• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN

TANGGUL KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Oleh

M. Wahyunus Ashari (C72213141)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan judul

“ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA USAHA TERNAK

AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL

KABUPATEN JEMBER”. Skripsi ini bertujuan menjawab pertanyaan

diantaranya adalah: (1) Bagaimana bentuk kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember (2) Bagaimana analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

Berkenaan dengan itu data yang dikumpulkan berupa para pelaku akad, akad yang digunakan, praktik kerjasama usaha ternak ayam potong, persyaratan dalam praktik kerjasama. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir induktif untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember sesuai dengan pengertian Shirkah. Pemodal memberikan modal berupa anakan ayam serta pemodal juga memiliki tugas untuk mencari pembeli untuk menjual hasil panen ayam tersebut. Pengelolah juga mengeluarkan modal berupa biaya pakan dan perawatan mulai dari anakan sampai panen. Pembagian hasil yang dilakukan yaitu ketika mendapatkan keuntungan hasil penjualan panen dikurangi modal yang dikeluarkan masing-masing pihak dan hasil bersih dibagi sama rata antara pihak pemodal dengan pihak pengelolah. Akan tetapi ketika mengalami kerugian pembagiannya, penjualan hasil panen tidak dikurangi modal yang dikeluarkan sehingga hasil kotor dibagi 60% untuk pihak pengelolah dan 40% untuk pihak pemodal. ketika mengalami kerugian hanya pihak pengelola yang merasa dirugikan. Menurut pandangan hukum Islam praktek kerjasama ini tidak sesuai karena dalam masalah pembagian hasil keuntungan dan kerugian tidak dijelaskan diwal sehingga hanya pihak pengelolah saja yang merasakan kerugian dalam kerjasama ini. Hal ini tidak sependapat dengan pendapat fuqaha yang menjelaskan harus ada kejelasan dalam pembagian keuntungan dan kerugian agar tujuan dari suatu kerjasama dapat tercapai yaitu saling membantu / meringankan beban orang lain.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Sampul Dalam ... i

Pernyataan Keaslian... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan ... iv

Daftar Transliterasi ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah ... 6

(9)

BAB III KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

B. Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ... 43

1. Latar Belakang Kerjasama ... 43

2. Perjanjian Dalam Kerjasama ... 46

3. Praktik Dalam Kerjasama ... 47

4. Mekanisme Bagi Hasil Kerjasama ... 54

5. Permasalahan Dalam Kerjasama ... 55

BAB IV ANALISIS TERHADAP KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER . A. Analisis Terhadap Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ... 58

(10)

Daftar Tabel

Tabel Halaman

3.1 Sensus Penduduk Desa Tanggul ... 39

3.2 Perbandingan Modal Kedua Belah Pihak ... 50

3.3 Neraca Perdagangan Mengalami Keuntungan ... 53

(11)

Daftar Gambar

Gambar Halaman

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari kegiatan bermuamalah. Sebagai

contoh dalam sehari-hari banyak sekali kegiatan muamalah yang dilakukan

manusia, seperti transaksi jual beli, sewa menyewa, utang piutan. Dalam

bermuamalah akan timbul hak dan kewajiban pada dua sisi. Maksudnya,

pada satu pihak ada hak untuk menuntut sesuatu dan di pihak lain menjadi

kewajiban untuk memenuhinya.1 Sebagaimana hakikatnya manusia sebagai

makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

hidupnya sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia yang lainnya, manusia

juga bisa bekerjasama dalam berbisnis dengan manusia lain. Hal ini yang

membuat manusia berinteraksi, bersatu, berorganisasi dan saling membantu

dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia sebagai negara yang bermayoritas Islam tentu saja tak akan

lepas dari bagaimana bermuamalah dengan baik dan benar yang di anjurkan

dalam Al-Qur’a>n. Agama Islam tidak pernah membatasi manusia dalam

mencari harta sebanyak banyak asal kan tidak bertentangan dengan

dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang mengatur secara baik persoalan muamalah

yang dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sehari hari.

(13)

2

Dalam bermuamalah manusia yang satu dengan yang lainnya

diperintahkan untuk saling tolong-menolong atau bekerjasama diantara

sesamanya dalam melakukan hal baik. Karena dalam tolong menolong akan

mempermudah untuk mendapatkan segala kebutuhan. Dan janganlah umat

Islam untuk bekerjasama dalam hal yang buruk. Karena sangat dilarang oleh

Al-Qur’a>n Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’a>n surat Al- Ma>idah ayat

2 yang berbunyi:

“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”2

Serta dalam usaha dan kerjasama tersebut hendaklah didasari dengan

prinsip rela sama rela sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa> ayat 29 yang berbunyi :



“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah

2 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Mikraj

(14)

3

kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S. an-Nisa ֿ’ : 29)3

Salah satu bentuk kerjasama bagi hasil dalam hukum Islam adalah

Shirkah. Shirkah adalah suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau

lebih, dimana pihak pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain

menyediakan tenaga ataupun lahan. Akan tetapi dalam kerjasama bisa saja

salah satu pihak memberi modal sekaligus tenaga dan pihak lainnya murni

hanya memberikan modal saja dalam hal ini bisa juga disebut sebagai

Shirkah ina>n.4

Dalam Shirkah ina>n bukan hanya dalam pembagian hasil harus dibagi

sesuai dengan kesepakatan akan tetapi dalam hal kerugian juga dilakukan hal

yang sama. Hal ini bertujuan agar tercapainya unsur saling rela dalam

kerjasama itu sendiri dan tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan

dalam kerjasama. Apabila ada salah satu pihak yang merasa dirugikan maka

kerjasama bisa dikatakan gagal atau tidak sah.

Pengertian secara teknis Shirkah adalah akad kerja sama antara

pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha. Dimana

laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan. Akad Shirkah

merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan

kepercayaan.

3 Ibid., 107.

(15)

4

Shirkah menurut ahli fiqih yaitu suatu akad antara dua orang atau lebih

ataupun antara seseorang dengan kelompok, yang salah satu pihak menjadi

pemodal dan yang satu pihak lain menjadi pengelola dengan sifat ingin

tolong menolong sesama mahkluk Allah SWT dengan kesepakatan yang di

sepakati bersama antara para pihak yang melakuakan akad Shirkah.

Sedangkan menurut fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000,

Shirkah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh pemilik modal kepada

pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.5.

Macam macam Shirkah ada dua yaitu :

a. Shirkah al-Amla>k ( perserikatan dalam kepemilikan)

Shirkah al-amla>k adalah dua orang atau lebih memiliki harta

bersama tanpa melalui akad Shirkah. Status harta masing-masing orang

yang berserikat, sesuai dengan hak masing-masing, bersifat berdiri

sendiri secara hukum. Apabila masing-masing ingin bertindak hukum

terhadap harta serikat itu, maka harus ada izin dari mitranya, karena

seseorang tidak memiliki kekuasaan atas bagian harta orang yang

menjadi mitra serikatnya.

b. Shirkah al-Uqu>d ( perserikatan berdasarkan suatu akad)

Shirkah al-Uqu>d adalah Shirkah yang akadnya disepakati dua

orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan

keuntungan.

(16)

5

Adapun kerjasama atau Shirkah yang terjadi di Desa Tanggul Wetan

Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ialah kerjasama dalam usaha ternak

ayam potong antara pihak pemasok anakan ayam dengan peternak. Dalam

hal ini pihak pemasok ayam bermodal anakan ayam potong kepada peternak

(pihak pengelola), sedangkan pengelola juga mengeluarkan modal untuk

pakan ayam potong serta tenaga untuk memelihara ayam-ayam tersebut agar

tumbuh dan siap untuk dijual.

