• Tidak ada hasil yang ditemukan

VK-Blighted Ovum.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VK-Blighted Ovum.pdf"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTASI KASUS

BLIGHTED OVUM

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada : dr. Bambang Basuki, Sp.OG

Disusun oleh : Ranggit Oktanita

20080310106

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANEMBAHAN SENOPATI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

BLIGHTED OVUM

Disusun oleh :

Ranggit Oktanita 20080310106

Telah disetujui dan dipresentasikan Pada tanggal

Pembimbing

(3)

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi

Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita merasa hamil tetapi tidak ada bayi di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium hasilnya pun positif.

Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam trimester pertama sebelum seorang wanita tahu tentang kehamilannya. Tingginya tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan tubuh wanita secara alami mengalami keguguran.

B. Etiologi

Blighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk.

Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, angguan hormonal serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun.

(4)

a. Faktor Genetik

Abnormalitas kromosom orang tua dan beberapa faktor imunologi berhubungan dengan blighted ovum dan abortus secara umum telah diteliti. Pada tahun 1981 Granat dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang istrinya mengalami 6 kali abortus secara berurutan,. Pada tahun 1990, Smith dan Gaha menemukan insiden yang cukup besar dari carrier translokasi kromosom pada suatu penelitian terhadap keluarga abortus habitualis dan didapatkan 15 balanced reciprocal translocations dan 9 fusi

robertsonian pada populasi ini. Kelainan kromosom yang paling banyak menyebabkan

abortus habitualis adalah balanced translocation yang menyebabkan konsepsi trisomi. Kelainan struktural kromosom yang lain adalah mosaicism, single gene disorder dan inverse dapat menyebabkan abortus habitualis. Single gene disorder dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang seksama terhadap riwayat keluarga atau dengan mengidentifikasi pola dari kelainan yang dikenal dengan pola keturunan.2,3,4,7,8

b. Kelainan Hormonal

Faktor–faktor endokrinologi yang berhubungan dengan abortus dan blighted

ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan dimana luteinizing hormone (LH) hipersekresi, diabetes mellitus, dan penyakit tiroid. Perkembangan pada

kehamilan awal tergantung pada produksi estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sampai kecukupannya terpenuhi diproduksi oleh perkembangan trofoblast, yang terjadi pada usia kehamilan 7–9 minggu. Abortus spontan terjadi pada kehamilan kurang dari 10 minggu jika korpus luteum gagal untuk memproduksi progesteron yang cukup, adanya gangguan distribusi progesteron ke uterus, atau bila pemakaian hormon progesteron pada endometrium dan desidua terganggu. Keguguran juga dapat terjadi apabila trofoblas tidak dapat menghasilkan progesteron yang seharusnya menggantikan progesteron dari korpus luteum ketika korpus luteum menghilang.2,9

Sekresi LH yang abnormal juga memiliki akibat langsung pada perkembangan oosit, menyebabkan penuaan yang prematur, dan pada endometrium menyebabkan maturasi yang tidak sinkron. Dipihak lain, sekresi luteinizing hormone yang abnormal dapat menimbulkan keguguran secara tidak langsung dengan cara meningkatkan kadar hormon testosteron. Keadaan gangguan sekresi luteinizing hormone biasanya berhubungan dengan adanya polikistik ovarium.4

(5)

Mekanisme yang mungkin menyebabkan terjadinya keguguran pada penderita diabetes mellitus ialah gangguan aliran darah pada uterus terutama sekali pada kasus-kasus dengan diabetes mellitus tahap lanjut. 4

Hipotiroid merupakan gangguan endokrin lain yang dihubungkan dengan adanya abortus berulang, terutama sekali sebagai akibat disfungsi korpus luteum dan ovulasi yang sering menyertai penyakit tiroid. Antitiroid antibodi juga dihubungkan dengan abortus berulang. Karena pada awal kehamilan tubuh membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih tinggi, adanya antitiroid antibodi dapat menjadi suatu petanda bagi seseorang untuk terjadi peningkatan risiko terjadinya abnormalitas tiroid yang dapat berakhir pada keguguran. Kelainan-kelainan regulasi hormonal tersebut juga mampu menyebabkan kegagalan perkembangan atau pembentukan janin.2,4

c. Infeksi Saluran Reproduksi

Walaupun keguguran telah dihubungkan dengan organisme seperti Ureaplasma

urealyticum, Mycoplasma hominis, Chlamydia trachomatis, dan Toxoplasma gondii,

namun tidak ada hubungan yang meyakinkan dengan abortus berulang. Adanya organisme tersebut pada saat terjadinya keguguran tidak dapat dianggap sebagai bukti organisme tersebut sebagai penyebab dari keguguran. Organisme-organisme tersebut dapat menjadi penyebab keguguran apabila4:

