dibutuhkan pada implementasi proyek TI.
LAMPIRAN 6
SUKU BUNGA
BANK INDONESIA 2005
SUKU BUNGA SBI
Grafik Timeseries
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 12/14/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 12/7/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/30/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/23/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/9/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/26/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/19/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/12/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/5/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/28/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/21/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/14/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
Dikeluarkan Tanggal : 9/7/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.51 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/31/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/24/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.71 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/10/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.50 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/3/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/27/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/20/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/13/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.44 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/6/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/29/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.18 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/22/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.06 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/15/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.02 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/8/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.98 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/1/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.95 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/25/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.90 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/18/2005
1 Bulan 7.87 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/11/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.81 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/4/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.70 %
Dikeluarkan Tanggal : 4/20/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.53 %
Dikeluarkan Tanggal : 4/6/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.44 %
Dikeluarkan Tanggal : 3/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.43 %
Dikeluarkan Tanggal : 3/2/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.43 %
Dikeluarkan Tanggal : 2/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
Dikeluarkan Tanggal : 2/2/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
Dikeluarkan Tanggal : 1/19/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
LAMPIRAN 7
GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 89 TAHUN 2002
TANGGAL : 31 DESEMBER 2002
GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK NO.
GOLONGAN TARIF TR/TM/TT*
BATAS DAYA KETERANGAN
1. S-1 / TR 220 VA Golongan Tarif Untuk Pemakaian Sangat Kecil 2. S-2 / TR 250 VA s/d
200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Pelayanan Sosial Kecil Sampai dengan sedang 3. S-3 / TM diatas 200
kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Pelayanan Sosial 4. R-1 / TR 250 VA s/d
2.200 VA Golongan Tarif Untuk Keperluan Rumah Tangga Kecil 5. R-2 / TR
diatas 2.200 VA s/d 6.600
VA
Golongan Tarif Untuk Keperluan Rumah Tangga Menengah 6. R-3 / TR di atas 6.600
VA Golongan Tarif Untuk Keperluan Rumah Tangga Besar 7. B-1 / TR 250 VA s/d
2.200 VA Golongan Tarif Untuk Keperluan Bisnis Kecil 8. B-2 / TR
diatas 2.200 VA s/d 200
kVA
Golongan Tarif Untuk Keperluan Bisnis Menengah 9. B-3 / TM diatas 200
kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Bisnis Besar 10. I-1 / TR 450 VA s/d 14
kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Kecil / Rumah Tangga 11. I-2 / TR diatas 14 kVA
s/d 200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Sedang 12. I-3 / TM diatas 200
kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Menengah 13. I-4 / TT 30.000 kVA ke
atas Golongan Tarif Untuk Keperluan Industri Besar 14. P-1 / TR 250 VA s/d
200 kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Kantor Pemerintah Kecil dan Sedang 15. P-2 / TM diatas 200
kVA Golongan Tarif Untuk Keperluan Kantor Pemerintah Besar 16. P-3 / TR Golongan Tarif Untuk Keperluan Penerangan Jalan 17. T / TM diatas 200
kVA
Golongan Tarif Untuk Traksi diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT.Kereta Api Idonesia
18. C / TM diatas 200 kVA
Golongan Tarif Curah (bulk) Untuk Keperluan penjualan secara curah (bulk) kepada pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (PIUKU)
19. M / TR,TM,TT
Golongan Tarif multiguna diperuntukkan hanya bagi pengguna listrik yang memerlukan pelayanan dengan kualitas khusus dan yang karena berbagai hal tidak termasuk dalam ketentuan golongan tarif S,R,B,I dan P
Keterangan: TR : Tegangan Rendah TM : Tegangan Menengah TT : Tegangan Tinggi PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-Undangan,
LAMPIRAN 8
TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI
LAMPIRAN V B
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 89 TAHUN 2002
TANGGAL : 31 DESEMBER 2002 TARIF DASAR LISTRIK UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI
BIAYA BEBAN (RP./kVA/bulan) BIAYA PEMAKAIAN (RP./kWh) NO. GOL TARIF BATAS DAYA 1 Juli s.d 30 September 2003 1 Oktober s.d 31 Desember 2003 1 Juli s.d 30 September 2003 1 Oktober s.d 31 Desember 2003 1. I-1 / TR s.d 450 VA 26.000 27.000 Blok I : 0 s.d 30 kWh : 160 Blok II : di atas 30 kWh : 395 Blok I : 0 s.d 30 kWh : 161 Blok II : di atas 30 kWh : 435 2. I-1 / TR 900 VA 31.500 33.500 Blok I : 0 s.d 72 kWh : 315 Blok II : di atas 72 kWh : 405 Blok I : 0 s.d 72 kWh : 350 Blok II : di atas 72 kWh : 465 3. I-1 / TR 1.300 VA 31.800 33.800 Blok I : 0 s.d 104 kWh : 450 Blok II : di atas 104 kWh : 460 Blok I : 0 s.d 104 kWh : 475 Blok II : di atas 104 kWh : 495 4. I-1 / TR 2.200 VA 32.000 33.800 Blok I : 0 s.d 196 kWh : 455 Blok II : di atas 196 kWh : 460 Blok I : 0 s.d 196 kWh : 480 Blok II : di atas 196 kWh : 495 5. I-1 / TR di atas 2.200 VA s.d 14 kVA 32.200 34.000 Blok I : 0 s.d 80 jam nyala : 455
Blok II : di atas 80 jam nyala
berikutnya : 460
Blok I : 0 s.d 80 jam nyala : 480
Blok II : di atas 80 jam nyala berikutnya : 495 6. I-2 / TR di atas 14 kVA s.d.200 kVA 32.500 35.000 Blok WBP = K x 440 Blok LWBP = 440 Blok WBP = K x 466 Blok LWBP = 466 7. I-3 / TM di atas 200 kVA 29.500 31.300 0 s.d 350 jam nyala Blok WBP = K x 439 Di atas 350 jam nyala, Blok WBP = 439 Blok LWBP = 439
0 s.d 350 jam nyala Blok WBP = K x 468 Di atas 350 jam nyala, Blok WBP = 468 Blok LWBP = 468 8. I-4 / TT 30.000 kVA ke atas 27.000 28.700 434 460 Catatan :
K :
Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikan setempat ( 1,4 <= K <= 2 ), yang ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perusahaan Listrik Negara.
