MEMBANGUN KESADARAN DALAM PENGELOLAAN ASET (Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates
Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : Fauzan NIM. B02211016
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Fauzan. NIM: B02211016. Judul Skripsi: MEMBANGUN KESADARAN DALAM PENGELOLAAN ASET (Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang)
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Sebagaimana hal itu yang melatar belakangi judul skripsi ini, bahwasannya masyarakat Desa Tlagah mayoritas petani dengan tingkat ekonomi yang berbeda-beda. Melalui sebuah pendampingan dalam pemanfaatan lahan kosong untuk peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. Para pemilik lahan kosong merealisasikan apa yang diinginkannya yakni menanam pohon pisang dengan langkah penanaman yang baik untuk dijadikan salah satu peningkatan ekonomi. Metode yang digunakan dalam pendampingan ini adalah dengan pendekatan ABCD Asset Bassed
Community Development yang dimulai dengan inkulturasi membangun
kesadaran bersama, diteruskan discovery, dream, design, define, hingga
destiny. Dengan perjalanan panjang dalam pendampingan, proses demi
proses baik output dan input berhasil dengan baik dan perubahan mindset. Semua pemilik lahan tertarik dalam penanaman pohong pisang sehingga pendampingan ini tetap berlangsung dengan baik hingga akhir pendampingan. Kebanggaan akan aset yang dimiliki sebagai instrumen penguatan ekonomi masyarakat kedepannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II
HALAMAN PENGESAHAN... III
PERNYATAAN KEASLIAN ... IV
MOTTO ... V
PERSEMBAHAN ... VI
KATA PENGANTAR ... VII
DAFTAR ISI ... VIII
DAFTAR GAMBAR ... XI
DAFTAR TABEL ... XII
ABSTRAK ... XIII
BAB I PENDAHULUAN ... 001
A. Latar Belakang Pendampingan ... 001
B. Fokus Masalah... ... 005
C. Pihak - Pihak yang Terlibat ... 005
D. Agenda Pendampingan ... 006
E. Sistematika Penulisan ... 009
BAB II PRESPEKTIF TEORITIS ... 012
A. Teori Kesadaran... 012
B. Etos Kerja... 013
D. Prinsip - Prinsip Pokok Faktor- Faktor Produksi... 016
E. Monitoring Dan Evaluasi Pendampingan... 017
F. Hasil pendampingan terdahulu... 018
BAB III METODELOGI RISET PENDAMPINGAN ... 020
A. Pengertian ABCD ... 020
B. Prinsip - Prinsip Pendampingan ... 025
C. Teknik - Teknik Pendampingan ... 030
D. Langkah - Langkah Pendampingan ... 034
E. Strategi Pendampingan ... 037
BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN ... 042
A. Realitas Desa Tlagah... 042
1. Lahan Kosong Pertanian Yang tidak difungsikan ... 043
2. Iklim ... 047
3. Geografis ... 048
4. Demografi ... 050
B. Strategis Fasilitas Public ... 052
BAB V PENGENALAN ASET DAN POTENSI PENDAMPINGAN 059 A. Aset Dan Potensi ... 059
1. Aset ... 060
a. Aset Budaya... 060
b. Aset Alam... 062
c. Aset Lingkungan... 064
e. Pendidikan Masyarakat ... 071
2. Potensi ... 073
a. Organisasi masyarakat... 074
b. Leacky Bucket atau Sirkulasi Keuangan... 077
B. Peluang Dan Hambatan Dalam Pendampingan ... 080
a) Faktor Penghambat... 080
b) Faktor Pendukung... 082
BAB VI DINAMIKA PROSES PENDAMPINGAN ... 083
A. Inkulturasi ... 085
B. Discovery ... 089
C. Dream... 092
D. Design ... 099
E. Define ... 103
F. Destiny ... 106
G. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pendampingan... 112
BAB VII REFLEKSI ... 115
BAB VIII PENUTUP... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 04.01: Lahan Kosong Pertanian ... 044
2. Gambar 04.02: Peta Desa Tlagah ... 048
3. Gambar 04.03: SMP & SMK Nurul Yaqin ... 053
4. Gambar 04.04: Masjid Somber Nangah Tlagah... 055
5. Gambar 04.05: Puskesmas Bringkoning Desa Tlagah... 057
6. Gambar 04.06: Lapangan Olahraga Desa Tlagah... 058
7. Gambar 05.01: Sumber Mata Air Pemandian Masyarakat... 063
8. Gambar 05.02: Proses Pembelajaran... 072
9. Gambar 05.03: Rutinitas Sholawat Selasah... 076
10.Gambar 06.01: Acara Selamatan & Tokoh Masyarakat... 087
11.Gambar 06.02 : Kumpulan Ikatan Remaja Masyarakat... 088
12.Gambar 06.03: FGDForum Group Discussion... 094
13.Gambar 06.04: Penanaman pisang Dibelakang Rumah... 096
14.Gambar 06.05: Bibit Pisang Di Media Polybag... 101
15.Gambar 06.06: Pohon Pisang Yang Akan Di Tanam... 107
16.Gambar 06.07: Penggalian Tanah Untuk Penanaman Pisang. 108
DAFTAR TABEL
1. Tabel I : Jadwal Pendampingan... .. 007
2. Tabel II : Tentang Komposisi Batasan Wilayah... 049
3. Tabel III: Tentang Komposisi Penduduk Menurut Usia.... 051
4. Tabel IV: Komposisi Penduduk Pemeluk Agama... 054
5. Tabel V: Sarana Pribadatan... 055
6. Tabel VI : Aset Budaya... 060
7. Tabel VII : Aset Lingkungan ... 065
8. TabelVIII: Keadaan penduduk mata pencaharian... 070
9. Tabel IX: Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.. 073
10.Tabel X: 05.05: Pemetaan Organisasi... 075
11.Tabel XI: 05.06: Keuangan atau Leacky Bucket...... 078
12.Tabel XII: Jenis bibit pohon pisang yang akan ditanam.... 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendampingan
Kemampuan rakyat desa dan keunggulan pengetahuan rakyat desa
adalah kemampuannya untuk mempertahankan, meluaskan dan
membetulkannya. Dalam kemampuan ini termasuk ketajaman
pengamatan, ingatan baik yang terinci, dan penyebarannya melalui
pelajaran, permagangan dan dari cerita mulut ke mulut. Cara penyebaran
seperti ini diperlukan, karena banyaknya ilmu dan pengetahuan yang
hilang dan yang harus diganti, lebih lama dari pada yang dialami ilmu
pengetahuan “orang luar” yang tersimpan dalam tulisan, di perpustakaan
dan pita komputer, pengetahuan rakyat desa itu juga mudah hilang dan
disesuaikan dengan keadaan. Ilmu dapat hilang terbawa mati pemiliknya,
tetapi juga terus menerus diperbarui dan dibetulkan melalui pengamatan.1
Gagasan umum ini selanjutnya diperluas dan dikembangkan
dengan konsep modal manusia, terutama oleh Theodore Schultz dia
memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa “mutu” penduduk, yakni
1
Robert Chambers, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, (Jakarta: LP3ES, 1987), hal. 115-116.
