Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
PENGUJIAN SUDU LENGKUNG PROTOTIPE TURBIN
AIR TERAPUNG PADA ALIRAN SUNGAI
SKRIPSI
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
EDIS SUDIANTO SIHOMBING
040401025
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Listrik adalah suatu sumber daya yang paling banyak digunakan sekarang ini karena memiliki banyak fungsi, diantaranya dalam menunjang kehidupan manusia, listrik digunakan sebagai suplay alat-alat elektronik dan alat-alat lainnya yang menggunakan listrik. Hal ini membuat banyak negara termasuk Indonesia mencari cara dalam pemanfaatan energi untuk menambah pasokan listriknya guna memenuhi kebutuhan manusia. Selain mengandalkan pembangkit berbahan bakar fosil yang jumlahnya terbatas di alam, salah satu aplikasi yang diarahkan adalah pemanfaatan energi terbarukan yang ada di alam, misalnya energi air, energi angin, energi matahari, dan panas bumi. Salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berpotensi di Indonesia adalah pemanfaatan energi air dan apabila pemanfaatan energi tersebut dilakukan secara meluas diseluruh wilayah Indonesia maka peluang keluar dari krisis listrik akan semakin besar mengingat bahwa terdapat banyak tempat-tempat seperti sungai yang berpotensi untuk dimanfaatkan dan semuanya menyebar diseluruh pulau-pulau besar yang ada di negara kita.
Prototipe Turbin Air Terapung adalah suatu alat yang dirancang untuk menggerakkan alternator guna menghasilkan listrik dengan memanfaatkan arus aliran sungai sebagai fluida kerja untuk memutar turbin atau kincir. Arus yang dihasikan oleh alternator adalah arus DC (arus searah) yang nantinya arusnya dapat diubah menjadi arus AC (arus bolak-balik) oleh suatu alat tertentu (misalnya alat inferter) sesuai dengan kebutuhan konsumen. Penggunaan Prototipe Turbin Air Terapung sangat cocok dibuat di daerah pedesaan, karena di daerah pedesaan terdapat banyak saluran irigasi yang berfungsi untuk mengairi sawah namun sangat berpotensi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, dan juga mengingat bahwa masih banyaknya daerah pedesaan yang belum mendapatkan pasokan listrik.
Pemilihan model sudu yang tepat untuk menggerakkan runner turbin atau kincir pada Prototipe Turbin Air Terapung sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan putaran dan daya listrik yang lebih maksimal. Oleh karena itu penulis melakukan pengujian model sudu lengkung pada Prototipe Turbin Air Terapung untuk mengetahui seberapa besar putaran turbin dan daya yang dihasilkan oleh alternator prototipe turbin air terapung dibandingkan dengan pengujian model sudu lain (model sudu datar) pada alat yang sama yang dilakukan oleh penguji lain.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
Electric is the most common power resource used nowadays for it’s multiple function, including in supporting the human life, survival, and it is also used as electronic supply, and another items using the electric. This situation leads to many countries, including Indonesia, to look for ways of utilizing the energy utilization to add the electrical supply in meeting the human needs. In addition to rely on the natural limited quantity of fossil fuel, one of directed applications is utilazation of natural renewable energy, for example : energy of water, wind, sun, and thermal. One of very potential renewable energy resources in Indonesia is water energy utilazition and if it is utilized widely in Indonesia, the chance of prolonged electric crisis solution will be great, because there are many potential rivers to be utilized and all of them scatter out in all big islands of Indonesia.
The Floating Water Turbine Prototype is a special tool designed to drive the alternator to generate the electric by utilizing the river steram as a work fluide to rotate the turbine and blades. The current generated by the alternator is Direct Current (DC) of which current will be then conversed to Alternating Current (AC) by a certain instruments (e.g, inverter) according to the customer’s need. The application of Floating Water Turbine Prototype is very suitable to prepare in rural areas, because in such area there are many irrigation streams functional to irrigate the fields or farming areas, but otherwise can be utilized to generate the electricity, and in addition there are still many rurals that do not enjoy the electrical supply get.
The selection of suitable blade model to drive the runner turbine or wind in Floating Water Turbine Prototype is a highest considerations in order to get maximum rotation and electrical power. Therefore, the writer has conducted a convex blade model testing in Floating Water Turbine Prototype to know the magnitude of turbine rotation and force generated by the floating water turbine prototype alternator in comparison with another blade model testing (flat blade model) in the sane tool conducted by another tester.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Skripsi yang berjudul “Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung
Pada Aliran Sungai “ ini dibuat sebagai syarat akhir bagi mahasiswa Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk menyelesaikan
studi studi strata satu.
Dalam pembuatan hingga terselesaikannya skripsi ini penulis tak lepas dari bantuan
pihak-pihak yang sangat membantu bagi penulis, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam serta setulus-tulusnya
kepada :
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta atas dukungan, doa, motivasi, kasih sayang,
dan atas segala pengorbanan yang diberikan baik berpa moril maupun materil.
2. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST.MT selaku dosen pembimbing dan juga
Sekretaris Departemen Teknik Mesin yang telah memberikan banyak ilmu
dan meluangkan waktunya dalam membimbing penulis selama masa
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, MSc selaku dosen penguji I yang telah memberikan
banyak ilmu dan meluangkan waktunya dalam membimbing penulis selama
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
4. Bapak Ir. M. Syahril Gultom ST. MT selaku dosen penguji II yang telah
memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya dalam membimbing
penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin
6. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Mesin Fakultas
Teknik USU.
7. Rekan-rekan Teknik Mesin, khususnya rekan-rekan stambuk 2004 yang selalu
memberikan semangat dan dukungan doanya kepada penulis.
