• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi komparasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara anak yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi komparasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara anak yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

MUKIM DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN

DARUL ULUM JOMBANG

Skripsi

Disusun Oleh:

AINUN ROHMAH D01213006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara Peserta Didik yang Mukim dan Non Mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang”.

Pendidikan adalah yang sangat penting untuk memajukan bangsa. Namun tidak imbang jika pendidikan di indonesia tidak di sertai dengan pendidikan agama di dalamnya. Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang berbasic agama seperti pondok pesantren. Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu agama islam yang sangat mendalam. Hal itu dapat mendukung hasil belajar peserta didik terutama pelajaran aqidah akhlak karena dengan akhlak kita bisa mencerminkan perilaku kita baik atau buruk. Peserta didik langsung di asuh oleh pengasuh pondok dan mukim dipesantren. Dan banyak juga peserta didik yang belajar dan non mukim di pesantren. Oleh karena itu penulis meneliti tentang perbandingan hasil belajr aqidah akhlak antara anak yang mukim dan non mukim di pesantren Darul Ulum.

Tujuan utama penelitain ini adalah 1). Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum. 2). Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum. 3). Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara peserta didik yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum.

Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data yang diambil meliputi literatur buku. Teknik pengambilan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis datanya dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

(7)

Ainun rohmah (D01213006 ). 2013. The Distinguish of Learning Outcomes of The Students on The Subjects of Aqidah Akhlak Class VIII in MTsN Rejoso Peterongan 1 Among Students Stay and Didn’t Stay at Darul Ulum Islamic Boarding School Jombang.

Education is very important to develop in indonesia. But isn’t in equipoise if education in Indonesia didn’t affiliate with religious education of it. Nowadays there are many educational institution that basically have religion as an islamic boarding school. Islamic boarding school is an educational institution teaches the science of religious devotion which is very deep. It can support learning outcomes school especially a lesson of aqidah akhlak as by their attitude we can reflect our behavior good or bad. The Student directly in foster by advisory of islamic boarding school. And there are also many students learning and didn’t stay in islamic boarding school. Furthermore writer research about the aqidah akhlak outcome distinguish among Stay and Didn’t Stay at Darul Ulum Islamic Boarding School Jombang.

The main objective of this research is 1). To describe study results students on subjects aqidah akhlak class for mtsn rejoso peterongan 1 mukim in a hut pesantren darul ulum. 2). To know study results students on subjects aqidah attitude class for mtsn rejoso peterongan 1 non mukim in a hut pesantren darul ulum. 3). To describe the comparison of the student learning on the subjects of aqidah attitude class for mtsn rejoso peterongan 1 stay and didn’t stay at darul ulum islamic boarding school jombang.

The methodology this is using approach qualitative descriptive qualitative. The data taken books include literature. The data technique is to interview, observation and documentation. Analyzing datawith the reduction, presentation of data and conclusions.

The result of this research First study results aqidah akhlak class VIII in mtsn rejoso peterongan 1 the habitats in boarding darul ulum categorized either by grade attainment highest average 91,5 and value of lowest average 77,5. Second, the results of the study aqidah akhlak in class VIII mtsn rejoso peterongan 1 for student who didn’t stay in Darul Ulum Islamic Boarding School include of categories not good/ enough with the highest average accomplishment 88,6 and the lowest average 72,9.

(8)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

(9)

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Hasil Belajar ... 33

1. Pengertian Hasil Belajar ... 33

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 36

a. Faktor Internal Siswa ... 36

b. Faktor Eksternal Siswa ... 38

B. Mata Pelajaran Aqidak Akhlak ... 39

1. Pengertian Aqidah Akhlak ... 39

2. Definisi Akhlak Menurut Para Ahli ... 40

C. Tinjauan Tentang Peserta Didik Mukim ... 45

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 45

2. Metode Pendidikan Pesantren ... 46

D. Tinjauan Tentang Peserta Didik Non Mukim ... 52

1. Lingkungan Keluarga ... 52

2. Lingkungan Masyarakat ... 55

(10)

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum ... 62

B. Susunan Majelis Pondok Pesantren Darul Ulum ... 68

C. Pendidikan Formal dan Non Formal ... 70

1. Pendidikan Formal ... 70

2. Pendidikan Non Formal ... 71

D. Profil MTsN Rejoso Peterongan 1 Jombang 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah ... 73

2. Kurikulum ... 76

3. Visi, Misi, dan Tujuan ... 77

4. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 83

5. Struktural Organisasi / Komite MTsN Rejoso Peterongan 1 Jombang Tahun 2016/2017 ... 93

6. Keadaan Sisiwa ... 94

7. Sarana dan Prasarana Penunjang Pendidikan di MTs Negeri Rejoso Peterongan 1 Jombang ... 95

8. Latar Belakang Keadaan Sosial Ekonomi Wali Murid ... 96

(11)

B. Analisis Perbandingan ... 113

1. Perbandingan Siswa Mukim dan Non Mukim ... 113

2. Data Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Rejoso Peterongan 1 pada

Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Berdasarkan Kategori Mukim dan Non

Mukim ... 116

3. Hasil Perbandingan ... 120

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA

(12)
(13)

1

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan terus berubah dengan signifikan, sehingga banyak merubah

pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.

Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara

mengungkapkan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan

pendidikan yang sesungguhnya.

Pendidikan Islam adalah pendidikan Islami, pendidikan yang punya

karakteristik dan sifat keIslaman, yakni pendidikan yang didirikan dan

dikembangkan atas dasar ajaran agama Islam.1 Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan bermoral sehingga memiliki

pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan

dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.

Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala

aspek kehidupan. Oleh karenanya dalam dunia pendidikan yang diperlukan bukan

hanya ilmu umum, namun juga ilmu agama sangat berperan penting dalam proses

pendidikan, sehingga output yang dihasilkan peserta didik bukan hanya mahir dalam intelektual, namun juga memiliki moral dan akhlak yang baik.

