• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Desain Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

37

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan tujuan untuk mendapatkan data dan informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat sehingga mau melaksanakan kegiatan konservasi lahan. Metode survey merupakan metode yang dilakukan untuk menggambarkan keadaan sebagaimana adanya atau sesuai fakta yang dikumpulkan. Informasi dan data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dengan cara mewawancarai sejumlah sampel dari populasi masyarakat binaan PKSM yang berada dalam satu kabupaten.

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, kuesioner dan wawancara. Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pengamatan terhadap masyarakat pelaksana konservasi lahan, kuesioner merupakan instrumen yang dipergunakan untuk menjaring informasi dan data yang berisi serangkaian pertanyaan terstruktur dari penjabaran variabel-variabel penelitian, sedangkan wawancara dilakukan terhadap responden dan pihak-pihak terkait lainnya dengan tujuan untuk mendukung data yang diperoleh melalui kuesioner.

Menggunakan ketiga teknik pengumpulan data ini menurut Sugiyono (2011), diharapkan dapat saling melengkapi sehingga data yang dikumpulkan merupakan data lengkap, akurat dan konsisten, selain ketiga tehnik tersebut juga dilakukan dokumentasi untuk memperoleh data-data sekunder.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 5 (lima) Kecamatan (Ambalawi, Belo, Wawo, Wera, Woha), Kabupaten Bima, NTB. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan:

1. Provinsi NTB memiliki PKSM yang paling banyak di antara provinsi yang ada di wilayah Indonesia Timur.

2. Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di provinsi NTB yang: 1) memiliki jumlah PKSM nomor dua terbanyak se provinsi NTB, 2) sebaran PKSM merata hampir di seluruh kecamatan, 3) PKSM telah melaksanakan konservasi lahan secara swadaya, dan 4) PKSM memiliki demplot sebagai unit contoh bagi masyarakat binaan.

3. Pemilihan kecamatan, desa dan kelompok tani berdasarkan pertimbangan: 1) terdapat penyuluh kehutanan PNS dan PKSM yang masih aktif, 2) penyelenggaraan kegiatan penyuluhan oleh PKSM relatif berhasil, 3)

(2)

kelompok tani banyak terbentuk secara swadaya, 4) anggota kelompok tani masih aktif, 5) luas lahan yang telah dikonservasi relatif lebih besar, dan 6) akses ke lokasi penelitian relatif lebih mudah dan terjangkau.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan Oktober 2012, meliputi observasi awal, penyusunan kerangka sampling, uji coba kuesioner, pengambilan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisis data, pembahasan, serta penulisan.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah masyarakat pelaksana kegiatan konservasi lahan yang tergabung dalam kelompok tani binaan PKSM yang terdapat di 5 kecamatan dan 16 desa. Menurut Nazir (2003), populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Sampel adalah bagian dari populasi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Propotional Random Sampling, sampel diambil secara acak berdasarkan jumlah anggota kelompok, keberadaan PKSM dan tingkat partisipasi masyarakat, kemudian untuk memperoleh jumlah sampel yang proposional dari jumlah populasi anggota kelompok yang akan dijadikan sebagai responden dalam desa yang terpilih, dihitung berdasarkan rumus Taro Yamane (Rakhmad 1998 yang diacu dalam Riduwan 2010):

N n =

N.d2 + 1

Perhitungan jumlah sampel menggunakan batas terendah tingkat kepercayaan 90%, diperoleh jumlah sampel sebanyak 91 orang, dan untuk memudahkan analisis data, jumlah sampel dinaikkan menjadi 100 orang yang terdiri dari anggota kelompok tani yang dibina langsung oleh PKSM serta telah melakukan kegiatan konservasi lahan baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan (hutan rakyat dan agroforestry). Sebaran responden seperti pada Tabel 1. PKSM dijadikan sebagai informan dan data tambahan yang bisa memperkuat informasi dari responden yang berasal dari masyarakat, PKSM ini tidak dijadikan variabel yang diukur. Informan yang berasal dari PKSM sebanyak 17 orang, langsung diambil dari PKSM yang membina desa dan sekaligus merupakan pengurus kelompok tani di kecamatan tersebut.

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

D2 = Tingkat presisi (batas ketelitian/nilai kritis) yang diinginkan pengambilan populasi sampel. Nilai kritis ditetapkan 10 %.