Pada saat akad pihak pemasok ayam memberikan syarat kepada pihak

pihak pengelola yang berupa pembagian hasil dalam usaha ternak ayam

potong. Pembagian hasil keuntungan dibagi rata 50%-50% antara pihak

pemasok ayam dengan pihak pengelola, akan tetapi apabila terjadi kerugian

dalam usaha ternak ayam potong tersebut prosentasenya berubah menjadi

40% untuk pemodal dan 60% untuk pihak pengelola.

Permasalahan yang terjadi dalam kerjasama tersebut ialah dalam

pembagian hasil ketika mengalami kerugian meskipun pihak pengelola

mendapatkan pembagian 60%, akan tetapi itu masih belum cukup untuk

mengembalikan modal pakan yang telah dikeluarkan. Sedangkan hasil yang

didapat oleh pihak pemodal dengan 40%. Dari penjualan hasil panen sudah

dapat mengembalikan modal yang dikeluarkan .6

Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut secara rinci untuk mengkajian hukumnya

dalam tinjauan hukum Islam. Maka akan diajukan penelitian penulisan

(17)

6

skripsi ini adalah tentang praktek Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di

Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

B. Identifikasi dan Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Akad yang digunakan dalam kerjasama antara pemasok ayam potong

dengan pihak pengelola.

2. Sistem kerjasama antara pemasok ayam potong dengan pihak pengelola.

3. Mekanisme pembagian kerugian dalam kerjasama antara pemasok ayam

potong dengan pengelola.

4. Akibat yang ditimbulkan dengan kerjasama antara pemasok ayam potong

dengan pengelola.

5. Manfaat yang diperoleh masing – masing pihak dengan adanya kerjasama

tersebut.

6. Praktik kerjasama antara pemasok ayam potong dengan pengelola.

7. Analisis hukum Islam terhadap praktik kerjasama usaha ayam potong

antara pemasok ayam potong dengan pengelola.

Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan,

maka perlu dibatasi ruang lingkup dalam permasalahan ini, yaitu

1. Praktik kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan

(18)

7

2. Analisis Hukum Islam terhadap praktik kerjasama usaha ternak ayam

potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang melatar belakangi masalah di atas, penulis

merumuskan dua rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul

Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember ?

2. Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam

potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang

sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang di teliti sehingga terlihat jelas

bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan duplikasi

dari kajian atau penelitian yang telah ada.7

Dari hasil pengamatan peneliti tentang kajian-kajian sebelumnya,

peneliti temukan beberapa kajian di antaranya : skripsi yang ditulis oleh

Neneng Choirunnisa yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani Dengan Pemasok Bibit di Desa

Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”. Penelitian tersebut

7 Tim Penyusun Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi

(19)

8

menjelaskan tentang pembagian keuntungan dan kerugian yang tidak adil

yaitu keuntungan yang didapatkan petani pengelola lebih sedikit karena hasil

panen harus dijual ke pemasok bibit dan hasil penjualan tersebut juga

dikurangi dengan modal yang telah diberikan oleh pemasok bibit kepada

petani karena dianggap sebagai pinjaman, sisa penjualan itulah yang diberikan

pemasok kepada petani lele. Sedangkan pemasok memperoleh keuntungan

yang lebih banyak karena ia dapat menjual hasil panen tersebut kepada

pemasok lain dengan harga yang lebih tinggi. Sehingga kerugian hanya

ditanggung oleh petani lele.8

Kemudian skripsi yang ditulis oleh saudari Nuroini yang berjudul

“Praktik kerjasama pertanian melon di Desa Trebungan Kecamatan Mangaran

Kabupaten Situbondo”. Penelitian ini menjelaskan tentang pelaksanaan

praktik kerjasama pertanian melon yang mana sistem yang digunakan adalah

sistem bunga. Praktik kerjasama ini dianggap tidak sah karena bunga adalah

riba yang dilarang oleh agama.9

Serta skripsi yang ditulis oleh Abdul Basith, dengan judul “Analisis

Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di Desa

Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2013”, skripsi ini

mengangkat permasalahan yang dibahas adalah mengenai bagaimana sistem

bagi hasil usaha warung kopi di Desa Pabean Kecamatan Sedati Kabupaten

8 Neneng Choirunnisa, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Kerjasama Budidaya Lele Antara Petani

Dengan Pemasok Bibit di Desa Tawangrejo Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”, (Skripsi--Uin Sunan Ampel, Surabaya, 2015,)9.

9Nuroini‚”Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Kerjasama Pertanian Melon di Desa Trebungan

(20)

9

Sidoarjo dan juga bagaimana menurut Islamnya. Dan penulis menyimpulkan

bahwa sistem bagi hasil yang dijalankan di warung kopi tersebut sudah sesuai

dengan pengertian shirkah dan tidak ada ada unsur ghara>r.10

Penelitian tersebut di atas dengan penelitian yang sedang peneliti

lakukan mempunyai aspek kesamaan yaitu sama-sama mengkaji tentang

kerjasama. Adapun perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya adalah terdapat

ketidaksamaan pembagian apabila terjadi kerugian dalam usaha ternak ayam

potong di Desa Tanggul Wetan . Sehingga dinilai merugikan pihak pengelola,

dalam hal ini pengelola bukan hanya menyumbangkan jasa tapi juga

menyumbang modal dalam bentuk pakan dan personalia dalam usaha ternak

tersebut.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitin skripsi ini adalah

sebagaimana berikut:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan praktek dalam kerjasama usaha

ternak ayam di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten

Jember.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis hukum Islam terhadap

dalam kerjasama usaha ternak ayam di Desa Tanggul Wetan Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember.

10 Abdul Basith, "Analisis Hukum Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil Usaha Warung Kopi di

(21)

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dari permasalahan di atas, penelitian dan penulisan ini diharapkan

mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis maupun pembaca,

sekurang-kurangnya untuk dua aspek yaitu:

1. Secara teoritis, dapat digunakan sebagai tambahan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kerjasama dalam hukum

ekonomi Islam sehingga dapat dijadikan informasi bagi para pembacanya.

2. Secara praktis, dapat memberikan pemahaman secara jelas tentang

kerjasama usaha ternak ayam potong yang ditinjau dari hukum ekonomi

Islam.

G. Definisi Operasional

Untuk memperjelas kemana arah pembahasan masalah yang akan

diteliti serta menghindari dari kesalahfahaman bagi para pembaca dalam

memahami judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan definisi dari

judul tersebut, yakni dengan menguraikan sebagai berikut:

Hukum Islam: Hukum yang bersumber dari Quran dan

Al-Hadis (sebagai Syari’ah) dan sumber- sumber

lain yang wujudnya berupa kitab – kitab fiqih

(22)

11

ahli hukum Islam atau peraturan DSN (sebagai

fatwa) tentang Shirkah.

Kerjasama Usaha: Praktek bisnis usaha yang dilakukan oleh dua

orang pihak dalam membangun sebuah

kegiatan ekonomi serta adanya pembagian

keuntungan yang terdapat didalamnya dibagi

dua secara merata.

Ternak Ayam Potong: Sebuah usaha perternakan yang didirikan

oleh beberapa orang dan bergerak di bidang

peternakan yaitu jenis ayam potong.

H. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data serta informasi yang aktual, relevan dan

objektif, metode yang akan digunakan penulis sebagai pedoman dan acuan

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Oleh karena itu, penulis

memaparkan metode penelitian yang digunakan dengan tujuan untuk

memperjelas serta mempertegas arah dan tujuan penelitian ini.

1. Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan berbentuk penelitian lapangan (field

research)11 karena penulis harus terjun langsung ke lapangan dan terlibat

(23)

12

dengan masyarakat setempat. Sedangkan metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kualitatif,

Penggunaan metode kualitatif ini bertujuan agar data yang

diperoleh lebih lengkap, lebih mendalam, terperinci dan bermakna sesuai

penelitian kualitatif yang menekankan pada pengamatan atas orang

dalam lingkungannya, berinteraksi, dan berusaha memahami bahasa

mereka tentang dunia sekitarnya.

2. Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan pendekatan dengan pola pikir deskriptif

kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskriptif secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat, populasi daerah

tertentu.12

3. Objek penelitian

Kerjasama usaha ternak ayam potong terjadi di Desa Tanggul

Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember menjadi objek penelitian

serta menjadi lokasi penelitian bagi penulis.

4. Data yang dikumpulkan.

Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk

menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah meliputi:

12 Suryana, Metodologi Penelitian : Model Praktis Penelitian kuantitatif dan Kualitatif.

(24)

13

a. Keadaan geografis, perekonomian masyarakat di lokasi tempat

penelitian yaitu masyarakat Desa Tanggul Wetan Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember. Adapun pemilihan lokasi ini didasari

karena di desa tersebut kerjasama usaha ternak ayam potong

dilakukan.

b. Data tentang mekanisme kerjasama usaha ternak ayam potong di

Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. Yaitu

tentang

1) Pelaku akad

2) Akad yang dilakukan dalam transaksi

3) Praktik kerjasama uasaha ternak ayam potong

4) Persyaratan dalam praktik kerjasama uasaha ternak ayam

potong.

5. Sumber Data

Sumber data yakni sumber dari mana data akan digali, baik primer

maupun sekunder.13

a. Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diambil dari sumber data

primer atau sumber pertama di lapangan yang diperoleh peneliti dari

13 Tim Penyusun Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya : Fakultas Syariah dan Ekonomi

(25)

14

sumber asli.14 Pelaku kerjasama usaha ayam potong diantaranya

yaitu:

1) Pemodal Ayam Potong

2) Pengelola Ayam Potong Dalam Kerjasama.

b. Data Sekunder.

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

tidak langsung, yaitu buku-buku kepustakaan dan catatan-catatan

atau dokumen-dokumen tentang apa saja yang berkait dengan

pembahasan ini. Sumber data sekunder tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Wahbah az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhu.

2) Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 4.

3) Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam

4) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah.

5) Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian syariah.

6. Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Teknik pengamatan dengan cara mengamati (melihat,

memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat secara sistematis

objek yang diteliti)15 yang dilakukan untuk pengumpulan data

14 Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam , (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008),

103

(26)

15

tentang kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul

Wetan.

1) Akad yang dilakukan dalam transaksi

2) Praktik dalam kerjasama usaha ternak ayam potong

3) Sistem bagi hasil usaha dalam kerjasama usaha ternak ayam

potong

b. Interview

Teknik interview sering kali disebut sebagai teknik

wawancara yaitu suatu teknik untuk mengumpulan data yang

akurat untuk kerluan proses pemecahan masalah tertentu, sesuai

dengan data.16 Teknik ini bertujuan untuk menggali data-data yang

akurat terhadap pihak yang melakukan kerjasama usaha ternak

ayam potong di Desa Tanggul Wetan.

7. Teknik pengelohan data

Tahapan pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Organizing

Yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,

pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.17 Teknik

ini digunakan untuk menyusun data dan mensistematiskan data

16 Ibid, 50.

(27)

16

yang diperoleh tentang analisis hukum Islam terhadap kerjasama

usaha ternak ayam potong.

b. Editing

Yaitu kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta

menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketetapan data

tersebut.18 Teknik ini digunakan untuk pemeriksaan kembali data

yang diperoleh dari segi kejelasan serta kesesuaian data tentang

analisis hukum Islam terhadap kerjasama usaha ternak ayam

potong.

c. Analizing

Setelah data terkumpul, kemudian langkah selanjutnya

adalah menganalisis data. Analisis data, yaitu proses

penyederhanaan data kebentuk yang lebih mudah dibaca dan

dipahami.19

8. Teknik Analisis Data

Penulis melakukan teknik deskriftif analisis kualitatif, yaitu

menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam

data yang diperoleh dari kerjasama usaha ternak potong ayam di Desa

Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember kemudian

dianalisis dengan hukum Islam.

18 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya : Hilal Pustaka, 2013), 235

(28)

17

Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir

induktif. Pola pikir induktif menganalisis data yang bersifat khusus

mengenai kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul

Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember kemudian

menganalisisnya dengan data yang bersifat umum dalam teori hukum

Islam dan kemudian diambil suatu kesimpulan.

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari

beberapa sub bab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

dalam pemahaman, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan, berisi tentang latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisi penjelasan tentang Shirkah yang berisi pengertian

Shirkah, dasar hukum Shirkah, syarat dan rukun Shirkah, macam – macam

Shirkah, berakhirnya Shirkah dan sistem bagi hasil dan kerugian dalam

Shirkah.

Bab ketiga, berisikan tentang kerjasama usaha ternak ayam potong

antara pihak pemasok ayam dan pihak pengelola ( peternak ) mencangkup

(29)

18

kerjasama, mekanisme bagi hasil kerjasama, permasalahan dalam kerjasama.

Serta memuat tentang profil Desa Tanggul Wetan .

Bab keempat, yaitu berisikan tentang analisis hukum Islam terhadap

kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember. Dalam bab ini penulis menganalisis tentang

praktik kerjasama usaha ternak ayam potong dan analisis hukum Islam

terhadap kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan

Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.

Bab kelima, penutup kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

Kesimpulan yang dimaksud jawaban dari rumusan masalah dalam hasil

(30)

BAB II

TEORI SHIRKAH (KERJASAMA)

A. PENGERTIAN SHIRKAH

Menurut istilah bahasa, kerjasama adalah hubungan aktivitas dengan

kegiatan pengelolahan suatu usaha. Pengelolahan yang terjadi antara dua

pihak atau lebih sebagian hasil yang keluar untuk mencapai tujuan dan

keuntungan bersama. Keuntungan yang didapat dalam suatu kerjasama akan

dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Ada berbagai macam jenis kerjasama yang dapat diketahui. Seperti

kerjasama yang kedua belah pihak atau anggota yang bekerjasama sama-sama

mengeluarkan uang. Atau ada pula hanya salah satunya mengeluarkan modal

uang sedangkan pihak lainnya bermodal tenaga atau pengalaman dalam

bidang usaha.

Para pemilik modal yang tidak mempunyai keahlian ataupun

keterampilan dapat melakukan kerjasam dengan pihak tang dirasa memiliki

keahlian dalam usaha tertentu. Agar harta dari pemilik modal dapat terjaga

dalam bentuk suatu usaha yang bersifat produktif, sehingga dapat

dikembangkan dan menghasilkan keuntungan.

Disisi lain bagi pihak yang tidak mempunyai modal untuk usaha sangat

terbantu akan adanya pemberian modal tersebut. Sehingga dapat

mengembangkan keterampilan dalan usaha tersebut serta terhindar dari

(31)

20

awalnya tidak memiliki modal usaha dapat memiliki modal sendiri untuk

mengembangkan usahanya.21

Sementara dalam terminologi ilmu fiqih, arti shirkah yaitu

percampuran salah satu harta dari dua harta dengan harta lainnya.22 Maksud

percampuran ialah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain

sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.23

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah shirkah adalah

kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan,

atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan

berdasarkan nisbah.24 Bisa juga artinya membagikan sesuatu antara dua orang

atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada.