WBP : Waktu Beban Puncak LWBP : Luar Waktu Beban Puncak Jam
nyala : adalah kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum dan Perundang-Undangan,
Lambock V.Nahattands
LAMPIRAN 9
COUNTRY DEFAULT SPREADS AND RISK PREMIUMS
This table summarizes the latest bond ratings and appropriate default spreads for
different countries. While you can use these numbers as rough estimates of country
risk premiums, you may want to modify the premia to reflect the additonal risk of
equity markets. To estimate the long term country risk premium, I start with the
country rating (from Moody's: www.moodys.com) and estimate the default spread for
that rating (based upon traded country bonds) over a default free government bond
rate. This becomes a measure of the added country risk premium for that country. I
add this default spread to the historical risk premium for a mature equity market
(estimated from US historical data) to estimate the total risk premium. In the short
term especially, the equity country risk premium is likely to be greater than the
country's default spread. You can estimate an adjusted country risk premium by
multiplying the default spread by the relative equity market volatility for that market
(Std dev in country equity market/Std dev in country bond). I have used the emerging
market average of 1.5 (equity markets are about 1.5 times more volatile than bond
markets) to estimate country risk premium. I have added this to the historical
premium for the US of about 4.84% to get the total risk premium.
Country
Long-Term Rating Adj. Default Spread Total Risk Premi
Alderney
Aaa 0 4.84%
Andorra
Aaa 0 4.84%
Argentina
B3 650
14.59%
Australia
Aaa 0 4.84%
Austria
Aaa 0 4.84%
Bahamas
A1 80 6.04%
Bahamas-Off Shore Banking Center
Aaa 0 4.84%
Bahrain
Baa1 120 6.64%
Bahrain-Off Shore Banking
Aa3 70 5.89%
Barbados
A3 95 6.27%
Belgium
Aa1 60 5.74%
Belize
B1 450
11.59%
Bermuda
Aaa 0 4.84%
Bolivia
B3 650
14.59%
Bosnia & Herzogovina
B3 650
14.59%
Brazil
Ba3 400 10.84%
Bulgaria
Ba1 250 8.59%
Canada
Aaa 0 4.84%
Cayman Islands
Aa3 70 5.89%
Cayman Islands Off Shore Banking
Aaa 0 4.84%
Chile
A1 80 6.04%
China
A2 90 6.19%
Colombia
Baa2 130 6.79%
Costa
Ba1 250 8.59%
Croatia
Baa1 120 6.64%
Cuba
Caa2 750 16.09%
Cyprus
A2 90 6.19%
Czech Republic
A1 80 6.04%
Denmark
Aaa 0 4.84%
Dominican Republic
B3 650
14.59%
Ecuador
B3 650
14.59%
Egypt
Baa1 120 6.64%
El Salvador
Baa2 130 6.79%
Estonia
A1 80 6.04%
Eurozone
Aaa 0 4.84%
Fiji Islands
Ba2 300 9.34%
Finland
Aaa 0 4.84%
France
Aaa 0 4.84%
Germany
Aaa 0 4.84%
Greece
A1 80 6.04%
Guatemala
Ba1 250 8.59%
Guernsey
Aaa 0 4.84%
Honduras
B2 550
13.09%
Hong Kong
Aa3 70 5.89%
Hungary
A1 80 6.04%
Iceland
Aaa 0 4.84%
India
Ba2 300 9.34%
Indonesia
B2 550
13.09%
Ireland
Aaa 0 4.84%
Isle of Man
Aaa 0 4.84%
Israel
A2 90 6.19%
Italy
Aa2 65 5.82%
Jamaica
Ba2 300 9.34%
Japan
A2 90 6.19%
Jersey
Aaa 0 4.84%
Jordan
Baa3 145 7.02%
Kazakhstan
Baa1 120 6.64%
Korea
A3 95 6.27%
Kuwait
A2 90 6.19%
Latvia
A2 90 6.19%
Lebanon
B3 650
14.59%
Liechtenstein
Aaa 0 4.84%
Lithuania
A3 95 6.27%
Luxembourg
Aaa 0 4.84%
Macao
A1 80 6.04%
Malaysia
A3 95 6.27%
Malta
A3 95 6.27%
Mauritius
A2 90 6.19%
Mexico
Baa1 120 6.64%
Moldova
Caa1 750 16.09%
Morocco
Ba1 250 8.59%
Netherlands
Aaa 0 4.84%
New Zealand
Aaa 0 4.84%
Nicaragua
B3 650
14.59%
Norway
Aaa 0 4.84%
Oman
Baa2 130 6.79%
Pakistan
B2 550
13.09%
Panama
Baa2 130 6.79%
Panama Off-shore Banking
Aa2 65 5.82%
Papua New Guinea
B1 450
11.59%
Paraguay
Caa1 750 16.09%
Peru
Baa3 145 7.02%
Philippines
Ba2 300 9.34%
Poland
A2 90 6.19%
Portugal
Aa2 65 5.82%
Qatar
A3 95 6.27%
Romania
Ba3 400 10.84%
Russia
Baa3 145 7.02%
San Marino
Aaa 0 4.84%
Sark
Aaa 0 4.84%
Saudi Arabia
Baa2 130 6.79%
Singapore
Aaa 0 4.84%
Slovakia
A3 95 6.27%
Slovenia
Aa3 70 5.89%
South Africa
A2 90 6.19%
Spain
Aaa 0 4.84%
Suriname
Ba3 400 10.84%
Sweden
Aaa 0 4.84%
Switzerland
Aaa 0 4.84%
Taiwan
Aa3 70 5.89%
Thailand
Baa1 120 6.64%
Trinidad & Tobago
Baa1 120 6.64%
Tunisia
Baa2 130 6.79%
Turkey
B2 550
13.09%
Turkmenistan
B2 550
13.09%
Ukraine
B1 450
11.59%
United Arab Emirates
A1 80 6.04%
United Kingdom
Aaa 0 4.84%
United States
Aaa 0 4.84%
Uruguay
B3 650
