• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengelolaan zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pengelolaan zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

MOJOKERTO DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MUSTAHIK

SKRIPSI

Oleh

BAGUS IMAM SODIKUN

NIM. C34213072

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Mojokerto dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yaitu, pertama Bagaimana strategi pengelolaan dana zakat produktif di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto?, kedua Bagaimana strategi pengelolaan dana zakat produktif di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik?

Skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif. Dan data dalam penelitian ini dikumpulkan serta dianalisis secara sistematis dengan menggunakan deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan informan, yaitu dengan beberapa pegawai yang bekerja di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto, baik pegawai yang mengurus dibagian internal maupun lapangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengelolaan zakat produktif yang dilakukan di BAZNAS Kota Mojokerto adalah: dengan cara mengadakan pengajian-pengajian, mengadakan siaran tentang edukasi zakat di beberapa radio dan melakukan pelatihan-pelatihan usaha bagi mustahik. Sedangkan, Implikasi dari trategi pengelolaan zakat produktif pada BAZNAS Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik antara lain mustahik memperoleh modal untuk usaha, Mustahik Dapat Berwirausaha, Memperoleh Motivasi Moral, dan derajat perekonomian mustahik meningkat.

Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka diharapkan BAZNAS Kota Mojokerto agar lebih mengoptimalkan kembali dalam pengelolaan zakat, karena kurangnya pemasukan zakat ke BAZNAS Kota Mojokerto menyebabkan kurang banyaknya bantuan zakat yang diberikan kepada mustahik. Dan masih ada beberapa mustahik yang tidak mengalami perbaikan atau kemajuan dalam kesejahteraan hidupnya, diharapkan BAZNAS Kota Mojokerto harus lebih meningkatkan program pengawasan maupun pendampingan kepada mustahik yang menerima bantuan zakat produktif, sehingga dapat diketahui apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam usahanya.

(7)

viii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ……... i

PERNYATAAN KEASLIAN ...… . ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 15

D. Kajian Pustaka ... 16

E. Tujuan Penelitian ... 20

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 20

G. Definisi Operasional ... 21

H. Metode Penelitian ... 23

(8)

ix

BAB II STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT... 30

A. Strategi Pengelolaan (Management Strategy) ... 30

1. Pengertian Strategi Pengelolaan (Management Strategy) 30 2. Tujuan Strategi Pengelolaan (Management Strategy)… 33 3. Manfaat Manajemen Strategik (Management Strategy) 33 B. Zakat Produktif………... 35

1. Pengertian Zakat Produktif……….. 35

2. Dasar Hukum Zakat Produktif……….. 38

3. Jenis-Jenis Harta Benda yang Wajib Dizakati………. 39

4. Pihak yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)…….. 41

5. Pengelolaan Zakat Produktif………... 46

C. Kesejahteraan Masyarakat ... 51

1. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat……….. 51

2. Konsep Kesejahteraan………... 55

3. Prinsip Kesejahteraan dalam Islam………... 56

BAB III PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA MOJOKERTO... .. 57

A. Gambaran Umum BAZNAS Kota Mojokerto... 57

1. Profil BAZNAS Kota Mojokerto ... 57

2. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Mojokerto…... 60

3. Pelaksanaan Kegiatan di BAZNAS Kota Mojokerto.. 65

B. Strategi pengelolaan zakat produktif di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto ………... 70

1. Perencanaan Zakat Produktif……… 70

2. Pengelolaan Zakat Produktif………. 71

(9)

x

1. Permodalan……… 85

2. Memberikan Bantuan Motivasi Moril……….. 86

3. Pelatihan Usaha Mustahik……… 86

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA MOJOKERTO DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK ... 87

A. Analisis Strategi Pengelolaan Zakat Produktif pada BAZNAS Kota Mojokerto………….………. 87

1. Mengadakan Pengajian-Pengajian ... 89

2. Mengadakan Siaran Radio ...………... 90

3. Mengadakan Pelatihan Usaha………... 90

B. Analisis implikasi strategi pengelolaan dana zakat produktif di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik………... 91

1. Memperoleh Modal Usaha……… 95

2. Mustahik Dapat Berwirausaha…..……… 96

3. Memperoleh Motivasi Moral ……… 97

4. Derajat Perekonomian Mustahik Meningkat………… 98

BAB V PENUTUP ………... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(10)

xi DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Penghimpunan Dana Zakat ... 10

Tabel 1.2 Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto

Triwulan I Tahun 2016 ... 11

Tabel 1.3 Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto

Triwulan II Tahun 2016 ... 12

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto Periode 2015-2020 ... 63

Tabel 3.2 Rekapitulasi Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto

Tahun 2016 ... 78

Tabel 3.3 Pertumbuhan ZIS Perbulan Tahun 2015 – 2016 ... 79

Tabel 3.4 Perkembangan Pengumpulan BAZNAS Kota Mojokerto

dari Tahun 2014 – 2016... 81

Tabel 3.5 Perkembangan Jumlah Muzaki dari Tahun 2014 s/d 2016 ... 82

Tabel 3.6 Mustahik yang Mendapatkan Zakat Produktif Tahun 2015

(11)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Strategi dan Kesesuaian ... 32

Gambar 3.1 Perkembangan Pengumpulan Zakat Infak dan Sedekah BAZNAS Kota Mojokerto Tahun 2016 ... 32

Gambar 3.2 Pertumbuhan ZIS Perbulan Tahun 2015 – 2016 ... 80

Gambar 3.3 Perkembangan Pendapatan Zakat Infak dan Sedekah BAZNAS Kota Mojokerto dari Tahun 2014 – 2016……… 81 Gambar 3.4 Perkembangan Jumlah Muzakki dari Tahun 2014 s/d 2016 ... 82

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara demografik dan kultural, masyarakat muslim Indonesia memiliki potensi strategik yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat, infak dan sedekah (ZIS). Penduduk Indonesia adalah beragama Islam dan secara kultural kewajiban zakat, dorongan untuk berinfak dan bersedekah di jalan Allah swt. telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat Islam. Dalam hal ini kita sebagai umat Islam harus saling membantu terhadap sesama.

Ada banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Allah swt. telah menjadikan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup, baik dengan jalan jual beli, sewa-menyewa, bekerjasama yang kaya memberi yang kurang mampu. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur, dan terjalin masyarakat yang sejahtera.1

Manusia kapanpun dan di manapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan Allah swt. sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat.2 Aktivitas manusia yang satu

(13)

dengan yang lain sangat banyak ragamnya. Untuk menyempurnakan dan mempermudah hubungan antara mereka, banyak cara yang dilakukan oleh orang yang mampu dan kurang mampu. Dalam Alquran telah dijelaskan dalam surah al-Ma’idah ayat 2 yang berbunyi:

‚Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.‛4

Ayat di atas menunjukkan bahwa kegiatan tolong menolong adalah termasuk zakat, infak, dan sedekah. Sehubungan dengan zakat mayoritas masyarakat penduduk Indonesia, secara ideal bisa terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat. Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya, sehingga perintah zakat dalam Alquran sering disertai dengan perintah yang tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga, setelah syahadat dan shalat. Dalam Alquran sering sekali kata zakat disetarakan dengan kata salat. Hal ini menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah salat dan zakat. Jika salat berdimensi vertikal-keutuhan, maka zakat merupakan ibadah yang berdimensi horizontal-kemanusiaan.5