Para fuqaha25 berbeda pendapat mengenai pengertian shirkah,

diantaranya:

1. Menurut Malikiyah

Shirkah adalah suatu izin untuk bertindak secara hukum bagi dua

orang yang bekerjasama terhadap harta mereka.26

2. Menurut Syafi’iyah dan Hanabilah

Shirkah adalah hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada

sesuatu yang mereka sepakati bersama.27

21 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1997), Hlm. 13. 22 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta; Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm. 220. 23 Ibid,. Hlm. 220

24 Ibid,. Hlm. 220

25Fuqaha adalah kumpulan dari ahli fiqh yang menyangkut tentang peribadatan. 26 Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islamy wa adillatuh, jilid 5. h. 441

(32)

21

3. Menurut Hanafiyah

Shirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja

sama dalam modal keuntungan.28

4. Menurut Sayyid Sabiq,

Shirkah ialah akad antara dua orang yang berserikat dalam modal

dan keuntungan.29

5. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie,

Shirkah ialah akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk

ta'awun30 dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keutungannya.31

M. Ali Hasan menjelaskan juga tentang shirkah . shirkah adalah suatu

perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan

hukum. Pihak-pihak yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara

kekeluargaan.32

M. Syafi’i Anwar berpendapat tentang shirkah. Menurut ia shirkah

yaitu perjanjian kesepakatan bersama antara beberapa pemilik modal untuk

menyertakan modalnya pada suatu usaha, yang biasanya berjangka waktu

28Ibid., h. 441

29 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 317.

30Ta’awun adalah Tolong- menolong terhadap semua mahkluk Allah SWT. Orang yang memliki

sifat ta’awun biasanya lebih menghindari permusuhan mengutamakan persaudaraan.

31 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 125.

32 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,

(33)

22

panjeng. Resiko laba dan rugi dibagi secara berimbang dengan penyertaan

modal.33

Shirkah juga hampir sama dengan mudharabah yaitu sama-sama akad

yang menggunakan sistem kepercayaan (Uqud al-amanah). Akad kepercayaan

ini akan menuntut para pihak yang melakukan akad untuk berlaku jujur dan

menjunjung tinggi keadilan.34

Akan tetapi ada pula perbedaan antara akad shirkah dengan akad

mudharabah yaitu terletak pada besarnya kontribusi atas menajemen dan

keuangan atau salah satu diantara itu.35 Maksudnya kontribusi atas

manajemen atas keuangan yang diikeluarkan karena dalam akad mudharabah

modal hanya berasal dari satu pihak saja, sedangkan akan berbeda dengan akad

shirkah modal bisa berasal dari salah satu pihak dan pihak lain bermodal

dengan keterampilan atau keahlian yang lain.

Dari beberapa penjelasan tentang shirkah diatas dapat penulis

mempunyai kesimpulan bahwasannya, shirkah adalah suatu akad

percampuran harta antara dua orang atau lebih yang salah satu pihak menjadi

pemodal dan yang satu pihak lain menjadi pengelola dengan sifat ingin tolong

menolong sesama mahkluk Allah SWT dengan pembagian keuntungan dibagi

sesuai dengan penyertaan modal masing-masing. Ataupun pembagian

keuntungan sesuai dengan kesepakatan yang disepakati bersama antara para

pihak yang melakukan akad shirkah.

33 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta; Sinar Grafika), Hlm. 74. 34 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah,. Hlm 224

(34)

23

B. DASAR HUKUM

Ada beberapa dasar hukum shirkah yang menjadi pegangan bagi para

ulama, yaitu : sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari´at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Penyantun” (QS. An-Nisa> :12).36

Artinya: "....Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh" (QS. Shad: 24)37

Kedua ayat diatas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT,

akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta, hanya saja dalam surah

An-Nisa>: 12 perkongsian terjadi secara otomatis karena waris, sedangkan

dalam surah Shad ayat 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyar).38

36 Al-Qur'an dan Terjemahannya., 37 Ibid.

38Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syari’ah suatu pengenalan umum, Jakarta: Tazkia institute,

(35)

24

2. Hadis

Dalam sunnah Nabi Muhammad SAW ditemukan sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Abu Daud. Hadis ini menguatkan pendapat tentang

diperbolehkannya sebuah kerjasama yang disebut dalam Islam dengan

istilah Shirkah. Nabi Muhammad SAW mengemukakan bahwa:

َْع ُهَللا َيىضَر ةْرْ يَرُ ىِأ َ ْنَع

Dari Abu Hurairah ia merafa’kannya- berkata: sesungguhnya Allah

SWT berfirman: “Aku (orang) ketiga dari dua orang yang berkongsi selama salah seorang di antara keduanya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Apabila ia berkhianat kepada yang lainnya maka aku

keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud).39

Maksud dari hadis diatas adalah bahwa Allah SWT memperboleh kan

suatu kerjasama serta akan menurunkan barakah pada harta mereka,

memberikan pengawasan dan pertolongan kepada mereka serta mengurus

terpeliharanya atas harta mereka. Selama dalam perkongsian ataupun

kerjasama tersebut tidak terjadi ada pengkhianatan ataupun penipuan serta

perbuatan yang menyakitkan salah satu pihak sehingga menghilangnya unsur

kerelaan dalam kerjasama tersebut. Apabila ada pengkhianatan ataupung

menghilangnya unsur kerelaan atas kerjasama tersebut maka Allah SWT akan

mencabut barakah dari harta tersebut ataupun bisa diartikan oleh penulis

sebagai batalnya akad tersebut.40

39 Ibn Hajar Al- Asqalani, Bulu>ghul Mara>m, terjemahan dari Bulu>ghul Al-Mara>m hadis No. 902,

hlm 358

(36)

25

C. RUKUN DAN SYARAT

Dalam suatu kerjasama diperlukan adanya suatu rukun dan syarat-syarat

agar menjadi sah. Syarat sahnya suatu akad apabila terpenuhi semua rukun

dari akad tersebut. Apabila salah satu dari rukun tidak terpenuhi dalam suatu

akad, maka akad tersebut menjadi tidak sah dalam menjalankannya.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun shirkah yang harus ada

dalam melakukan kerjasama antara dua orang atau lebih sebagai berikut :

1. Para pihak yang melakukan perjanjian shirkah (al-‘a>qidain).

2. Sighot (ijab dan qabul).

3. Objek dari akad (mahallul ‘aqad ) bisa berupa harta (modal) dan

pekerjaan.41

Menurut ulama Hanafiyah shirkah hanya mempunyai satu rukun yaitu:

ijab dan qabul. Sedangkan orang yang berakad dan obyeknya bukan termasuk

rukun, tetapi termasuk syarat.42

Adapun syarat dalam akad shirkah menurut jumur ulama antara lain :

1. Pihak-pihak yang melakukan akad (al-‘a>qidain)

Dalam hal ini pihak yang melakukan akad haruslah memenuhi

persyaratan kecakapan bertindak hukum (mukallaf), antara lain ;

(37)

26

a. Orang yang berakal

Maksud dari berakal adalah orang yang melakukan akad tidak

dalam keadaan gila taupun kehilangan kesadaran seperti orang mabuk.43

b. Baligh

Baligh disini diartikan bahwa para pihak yang melakukan akad

shirkah sudah dalam kategori orang dewasa, yaitu kelayakan seseorang

untuk menerima hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan

secara hukum. Sehingga seluruh perbutannya dapat dipertanggung

jawabkan secara hukum. 44

c. Dengan kehendak sendiri.

Maksudnya yaitu tidak ada unsur paksaan dari salah satu pihak

ataupun dari pihak lain. Sehingga unsur kerelaan dalam akad tersebut

dapat tercapai.

2. Sighot (ijab dan qabul).

Akad Shirkah dapat terjadi bila terdapat ijab kabul oleh pihak yang

memiliki modal dan keahlian. Tidak ada suatu ketentuan tentang ijab kabul

harus diucapkan ataupun harus dituangkan dalam bentuk tulisan. Karena

yang terpenting dalam ijab kabul yaitu adanya bentuk persetujuan kedua

belah pihak untuk melakukan akad shirkah.45

43 Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta; PT Rajagrafindo Persada,2007), Hlm.