8. Serta semua pihak yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat dan wawasan khususnya bagi
penulis dan bagi masyarakat pada umumnya dan dengan senang hati penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
` Medan, Februari 2009
Penulis,
EDIS S. SIHOMBING 04 0401 025
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
LEMBAR SPESIFIKASI TUGAS
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
EVALUASI SEMINAR SKRIPSI
DAFTAR ISI
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Tujuan Penulisan ... 3
1.3Manfaat Pengujian ... 3
1.4Metodologi Penulisan ... 3
1.5Batasan Masalah ... 4
1.6Sistematika Penulisan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Potensi Energi Air ... 6
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.3 Klasifikasi Kincir Air... 9
2.3.1 Kincir Air Overshot... 9
2.3.1 Kincir Air Overshot... 9
2.3.1 Kincir Air Overshot... 9
2.3.2 Kincir Air Undershot ... 10
2.3.3 Kincir Air Breastshot ... 11
2.3.4 Kincir Air Tub ... 12
2.4 Klasifikasi Turbin Air ... 13
2.4.1 Turbin Impuls ... 14
2.4.1.1 Turbin Pelton ... 14
2.4.1.2 Turbin Turgo ... 15
2.4.1.3 Turbin Crossflow ... 16
2.4.2 Turbin Reaksi ... 17
2.4.2.1 Turbin Francis ... 17
2.4.2.2 Turbin Kaplan & Propeller... 19
2.4.3 Pemilihan Tipe Turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ... 19
2.4.4 Sudu Turbin dan Jenis-Jenis Sudu Turbin ... 22
2.4.4.1 Jenis-Jenis Sudu Turbin ... 22
2.4.4.1.1 Sudu Turbin Pelton ... 22
2.4.4.1.2 Sudu Turbin Turgo ... 22
2.4.4.1.3 Sudu Turbin Crosflow ... 23
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.4.4.1.5 Sudu Turbin Kaplan ... 25
BAB III PENGUJIAN SUDU ... 26
3.1 Sudu Yang Digunakan ... 26
3.1.1 Bahan dan Model Sudu………. 26
3.1.2 Jumlah Sudu……….. 26
3.1.3 Kelengkungan Sudu……….. 28
3.2 Metodologi Pengujian ... 29
3.2.1 Waktu dan Tempat ... 29
3.2.2 Alat ... 29
3.2.3 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.2.3 Metode Pengolahan Data ... 33
3.2.4 Pengamatan dan Tahap Pengujian ... 28
3.2.5 Prosedur Pengujian ... 29
BAB IV HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN ... 38
4.1 Data Hasil Pengujian ... 38
4.2 Analisa Daya dan Putaran Alternator di setiap Pemberian Beban ... 40
4.3 Analisa Perhitungan Momen Puntir pada Alternator di setiap Penambahan Beban Lampu ... 44
4.4 Analisa Kecepatan Sudu Prototipe Turbin Air Terapung Setelah Pengujian ... 49
4.4.1 Analisa Segitiga Kecepatan Pada Sisi Masuk ... 49
4.4.2 Analisa Segitiga Kecepatan Pada Sisi Keluar ... 51
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
4.5.1 Efesiensi Turbin………. 53
4.5.2 Efesiensi Alternator……….56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
5.1 Kesimpulan ... 57
5.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR SIMBOL
Simbol Keterangan
C
Satuan
A luas penampang m2
Alt alternator
Bat baterai
kecepatan absolut fluida masuk m/s
F gaya kg/s
D diameter turbin m
g percepatan gravitasi m/s2
h head (ketiggian air) m
I arus A
m massa kg
n putaran rpm
P daya Watt
Pd daya rencana kW
Q kapasitas aliran
s m3
T momen puntir kg mm
U kecepatan tangensial m/s
V tegangan volt
v kecepatan air m/s
W kecepatan relatif fluida m/s
Y kelengkungan sudu cm
w kecepatan sudut m/s
γ berat jenis fluida kN/m3
T
η efesiensi daya turbin %
A
η efesiensi daya alternator %
θ sudut letak sudu terhadap
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kincir air overshot 9
Gambar 2.2 Kincir air undershot 10
Gambar 2.3 Kincir air breastshot 11
Gambar 2.4 Kincir air tub 12
Gambar 2.5 Turbin Pelton 14
Gambar 2.5a Sudu turbin Pelton 15
Gambar 2.5b Nosel 15
Gambar 2.6 Sudu turbin Turgo dan nosel 16
Gambar 2.7 Turbin Crossflow 17
Gambar 2.8 Turbin Francis 18
Gambar 2.9 Sketsa Turbin Francis 18
Gambar 2.10 Turbin Kaplan 19
Gambar 2.11 Sudu Turbin Pelton 23
Gambar 2.12 Sudu Turbin Turgo 23
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.14 Sudu Turbin Francis 24
Gambar 2.15 Sudu Turbin Kaplan 25
Gambar 3.1 Bentuk sudu yang diuji 26
Gambar 3.2 Prototipe Turbin Air Terapung 29
Gambar 3.3 Multitester 32
Gambar 3.4 Flowmeter 32
Gambar 3.5 Tachometer 33
Gambar 3.6 Rangkaian pengukuran arus listrik tanpa beban lampu 34
Gambar 3.7 Rangkaian pengukuran tegangan listrik tanpa beban lampu 35
Gambar 3.8 Rangkaian pengukuran arus listrik dengan beban lampu 35
Gambar 3.9 Rangkaian pengukuran tegangan listrik dengan beban lampu 36
Gambar 3.10 Diagram alir pengujian prototipe Turbin Air Terapung 37
Gambar 4.1 Pengambilan data kecepatan air masuk dengan flowmeter 38
Gambar 4.2 Analisa kecepatan pada sisi masuk 49
Gambar 4.3 Analisa kecepatan pada sisi keluar 51
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan turbin 13
Tabel 4.1 Data Hasil pengujian kecepatan air masuk 38
Tabel 4.2 Data daya dan putaran hasil pengujian Turbin Air Terapung 42
Tabel 4.3 Hasil analisa perhitungan momen puntir pada alternator
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GRAFIK
halaman
Grafik 2.1a.b Pemilihan tipe turbin untuk PLTMH 21
Grafik 4.1 Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai
terhadap jumlah pembebanan lampu 43
Grafik 4.2 Perubahan putaran alternator terhadap jumlah
pembebanan lampu 44
Grafik 4.3 Perbandingan daya pengisian (cas) alernator ke baterai
terhadap putaran alternator 45
Grafik 4.5 Perubahan momen puntir alternator terhadap putaran
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman yang terus meningkat, kebutuhan akan energi
semakin meningkat pula, sehingga energi merupakan suatu unsur yang sangat penting
dalam pengembangan suatu negara atau suatu daerah. Oleh karenanya pemanfaatan
energi secara tepat guna akan menjadi suatu cara yang ampuh dalam perkembangan
zaman tersebut.
Sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, suplay energi listrik
masih mengandalkan pembangkit berbahan bakar fosil yakni minyak bumi, gas alam
dan batu bara yang terbatas jumlahnya di alam dan suatu saat akan habis, sementara
permintaan akan energi listrik terus bertambah. Oleh karenanya pemanfaatan energi
pada masa sekarang ini sudah diarahkan pada penggunaan energi terbarukan yang ada
di alam. Misalnya energi air, energi angin, energi matahari, panas bumi, dan nuklir.
Hal ini karena energi terbarukan ini cukup mudah didapat dan dapat didaur ulang bila
dibandingkan dengan energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Untuk
mendapatkan sumber energi fosil harus melalui berbagai proses dan susah
mendapatkannya, karena umumnya terdapat di permukaan bumi. Selain itu cadangan
sumber daya energi fosil mulai berkurang, karena sumber energi ini tidak dapat
diperbaharui.