1

(14)

Peran lembaga pendidikan Islam sangat berpengaruh. Pengembangan lembaga

pendidikan Islam terlihat lebih ditekankan pada usaha pemahaman, pembentukan

watak dan perilaku peserta didik agar sesuai dengan ajaran agama Islam. Ini

terlihat dari mata pelajaran agama Islam yang menjadi prioritas dalam seluruh

aspek pembelajaran lembaga pendidikan Islam. Akan tetapi, dengan selalu

tanggap terhadap perubahan-perubahan situasi dan kondisi, maka pelajaran agama

di lembaga pendidikan Islam seharusnya dikaitkan dengan persoalan-persoalan

riil yang dihadapi masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu

memahami dan menerapkan ajaran agam Islam secara benar dalam kehidupan

nyata di masyarakat yang dalam bahasa agama disimbolkan sebagai hamba Allah

(abdullah) dan pengelola alam (khalifatullah). Perwujudan dari konsep pendidikan

sebagaimana terurai diatas, terus diperjuangkan oleh lembaga pendidikan Islam.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia dan juga salah

satu bentuk indigenous cultural (tradisi asli) atau bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia. Sebab, lembaga pendidikan dengan pola kiai, santri, dan asrama telah

dikenal dalam kisah dan cerita rakyat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Pendidikan pesantren ini telah telah muncul di Nusantara pada abad ke-1.2

Biasanya pertama kali ulama menyampaikan ajaran Islam yang berkaitan

dengan nila-nilai tauhid. Setelah masyarakat memeluk agama Islam, mereka

2

(15)

dianjurkan untuk belajar mengaji kitab Al-Qur’an dan kemudian belajar masalah

fiqih, aqidah akhlak dan sebagainya.

Kegiatan pendidikan yang berjalan di pesantren secara umum diarahkan untuk

mempersiapkan santri agar mampu mendalami, menghayati dan mengembangkan

ajaran Islam secara utuh dan dapat mengabdikannya untuk masyarak.3 Santri sebagai publik figure seharusnya mau berperan dalam memajukan ruh keagamaan di masyarakat. Mengingat perkembangan zaman yang ada, ruh keislaman di

masyarakat pun semakin luntur.4 Di sinilah saatnya santri berbuat, perihal yang pernah didapatkan di pesantren merupakan kewajiban mutlak untuk diamalkan.

Berdasarkan kejernihan hati dan pikiran itulah seharusnya seorang muslim,

terutama kaum santri mampu melihat segala persoalan dunia Islam dan

masyarakatnya secara jujur dan objektif.5 Sebagaimana disebutkan dalam firman

Allah yang berbunyi:

َ

َ

َ



َ



َ

َ

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS.

Al-Qalam: 4)

3

Zubaedi, PemberdayaanMasyarakat Berbasis Pesantren; Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal. 208.

4

Ma’as Shobirin, Menapak Perjalanan Batin Santri (Semarang: Lutfi Offset, 2008), hal. 99. 5

(16)

Akhlak memiliki peranan penting dalam hidup manusia. Akhlaq al-karimah, tingkah laku yang mulia atau perbuatan baik adalah cerminan dari iman yang

benar dan sempurna. Dengan istilah ini yang menjadi dasar utama dari perbuatan

baik itu adalah iman yang benar dan sempurna. Berangkat dari penjelasan di atas,

betapa pentingnya manusia menghias diri dengan akhlaq al-karimah sebagai tujuan hidup dan mendasari salah satu tujuan pendidikan.

Pembinaan akhlak dalam pendidikan merupakan bagian yang sangat penting.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun

2003 yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terrencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6

Dalam konsep pengertian pendidikan di atas telah jelas bahwa

diselenggarakannya pendidikan di samping untuk memperoleh kecerdasan, juga

bertujuan untuk membina akhlak yang mulia bagi peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari. Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW

yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.7

6

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 3. 7

(17)

Dalam ayat tersebut di atas, Allah SWT sudah menegaskan bahwa Nabi

Muhammad SAW mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok

bagi siapa pun yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya,

tidak mungkin bisa memperbaiki akhlak orang lain kecuali diri sendiri sudah baik

akhlaknya.

Karena akhlak yang sempurna itu, Rasulullah SAW patut dijadikan sebagai

uswah al-hasanah (teladan yang baik). Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21.8

َ

َ

َ

َ



َ

َ

َ

َ



َ

َ

َ

َ

َ

َ

َ

َ

َ



َ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Berdasarkan ayat di atas, orang yang benar-benar ingin bertemu dengan Allah

dan mendapatkan kemenangan di akhirat, maka Rasulullah SAW yang dijadikan

sebagai contohnya. Rasululllah SAW adalah teladan yang paling baik.9

Secara garis besar, faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak

ada dua: pertama, faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 420. 9

(18)

(rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir. Kedua, faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh,

serta pemimpin masyarakat.10

Salah satu faktor di atas adalah faktor dari luar. Faktor ini merupakan faktor

yang ada di luar dari diri seseorang, misalnya lingkungan tempat tinggal.