3 Alquran, 5: 2.

(14)

Sejauh ini, meskipun studi tentang zakat telah banyak dilakukan, namun telaah dari perspektif pemberdayaan ekonomi masyarakat nampaknya belum banyak menjadi sorotan. Padahal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah), tetapi juga dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu mekanisme distribusi kekayaan. Dengan kata lain, di samping membersihkan jiwa dan harta benda, zakat juga merupakan alat pemerataan pendapatan yang ampuh dalam kehidupan ekonomi masyarakat

Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat berupaya menciptakan iklan masyarakat yang berjiwa wirausaha akan terwujud. Apabila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh badan/lembaga yang amanah dan profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No. 38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian pemerintah mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan manajemen modern

(15)

keimanan seeorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya seorang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapuskan kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.6

Nilai-nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi golongan mampu (wajib zakat), ataupun bagi mustahik (khususnya golongan miskin). Dengan nilai zakat tersebut bagi mustahik dapat merubah kehidupan mereka yaitu untuk meringankan beban biaya hidup, menjadikan kuat berusaha dengan modal dari zakat, juga memberikan suatu kesadaran penggunaan dana zakat, serta dapat mengembangkan etos kerja. Sedangkan untuk para muzzaki nilai tersebut menjadikan diri bersih, menimbulkan kesadaran terhadap golongan yang tidak mampu dan menimbulkan ketenangan dalam hidup, karena kewajiban itu (zakat) telah terpenuhi.7

Zakat8, infak9, dan sedekah10 adalah sebagian dari mekanisme agama yang berintikan semangat pemerataan pendapatan11. Dana zakat yang diambil dari harta orang lain yang berkelebihan dan disalurkan kepada orang yang

6 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press, 2005), 189. 7 M. Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat melalui Pengelolaan Zakat Harta (Jakarta: Nuansa Madani, 2001), 28.

8 Herman Bagus, ‚Pengertian Zakat Beserta Penjelasan Zakat Fitrah dan Zakat Mal‛, dalam http://www.hermanbagus.com/2015/08/pengertian-zakat-beserta-penjelasan-zakat-fitrah-dan-zakat-mal.html, diakses pada 7 Juni 2017.

9 Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum Zakat dan Pengamalannya di DKI Jakarta (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), 5.

10 Ibid., 7.

(16)

kekurangan. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu, maka alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya disalurkan kepada masyarakat tertentu.

Islam mengenalkan kita konsep zakat. Zakat merupakan sebagian harta tertentu yang telah diwajibkan Allah swt. untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan kadar, harta dan lafadz tertentu, serta memenuhi syarat dan rukunnya. Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh seorang muslim. Sehingga, setiap muslim yang mempunyai kekayaan-kekayaan tertentu dan telah sampai pada nishabnya (jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya), wajib mengeluarkan zakat.12

Salah satu kewajiban untuk menunaikan zakat juga disebutkan dalam Alquran surah al-Tawbah13 103, Allah swt. berfirman:

12 Nasrun Haroen, Zakat Ketentuan dan Permasalahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), 3.

13 Al-Tawbah adalah salah satu surah Madaniyah yang menumpahkan perhatian besar terhadap masalah zakat. Selain bersifat komprehensif, al-Tawbah dijadikan dasar syar’i ajaran zakat, karena al-Tawbah, menurutnya, merupakan tonggak sejarah atau mile stone dalam memahami sunnah Allah swt. Tentang zakat, dan tonggak sejarah inilah yang harus selalu dirujuk untuk menggali nilai-nilai dasar kewajiban zakat. Lihat Sirajul Arifin, ‚Rasionalitas Kadar Zakat Profesi‛, al-‘Adalah: Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 13, No. 1 (Juni 2010), 118-119.

(17)

membersihkan15 dan mensucikan16 mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.‛17

Dari ayat di atas kita bisa menarik kesimpulan mengenai manajemen pengelolaan zakat. Manajemen pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan umat Islam dengan struktur sosial yang sekarang, hanya sebagian kecil potensi dana zakat yang berhasil dikumpulkan dan didistribusikan kepada yang berhak. Pada dasarnya, zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi : dimensi h}abl min Allah atau dimensi vertikal, dan dimensi h}abl min al-na>s atau dimensi horizontal yang artinya menjalin hubungan kita dengan sesama manusia. Apabila zakat dijalankan dengan baik, akan meningkatkan keimanan, membersihkan dan menyucikan jiwa, dan harta kita akan menjadi berkah.

Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai pemenuhan kewajiban seorang muslim. Penunaian kewajiban zakat adalah urusan kepada Allah. Apabila seorang mukmin telah melaksanakan zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan kewajibannya disisi Allah dan akan mendapat balasan sebagaimana yang Allah telah janjikan. Zakat dalam pelaksanaannya harus ditetapkan dan diatur oleh agama dan negara, baik jenis harta yang dizakatkan, para wajib zakat (muzakki) maupun para penerima zakat

15 Zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda atau yang bersifat duniawi. Lihat Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009), 97.

16 Zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka. Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2009), 97.

(18)

(mustahik). Sampai pada pengelolaannya oleh pihak ketiga, dalam hal ini pemerintah atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola zakat demi kemaslahatan umat. Negara dan lembaga inilah yang akan membantu para muzakki, untuk menyampaikan zakatnya kepada para mustahik atau membantu para mustahik dalam menerima hak-haknya. Pada tataran inilah zakat bukan merupakan urusan individual, tapi merupakan urusan masyarakat, dan tugas pemerintah baik melalui organisasi resmi yang langsung ditunjuk oleh pemerintah.18

Adanya keikutsertaan pemerintah dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah tersebut, agar meningkatkan kesadaran umat muslim untuk berzakat dan memberikan harapan baru dalam mengaktualisasikan zakat. Dengan begitu maka instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi zakat akan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Tentunya hal tersebut juga akan berimplikasi terhadap masyarakat menengah kebawah dan angka kemiskinan di Negara Indonesia akan berkurang. Ekonomi di dunia barat khususnya yang didasari pemikiran kapitalistik telah menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan ini seperti; kesenjangan dalam kehidupan sosial ekonomi. Tentunya kita berharap hal sedemikian rupa tidak terjadi di negara kita.

Potensi zakat di Indonesia melalui penelitian yang dilakukan oleh BAZNAS dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi zakat sebesar 217 triliun

(19)

atau setara dengan 3,4 persen PDB Indonesia tahun 2010.19 Itu menunjukkan bahwa Instrumen zakat perlu ditingkatkan lagi. Jika pengelolaan zakat dapat ditangani secara professional maka akan dapat mengurangi pengangguran masyarakat Indonesia. Agar pengelolaan dana zakat bisa dikelola dengan professional maka perlu adanya lembaga khusus yang menghimpun, mengelola, dan mendistribusikan zakat tersebut.