108.

(38)

27

Ijab kabol dinilai tidak sah apabila pihak pihak ataupun salah satu

pihak sekiranya terpaksa dalam melakukannya. Karena pada dasarnya

suatu ijab kabol itu harus mencerminkan suatu kerelaan untuk bekerja

sama, untuk itu tidak sah hukumnya apabila salah satu pihak merasa

melakukan kerjasama dengan rasa terpaksa.

3. Obyek akad (mahallul ‘aqad).

Para ahli hukum islam mensyaratkan beberapa syarat terhadap objek

akad, antara lain46;

a. Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan

Maksudnya objek akad berupa benda atau barang, manfaat benda,

atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan.

b. Objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan.

Artinya objek akad diketahui dengan jelas oleh para pihak

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sengketa. Unsur

ketidakjelasan dalam objek yang ditentukan dapat persengketaan

sehingga dapat membatalkan akad.

c. Objek akad dapat ditransaksikan menurut syara>.

Maksudnya objek akan tersebut tidak dilarang oleh hukum seperti

suatu sifat objek tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukannya

sebuah transaksi contoh: jual beli ikan laut yang belum ditangkap oleh

nelayan.

(39)

28

Adapula objek akad seharusnya tidak bertentangan dengan

ketertiban umum, contoh: menjual sebuah pohon dipinggirjalan yang

phon itu digunakan sebagai penghijauan untuk lahan dipinggir jalan.

Dan yang terpenting objek akad tidak mengandung unsur yang

mengharamkan seperti terdapat unsur ghara>r.

Mengenai objek akad yang berupa harta ataupun modal hendaklah

berupa :

a. Barang modal hendaklah dapai dihargai secara umum yang dimaksudkan

adalah berupa uang47, apabila modal berupa barang maka harus dinilai

dengan tunai dan disepakati bersama.48

b. Modal yang disertakan oleh keduabelah pihak menjadi modal bersama

dalam usaha kerjasama, tidaklah untuk dipersoalkan lagi dari mana

modal tersebut. 49

Dewan Syariah Nasional mengemukakan dalam fatwah tentang

pembiayaan musyarakah, mengenai pekerjaan mempunyai syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Partisipasi para pihak dalam kerjasama merupakan dasar dalam

pelaksanaan musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi pekerjaan

bukanlah merupakan menjadi syarat.

b. Pekerjaan yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam musyarakah

haruslah jelas, maksudnya dalam kerjasama ini pekerjaan yang

47 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam., Hlm. 76

(40)

29

dilakukan oleh kedua belah pihak harus dijelaskan dalam kontrak

perjanjian yang disepakiti bersama.

4. Tujuan (maud}u’ al-‘aqad).

Tujuan disini masuk rukun keempat menurut para ahli kontenporer

islam, dibedakan dengan objek akad. Objek akad merupakan tempat

terjadinya akibat hukum. Maksudnya objek akad adalah suatu faktor utama

terjadinya suatu akibat hukum. Akan tetapi berbeda dengan tujuan akad

yang diartikan sebagai maksud para pihak yang bila terealisasi timbul

akibat hukum terhadap objek tersebut. Dan juga tidak boleh bertentangan

dengan hukum Islam serta memberi keuntungan kepada kedua belah pihak

sehingga tidak ada yang merasa dirugikan dalam akad.50 Adapun tujuan

dari akad shirkah tersebut antara lain ;

1) Memberikan keuntungan kepada para anggota pemilik modal

2) Memberikan lapangan pekerjaan.

3) Memberikan bantuan berupa modal untuk membuka suatu usaha.51

D. MACAM MACAM SHIRKAH

Macam-macam shirkah , para ulama' fiqih memberikan beberapa

macam shirkah , sebagian ulama' ada yang memperoleh shirkah tertentu dan

(41)

30

ada yang melarang shirkah tertentu pula. Ulama fiqih membagi shirkah dalam

dua bentuk, yaitu shirkah amlak dan shirkah al-‘uqūd.52

1. Shirkah Amlak

Shirkah Amlak adalah pemilikan suatu jenis barang oleh lebih dari

satu orang. shirkah ini terjadi pada harta warisan, atau hibah kepada lebih

dari satu orang. Harta ini menjadi milik mereka bersama dan diusahakan

bersama.53

2. Shirkah Uqūd

Shirkah Uqūd yaitu, bahwa dua orang atau lebih melakukan akad

untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa

keuntungan.54

Dalam hal ini pembahasan penulis lebih ke shirkah ‘uqūd karena dalam

kerjasama usaha ternak ayam potong tersebut para pihak bertujuan untuk

mencari sebuah keuntungan atau harta. Disini penulis akan lebih menjelaskan

tentang shirkah al-‘uqūd tersebut.

Shirkah uqūd menurut pendapat para ulama Macam-macam shirkah

uqūd tersebut akan dijelaskan satu persatu. Adapun macam-macam shirkah

uqūd adalah:55

52 Prof. Dr. H. Buchari Alma, Dasar-dasar Etika Bisnis Islami, Bandung, CV. Alfabeta, 2003, hlm.

251.

53 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah: Jilid 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 355. 54Ibid., hlm. 356

(42)

31

1. Shirkah Ina>n.

Suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih, dimana pihak

pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain menyediakan

tenaga ataupun lahan. Akan tetapi dalam kerjasama bisa saja salah satu

pihak memberi modal sekaligus tenaga dan pihak lainnya murni hanya

memberikan modal saja. Dalam shirkah ini, tidak disyaratkan sama dalam

jumlah modal, begitu juga wewenang dan keuntungan.56

Menurut Ulama Hanafiyah, pembagian keuntungan berdasarkan

besarnya modal. Dengan demikian, keuntungan bisa berbeda, jika modal

berbeda, tidak dipengaruhi oleh pekerjaan. Sedangkan Menurut ulama

Hanabila, Malikiyah, Syafi’iyah, sependapat dengan pendapat Hanafiyah

pembagian modal bergantung besarnya modal.

Menyangkut dengan pembagian keuntungan yang diperoleh boleh

saja dibagi secara sama besar ataupun pembagiannya dibagi sesuat dengan

modal yang disertakan. Akan tetapi dalam hal ini pembagian keuntungan

tidak diperbolehkan apabila dalam pembagian laba disama ratakan

sedangkan ketika rugi dibagi sesuai dengan penyertaan modal ataupun

sebaliknya.57

Hal itu karena keuntungan adalah hasil pertumbuhan harta keduanya

dan kerugian adalah kerugian harta keduanya. Atau dengan kata lain

keuntungan itu mirip dengan kerugian. Maka tidak boleh jika salah satu

56 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah., Jilid 4, 318

(43)

32

pihak menanggung sebagian kerugian atau menanggung sebagian

keuntungan saja.

Berdasarkan penjelasan diatas keuntungan dan kerugian itu

mengikuti modal. Hal ini mengakibatkan jika keduabelah pihak

mensyaratkan memperoleh keuntungan atau kerugian yang berbeda

padahal modal keduanya sama, ataupun sebaliknya maka akad Shirkah

menjadi tidak sah.58

2. Shirkah Al-Wuju>h.

Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli sesuatu

tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi

antara sesama mereka.

Imam Syafi’i dan Imam Maliki menganggap kerjasama ini tidak sah

ataupun batal, karena sebab unsur modal dan kerja tidak terdapat

didalamnya.