Lingkungan tempat tinggal bagi peserta didik merupakan faktor pembinaan

akhlak yang penting, sebab tempat tinggal peserta didik dapat membentuk akhlak

peserta didik tersebut menjadi baik ataupun buruk. Hal tersebut sesuai dengan

hadits di bawah ini11 :

َ ح

َ دَ ث

َ ا

َ عَ ب

َ د

َ نا

ََ ا

َ خَ ب

َ رَ ن

َ عَ ب

َ د

َهل

ََ ا

َ خَ ب

َ رَ ن

َ يَ نو

َ س

ََ ع

َهنَ

َ زلا

َ َهر

َه ىَ

َ ق

َ لا

َ أَ:

َ خَ ب

َ رَهن

َ أََ ب

َ سو

َ لَ م

ةَ

َ نب

ََ ع

َ بَهد

َ رلا

َ ح

َهنَ

َ اَ ن

ََ أ

َ ب

َ َ رَ ي

َ رَ ة

َ رَهض

َ ىَ

َ عَل

َ َ َ

َ ق

َ لا

ََ ق

َ لا

ََ ر

َ س

َ لو

َ

َ مَمَل

ا

َهم

َ نَ

َ مَ وَ ل

َ وَ د

َهإ

َ ّ

َ يَ لو

َ د

َ عَ ل

َهفلاَى

َ طَ ر

َهةَ

َ فَ أَ ب

َ وَ ا

َ

َ يَ ه

َه وَ د

َهناَه

ََ أ

َ و

َ ي

َ ج

َ س

َهنا

ىراخبلاَ اور[َ

]

“Diceritakan dari Abdan dikabarkan dari Abdullah dikabarkan dari

Yunus dari Zuhri berkata Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadaku bahwasanya Abu Hurairah RA. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada bayi yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah,

10

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf ... hal. 171. 11

(19)

kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau

Majusi”. (HR. Al Bukhari)

Islam memiliki konsep pendidikan yang luhur dan universal, yaitu manusia

dilahirkan dengan memiliki fitrah (kesucian/kemurnian). Fitrah tersebut akan

dipengaruhioleh lingkunganpendidikannya, sehingga keterpaduandasardan ajar

inilah yang diyakini dapat dikembangkan melaluidunia pendidikan.12

Fitrah tidak berarti kosong atau bersih seperti teori tabula rasa tetapi

merupakan pola dasar yang dilengkapi dengan berbagai sumber daya manusia

yang potensial. Betapapun juga faktor keturunan tidaklah merupakan suatu yang

kaku hingga tidak bisa dipengaruhi. Bahkan ia bisa dilenturkan dalam batas

tertentu. Alat untuk melenturkan dan mengubahnya ialah lingkungan dengan

segala atmosfirnya. Lingkungan sekitar ialah aspek pendidikan yang penting.13

Pada dasarnya pengaruh lingkungan pada anak, berpengaruh dalam tiga

macam: pertama, pengaruh lingkungan positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak

untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan ajaran Islam. Kedua

pengaruh lingkungan negatif, yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang

menunjang kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini, serta

mengamalkan ajaran Islam. Ketiga lingkungan netral, yaitu lingkungan yang tidak

12

Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 7.

13

(20)

memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak

untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan ajaran Islam.14

Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara

anggotanya bersifat khusus. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan.

Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan

pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau

dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota

keluarga.15

Di dalam keluarga, orang tua selain merupakan pendidik utama dalam

keluarga. Pembinaan akhlak merupakan tugas dari orang tua kepada anaknya

karena orang tua merupakan orang yang terdekat kepada anak dalam lingkungan

keluarga. Di samping siswa tinggal di lingkungan keluarga, sekarang banyak

siswa yang sekolah sambil tinggal di Pesantren.

Pembentukan akhlak di pesantren biasanya dibentuk oleh pengasuh dan

pengurus melalui kedisiplinan terhadap peraturan-peraturan yang ada. Penerapan

peraturan pesantren yang sangat ketat dan program-program pesantren yang

dilaksankan secara disiplin menjadikan sebagai institusi yang berpengaruh kepada

santrinya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pesantren dalam batas-batas tertentu telah

mampu merespon berbagai perubahan sosial melalui sistem pengelolaan

14

Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal. 300. 15

(21)

pesantren secara instutisional yang inovatif.16 Sehingga dengan sistem seperti itu, pesantren dapat membentuk karakter serta akhlak santrinya dalam lingkungan

pesantren.

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang penting,

sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu

masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlak dari masyarakat itu sendiri.

Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya

rusak maka rendahlah derajatnya melebihi hewan.

Kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya, bila berakhlak baik dapat

membuat seseorang menjadi aman, tenang, tenteram dan tidak tercela. Seseorang

yang berakhlak mulia dia melakukan kewajiban, terhadap Tuhannya, terhadap

makhluk lain, dan terhadap sesama manusia. Sedangkan berakhlak buruk akan

menjadi sorotan bagi masyarakat sekelilingnya, melanggar norma-norma dan

penuh dengan sifat tercela, maka yang demikian ini menyebabkan rusaknya

susunan sistem sosial di lingkungannya.17

Sukses tidaknya suatu bangsa mencapai tujuan hidupnya tergantung pada

kekuatan berpegang teguh terhadap nilai-nilai akhlaq al-karimah. Jika masyarakat pada suatu bangsa senantiasa berpegang teguh terhadap kebaikan, maka bangsa

itu akan sukses. Sebaliknya jika bangsanya berakhlaq al-madzmumah, maka bangsa itu akan hancur.

16In’am Sulaiman,

Pesantren Masa Depan (Malang: Madani (Kelompok Intrans Publishing), 2010), hal. 87.

17

(22)

Pendidikan akhlak merupakan problem utama yang selalu menjadi tantangan

manusia dalam sepanjang sejarahnya dan sebagai salah satu tonggak penting dan

mendasar bagi kehidupan manusia. Nasib baik atau buruknya secara lahir maupun

batin seseorang, sebuah keluarga, sebuah bangsa, bahkan seluruh umat manusia,

bergantung secara langsung pada kepribadian atau akhlak mereka sejak

kanak-kanak.18 Oleh karena itu, tidak salah lagi apa yang telah disampaikan oleh ahli pendidikan bahwa perkembangan pribadi sangat ditentukan oleh faktor-faktor

lingkungan, terutama pendidikan.

Pada umumnya akhlak siswa yang tinggal di pesantren harus dapat lebih baik

daripada akhlak siswa yang tinggal bersama orang tua di rumah. Akan tetapi pada

kenyataanya tidak semua siswa yang tinggal di pesantren lebih baik akhlaknya

daripada siswa yang berada di rumah.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengkaji

tentang prestasi siswa yang juga santri. Untuk itu dalam skripsi ini penulis

mengangkat penelitian dengan judul “Studi komparasi hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso antara peserta didik

yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum”.