2
kemampuan mereka, baik fisik maupun psikis-intelektual, jauh lebih
penting untuk proses pembangunan ekonomi dari pada modal fisik.2
Dusun Somber Nangah Desa Tlagah sebagian masyarakat adalah
petani. Dari dulu pertanian adalah salah satu pekerjaan sehar-sehari untuk
memenuhi kebutuhan makanan pokok untuk bisa bertahan hidup. Lahan
kosong tersebut yaitu milik mereka sendiri yang diwariskan oleh nenek
moyangnya secara turun temurun, zaman dulu lahan yang mereka miliki
dimanfaatkan untuk pertanian seperti penanaman padi jagung dll. Banyak
lahan kosong yang tidak dimanfaatkan dengan oleh pemiliknya dengan
berbagai alasan. Saat ini lahan-lahan sudah tidak difungsikan lagi karena
masyarakat lebih memilih pekerjaan lain seperti merantau ada juga yang
memang sengaja tidak memanfaatkan lahan itu. Kemungkinan dampaknya
kesuburan tanah akan berkurang, peresapan air yang kurang baik.
Merantau merupakan suatu istilah yang digunakan masyarakat
untuk menyebut seseorang yang pergi dari kampung halamannya untuk
menetap serta bekerja dan pulang ketika ada hari besar atau kepentingan
saja. Ini awalnya merupakan suatu kebiasaan orang Madura dengan gaji
atau upah yang dijanji-janjikan.
Perantau dengan tujuan dalam negeri maupun luar negeri, ada yang
sudah berkeluarga dan ada yang belum berkeluarga, mayoritas perantau
pergi bersama istri atau suaminya, dan banyak yang meninggalkan
anak-2
Johannes Muller, Perkembangan Masyakat Lintas Ilmu, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), hal. 90.
3
anaknya kepada kakek nenek ataupun saudara terdekatnya, yang
kebanyakan bekerja dirumah sebagai petani. Seperti yang telah dijabarkan
sebelumnya perantau pergi merantau untuk bekerja. Perantau selalu rutin
untuk mengirim uang kepada orang tuanya,dalam hal ini orang yang
mengasuh anaknya, perantau juga selalu pulang ketika lebaran, bahkan
tidak sampai lebih dari 2 bulan harus sudah kembali lagi ke perantauaan,
dengan alasan yang berbeda, sedangkan untuk perantau yang merantau ke
luar negeri hanya pulang apabila ijin kerjanya sudah habis, atau dapat ijin
dari majikan atau pimpinannya. Perantau di Madura baik dengan tujuan
dalam negeri maupun luar negeri, seperti yang telah diketahui, perantau
meninggalkan pengasuhan anaknya kepada kakek nenek atau saudara
terdekatnya, dari hal tersebut maka orang tua kurang mengambil peranan
dalam pengajaran, pengasuhan, dan bimbingan kepada anaknya, sehingga
antara anak dan orang tua kurang memiliki kedekatan dan kelekatannya
kurang terbentuk.
Hal ini adalah salah satu yang menyebabkan banyaknya lahan
kosong yang ditinggal pergi, masyarakat tidak tahu akan banyaknya hasil
yang diperoleh apabila lahan yang dimiliki itu dimanfaatkan. Saat ini
sudah banyak lahan kosong yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya
yang dikarenakan tidak adanya regenerasi pemuda yang melanjutkan
pekerjaan seperti pertanian, sehingga sumber daya alam yang sudah ada
dipandang sebelah mata, mereka berfikir pertanian sudah tidak lagi hal
4
“Semangken benyak lahan se etorot tak eguna akiy artenah tak emanfaat akiy, engkiy manabi dimin oreng seppo beklambe’en seekalakoh atanih neng esabe ben elokkek’an, atanih esabe sabben arenah ka angguy odik rearenah, samangken oreng ampon nyareh kalakoan se lebbi banyak penghaselan sejellas, karnah sampek mangken oreng ampon benyak se mekker mangkat kadisah laen, polan ajelling benyak oreng hasel dik andik
derih merantau”.3
Upaya pendampingan yang akan dilakukan adalah membangun
kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lahan kosong yang tidak
dimanfaatkan, untuk menjadi salah satu sektor pertanian atau dibuat
penanaman tumbuh tumbuhan yang bisa memuaikan hasil untuk
peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah
kec. Banyuates.
Maka dari itu bagaimana masyarakat sadar berapa waktu yang
sudah dibuang dari lahan kosong tersebut sehingga masyarakat sadar dan
bisa memanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dijadikan salah satu
pendapatan ekonomi masyarakat Somber Nangah. Pengembangan
kemampuan sangat urgen bagi mereka agar masyarakat tahu bagaimana
cara mengelolah lahan kosong itu sendiri, dengan cara memberikan
pengetahuan tentang sumber daya alam yang ada dan juga pengembangan
skill dalam menggarap lahan untuk penanaman seperti budi daya pertanian
sehingga tidak ada lahan yang tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sumber
peningkatan ekonomi.
Masyarakat harus memiliki konsep dan keinginan bagaimana
caranya untuk memuaikan hasil perekonomian dari lahan kosong.
3
5
Masyarakat harus berfikir apa saja yang harus dimanfaatkan dari alam
sekitar. Karena untuk mencari uang tidak harus merantau kesana kesini
sampai tekad menjadi TKI. Masyarakat harus memiliki wawasan yang luas
dalam upaya mensejahterakan dirinya sendiri.
B. Fokus Masalah
Bagaimana cara membangun kesadaran dalam mengelolah aset
yang berupa lahan kosong untuk dimanfaatan sebagai peningkatan
ekonomi?
C. Pihak Pihak Yang Terkait
Pihak pihak yang terkait dengan upaya pemanfaatan lahan kosong
dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa
Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang sebagaiman berikut;
1. Kepala Desa Tlagah
Kepala desa mememiliki peran untuk mengkordinasi masyarakat
pemiliki lahan kosong untuk dimanfaatkan dan dijadikan salah satu
peningkatan ekonomi.
2. Masyarakat Tlagah.
Masyarakat merupakan pihak penting yang mampu mensukseskan
suatu pendampingan, karena masyarakat adalah objek maupun
subjek dalam suatu pemberdayaan secara mandiri. Seperti para
prangkat desa, petani, para tokoh masyarakat yakni Kiai dan
6
yang valid yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dari
masyarakat sendirilah keberhasilan dan kegagalan pendampingan
yang dilakukan secara partisipasi aktif.
3. Lembaga organisasi masyarakat
Dalam pendampingan ini tentu saja membutuhkan bantuan-bantuan
dari organisasi masyarakat karena lewat lembaga organisasi itulah
proses pendampingan akan lebih mudah dan lebih efektif dari pada
berjalan sendiri tanpa ada bantuan dari pihak yang lain. Organisasi
masyarakat seperti ibu-ibu yasinan, remaja masjid dan lain-lain
karena lewat perkumpulan masyarakat itulah proses pendampingan
akan lebih mudah.