Sumber-sumber energi yang dikenal dengan sumber energi terbarukan seperti
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
energi panas bumi, dan lain sebagainya. Semua energi tersebut telah memenuhi
kriteria sehingga dalam pemanfaatannya dapat menghemat penggunaan energi fosil
yang terbatas.
Salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berpotensi di negara kita
adalah pemanfaatan energi air dan apabila pemanfaatan energi tersebut dilakukan
secara meluas di seluruh wilayah Indonesia maka peluang untuk keluar dari krisis
listrik akan semakin besar mengingat bahwa terdapat banyak tempat-tempat yang
berpotensi untuk dimanfaatkan dan semuanya menyebar di seluruh pulau-pulau besar
yang ada di negara kita.
Indonesia dengan wilayahnya yang beriklim tropis dengan curah hujan yang
tinggi dan kondisi topografi yang bergunung-gunung dengan aliran sungai yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Potensi ini
sebagian besar tersebar di daerah pedesaan, sementara diperkirakan masih banyak
penduduk desa yang belum menikmati energi listrik sehingga sangat tepat untuk
mengembangkan pembangkit tenaga listrik.
Tenaga air adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang
dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun
energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan kincir
air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai.
Sejak awal abad 18 kincir air telah banyak dimanfaatkan sebagai penggerak
penggilingan gandum, penggergajian kayu dan mesin tekstil. Sampai sekarang
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah :
a. Untuk lebih mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang diperoleh
dibangku kuliah terutama mata kuliah Sistem Pembangkit Tenaga dan
Mesin Fluida.
b. Untuk mengetahui kapasitas daya listrik yang dihasilkan oleh prototipe
turbin air terapung, menggunakan model sudu lengkung dengan
memanfaatkan arus aliran sungai Namu Sira-Sira yang terletak di
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.
1.3 Manfaat Pengujian.
Adapun manfaat pengujian ini adalah untuk memberikan informasi sebagai
referensi tambahan bagi kalangan dunia pendidikan yang ingin melakukan riset di
bidang konversi energi dalam modifikasi dan pengembangan turbin air.
1.4 Metodologi Penulisan
Metodologi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut
:
1. Survey lapangan, berupa peninjauan ke lokasi dan diskusi dengan
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2. Perencanaan serta pembuatan prototipe turbin air terapung dimana prototipe
ini yang nantinya akan di uji di lapangan untuk di analisa data hasil dari
pengujian tersebut.
3. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, studi internet, serta kajian-kajian
dari buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan pengujian ini.
4. Pengambilan data, berupa seluruh data dari hasil pengujian di lapangan yang
akan di analisa serta di lampirkan pada penulisan skripsi ini.
5. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, mengenai isi
pengujian serta masalah-masalah yang timbul selama penyusunan skripsi ini.
1.5. Batasan Masalah
Dalam skripsi ini dibatasi perencanaan data yang diambil. Untuk pengambilan
data tersebut berasal dari data hasil pengujian dan pengamatan di lapangan.
Masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian adalah :
1. Penentuan spesifikasi peralatan dan perlengkapan prototipe turbin air terapung
yang akan di uji di lapangan.
2. Penentuan bahan dan jenis sudu yang digunakan pada prototipe turbin air
terapung yang akan di uji dilapangan.
3. Analisa kapasitas daya yang dihasilkan oleh prototipe turbin air terapung
setelah pengujian di aliran sungai Namu Sira-Sira terhadap kapasitas daya
yang direncanakan semula.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
5. Analisa grafik hasil pengujian prototipe turbin air terapung.
6. Efesiensi turbin dan alternator dari turbin air terapung itu sendiri.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu pada bab I
pendahuluan, dimana dijelaskan mengenai latar belakang penulisan, tujuan
penulisan,manfaat penulisan, metodologi penulisan, batasan masalah dan sistematika
penulisan.Pada bab II tinjauan pustaka yang menjelaskan pembahasan materi mesin
fluida, klasifikasi turbin air, sudu turbin dan jenis-jenis sudu turbin. Selanjutnya pada
bab III pengujian sudu, menjelaskan bentuk sudu yang digunakan atau diuji,
metodologi pengujian, data spesifikasi alat-alat yang digunakan pada turbin air
terapung dan alat-alat yang digunakan untuk pengujian. Pada bab IV hasil dan analisa
pembahasan berisikan tentang data-data yang diperoleh dari lapangan yang akan
dihitung berdasarkan rumus-rumus pada bab II dan dibuat dalam bentuk grafik dan
analisa grafik,perhitungan efesiensi turbin dan alternator. Kesimpulan dan saran
dijelaskan pada bab V, dimana kesimpulan yang diambil diperoleh dari seluruh
perhitungan dan analisa yang telah dilakukan. Sementara semua literatur yang
digunakan selama pengujian dan penulisan skripsi ini akan didaftarkan pada daftar
pustaka, serta seluruh gambar, tabel juga akan dilampirkan pada daftar tabel dan
gambar.
Sebagai lampiran dari skripsi ini, akan dilampirkan gambar penampang sudu
lengkung yang digunakan selama pengujian dan transaksi biaya pembuatan prototipe
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Energi Air
Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena
pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air
mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang
mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud
energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan
dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air
terjun atau aliran air di sungai. Sejak awal abad 18 kincir air banyak dimanfaatkan
sebagai penggerak penggilingan gandum, penggergajian kayu dan mesin tekstil.
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada
besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka head adalah
beda ketinggian antara muka air pada reservoir (bendungan) dengan muka air keluar
dari kincir air/turbin air. Total energi yang tersedia dari suatu reservoir air adalah
merupakan energi potensial air yaitu :
mgh
E
=
………(Lit.8 hal 10)dengan :
m adalah massa air (kg)
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
g adalah percepatan gravitasi
2s
m
Daya merupakan energi tiap satuan waktu
t
E
, sehingga persamaan (1.1) dapat
dinyatakan sebagai :
gh
t
m
t
E
=
Dengan mensubsitusikan P terhadap
t
E
dan mensubsitusikan
ρ
Q
terhadap
t
m
maka :Qgh
P
=
ρ
………..(Lit.8 hal 12)dengan
P adalah daya potensial air (Watt)
Q adalah kapasitas aliran
s
m
3ρ
adalah densitas air
3m
kg
Selain memanfaatkan air jatuh hydropower dapat diperoleh dari aliran air datar.