18

(23)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, penulis dapat mengidentifikasikan

beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas

VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang mukim di Pondok Pesantren Darul

Ulum?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas

VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang non mukim di Pondok Pesantren

Darul Ulum?

3. Bagaimanakah perbandingan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara peserta

didik yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak

kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang mukim di Pondok

(24)

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak

kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 yang non mukim di Pondok

Pesantren Darul Ulum.

3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Aqidah Akhlak kelas VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara peserta

didik yang mukim dan non mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini penulis memilahnya sebagai berikut:

1. Bagi sekolah yang bersangkutan, diharapkan dengan adanya penelitian ini

sekolah bisa memperbaiki proses belajar mengajar disekolah. Sehingga

hasil belajar terutama pada mata pelajaran aqidah akhlak pada peserta

didik antara yang berlatar belakang pesantren dan non pesantren bisa

seimbang dan merata.

2. Bagi akademisi, terutama guru diharapkan dari hasil penelitian ini guru

bisa memberikan pengajaran dengan banyak inovasi. Agar pelajaran agama

termasuk aqidah akhlak lebih diminati peserta didik, sehingga tidak

terkesan monoton.

3. Bagi orang tua, dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua

lebih memperhatikan waktu belajar anak sehingga hasil yang dicapai dalam

(25)

4. Bagi kalangan pondok pesantren, dengan penelitian ini diharapkan jadwal

belajar yang ditentukan bisa lebih ditinjau dengan saksama agar santri tetap

disiplin dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan sehingga proses belajar

di sekolah dapat efektif dan efisien.

5. Bagi penulis, adapun manfaat bagi penulis yaitu untuk memberikan

tuntunan akhlak yang baik dan menambah wawasan dalam praktik

pendidikan.

E. Penelitian Terdahulu

Sesuai dengan judul penelitian yang penulis angkat, terdapat penelitian

terdahulu yang relevan namun berbeda objek formalnya.

1. Skripsi Latifah (2009), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. “Studi

Komparasi Perilaku Beragama (Ibadah) Peserta didik di MIS Al-Jufri

Sitibentar Mirit Kebumen yang bertempat Tinggal di Pondok Pesantren dan

yang Bertempat Tinggal di Luar Pondok Pesantren”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

antara perilaku beragama peserta didik di MI Al-Jufri Sitibentar Mirit

Kebumen yang Bertempat Tinggal di di pondok pesantren (x) dan yang

bertempat tinggal di luar pondok pesantren (y). Penelitian ini menggunakan

metode atau pendekatan survey dengan teknik komparasi, subjek dalam

penelitian ini sebanyak 76 (tujuh puluh enam) responden, yang terbagi

(26)

bertempat tinggal di pondok pesantren dan kelompok yang kedua yaitu

peserta didik yang bertempat tinggal di luar pondok pesantren.

Masing-masing 38 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang Bertempat

Tinggal di pondok pesantren dalam kesehariannya sesuai dengan agamanya,

tetapi sebagian peserta didik lebih menekankan pada perilaku yang

berkaitan dengan ibadah mahdhoh dan kurang memperhatikan pada ibadah

ghoiru mahdhoh terutama pada akhlak terhadap lingkungan, dan peserta didik yang bertempat tinggal di luar pondok pesantren juga sesuai dengan

agamanya lebih menekankan kepada ibadah ghoiru mahdhah dan kurang pada ibadah mahdhoh yaitu pada shalat dan puasa.

2. Skripsi Aman (1997) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembinaan

Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Santri Pondok Pesantren al-Ishlah

Mangkang Tugu Kota Semarang”. Dalam penelitiannya yang lebih

difokuskan adalah mengenai hubungan antara pembinaan akhlak dalam

membentuk kepribadian santri. Karena dilihat dari kenyataan yang ada

pembinaan akhlak di pondok pesantren lebih memungkinkan berhasil

dikarenakan ada keterpaduan dalam pembinaan yang dilakukan oleh

lembaga, lingkungan serta orang tua.

3. Skripsi Nurul Ustadziroh (1998) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pemikiran Ibn Maskawaih tentang Pendidikan Akhlak Anak dan

(27)

yang lebih difokuskan adalah mengenai pemikiran Ibn Maskawaih tentang

pendidikan akhlak bagi anak. Pemikiran pendidikan akhlak Ibn Maskawaih

bertolak dari konsep jiwa manusia yang menurutnya bahwa jiwa manusia

itu terdiri dari tiga tingkatan yaitu al-nafs bahimiyah, al-nafs sabuiyah dan al-nafs nathiqah.

Watak manusia itu bisa berubah dapat beralih pada kebajikan dan

kejahatan karena pendidikan atau pengajaran dan pengaruh lingkungan. Ibn

Maskawaih memaparkan bahwa akhlak itu bisa dibentuk melalui

pendidikan dan pembinaan. Begitu juga konsep umum tentang

pembentukan akhlak itu bisa dipengaruhi dari dua faktor yaitu faktor dalam

dan faktor luar. Adapun faktor luar yaitu melalui pendidikan. Jadi

pemikiran Ibn Maskawaih itu dapat dijadikan titik tolak dalam pendidikan

akhlak anak dalam membentuk akhlak anak.