Berdasarkan UU No 38 tahun 1999, bahwa organisasi yang berhak mengelola

zakat terbagi menjadi dua bagian, yakni organisasi yang tumbuh atas prakarsa

masyarakat dan disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ) serta organisasi yang

dibentuk oleh pemerintah dan disebut dengan Badan Amil Zakat (BAZ). Kedua

bentuk organisasi ini memiliki kesamaan tujuan, yakni bertujuan mengelola dana

zakat dan sumber-sumber dana sosial yang lain secara maksimal untuk keperluan

umat. Misi mulia yang diemban ini jangan sampai benturan dalam pelaksanaan

programnya.20

Setelah kita faham lembaga-lembaga lembaga apa saja yang mengelola zakat, maka Kota Mojokerto juga membentuk lembaga BAZNAS untuk menghimpun dan mengelola zakat. Lembaga BAZNAS Kota Mojokerto juga ikut serta dalam penghimpunan sekaligus pendistribusian zakat ke masyarakat. BAZNAS Kota Mojokerto yang beralamatkan di Jalan Gajahmada 115-A Mojokerto memiliki visi menjadikan para mustahik menjadi muzakki dan misinya menjadi lembaga pengelola zakat, infak, dan

19 Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti, Ekonomi Pembangunan Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), 23.

(20)

sedekah yang amanah, professional dan bertanggungjawab. Tentunya visi dan misi tersebut untuk mewujudkan tujuan yang mulia yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pelayanan dan penunaian ibadah zakat, meningkatkan fungsi dan peran pranata keagamaan (zakat) dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat pada masyarakat Mojokerto

Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto, didirikan pada tahun 2001, setelah terbitnya UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Dalam pengelolaannya Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto menggunakan lima prinsip manajemen pengelolaan zakat yaitu: Prinsip Syar’I, Prinsip

Prosedural, Prinsip Profesional, Prinsip Sinergi, dan Prinsip Transparan. Program Pokok Badan Amil Zakat Kota Mojokerto meliputi 3 bidang yaitu: Bidang Pengumpulan, Bidang Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Bidang Pengembangan. Dengan terbentuknya lembaga tersebut diharapkan agar terjadi pemerataan pendistribusian kepada masyarakat. Dalam hal ini maka akan ada pengelolaan zakat produktif, bagaimana dana tersebut akan dialokasikan ke UKM (Usaha Kecil Masyarakat) yang ada di sekitar Kota Mojokerto. Tentunya untuk mengurangi pengangguran di Kota Mojokerto dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Mojokerto melalui program-program BAZNAS Kota Mojokerto.

(21)

Kota Mojokerto dari tahun ke tahun juga masih mangalami fluktuasi. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, dari angka pengangguran terbuka 5,68 persen pada tahun 2013, dan diujung 2014 turun menjadi 4,42 persen. Memang secara prosentase angka pengangguran terbuka menurun. Tapi agar angka tersebut terus menurun beberapa program harus dioptimalkan. Termasuk strategi pengelolaan dana zakat produktif yang di kelola oleh Lembaga BAZNAS Kota Mojokerto.

Potensi untuk mengelola dana zakat sebagai instrumen pengentas kemiskinan masyarakat Indonesia memang besar, ini dibuktikan dengan adanya data penghimpunan dana zakat dari tahun ke tahun yang selalu mengalami pertumbuhan. Tetapi dalam realitanya, masyarakat Indonesia masih banyak yang dikategorikan sebagai masyarakat miskin. Adapun dari sisi penghimpunan, maka penghimpunan zakat menunjukkan peningkatan yang signifikan meskipun masih terdapat kesenjangan yang besar dengan potensinya.21 Kesenjangan terhadap potensi dengan penghimpunan dana zakat dapat dianalisa melalui data yang diperoleh dari BAZNAS sebagai berikut:

(22)

2006 373,17 26,28

Sumber: Outlook Zakat Indonesia 201722

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa penghimpunan dana ZIS mengalami peningkatan yang berkesinambungan dalam kurun waktu 13 tahun. Pada tahun 2005 dan tahun 2007, terjadi kenaikan penghimpunan ZIS hampir 100 persen yang diprediksi karena adanya bencana nasional di tanah air (tsunami Aceh dan gempa bumi Yogyakarta). Jika dirata-ratakan dari tahun 2002 sampai 2015, maka pertumbuhan penghimpunan ZIS di Indonesia mencapai angka rata-rata kenaikan sebesar 39,28 persen disetiap tahunnya.

Lembaga Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto menghimpun dan mengelola dana zakat, infak dan sedekah dari berbagai aspek lapisan dari masyarakat antara lain: dari Pegawai Negri Sipil Mojokerto, berbagai SD/MI/MTS sederajat di Kota Mojokerto, beberapa Perusahaan di Kota Mojokerto, berbagai Instansi di Kota Mojokerto dan dari masyarakat kalangan menengah ke atas atau para pengusaha. Dari data pengumpulan ZIS Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan yang signifikan pula pada triwulan satu dan triwulan pada tahun 2016. Adapun datanya sebagai berikut:

(23)

Tabel 1.2

Tabel Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto Triwulan I Tahun 2016

NO JENIS DONASI JANUARI PEBRUARI MARET TOTAL

1 Zakat Individu 92,387,897 70,785,615 76,968,897 240,142,409

2 Infak dan Sedekah 30,464,453 26,441,486 29,920,086 86,826,025

TOTAL 122,852,350 97,227,101 106,888,983 326,968,434 Sumber: BAZNAS 2016.23

Tabel 1.3

Tabel Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto Triwulan II Tahun 2016

NO JENIS DONASI JANUARI PEBRUARI MARET TOTAL

1 Zakat Individu 71,609,595 76,059,386 162,900,708 310,569,689

2 Infak dan Sedekah 31,896,391 29,641,486 34,586,919 96,124,796

TOTAL 103,505,986 105,700,872 197,487,627 406,694,485 Sumber: BAZNAS 2016.24

Walaupun penghimpunan dana Zakat pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto belum optimal, data tersebut menunjukkan bahwa terjadi kenaikan dari triwulan satu ke triwulan dua pada tahun 2016 sebesar Rp 79,726,051. Belum optimalnya penghimpunan dana zakat dipengaruhi beberapa permasalah. Dari tahun ke tahun BAZNAS Kota Mojokerto mendapati permasalahan dalam penghimpunan dana zakat, diantaranya permasalahan tersebut sebagai berikut: Pertama, masih ada beberapa SKPD, instansi dan sekolahan di Kota Mojokerto yang belum optimal melaksanakan

23Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto, ‚Laporan Triwulan I Badan Amil Zakat Nasional

(24)

pengumpulan zakat, infak, dan sedekah sesuai ketentuan pasal 18 Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2010. Kedua, belum semua PNS yang wajib zakat atau mengeluarkan zakatnya melalui BAZNAS sesuai ketentuan pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Wali Kota Mojokerto Nomor 14 Tahun 2013. Ketiga, belum optimalnya pemahaman masyarakat untuk membedakan antara zakat, infak, dan sedekah sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2010. Dan keempat, belum optimalnya kesadaran masyarakat untuk menyalurkan zakat, infak dan sedekah melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto.25

Dalam hal ini penulis ingin mengadakan penelitian terkait Strategi Pengelolaan Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Mojokerto. Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Mojokerto mempunyai strategi sendiri dalam pengelolaan zakat tersebut. Sekaligus bagaimana implikasi strategi pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Mojokerto.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ‚Strategi Pengelolaan Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat (Baznas) Kota Mojokerto dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik‛.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas penulis memaparkan beberapa masalah yang berkenaan dengan penelitian ini antara lain:

(25)