Dalam hal ini energi yang tersedia merupakan energi kinetik
2
2
1
mv
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Dimana :
v adalah kecepatan aliran air
s
m
Daya air yang tersedia dinyatakan sebagai berikut :
2
2
1
Qv
P
=
ρ
………(Lit.8 hal 13)atau dengan menggunakan persamaan kontinuitas
Q
=
Av
maka3
2
1
Av
P
=
ρ
……….(Lit.8 hal 14)Dimana :
A adalah luas penampang aliran air
( )
m
22.2. Mesin – Mesin Fluida
Mesin–mesin fluida adalah mesin-mesin yang berfungsi untuk mengubah
energi mekanis menjadi energi fluida kerja (energi potensial dan energi kinetik) atau
sebaliknya. Secara umum mesin fluida dapat dibagi atas dua golongan utama, yaitu:
1 . Mesin Kerja
Merupakan mesin fluida yang berfungsi mengubah energi mekanis menjadi
energi fluida, misalnya: Pompa, Kompresor, Blower, Fan, dan lain-lain.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Merupakan mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida menjadi
energi mekanis pada poros, misalnya: Turbin Air, Turbin Uap, Turbin Gas, dan
lain-lain.
2.3 Klasifikasi Kincir Air
Kincir air merupakan sarana untuk merubah energi air menjadi energi
mekanik berupa putaran pada poros kincir. Ada beberapa tipe kincir air yaitu :
1. Kincir Air Overshot
2. Kincir Air Undershot
3. Kincir Air Breastshot
4. Kincir Air Tub
2.3.1 Kincir Air Overshot
Kincir air overshot bekerja bila air yang mengalir jatuh ke dalam bagian
sudu-sudu sisi bagian atas, dan karena gaya berat air roda kincir berputar. Kincir air
overshot adalah kincir air yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis
kincir air yang lain.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan kincir air overshot adalah :
Keuntungan
a. Tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencapai 85%.
b. Tidak membutuhkan aliran yang deras.
c. Konstruksi yang sederhana.
d. Mudah dalam perawatan.
e. Teknologi yang sederhana mudah diterapkan di daerah yang terisolir.
Kerugian
a. Karena aliran air berasal dari atas maka biasanya reservoir air atau bendungan
air, memerlukan investasi yang lebih banyak.
b. Tidak dapat diterapkan untuk mesin putaran tinggi.
c. Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.
d. Daya yang dihasilkan relatif kecil.
2.3.2 Kincir Air Undershot
Kincir air undershot bekerja bila air yang mengalir, menghantam dinding sudu
yang terletak pada bagian bawah dari kincir air. Kincir air tipe undershot tidak
mempunyai tambahan keuntungan dari head. Tipe ini cocok dipasang pada perairan
dangkal pada daerah yang rata. Tipe ini disebut juga dengan ”Vitruvian”. Disini
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.2 Kincir Air Undershot
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan kincir air undershot adalah :
Keuntungan
a. Konstruksi lebih sederhana.
b. Lebih ekonomis.
c. Mudah untuk dipindahkan.
Kerugian
a. Efisiensi kecil.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.3.3 Kincir Air Breastshot
Kincir air breastshot merupakan perpaduan antara tipe overshot dan undershot
dilihat dari energi yang diterimanya. Jarak tinggi jatuhnya tidak melebihi diameter
kincir, arah aliran air yang menggerakkan kincir air disekitar sumbu poros dari kincir
air. Kincir air jenis ini memperbaiki kinerja dari kincir air tipe undershot.
Gambar 2.3 Kincir Air Breastshot
Sumber.
a. Tipe ini lebih efisien dari tipe undershot.
http://osv.org/education/WaterPower
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan kincir air breastshot adalah :
Keuntungan
b. Dibandingkan tipe overshot tinggi jatuhnya lebih pendek.
c. Dapat diaplikasikan pada sumber air aliran datar.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
a. Sudu-sudu dari tipe ini tidak rata seperti tipe undershot (lebih rumit).
b. Diperlukan dam pada arus aliran datar.
c. Efisiensi lebih kecil dari pada tipe overshot.
2.3.4 Kincir Air Tub
Kincir air Tub merupakan kincir air yang kincirnya diletakkan secara
horisontal dan sudu-sudunya miring terhadap garis vertikal, dan tipe ini dapat dibuat
lebih kecil dari pada tipe overshot maupun tipe undershot. Karena arah gaya dari
pancuran air menyamping maka, energi yang diterima oleh kincir yaitu energi
potensial dan kinetik.
Gambar 2.4 Kincir Air Tub
Sumber.
a. Memiliki konstruksi yang lebih ringkas.
Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan kincir air tub adalah :
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
b. Kecepatan putarnya lebih cepat.
Kerugian
a. Tidak menghasilkan daya yang besar.
b. Karena komponennya lebih kecil membutuhkan tingkat ketelitian yang lebih
teliti.
2.4 Klasifikasi Turbin Air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
pembangkit tenaga listrik. Turbin air adalah mengubah energi potensial air menjadi
energi mekanis dengan menggunakan air sebagai fluida kerja. Energi mekanis diubah
dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerja turbin
dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis, turbin air dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.
Tabel 2.1 Pengelompokan Turbin (DP 7)
JENIS TURBIN
high head
medium head low head
impulse turbines
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
turbines
2.4.1 Turbin Impuls
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nosel. Air keluar
nosel yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu turbin. Setelah membentur
sudu arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impuls).
Akibatnya roda turbin akan berputar. Turbin impuls adalah turbin tekanan sama
karena aliran air yang keluar dari nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan
atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu
jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan.
2.4.1.1 Turbin Pelton
Turbin Pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan
yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang
disebut nosel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien.
Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi.
Gambar 2.5 Turbin Pelton
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehingga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nosel. Dengan
demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil. Turbin
Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150 meter
[image:30.612.158.456.285.487.2]tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.
Gambar 2.5a. Sudu Turbin Pelton
Sumber: http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/layman2.pdf
Gambar 2.5b Nosel
[image:30.612.206.435.519.641.2]Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.4.1.2 Turbin Turgo
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nosel
membentur sudu pada sudut 20 . Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari 0
Turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator
sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya perawatan.
Gambar 2.6. Sudu Turbin Turgo dan Nosel
2.4.1.3 Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Osberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi Turbin Crossflow. Turbin Crossflow dapat
dioperasikan pada debit 20 litres/sec hingga 10 m3/sec dan head antara 1 s/d 200 m. Turbin Crossflow menggunakan nosel persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan
lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi
energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang
[image:32.612.165.452.168.401.2]piringan paralel.
Gambar 2.7. Turbin Crossflow
Sumber: http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/layman2.pdf
2.4.2 Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat
berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin
reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.4.2.1 Turbin Francis
Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan
air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada Turbin Francis dapat merupakan
suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya.
Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang
[image:33.612.157.452.283.534.2]dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
Gambar 2.8 Turbin Francis
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.9. Sketsa Turbin Francis
Sumber :
2.4.2.2 Turbin Kaplan & Propeller
Turbin Kaplan dan Propeller merupakan turbin reaksi aliran aksial. Turbin ini
tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya mempunyai
tiga hingga enam sudu.