(3)

Tabel 1 Sebaran responden penelitian di 5 kecamatan di Kabupaten Bima

No. Kecamatan Desa PKSM Kelompok

Tani Jumlah Anggota Jumlah Responden 1. Ambalawi 1. Ds. Talapati 2. Ds. Rite 1 1 1. So Bala 2. Doro Ta’a 60 60 6 6 2. Belo 1. Ds. Runggu 2. Ds. Roka 3. Ds. Renda 1 1 1 1. Oi Loa 2. Doro Naru 3. Doro Ncake 60 98 56 5 8 5 3. Wawo 1. Ds. Ntori 2. Ds. Maria Utara 3. Ds. Kalate 2 1 1 1. Dana Kala 2. Banggowa 3. Oi Rida/ KP3A 4. Usaha Bersama 112 60 70 80 10 6 6 7 4 Wera 1. Ds. Wora 2. Ds. Ntoke 3. Ds. Nunggi 4. Ds. Bala 1 1 1 1 1. Samakai 2. Dore jati 3. Oi Tola 4. Lamore 36 33 50 36 4 4 5 4 5 Woha 1. Ds. Pandai 2. Ds. Tenga 3. Ds. Keli 4. Ds. Risa 1 1 1 1 1. Doro Pataha 2. Mangge Colu 3. Temba Ndori 5. Ncai Campa 60 60 65 70 6 6 6 6 JUMLAH 16 17 17 1066 100

Pengembangan Instrumen Penelitian

Jenis Data

Data yang dikumpulkan ialah data primer dan sekunder, data primer didapat melalui wawancara dan kuesioner dengan pertanyaan terstruktur kepada informan kunci. Data sekunder berupa data potensi wilayah dan keadaan daerah didapat dari instansi atau pihak terkait sesuai data yang diperlukan. Data ini diperlukan untuk mengetahui latar belakang atau sejarah, dan budaya masyarakat yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel independen (variabel bebas) dan dependen (variabel terikat). Variabel bebas adalah variabel

(4)

yang mempengaruhi yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat.

1. Variabel bebas (independen)

a. Karakteristik individu petani (X1): umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan garapan, status lahan, motivasi, dan kekosmopolitan

b. Peran PKSM (X2): analisator, stimulator, fasilitator, dan pendorong

c. Peran dan Fungsi kelompok (X3) unit belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

2. Variabel terikat (dependen): Tingkat partisipasi (Y1) meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan evaluasi

Kisi-Kisi Instrumen

Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah jenis data ordinal dan rasio dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi seperangkat pertanyaan yang dijabarkan dari variabel-variabel penelitian berupa faktor independen dan faktor dependen. Kisi-kisi instrumen faktor independen karakteristik individu petani terdapat pada Lampiran 1.

Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 74 pertanyaan dengan rincian, 14 (empat belas) pertanyaaan untuk kerakteristik individu; 16 (enam belas) pertanyaan untuk peran pendampingan PKSM; 35 (tiga puluh lima) pertanyaan untuk peran dan fungsi kelompok dan 9 (sembilan) pertanyaan untuk tingkat partisipasi masyarakat.

Definisi operasional

Definisi operasional adalah pengukuran konsep yang abstrak teoritis menjadi kata-kata tentang tingkah laku/gejala yang dapat diamati, dapat diuji dan dapat ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Adapun definisi operasional dan pengukuran peubah dalam penelitian ini meliputi:

1. Karakteristik individu petani (X1) adalah kemampuan atau kualitas yang dimiliki seseorang yang menjadi suatu ciri atau sifat terpenting yang melekat pada sesuatu objek (orang), ditandai dengan adanya suatu yang berhubungan dengan kehidupan orang itu sendiri. Karakteristik individu yang akan diukur/diamati berdasarkan Tabel 2.

2. Peran PKSM (X2) adalah suatu tugas yang dilakukan oleh seseorang PKSM atau change agent yang dianggap memiliki kecakapan atau kemampuan tertentu di bidangnya, dan secara profesional mampu mempengaruhi perilaku orang lain baik secara individu maupun kelompok untuk melakukan hal-hal yang diinginkan melalui cara-cara yang terencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Peran PKSM yang akan diukur/diamati berdasarkan Tabel 3. 3. Peran dan Fungsi kelompok (X3) adalah suatu fungsi atau peran serta manfaat

(5)

pendorong dalam pencapaian kegiatan yang direncanakan. Peran dan fungsi kelompok yang diukur/diamati berdasarkan Tabel 4.

