• Tidak ada hasil yang ditemukan

2012. Makalah SEMNAS PSL USU. Pengembangn Pertanian Berbasis Komodi Unggulan Dalam Rangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2012. Makalah SEMNAS PSL USU. Pengembangn Pertanian Berbasis Komodi Unggulan Dalam Rangka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KOMODITI UNGGULAN

DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan

Hotden Leonardo Nainggolan1)Johndikson Aritonang2)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan1,2) Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234, Telp. 061-4522922. HP. 082166387190.

Email :hotden_ngl@yahoo.com1,2)

Abstrak

Pembangunan pertanian yang memanfatkan potensi sumber daya alam yang sesuai dengan agroekosistem wilayah dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan petani merupakan bagian dari proses pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pertanian akan semakin optimal jika dipadukan dengan pengelolaan komoditi unggulan. Pengelolaan komoditi unggulan disektor pertanian, baik komoditi perkebunan, hortikultura dan pangan merupakan sebuah strategi regional dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Penelitian ini mengkaji pengembangan pertanian berbasis komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan (studi kasus Kabupaten Humbang Hasundutan), sehingga kebijakan pertanian dalam mendukung pembangunan berkelanjutan lebih terfokus. Metode penelitian dengan Location Quotient (LQ) menggunakan data sekunder produktifitas komoditi pangan 2005-2009. Sesuai hasil analisis disimpulkan; a) Komoditi unggulan pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan; padi sawah, jagung dan kacang tanah, b) pengembangan pertanian yang fokus pada komoditi unggulan akan menciptakan pertanian yang tepat guna, bernilai ekonomis, secara sosial diterima masyarakat dan ramah lingkungan, c) Pertanian berkelanjutan akan meningkatkan kelestarian lingkungan melalui konservasi tanah, air dan tanaman.Melalui penelitian ini disarankan; a) agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan peningkatan produktifitas pangan unggulan yang ramah lingkungan yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani dan pasca panen, pengembangan infrastruktur serta penyediaan sarana produksi, b) agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani.

Kata Kunci : komoditi unggulan, pembangunan berkelanjutan, pertanian berkelanjutan, tanaman

pangan.

PENDAHULUAN

Secara umum bahwa pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang terbatas. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan menyebabkan permasalahan bagi pembangunan berkelanjutan (Fauzi, A. 2006)

Meadow at all. (1972), mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam sehingga penyediaan barang dan jasa yang berasal dari sumber daya alam tidak akan dapat dilakukan secara terus-menerus (Fauzi, A. 2006). Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) disektor pertanian. Konsep pembangunan berkelanjutan dimulai akhir tahun 1980 an sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan degradasi kualitas lingkungan hidup.

(5)

merupakan suatu strategi regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga memberikan efek pengganda (multiflier effect) pada sub sektor lainnya.

Bukti empiris menunjukkan ketika krisis ekonomi 1997 lalu, sektor pertanian mampu bertahan dan memberikan kontribusi bagi perekonomian secara keseluruhan. Data BPS 1998, secara nasional menunjukkan sektor pertanian tumbuh 0,22%, saat kondisi perekonomian Indonesia mengalami penurunan hingga 13,68%. Bukti empiris itu menunjukkan ketika sektor konstruksi, industri dan manufaktur mengalami kontraksi hebat namun sektor pertanian dengan komoditi unggulannya mampu tumbuh positif dan taatkala sektor-sektor lain melakukan pemutusan hubungan kerja, justru penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian meningkat, demikian juga dengan ekspor produk pertanian mengalami peningkatan (Friyatno, S. 2001).

Sektor pertanian memiliki peran penting bagi perekonomian dan pembangunan Sumatera Utara, karena mampu berkontribusi sebesar 23,0% bagi pembentukan PDRB Sumatera Utara dan hanya terpaut 1,0% dari sektor industri. Tahun 2009 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara sama dengan sektor industri, yaitu sebesar 23,0% (BPS Sumut, 2010). Untuk Kabupaten Humbang Hasundutan sektor pertanian juga memegang peranan penting bagi perekonomian wilayahnya, sektor ini mampu berkontribusi bagi pembentukan PDRB sebesar 59,8% (BPS Humbang Hasundutan, 2010). Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk melihat “Peranan Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan)

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampling convenience sampling dengan memilih sampel secara sengaja sesuai dengan keinginan peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan khusus (Kuncoro. M, 2009). Penelitian ini menggunakan sampel Kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan daerah ini mengandalkan sektor pertanian dalam proses pembangunan wilyahnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan runtun waktu 5 (lima) tahun (2009-2005) yang bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Humbang Hasundutan dan publikasi resmi lainnya.

Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient (LQ) yang didasarkan pada kontribusi (Tarigan, R. 2005). Location quotient (LQ) atau kuosien lokasi adalah perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Banyak variable yang bisa diperbandingkan namun dalam penelitian ini digunakan nilai produktifitas yaitu nilai produksi dibagi dengan luas lahan (Nainggolan, H, L. 2011) dengan formulasi sebagai berikut;

LQ =

/

/ dimana :

PrKiKab : Produktifitas komoditi i di kabupaten yang dianalisis. TPrkKab : Total produktifitas komoditi di kabupaten yang dianalisis. PrKiProp : Produktifitas komoditi i di wilayah propinsi.

TPrKProp : Total produktifitas komoditi di wilayah propinsi.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.

Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Data statistik 2009, menunjukkan penduduk Sumatera Utara tahun 2008 adalah 13.042.317 juta jiwa. Dari total penduduk tersebut terdapat angkatan kerja 6,09 juta jiwa yang terdiri dari 5,54 juta jiwa kategori bekerja dan 554,5 ribu jiwa mencari pekerjaan dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Dari jumlah penduduk Sumatera Utara yang bekerja tersebut sebanyak 47,12% bekerja pada sektor pertanian, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,20%. (BPS Sumatera Utara, 2010). Secara umum bahwa perkembangan luas panen dan produksi tanaman pangan di Sumatera Utara tahun 1999-2009 mengalami pertumbuhan plus minus hingga 0,11% per tahun. Demikian juga dengan produktifitasnya, berdasarkan data yang diperoleh bahwa produktifitas komoditi pangan tersebut juga mengalami trend pertumbuhan plus minus yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya mengenai produktifitas komoditi pangan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara Tahun 2005-2009.

Sumber : Data sekunder diolah. 2012.

Pada tabel 1 di atas dapat dilihat produktifitas padi sawah di Sumatera Utara adalah 4,36 ton/ ha tahun 2005, kemudian 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Tahun 2009 produktifitas komoditi ini adalah 4,71 ton/ ha, dengan kenaikan 2,80% dari tahun sebelumnya. Sementara itu produktifitas komoditi jagung mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2009 dengan nilai persentase peningkatan yang kecil. Produktifitas komoditi jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha dan mengalami peningkatan yang sangat baik tahun 2006 menjadi 3,41 ton/ ha.

Komoditi Tanaman Pangan Humbang Hasundutan.

Sektor pertanian bagi penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan tulang punggung dan penggerak perekonomian daerah dalam rangka proses pembangunan disamping sebagai penghasil nilai tambah dan sumber penghasilan masyarakat. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang sangat potensial bagi pengembangan sektor pertanian yang terlihat dari kontribusi sektor pertanian bagi PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).

Tanaman padi sebagai salah satu komoditi pangan merupakan tanaman pertanian paling dominan yang dibudidayakan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami pertumbuhan hingga tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun 2009, luas lahan komoditi ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Disamping itu terdapat komoditi jagung, dimana tahun 2005 luas lahan komoditi ini mencapai 1.352 ha dengan produksi 5.195 ton, kemudian 2009 luas lahan ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan penurunan produksi menjadi 2.485 ton. (BPS Humbang Hasundutan, 2010).

Data BPS menunjukkan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di wilayah ini adalah 5,25 ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha tahun 2006. Kemudian tahun 2009 meningkat menjadi 5,32 ton / ha, naik 0,54 % dari tahun sebelumnya. Untuk produktifitas komoditi jagung tercatat 3,84ton/ ha tahun 2005 dan produktifitas komoditi ini terus mengalami kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha tahun 2009, naik 2,47% dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai produktifitas komoditi pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09

1 Padi Sawah 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 1.00% 2.27% 1.75% 2.80%

2 Padi Ladang 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93 -5.25% 5.87% 9.75% 0.42%

3 Jagung 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 1046.65% 2.74% 30.56% 5.11%

4 Kacang Tanah 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 2.01% 2.74% 1.12% 0.99%

5 Ubi Kayu 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 0.39% 0.23% 54.14% 34.34%

6 Ubi Jalar 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34 0.31% 0.38% 14.12% 2.44%

Produktiftas (ton/ ha)

(7)

Tabel 2. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2005-2009.