4. Masyarakat pemilik lahan kosong
Para pemilik lahan kosong Dusun Somber Nangah ini sangat urgen
dalam pendampingan untuk pemanfaatan lahan-lahan kosong yang
dimilikinya dengan inisiatif masyarakat bisa melakukan perubahan
dalam peningkatan ekonominya, dengan menanam lahannya
sehingga bisa membuahkan hasil.
D. Agenda Pendampingan
Adapun genda yang akan dilaksanakan dalam pendampingan upaya
pemanfaatan lahan kosong dalam peningkatan ekonomi masyarakat Dusun
Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang sebagaimana
yang sudah dijadwalkan berikut ini:
Penjabaran atas tabel jadwal pendampingan penguatan ekonomi
sosialis ini sebagaimana berikut;
1. Inkulturasi
Proses inkulturasi ini berlangsung selama hampir dua
bulan, lebih tepatnya 1 bulan 14 hari mulai dari tanggal 15 Maret
sampai dengan 29 April 2015. Banyak sekali hal yang dilakukan
mulai dari wawancara dengan Kepala Desa, dan mengikuti
kegiatan masyarakat untuk menjadi bagian dari mereka hingga
mempunyai modal sosial yang cukup untuk melakukan proses
8
2. Discovery
Discovery ini terjadi pada pada tanggal 1 April 2015, proses ini
lebih menekankan pada bagaimana proses pemaparan
pengungkapan hal–hal yang sudah ada dimasyarakat, berkaitan
kejayaan yang pernah diraih di masa lalu oleh masyarakat Dusun
Somber Nangah Desa Tlagah.
3. Dream
Menjabarkan proses pendampingan memimpikan apa yang
diinginkan masyarakat dan mengilustrasikannya berbentuk gambar.
Proses ini berlangsung pada tanggal 6 April 2015.
4. Design
Proses ini berlangsung pada Ahad, 10 Mei 2015. Proses ini
merancang apa saja baik yakni hal yang dibutuhkan baik itu
keuangan, material, pengetahuan, dan lain sebagainya. Langkah ini
merancang dari mimpi yang telah diilustrakan pada minggu
sebulumnya.
5. Difine
Proses ini menentukan langkah–langkah selanjutnya setelah
dari proses dream dan design. Pada proses ini dilakukan pada 17
Mei 2015, setelah define ini diteruskan lagi pada proses destiny
9
6. Destiny
Proses ini berlangsung selama 3 minggu pada tanggal 3
sampai 21 Juni 2015, di dalam PAR biasa disebut aksi atas semua
yang ditentukan pada proses difine. Destiny ini sebagai klimaks
atas semua proses yang ada pada pendampingan Asset Bassed
Community Decelopment.
7. Evaluasi
Proses ini berlangsung selama 1 kali pertemuan pada
tanggal 25 Juni 2015, sebagai evaluasi yang telah dilakukan mulai
proses ABCD yakni discovery hingga destinity.
8. Pelaporan
Pelaporan ini dilakukan sebagai kewajiban akademis, agar
bisa dibaca dan dilihat agar menjadi releksi bersama. Serta sebagai
bahan pendampingan membangun kesadaran masyarakat dalam
pengelolahan asset lahan kosong dalam peningkatan ekonomi
masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penulisan pendampingan upaya
pemanfaatan lahan kosong dalam pendapatan ekonomi masyarakat Dusun
Somber Nangah Desa Tlagah Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang,
10
1. Bab I membahas tentang realitas problematika yang ada pada
Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab.
Sampang, yang meliputi penjelasan tentang pengembangan
ekonomi dampingan itu seperti apa, prospekaset yang berupa lahan
kosong, dan focus pendampingannya serta membahas tentang
agenda yang akan dilakukan.
2. Bab II membahas teori–teori yang mengiringi pendampingan ini
seperti: teori yang membahas teori kesadaran, etos kerja, dan teori
dakwah bilhal teori akan membangun kesadaran dan meningkatkan
pendapatan yakni dari lahan kosong, serta membahas
prinsip-prinsip pokok faktor produks, monitoring dan evaluasi
pendampingan, hasil pendampingan terdahulu.
3. Bab III membahas tentang metodologi dan strategi pendampingan
berbasis Asset Bassed Community Development (ABCD) lebih
mendalam.
4. Bab IV membahas tentang profil lokasi dampingan yang meliputi
realitas Dusun Somber Nangah Desa Tlagah didalamnya ada letak
geografis, iklim, dan demografi. Setelah itu membahas tentang
5. BabV membahas tentang asset dan potensi yang ada, meliputi:
asset fisik, asset budaya, mata pencaharian, sosial, peluang dan
11
6. Bab VI membahas lebih banyak proses pendampingan mulai
proses discovery, dream, design, define, dan destiny. Kesemua itu
diulas lebih mendalam dalam bab ini.
7. Bab VII membahas tentang refleksi atas dampingan yang
dilakukan mulai dari proses pra-dampingan, saat dampingan,
pasca-dampingan serta kesimpulan refleksi atas ketiga sub proses
tersebut.
8. Bab VIII membahas tentang penutup dari proses pendampingan
yang meliputi kesimpulan akan perubahan proses dampingan ini,
adanya saran serta rekomendasi atas pendampingan yang
dilakukan.
12
BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS
A. Teori Kesadaran
Kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang
secara langsung tersedia bagi kita. Pikiran-pikiran dapat mencapai
kesadaran dari dua arah yang berbeda. Pertama dari sistem sadar
perseptual yang diarahkan kedunia luar dan bertindak sebagai medium
persepsi terhadap stimulus-stimulus eksternal. Dengan kata lain, apa yang
kita persepsikan melalui organ-organ pancaindra kita bila tidak terlalu
mengancam akan memasuki kesadaran.
Sumber kedua dari elemen-elemen sadar berasal dari dalam
struktur mental dan meliputi pikiran-pikiran yang tidak mengancam dari
alam prasadar (kepra-sadaran), dan juga pikiran-pikiran yang mengancam
tetapi tersamar dengan baik dari ketidaksadaran.1
Kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan
seseorang, membela diri dan mempertahankan pendapat (sikap asertif),
kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri dan berdiri
dengan kaki sendiri (kemandirian), kemampuan untuk mengenali kekuatan
dan kelemahan orang dan menyenangi diri sendiri meskipun seseorang
1
Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 59.
13
memiliki kelemahan (penghargaan diri), serta kemampuan mewujudkan
potensi yang seseorang miliki dan merasa senang (puas) dengan potensi
yang seseorang raih di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi
(aktualisasi).2
B. Etos Kerja
Etos yang berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai
sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai
bekerja. Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu,
pedoman, moral dan prilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara
bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika
bisnis yaitu cara atau pedoman prilaku dalam menjalankan suatu usaha dan
sebagainya.3
Di sisi yang lain makna “bekerja” bagi seorang muslimadalah
suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengarahkan seluruh aset,
fikir, dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti
dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik
(khoiroummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya
dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.4
2
Ibid, hal. 60.
3
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 25. 4
Ibid, hal. 27.