Sedangkan menurut Imam Hambali dan Imam Hanafi akad kerjasama

ini diperbolehkan, sebab dengan adanya tanggungjawab tersebut berarti

sudah ada pekerjaan yang mereka lakukan.59

Dalam hal ini penulis lebih cenderung kepada pendapat Iman Hanafi

dan Imam Hambali karena menurut penulis suatu tanggungjawab sudah

dapat mewakilkan suatu pekerjaan. Seperti halnya bertemunya pihak

(44)

33

penjual dan pihak pembeli, terjadinya jual beli dipengaruhi oleh peran

tanggungjawab antara penjual dengan pembeli.

3. Shirkah Mufa>wad}ah.

Adalah kerjasama antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu

usaha dengan modal untuk melakukan suatu usaha dengan modal uang atau

jasa dengan syarat:

a. Modal yang di keluarkan oleh keduabelahpihak harus sama

b. Harus seagama dalam melakukan kerjasama

c. Sama- sama mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum.

d. Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas nama

shirkah .60

Menurut Imam Syafi’i kerjasama ini tidak dapat dibenarkan, karena

pemberian syarat yang dinilai sangat menyulitkan para pihak untuk

memenuhinya. Sehingga kalaupun syarat-syarat diatas tidak dapat

terpenuhi maka kerjasama ini dipandang tidak sah ataupun batal.

Menurut Imam Maliki akad kerjasama ini diperbolehkan, karena

semua syarat diatas masih bisa dinegoisasikan ataupun ditentukan oleh

pihak-pihak yang ada didalamnya sesuai kesepakatan mereka. 61

4. Shirkah Abda>n.

Shirkah Abda>n adalah bentuk kerjasama untuk melakukan sesuatu

yang bersifat karya. Dengan melakukan suatu karya tersebut maka akan

60 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah..., 320.

(45)

34

mendapatkan upah dan membagi hasil sesuai dengan kesepakatan.62

Contoh yang mudah dalam kehidupan sehari hari yaitu melakukan

pemborongan seperti tukang dan arsitek bangunan bekerjasama untuk

melakukan suatu pekerjaan membangun sebuah gedung.

Dalam hal ini ulama juga masih berbeda pendapat tentang Shirkah

Abda>n. Imam Syafi’i berpendapat bahwa kerjasama ini juga batil, sebab

menurut pendapatnya suatu kerjasama harus mutlak hanya masalah uang

dan kerja. Sehingga menurut Imam Syafi’i setiap kerjasama yang tidak

berbentuk uang dan pekerjaan adalah batil.

Sedangkan menurut imam yang lain berpendapat bahwa kerjasama

ini diperbolehkan meskipun para pihak mempunyai pekerjaan yang

berbeda.

Hal ini membuat penulis lebih cenderung kepada pendapat yang

terakhir, karena menurut penulis suatu kerjasama dpat di pandang sah atau

diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan syria>t ataupun adanya

unsur kerelaan antra pihak-pihak yang melakukan akad.

E. BATALNYA SHIRKAH

Ketika kita melakukan sebuah perjanjian, tidak semua pihak dapat

menepati atau dapat melaksanakan hasil kesepakatan sesuai dengan

perjanjian. Sehingga perjanjian yang telah disepakati itu akan batal secara

hukum. Dalam akad shirkah ada beberapa faktor yang membuat kerjasama

(46)

35

tersebut bisa batal. Antara lain faktor-faktor yang membuat batal kerjasama

(Shirkah) adalah :

1. Pembatalan shirkah secara umum

a. Pembatalan atau pemberhentian kerjasama dari salah satu pihak yang

berkerjasama.

b. Salah satu pihak mengundurkan diri, karena menurut para ahli fiqh,

akad perserikatan itu tidak bersifat dalam arti boleh dibatalkan.

c. Modal para anggota shirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama

shirkah.

d. Salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia.

e. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum, seperti

gila yang sulit disembuhkan.

f. Salah satu pihak murtad (keluar dari agama Islam) dan melarikan diri

ke negeri yang berperang dengan negeri muslim karena orang seperti

ini dianggap sebagai sudah wafat.

2. Pembatalan secara khusus untuk sebagian shirkah

a. Harta shirkah rusak.

Apabila harta shirkah seluruhnya atau harta salah seorang rusak

sebelum dibelanjakan, perkongsian batal. Hal ini terjadi pada shirkah

amwal. Alasannya yang menjadi barang transaksi adalah harta, maka

kalau rusak akad menjadi batal sebagaimana terjadi pada transaksi jual

(47)

36

b. Tidak ada kesamaan modal.

Apabila tidak ada kesamaan modal dalam shirkah mufawadah

pada awal transaksi, perkongsian batal sebab hal itu merupakan syarat

transaki mufa>wad}ah.. Akan tetapi syarat ini hanya berlaku pada akad

shirkah mufa>wad}ah. saja.

F. PEMBAGIAN HASIL SHIRKAH

Setiap kerjasama antara dua orang atau lebih pasti mempunyai suatu

tujuan yang ingin dicapai. Memungkinkan tujuan tersebut akan dicapai

apabila dilaksanakan bersama. Pencapaian atau tujuan yang diperoleh dari

kerjasama ini adalah sebuah keuntungan. Demikian juga dengan shirkah,

bahwa tujuan shirkah adalah tercapainya serta memperoleh laba atau

keuntungan yang akan dibagi bersama.

Dengan kesepakatan yang dibuat oleh para anggota shirkah pada saat

mengadakan perjanjian langsung. Meskipun demikian, syarat mengharuskan

agar keuntungan maupun kerugian dibagi secara proposional berdasarkan

besarnya kontribusi terhadap modal.

Menurut pendapat dari Sayid Sabiq mengungkapkan bahwa pembagian

hasil dari sebuah usaha kerjasama dibagi antara dua pihak sepertinga, ataupun

setengah, ataupun lebih dari itu bahkan bisa lebih rendah daripada itu sesuai

dengan kesepakatan keduabelah pihak yang berakad.63

(48)

37

Dalam shirkah modal ataupun tenaga didapat dari anggota yang

berakad. Sehingga dalam hal keuntunggan mengalami pembagian antara

anggota yang ada didalamnya. Karena berasal dari modal dan tenaga yang

dikeluarkan oleh kedua belah pihak. Para ulama telah sepakat dalam

pembagian keuntungan harus sesuai dengan pesentase jumlah modal yang

disetorkan oleh para pihak sebesar 50% maka keuntungan yang diperoleh juga

50%. Begitu pula jika mengalami kerugian maka haruslah dibagi dengan sama

rata sesuai dengan pembagian keuntungan.

Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai modal yang berbeda

akan tetapi pembagian keuntungan sama, seperti harta yang disetorkan kepada

shirkah itu sebesar 30%, sedangkan yang lain 70%, sedangkan pembagian

keuntungan masing-masing anggota shirkah sebesar 50%.

Imam Malik dan Imam Syafi’i tidak memperbolehkan pembagian

semacam ini, dengan alasan tidak boleh dibagi pihak yang bekerja sama

mensyaratkan kerugian. Imam Hanafi dan Imam Hambali, memperbolehkan

pembagian keuntungan berdasarkan dengan sistem di atas, dengan syarat

pembagian itu harus melalui kesepakatan terlebih dahulu antara kedua belah

pihak. Imam Ahmad pun juga sependapat bahwasannya pembagian

keuntungan dapat berbedak dengan modal yang disertakan dalam

kerjasama.64

(49)

38

Alasan Imam Malik dan Imam Syafi’i yang melarang hal itu karena,

mereka berpendapat bahwa keuntungan adalah hasil pengembangan modal

yang dikeluarkan. sehingga pembagian keuntungan harus mencerminkan

modal yang ditanamkan, selain itu juga berpendapat tidak diperbolehkan

mensyaratkan keuntungan diluar modal yang ditanamkan.