Sumber : Data sekunder diolah. 2012. Identifikasi Komoditi Unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Identifikasi komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan dengan menggunakan analisis LQ, berdasarkan analisis data yang dilakukan diketahui bahwa di kabupaten Humbang Hasundutan terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Sumber : Data Sekunder diolah. 2012.

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti pada tabel 3 di atas, komoditi padi sawah memiliki nilai LQ > 1 tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih besar di Kabupaten Humbang Hasundutan dibanding dengan Propinsi Sumatera Utara. Artinya komoditi ini merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Komoditi padi ladang pada tahun 2005 memiliki nilai LQ <1 (LQ:0,67), kemudian tahun 2006 -2009 memiliki nilai LQ > 1 artinya tahun 2006-2009 komoditi ini memiliki spesialisasi di Kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi, maka komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005).

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana pada tabel 3 diatas bahwa komoditi jagung dan kacang tanah, secara konsisten memiliki nilai LQ>1 tahun 2005-2009, artinya selain komoditi tanaman padi sawah, maka komoditi jagung dan kacang tanah juga merupakan komoditi unggulan Kabupaten Humbang Hasundutan, karena kedua komoditi tersebut juga memiliki tingkat spesialisasi di Kabupaten jika dibandingkan dengan Propinsi, sesuai dengan hasil analisis LQ dengan data time series (2005-2009), dimana kedua komoditi ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005). Dengan demikian komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Komoditi tersebut merupakan komoditas strategis yaitu komoditi padi dan jagung yang termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh pemerintah melalui berbagai cara untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pangan secara berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011).

Dengan teridentikasinya komoditi unggulan di Kabupaten Humbang Hasundutan maka dapat dilakukan upaya peningkatan produktifitas secara spesifik melalui berbagai program peningkatan produksi yang tepat. Beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan adalah menyediakan sarana produksi yang terjangkau, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh, sehingga dengan demikian proses pembangunan berkelanjutan melalui pengembangan sektor pertanian akan lebih bermanfaat sesuai dengan konsep yang disampaikan Friyatno, S. (2001) bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan unggulan tersebut agar lebih baik harus didukung oleh beberapa faktor yaitu; a)

2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09

1 Padi Sawah 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 -2.34% -0.05% 3.15% 0.54% 2 Padi Ladang 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 97.57% 1.23% 0.13% 2.42% 3 Jagung 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 0.88% 6.38% 1.75% 2.47% 4 Kacang Tanah 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 1.00% 5.33% 0.80% -2.91% 5 Ubi Kayu 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 21.42% 0.83% 1.04% 0.42% 6 Ubi Jalar 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16 0.99% -1.00% -0.29% 1.59%

Produktiftas (ton/ ha) % +/- Produktifitas

No Jenis Komoditi

2005 2006 2007 2008 2009

1 Padi Sawah 1.42 1.36 1.33 1.71 1.94

2 Padi Ladang 0.67 1.38 1.32 1.53 1.80

3 Jagung 15.23 1.33 1.38 1.36 1.53

4 Kacang Tanah 1.88 1.85 1.90 2.40 2.66

5 Ubi Kayu 0.61 0.74 0.74 0.62 0.53

6 Ubi Jalar 0.86 0.86 0.85 0.94 1.08

LQ Komoditi Pangan Humbang Hasundutan Jenis Komoditi

(8)

usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui perbaikan teknologi usahatani, b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti; irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya.