14
C. Teori Dakwah Bilhal
Dakwah bilhah adalah dakwah dengan menggunakan perbuatan
atau teladan sebagi pesanya. Dakwah bilhal biasa juga disebut dakwah
alamiah. Maksudnya, dengan menggunakan pesan dalam bentuk
perbuatan, dakwah dilakukan sebagai upaya pemberantasan kemungkaran
secara langsung (fisik) maupun langsung menegakkan ma’ruf (kebaikan)
seperti membangun masjid, sekolah, atau apa saja yang mudah dikerjakan
bersifat mewujudkan pelaksanaan syariat Allah SWT dari segala aspeknya.
Praktik dakwah seperti demikian pada hakikatnya merupakan “dakwah
diam”, artinya melakukan dakwah secara diam-diam yang langsung
mengajak berbuat secara islami, sehingga mudah dipahami khalayak untuk
meniru atau ikut berpartisipasi melakukan kegiatan yang dicontohkannya
itu. Dalam hal ini, terutama dalam hal memberantas kemungkaran,
Rasulullah SAW bersabda:5
”Barang siapa yang melihat diantara kamu kemungkaran, mustilah mengubahnya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan lidahnya (bahasa/kata-kata), maka jika (dengan itu pun) tidak sanggup, (ia mengubahnya) dengan hatinya, dan (yang terakhir ini) merupakan perbuatan selemah-lemah iman” (HR. Bukhari).
Khusus mengenai pesan dakwahnya itu sendiri, dalam dakwah
apapun tidak terbatas pada kepentingan seorang saja, melainkan juga
bersifat umum, dalam arti untuk tujuan kepada semua umat, semua pihak,
5
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama, 2013), hal. 98.
15
semua golongan, dan semua lapisan masyarakat. Sejarah mencatat bahwa
hal demikian telah pula diperaktikkan oleh Nabi Muhammad SAW,
dimana kerisalahannya ditujukkan untu menjadi rahmat bagi segenap umat
manusia. Ini berarti pesan dakwah dalam membentuk apapun, tidak hanya
ditunjukan kepada orang-orang yang beriman saja, atau orang-orang yang
beramal saleh dan bersabar saja, melainkan juga bagi orang-orang yang
takut kepada Allah melalui surat Al-Ahqf ayat 12:6
رﺬ ﺎ ﺮ ﺎ ﺎ قﺪﺼ بﺎ اﺬٰھو ۚ ﺔ رو ﺎ ﺎ إ ٰﻰ ﻮ بﺎ ﮫ و
ٰىﺮﺸ و اﻮ ظ ﺬ ا
Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
ﺎ أرذ ﺪ و
أ ﮭ و ﺎﮭ نﻮﮭ بﻮ ﮭ ﻹاو ا اﺮ ﺜ ﮭ
ھ ٰوأ ۚ ﺿأ ھ مﺎ ﻷﺎ ٰوأ ۚ ﺎﮭ نﻮ
ناذآ ﮭ و ﺎﮭ نوﺮﺼ
نﻮ ﺎﻐ ا
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (QS.Al-a’raf:179).7
ر لﺎ ذإو
16
سﺪ و كﺪ
و ءﺎ ﺪ ا
و
◌
نﻮ ﺎ أ ﻲ إ لﺎ
"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan mensucikan Engkau'. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui,
apa yang tidak kamu ketahui'." (QS.2:30).8
Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Seluruh
ciptaan lainya, seperti matahari, bulan, langit cakrawala, telah ditakdirkan
untuk dipergunakan manusia. berkaitan dengan ini bumi telah disebukan
secara khusus.
"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami hadirkan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat
sedikitlah kamu bersyukur." (QS.7:10)9
Seperti setelah disebutkan, kegiatan utama ekonomi pada awal
perkembangan islam meliputi perdagangan, kerajinan tangan pertanian,
dan peternakan. Pendapatan dari dua kategori pertama dapat diuangkan
dalam dirham dan dinar yang merupakan unit moneter pada awal
perkembangan islam.10
D. Prinsip Prinsip Pokok Faktor-Faktor Produksi
Menurut para ahli ekonomi faktor produksi terdiri atas empat macam,
yaitu:
Ah Ali Arifin, Ekonomi Islam, (Surabaya: Dakwah Digital press Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2009), hal. 56.
17
1. Tenaga alam: tanah, air, cahaya, dan udara
2. Tenaga modal: uang dan barang/benda
3. Tenaga manusia: pikiran dan jasmani
4. Tenaga organisasi kecakapan mengatur.
Bagi seorang materialis, pokok segala persoalan hanyalah materi, benda
yang terletak dihadapan mata merupakan tenaga modal, maupun benda
yang berupa tenaga manusia dan tenaga organisasi. Tidak tampak oleh
mereka bahwa dibalik materi itu, yaitu tenaga alam dan tenaga modal, ada
suatu kuasa gaib yang maha kuasa yang sewaktu-waktu dapat menahan
atau mencurahkannya.11
E.Monitoring dan Evaluasi Pendampingan
Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan yang sangat
penting dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan adanya monev, maka akan diketahui sejauh mana efektivitas dan
efisiensi program social yang diberikan. Pemantauan secara terus menerus
proses perencanaan dan pelaksaan kegiatan, dan mengukur berhasil
tidaknya program yang dilaksanakan, apa sebabnya berhasil dan apa
sebabnya gagal, serta bagaimana tindak lanjutnya.12
11
Abdullah Zakiy Alkaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2002), hal. 79.
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandunng: PT. Refika Aditama, 2014), hal. 117-118.
18
Evaluasi adalah mengidentifikasikan keberhasilan danatau
kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Berbeda dengan
monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian
kualitas program.13
Pendekatan berbasis asset dalam suatu pendampingan
membutuhkan proses monitoring dan evaluasi. Dalam suatu kegiatan pasti
berkaitan dengan keberhasilan dan kegagalan. Kegiatan monev sangat
penting dilakukan untuk melihat seberapa tingkat keberhasilan dan
kegagalan dari proses pendampingan yang telah dilakukan. Dari semua itu
tergantung bagaimana masyarakat mampu memobilisasi aset serta
membedakaan mana yang berpotensi maksimal terhadap suatu perubahan.
F. Hasil Pendampingan Terdahulu
Skripsi: Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan sawo Dusun
Bunut Desa Bringin Kec. Badas Kab. Kediri, Pendampingan Berbasis
Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, oleh Khozinatul Asror.14
Pendampingan ini melihat dari asset yang dimiliki oleh masyarakat
Dusun Bunut yang menjadi ciri khas sebagai Dusun penghasil buah sawo
yang menjadi dagangan oleh masyarakat Dusun Bunut. Pendampingan ini
menitikberatkan pada penguatan akan profesi yang menjadi pekerjaannya
selama ini, karena sedikit banyak masyarakat Dusun Bunut meninggalkan
pekerjaan ini. Disamping itu pohon-pohon sawo sudah mulai berkurang
13
Ibid. hal. 119.
14
Khozinatul Asror, Pencarian Peluang Pengembangan Perdagangan Sawo Dusun Bunut Desa Bringin Kecamatam Badas Kabupaten Kediri, Pendampingan Berbasis Asset Pada Masyarakat Pedagang Sawo, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014).