14.59%
Venezuela
B1 450
11.59%
Vietnam
B2 550
13.09%
Last updated: January 2005
Aswath Damodaran
LAMPIRAN 10
Data di bawah ini adalah kumpulan suku bunga SBI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (dengan jangka waktu 1 bulan) selama tahun 2005.
SUKU BUNGA BANK INDONESIA
SUKU BUNGA SBI
Grafik Timeseries
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 12/14/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 12/7/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/30/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/23/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 12.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 11/9/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/26/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/19/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/12/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 11.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 10/5/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/28/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/21/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/14/2005
1 Bulan 10.00 %
Dikeluarkan Tanggal : 9/7/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 9.51 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/31/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/24/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.75 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.71 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/10/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.50 %
Dikeluarkan Tanggal : 8/3/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/27/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/20/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.49 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/13/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.44 %
Dikeluarkan Tanggal : 7/6/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.25 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/29/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.18 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/22/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.06 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/15/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 8.02 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/8/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.98 %
Dikeluarkan Tanggal : 6/1/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.95 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/25/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.90 %
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.87 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/11/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.81 %
Dikeluarkan Tanggal : 5/4/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.70 %
Dikeluarkan Tanggal : 4/20/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.53 %
Dikeluarkan Tanggal : 4/6/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.44 %
Dikeluarkan Tanggal : 3/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.43 %
Dikeluarkan Tanggal : 3/2/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.43 %
Dikeluarkan Tanggal : 2/16/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
Dikeluarkan Tanggal : 2/2/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
Dikeluarkan Tanggal : 1/19/2005
Jangka Waktu Suku Bunga
1 Bulan 7.42 %
Dikeluarkan Tanggal : 1/5/2005
Rata-rata suku bunga SBI 2005 adalah 9.211%
Perhitungan tingkat diskonto bagi NPV dan IRR pada bab 5 menggunakan biaya modal dengan pendekatan premi resiko. Pendekatan premi resiko memakai tingkat pengembalian bebas resiko dan tingkat premi resiko di dalam perhitungannya. Menggunakan rumus : kcs = kd + RPcs
Dalam kasus ini, tingkat pengembalian bebas resiko di Indonesia mengacu kepada suku bunga SBI rata-rata tahun 2005 sebesar 9.211%, sedangkan tingkat premi resiko mengacu kepada premi resiko negara Indonesia tahun 2005 (13.09%) menurut versi Aswath Damodaran. Jadi tingkat diskonto NPV dan IRR adalah 9.211% + 13.09% = 22.301%