 Telah ada dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak diobati

 Memiliki jalur untuk masuk ke lingkungan intrauteri sehingga menginfeksi jaringan fetus dan/atau menstimulasi terjadinya proses radang.

Terdapat bukti bahwa vaginosis bakterialis berhubungan dengan keguguran dan juga menjadi faktor risiko terjadinya persalinan preterm. Bakterial vaginosis disebabkan karena terganggunya flora normal dari vagina. Terjadi pertumbuhan berlebih dari bakteri anaerob dan lactobacilli yang normal tidak ada atau tidak banyak terdapat. Tidak didapatkan adanya hubungan yang nyata dengan keguguran dan hubungan ini masih perlu dibuktikan. Terdapat teori yang menyatakan bahwa keguguran merupakan akibat dari aktifasi imunologi sebagai respon dari adanya organisme patologis.4

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi obligat intraselular protozoa yakni Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii menginduksi respon

(6)

kekebalan tubuh tipe 1 yang kuat yakni T-cell-mediated. Saat respon imun berlangsung dan terdapat respon yang dominan kuat Th 1, terjadi peningkatan IFN γ di plasenta, yang disekresikan oleh antigen-spesifik T-sel, membatasi replikasi takizoite kemudian akan menarik TNF α yang menghambat proliferasi sel trofoblas manusia in vitro dan toksik untuk sel-sel trofoblas manusia. Di samping itu, IFN ɣ juga meningkatkan produksi NO oleh sel trofoblas dan memicu apoptosis. Mekanisme dimana NO menginduksi apoptosis tidak jelas, tetapi dapat melibatkan efek pembentukan peroxynitrite dari NO dan superoksida dalam mitokondria. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel plasenta terutama sel trofoblas atau target fetoplacental lainnya mengakibatkan kematian inembryo dan resorpsi. Mekanisme imunitas inilah yang dapat menyebabkan terjadinya blighted ovum.

C. Patofisiologi

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

D. Gejala dan Tanda

Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk:

 periode menstruasi terlambat

 kram perut

 minor vagina atau bercak perdarahan

(7)

 ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan

 hampir sama dengan kehamilan normal E. Diagnosis

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Penunjang (USG)  diagnosis pasti, Blighted ovum dapat segera terdeteksi segera pada pemeriksaan ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada usia kehamilan yang sangat dini.

Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung bayi atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac normalnya tampak pada minggu 5. Sehingga, embrio dapat terlihat jelas mulai pertengahan minggu 5 pada pemeriksaan USG tranvaginal.

Gambar 1. Gambaran USG Blighted Ovum Dibandingkan dengan Kehamilan Normal

Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih dari 10 mm tanpa yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG transvaginal atau lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada gambar di sebelah kanan tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam ges sac.

(8)

Dikutip dari William’s Gynecology

Gambar 2. Blighted ovum pada uterus bicornu unicolis

Pemeriksaan kadar hormon pada kehamilan dapat juga membantu pemeriksaan dimana beta-hCG dibentuk oleh plasenta. Normalnya, pada pemeriksaan darah hormon ini dapat dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada hari ke 12-14 hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu menurun. Jika penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai terjadinya blighted

ovum.

F. Pencegahan

Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.

Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.

(9)

G. Penatalaksanaan

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.

Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi servik kemudian dilakukan kuretase.