1. Dalam pemanfaatan zakat BAZNAS Kota Mojokerto masih belum optimal, sehingga perlu adanya strategi pengelolaan tentang pemanfaatan dana zakat dalam BAZNAS Kota Mojokerto

2. Masih belum optimal dalam penghimpunan zakat, sehingga perlu ditingkatkan strategi BAZNAS Kota Mojokerto dalam menghimpun dana Zakat dari masyarakat Mojokerto

3. Potensi zakat sebagai indikator penyumbang pertumbuhan ekonomi masyarakat Mojokerto

4. Belum jelas bagaimana cara pendistribusian dana zakat produktif Lembaga BAZNAS Kota Mojokerto pada para mustahik

5. Dampak dari implikasi strategi pengelolaan zakat produktif pada BAZNAS Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

Dari beberapa indetifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah pada penelitian ini yaitu;

1. Strategi pengelolaan zakat produktif pada lembaga BAZNAS Kota Mojokerto

2. Implikasi strategi pengelolaan zakat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

(26)

2. Bagaimana implikasi strategi pengelolaan zakat produktif di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik ? D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti.26 Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu penelitian yang terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Tentunya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang diteliti oleh penulis, dan menggunakan sumber yang relevan termasuk menggunakan literatur guna memperkuat penelitian. Maksud dari pengkajian ini adalah untuk dapat mengetahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang ini tidak sama dengan penelitian terdahulu.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikat karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul penelitian yang akan penulis bahas, yaitu sebagai berikut: 1. Skripsi yang berjudul ‚Pengaruh Dana Zakat Produktif terhadap

Keuntungan Usaha Mustahik Penerima Zakat: Studi Kasus BAZ Kota Semarang, ditulis oleh Garry Nugraha Winoto Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2011. Penelitian ini membahas lebih luas mengenai sumber dana zakat produktif,

(27)

mekanisme pemberian zakat produktif dan perhitungan pengaruh dana zakat produktif secara kuantitatif, sedangkan peneliti menggunakan metodologi kualitatif untuk menganalisis permasalahan. Persamaan penelitian ini terletak pada objek penelitian yakni meneliti tentang dana zakat produktif.27

2. Skripsi yang berjudul ‚Upaya Baitul Maal Bogor dalam Pendayagunaan Dana Zakat dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat‛ pada tahun 2003 oleh Evi Rianti. Penelitian tersebut membahas tentang aplikasi pengelolaan dari penghimpunan sampai pendistribusian zakat pada Baitul Maal Bogor, sedangkan peneliti meneliti tentang strategi optimalisasi pengelolaan zakat produktif pada BAZNAS kota Mojokerto.28 Persamaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yaitu menggunakan jenis penelitian kualitatif objek penelitian yakni meneliti tentang zakat.

3. Penelitian yang dilaksanakan Ancas Sulhantifa Pribadi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponogoro Semarang, yang berupa tesis pada tahun 2006 tentang ‚Pelaksanaan Pengelolaan Zakat Menurut

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999‛. Penelitian tersebut membahas dan mengkaji tentang kendala-kendala dalam pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Kota Semarang. Hasil penelitian disebutkan berbagai kendala seperti kurangnya sosialisasi mengenai Undang-Undang Pengelolaan

27 Garry Nugraha Winoto, ‚Pengaruh Dana Zakat Produktif terhadap Keuntungan Usaha

Mustahik Penerima Zakat‛ (Skripsi--Universitas Diponegoro Semarang, 2011), 10.

28 Evi Rianti, ‚Upaya Baitul Maal Bogor dalam Pendayagunaan Dana Zakat dalam rangka

(28)

zakat, rendahnya pemahaman, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya berzakat.29 Sedangkan peneliti membahas implikasi strategi pengelolaan dana zakat produktif. Persamaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian kualitatif dan objek penelitian yakni tentang pelaksanaan pengelolaan zakat.

4. Penelitian Tesis yang berjudul ‚Efektivitas Peranan Badan Amil Zakat sebagai Pengelola Zakat dalam Upaya Mengubah Status Mustahik Menjadi Muzakki Menurut Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2010: Studi Kasus pada Badan Amil Zakat Kota Mojokerto Propinsi Jawa Timur‛ pada tahun 2012 ditulis oleh Sri Handarwati

Universitas Wijaya Putra Surabaya.30 Penelitian tersebut membahas tentang peranan BAZ Kota Mojokerto dalam mengubah Mustahik menjadi Muzaki berpedoman pada Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2010, sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada implikasi dari pengelolaan zakat kepada Mustahik. Persamaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian kualitatif dan objek penelitian yakni tentang pengelolaan zakat dan tempat penelitian di Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Mojokerto.

5. Skripsi yang berjudul ‚Efektivitas Program Pembiayaan Badan Amil

Zakat (BAS) Kota Mojokerto terhadap Usaha Peserta Pembiayaan Usaha

29 Ancas Sulhantifa P., ‚Pelaksanaan Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang Nomor 39

tahun 1999‛ (Tesis--Universitas Diponogoro Jogja, 2006), 17.

30Sri Handarwati, ‚Efektivitas Peranan Badan Amil Zakat sebagai Pengelola Zakat dalam Upaya Mengubah Status Mustahik menjadi Muzakki menurut Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor

(29)

Syariah (PUSYAR)” ditulis oleh Hurriyatul Alfi Mahasiswa Fakultas

Syariah dan Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya tahun 2014.31 Penelitian tersebut membahas tentang implementasi program Pembiayaan Usaha Syariah (PUSYAR) di BAZ Kota Mojokerto, penggunaan dana Pembiayaan Usaha Syariah (PUSYAR) yang diberikan kepada peserta pembiayaan dari BAZ Kota Mojokerto, dan membahas tentang mekanisme pengawasan terhadap kelangsungan usaha penerima program Pembiayaan Usaha Syariah (PUSYAR). Sedangkan penelitian ini lebih fokus ke permasalahan yang ada di BAZNAS Kota Mojokerto. Persamaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian kualitatif objek penelitian yakni meneliti tentang pengelolaan zakat dan tempat penelitian di Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Mojokerto.

Penelitian yang akan penulis lakukan dengan judul Strategi Pengelolaan Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Mojokerto dalam Meningkatkan Kesejahteraan Muatahik jelas Berbeda dengan karya-karya ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian secara kritis tentang strategi pengelolaan dana zakat produktif di BAZNAS Kota Mojokerto dengan memaparkan program-program baru yang inovatif dan menguntungkan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu juga

(30)

memaparkan implikasi dari strategi pengelolaan zakat produktif di BAZNAS Kota Mojokerto.

Penulis mengetahui bahwa penelitian tentang pengelolaan zakat bukan hal yang baru lagi. Tetapi, perbedaan tempat penelitian dan pokok pembahasan yang akan peneliti lakukan terhadap penelitian-penelitian sebelumnya dimungkinkan terjadinya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melengkapi penelitian yang sudah ada.