19
dari masa ke masa. Pendampingan ini menjelaskan apa saja yang menjadi
factor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pedagang sawo di
Dusun Bunut.
Dalam melakukan pendampingan, Khozinatul Asror menggunakan
pendekatan ABCD yang disertai analisis jelas, dimana mengungkapkan
secara terperinci wilayah dan juga kondisi masyarakat Dusun Bunut yang
kaitannya dengan pedagang sawo yang menjadi cirri khas yang ditengarai
lapak-lapak untuk menjual sawo sebagai komoditas utama desa Bringin.
Penekanan asset berupa pohon sawo untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat, dimana untuk mendapatkan hasil buah sawo yang siap jual
membutuhkan beberapa tenaga kerja mulai dari pengambil buah sawo dari
pohonnya, pencuci buah sawo, bahkan pengepul yang siap menjualkan
buah sawo ke luar kota. Sedangkan untuk pedagang ada yang menjual dari
hasil kebun sendiri atau membeli dari pemiliki pohon sawo.
Dalam proses pendampingan dibutuhkan Local leader untuk
membantu lancarnya proses pendampingan yang hendak dilakukan.
Karena sebenarnya cirri khas pedagang sawo di Dusun Bunut bukan di
Desa Bringinnya. Untuk melestarikan ciri khas tersebut diperlukan Local
leader untuk meneruskan proses pendampingan sampai pada tingkat
20
BAB III
METODELOGI RISET PENDAMPINGAN
A.Asset Bassed Community Development (ABCD)
Metode ABCD adalah pendekatan pendampingan yang
mengupayakan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan
sejak dari awal menempatkan manusia untuk mengetahui apa yang
menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang
dipunyai yang potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ABCD
merupakan pendekatan yang mengarah pada pemahaman dan internalisasi
asset, potensi, kekuatan, dan pendayagunaannya secara mandiri dan
maksimal. Prinsip pengembangan masyarakat berbasis asset (ABCD)
sebagai berikut: Setengah terisi lebih berarti, Semua punya potensi,
Partisipasi, Kemitraan, Penyimpangan positif, Berasal dari dalam
masyarakat, dan Mengarah pada sumber energi.1
Asset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai
kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai tersebut memiliki
guna untuk memenuhi kebutuhan.2
Asset Bassed Community Development atau (ABCD) menurut R.M.
Brown ialah:
1
Nadhir Salahuddin, dkk, Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya, (LPPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), hal. 26.
2
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal. 308.
21
Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan “akar penyebab masalah.3
Untuk menggali potensi-potensi masyarakat selain model yang
diatas, masih ada strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang
dilakukan bersama masyarakat untuk terwujudnya pendampingan yang
akan dilakukan bersama. Stategi-strategi tersebutl diantaranya:
1. discovery (menemukan),
2. dream (mimpi),
3. design (merancang),
4. define (menetukan), dan
5. destiny (memastikan).
Model ini memusatkan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan
diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan
inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang
pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan,
keberhasilan, serta dibarengi dengan asset yang mereka miliki akan
memberikan energy positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan
dan keberhasilan mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala
sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan
bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.
3
Christopher Dureuau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 59.
22
Tahap pertama yakni Discovery, yakni menemukan kembali apa
yang dimiliki dari setiap individu maupun komunitas. Tujuan dari tahap
ini adalah menenukan dan mengapresiasi energy positif yang ada disertai
keberhasilan-keberhasilan yang pernah diperoleh dengan cara
menceritakan kembali peristiwa-peristiwa penting keberhasilan
masyarakat. Komunitas diajak menceritakan dan memahami apa-apa yang
telah mereka dapatkan pada masa lalu.
Dengan dilakukan tahap ini masyarakat bisa merenungkan akan
masa kejayaan yang pernah mereka peroleh mulai dari bagaimana cara
mereka melakukan, kerja keras, proses, sampai mereka mendapatkan
keberhasilan tersebut. Dengan cara memberikan waktu untuk mereka
bercerita dan mengungkapakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa yang membanggakan.
Tahap ini perlu dilakukan berkenaan dengan potensi-potensi yang
dimiliki masyarakat yang bertujuan menemukan kembali segala sesuatu
yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa (positif-negatif), dimana
pertukaran cerita atau pendapat dari tiap-tiap individu dalam suatu
komunitas sedang terjadi. Bila tahap ini berhasil maka langkah-langkah
selanjutnya tidaklah terlalu sulit.4
Tahap kedua yaitu Dream, yakni membayangkan atau memimpikan
sesuatu yang berkaitan dengan masa depan yang ingin diwujudkan. Tahap
ini merupakan suatu cara untuk menggali apa yang diharapakan pada
4
Dani Wahyu Munggoro dan Budhita Kasmadi, Panduan Fasilitator, (Indonesia Australia Partnership: IDSS Acces Phase II, 2008), hal. 21.
23
setiap individu maupun komunitas. Tidak selamanya harapan mereka sama
terkadang secara kebetulan terdapat kesamaan mimpi yang mereka
inginkan. Setiap individu memiliki kesempatan menyampaikan apa
harapan-harapan dan impian-impian yang ingin dicapai. Komunitas diajak
memikirkan hal-hal yang menggugah semangat, kreatif, dan masa depan
terbaik. Kemudian dari mimpi-mimpi tersebut akan dibuat
rumusan-rumusan untuk diperlihatkan kepada komunitas inilah impian-impian yang
mereka inginkan.
Dalam proses ini mereka mulai menyadari dan melihat bagaimana
mereka membangun mimpi bersama terlepas dari sektor masyarakat mana
mereka berasal. Mereka menginginkan hal yang sama untuk mereka dan
orang lain, dan mereka dapat melukiskannya dengan sangat baik karena
mereka bicara dengan bahasa yang sama, yakni mosaic gambar. Mosaic
gambar dan kata-kata inilah yang lantas diletakka pada gambar-gambar
yang menjadi ruh yang memandu tindakan-tindakan bersama selanjutnya.5 Tahap selanjutnya, yakni design, yaitu merancang langkah-langkah
sukses untuk merengkuh masa depan yang diimpikan. Tahap ini
merupakan proses merumuskan mimpi yang besar yang ingin diwujudkan.
Peserta memilih elemen-elemen rancangan yang memiliki dampak besar,
menciptakan strategi dan rencana provokatif yang memuat berbagai
kualitas komunitas yang paling diinginkan ketika menyusun strategi untuk
5
Ibid, hal. 24.