Gambar 2.10. Turbin Kaplan
[image:34.612.187.385.473.653.2]Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.4.3 Pemilihan Tipe Turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Pada dasarnya pemilihan tipe turbin untuk PLTMH sama seperti pemilihan
tipe turbin pada PLTA konvensional yang pernah ada. Dasar pemilihan tipe turbin
sebagai penggerak generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
terlebih dahulu harus diketahui besaran Head (meter), debit air (m3/detik) , dan
besarannya kecepatan putar turbin (n). Kecepatan putaran turbin diperoleh dengan
mengetahui kecepatan air yang akan masuk sudu-sudu turbin, dengan merubah
kecepatan linear menjadi kecepatan keliling (sentrifugal) pada poros turbin tersebut
yang disebut dengan kecepatan keliling dengan persamaan : (Lit 7 hal 67)
U1 = D x π x n
Dimana: U1 = Kecepatan Keliling (m/s)
D = Diameter Roda Turbin (m)
n = Putaran Turbin (rpm)
Dalam pemilihan kecepatan putaran sedapatnya ditentukan setinggi mungkin,
karena dengan kecepatan putar yang tinggi akan didapat momen punter (kopel) yang
kecil, poros yang kecil, dan diameter roda turbin yang kecil, sehingga akan membuat
ukuran generator lebih kecil. Kecepatan keliling (U1) meningkat dengan
membesarnya putaran. Selanjutnya yang sangat penting untuk diketahui dalam
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
menentukan dalam perencanaan tipe turbin yang akan digunakan dalam PLTMH.
Besar kecepatan spesifik ( nq) dapat diperoleh dengan rumus: (Lit.7 hal 65)
Dimana:
n = Jumlah putaran (rpm)
V = Kapasitas air ( m3/detik)
H = Head/ tinggi air jatuh (m)
Selain dengan menggunakan rumus diatas, nilai dapat juga diperoleh dengan
menggunakan grafik kecepatan spesifik dibawah ini setelah diketahui besar nilai
head, putaran turbin, dan kapasitas air. Setelah mengetahui kecepatan spesifik
tersebut dapat ditentukan jenis turbin yang akan digunakan. Apakah akan digunakan
turbin propeller, pelton, cross flow atau yang lainnya. Penentuan jenis turbin untuk
PLTMH juga dapat secara langsung melalui grafik dibawah berikut setelah diketahui
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
[image:37.612.131.486.90.633.2]
Sumber :
Grafik 2.1a Pemilihan tipe turbin untuk PLTMH
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
[image:38.612.152.501.107.455.2]Sumber :
Grafik 2.1b Pemilihan tipe turbin untuk PLTMH
2.4.4. Sudu Turbin dan Jenis- Jenis Sudu Turbin
Sudu (blade) merupakan bagian turbin yang berfungsi untuk menggerakkan
roda turbin akibat adanya fluida kerja ( air, angin, uap, dll ) yang menggerakkannya,
atau mengubah energi potensial menjadi energi kinetik, dimana bentuk sesuai dengan
fluida kerja yang menggerakkannya dengan dimensi sesuai dengan kebutuhan untuk
menggerakkan roda turbin.
2.4.4.1. Jenis-Jenis Sudu Turbin.
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
[image:39.612.164.456.229.434.2]dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping.
Gambar 2.11 Sudu Turbin Pelton
2.4.4.1.2. Sudu Turbin Turgo
Bentuk sudu sama dengan turbin pelton namun pancaran air nosel membentur
sudu pada sudut 20 . 0
[image:39.612.202.392.469.621.2]Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
2.4.4.1.3 Sudu Turbin Crosflow
Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi
energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan
memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan
turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada sepasang
[image:40.612.159.453.253.488.2]piringan parallel.
Gambar 2.13 Sudu Turbin Crosflow
2.4.4.1.4 Sudu Turbin Francis
Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air masuk
secara tangensial. Sudu pengarah pada Turbin Francis dapat merupakan suatu sudu
pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk
penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.14 Sudu Turbin Francis
2.4.4.1.5 Sudu Turbin Kaplan
Sudu Turbin Kaplan bentuknya mirip dengan propeller perahu dan biasanya
terdiri dari 6 buah.
`
[image:41.612.113.457.390.568.2]Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
BAB III
PENGUJIAN SUDU
3.1 Sudu Yang Digunakan
3.1.1 Bahan Sudu dan Model Sudu
Bentuk sudu yang digunakan dan diuji adalah model sudu lengkung dengan
ukuran penampang dimana lebar sudu 19 cm dan panjang sudu 49 cm dengan bahan
[image:42.612.157.452.299.529.2]sudu dibuat dari plat ST-37 dengan tebal 2 mm.
Gambar 3.1 Bentuk sudu yang diuji
3.1.2 Jumlah Sudu (N)
Untuk menentukan jumlah sudu pada Turbin air terapung didapatkan dari
persamaan : (Lit. 7 hal 76)
t D N =π t
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
N = jumlah sudu
t
D = diameter turbin = 0,75 m
t = jarak antar sudu (m)
Jarak antar sudu (t) dapat dihitung dari persamaan : (Lit. 4)
t = θ
sin i
s
i
s = k D t
Dimana :
k = konstanta tetapan = 0,13
ϑ= sudut yang dibentuk oleh letak sudu lengkung terhadap sumbu
vertikal poros = 300
maka : s = k i D t
i
s = 0,13 x 0,75
i
s = 0,0975 m
Jadi t = θ
sin i
s
t = 0 30 sin 0975 , 0
t = 0,195 m
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
t D N =π t
195 , 0
75 , 0
x N =π
buah N
N
12 07 , 12
= =
Jadi jumlah sudu lengkung yang digunakan adalah 12 buah dengan posisi
letaknya 300 terhadap sumbu poros turbin.
3.1.3 Kelengkungan Sudu ( Y )
Untuk menghitung kelengkungan sudu yang digunakan pada prototipe turbin
air terapung didapat dari persamaan : (Lit. 4)
Y = 0,326 x r1( inch )
Dimana
r1= jari-jari turbin = 0,375 m = 95,25 inch
maka Y = 0,326 x r1( inch )
Y = 0,326 x 95,25
= 31,05 inch
= 12,225 cm
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
3.2 Metodologi Pengujian
3.2.1 Waktu dan tempat
Pengujian dilakukan di sungai Namo Sira-Sira yang terletak di desa Namo
Tating Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat selama 1 bulan
3.2.2 Alat
Alat yang dipakai dalam pengujian ini terdiri dari :
[image:45.612.161.451.306.504.2]1. Prototipe turbin air terapung merupakan alat yang akan diuji.