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini, berdasarkan masalah penelitian diatas adalah :

1. Untuk mengetahui strategi pengelolaan zakat produktif pada lembaga BAZNAS Kota Mojokerto

2. Untuk mengetahui implikasi strategi pengelolaan zakat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek:

1. Manfaat teoritis

(31)

b. Memberikan masukan para mahasiswa atau para pengelola ZIS agar lebih profesional dan inovatif dalam pengelolaan dana zakat produktif.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca akan dapat mengetahui pengelolan atau pemanfaatan dana ZIS yang dikelola di lembaga Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto

b. Bagi masyarakat, sebagai masukan dan sekaligus membangun kesadaran akan pentingnya membayar ZIS di Lembaga Badan Amil Zakat Nasional sebagai seorang muslim

c. Memberi wawasan kepada masyarakat bahwa ZIS itu selain sarana berhubungan dengan Allah swt juga termasuk dalam berhubungan kepada sesama, karena kepedulian kita terhadap orang lain. Dengan kita membayar ZIS akan banyak Mustahik yang akan terbantu.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai kalimat dan menjelaskan maksud dari penelitian ini maka perlu adanya definisi operasional. Hal itu bertujuan agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini. Dalam penelitian ini mendefinisikan beberapa istilah, sebagai berikut:

(32)

Strategi pengelolaan merupakan serangkaian keputusan dan

tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi.32 Jadi makna strategi pengelolaan di sini

adalah strategi yang diterapkan di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto.

2. Zakat Produktif

Zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktivitas mustahik.33 Jadi maksud zakat produktif di sini adalah dana zakat yang digunakan untuk memberikan modal mustahik, dalam mengembangkan usaha yang produktif.

3. Kesejahteraan Mustahik

Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.34

Sedangkan mustahik adalah orang-orang yang berhak menerima zakat.35 Jadi kesejahteraan mustahik disini adalah sebuah penilaian, tingkatan atau tolak ukur kesejahteraan bagi orang-orang yang memperoleh atau berhak menerima zakat (mustahik).

32

Sondang P. Siagan, Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 15.

33 Abduracchman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 165.

34Ichsan, ‚Tujuan dan Sasaran Kesejahteraan Sosial‛, dalam https://tunas63.wordpress.com/2011 /11/03/tujuan-dan-sasaran-kesejahteraan-sosial/ , diakses pada 19 Juni 2017.

(33)

H. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara, dan alat yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran sesuatu dengan menggunakan metode ilmiah.

1. Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek ilmiah, dalam hal ini penulis adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, sedangkan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.36 Penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fonemena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.37

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian kualitatif penulis berusaha untuk mencari tahu, menggambarkan data, mendeskripsikan suatu kejadian atau informasi yang kemudian diidentifikasi dan dievaluasi. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan penelitian untuk

36 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 1.

(34)

mengetahui bagaimana Stretegi Pengelolaan Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto untuk Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik.

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu; data primer dan data sekunder. Data yang perlu dihimpun untuk penelitian ini adalah data terkait tentang pengelolan dana zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto. Data tersebut sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer terdiri dari data tentang pengelolaan dan pendistribusian zakat produktif oleh Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto, serta implikasi dari hasil pengelolaan dana zakat produktif.

b. Data Sekunder

Data Sekunder terdiri dari; data tentang banyaknya orang yang menyalurkan zakat (muzaki) dan orang yang menerima zakat tersebut (mustahik), serta data-data yang diperoleh dari laporan akhir tahun BAZNAS Kota Mojokerto.

3. Sumber data

(35)

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu subyek penelitian yang dijadikan sebagai sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data secara langsung atau yang dikenal dengan istilah interview atau wawancara.38 Dalam hal subjek penelitian yang dimaksud adalah manajer/pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto dan para pegawai di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah data primer.39 Sumber sekunder merupakan data pendukung yang berasal dari dokumentasi kegiatan pengelolaan dana zakat produktif, arsip kegiatan pendistribusian dana zakat produktif oleh BAZNAS Kota Mojokerto, dan buku-buku maupun literatur lain.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, penelitian ini bersifat kualititatif. Secara lebih detail teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Sutrisno Hadi mengatakan bahwa metode observasi adalah

metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan

38 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 37.

(36)

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

diselidiki.40

Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan

mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnnya. Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh

informasi tentang pengelolaan zakat produktif pada BAZNAS Kota Mojokerto.

b. Wawancara

Sukandarrumidi mengungkapkan bahwa wawancara adalah proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya.41

Dalam wawancara ini peneliti mengadakan tanya jawab dengan beberapa pengelola seperti manajer dan pegawai di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto

c. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa dokumentasi asal katanya adalah dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Oleh karena itu, dalam pelaksanannya peneliti harus meneliti benda-benda tertulis,

40 Sutrisno Hadi, Metodologi Researsch, (Yogyakarta: Andi, 2000), 136.

(37)

dokumen-dokumen peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.42

Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan pengelolaan zakat produktif pada BAZNAS Kota Mojokerto diantaranya: 1) Dokumentasi kegiatan pengelolaan dana zakat produktif, 2) Dokumentasi kegiatan pendistribusian zakat produktif.

5. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu.43 Sedangkan tahapan-tahapan pengelohan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:44

a. Organizing

Organizing adalah langkah menyusun secara sistematis data yang diperoleh dalam kerangka paparan yang telah direncanakan sebelumnya untuk memperoleh bukti-bukti dan gambaran secara jelas tentang praktik pengelolaan zakat produktif di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto.

b. Editing

42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneletian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 131.

43 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 89.

(38)

Editing adalah pengecekan atau pengkoreksian data yang dikumpulkan.45 Adapun teknik pengolahan data editing dalam penelitian ini yaitu memeriksa kembali secara cermat dari segi kelengkapan, keterbatasan, kejelasan makna, kesesuaian satu sama lain, relevansi dan keseragaman data pengelolaan zakat produktif di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto.

c. Analizing

Analizing adalah lanjutan terhadap klasifikasi data, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai pengelolaan zakat produktif di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dalam Sugiyono, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.46

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang bersifat mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh peneliti, dengan

menunjukkan bukti-buktinya.47

45 Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 253. 46 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…, 334.

(39)

Tujuan dari metode ini adalah untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki, serta teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data

yang peneliti kumpulkan baik data hasil wawancara, observasi maupun

dokumentasi, selama mengadakan penelitian di BAZNAS Kota

Mojokerto.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa subbab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah:

Bab pertama adalah pendahuluan, Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah landasan teori, yang memuat tentang teori-teori yang menjadi dasar pedoman tema penelitian yang diangkat. Hal ini merupakan studi literature atau referensi pendukung mengenai strategi pengelolaan, zakat produktif, dan tentang kesejahteraan mustahik.

(40)

program-program kegiatan terkait pengelolaan zakat produktif yang terdapat di Badan Amil Zakat Nasional Kota Mojokerto dan implementasi dari strategi pengelolaan zakat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

Bab keempat menganalisis tentang bagaimana strategi pengelolaan dana zakat di lembaga BAZNAS Kota Mojokerto sekaligus membahas tentang implikasi strategi pengelolaan zakat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan mustahik.

(41)

30 BAB II

STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

A. Strategi Pengelolaan (Management Strategy)

1. Pengertian Strategi Pengelolaan (Management Strategy)

Strategi pengelolaan (management strategy) adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi

mampu mencapai obyektifnya.1

Strategi pengelolaan juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian

keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak

dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam

rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.2 Sebagai suatu proses,

pelaksanaan strategi pengelolaan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

perumusan strategi, tahap implementasi strategi, dan tahap evaluasi

strategi. Untuk merumuskan strategi diperlukan aktivitas-aktivitas yang

meliputi:3

a. Pengembangan misi unit usaha.

b. Pengenali peluang dan ancaman eksternal unit usaha.

c. Menetapkan kekuatan dan kelemahan internal.

d. Menetapkan objektif jangka panjang.