24
menghasilkan rencana, peserta mengkolaborasikan kualitas kehidupan
bersama yang ingin dilindungi dengan hubungan yang ingin dicapai.6 Tahap berikutnya yakni define, yaitu komunitas diminta untuk
kembali ke visi masa depan dan memilih gambar-gambar yang paling
memanggil mereka, elemen-elemen mana yang mereka rasa paling penting
bagi mereka dan menyeru untuk bertindak. Secara bersama-sama,
komunitas diminta untuk mengidentifikasi elemen-elemen keberhasilan
yang diperlukan demi mewujudkan mimpi-mimpi dalam bentuk prinsip,
criteria dan indicator-indikator.7
Tahap terakhir yaitu Destiny, yaitu menegaskan langkah untuk
mewujudkan masa depan yang diinginkan. Tahap ini merupakan
serangkaian tindkan baru dan inovatif yang mendukung pembelajaran dan
inovasi berkelanjutan. Tahap ini secara khusus memusatkan pada
komitmen dan arah ke depan individu dan komunitas.8
Tahap Destiny merupakan tahapan untuk memeriksa dan
mendialogkan momentum-momentum yang harus dimanfaatkan untuk
memastikan impian-impian bersama terwujud. Pada tahapan ini komunitas
mulai merumuskan langkah bersama yang bercermin pada papan visi
dengan memanfaatkan metode hierarchy of effects atau seringkali disebut
25
B. Prinsip – Prinsip Pendampingan
1) Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)
Salah satu modal utama dalam program pengabdian terhadap
masyarakat berbasis aset adalah merubah cara pandang komunitas
terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang
dimiliki. Tetapi memberikan perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa
yang dapat dilakukan.10
2) Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)
Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah “Nobody
has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan kelebihan masing-masing.
Tidak ada yang tidak memiliki potensi, walau hanya sekedar kemampuan
untuk tersenyum dan memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa
berkontribusi.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk
tidak berkontribusi nyata terhadap perubahan lebih baik. bahkan,
keterbatasan fisikpun tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada
banyak kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil
membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah, sebuah
kekuatan.11
10
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 14.
11
Ibid, hal.17.
26
3) Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.12 Partisipasi berarti peran yang sangat urgen terhadap masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam
bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu,
keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati
hasil -hasil pembangunan.
Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat
keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam
bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan
jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah
mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan
memecahkan masalahnya.
4) Kemitraan (Partnership)
Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam pendekatan
pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset Based Community
Development). Partnership merupakan modal utama yang sangat
dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan peran masyarakat dalam
pembangunan yang dilakukan. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk
pembangunan dimana yang menjadi motor dan penggerak utamanya
12
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 18.
27
adalah masyarakat itu sendiri (community driven development). Karena
pembangunan yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya
masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku utamanya.
Sehingga diharapkan akan terjadi proses pembangunan yang maksimal,
berdampak empowerment secara masif dan terstruktur. Hal itu terjadi
karena dalam diri masyarakat telah terbentuk rasa memiliki (sense of
belonging) terhadap pembangunan yang terjadi di sekitarnya.13 Didalam
proses pendampingannya dalam pemanfaatan lahan kosong yang dibangun
adalah kelompok–kelompok masyarakat yang memiliki lahan kosong
untuk memberdayakan masyarakat Dusun Somber Nangah desa Tlagah
steakholder didalamnya.
5) Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti penyimpangan
positif. Secara terminologi positive deviance (PD) adalah sebuah
pendekatan terhadap perubahan perilaku individu dan sosial yang
didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap masyarakat meskipun bisa
jadi tidak banyak terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau
perilaku sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk
mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi daripada
rekan-rekan mereka itu sendiri.14 Praktek tersebut bisa jadi, seringkali atau bahkan sama sekali keluar dari praktek yang pada umum dilakukan oleh
masyarakat. Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi
13
Ibid, hal.20. 14
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 25.
28
pengecualian-pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana
seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan strategi
berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya. Strategi dan perilaku
tersebut yang membawa kepada keberhasilan dan kesuksesan yang lebih
dari yang lainnya. Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya
masyarakat Masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah memiliki
asset yang berupa lahan kosong dan sumber daya mereka sendiri untuk
melakukan perubahan-perubahan yang diharapkan.
Positive deviance merupakan modal utama dalam pengembangan
Masyarakat dalam membangun kesadaran dalam pengelolahan asset, yang
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis aset-kekuatan.
Positive deviance menjadi energi alternatif yang vital bagi proses
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu
senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing
komunitas.15
6) Berawal Dari Masyarakat (Endogenous)
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki beberapa konsep
inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan pengembangan dan
pemberdayaan komunitas - masyarakat berbasis asset -kekuatan. Beberapa
konsep ini tersebut adalah sebagai berikut16:
1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan
peningkatan perekonomian.
15
Ibid, hal. 25. 16
Suntoyo Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 28.
29
2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.
3. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh
masyarakat.
4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan
eksternal.
Beberapa aspek di atas merupakan kekuatan pokok yang sangat
penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam aplikasinya,
konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya sebagai
aset-kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan sebagai modal
utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Tlagah
Kecamatan Banyuates kabupaten Sampang. Aset lahan kosong dan
kekuatan tersebut bisa jadi sebelumnya terabaikan atau bahkan seringkali
dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dalam pendapatan
perekonomian.
Pembangunan Endogen mengubah aset-aset tersebut menjadi aset
penting yang bisa dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi
kerakyatan. Meteode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut
sebagai salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka
pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian dari
prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh dinegasikan
sedikitpun.17
17
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 28.
30
7) Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Energi dalam pengembangan bisa beragam. Di antaranya adalah
mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan yang
apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas yang penuh
totalitas dalam pelaksanaan program. sumber energi ini layaknya
keberadaan matahari bagi tumbuhan. Terkadang bersinar dengan terang,
mendung, atau bahkan tidak bersinar sama sekali. Sehingga energi dalam
komunitas ini harus tetap terjaga dan dikembangkan.18
Masyarakat seharusnya mengenali peluang-peluang sumber daya
alam yang ada di sekitar mereka, yang mampu memberikan pendapatan
perekonomian mereka dan kekuatan baru dalam proses pengembangan.
Sehingga tugas komunitas tidak hanya menjalankan program saja,
melainkan secara bersamaan memastikan sumber energy dalam kelompok
mereka tetap terjaga dan berkembang.19
C. Teknik – Teknik Pendampingan
Metode dan alat menemukenali dan memobilisasi aset untuk
pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based Community Development
(ABCD), antara lain:
1. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)
18
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 29.
19
Ibid, hal 29.
31
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan
perubahan organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa
setiap organisasi memiliki sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu
yang menjadikan organisasi hidup, efektif dan berhasil, serta
menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholdernya
dengan cara yang sehat.20
AI dimulai dengan mengidentifikasi hal-hal positif dan
menghubungkannya dengan cara yang dapat memperkuat energi dan visi
untuk melakukan perubahan untuk mewujudkan masa depan organisasi
yang lebih baik.
AI melihat isu dan tantangan organisasi dengan cara yang berbeda.
Berdeda dengan pendekatan yang fokus pada masalah, AI mendorong
anggota organisasi untuk fokus pada hal-hal positif yang terdapat dan
bekerja dengan baik dalam organisasi. AI tidak menganalisis akar masalah
dan solusi tetapi lebih konsen pada bagaimana memperbanyak hal-hal
positif dalam organisasi.