4. Tingkat partisipasi (Y1) adalah keikutsertaan yang tinggi (keterlibatan langsung semua anggota kelompok), memiliki hak dan kesempatan yang sama, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan maupun evaluasi dalam kegiatan konservasi lahan. Tingkat partisipasi yang akan diukur/diamati berdasarkan Tabel 5.

Tabel 2 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran karakteristik individu petani

Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori INDEPENDEN Karakteristik individu (X1): 1. Umur 2. Pendidikan Formal 3. Pendidikan nonformal 4. Pendapatan 5. Jumlah tanggungan Keluarga 6. Luas lahan garapan 7. Status lahan

Jumlah tahun responden sejak dilahirkan sampai saat menjadi petani penelitian

Tingkat pendidikan formal yang terakhir

Pendidikan nonformal berupa peelatihan yang pernah diikuti

Jumlah uang yang diterima responden rata-rata

sebulan dari pekerjaan

Jumlah keluarga yang ditanggung oleh petani

Jumlah luasan lahan yang digarap petani

Status lahan yang digarap oleh petani 1. Tidak produktif < 15 tahun 2. Kurang Produktif > 64 tahun 3. Produktif 15– 64 tahun 1. Dasar (Tidak /Tamat SD) 2. Menengah (SLTP/SLTA) 3. Tinggi (Akademi/ Sarjana 1. Tidak pernah 2. 1- 2 kali 3. >2 kali 1. < Rp. 550.000,- 2. Rp. 550.000-1.000.000,- 3. >1.000.000,- 1. < 4 orang 2. 4-6 orang 3. > 6 orang 1. < ¼ Ha 2. ¼ ha-1 ha 3. > 1 ha 1. Sewa 2. Pinjam pakai 3. Milik sendiri 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

(6)

Tabel 2 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran karakteristik individu petani (lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori INDEPENDEN Karakteristik individu (X1): 8. Motivasi 9. Kekosmopolitan

Dorongan petani sehingga mau melakukan kegiatan konservasi lahan

Keterbukaan seseorang terhadap dunia luas dan pembaharuan yang ditentukan berdasarkan jumlah macam sumber informasi yang dipergunakan 1. Desakan/paksaan 2. Penghasilan yang menarik 3. Kepedulian yang tinggi terhadap hutan dan lahan 1. Teman dekat/ tetangga /tokoh masyarakat 2. Lembaga (pemerintah/non pemerintah) 3. Pendamping PNS/PKSM) 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 3 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran PKSM Variabel Definisi Operasional Parameter

Pengukuran Kategori INDEPENDEN Peran PKSM (X2): 1. Analisator 2. Stimulator 3. Fasilitator 4. Pendorong

Peran penyuluh swadaya sebagai analis dan membantu mendiagnosa kebutuhan masyarakat pada tiap tahap partisipasi Peran PKSM dalam menggerakkan klien untuk antusias melaksanakan kegiatan (stimulor),

pada setiap tahap partisipasi Menghubungkan klien dengan institusi lain yang terkait pada setiap tahap partisipasi

Mendorong klien untuk menggunakan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk melakukan kegiatan

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Terlibat aktif 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Terlibat aktif 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Terlibat aktif 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Terlibat aktif 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

(7)

Tabel 4 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran dan fungsi kelompok

Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran

Kategori

Peran dan Fungsi Kelompok (X3): 1. Kelas belajar

2. Wahana kerjasama

3. Unit produksi

Kelompok sebagai kelas belajar para anggota kelompok yang ditunjukan melalui

keterampilan/ kecakapan anggota kelompok dalam melakukan aktivitas kegiatan konservasi lahan, baik dalam menggunakan sarana dan prasarana serta kecakapan menyediakan dan/ atau mencari alternatif-alternatif lain dalam kegiatan konservasi.

Kelompok sebagai wahana saling interaksi, berkomunikasi dan berbagi informasi antar PKSM, penyuluh, dan anggota kelompok lain.

Kemampuan kelompok dalam menyediakan dan memenuhi kebutuhan dasar anggotanya baik sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan (peningkatan relative dari pendapatan anggota kelompok).