1 Strategi pengelolaan merupakan kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana yang dirancang untuk mencapai

sasaran perusahaan. Lihat Nicky D. Pangestika, ‚Strategi Pengelolaan Unit Usaha di SMK Negeri 1 Surabaya‛ (Skripsi--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), 28.

(42)

e. Menghasilkan strategi alternatif, dan menetapkan strategi pokok

yang perlu diimplementasikan.

Sedangkan Milton Loentiade mengungkapkan, bahwa perumusan

strategi mencakup perencanaan dan pengambilan keputusan untuk

mencapai tujuan perusahaan, serta membuat strategi spesifik.4 Dalam proses pengambilan keputusan untuk menetapkan strategi dapat dimulai dari mana saja, bisa dimulai dari SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) ,penetapan visi, misi, tujuan jangka panjang atau bahkan dari strategi itu sendiri.

Namun yang terpenting, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, strategi dan kesesuaian; pilihan strategi akhirnya harus saling sesuai dengan Peluang-Ancaman yang ada, Kekuatan-Kelemahan yang dimiliki dan Tujuan (misi-visi-goal) yang ingin dicapai. Berikut gambar konsep strategi dan kesesuaian:

Gambar 2.2 Strategi dan Kesesuaian

Strategi akan dirumuskan melalui tahapan utama sebagai berikut: 1) Analisis Arah, yaitu untuk menentukan visi-misi-tujuan jangka panjang yang ingin dicapai organisasi. 2) Analisis Situasi, yaitu tahapan

(43)

untuk membaca situasi dan menentukan Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman dengan SWOT yang akan menjadi dasar perumusan strategi. 3) Penetapan Strategi, yaitu tahapan untuk identifikasi alternatif dan memilih strategi yang akan dijalankan organisasi.5

Untuk mencapai daya saing strategis dan memperoleh hasil sesuai dalam rencana organisasi, perusahaan harus menganalisis lingkungan eksternal, mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam lingkungan tersebut, menentukan mana di antara sumber daya internal dan kemampuan yang dimiliki yang merupakan kompetensi intinya, dan memilih strategi yang cocok untuk diterapkan (strategic formulation). Suatu strategi merupakan sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang diambil untuk mendayagunakan kompetensi inti serta memperoleh keunggulan bersaing.6

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan, strategi pengelolaan dalam lingkup organisasi merupakan sebuah proses perencanaan, penetapan tujuan, serta penentuan sasaran kegiatan dalam jangka waktu yang juga ditentukan untuk mencapai segala sesuatu yang diharapkan oleh organisasi.

2. Tujuan Strategi Pengelolaan (Management Strategy)

Adapun tujuan dari strategi pengelolaan (management strategy), diantaranya seperti di bawah ini:7

5 Tedjo Tripomo, Manajemen Strategi (t.tp.: t.p., 2005), 28.

6 Haris, Amirullah dan Budiyono, Pengantar Manajemen (t.tp.: t.p., 2004), 118. 7

(44)

a. Untuk menjalankan dan mengevaluasi strategi yang telah dipilih secara efektif dan efisien.

b. Untuk mengevaluasi kinerja, meninjau, mengkaji ulang, melakukan penyesuaian dan mengkoreksi jika terdapat kesalahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan strategi.

c. Untuk memperbarui strategi yang dirumuskan supaya sesuai dengan perkambangan lingkungan eksternal sesuai perkembangan zaman.

d. Untuk meninjau kembali dari kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman bisnis yang ada.

e. Untuk dapat melakukan inovasi atas produk atau barang supaya sesuai dengan selera dari konsumen.

3. Manfaat Strategi Pengelolaan

Beberapa manfaat yang dapat di peroleh dari strategi pengelolaan,

diantaranya seperti yang dipaparkan di bawah ini:8

a. Proses dari strategi pengelolaan ini dapat menghasilkan keputusan

yang terbaik karena interaksi kelompok yang mengumpulkan

berbagai macam keputusan strategi yang lebih besar atau banyak.

b. Aktivitas dari formulasi strategi pengelolaan dapat mempertinggi

kemampuan dari perusahaan dalam menghadapi berbagai macam

masalah yang sedang dihadapi.

c. Keterlibatan dari pegawai di dalam formulasi strategi pengelolaan

dapat memperbaiki pengertian mereka atas penghargaan

(45)

produktivitas di dalam setiap perencanaan strategi, dengan begitu

dapat mempertinggi motivasi kerja pegawai.

d. Penerapan dari strategi pengelolaan dapat membuat manajemen

perusahaan menjadi lebih peka terhadap ancaman eksternal

(ancaman dari luar).

e. Strategi pengelolaan juga dapat mencegah timbulnya berbagai

macam masalah yang bersal dari dalam maupun dari luar perusahaan

serta dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

menghadapi masalah.

f. Membuat perusahaan dapat melaksanakan semua aktivitas operasionalnya secara lebih efisien dan efektif.

g. Dapat membuat perusahaan mudah untuk beradaptasi pada perubahan yang terjadi.

h. Dan perusahaan yang menggunakan konsep manajemen strategi akan lebih profitable daripada perusahaan yang tidak menerapkannya.

B. Zakat Produktif

1. Pengertian Zakat Produktif

(46)

dizakatkan adalah harta yang dimaksud untuk dikembangkan atau yang mempunyai potensi berkembang. Zakat dengan arti al-t}aharah dimaksudkan agar harta yang telah dizakatkan, menjadikan sisa hartanya yang suci dari hak milik orang lain. Sedangkan zakat dengan arti al-tazkiyah dimaksudkan agar orang yang membayar zakat mendapatkan ketenangan batin karena telah tersucikan jiwanya dari sifat kekikiran dan hasil usaha yang mungkin terselip hak orang lain.9 Sedangkan dari segi istilah fikih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah Swt. diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya.10

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang berdimensi keadilan sosial kemasyarakatan. Menurut etimologi (istilah) syariat, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah Swt. untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dan secara terminologi zakat adalah sejumlah harta yang diwajibkan oleh Allah Swt. diambil dari harta orang-orang tertentu (aghniya>‘) untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.11

9 Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah (Yogyakarta: Surya Sarana Grafika, 2010), 193.

10 Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 34.

(47)

Sehingga beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa esensi dari zakat adalah pengelolaan dana yang diambil dari aghniya>‘.12

Berhubungan dengan manajemen strategik, tentunya zakat yang dimaksud akan dikelola oleh sebuah lembaga zakat dan didistribusikan kepada mustahik untuk mengembangkan usaha yang produktif. Kita juga perlu memahami makna produktif, makna produktif adalah banyak mendatangkan hasil.13Zakat produktif adalah dana zakat yang diberikan kepada seseorang mustahik atau sekelompok masyarakat untuk digunakan sebagai modal kerja dan digunakan untuk membangun sebuah usaha yang produktif.14

Kata produktif secara bahasa berasal dari bahasa Inggris productive yang berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga, yang mempunyai hasil baik. Produktifity berarti daya produksi. Secara umum produktif (productive) berarti banyak menghasilkan karya atau barang. Pengertian produktif dalam penelitian ini lebih berkonotasi kepada kata sifat. Dalam hal ini kata yang disifati adalah kata zakat, sehingga menjadi

12 QS. Al-Taubah (9): 103, yang artinya: ‚Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.‛

13 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990), 209.