4. Skipsi Nurainiyah (2000), pada penelitiannya yang berjudul “Pembinaan

Akhlak (Studi Kasus di SMP “Antasena” Magelang)”. Dalam penelitiannya

bahwa Akhlak dalam jiwa seseorang tidak datang dengan sendirinya

melainkan ada suatu usaha yaitu pembinaan, dan asumsi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembentukan akhlak dalam jiwa seseorang dibutuhkan

adanya usaha pembinaan secara kontinu, baik pembinaan akhlak bagi anak

kecil oleh keluarganya atau melalui pendidikan dan pembinaan yang

(28)

Dari Pencarian terhadap penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa

“Studi komparasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas

VIII di MTsN Rejoso Peterongan 1 antara peserta didik yang mukim dan non

mukim di Pondok Pesantren Darul Ulum” belum ditemukan pembahasan yang

spesifik pada penelitian terdahulu.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari pemahaman yang keliru dalam penelitian ini, penulis

memberikan sub bahasan penegasan istilah operasional sebagai berikut:

1. Studi Komparasi

Studi adalah penyelidikan menggunakan waktu dan pikiran untuk

memperoleh ilmu pengetahuan. Sedangkan komparasi adalah pembandingan.

Dra. Aswarni Sudjud menjelaskan yaitu penelitian yang mencari atau

menemukan persamaan-persamaan, dan perbedaan-perbedaan tentang

benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap

orang, dan kelompok. Jadi, studi komparasi adalah sebuah penyelidikan

dengan tujuan mencari persamaan dan perbedaan tentang orang, kelompok,

benda-benda dan sebagainya.

2. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

(29)

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono juga

menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Dalam hal ini peneliti hanya membatasi pada hasil

belajar ulangan harian dan ujian tengah semeter.

3. Peserta didik

Peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses

perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing, sangat

memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik

optimal kemampuan fitrahnya. Di samping sebagai objek didik, ia juga harus

diberi peran sebagai subjek didik melalui berbagai kesempatan yang tepat.

4. Aqidah Akhlak

Aqidah Akhlaq merupakan mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar

yang membahas tentang ajaran Islam dalam segi akidah dan akhlaq.

5. Pesantren

Pesantren atau Pondok Pesantren adalah sekolah Islam berasrama (Islamic

Boarding School), para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada

sekolah ini, sekaligus tinggal di asrama yang disediakan oleh pesantren,

biasanya pesantren dipimpin olehseorang kyai. Pesantren dapat diartikan

sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan pada siswa membaca

(30)

G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif (campuran). Di mana penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik

pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu,

sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan.19

Sedangkan penelitian Kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.20

Jadi, penelitian ini akan menggabungkan antara data statistik dan data di lapangan

yang di analisis secara alamiah.

Metode kuantitatif sering dipasangkan dengan metode kualitatif dan di beri

nama metode tradisional dan metode baru, metode positivistik dan metode

postpossitivistik, dan lain-lain. Jadi metode kuantitatif adalah metode tradisional

dan metode kualitatif adalah metode baru.

Metode kuantitatif di namakan metode tradisional, karena metode ini sudah

cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk

penelitian. Disebut sebagai metode positivistik karena metode Kuantitatif ini

berlandaskan pada filsafat positivistik. Metode kualitatif di namakan metode baru

karena popularitasnya belum lama, di namakan metode postpositivistik karena

19

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT.RemajaRosdakarya, 2012) h.29. 20

(31)

berlandaskan pada filsafat postpositifistik.21 Sedangkan berdasarkan fungsinya, penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian

Tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri melalui tindakan nyata

dalam situasi yang sebenarnya. Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah

untuk meningkatkan hasil kegiatan.

Penelitian “STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTSN REJOSO

PETERONGAN 1 ANTARA PESERTA DIDIK YANG MUKIM DAN NON

MUKIM DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM JOMBANG” termasuk ke

dalam penelitian Kuantitatif.

2. Variabel Penelitian

Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya berkenaan

dengan variabel penelitian. Jadi, variabel penelitian pada dasarnya variabel

penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajar sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan.22

Karlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat

yang akan di pelajar. Diberikan contoh misalnya tingkat aspirasi, penghasilan,

pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, dan lain-lain.

21

Ibid hal13 22

(32)

Sedangkan Hatch dan Farhady mengartikan bahwa variabel adalah atribut dari

bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi,

kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang.23 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di

sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,

maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

1) Variabel Independen

Variabel ini sering di sebut variabel stimulus, predikator. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).24

Dalam kaitannya dengan penelitian yang berjudu “STUDI

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTSN REJOSO

PETERONGAN 1 ANTARA PESERTA DIDIK YANG MUKIM

DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN DARUL ULUM

23

Ibid hal 3 24

(33)

JOMBANG” ini, yang menjadi variabel independen adalah Siswa

Mukim dengan siswa Non Mukim.

2) Variabel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam

bahasa indonesia seringdisebut sebagai terikat variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari

timbulnya variabel bebas. Dalam kaitannya dengan penelitian yang

berjudul “STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VIII DI MTSN

REJOSO PETERONGAN 1 ANTARA PESERTA DIDIK YANG

MUKIM DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN DARUL

ULUM JOMBANG” ” ini, yang menjadi variabel dependen adalah

Hasil Belajar.

3. Populasi

Dalam penelitian, sering digunakan istilah populasi dan sampel.

Menurut Arikunto, Populasi atau universe merupakan ke seluruh unsur atau

elemen yang menjadi objek penelitian. 25 Populasi juga merupakan keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai

maupun hal-hal yang terjadi.26 Idealnya, sebuah penelitian dilakukan kepada

25

Ibid, SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian, (t.t,t,p,th) h.102 26

(34)

seluruh anggota populasi yang akan diteliti. Menurut Margono,27 populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup

dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan

manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka,

banyaknyaatau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Namun demikian, jika anggota populasi lebih dari 100, maka

penelitian bisa dilakukan terhadap sebagian dari populasi yang ada atau yang

sering disebut dengan penelitian sampel. Pada penelitian ini, jumlah populasi

adalah : sebagian dari jumlah siswa MTsN antara siswa yang Mukim dan Non

Mukim di Pesantren darul ulum.

4. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga

dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.28 Sampel terdiri

dari sekelompok individu yang dipilih dari kelompok yang lebih besar di

mana pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.