Proses AI terdiri dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan
Destiny atau sering disebut Model atau Siklus 4-D. AI ini diwujudkan
dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada
jenjangnya masing – masing.
20
Ibid, hal. 31.
32
2. Pemetaan Komunitas (community mapping)
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal.
Community map merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis
masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan
kesempatan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan mereka.21 3. Pemetaan Asosiasi dan Institusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya
lembaga-lembaga sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor
sebagai berikut : (1) kesadaran akan kondisi yang sama, (2) adanya relasi
sosial, dan (3) orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.22 4. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode/alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan
individual asset antara lain kuisioner, interview dan focus group
discussion.23 Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:
a. Membantu membangun landasan untuk memberdayakan
masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat,
b. Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat,
dan
c. Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat
mereka sendiri.
21
Ibid, hal. 36. 22
Soetomo, Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 41.
23
Ibid. hal. 42.
33
6. Sirkulasi Keuangan (Leacky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal
yang tidak terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Seberapa jauh tingkat dinaminitas dalam pengembangan ekonomi
lokal mereka dapat dilihat, seberapa banyak kekuatan ekonomi yang
masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan memobilisir
asset-asset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga lokal diperlukan
sebuah anlisa dan pemahaman yang cermat. Salah satu pendekatan yang
digunakan dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community
Development) adalah melaluil Leacky Bucket.24
7. Skala Prioritas (Low hanging fruit)
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang
mereka miliki dengan melaui menemukan informasi dengan santun,
pemetaan aset, penelusuran wilayah, pemetaan kelompok/ institusi dan
mereka sudah membangun mimpi yang indah maka langkah berikutnya,
adalah bagaimana mereka bisa melakukan semua mimpi-mimpi diatas,
karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi
mereka diwujudkan.25 Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk diambil dan dilakukan untuk menetukan
manakah salah satu mimpi mereka bisa direalisasikan dengan
24
Christopher Dureau, Pembaru dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal. 44.
25
Ibid, hal. 47.
34
menggunakan potensi lahan kosong sebagai peningkatan pendapat
ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah itu sendiri
tanpa ada bantuan dari pihak luar.
D. Langkah – Langkah Pendampingan
Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut ‘Define’. Dalam
Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan
frasa “Pengamatan dengan Tujuan/Purposeful Reconnaissance’. Pada
dasarnya terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk
mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan
menentukan focus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini,
yakni menentukan26: 1. Tempat
2. Orang
3. Fokus Program
4. Informasi tentang Latar Belakang
Tahap 2: Menemukan Masa Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara
untuk mengungkap (discovering) hal–hal yang memungkinkan sukses dan
kelentingan di komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.27 Kenyataan bahwa masyarakat Tlagah masih berfungsi sampai saat ini membuktikan
26
Ibid, hal. 123. 27
Ibid, hal. 131.
35
bahwa ada sesuatu dalam masyarakat yang harus dirayakan. Tahap ini
terdiri dari:
i. Mengungkap (discover) sukses–apa sumber hidup dalam
komunitas. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam
rangkaian perjalanannya. Siapa yang melakukan lebih baik.
ii.Menelaah sukses dan kekuatan – elemen dan sifat khusus apa yang
muncul dari telaah cerita – cerita yang disampaikan oleh komunitas.
Tahap 3: Memimpikan Masa Depan
Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning)
adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini
mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat
gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan
energy dalam mencari tahu “apa yang mungkin.”28 Tahap 4: Memetakan Aset
Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang
sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa
dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki
keterampilan atau sumber daya alam yang ada di desa. Mereka ini
kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh
kelompok atau komunitas.29
Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam 2 tahap:
28
Ibid, hal. 138.
29
Ibid, hal. 145.
36
1) Memetakan aset komunitas atau bakat, kompetensi dan sumber
daya sekarang.
2) Seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai
mimpi komunitas.
Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi
Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung
membentuk jalan menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan.
Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan
pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisa
dilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi
dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia
untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat
seluruh masyarakat menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses
pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan
tersimpan.30
Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran dan Evaluasi
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar
(baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila
suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka
yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi,
tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan
berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi
30
Ibid, hal. 161.
37
masyarakat mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset
mereka mendekati tujuan bersama.
Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan
berbasis aset adalah:
1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola
pemberian hidup dari sukses mereka di masa lampau?
2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif
memobilisasi aset sendiri yang ada dan yang potensial
(keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber daya?)
3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja
menuju pada masa depan yang diinginkan atau gambaran
suksesnya?
4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan
tujuan yang pasti telah mampu memengaruhi penggunaan sumber
daya luar (pemerintah) secara tepat dan memadai untuk mencapai
tujuan bersama?
E. Strategi Pendampingan
Didalam pendampingan memmbangun kesadaran dalam pengelolaan
asset, upaya pemanfaatn lahan kosong dalam peningkatan ekonomi
masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab.
Sampang ialah merupakan tempat yang belum pernah tersentuh
38
a) Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat
dalam pengumpulan data awal serta dalam perancangan kegiatan yang
sesuai. Pendekatan partisipatif berkembang dari riset aksi dan proses
refleksi aksi yang terkenal pada tahun 1970-an.31 Pada pertengahan tahun 1990-an pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek
yang berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama
beberapa kritikus menyatakan bahwa alat bantu untuk memastikan
partisipasi menjadi lebih penting ketimbang tujuan awalnya. Alat bantu
proses partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas
untuk mengendalikan proses. Masyarakat tetap menjadi obyek proses
pengumpulan informasi bukan subyek proses pembangunan seperti yang
diharapkan. Kritikus pendekatan ini berargumentasi bahwa alat bantu yang
digunakan masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan
donor atau organisasi perantara.
Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk
mengembalikan kekuasaan kembali ke tangan masyarakat mulai
berkembang. Pendekatan-pendekatan ini bagian dari ‘keluarga’
pendekatan berbasis aset. Kebanyakan dari pendekatan berbasis aset
berkembang dari harapan yang sama, yaitu meningkatkan peluang
terwujudnya pembangunan yang dipimpin oleh masyarakat. Alat bantu
yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi masih relevan dalam
31
Ibid, hal. 35.
39
pendekatan berbasis aset ini. Namun, pemilihan alat ditentukan oleh apa
yang paling bisa memberdayakan komunitas untuk mengelola aset mereka
sendiri. Alat bantu partisipatif digunakan untuk membantu komunitas
menemukan apa yang bisa mereka bawa ke dalam proses pembangunan.
b) Psikologi Positif
Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana
manusia dan organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan
antusiasme yang lebih besar demi mewujudkan perubahan yang
diinginkan.32 Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen terkenal seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana
manusia bereaksi terhadap umpan balik positif dan negatif.33 Beberapa eksperimen sosial tersebut mendemonstrasikan bagaimana seseorang
secara utuh bisa mengubah pola perilaku untuk memenuhi harapannya.