(48)

zakat produktif yang artinya: zakat yang dalam pendistribusiannya bersifat produktif lawan dari kata konsumtif.15

Zakat produktif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi yaitu untuk menumbuhkembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktivitas mustahik.16 Sedangkan menurut Rofiq, penditribusian zakat ada 2 macam yaitu: 1) bentuk konsumtif untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. 2) bentuk dana untuk kegiatan produktif.17

Zakat Produktif adalah dana zakat yang pengelolaannya bertujuan untuk pengembangan ekonomi, yaitu dalam rangka meningkatkan penghasilan dan kemandirian ekonomi mustahik. Zakat produktif umumnya didayagunakan dalam bentuk fasilitas wirausaha baru, bantuan modal usaha, pendampingan usaha, penguatan jaringan usaha dan pemilikan aset modal oleh mustahik.

Pola distribusi produktif yang dikembangkan pada umumnya mengambil skema qardul hasan yakni satu bentuk pinjaman tanpa ada tingkat pengembalian tertentu (return/ bagi hasil) dari pokok pinjaman. Namun demikian bila ternyata si peminjam dana tersebut tidak mampu mengembalikan pokok tersebut, maka hukum zakat mengindikasikan

15 Moh. Toriquddin, ‚Pengelolaan Zakat Produktif Di Rumah Zakat Kota Malang Perspektif

Maqashid Al Syariah Ibnu‘Asyur‛, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 16, No. 1 (Desember 2015), 66.

16 Abduracchman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 165.

(49)

bahwa si peminjam tidak dapat dituntut atas ketidakmampuannya tersebut, karena pada dasarnya dana tersebut adalah hak mereka.18

2. Dasar Hukum Zakat Produktif a. Alquran

Pentingnya zakat secara mendasar digambarkan dalam Alquran Surah al-Baqarah : 277 sebagai berikut:

‚Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang (shalat) dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.‛20

b. Hadist

Diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas ra. Bahwa tatkala nabi saw. mengutus Muadz bin Jabal ra, untuk menjadi qadli di Yaman, beliau bersabda:

ع

‚Dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya nabi saw. mengutus Muadz r.a, ke Yaman, beliau bersabda, ‚ajaklah mereka untuk mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mengakui bahwa aku

18 Soya Sobaya, ‚Pengaruh Jaringan Kerja Bni Terhadap Efektifitas Zakat Produktif‛, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 4, No. 2 (Desember 2010), 255.

19 AlQuran, 2: 277.

(50)

adalah utusan Allah. Jika mereka menerima itu, beritahukanlah bahwa Allah Azza Wa Jalla telah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika ini telah mereka taati, sampaikanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat pada harta benda mereka yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin diantara mereka.‛21

3. Jenis-Jenis Harta Benda yang Wajib Dizakati

Harta-harta yang wajib dizakti pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Emas dan perak (mata uang) 2. Barang-barang perniagaan 3. Hasil tanaman dan buah-buahan 4. Hewan ternak

5. Hasil tambang dan rikaz

Segala macam harta benda tersebut wajib dikeluarkan zakatnya, jika telah memenuhi syarat-syarat wajibnya, yaitu:

a. Islam; tidak ada wajib zakat atas harta orang non Islam

b. Baligh dan berakal sehat; anak-anak yang belum baligh, dan orang-orang yang tidak waras akalnya tidak wajib zakat baginya, tetapi harta keduanya wajib dizakati oleh walinya masing-masing.

c. Sampai senisab dengan milik sempurna; yang dimaksud nisab ialah, suatu jumlah tertentu bagi setiap jenis harta yang termasuk wajib

(51)

untuk dizakati, selain dari kebutuhan hidup sehari-hari, seperti: sandang, pangan, papan, kendaraan dan alat-alat untuk bekerja.22

Sedangkan menurut Ibnu Rusyd dalam Bidayatul-Mujtahidnya menjelaskan bahwa jenis-jenis harta benda yang wajib dizakati atasnya adalah:

a. Dari barang tambang ada dua macam: emas dan perak, yang tidak menjadi perhiasan.

b. Dari binatang ada tiga macam, yaitu: unta, lembu, dan kambing (yang semuanya diternakkan, tidak dipekerjakan).

c. Dari biji-bijian ada dua macam, yaitu: gandum dan sya’ir (jelai). d. Dari buah-buahan ada dua macam, yaitu: korma dan anggur kering

(kismis).

Harta benda yang selain disebutkan di atas, diperselisihkan apakah wajib dizakati atau tidak, harta yang diperselisihkan kewajiban zakatnya, antara lain: buah-buahan dan biji-bijian yang selain disebutkan di atas, madu, perusahaan, dan pendapatan, uang kertas dan surat-surat berharga, pertambangan kekayaan laut, peternakan ikan dan harta karun, perhiasan dan barang-barang antik.23

4. Pihak yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik)\

Mustahik adalah Orang-orang yang berhak menerima zakat, Kata asal mustahik yaitu haqqo yahiqqu hiqqon wa hiqqotan yang artinya

(52)

kebenaran, hak, dan kemestian. Mustahik isim fail dari istihaqqo yastahiqqu, istihqoq, artinya yang berhak atau yang menuntut hak.24 Beberapa kelompok yang berhak menerima zakat (mustahikq al-zakat) ada delapan yaitu:

a. Orang Fakir (al-Fuqara’)

Al-Fuqara’ adalah kelompok pertama yang menerima bagian zakat. Al-Fuqara’ adalah bentuk jama’ dari kata al-faqir. Al-faqir menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak memiliki suami, ayah-ibu, keturunan yang dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Misalnya, kebutuhannya berjumlah sepuluh, tetapoi dia hanya mendapatkan tidak lebih dari tiga, sehingga meskipun dia sehat dia meminta-minta kepada orang untuk memenuhi kebutuhan temapt tinggalnya, serta pakaiannya.25 b. Orang Miskin (al-Masakin)

Al-Masakin adalah bentuk jamak dari kata al-miskin. Kelompok ini merupakan kelompok kedua penerima zakat. Orang miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tapi penghasilannya tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya. Seperti orang yang memerlukan sepuluh, tetapi dia hanya mendapatkan delapan

24 Sugeng, ‚Pengertian Zakat‛, dalam http://pengertianzakatmu.blogspot.co.id, diakses pada 27 Pebruari 2017.

(53)

sehingga masih belum dianggap baik dari segi makanan, pakaian, dan tempat tinggalnya. Miskin adalah orang fakir yang bersifat tenang, dan tidak meminta-minta.26

c. Panitia Zakat (Al-‘Amil)

Panitia zakat adalah orang-orang yang bekerja memungut zakat. Panitia ini disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat.27

d. Mu’allaf

Mu’allaf yang dimaksud di sini ada 4 macam yaitu: 1) Mu’allaf

muslim ialah orang yang sudah masuk Islam tetapi niatnya atau imannyamasih lemah, maka diperkuat dengan memberi zakat. 2) orang yang telah masuk Islam dan niatnya cukup kuat, dan ia terkemuka dikalangan kaumnya, dia diberi zakat dengan harapan kawan-kawannya akan tertarik masuk Islam. 3) Mu’allaf Yang dapat membendung kejahatan orang kaum kafir yang ada di sampingnya. 4) Mu’allaf yang dapat membendung kejahatan orang

yang membangkang membayar zakat. Bagian ketiga dan keempat kita beri zakat sekiranya mereka perlukan, sedangkan golongan pertama dan kedua maka akan kita beri zakat tanpa syarat.28

e. Firriqab (Memerdekakan Budak)

26Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadat Zakat dan Haji (Jakarta: PT Kalam Mulia, 1997), 70. 27 Wahbah Al-zuhayly, ZakatKajian,…., 282.