1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering 1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Sering 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Tabel 5 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran tingkat partisipasi masyarakat

Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori DEPENDEN Tingkat partisipasi petani (Y1): 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Tingkat keikutsertaan yang tinggi dari petani kelompok binaan PKSM dalam merencanakan kegiatan konservasi lahan Tingkat keikutsertaan yang tinggi dari petani dalam ikut melaksanakan kegiatan konservasi lahan

1. Tidak aktif 2. Jarang 3. Aktif 1. Tidak aktif 2. Jarang 3. Aktif 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

(8)

Tabel 5 Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran tingkat partisipasi masyarakat (lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Parameter Pengukuran Kategori DEPENDEN Tingkat partisipasi petani (Y1): 3. Pemanfaatan 4. Evaluasi Tingkat keikutsertaan yang tinggi dari petani dalam memanfaatkan hasil kegiatan konservasi lahan Tingkat keikutsertaan yang tinggi dari petani dalam ikut mengevaluasi kegiatan konservasi lahan

1. Tidak aktif 2. Jarang 3. Aktif 1. Tidak aktif 2. Jarang 3. Aktif 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi

Uji Coba Instrumen

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menguji validitas konstruksi (construct validity) yaitu menyusun indikator pengukuran operasional berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana validitas konstruk dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan antara skor masing-masing item dengan total skor masing-masing item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas.

Validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) definisi operasional variabel yang akan diukur, 2) studi literatur (pustaka) sebagai referensi (acuan), 3) konsultasi dengan pembimbing (ahli), 4) uji coba instrumen di lapangan, 5) mempersiapkan format tabulasi jawaban, 6) menghitung korelasi menggunakan pendekatan korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation).

Model pengujian dengan pendekatan korelasi item-total dikoreksi digunakan untuk menghilangkan spurious overlap, yaitu adanya tumpang tindih atau pengaruh kontribusi masing-masing skor item terhadap skor total. Untuk menghilangkan efek spiruous overlap tersebut maka koefisien korelasi item-total dikoreksi dengan nilai simpangan baku (standard deviation) skor item dengan skor total (Kusnendi 2008). Menentukan apakah sebuah item dinyatakan valid atau tidak maka para ahli menetapkan besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem hal ini berarti apabila nilai koefisien korelasi sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai (Kusnendi, 2008).

(9)

Uji reliabilitas menggunakan metode cronbach alpha dengan rumus:

Alat ukur dinilai cukup reliabel apabila nilai koefisien cronbach alpha (α) lebih besar dari kisaran 0.5 – 1.0. Menurut Babbie (1989), suatu instrumen dianggap cukup reliabel apabila nilai koefisien alpha ≥ 0.6. dengan ukuran kemantapan alpha sebagai berikut:

1. Nilai koefisien alpha 0.00 – 0.20 berarti kurang reliabel 2. Nilai koefisien alpha 0.21 – 0.40 berarti agak reliabel 3. Nilai koefisien alpha 0.41 – 0.60 berarti cukup reliabel 4. Nilai koefisien alpha 0.61 – 0.80 berarti reliabel 5. Nilai koefisien alpha 0.81 – 1.00 berarti sangat reliabel

Hasil uji validitas per butir pertanyaan menunjukkan ada beberapa pertanyaan yang tidak valid, hal ini disebabkan karena beberapa pertanyaan tersebut tidak dimengerti oleh responden dan memiliki pengertian sama dengan pertanyaan sebelumnya, oleh karena itu ada beberapa pertanyaan yang dibuang dan ada juga yang hanya diubah kalimatnya dengan dibantu diskusi serta wawancara tidak terstruktur sehingga maksud dari pertanyaan tersebut bisa dimengerti oleh petani.

Hasil uji instrumen penelitian berupa kooefesien cronbach alpha (α) untuk uji realibiltas dan korelasi item-total dikoreksi untuk uji validitas pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6 Hasil uji instrumen penelitian Variabel Jumlah item Skala ordinal Uji reliabilitas (Croanbach-alpha) Ket. Uji validitas (corrected item-total correlation) Ket Kualitas individu Peran pendampingan PKSM Peran dan fungsi kelompok tani Tingkat Partisipasi 9 16 28 9 1-3 1-3 1-3 1-3 0.431 0.897 0.607 0.903 Cukup reliabel Reliabel Reliabel Sangat reliabel 0.045-0.406 0.755-0.797 0.580-0.705 0.739-0.884 Valid Valid Valid Valid α = n n - 1 ∑Vi Vt

[

1 -

]

Keterangan:

α : Koefisien cronbach alpha n : Jumlah item

Vi : Varians skor tiap-tiap item

∑Vi : Jumlah varians skor tiap-tiap item Vt : Varians total

(10)

Tabel 6 terlihat bahwa berdasarkan uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dikategorikan dari cukup reliabel sampai dengan sangat reliabel, dengan demikian instrumen ini dapat dikatakan memiliki konsistensi dan respon pada obyek yang sama, sedangkan untuk hasil uji validitas, umumnya instrumen valid pada koofesien korelasi item total yang dikoreksi lebih dari 0,25, hal ini berarti instrumen dapat dipakai untuk mengukur data yang akan diukur.