Menurut Sugiyono29 sampel adalah sebagian dari populasi itu”. Populasi

itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi

tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.

Sementara itu, Margono56mengemukakan bahwa sampel adalah sebagai

27

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.118. 28

Ibid, Zainal Arifin, M.Pd, Penelitian Pendidikan, h.215 29

(35)

bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertntu. Senada dengan itu, Sudjana30 mengemukakan

bahwa sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga

dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.31 Sampel terdiri dari sekelompok individu yang dipilih dari kelompok yang lebih besar di

mana pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak

akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.32 Teknik pengumpulan data adalah strategi atau cara yang dilakukan peneliti guna

mengumpulkan data-data yang valid dari responden serta bagaimana

peneliti menentukan metode yang tepat untuk memperoleh data kemudian

mengambil kesimpulan. Teknik pengumpulan data mempunyai peranan

yang sangat besar dalam suatu penelitian. Baik buruknya hasil penelitian

dipengaruhi oleh teknik yang digunakan. Semakin baik tekniknya, maka

30

Ibid, Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, hal. 121 31

Ibid zainal abidin penelitian pendidikan,hal 215 32

(36)

semakin baik obyek yang diidentifikasikan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam penelitian.

Untuk memperoleh data yang valid dan akurat, peneliti menggunakan

tiga teknik pengumpulan data, yaitu:

Pertama Observasi. Metode ini biasanya diartikan sebagai bentuk pengamatan dan pencatatan secara sistematis, tentang fenomena-fenomena

lapangan yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Metode ini peneliti gunakan untuk data tentang keadaan obyek yang

diteliti. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakuan manusia, seperti terjadi dalam kenyataan.

Dengan observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas yang

sukar diperoleh dengan metode lain. Dengan teknik observasi partisipan

seperti ini memungkinkan bagi peneliti untuk mengamati gejala-gejala

penelitian secara lebih dekat. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik observasi partisipan. Adapun data yang ingin diperoleh dari

teknik observasi ini, adalah keadaan siswa dan lingkungan sehubungan

dengan perbangan hasil belajar siswa di MTsN Rejoso Peterongan 1

Jombang.

Kedua Wawancara Dalam wawancara ini, terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan responden. Metode interview atau wawancara

(37)

terkodifikasikan pada lembaga yang diteliti, sehingga dengan metode ini

kelengkapan atau validitas data dapat disuguhkan secara holistik.

Adapun data yang ingin diperoleh dari teknik interview atau

wawancara ini adalah tentang penerapan akhlak siswa dan faktor-faktor

yang memengaruhinya.

Ketiga Metode Penggunaan Dokumen. Menurut Suharsimi Arikunto, metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda serta foto-foto kegiatan.33 Metode dokumentasi dalam penelitian

ini, dipergunakan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan hasil

pengamatan (observasi).

Metode dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan

mempelajari data-data yang telah didokumentasikan. Dari asal katanya,

dokumentasi, yakni dokumen, berarti barang-barang tertulis. Di dalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis, seperti dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan

sebagainya.

Teknik ini dipergunakan untuk mencari data yang bersifat paten,

misalnya; sejarah berdirinya MTsN, pertumbuhan dan perkembangannya,

letak geografis, serta keadaan guru, dan yang terpenting laporan tentang

33

(38)

hasil belajar siswa untuk mengetahui perbandingan antara siswa yang

mukim dan non mukim di MTsN Rejoso Peterongan 1 Jombang.

6. Teknik Analisa Data

Agar data yang terkumpul mempunyai makna, maka diperlukan proses

analisis data dengan cara tertentu. Yang dimaksud dengan analisis data adalah

proses mengatur, mengelompokkan, memberi kode, mengorganisasikan, dan

mengurutkan data ke dalam suatu pola, ketegori dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti

yang disarankan oleh data.34 Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat

menjadi teori substantif.

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis data yang sesuai dengan sifat data yaitu bersifat kualitatif.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, cuplikan tertulis dari

dokumenter, catatan lapangan, tidak dituangkan dalam bilangan statistik, akan

tetapi peneliti akan segera melakukan analisis data guna memperkaya

informasi melalui teknik analisis deskriptif dengan mengembangkan

kategori-kategori yang relevan dengan tujuan penelitian dan didasarkan pada teori-teori

yang sesuai.

34

(39)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengambarkan keadaan di lapangan atau data riil di lapangan yang dipilih

secara sistematis menurut kategorinya kemudian dikomparasikan untuk

memperoleh kesimpulan dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna

atau mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Langkah dan strategi penelitian ini adalah memakai atau mengunakan

data yang tepat dan relevan dengan pokok permasalahan yang ada. Analisis

data dapat dilakukan apabila semua data yang diperlukan sudah terkumpul.

Analisis data sebagai proses merinci atau suatu usaha secara formal untuk

menemukan tema dan menemukan hipotesis atau ide seperti yang disarankan

oleh data dan sebagai usaha memberikan bantuan pada tema dan hipotesis

yang sudah dihasilkan. Berdasarkan uraian di atas, maka prosedur analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Reduksi data termasuk dalam kategori pekerjaan analisis data.

Data yang berupa catatan lapangan (field notes) jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema polanya. Dengan demikian data yang telah

(40)

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.35

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang

akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan

segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,

justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan

reduksi data. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang

tinggi.36

a) Display Data (penyajian data)

Hasil reduksi perlu “didisplay” secara tertentu untuk masing

-masing pola, kategori, fokus, tema yang hendak difahami dan

dimengerti persoalannya. Display data dapat membantu peneliti

untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif.