(54)

Kata ‚Riqab‛ adalah jamak daripada ‚raqabah‛ menurut bahasa berarti: pangkal leher bagian belakang, atau tengkuk. Menurut istilah syara’, riqab berarti: budak atau hamba sahaya. Budak dinamakan ‚raqaba atau riqab‛ karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya. Ketaatannya kepada tuannya, serupa hewan yang diikat lehernya, kemana saja ditarik, ia harus mengikuti untuk melepaskan ikatan budak itu, dan membebaskannya dari kongkongan perbudakan. Selain itu mengembalikannya kepada fitrahnya sebagai hamba Allah yang merdeka maka agama Islam menetapkan di dalam Undang-Undang zakat satu bagian untuk membebaskan budak dari ikatannya. Untuk memberantas perbudakan ini, Islam secara konsepsional memperlebar jalan keluarnya, dan mempersempit jalan masuknya, sehingga tidak ada jalan untuk memperbudak seorang kecuali dengan melalui rampasan perang karena membela kesucian agama Islam. Adapun jalan untuk membebaskan budak, maka Islam menetapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) Penebus pelanggaran puasa pada bulan Ramadhan. 2) Penebus pembunuhan yang tidak sengaja (keliru). 3) Penebus dzihar terhadap istri.

4) Penebus pelanggaran sumpah.

(55)

memerdekakan budaknya, dan ia menjelaskan bahwa, memerdekakan budak itu suatu amal saleh yang amat terpuji.29 f. Orang yang Memiliki Hutang

Mereka adalah orang-orang yang memiliki hutang, baik hutang untuk dirinya sendiri maupun bukan, baik hutang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik maupun untuk melakukan kemaksiatan. Jika hutang itu dilakukan untuk kepentingannya sendiri, dia tidak berhak mendapatkan bagian dari zakat kecuali dia adalah seorang yang dianggap fakir. Tetapi jika hutang itu untuk kepentingan orang banyak yang berada di bawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda pembunuhan atau menghilangkan barang orang lain, dia boleh diberi bagian zakat, meskipun sebenarnya dia itu kaya.30

g. Orang yang Berjuang di Jalan Allah ( Fi Sabilillah)

Orang yang termasuk dalam kelompok ini ialah para pejuang yang berperang di jalan Allah yang tidak digaji oleh markas komando mereka karena yang mereka lakukan hanyalah berperang.31 Dalam pengertian lain, yang dimaksud Sabilillah ialah jalan yang dapat menyampaikan sesuatu karena ridho Allah baik berupa ilmu maupun amal. Pada zaman sekarang sabilillah bisa diartikan guna membiayai syiar Islam dan mengirim mereka ke lokasi non muslim atau tempat minoritas muslim guna menyiarkan agama Islam oleh

29Muhammadiyah Ja’far, Tuntunan Ibadat Zakat dan Haji (Jakarta: PT Kalam Mulia, 1997), 74. 30 Wahbah Al-zuhayly, ZakatKajian Berbagai Mazhab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1997). 286.

(56)

lembaga-lembaga Islam yang cukup teratur dan terorganisasi. Termasuk sabilillah ialah menafkahkan pada guru-guru sekolah yang mengajar ilmu syariat dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan oleh masyarakat umum.32

h. Orang yang Sedang dalam Perjalanan (Ibnusabil)

Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang yang bepergian (musafir) untuk melaksanakan suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan

mencapai maksud dan tujuannya jika tidak dibantu. Sesuatu yang termasuk perbuatan baik (tha’ah) ini antara lain, ibadah haji, berperang di jalan Allah, dan ziarah yang dianjurkan.33

5. Pengelolaan Zakat Produktif

Pengelolaan zakat produktif dalam Alquran tidak ada penjelasan yang tegas tentang siapa atau lembaga mana yang berhak mengelola zakat. Al-Quran hanya menetapkan bahwa amil (pengelola zakat) berhak menerima harta zakat dalam QS. Al-Taubah ayat 60 dan adanya perintah kepada Nabi Muhammad saw untuk mengambil zakat sebagian dari harta orang kaya dalam QS. Al-Taubah ayat 103.



32 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 42. 33 Wahbah Al-zuhayly, ZakatKajian,…., 289.

(57)

‚Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.‛35 ‚Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."37

Mengingat Nabi Muhammad saw. juga sebagai kepala negara dan Abu Bakar ketika menjadi khalifah untuk pertama kalinya pernah memerangi orang/kelompok penentang syari’at zakat, maka pengelola

sudah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Meskipun dalam mengelola zakat tersebut tidak harus mengelolanya sendirian. Tradisi yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. serta dilanjutkan oleh para al-Khulafa’ ar-Rasyidin, sampai sekarang di negera-negara yang menerapkan hukum Islam, pengelolaan zakat di bawah tanggung jawab pemerintah atau khalifah.38

Sedangkan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dijelaskan adanya amil zakat (dapat berupa perseorangan atau organisasi) yang bertugas untuk melakukan penghimpunan dana sebelum kemudian mendistribusikannya. Catatan penting adalah penghimpunan

35 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1976), 288. 36 Alquran, 9: 103.

37 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, 297-298.

Gambar

Tabel 1.3 Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto
Gambar 3.2 Pertumbuhan ZIS Perbulan Tahun 2015 – 2016 ....................  80
Tabel 1.1 Penghimpunan Dana Zakat
Tabel 1.3  Tabel Pengumpulan ZIS BAZNAS Kota Mojokerto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Efektivitas Pendayagunaan Dana Zakat Produktif dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik pada Program Banjar Makmur di BAZNAS Kabupaten

Cara Mengatasi Kendala Pendistribusian Dana Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional di Kecamatan IV Jurai Dalam mengatasi kendala yang dihadapi Baznas

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengumpulan dan pengelolaan dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Pinrang sudah berjalan dengan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), merupakan lembaga yang. melakukan pengelolaan zakat

Tulisan ini mengkaji tentang strategi pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam meningkatkan partisipasi muzakki di Solok Selatan. Kajian ini menggunakan

Berdasarkan penelusuran istilah kata kunci di atas, maka yang dimaksud penelitian yang berjudul “Penyaluran Dana Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Ada beberapa mekanisme yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Selatan dalam penyaluran zakatnya baik itu bersifat konsumtif maupun produktif,

5.2 Analisa data dari jawaban responden mengenai pernyataan yang berhubungan dengan Analisis Pelaksanaan Program Kerja Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)