Jika sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang
kesuksesan, maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar
akan merefleksikan harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang
dominan adalah tentang kegagalan, maka perilaku kelompok juga akan
mendukung gambaran tersebut. Visualisasi positif dan membayangkan visi
sukses juga banyak diterapkan dalam psikologi olah raga serta penciptaan
lingkungan belajar yang mendukung dengan focus pada apa yang
membangun rasa percaya diri dan gambaran kuat sebagai seorang
pemenang.
32
Ibid, hal.35. 33
Solichun Abdul Wahab, Pengantar Kebijakan Publik, (Malang: UMM Press, 2013), hal. 38.
40
Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang
psikologi sosial dan pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara
Fredrickson.34 Hasil riset mereka membuktikan pentingnya memberikan perhatian yang sama untuk membimbing bakat serta mendorong sikap dan
kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang menuju
peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka,
orang yang cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan
kompetensi diri dalam kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan
hidupnya.
c) Modal Sosial
Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh
masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan
bersama-membantu masarakat tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal
sosial dalam konteks ini mengacu pada aset yang didapat oleh sebuah
komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok
untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan
bagian penting dari pendekatan Penghidupan Berkelanjutan. Namun
demikian peran pentingnya sebagai aset pembangunan teridentifikasi lebih
jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru.35 Modal sosial sebagai kumpulan:
34
Ibid, hal. 36. 35
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hal. 45.
41
1. Keyakinan (rasa saling percaya) antar - anggota sebuah masyarakat atau
komunitas di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab.
Sampang.
2. Kelompok-kelompok di dalam komunitas,
3. Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut
4. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok,
dan
5. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan
bersama masyarakat Tlagah lebih luas, tidak hanya untuk anggotanya.
Setelah dilakukan pendampingan berbasis asset dengan mencari dan
mendata semua asset yang dimiliki masyarakat mulai dari asset fisik, asset
financial, asset sosial, asset lingkungan yang biasanya disebut dengan
Pentagonal Asset. Kemudian setiap manusia pasti memiliki masa lalu baik
42
BAB IV
PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN
A. Realitas Desa Tlagah
Pada bab ini, penulis ingin mendiskripsikan secara umum tentang
kondisi sosial, lahan kosong, keagamaan sumber daya manusia dan
lain-lain, yang menjadi latar alamiah penelitian, yaitu di Dusun Somber
Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab. Sampang. Hal ini dimaksudkan
karena dalam meneliti sesuatu yang ada korelasinya tentang masyarakat
secara umum, perlu diketahui seperti letak wilayah dan demografisnya dan
meliputi kondisi daerah, kekayaan lahan yang produktif, termasuk juga
unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis
setempat. Selanjutnya penduduk yang yang meliputi jumlah pertumbuhan,
dan yang terakhir adalah pola hidup yang menyangkut dengan kehidupan
masyarakat pedesaan.
Tujuan meneliti di Dusun Somber Nangah adalah membangun
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan asset yang berupa lahan kosong
ini adalah satu unsur dalam penelitian yaitu sebagai data penunjang yang
dikonfirmasikan dengan sebuah hasil, maupun dalam rangka mengungkap
sebuah teori dan metodologi ABCD yang relevan dengan kondisi
perubahan ekonomi masyarakat Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec.
43
1. Lahan Kosong Pertanian Yang Tidak Difungsikan
Kita jarang berfikir bahkan tidak pernah berfikir, betapa besar jasa
para petani dalam menyediakan kebutuhan pokok hidup kita. Sektor
pertanian pada akhir-akhir ini belum sepenuhnya mendapatkan perhatian.
Buktinya di Dusun Somber Nangah Desa Tlagah ini salah satunya, oleh
karenanya rasa untuk bertani sedikit demi sedikit akan mulai luntur apabila
tidak adanya pemerhatian. Seharusnya sektor pertanian merupakan titik
sentral pembangunan. Negeri kita tercinta ini hendaknya jangan
melupakan jati dirinya sebagai negara agraris yang unggul sejak nenek
moyang kita.
Pada zaman nenek moyang kita, khusunya pertanian yang
dilakukakan oleh seluruh petani desa terdahulu memiliki keunggulan
pertaniannya dengan bercocok tanaman yang bisa mencukupi kebutuhan
hidup keluarganya. Menunjukkan bahwa sumber daya alam sangat baik,
tanah yang ada di pedesaan sangat produktif apabila selalu difungsikan
sebagai pertanian dan sangat disayangkan kalau mengabaikannya begitu
saja. Bahkan bangsa lain (Portugis dan Belanda) datang ke Indonesia
karena hasil pertaniannya (rempah-rempah dan perkebunan) yang
melimpah. Hal ini disebabkan karena kondisi alam yang subur, yang
44
Gambar 04. 01: Lahan Kosong Pertanian
Banyaknya lahan kosong pertanian yang berada di desa Tlagah
tidak difungsikan oleh pemiliknya sebagaimana yang telah dilakukan oleh
orang terdahulu yaitu pertanian, saat lahan ini ditinggalkan oleh
pemiliknya yakni karena mereka lebih memilih berkerja keluar seperti
merantau menjadi TKI/TKW dan tidak memfungsikan kembali
lahan-lahan kosong tersebut menjadi sektor pertanian, ada juga sebagian yang
sengaja tidak memfungsikannya. Sebenarnya barapa banyak hasil akan
mereka peroleh apabila lahan tersebut dikelolah dalam pendapatan
peningkatan ekonomi keluarganya, khususnya kepada masyarakat pemilik
lahan kosong Dusun Somber Nangah Desa Tlagah Kec. Banyuates Kab.
45
Padahal pertanian telah berhasil menopang perekonomian dan
ketahanan pangan nasional. Pandangan konvensional tentang pertanian
menganggap pertanian semata-mata hanya sebagai penghasil pangan,
sandang, dan papan yang mudah diukur dan dapat dipasarkan. Namun sisi
yang lebih luas dari pertanian yang disebut juga sebagai multifungsi
pertanian belum banyak dikenal, atau masih diabaikan berbagai kalangan.
Multifungsi dalam pemanfaatan lahan kosong dalam pertanian.
Pertanian sebagai penjaga ketahanan pangan yang meliputi kecukupan
pangan, distribusi pangan, dan keamanan pangan. Lahan sawah dan lahan
kering mampu manyediakan 85% hingga 100% kebutuhan beras, jagung,
singkong, kacang ijo dll. Ini menunjukan betapa pentingnya peran
pertanian dalam menjaga stabilitas perekonomian masyarakat desa
Tlagah. Memang masalah perut tidak bisa ditunda-tunda dan harus tersedia
secara terus menerus, semuanya itu berkait erat dengan usaha pertanian.
Sektor pertanian memegang peran penting sebagai penyelamat untuk
mencukupi kebutuhan pangan penduduk desa Tlagah.
Pertanian sebagai penyedia jasa lingkungan, masyarakat tidak
sadar bahwa pertanian mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa
lingkungan. Dengan adanya usaha pertanian air hujan yang jatuh bisa
tertata dengan baik pemanfaatannya, teknik terasering yang sudah ada
sejak nenek moyang terdahulu mampu memanfaatkan air secara efisien,
dan air dapat tertahan dan terinfiltrasi kedalam tanah sehingga memasok