Gambar 3.2 Prototipe Turbin Air Terapung
Adapun spesifikasi peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada Turbin
Air terapung adalah sebagai berikut :
1. Peralatan turbin air terapung
b) Poros
Bahan : SC-45
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
: 4 1
1 inch ( 32 mm )
c) Bantalan (Bearing)
Bahan : Baja Karbon
Type : Ball bearing
Nomor bantalan : P 205 ( untuk diameter poros 1 inch )
P 207 ( untuk diameter poros 4 1
1 inch )
d) Puli ( pulley)
Bahan : S-45C
Jumlah puli : 4 buah
Diameter puli I : 362 mm
Diameter puli II : 145 mm
Diameter puli III : 362 mm
Diameter puli IV : 72 mm
e) Sabuk ( V-Belt)
Bahan : Karet
Jumlah sabuk : 2 buah
Tipe sabuk I : A-62
Tipe sabuk II : B-117
Merk sabuk : Mitshubishi
f) Sproket
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah sproket : 2 buah
Diameter Sproket I : 84,50 mm
Diameter Sproket II : 236,54 mm
Jumlah gigi Sproket I : 45 buah
Jumlah gigi Sproket II : 15 buah
g) Rantai (chain)
Bahan : S-45C
Type : rantai rol
Nomor : 50
Jumlah mata rantai : 106 mata rantai
2. Perlengkapan turbin air terapung
a. Alternator
Pabrikan / merk : Toyota
Putaran maksimum : 1500 rpm
Putaran minimum : 1000 rpm
Voltase : 12 Volt
Arus Maksimum : 30 Ampere
Aplikasi / Fungsi : Penghasil arus listrik
b. Baterai mobil
Pabrikan / Merk : NS-40
Voltase : 12 Volt
Arus : 32 Ampere
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Voltase : 12 V
Ampere : 1,842 A
Daya : 25 W
2. Multitester untuk mengukur arus dan tegangan yang dihasilkan.
Gambar 3.3 Multitester
3. Flowmeter untuk mengukur kecepatan arus aliran sungai.
[image:48.612.161.454.221.491.2]
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
[image:49.612.111.505.93.476.2]4. Tachometer untuk mengukur besar putaran turbin.
Gambar 3.5 Tachometer
5. Beberapa lampu listrik dengan daya 25 Watt untuk pembebanan, dan kabel
listrik.
1. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci Inggris, kunci ring, kunci L,
obeng, tang, palu, dan lain sebagainya..
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam pengujian ini merupakan data yang diperoleh
langsung dari pengukuran dan pembacaan pada alat ukur pengujian.
3.2.3 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah ke dalam rumus empiris, kemudian data dari
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
3.2.4 Pengamatan dan tahap pengujian
Pada pengujian ini yang akan diamati adalah :
1. Parameter arus (I) dan parameter tegangan (V)
2. Parameter putaran turbin dan putaran alternator (rpm)
3. Parameter kecepatan arus sungai ( v )
4. Effisiensi turbin
( )
ηT dan efesiensi alternator (ηA)3.2.5 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dapat dilakukan dengan beberapa tahap antara lain :
1. Pengukuran kecepatan air dengan menggunakan alat ukur flowmeter kemudian
mencatat hasilnya.
2. Pengukuran putaran turbin dengan menggunakan alat ukur tachometer kemudian
mencatat hasilnya.
3. Pengukuran arus dan tegangan yang dihasilkan alternator dengan alat ukur
multitester dapat dilakukan dengan cara atau rangkaian sebagai berikut :
a. Rangkaian pengukuran arus listrik
( )
I tanpa beban lampu atau pengisian 1(charger) alternator terhadap baterai digambarkan sebagai berikut :
I (+) (-)
(+}
(+) (-)
[image:50.612.144.488.553.675.2](-)
Gambar 3.6 Rangkaian pengukuran arus listrik
( )
I tanpa beban lampu 1 IAlt
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
b. Rangkaian pengukuran tegangan listrik
( )
V tanpa beban lampu atau besar 1tegangan yang dicharger alternator terhadap baterai digambarkan sebagai
berikut :
I (+) (-)
(+}
(+) (-)
[image:51.612.130.510.138.582.2](-)
Gambar 3.7 Rangkaian pengukuran tegangan listrik
( )
V tanpa beban lampu 1c. Rangkaian pengukuran arus listrik
( )
I2 dengan beban lampu digambarkansebagai berikut :
I (+) (-)
(+} L
(+) (-)
(-) L
Gambar 3.8 Rangkaian pengukuran arus listrik
( )
I2 dengan beban lampud. Rangkaian pengukuran tegangan listrik
( )
V dengan beban lampu dapat 2digambarkan sebagai berikut : V
Alt
Bat
I
Alt
[image:51.612.148.488.176.310.2]Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
I (+) (-)
(+} L
(+) (-)
[image:52.612.149.489.91.212.2](-) L
Gambar 3.9 Rangkaian pengukuran tegangan listrik
( )
V dengan beban lampu 2Untuk pengukuran arus listrik dan tegangan listrik dengan beban lampu
dilakukan dengan mencatat besar arus dan tegangan dengan 1 beban lampu, 2 beban
lampu,dan seterusnya sampai mencapai limit kemampuan alternator turbin
menghasilkan arus listrik (tidak melebihi daya pengisian (cas) alternator ke baterai
sebelum adanya pembebanan lampu).
4. Mengulang pengujian beberapa kali dengan metode yang sama, dalam hal ini
dilakukan 5 kali pengujian untuk mendapatkan data pengujian yang lebih
maksimal.
V
Alt
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Prosedur tahap pengujian diatas dapat digambarkan dengan diagram alir
[image:53.612.160.454.108.677.2]sebagai berikut :
Gambar 3.10 Diagram alir Pengujian Prototipe Turbin Air Terapung
• Mengukur kecepatan arus aliran sungai.
Mengukur putaran turbin.
Mengukur arus (A) dan tegangan (V) yang dihasilkan alternator turbin dengan beban 1,2,3…lampu sampai mencapai limit daya yang dihasilkan alternator turbin.