35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif ... hal. 247. 36

(41)

b) Mengambil Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles

dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena penelitian ini masihbersifat sementara

dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.37 Setelah data terkumpul, maka tahap berikutnya adalah menganalisa

data. Hal ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, menguji hipotesis,

sehingga pada akhirnya dapat ditarik suatu konklusi dari hasil penelitian

yang dilakukan.38 Karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuantitatif dan kualitatif (campuran), maka teknik analisis data yang

digunakan adalah metode statistik yang sudah tersedia. Selain menggunakan

uji statistik, teknik analisis data pada penelitian ini juga menggunakan teknik

deskriptif. Teknik ini dilakukan untuk menganalisis dari hasil data observasi

dan wawancara.

37

Ibid., hal. 252. 38

(42)

Penelitian ini adalah Studi Perbandingan yang datanya adalah data

interval. Maka, rumus statistik yang peneliti gunakan adalah rumus Uji t.

Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan

atau kesamaan dua kondisi/ perlakuan atau dua kelompok yang berbeda

dengan prinsip memperbandingkan rata-rata kedua kelompok/perlakuan itu.

Untuk uji t ini menggunakan rumus Independent Sample T Test yang

bersifat heterogen. Rumusnya adalah :

Keterangan

= Rata-rata Sampel 1

= Rata-rata Sampel 2

= nilai t (yang dicari)

= Varian Populasi

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini mengacu pada aturan penulisan karya tulis ilmiah yang

tersusun secara sistematis dan kronologis.

Bab I: Pendahuluan

Bab ini meliputi pendahuluan yang memuat tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu,

batasan masalah, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

(43)

kehadiran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian.

Bab II: Kajian Teori

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan hasil belajar yang meliputi pengertian,

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Mata pelajaran aqidah akhlak

yang meliputi pengertian, fungsi materi pengajaran, tujuan pengajaran. Pondok

pesantren yang meliputi pengertian, metode, ciri-ciri sistem pengajaran pada

pondok pesantren. Tinjauan tentang non pondok pesantren yang meliputi

lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga. Tinjauan Studi komparasi hasil

belajar akidah akhlak ntara peserta didik yang mukim dan non mukim di pondok

pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan 1 Jombang.

BAB III: Profil Sekolah dan Pesantren Darul Ulum

Bab ini di dalamnya menguraikan tentang gambaran umum obyek dan tempat

penelitian, penyajian data meliputi sejarah singkat berdirinya Pesantren Darul

Ulum, MTsN Rejoso Peterongan 1, visi dan misi MTsN Rejoso Peterongan 1,

struktur organisasi MTsN Rejoso Peterongan 1, keadaan guru, karyawan, peserta

didik dan sarana prasarana di MTsN Rejoso Peterongan 1.

BAB IV: Hasil Pengembangan

Analisis data studi komparasi hasil belajar akidah akhlak antara peserta didik

yang yang mukim dan non mukim di pondok pesantren Darul Ulum Rejoso

(44)

BAB V: Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dari serangkaian pembahasan. Pada halaman

akhir dilengkapi dengan Daftar Pustaka dan beberapa lampiran-lampiran.

Setelah dijelaskan tentang latar belakang dan tujuan penelitian, selanjutnya akan

membahas tentang kajian teori yang berisi tentang teori hasil belajar beserta fakto

(45)

31

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang teori hasil belajar beserta fakto faktor yang

mempengaruhi hasil belajar.

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Kata hasil berarti sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan,

panen dan sebagainya.30 Sedangkan belajar, ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi belajar tersebut. Di antara definisi belajar antara lain:

a. Menurut Clifford T. Morgan, learning is any permanent change in behaviour that is result of past experince (belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang

lalu).

b. Menurut Dr. Musthofa Fahmi, Innatta’alluma „ibaarotun „an „amaliyati tahgoyyurin au ta’diilin fissuluuki awil khibroh (sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan

perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman).

c. Menurut Harold Spears (1995 94), learning is to observe, to read, to imitate, to something themselves, to listen, to follow direction (belajar

30

(46)

adalah mengamati, membaca, meniru mencoba sendiri tentang sesuatu,

mendengarkan, mengikuti petunjuk).31

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono juga

menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom menyebutkan

enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah

untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,

menggunakan prinsip.

31

(47)

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga strukturkeseluruhan dapat dipahami dengan

baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil

ulangan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang

bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan

tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif

yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek

(48)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di

kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri.

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi faktor internal dan eksternal. Pendekatan belajar yakni

jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek

yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis.

1) Aspek fisiologis dibedakan menjadi dua macam yakni:

a) Kedaan jasmani

b) Keadaan fungsi fungsi jasmani tetentu

2) Aspek Psikologis

Aspek psikologis meliputi:

a) Intelegensi dan bakat

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan menyesuaikan diri

dengan lingkungan secara tepat. Sedangkan bakat adalah

(49)

b) Minat dan Motivasi

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut

Rober minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi

karena ketergantungan yang banyak pada faktor-faktor internal

lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi

dan kebutuhan. Motivasi ialah kedaan internal organisme, baik

manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya

(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.32 c) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala yang berdimensi efektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

relatif terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif, sikap siswa yang positif terutama kepada

guru dan mata pelajaran yang akan disajikan merupakan

pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru, apalagi jika

diiringi kebencian terhadap mata pelajaran dan guru, dapat

menimbulkan kesulitan belajar siswa dan prestasi yang dicapai

siswa akan kurang memuaskan.

32

(50)

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor

lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

1) Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah seperti para guru, staf administrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,

para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang

simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya

dalam hal belajar.

2) Faktor lingkungan non sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu

belajar yang digunakan oleh siswa.

Contoh: Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta

perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki saran umum

untuk kegiatan remaja akan mendorong siswa untuk berkeliaran

ketempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi, kondisi

rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap

(51)

B. Aqidah Akhlak

1. Pengertian Aqidah Akhlak

Akhlak secara bahasa (etimologi), berasal dari bahasa Arab, jama’nya

khuluqun yang menurut lughat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam bahasa asingnya “the traits of men’s moral character”.

Menurut pandangan agama berarti; suatu daya positif dan aktif dalam bentuk

tingkah laku/perbuatan. 33 Sedangkan secara terminologi akhlak adalah

kebiasaan, kehendak, yaitu apabila suatu kehendak sudah terbiasa maka

menjadilah adat, dan kebiasaan itu disebut akhlak.34 Dan menurut ulama aklak

sendiri antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan

buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau

perbuatan manusia lahir dan batin.

b. Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian

tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia

dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan

pekerjaan mereka.35

33

Moh. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an, cet. Ke-1 (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991), hal. 92.

34

Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 62. 35Hamzah Ya’qub,

(52)

2. Definisi Akhlak Menurut Para Ahli

Pemahaman yang berbeda akan melahirkan pemaknaan yang berbeda

pula. Dalam bahasa lain, para ahli mengemukakan definisi akhlak dengan

ungkapan masing-masing yang sedikit berbeda, di antaranya:

a. Menurut Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang

yang dari sifat itu timbul perbuatan yang mudah tanpa memerlukan

pertimbangan pikiran terlebih dahulu.36 b. Menurut Ahmad Amin

Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan, artinya bahwa kehendak

itu membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah

bimbang. Sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang

sehingga mudah melaksanakannya. Masing-masing dari kehendak

dan kebiasaan itu mempunyai kekuatan dan gabungan dari dua

kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar bernama

akhlak”.37

36

Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz III (Beirut: Daar al-Mishri, 1977), hal. 58. 37

(53)

c. Al-Qurthuby

َ

م

َ َا

َ وَ ي

َ خأ

َ ذَ ب

َ هَ

َ ْلا

َْن

َ س

َ نا

ََ ن

َْف

َ سَ ه

ََ م

َ نَ

َ ْلا

َ د

َ ب

ََ ي

َ س

َ م

َ خَى

َْلَ ق

َ ل,ا

َ نَ هَ

َ ي

َْص

َ ر

َْيَ

َ م

َ نَ

َ خلا

َ لَ ق

َ ةَ

َ فَْيَ ه

.

38

َ

“Perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya

disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya”.

d. Menurut Elizabeth B. Hurlock

Behaviour which may be called “true morality” does not only

conform to social standards but also is carried out voluntarily, it comes with the transition from external to internal authority and consists of conduct regulated from within”.

Tingkah laku bisa dikatakan sebagai moralitas yang sebenarnya

itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat tetapi juga

dilaksanakan dengan suka rela. Tingkah laku itu terjadi melalui

transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada

ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam

(diri).

e. Menurut Rahmat Djatnika

Akhlak (adat kebiasaan) adalah perbuatan yang diulang-ulang.

Ada dua syarat agar sesuatu bisa dikatakan sebagai kebiasaan, yaitu:

38

(54)

Adanya kecenderungan hati kepadanya dan adanya pengulangan

yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakan tanpa memerlukan

pemikiran lagi.39

Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan yang lainnya.

Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi,

dan darinya dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak yaitu:

a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam

jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa pemikiran.

c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang

yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.

e. Perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang

dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah.40

39

Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam, cet. Ke-2 (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hal. 27. 40

(55)

Secara bersamaan sering dijumpai istilah penggunaan moral, akhlak,

dan etika. Ketiganya memiliki arti etimologis yang sama, namun dari segi

terminologi mempunyai makna yang berbeda yaitu sebagai berikut :

a. Moral

Istilah moral menurut Asmara AS seperti yang dikutip oleh

Abuddin Nata berasal dari bahasa Latin yaitu mores, jamak dari kata

mos yang berarti adat kebiasaan.41 Seperti ditegaskan di depan, kedua istilah moral dan akhlak memiliki makna yang sama, hanya

saja, karena akhlak berasal dari bahasa Arab, istilah ini akhirnya

seperti menjadi ciri khas Islam. Secara substantif, memang tidak

terdapat perbedaan yang berarti di antara keduanya. Sebab,

keduanya memiliki wacana yang sama, yakni tentang baik dan

buruknya perbuatan manusia. Boleh saja jika kemudian disebut

bahwa akhlak merupakan konsep moral dalam Islam. Nabi

Muhammad sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini

berarti bahwa akhlak identik dengan moral, dengan substansi

wacana pada nilai-nilai kemanusiaan.

41

(56)

b. Etika

Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasaYunani kuno,

ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.42 Menurut Ahmad Amin, etika diartikan sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam

perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa

yang seharusnya diperbuat.43

Akhlak dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan oleh

kiai secara sistematis dan terarah untuk membimbing dan

mengarahkan kehendak santri untuk mencapai tingkah laku yang

baik dan diarahkan serta menjadikan sebagai suatu kebiasaan.

Kesempurnaan Islam sebagai petunjuk semua aspek kehidupan

manusia bukan reduksi, tapi meletakkan kembali akhlak sebagai

pondasi dari semua aspek kehidupan di dunia ini.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa akhlak

adalah tabiat atau sifat seseorang yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,

sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang

melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa

dipikirkan dan diangan-angan lagi. Sedangkan yang dimaksud dengan

42

Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika (Jakarta : Rajawali Pers, 1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data kualitatif analisis data, dan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII, IX SMP IT Nurul Jannah dan kelas X

Pendidikan dasar (primary school) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun (usia 6- 9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan system 6 tahun, sementara

[r]

PERANAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT HEXINDOi. ADIPERKASA

Perbandingan yang dilakukan berdasarkan nilai ketersediaan, kebutuhan, hasil aman serta imbuhan airtanah maka didapati kesimpulan bahwa kondisi airtanah diwilayah

[r]

Kembali pada masalah ibu mungkin ibu kurang memberi kesempatan pada anak ibu untuk bereksplorasi di luar rumah, sehingga ketika ia harus berhadapan dengan lingkungan di luar

Skripsi dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTsN Langkapan Srengat Tahun Ajaran