Pengembangan pertanian dengan pengelolaan komoditi unggulan secara spesifik melalui program peningkatan produksi yang tepat akan mampu mengkonservasi tanah, air dan tanaman sehingga tidak merusak lingkungan, tepat guna, layak secara ekonomi dan secara sosial diterima oleh masyarakat. Sehingga berimplikasi pada proses pembangunan yang berwawasan lingkungan, untuk a) menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk generasi masa kini dan mendatang, b) menyediakan lapangan pekerjaan, c) memelihara kapasitas produksi pertanian, d) menghasilkan berbagai produk pertanian yang berkualitas dan berdaya saing tinggi (unggul). Dengan demikian pegembangan pertanian melalui pengelolaan komoditi unggulan dalam rangka pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konsep yang disampaikan oleh The Agricultural Research Service (USDA), yang mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai pertanian yang pada waktu mendatang dapat bersaing, produktif, menguntungkan, mengkonservasi sumber daya alam, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesehatan dan kualitas pangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah; 1) Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 3 (tiga) jenis komoditi unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi kacang tanah. 2) Pengembangan pertanian yang fokus pada komoditi unggulan akan menciptakan pertanian yang tepat guna,bernilai ekonomis, secara sosial diterima masyarakat dan ramah lingkungan,3) Pertanian berkelanjutan akan meningkatkan kelestarian lingkungan melalui konservasi tanah, air dan tanaman.

Melalui kajian yang berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut; 1) Agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan peningkatan produktifitas pangan unggulan yang ramah lingkungan yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani dan pasca panen, pengembangan infrastruktur serta penyediaan sarana produksi. 2) Agar pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani, 3) Perlu dilakukan kajian mendalam mengenai potensi bidang usaha yang sesuai dengan agroekologis dan ekogeografis untuk dikembangkan dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. 2000. Sistem Pengembangan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan Dan Berdaya Saing Tinggi di Kawasan Timur Indonesia.Makalah Seminar Pada “Pertemuan Sosialisasi Program dan Organisasi Hortikultura dan Aneka Tanaman Wilayah Timur Indonesia, 12 Desember 2000”. Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen Pertanian RI. Denpasar. Bali.

BPS,Sumatera Utara Dalam Angka 2010.Medan

BPS,Humbang Hasundutan Dalam Angka 2010.Doloksanggul.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan aplikasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Friyatno, S. 2001.Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.

Kuncoro, M. 2005.Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?.Erlangga. Jakarta. Kuncoro, M. 2009.Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3.Erlangga. Jakarta.

Nainggolan, H, L. 2011. Peranan Analisis Komoditi Unggulan Bagi Pengembangan Tanaman Pangan Dalam rangka Menciptakan Kemandirian Pangan di Kabupaten Toba Samosir. Buletin Ketahanan Pangan, Vol. 4 No. 1 : 26-35. Bulan Oktober 2011. Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara. Medan.

(9)

Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi Pertanian Dalam Pengembangan Tanaman Pangan Jagung di Lahan Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di Medan.

Turner, P,K, D. Pearce, and I, Bateman. 1993. Environmental Economic: An elementary introduction. John Hopkins University Press, Baltimore.

(10)

Gambar

Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara Tahun 2005-2009.
Tabel 3. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data DISDUKCAPIL Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013, penduduk Kabupaten Aceh Jaya berjumlah 84.928 jiwa yang terdiri dari 43.723 jiwa laki-laki dan 41.205 jiwa

Tidak seperti KPH produksi dan lindung, KPH konservasi dikembangkan dari kawasan konservasi / hutan yang telah ditunjuk dan dikelola oleh Balai Besar / Balai Taman Nasional

Pengaruh pemberian kombinasi ekstrak terpurifikasi herba sambiloto dengan herba pegagan (dosis 912,1 mg/kg BB : 300 mg/kg BB) pada kelompok I memberikan hasil yang

Kemerataan spesies anura di lereng selatan Gunung Merapi ada yang sudah stabil (Telogo Nirmolo dan Bukit Turgo), masih labil (Bukit Plawangan, Kali Kuning, dan Telogo Muncar), dan

Kelebihan dari penggunaan iradiasi gelombang mikro dibandingkan dengan sumber energi konvensional adalah pengontrolan suhu reaksi yang lebih mudah dilakukan, mekanisme

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap bagian elemen mesin. Peranan poros yang utama adalah meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Klasifikasi

Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman mengenai pengertian perilaku normal dan abnormal pada manusia, mengetahui pendekatan-pendekatan

The present works focuses on a study of the operational possibilities of the unmanned system “AtlantikSolar” developed by the ETH Zurich for the prevention of forest fires in