(10)

BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas

Nama : Ny. W Usia : 41 tahun

Alamat : Pendowoharjo, Sewon, Bantul Pekerjaan : Guru

Pendidikan : S1 Agama : Islam

Tanggal masuk : 08 Juni 2013

B. Anamnesis

Keluhan utama : Merasa keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari smrs Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dari Poli rujukan dari Puskesmas dengan

keterangan G5P4A0, UK = 11-3 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari smrs. Pasien merasa hamil 3 bulan. Pasien mengatakan sudah melakuakan cek urin dan hasil PP test (+).

Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat asma(-), DM (-), penyakit jantung (-), Hipertensi (-)

Riwayat obstetri : G5P4A0

Anak 1 : perempuan, 15 tahun, 3,4 kg, normal di bidan Anak 2 : perempuan, 14 tahun, 3,9 kg, normal di bidan Anak 3 : Laki- laki,13 tahun, 4 kg, normal di bidan Anak 4 : Laki- laki,9 tahun, 4 kg, normal di bidan Anak 5 : hamil ini

HPMT : 20 Maret 2013 HPL : 27 Desember 2013 UK : 11-3 minggu

Riwayat haid : siklus haid pasien teratur 28 hari, durasi 7 hari, nyeri perut ringan saat hari pertama menstruasi

Riwayat perkawinan : sudah menikah 22 tahun C. Pemeriksaan Fisik

Kondisi Umum : baik, composmentis, tidak tampak anemis Vital Sign : TD : 120/80 mmHg RR : 24 x/menit

HR : 80 x/menit T : 37⁰C Status Generalisata : Kepala : mesocephal

(11)

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera icteric (-/-) Hidung : simetris, tidak ada deformitas, sekret (-/-) Mulut : bibir tidak tampak sianosis

Leher : pembesaran limfonodi (-)

Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sonor (+/+) normal, vocal fremitus (+/+) normal, vesikular (+/+) normal, COR S1-S2 regular

Abdomen :supel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), timpani (+), tidak ada tanda peradangan, tidak ada sikatrik Extremitas : akral hangat, nadi cukup, edema (-/-)

Kulit : turgor dan elastisitas kulit baik, ujud kelainan kulit (-)

Status Ginekologi : Pemeriksaan Luar :

Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding perut datar, terdapat perdarahan pervaginam

Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), TFU belum dapat diukur

Pemeriksaan Dalam : V/U tenang, dinding vagina licin, servix teraba tebal, tidak ada pembukaan, sarung tangan lendir darah (-)

D. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium : (Darah Lengkap) Hb : 12,6 AL : 11,2 AT : 321 HMT : 37,1 Golongan Darah : B PPT : 12,1 APTT : 28,5 Kontrol PPT : 13,8 Kontrol APPT : 33,6 HbsAg : (-)

USG : GS (+), FP (-), tidak tampak massa intrauterine E. Diagnosis Kerja

Blighted Ovum F. Terapi

Dilatasi dengan misoprostol Kuretase

(12)

08 Juni 2013

05.00 Dilatasi dengan misoprostol 100 mg

Ax : Pasien mengeluh perdarahan pervaginam (-), nyeri abdomen (-), pusing (+) cekot – cekot, BAK lancar, BAB lancar, punggung terasa pegal

Px : KU : baik, CM, tak tampak anemis

VS : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit HR : 80 x/menit T : 36,8⁰C Kepala : conjungtiva anemis (-/-)

Thorax : pulmo : vesikular (+/+), COR : S1 S2 regular Abdomen : nyeri tekan (-), peristaltik (+)

Extremitas : akral hangat, nadi cukup Dx : Blighted Ovum

Tx : Curretage

09.10 Telah dilakukan curretage a/i Blighted Ovum

Dx : Post Curretage a/i Blighted Ovum Tx : Amoxicillin 3 x 500mg

Asam Mefenamat 3 x 500mg SF 1 x 1 tab

09 Juni 2013

Ax : Pasien mengeluh perdarahan pervaginam (-), nyeri abdomen (-), pusing (+) cekot – cekot, BAK lancar, BAB lancar, punggung terasa pegal

Px : KU : baik, CM, tak tampak anemis

VS : TD : 100/70 mmHg RR : 18 x/menit HR : 80 x/menit T : 36,6⁰C Kepala : conjungtiva anemis (-/-)

Thorax : pulmo : vesikular (+/+), COR : S1 S2 regular Abdomen : nyeri tekan (-), peristaltik (+)