Hasil uji coba dipergunakan sebagai dasar untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel yang sudah ada. Uji coba ini akan lebih meyakinkan penulis tentang kesahihan dari instrumen yang dipergunakan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan antara wawancara, observasi langsung di lapangan, dan kuesioner. Menggunakan ketiga metode tersebut diharapkan dapat saling melengkapi kelemahan atau kekurangan dari masing-masing metode, sehingga data yang dikumpulkan benar-benar sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

1. Metode wawancara dilakukan pada sampel yang diambil dan terhadap instansi serta pihak-pihak terkait dengan penelitian untuk mendapatkan data sekunder. 2. Metode observasi di lapangan dilakukan untuk membandingkan hasil

wawancara dengan kondisi kenyataan di lapangan, dan untuk mempertajam hasil wawancara.

3. Kuesioner diberikan kepada petani untuk memperoleh dan menjaring informasi terkait dengan tingkat partisipasi kegiatan konservasi yang dilaksanakan.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Data hasil penelitian dianalisis untuk memperoleh hubungan/pengaruh berbagai variabel yang diteliti, dan memberikan penjelasan secara kualitatif. Menurut Nazir (2003), pengolahan dan analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam kegiatan penelitian karena data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.

Data hasil penelitian dianalisis untuk memperoleh hubungan berbagai variabel yang diteliti, dan memberikan penjelasan secara kualitatif sebagai pendukung. Data yang diperoleh dari kuesioner dikelompokkan menurut variabel yang telah ditentukan, menggunakan skoring dan pengkategorian. Analisis yang dilakukan adalah: 1) memberikan skor pada setiap data dan kemudian di tabulasi, 2) menggolongkan, menghitung jawaban dan memprosentasekan berdasarkan kategori jawaban. Skor yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert yang

(11)

digunakan terdiri dari 3 (tiga) tingkat yang merupakan gradasi dari rendah, sedang dan tinggi, kemudian data diolah menggunakan tabulasi distribusi frekuensi dan kemudian dianalisis.

Hubungan antar variabel diketahui dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman dengan rumus:

N 6 Σ d i2 I =1 rs = 1.--- n (n2 – 1)

Analisis kuantitatif dengan uji korelasi Rank Spearman dilakukan dengan menggunakan perangkat statistik Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Koefesien korelasi merupakan pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 sampai dengan -1, yang berarti koefisien korelasi dapat bernilai positif dan dapat pula negatif. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Spearman

di = Selisih antar jenjang

Gambar

Tabel 1 Sebaran responden penelitian di 5 kecamatan di Kabupaten Bima
Tabel 2  Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran karakteristik               individu petani
Tabel 2  Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran karakteristik               individu petani (lanjutan)
Tabel 4  Indikator, definisi operasional, parameter pengukuran peran dan  fungsi kelompok
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini secara keseluruhan memiliki jumlah 90 perusahaan dimana 30 sampel berasal dari perusahaan yang

Dari hasil perhitungan diperoleh simpangan baku lebih kecil pada pengambilan sampel acak dengan stratifikasi yang dilakukan secara proporsional (Proportionate Stratified Simple

Rencana mencapai tingkat kepercayaan dan kebenaran penelitian Agar data yang diperoleh peneliti pada penelitian mengenai penelitian evaluatif program pendampingan

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai kemampuan literasi matematis siswa, dari 34 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 1,500 dan

Berdasarkan hasil perhitungan Material Requirement Planning tersebut dapat diperoleh jumlah bahan baku yang dipesan hingga datang di perusahaan dan jumlah komponen

Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) adalah konsentrasi terendah ekstrak daun ungu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis sebanyak 90% dari jumlah bakteri

Hal ini dimaksudkan untuk melihat adanya perubahan atau pengaruh, jika hasil nilai perhitungan dengan tingkat kemaknaan 5% dan tingkat kepercayaan 95% maka dapat dijelaskan jika P

Kerangka Kerja Populasi: rata-rata pasien post operasi laparatomi dalam 1 bulan yang berjumlah 34 orang Sampling: Purposive Sampling Sampel: 28 responden Mengobsevasi pelaksanaan