Selesai
Berhenti
Menganalisa data hasil pembacaan alat ukur dengan rumus empiris
Mengulang pengujian beberapa kali (5 kali pengujian)dengan metode yang sama
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengujian
a. Kecepatan air masuk
Adapun data hasil pengujian kecepatan air masuk dengan menggunakan alat
ukur flowmeter dilakukan sebanyak 10 kali pengujian dengan cara pengambilan data
ditunjukkan seperti gambar sebagai berikut :
[image:54.612.152.478.284.414.2]
Gambar 4.1 pengambilan data kecepatan air masuk dengan alat ukur flowmeter
Tabel 4.1 Data hasil pengujian kecepatan air masuk
Percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecepatan air masuk (m/s) 1,75 1,73 1,74 1,74 1,75 1,75 1,77 1,77 1,75 1,76
Dari data hasil pengujian kecepatan air masuk menggunakan alat ukur
flowmeter diatas dapat dihitung rata-rata kecepatan air masuk ( v ) adalah :
v =
pengujian banyak v v v v v v v v v
v1+ 2+ 3+ 4+ 5 + 6+ 7+ 8+ 9+ 10
v =
10 76 , 1 75 , 1 77 , 1 77 , 1 75 , 1 75 , 1 74 , 1 74 , 1 73 , 1 75 ,
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
v = 1,75 m/s
Maka kecepatan air masuk ( v ) adalah 1,75 m/s
b. Data daya dan putaran hasil pengujian Turbin Air Terapung
Dari hasil pengukuran dengan alat ukur berupa multitester dan tachometer pada
pengujian prototipe turbin air terapung yang menggunakan sudu lengkung, diperoleh
data sebagai berikut :
1. Untuk tanpa pembebanan lampu, diperoleh :
a) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 9,03 Ampere
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 13,95 Volt
c) Putaran alternator (n1) : 1088 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 29 rpm
2. Untuk pembebanan dengan menggunakan 1 lampu (25 Watt) :
a) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 7,68 Ampere
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 12,27 Volt
c) Putaran (n1) : 1083 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 28 rpm
3. Untuk pembebanan dengan menggunakan 2 lampu (50 Watt) :
a) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 5,84 Ampere
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 13,0 Volt
c) Putaran alternator (n1) : 1075 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 28 rpm
4. Untuk pembebanan dengan menggunakan 3 lampu (75 Watt) :
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 12,85 Volt
c) Putaran (n1) : 1064 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 27 rpm
5. Untuk pembebanan dengan menggunakan 4 lampu (100 Watt) :
a) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 2,19 Ampere
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 12,26 Volt
c) Putaran (n1) : 1046 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 27 rpm
6. Untuk pembebanan dengan menggunakan 5 lampu (125 Watt) :
a) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 0,008Ampere
b) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 12,01Volt
c) Putaran (n1) : 1012 rpm
d) Putaran poros sudu (n2) : 27 rpm
7. Untuk pembebanan dengan menggunakan 6 lampu (150 Watt) :
e) Arus yang diisi dari alternator ke baterai (I1) : 0
f) Tegangan yang diisi dari alternator ke baterai (V1) : 0
g) Putaran (n1) : 975 rpm
h) Putaran poros sudu (n2) : 26 rpm
4.2. Analisa daya dan putaran alternator di setiap pemberian beban
Dari data yang telah diperoleh dari hasil pengujian di lapangan, dapat
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
tergantung pada besar beban ( lampu) yang digunakan, sehingga dapat dihitung besar
daya pengisian alternator ke baterai dengan menggunakan rumus :
P=V×I (Watt) ... (Lit 9. Hal 228)
maka daya yang dihasilkan alternator :
1. Untuk tanpa pembebanan lampu, diperoleh :
P1 = V1 x I1
= 13,95 x 9,03
= 125,97 Watt
2. Untuk pembebanan dengan menggunakan 1 lampu (25 Watt) :
P1 = V1 x I1
= 13,27 x 7,68
= 101,92 Watt
3. Untuk pembebanan dengan menggunakan 2 lampu (50 Watt) :
P1 = V1 x I1
= 13,0 x 5,84
= 75,92 Watt
4. Untuk pembebanan dengan menggunakan 3 lampu (75 Watt) :
P1 = V1 x I1
= 12,85 x 3,96
= 50,9 Watt
5. Untuk pembebanan dengan menggunakan 4 lampu (100 Watt) :
P1 = V1 x I1
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
= 26,85 Watt
6. Untuk pembebanan dengan menggunakan 5 lampu (125 Watt) :
P1 = V1 x I1
= 12,01 x 0,008
= 0,1 Watt
Dari perhitungan data diatas, dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yakni
[image:58.612.138.485.302.555.2]sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data daya dan putaran hasil pengujian Turbin Air Terapung
Jumlah
lampu
I1
( Ampere )
V1
( Volt )
P
( Watt )
n1
( rpm )
n2
( rpm )
0 9.03 13.95 125,97 29 1088
1 7.68 13.27 101.91
28 1083
2 5.84 13.0 75.92
28 1075
3 3.96 12.85 50,9
27 1064
4 2.19 12.26 26,85
27 1046
5 0.008 12.01 0,1
27 1012
6 0 0 0 26 975
Dimana: I1 = Pengisian arus dari alternator ke baterai (Ampere)
V1 = Pengisian Tegangan dari alternator ke baterai ( Volt )
P = Daya pengisian alternator ke baterai
= I1 x V1 (Watt)
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
n2 = Putaran alternator (rpm)
Untuk pembebanan 6 lampu, alternator tidak menghasilkan daya atau
alternator tidak mengisi (cas) lagi ke baterai, karena daya beban lampu total telah
melebihi daya alternator sebelum adanya pemberian penambahan beban lampu yaitu
125,97 Watt, dan juga putaran dari alternator kurang dari 1000 rpm, sementara
alternator sendiri membutuhkan ≥1000 rpm agar dapat menghasilkan daya ( sesuai
dengan spesifikasi alternator 30A 12V pada putaran minimum 1000 rpm dan putaran
maksimum 1500 rpm).
Analisa perhitungan data hasil pengujian di atas dapat ditampilkan kedalam
bentuk grafik untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada perbandingan daya dan
putaran terhadap jumlah beban lampu yang digunakan yaitu sebagai berikut :
R2 = 0.9998
0 20 40 60 80 100 120 140
0 2 4 6
Jumlah Lampu D aya P en g isi an A lt er n at o r ke B a te ra i (W a tt) Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap penambahn pembebanan lampu yang diuji
[image:59.612.139.501.388.613.2]Linear (Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap penambahn pembebanan lampu yang diuji)
Grafik 4.1 Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap jumlah
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa daya pengisian (cas) yang dihasilkan
oleh alternator ke baterai hanya cukup digunakan dengan 5 pembebanan lampu yang
mana daya 1 lampu sebesar 25 Watt, makin besar jumlah pembebanan lampu, maka
daya pengisian (cas) alternator ke baterai akan semakin berkurang. Dari grafik diatas
juga dapat diketahui bahwa masih terdapat kesalahan-kesalahan pengukuran pada saat
pengambilan data di lapangan, hal ini dapat dilihat dari nilai R2 pada regresi linearnya tidak mencapai angka 1.
Hubungan perubahan putaran di poros alternator terhadap adanya
penambahan pembebanan lampu, dapat dilihat pada graik di bawah ini yaitu :
R2 = 0.995
1000 1010 1020 1030 1040 1050 1060 1070 1080 1090 1100
0 2 4 6
Jumlah Lampu P u ta ra n A lt e rn a to r ( rp m
) Perubahan putaran
[image:60.612.139.502.337.532.2]alternator terhadap penambahan pembebanan lampu yang diuji Poly. (Perubahan putaran alternator terhadap penambahan pembebanan lampu yang diuji)
Grafik 4.2 Perubahan putaran alternator terhadap jumlah pembebanan lampu
Dari grafik di atas dapat dianalisa bahwa putaran di poros alternator
polynomial terhadap jumlah beban lampu, dimana semakin besar pembebanan lampu
yang diberikan, maka putaran di poros alternator juga akan semakin berkurang. Dari
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
pengukuran pada saat pengambilan data di lapangan, hal ini dapat dilihat dari nilai R2 pada regresi linearnya tidak mencapai angka 1.
R2 = 0.9723
0 20 40 60 80 100 120 140
1000 1050 1100
Putaran Alternator (rpm)
D aya P en g isi an A lt er n at o r ke B a te ra i (W a tt) Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap putaran alternator yang diuji
[image:61.612.136.504.168.404.2]Poly. (Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap putaran alternator yang diuji)
Grafik 4.3 Perubahan daya pengisian (cas) alternator ke baterai terhadap putaran
alternator
Dari grafik dapat dianalisa bahwa besar daya pengisian ke baterai polynomial
terhadap perubahan putaran di poros alternator, dimana semakin besar putaran poros
alternator maka semakin besar pula daya pengisian (cas) yang dihasilkan oleh
alternator ke baterai. Dari grafik diatas juga dapat diketahui bahwa masih terdapat
kesalahan-kesalahan pengukuran pada saat pengambilan data di lapangan, hal ini
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
4.3. Analisa perhitungan momen puntir pada alternator di setiap penambahan
beban lampu
Dari data tabel dan grafik di atas, dapat dihitung momen puntir ( T1 ) yang
terjadi pada alternator disetiap adanya penambahan beban lampu dengan daya lampu
( 25 Watt ) yaitu dari persamaan :
T = 9,74 ×105
n P
………(Lit.3 hal 36)
Dimana :
T = Momen puntir Alternator (kg mm)
P = Daya alternator (kW)
n = Putaran alternator ( rpm )
maka :
1. Momen puntir tanpa pembebanan lampu ( T1 )
T1 = 9,74 ×105
n P
T1 = 9,74 ×105
1088 12597 , 0
T1 = 112,77 kg mm
2. Momen puntir dengan pembebanan 1 lampu ( T2 )
T2 = 9,74 ×105
n P
T2 = 9,74 ×105
1083 12597 , 0
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
3. Momen puntir dengan pembebanan 2 lampu ( T3 )
T3 = 9,74 ×105
n P
T3 = 9,74 ×105
1075 12597 , 0
T3 = 114,13 kg mm
4. Momen puntir dengan pembebanan 3 lampu ( T4 )
T4 = 9,74 ×105
n P
T4 = 9,74 ×105
1064 12597 , 0
T4 = 115,31 kg mm
5. Momen puntir dengan pembebanan 4 lampu ( T5 )
T5 = 9,74 ×105
n P
T5 = 9,74 ×105
1046 12597 , 0
T5 = 117,29 kg mm
6. Momen puntir dengan pembebanan 5 lampu ( T6 )
T6 = 9,74 ×105
n P
T6 = 9,74 ×105
1012 12597 , 0
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
Dari perhitungan di atas bahwa momem puntir maksimum terjadi pada
putaran 1012 rpm di alternator yaitu sebesar 121,23 rpm.
Hasil analisa perhitungan momen puntir pada alternator diatas dapat dibuat dalam
[image:64.612.164.475.248.495.2]tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil analisa perhitungan momen puntir pada alternator disetiap
penambahan beban lampu.
Jumlah
Beban lampu
1
n
(rpm)
P1
(Watt)
Momen Puntir
(kgmm)
0 1088 125.97 112,77
1 1083 125.97 113,29
2 1075 125.97 114,13
3 1064 125.97 115,31
4 1046 125.97 117,29
5 1012 125,97 121,23
Analisa perhitungan momen puntir diatas juga dapat ditampilkan kedalam
bentuk grafik untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada perbandingan momen
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
R2 = 0.9815
112.00 113.00 114.00 115.00 116.00 117.00 118.00 119.00 120.00 121.00 122.00
1000 1020 1040 1060 1080 1100
Putaran Alternator (rpm)
[image:65.612.138.503.87.327.2]M o m e n P u n ti r A lt e rn a to r ( k g m m ) Perubahan momen puntir alternator terhadap putaran alternator Linear (Perubahan momen puntir alternator terhadap putaran alternator)
Grafik 4.4 Perubahan momen puntir alternator terhadap putaran poros alternator
Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa besar perubahan momen puntir linear
terhadap perubahan putaran di poros alternator. Besar perubahan beban puntir
alternator dipengaruhi perubahan putaran di poros alternator yang diakibatkan adanya
variasi beban lampu yang diberikan, dimana semakin besar putaran poros alternator
maka beban puntir yang dialami oleh poros alternator tersebut akan semakin kecil.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa analisa tersebut sesuai dengan rumus teori
untuk menghitung besar beban puntir pada poros alternator, dimana besar harga
momen puntir alternator bergantung pada perbandingan daya yang dihasilkan
alternator terhadap putaran poros alternator sendiri. Dari grafik diatas juga dapat
diketahui bahwa masih terdapat kesalahan-kesalahan pengukuran pada saat
Edis Sudianto Sihombing : Pengujian Sudu Lengkung Prototipe Turbin Air Terapung Pada Aliran Sungai, 2009. USU Repository © 2009
U
1C
1W
14.4 Analisa Kecepatan Sudu Prototipe Turbin Air Terapung
Kecepatan-kecepatan air yang mengalir melalui sudu turbin dan kecepatan
tangensial akibat perputaran turbin akan membentuk hubungan segitiga kecepatan.
Hubungan segitiga kecepatan ini dapat terjadi pada sisi masuk dan sisi keluar turbin.
4.4.1 Analisa Kecepatan Pada Sisi Masuk
Penggunaan segitiga kecepatan pada sisi masuk pada konstruksi turbin dapat
dilihat dari gambar berikut ini :
Gambar 4.2 Analisa Kecepatan Pada Sisi Masuk
Dari gambar diatas diketahui bahwa :
1
C : Kecepatan absolut fluida masuk.
1
U : Kecepatan tangensial / kecepatan keliling sudu turbin yang arahnya
searah dengan arah putaran turbin.
1
W : Kecepatan relatif fluida terhadap sudu turbin.
Adapun nilai dari C dan 1 U adalah sebagai berikut : 1
1
C = 1,75m /s ( sesuai hasil yang diperoleh dengan menggunakan flowmeter )
U = 1 60
n D