Extremitas : akral hangat, nadi cukup Dx : Post Curretage a/i Blighted Ovum Tx : Amoxicillin 3 x 500mg

Asam Mefenamat 3 x 500mg SF 1 x 1 tab

(13)

BAB III PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien yang merasa hamil 11-3 minggu datang ke poli dengan keluhan keluar darah tanpa disertai lendir melalui jalan lahir. Dari gejala tersebut dimungkinkan bahwa pasien mengalami abortus. Akan tetapi perlu dipastikan melalui pemeriksaan penunjang USG mengenai kondisi dalam rahim ibu sehingga dapat disimpulkan diagnosis pasti yang ada.

Pada pemeriksaan USG terlihat kantung kehamilan tanpa massa intrauterin didalamnya. Disimpulkan diagnosis dari kasus ini adalah blighted ovum atau kehamilan kosong dimana terbentuk kantung kehamilan dan plasenta tetapi tidak ada pembentukan embrio. Blighted ovum pada awalnya tidak dapat dibedakan gejalanya dari kehamilan biasa hingga terjadi abortus spontan dan telah dilakukan pemeriksaan USG.

Pada kasus ini etiologi yang paling mungkin dalah faktor usia ibu. Usia pasien 41 tahun merupakan usia resiko tinggi untuk terjadinya kehamilan. Semakin tinggi usia semakin besar resiko kerusakan ovum.

Setelah dicapai diagnosis pasti blighted ovum, tindakan selanjutnya adalah kuretase jaringan untuk menghentikan membersihkan jaringan, mencegah infeksi, sehingga rahim siap untuk kehamilan berikutnya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1994; 302-312

2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, Hillard PA: Novak’s gynecology 12th

edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co, 1996;963-979

3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw-Hill; 2008:298-325

4. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and Gynecology 10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70

5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250

6. Hatasaka HH: Recurrent miscarriage: epidemiologic factors, definitions and incidence. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 625-634

7. Byrne JLB, Ward K: Genetic factors in recurrent abortion. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 693-704

8. Hunt JS, Roby KF: Implantation factors. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 635-645 9. Brent RL, Beckman DA: The contributional of environmental teratogens to embryonic

and fetal loss. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 646-664

10. Azmanov, Dimitiar et al.2006.profile of chromosomal in different gestational age spontaneous abortions detevted by comparative genomic hybridation. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. Epub 2006 Jun 6. Sofia. University Hospital Maichin Dom 11. Kashevarova et al. 2006. Pathogenetic effects early human embryo development.

Gambar

Gambar  1.  Gambaran  USG  Blighted  Ovum  Dibandingkan  dengan  Kehamilan  Normal
Gambar 2. Blighted ovum pada uterus bicornu unicolis

Referensi

Dokumen terkait

yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk selalu memberikan arahan, dukungan, juga semangat kepada seluruh peserta Proyek Akhir DKV-07, penulis sangat

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dijabarkan, maka hipotesis yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah : Perubahan Laba Usaha, Net Profit Margin (NPM), Price Earning

Di industri oil & gas misalnya, sifat fisik batuan sangat  penting dipelajari mengetahui karakter reservoar (batuan tempat menyimpan hidrokarbon) sebagai batuan

Analisis Analisis kebutuhan pegawai adalah suatu proses perhitungan secara logis dan teratur dari kebutuhan pegawai adalah suatu proses perhitungan secara logis dan

Banyak faktor yang bisa memberi dukungan terhadap keberhasilan sistem ITS dalam meningkatkan kinerja sistem transportasi jalan. Adanya dua bagian kelompok faktor, pertama

Tahapan-tahapan perhitungan dalam memprediksi kebisingan adalah sebagai berikut : menentukan titik pengukuran, menghitung nilai tingkat bising dasar berdasarkan

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat hubungan antara aktivitas spesifik protease dengan kadar protein, Isolat ATH-03 menunjukkan aktivitas tertinggi pada hari ke-7 (23,72

V. Persepsi masyarakat terhadap keterlibatannya dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pantai Kuta Wujud nyata keterlibatan masyarakat lokal adalah ikut berpartisipasi