Sehingga untuk menghindari perbedaan atau sengketa pada saat

pembagian keuntungan. Setiap keuntungan harus dibagi secara porposional

atas dasar tidak ada penentuan jumlah keuntungan dalam kerjasama tersebut.

Agar terciptanya suatu kerjasama yang sah dan menghasilkan keuntungan

yang tidak merusak syarat sahnya sebuat akad dalam hukum islam. Karena

akad akan batal hukumnya jika syarat menjadi rusak dan hilang unsur kerelaan

(50)

BAB III

KERJASAMA USAHA TERNAK AYAM POTONG DI DESA TANGGUL

WETAN KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

A. Profil Desa Tanggul Wetan

1. Letak geografis

Desa Tanggul Wetan berada dalam wilayah Kecamatan Tanggul

Kabupaten Jember. Sedangkan secara topografi Desa Tanggul Wetan

termasuk dalam desa dengan dataran rendah. Desa dengan dataran rendah

merupakan daerah yang subur untuk pengembangan tanaman pangan serta

dalam bidang perternakan.

Secara umum Desa Tanggul Wetan mayoritas penduduknya

merupakan penduduk asli dan sisanya adalah pendatang. Dilihat dari

penyebaran suku bangsa penduduk Desa Tanggul Wetan terdapat dua.

Suku-suku yang berada di desa tersebut yaitu suku Jawa dan suku Madura

dan sebagian kecil suku yang lain.

Adapun batas-batas wilayah Desa Tanggul Wetan antara lain:

a. Sebelah Barat : Desa Tanggul Wetan Kulon

b. Sebelah timur : Desa Klatakan

c. Sebelah Utara : Desa Manggisan

(51)

40

2. Luas wilayah

Luas wilayah Desa Tanggul secara keseluruhan antara lain sebagai

berikut :

Daftar tabel 3.1

Sensus Penduduk Desa Tanggul

Luas Wilayah Kepadatan penduduk Jumlah penduduk

199,99 km2 413,82 82.760

Dari luas wilayah desa tersebut terbagi menjadi 8 desa antara lain:

a. Desa Tanggul Wetan

b. Desa Tanggul Kulon

c. Desa Manggisan

d. Desa Darungan

e. Desa Klatakan

f. Desa Kramat Sukoharjo

g. Desa Patemon

h. Desa Selodakon

Dari data yang penulis ambil melalui website Pemkab Jember dari

ke delapan desa tersebut terdapat setidaknya 24 dusun. Dari 24 dusun

tersebut jika diuraikan kembali setidaknhya terdapat 140 RW dan 507 RT.

Penggunaan tanah di Kabupaten Jember didominasi oleh sawah

(52)

41

pemukiman yang mencapai 24,8%, serta tambak 19,46% , Tegal dan Hutan

sebesar 11,62 dan penggunaan tanah lainnya 2,65%.65

3. Keadaan Penduduk

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki penduduk perempuan

dikalikan seratus, menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kabupaten

Jember adalah 97,47, artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97

penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil registrasi pada akhir tahun 2011,

jumlah penduduk Kabupaten Jember yang dibedakan menurut

kewarganegaraan WNI dan WNA, dari 1.161.068 penduduk terdapat 509

pendudukan WNA.

Wajib belajar 9 (sembilan) tahun dicanangkan sejak tahun 1994

dengan tujuan untuk mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu dan

menjangkau pendudukan di daerah terpencil. Selain dengan berjalannya

program tersebut, peningkatan partisipasi sekolah harus diimbangi dengan

sarana fisik yang merupakan penunjang proses belajar mengajar, khusunya

jumlah sekolah yang bersedia dan tenaga guna yang memadai.

Pada tingkat SD sederajat terjadi penurunan jumlah sekolah sebesar

1,19% dari 851 pada tahun lalu menjadi 841 pada tahun tahun ini ,

sedangkan untuk SMP sederajat mengalami peningkatan sebesar 3,80%

dari 228 menjadi 237. Demikian pula untuk SMA terdapat 9,2%, yaitu 158

65

(53)

42

menjadi 174, sedangkan untuk perguruan tinggi swasta mencapai 11 pada

tahun.

4. Kehidupan masyarakat Desa Tanggul Wetan

a. Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun ini

jumlah penduduk Kabupaten Jember sebesar 2.345.851 jiwa jumlah

sebesar itu antara lain terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 1.164.715

jiwa dan penduduk perempuan sebesar 1.181.136 jiwa. Dengan

demikian, rasio jenis kelamin sebesar 98,61% yang berarti setiap 100

penduduk perempuan terdapat 98,61 penduduk laki-laki.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya penduduk

Kabupaten Jember hanya sebesar 2.332726 jiwa. Sehingga pada tahun

ini penduduk Kabupaten Jember mengalami kenaikan sebesar 0,56%.

Sejalan dengan itu maka angka kepadatan penduduk Kabupaten

Jember mencapai 712 jiwa/km2.

b. Kondisi Agama.

Kehidupan beragama di Kabupaten Jember dapat dibilang puneh

dengan kerukunan. Pasalnya selama ini tak pernah ada perselisiahan

antar umat beragama di Kabupaten Jember. Karena sifat toleransi dan

keharmonisan antar umat beragama tetap dijaga dengan baik.

Mayoritas penduduk memeluk agama islam dengan jumlah mencapai

(54)

43

B. Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong di Desa Tanggul Wetan Kecamatan

Tanggul Kabupaten Jember

1. Latar belakang Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong

Terjadinya kerjasama usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul

Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember antara Bapak Timbul

sebagai pemasok ayam potong dengan Bapak Rudi sebagai peternak atau

pengelola usaha ternak ayam potong. Kerjasama ini diawali karena Bapak

Timbul66 ingin membuat suatu usaha untuk membantu kebutuhan ekonomi

keluarganya. Usaha ini diharapkan dapat menambah penghasilan diluar

pekerjaan utamanya. Pekerjaan utama Bapak Timbul adalah Pegawai

Negeri Sipil. Setelah berkonsultasi dengan beberapa peternak ayam di

wilayah Tanggul, Pak Timbul dikenalkan dengan seorang pedagang cilot

keliling bernama Bapak Rudi Hartono (selanjutnya disebut Pak Rudi). Pak

Rudi ini memiliki lahan serta pengalaman dalam memelihara ayam.

Sehingga Pak Timbul mengajak Pak Rudi untuk berkerjasama dalam usaha

ternak ayam potong.

Pak Timbul menyatakan memilih usaha ternak ayam potong dinilai

sangat menguntungkan karena usia panen ayam potong yang sangat cepat

sekitar 40 hari. Selain itu besarnya kebutuhan akan ayam potong membuat

harga ayam cenderung stabil dipasaran. Hal lain yang menjadi alasan Pak

(55)

44

Timbul memilih usaha ayam potong adalah mudahnya menjual hasil

panennya.

Kerjasama ini dipilih Pak Timbul karena tidak punya lahan untuk

berternak ayam potong. Sedangkan menyewa lahan untuk berternak dinilai

sangat merugikan karena sewa tanah untuk ternak sangat mahal. biaya lain

yang harus dikeluarkan oleh Pak Timbul adalah biaya operasional yang

dirasa makin memberatkan. Oleh karenanya Pak Timbul memilih untuk

melakukan suatu kerjasama usaha ternak ayam potong dengan Bapak Rudi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rudi67 faktor utama

diterimanya kerjasama tersebut adalah :

a. Adanya waktu yang dimiliki setelah berjualan cilot.

b. Lahan yang dimiliki Pak Rudi bisa dimanfaatkan.

c. Penghasilan yang diperoleh dari kerjasama tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kemudian faktor pendukung dalam bekerjasama ternak ayam

potong adalah pengalaman dalam memelihara ayam potong.

Kendala yang dihadapi dalam usaha ternak ayam potong ini antara

lain :

a. Penyakit yang diakibatkan lingkungan kotor.

b. Cuaca yang tidak menentu menimbulkan kematian mendadak pada

ayam.

c. Suara bising menimbulkan ayam stres dan kematian.

(56)

45

d. Aroma ayam yang mengganggu lingkungan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pak Rudi dalam mengatasi

kendala-kendala tersebut diatas, yaitu:

a. Membersihkan kandang, membersihkan tempat pakan dan tempat

minum, serta memberikan vaksinasi.

b. Membuat kandang dalam suhu normal dalam berbagai perubahan

cuaca dengan bantuan lampu listik dan penutup kandang yang kedap

air.

c. Meletakkan kandang dari pemukiman masyarakat.

d. Membersihkan kandang serta memberikan obat khusus untuk

menghilangkan aroma kotoran ayam.68

Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, latar

belakang dari kesepakatan terjadinya antara Pak Timbul dengan Pak Rudi

dalam usaha ternak ayam potong di Desa Tanggul Wetan yaitu:

a. Pak timbul memiliki modal untuk mengembangkan usaha ayam potong

tetapi tidak memiliki lahan dan pengalaman dalam ternak ayam

potong.

b. Pak Rudi memiliki lahan dan pengalaman dalam memelihara ayam

potong.

c. Kerjasama ini diyakini menguntungkan kedua belah pihak dengan

memberikan penghasilan tambahan.

(57)

46

d. Pekerjaan ini tidak mengganggu pekerjaan utama kedua belah pihak

karena dilakukan diluar pekerjaan utama mereka.

2. Perjanjian dalam kerjasama usaha ternak ayam potong

Dalam perjanjian yang dilakukan secara lisan antara Pak Timbul

dan Pak Rudi dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pak timbul selaku pihak

pertama sedangkan Pak Rudi sebagai pihak kedua. Pihak pertama

menyediakan kandang dan bibit ayam potong, sedangkan Pihak kedua

menyediakan lahan, pakan dan merawat ayam.

Kesepakatan pembagian hasil antara keduabelah pihak adalah hasil

penjualan ayam dikurangi biaya bibit dan pakan dibagi dua. 50% hasil

keuntungan penjualan ayam diberikan kepada pihak pertama dan 50% hasil

keuntungan penjualan ayam diberikan kepada pihak kedua. Sedangkan

ketika mengalami kerugian prosentase yang diberikan adalah 40% untuk

pihak pertama dan 60% untuk pihak kedua.

Melihat beberapa penjelasan diatas, penulis dapat menyimpukan

tentang perjanjian yang terjadi antara bapak Timbul dan bapak Rudi, antara

lain :

a. Bapak Timbul dan Bapak Rudi sama-sama menjadi pemodal. Jika

bapak Timbul bermodal untuk membeli anakan ayam. Bapak Rudi

bermodal untuk biaya pakan dan pengelolahan ayam.

b. Bapak Timbul dan Bapak Rudi juga membagi pekerjaan yang ada. Jika

(58)

47

ayam-ayam hingga panen tiba. Lain dengan bapak Timbul yang

bertugas untuk menacari pembeli untuk menjual hasil panen tersebut.

c. Dalam pembagian keuntungan. Jika usaha ternak ayam tersebut

mendapatkan untung maka hasil penjualan ayam dikurangi

pengeluaran modal masing-masing. Sehingga hasil bersih itu yang

dibagi dengan prosentase 50% bagi Bapak Timbul dan 50% untuk

Bapak Rudi.

d. Jika dalam usaha ternak tersebut mengalami kerugian maka pembagian

akan berubah yaitu hasil penjualan ayam tidak dikurangi modal

masing-masing pihak. Sehinggal hasil kotor akan langsung dibagi

dengan prosentase 40% untuk bapak Timbul dan 60% untuk Bapak

Rudi.

e. Dalam hal ini usaha dinyatakan rugi apabila jumlah ayam yang mati

itu lebih banyak daripada ayam yang hidup. Maka kondisi ini

dinyatakan sebagai gagal panen atau usaha tersebut mengalami

kerugian.

3. Praktik Kerjasama Usaha Ternak Ayam Potong

Praktik kerjasama usaha ternak ayam potong antara pihak pertama

dengan dengan pihak kedua diawali dengan pemberian modal dari Bapak

Timbul untuk membeli bibit anakan ayam potong yang akan dikelola oleh

Bapak Rudi menjadi ayam potong siap untuk dipanen. Sesuai dengan

kesepakatan ayam ini dipelihara oleh Pak Rudi dan pakan ayam sampai

(59)

48

Akan tetapi lantas bapak Timbul tidak lepas begitu saja dalam

kerjasama ini. Bapak Timbul tidak menjadi seorang pemodal murni tapi

beliau juga mempunyai peran dan tugas dalam kerjasama ini. Bapak Timbul

juga mempunyai peran atau tugas untuk mencarikan pembeli untuk

menjual hasil panen. Selain itu bapak timbul juga terkadang sering

berkunjung ke tempat peternakan untuk melihat-lihat perkembangan ayam

potong tersebut.69

Menurut paparan Pak Rudi, selama masa perawatan Pak Rudi

bertanggung jawab dengan pakan, minum, dan kebersihan kandang. Biaya

yang ditanggung Pak Rudi selama masa pemeliharaan ayam adalah pakan

berupa konsentrat Br 1, vaksinasi, dan penggunaan listrik. Masih menurut

paparan Pak Rudi, pada awal kerjasama diterima anakan atau bibit ayam

sebanyak 500 ekor.

Kemudian Pak Rudi memelihara selama 35 hari. Pakan yang

dihabiskan dalam masa perawatan itu adalah sebanyak sebanyak 14

kwintal ; obat anti stress 2 bungkus seharga Rp. 24.000,00 ; 1 botol Vaksin

seharga Rp. 20.000,00. Kemudian penulis menanyakan kisaran biaya pakan

yang telah dikeluarkan. Menurut Pak Rudi harga konsentrat istilah yang

digunakan untuk pakan ayam, sering mengalami perubahan. Ada kalanya

harga turun tetapi ketika menjelang kebutuhan pasar akan ayam tinggi

harga pakan akan melonjak.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1 Skema Alur kerjasama usaha ternak ayam
Tabel 3.2 Perbandingan modal kedua belah pihak
+3

Referensi

Dokumen terkait

ada pun langkah-langkah pengembangan LKS matematika berbasis penemuan terbimbing adalah sebagai berikut: Tahap pendefinisian dilakukan dengan menganalisis pada 3 aspek

Where the educational establishment provides a meals service, comparisons can be made using the cost of each meal served or on a cost per pupil/student basis.. Such comparisons

Sementara itu, perubahan kebijakan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dalam rangka pengelolaan sampah terjadi secara paradigmatik, dari paradigma konvensional yang memosisikan

Himpunan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2015 40 menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dan DPPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan kebijakan

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang positif antara tingkat ekspresi TILs CD8 dengan kanker ovarium tipe epitel stadium lanjut yang

Fungsi penggunaan bahasa gaul bahasa Mandarin dalam media sosial WeChat periode Agustus s.d Oktober 2015 yang peneliti temukan adalah fungsi ekspresi atau emotif,

Secara umumnya, kajian ini dibahagikan kepada dua model penganggaran yang berbeza, iaitu model pengukuran produktiviti sesebuah universiti yang dicadangkan oleh Gates dan Stone

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ALAT PERAGA MAKET KUDA-KUDA SISTEM BONGKAR PASANG PADA MATA KULIAH KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG III.. Skripsi, Surakarta: