KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SANTRI PUTRA
PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT LAMONGAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh:
ACHMAD WAFA’UDDIN
NIM. B06212001
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
viii ABSTRAK
Achmad Wafa’ Uddin, B06212001, 2016. Konsep Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Konsep Diri, Komunikasi Antar Pribadi, Santri.
Komunikasi antar pribadi yang dilakukan secara tidak langsung menampilkan konsep diri baik berupa perilaku maupun cara berkomunikasi. Hidup bersosial di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan menjadikan santrinya berkomunikasi dengan konsep diri yang sesuai dengan nilai kepesantrenan pula.
Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi (2) Apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat dalam komunikasi antar pribadi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan dianalisis menggunakan teori Self-Disclosure yang diaplikasikan dengan Model Johari Window.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) Konsep diri santri dalam komunikasi antar pribadi meliputi: konsep diri muslim ideal, konsep diri ngalap barokah, dan konsep diri toleransi (2) komunikasi santun dilakukan santri ketika berkomunikasi dengan siapapun lingkungannya (3) komunikasi secara langsung dianggap sebagai komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan atau informasi (4) keterbukaan santri santri tidak hanya dengan lingkup pondok pesantren saja, tetapi juga dengan lingkungan luar pondok pesantren (5) hambatan yang paling sering muncul dalam komunikasi santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan adalah salah paham serta pemahaman dan pemakaian bahasa Jawa sebagai bahasa harian santri bagi santri yang berasal dari luar Jawa.
DAFTAR ISI
HALAMAN DALAM... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
E. Kajian Hasil Terdahulu....…………... 5
F. Definisi Konsep... 7
G. Metode Penelitian………...………... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……… 10
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian………. 11
3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...…………... 12
4. Tahap-Tahap Penelitian...………..…… 17
5. Teknik Analisis Data………. 19
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data………... 20
H. Sistematika Penelitian...………...………... 21
BAB II KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SANTRI A. Konsep Diri... 22
1. Pengertian Konsep Diri... 22
2. Bentuk-bentuk Konsep Diri... 23
3. Komponen Konsep Diri... 25
4. Dimensi Konsep Diri... 26
B. Komunikasi Antar Pribadi... 28
1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi... 28
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Antar Pribadi... 30
C. Santri... 38
D. Konsep diri dalam Komunikasi Antar Pribadi Santri... 40
E. Teori Konsep diri...………. 43
1. Teori Self Disclosure..………... 43
2. Johari Window... 46
BAB III GAMBARAN DATA PENELITIAN KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian………. 50
1. Subyek Penelitian………...……….. 50
2. Lokasi penelitian... 54
a. Sejarah Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan... 54
b. Keadaan Santri... 56
c. Letak Geografis... 57
d. Kegiatan Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan... 57
e. Struktur Organisasi... 58
f. Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Sunan Drajat Sunan Drajat Lamongan... 58
g. Unit Usaha Pondok Pesantren Sunan Drajat Sunan Drajat Lamongan... 59
B. Deskriptif Penelitian……… 60
1. Konsep Diri Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan... 60
2. Bentuk Konsep Diri Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan... 71
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT A. Temuan Hasil Penelitian... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkomunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi manusia. Manusia tidak
dapat hidup sendiri dan pasti membutuhkan orang lain. Sejak lahir manusia selalu
berkomunikasi dengan orang lain, hal itu membuktikan bahwa manusia
membutuhkan orang lain. Aktivitas kita sehari-hari selalu mengandung
komunikasi, dimana komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dan membangun hubungan
antara sesama dan menguatkan tingkah laku dan sikap melalui pertukaran
informasi untuk merubah sikap atau perilaku orang lain.1 Dengan kata lain pesan
yang dikirim seseorang kepada orang berguna untuk menyampaikan suatu
informasi maupun sebagai merubah pola pikir atau perilaku penerima pesan, baik
itu pesan secara verbal maupun non-verbal. Dengan berkomunikasi manusia bisa
menyampaikan maksud dan tujuannya sesuai apa yang ada dalam konsep dirinya.
Dengan adanya konsep diri dan penilaian dari masyarakat tersebut menjadikan
seseorag bisa tahu mengenai penilaian dirinya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada
gambaran dan penilaian terhadap diri sendiri, dan inilah yang disebut konsep diri.2
Lingkungan dimana individu tumbuh mempengaruhi bagaimana individu tersebut
1 Lukita Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks, (Padjajaran: Widya,
2009) hlm. 73
2 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
2
akan berkomunikasi dan aktualisasi dirinya sesuai dengan konsep dirinya. Dimana
fungsi sosial manusia terlahir adalah penyelarasan fungsi-fungsi sosial dengan
adanya jalinan komunikasi yang terjalin sebagai tindakan awalnya baik
komunikasi yang dilakukan secara verbal, non-verbal maupun simbolis.3
Dalam komunikasi dengan orang lain ternyata kita tidak hanya menaggapi
orang lain tetapi juga mempersepsikan diri kita sendiri, dalam hal ini maka kita
menjadi subyek dan obyek komunikasi sekaligus. Dengan mengamati diri sendiri
maka kita akan mendapat gambaran mengenai diri kita sendiri dan bisa lebih jauh
mengerti tentang jati diri kita secara mendalam. mengetahui gambaran diri sendiri
juga menjadikan kita bisa lebih bisa memahami keadaan diri ketika
berkomunikasi dengan lainnya. Dengan mengetahui konsep diri, kita bisa
menempatkan sikap kita sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi
dimana pun kita berada.
Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan salah satu Pondok Pesantren yang
besar peninggalan Wali Songo yang berada di daerah Pesisir Pantai Utara. Pondok
Pesantren Sunan Drajat menjadi banyak pilihan para santrinya karena didalam
Pondok Pesantren Sunan Drajat tidak hanya mengkaji tentang keilmuan agama
saja, tapi juga kajian keilmuan umum di buktikan dengan adanya lembaga
pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Pondok Pesantren Sunan Drajat setidaknya sekarang mempunyai santri sebanyak
8936, terdiri dari Santri Tidak Mukim sebanyak 2.859, Santri Mukim Putra
sebanyak 2.856, Santri Mukim Putri sebanyak 2.798 Santri Mukim Duafa’
sebanyak 423.4 Pendidikan dalam pondok yang ditunjang beberapa fasilitas
3
pondok yang lengkap menjadikan santrinya bisa mengembangkan ilmu dan
kemampuan dalam dirinya agar bisa bersaing dan dapat diperhitungkan.
Dalam realita yang ada, komunikasi yang terjalin dalam lingkungan Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamongan dipengaruhi oleh nilai dan norma pesantren
yang dibuat sebuah kesepakatan maupun peraturan yang ditaati oleh para santri.
Tak jauh beda dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah, lingkungan
pondok pesantren juga terjalin adanya suatu komunikasi antar pribadi baik antara
santri dengan santri lainnya, santri dengan pengurus maupun santri dengan
lingkungan sekitar. Dengan adanya komunikasi antar pribadi tersebut, konsep diri
dalam berkomunikasi di pondok pesantren memberikan gambaran bagaimana
kepribadian santri ketika berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal.
Dan hal tersebutlah yang nantinya menjadi penilaian terhadap individu santri
tersebut baik dalam lingkup pondok pesantren maupun penilaian mansyarakat
sekitar pondok pesantren terhadap konsep diri santri tersebut.
Banyaknya santri Pondok Pesantren Sunan Drajat yang berprestasi dalam hal
akademik seperti menjadi juara baca kitab se-jawa timur, lomba pramuka tingkat
kabupaten sampai nasional serta prestasi lainnya. Prestasi yang diperoleh santri itu
tidak lepas dari peran pengasuh yang memberikan ilmu dan pengetahuannya
kepada para santri untuk menjadikan santrinya lebih baik dan bisa bermanfaat
bagi sesama serta adanya kegiatan pondok pesantren yang dibuat oleh pengurus
pondok pesantren yang bisa menjadikan terbentuknya konsep diri baru dalam diri
santri.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik menarik meneliti tentang
4
pribadi serta apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri putra Pondok Pesantren
Sunan Drajat dalam komunikasi antar pribadi. Pondok Pesantren Sunan Drajat
dipilih sebagai lokasi penelitian karena di Pondok Pesantren Sunan Drajat
Merupakan salah satu pondok tertua peninggalan Wali Songo yang mengalami
banyak perkembangan mulai dari pembangunan infrastuktur sampai metode
pembelajarannya. Dalam penelitian ini lokasi penelitian berfokus pada kawasan
asrama santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat. Dimana kawasan asrama
santri putra berisikan santri yang datang dari berbagai daerah, provinsi bahkan
berbeda negara. Dengan perbedaan latar belakang etnis dan suku tersebutlah
menjadikan adanya perbedaan konsep diri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat
Lamongan dalam komunikasi antar pribadi?
2. Apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan
Darajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami dan mendeskripsikan konsep diri santri putra Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi.
2. Untuk memahami dan mendeskripsikan bentuk-bentuk konsep diri santri
putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan
pengetahuan ilmu komunikasi, khususnya dalam hal penelitian kualitatif
tentang konsep diri dalam komunikasi antar pribadi santri putra Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamongan.
2. Manfaat Praktis
a.Untuk Diri Sendiri
Untuk memberikan pengetahuan mengenai kajian komunikasi antar
pribadi terutama yang berkenaan dengan konsep diri dalam komunikasi
antar pribadi.
b.Untuk Masyarakat dan Lembaga Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan
serta memberikan kontribusi bagaimana konsep diri santri putra Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi, serta
apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan
Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi.
E. Kajian Hasil Terdahulu
Sebagai rujukan dari hasil penelitian yang terkait dengan tema yang diteliti,
peneliti berupaya mencari referensi hasil penelitian terdahulu untuk membantu
dalam proses pengkajian penelitian ini. Peneliti menemukan hasil penelitian
terdahulu dengan judul “Konsep Diri Santri Waria (Studi pada Mariyani di
6
Nama Peneliti : Fauzan Anwar Sandiah
Jenis Karya : Skripsi
Metode Penelitian : Kualitatif
Pada penelitian terdahulu yang berjudul “Konsep Diri Santri Waria (Studi
pada Mariyani di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah senin-kamis, Natuyodan,
Yogyakarta)” lebih menekankan pembahsan tentang bagaimana bentuk konsep
diri santri waria dalam hal ini mariyani dalam kehidupan sehari-hari dan menjalin
komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Hasil penelitian yang didapatkan dalah bahwa konsep diri mulai terbentuk
dari kecil. Konsep diri yang terbentuk secara baik dapat mempengaruhi
perkembangan sifat maupun perilaku seseorang, karena konsep diri tersebutlah
juga menentukan bagaimana perkembangannya. Hasil penelitian ditemukan ada 3
bentuk konsep diri santri waria diklasifikasikan dalam hal psikis, sosial dan fisik.
Konsep diri dalam aspek psikis yaitu berupa konsep diri tauhid-sufistik, konsep
diri Transgender Motherhood (keibuan waria), konsep diri realisme dan konsep
diri menghindari konflik. Dalam aspek sosial konsep diri yang tampil berupa
konsep diri pelaku sosial dan konsep diri toleransi keyakinan beragama,
sedangkan dalam aspek fisik berupa konsep diri muslim ideal.
Persamaan dalam penilitian terdahulu adalah sama-sama menganalisis tentang
apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri, dimana konsep diri itulah yang nanti
menjadi pokok pembahasan dan akan diteliti secara mendalam dan dideskriptifkan
secara mendetail dalam penelitian ini. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini
7
Sunan Drajat dan apa saja bentuk-bentuk konsep diri santri putra Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi.
F. Definisi Konsep
1. Konsep Diri
Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri,
dimana persepsi ini dibentuk melalui pengalaman dan interprestasi seseorang
terhadap dirinya sendiri. Pandangan terhadap diri sendiri boleh bersifat
psikologi, sosial dan fisis.5 Marsh juga menambahkan bahwasanya konsep
diri merupakan nilai dari hasil proses pembelajaran yang dilakukan dan dari
hasil situasi psikologis yang diterima. konsep diri terdiri diri dari berbagai
aspek, misalnya aspek sosial, aspek fisik, dan moralitas. Konsep diri
merupakan suatu proses yang terus selalu berubah, terutama pada masa
kanak-kanak dan remaja.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwasanya konsep diri
adalah sebuah pandangan ataupun persepsi individu mengenai dirinya sendiri
yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungannya. Bisa dikatakan
bahwa konsep diri merupakan gambaran dari hasil pemikiran seseorang yang
bisa dinilai oleh orang lain ketika berkomunikasi. Dengan adanya konsep diri
inilah seseorang bisa memperoleh penilaian dari lingkungannya.
2. Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini
8
dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Sehingga
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Menurut
Barlund, komunukasi antar pribadi diartikan sebagai pertemuan antara dua,
tiga atau memungkinkan empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak
berstruktur.6 Bisa dikatakan komunikasi antar pribadi adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik segera.
bisa diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara
orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau
nonverbal. maka komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta
kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan
masing-masing pihak dan memberikan respon atas keadaan tersebut sebagaimana
sifat komunikasi, maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap
saling memperhatikan, saling memahami, penuh pengertian dan keakraban.
3. Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat
Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu
Agama Islam di suatu tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap
di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Menurut bahasa, istilah
santri berasal dari bahasa Sanskerta, shastri yang memiliki akar kata yang
sama dengan kata sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Ada
6 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarata: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004),
9
pula yang mengatakan berasal dari kata cantrik yang berarti para pembantu
begawan atau resi, seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh
begawan atau resi tersebut. Tidak jauh beda dengan seorang santri yang
mengabdi di Pondok Pesantren, sebagai konsekuensinya ketua Pondok
Pesantren memberikan tunjangan kepada santri tersebut.7 Ada yang
menyebut, santri diambil dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji, ada
juga yang menilai kata santri berasal dari kata india “shastri” yang berarti
orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci.8
Jadi santri dapat diartikan seseorang yang sedang menimba ilmu dan
menepat di sebuah Pondok Pesantren sebagai tempat memperoleh ilmu agar
menjadikan dirinya menjadi pribadi yang baik dan bisa menolong sesama
dalam hal kebaikan. Dengan adanya pendidikan baik formal maupun non
formal yang dijalani dalam pondok pesantren menjadikan santri lebih mandiri
dan siap mental ketika nantinya sudah keluar dari pondok pesantren.
Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977
di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh Prof. Dr.
KH. Abdul Ghofur. Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang
mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan
nama Kanjeng Sunan Drajat, bahkan secara geografis bangunan pondok tepat
berada di atas reruntuhan pondok pesantren peninggalan Sunan Drajat yang
sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa
ratus tahun.9
7 https://id.wikipedia.org/wiki/Santri, diakses pada 28 Agustus 2015
8 Sindu Glaba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995),
Hlm. 2
10
Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan oleh
anak cucu beliau. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup
panjang kebesaran nama Pondok Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar
dan akhirnya lenyap ditelan masa. Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih
kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat
oleh Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang
keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan
perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka
bumi. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan Drajat tentu
memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal berdirinya pondok
pesantren itu sendiri. Di sisi lain di dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat
terdapat pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in
formal. Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren
memiliki pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan
keahlian/skill secara intensif terhadap santrinya.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai konsep diri santri saat melakukan komunikasi antar pribadi dalam
11
bukan saja menjabarkan (analisis), tetapi juga memadukan. Bukan saja
melakukan klasifikasi, tetapi juga organisasi.10 Dengan pendekatan deskriptif
ini peneliti mencoba menjelaskan konsep diri santri putra Pondok Pesantren
Sunan Drajat Lamongan dalam komunikasi antar pribadi serta bentuk-bentuk
konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan secara
mendalam dan mendetail sesuai dengan hasil data yang diperoleh dari
lapangan selama penelitian.
Ditinjau dari jenis datanya jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang
tertarik secara alamiah.11
2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
a. Subyek Penelitian
Subjek penelitian kali ini adalah santri putra Pondok Pesantren Sunan
Drajat Lamongan. Dengan kriteria subyeknya adalah santri putra yang
menetap di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan yang merupakan
siswa yang sedang menempuh pendidikan formal di tingkat Sekolah
10 Jalaluddin Rakhmat, metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), hlm. 26
11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
12
Menengah Atas sederajat maupun pendidikan non-formal di
lembaga-lembaga pendidikan agama dalam lingkup Pondok Pesantren Sunan Drajat
Lamongan. Santri putra tingkat sekolah menengah atas dipilih sebagai
obyek penelitian karena memungkinkan pengetahuan dan pengalamannya
lebih banyak dan luas jika dibandingkan dengan santri tingkat sekolah
dasar dan menengah pertama.
b. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah konsep diri santri dalam
komunikasi antar pribadi dengan Teori Self-Disclosure untuk mengetahui
konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan dalam
hal ini mengungkap siapa diri santri tersebut, seperti apa santri tersebut
dan bagaimana penilaian terhadap diri santri tersebut. Juga untuk
mengetahui bentuk konsep diri santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat
Lamongan dalam komunikasi antar pribadi.
c. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di kawasan Asrama
Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan yang berada di Jl.
Raden Qosim Kompleks Pondok Pesantren Sunan Drajat, Desa
Banjarwati, kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
3. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data
1) Jenis Data Primer
Data primer ini bisa dikatakan sebagai data pokok dalam
13
melakukan penelitian langsung di lapangan. Dalam hal ini, penelit
iterjun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data tentang
konsep diri santri saat melakukan komunikasi antar pribadi di
kawasan asrama santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat, serta apa
saja bentuk-bentuk konsep diri yang diri santri dalam berkomunikasi
antar pribadi.
2) Jenis Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang
diperoleh melalui usaha peneliti sendiri misalnya dokumentasi
kegiatan, foto, dan lain sebagainya.
Ada juga catatan lapangan (field note) merupakan catatan hasil
observasi atau wawancara dengan cara menyaksikan langsung
kejadian yang berkaitan dengan penelitian, yang diperoleh dari
pengamatan berpartisipasi. Dalam hal ini, peneliti ikut masuk dan
berada pada kawasan asrama santri putra Putra Pondok Pesantren
Sunan Drajat Lamongan dan mengikuti segala macam kegiatan
asrama maupun kegiatan pondok pesantren putra yang dijalani oleh
santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.
b. Sumber Data
1) Sumber Data Primer
Penentuan sumber data primer menggunakan metode purposive
sampling, yakni dilakukan dengan mengambil orang-orang yang
terpilih. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan
14
berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala
lapisan. Kunci dasar penguasaan informasi dari informan secara
logika bahwa tokoh-tokoh kunci dalam proses soaial selalu menguasai
informasi tersebut.12
Peneliti juga menggunakan teknik snow ball sampling. Hal ini
dimungkinkan karena kemungkinan peneliti akan menemukan
informan tambahan selama penelitian. Snow ball sampling adalah dari
jumlah subyek yang sedikit, semakin lama berkembang menjadi
banyak. Dengan teknik ini, jumlah informan yang akan menjadi
subyeknya akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan dan
terpenuhinya informasi.13 Teknik ini digunakan tatkala periset
kesulitan mencari narasumber yang kompeten dan bersedia
diwawancarai. Salah satunya adalah menemukan orang berbeda
terlebih dahulu untuk memberikan rekomendasi yang kompeten dalam
memberi sumber.
2) Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang sudah ada yang dimiliki
oleh Pondok Pesantren Putra Sunan Drajat. Data sekunder merupakan
sumber data lapangan tambahan yang berfungsi sebagai pendukung
data primer. Data primer berupa hasil wawancara dengan pengelola
serta beberapa informan. Sedangkan pendukungnya, sumber data
sekunder berupa dokumentasi foto kegiatan atau selama proses
penelitian berlangsung.
15
c. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan
dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.14 Informan
pada penelitian kali ini diambil dari sumber data primer, yaitu Santri
Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat dengan kriteria peneliti.
Wawancara ini bersifat informal, yakni luwes dan fleksibel,
karena dapat disesuaikan dengan kondisi informan sehingga
pertanyaan menjadi relevan, karena selain dibangun atas dasar
pengamatan, pertanyaan juga disesuaikan dengan keadaan orang yang
diwawancarai. Disini dibutuhkan kecakapan seorang peneliti untuk
berkomunikasi dengan baik. Metode ini memungkinkan periset untuk
mendapatakna alasan detail dari jawaban responden yang antara lain
mencakup opininya, motivasinya, nilai-nilai maupun
pengalaman-pengalamannya.15 Dengan adanya wawancara mendalam terhadap
informan yang memenuhi kriteria dan berkompeten dalam
memberikan sumber data secara detail, memudahkan peneliti dalam
mengolah data lapangan agar bisa dianalisis secara mendalam.
2) Pengamatan
Kegiatan pengamatana dilakukan selama berada Pondok
Pesantren Putra Sunan Drajat. Pengamatan dilakukan dengan meneliti
14 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : Predana Media Group,
2006) hlm. 100
16
langsung kegiatan yang berada di Pondok Pesantren Putra Sunan
Drajat. Metode ini lebih memungkinkan periset mengamati kehidupan
individu atau kelompok dalam situasi riil, dimana terdapat setting
yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sestematis seperti riset
eksperimental.
Dengan adanya pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian
menjadikan peneliti lebih paham tentang subjek dan objek
penelitiannya. Pengamatan dalam penelitian dilakukan untuk
mengetahui keadaan nyata santri dan bagaimana konsep diri santri
secara langsung selama penelitian. Dengan adanya pengamatan ini
nantinya data yang diperoleh bisa memberikan kemudahan peneliti
dalam proses analisis data dan penarikan kesimpulan.
3) Observasi Partisipatif
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan terjun
langsung ke lapangan. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran
tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan dan keseluruhan aktifitas
santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamogan. Proses
observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang hendak
diteliti, dilanjutkan dengan membuat pemetaan sehingga diperoleh
gambaran umum tentang sasaran penelitian.
Dalam Observasi parsitipatif ini peneliti berusaha lebih dekat dan
menjalani rutinitas dengan santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat
Lamongan untuk mengetahui secara langsung bagaimana aktivitas
17
penilitian. Dengan terjun langsung ke lapangan penelitian ini peneliti
bisa mencari dan mengumpulkan data yang sesuai dengan desain
penelitian.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap
yang akan dilalui dalam proses penelitian ini. Ada-pun tahap penelitian secara
umum terdiri dari empat tahap, yaitu:16
a. Tahap Pra-Lapangan
1) Memilih lapangan penelitian dan mempertimbangkan hal-hal yang
mungkin menyulitkan peneliti dalam melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Sunan Drajat Lamomgan misalnya, keterbatasan geografis
dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga.
2) Mengurus perizinan dibagian Prodi Ilmu Komunikasi dan diajukan
kepada Ketua Pondok Pesantren Putra Sunan Drajat dan Ketua
Asrama Santri Putra serta jajaran pengurus.
3) Memilih dan memanfaatkan informan-informan untuk membantu
mempermudah memperoleh informasi dan data yang dibutuhkan dari
beberapa informan yang memiliki kredibilitas dalam pemenuhan data
dan yang sesuai dengan kriteria peneliti.
4) Menyiapkan perlengkapan penelitian yang bersifat teknis maupun non
teknis peneliti siapkan secara sempurna.
18
b.Tahap Pengerjaan Lapangan
1) Memahami latar penelitian agar peneliti lebih mengetahui seluk beluk
Pondok Pesantren Putra Sunan Drajat yang menjadi tempat penelitian.
Hal ini dilakukan dengan cara, mengikuti mengamati dan
menganalisis kegiatan di Pondok Pesantren Putra Sunan Drajat
terutama mengenai konsep diri santri.
2) Masuk lapangan dengan cara mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren
Putra Sunan Drajat, sehingga dengan hal itu peneliti dapat mengetahui
bagaimana konsep diri santri saat melakukan komunikasi antar pribadi
dengan lingkungannya.
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data dengan cara mendekati
narasumber pada saat berlangsungnya kegiatan serta melakukan
wawancara dengan berbagai informan yang masuk dalam kriteria
sebagai informan. Pengumpulan data juga dilakukan melalui kegiatan
dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data
Analisis data kualitatif dalam buku metode penelitian kualitatif,
Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.17
19
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua data-data berupa hasil
wawancara, pengamatan lapangan, serta dokumen-dokumen yang
mendukung yang kemudian disusun, dikaji, serta ditarik kesimpulan dan
dianalisa dengan analisis induktif.
d. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian
sehingga peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil laporan. Hal ini
dilakukan peneliti setelah mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Putra
Sunan Drajat Lamongan, dan menganalisnya.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif selalu bersifat induktif, alur
kegiatan analisis terjadi secara bersamaan dengan cara sebagai berikut:18
a. Reduksi Data
Dengan melakukan pemilihan dan menganalisa data-data yang
didapat. Proses ini akan dilakukan selama penelitian karena pemilihan
data ini peneliti memilah-milah data apa saja yang diperlukan selama
penelitian. Dalam tahap ini juga melakukan pemilihan dan pemusatan
perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar
yang diperoleh.
b. Penyajian Data
Dari sebagian data yang telah didapat akan langsung diolah sebagai
setengah jadi yang nantinya akan dimatangkan melalui data-data
selanjutnya. Disini peneliti melakukan pengembangan sebuah deskripsi
20
informasi tersususn untuk menarik kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan adalah
dalam bentuk teks naratif.
c. Verivikasi dan Penarikan Kesimpulan
Merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, membuat
rumusan proposisi yang terkait dan mengangkatnya sebagai temuan
penelitian. Dari sini peneliti akan mulai mencari arti dari setiap data
yang terkumpul, menyimpulkan serta memverikasi data tersebut.
6. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan
yaitu19 :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Dalam perpanjangan keikutsertaan, peneliti melakukannya dengan
cara mengamati dan menganalisis kegiatan di Pondok Pesantren Putra
Sunan Drajat dengan mendatangi lokasi langsung.
b. Pemeriksaan Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan mengekpos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.
Cara yang dilakukan adalah mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya
serta memiliki pengetahuan umum yang sama tentang konsep diri santri
dalam komunikasi antar pribadi sehingga bersama mereka peneliti
dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang
dilakukan.
21
H. Sistematika Penelitian
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai
pembahasan penelitian ini, maka penulis merinci dalam sistematika penulisan
sebagai berikut.
BAB I: PENDAHULUAN. Berisi pendahuluan yang dipaparkan mengenai
konteks penelitian, fokus dalam penelitian, tujuan dari penelitian, dan juga
manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka
konseptual penelitian, metode penelitian, dijelaskan uraian singkat mengenai
sistematika pembahasan penulisan proposal penelitian.
BAB II: KAJIAN TEORI. Pada bab ini mendeskripsikan kajian pustaka,
kajian pustaka berisi uraian tentang landasan teori yang bersumber dari
kepustakaan. Pada bab ini terdiri dari kajian pustaka yang berkaitan dengan
konsep diri dan apa saja bentuk-bentuk konsep diri dalam komunikasi antar
pribadi santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan melalui
pendekatan deskriptif kualitatif.
BAB: III PENYAJIAN DATA. Bab ini mendeskripsikan secara umum
mengenai objek penelitian dan deskripsi hasil penelitian yang menyajikan data
penelitian sesuai dengan fokus penelitian.
BAB VI: ANALISIS DATA. Berisi tentang analisis atau pembahasan data
yang menghasilkan temua penelitian serta konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V: PENUTUP. Merupakan bagian terkahir dalam penulisan
22
BAB II
KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SANTRI
A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah konsep memiliki arti
gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami sesuatu. Istilah diri berarti bagian-bagian dari individu yang
terpisah dari yang lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran
seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri.20
Konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana
persepsi ini dibentuk melalui pengalaman dan interprestasi seseorang
terhadap dirinya sendiri. Pandangan terhadap diri sendiri boleh bersifat
psikologi, sosial dan fisis.21
Sedangkan menurut Burns, konsep diri merupakan gambara yang bersifat
individu dan sangat pribadi, dinamis dan evaluatif, yang masing-masing
orang mengembangkannya, atau bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan
gambaran campuran dari apa yag kita pikirkan, pendapat orang mengenai
kita, dan seperti apa diri kita yang kita pikirkan. Konsep diri seseorang
dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut.
Jika konsep diri seseorang negatif, maka akan negatiflah perilaku seseorang,
sebaliknya jika konsep diri seseorang positif, maka positiflah perilaku
seseorang tersebut. Dengan adanya konsep diri yang baik yang dimunculkan
20 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008, hlm. 114
23
oleh seseorang dalam berkomunikasi antar pribadi menjadikan seseorang juga
mendapat penilai yang baik juga dalam lingkungannya.
Pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, yang paling
dasar adalah konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar
pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya
sendiri, dimana lingkungan terdekat merupakan tempat dimana individu
berkomunikasi serta membentuk dan memberi nilai terhadap abstraksi tentang
dirinya.22 Konsep diri sekunder terbentuk banyak ditentukan oleh bagaimana
konsep diri primernya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang
dirinya yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik
dirinya maupun lingkungan terdekatnya. Bisa dikatakan bahwa konsep diri
merupakan gambaran dari hasil pemikiran seseorang yang bisa dinilai oleh
orang lain ketika berkomunikasi. Dengan adanya konsep diri inilah seseorang
bisa memperoleh penilaian dari lingkungannya berdasarkan pengalaman dari
seseorang terhadap dirinya.
2. Macam-macam Konsep Diri
Calhoun dan Accocela membedakan konsep diri menjadi dua macam,
yaitu:
22 Herdianti Agustina, Psikologi Perkembangan : Pendekatan ekologi Kaitannya dengan
24
a. Konsep Diri Positif
Konsep diri yang positif bukanlah pada kebanggaan akan dirinya
sendiri melainkan pada pemikiran individu mengenai penerimaan dirinya.
Konsep diri yang positif juga mengaharapkan suatu harapan secara
realistis.
Orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik
sebagai berikut:
1) Merasa mampu mengatasi masalah.
2) Merasa setara dengan orang lain.
3) Menerima pujian tanpa rasa malu.
4) Merasa mampu memperbaiki diri.
Orang yang mempunyai konsep diri yang positif akan mempunyai
kemampuan komunikasi interpersonal dan intrapersonal yang baik pula,
yang memungkinkan dirinya bisa mengatasi masalah secara obyektif dan
mampu mengevaluasi dirinya sendiri secara positif. Seseorang yang
berkonsep diri positif menjadikan dirinya memandang bahwa kegagalan
bukanlah sebuah akhir segalanya, justru menganggapnya sebagai
pembelajaran untuk kedepannya dan menganggap bahwa apa yang
diterimanya merupakan sesuatu anugerah yang harus disyukuri.
b. Konsep Diri Negatif
Seseorang berkonsep diri negatif memandang dirinya tidak teratur dan
kurang bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Konsep diri
25
masa dewasa dan ketidak teraturan tersebut hanya terjadi dalam waktu
sementara.
Konsep diri negatif bisa juga karena adanya pandangan terhadap
dirinya yang secara stabil (tidak ada perkembangan). Individu
memandang bahwa dirinya informasi baru mengenai penilaian dirinya
menjadi sebuah kecemasan bagi dirinya, hal ini disebabkan adanya
pemikiran bahwa dirinya tidak menerima informasi baru tentang dirinya
dan adanya evaluasi tentang dirinya tersebut.
Orang yang memiliki konsep diri negatif mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1) Peka terhadap kritik.
2) Bersikap responsif terhadap pujian.
3) Cenderung merasa tidak disukai orang lain.
4) Mempunyai sikap hiperkritik.
5) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya.
6) Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
3. Komponen Konsep Diri
Menurut Brian Tracy, self-concept memiliki tiga bagian utama. Ketiga
elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian.
Komponen konsep diri tersebut yaitu:
a. Diri Ideal (Self-Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari Self-Ideal terdiri dari
harapan, impian, dan visi. Self-Ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai,
26
lain yang Anda hormati. Self-Ideal adalah sosok seperti apa yang paling
Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan
Anda.
b. Citra Diri (Self-Image)
Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri
Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku
dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image semua
perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam
self-images.
c. Jati Diri (Self-Esteem)
Self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda
sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan
bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik
performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini
adalah komponen emosional dalam kepribadian.
4. Dimensi Konsep Diri
Sama seperti bentuk konsep diri, dalam konsep diri teradpat juga
dimensi-dimensi tertentu. Fitts membagi Konsep Diri menjadi dua dimensi
pokok, yaitu:23
a. Dimensi Internal
Dimensi internal atau juga disebut kerangka acuan internal
(internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu
23 Herdianti Agustina, Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan
27
yakni penilaian terhadapa dirinya sendiri berdasarakan dunia dalam
dirinya sendiri. Dimensi ini terbagi menjadi tiga bentuk:
1) Identitas Diri (Self Identity), merupakan aspek penting dimana
dalam diri indentitas menggambar dirinya sendiri dan membangun
identitasnya.
2) Diri Pelaku (Behavioral Self), merupakan persepsi tentang perilaku
individu tersebut. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai
apa saja yang telah dia lakukan.
3) Diri Penerimaan (Judging Self), berfungsi sebagai pengamat dan
penilai, penentu standart dan memberi evaluasi. Kedudukannya
adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri
pelaku.
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai- yang dianutnya, serta hal-ha lain dari
luar dirinya. Dimensi eksternal dibagi menjadi lima bentuk:
1) Diri Fisik (Physical Self), mencakup pada persepsi dirinya
mengenai penampilan secara fisik, bisa berupa penampilan diri dan
keadaan tubuh.
2) Diri Etika Moral (Moral-Ethical Self), sebagai penentu persepsi
mengenai ketentuan dan standart tersendiri mengenai tika dan
moral sesuai nilai-nilai yang dipegangnya.
3) Diri Pribadi (Personal Self), lebih menekankan kepada persepsi dan
28
sejauhmana diri seseorang puas terhadap dirinya dan menganggap
apakah dirinya sudah menjadi pribadi yang yang tepat.
4) Diri Keluarga (Family Self), merupakan penilaian seseorang
terhadap kedudukannya dalam lingkungan keluarga, bisa berupa
peran dan fungsi yang dijalankannya sebagai anggota keluarga.
5) Diri Sosial (Social Self), merupakan penilaian individu mengenai
lingkungan sekitar baik berkomunikasi dengan orang lain maupun
dengan lingkungan sekitarnya.
B. Komunikasi Antar Pribadi
1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Borgoon dan Ruffner menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi yang terjalin antara dua orang tanpa ada perantara media,
dan harus dibedakan dari berbicara di muka umum maupun komunikasi
dalam kelompok. Saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui
secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau
tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya. Sedangkan menurut Alo Liliweri, komunikasi antar
pribadi adalah proses yang dilakukan oleh individu (komunikator) yang
mengirimkan dorongan (biasanya berupa verbal) untuk mengubah individu
lain.24
Komunikasi antar pribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain,
29
karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi
daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai
komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar
pribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat
manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggih pun.
Komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat
kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan
memberikan respon atas keadaan tersebut sebagaimana sifat komunikasi.
Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang mengisyaratkan
terciptanya jalinan antar pribadi. Dan dalam komunikasi yang terjalin antara
dua orang tersebut yang paling terpenting adalah adanya dialog yang terjadi.
maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling
memperhatikan, saling memahami, penuh pengertian dan keakraban.
Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terjadi pada materi komunikasi,
tetapi juga pada pemahaman terhadap keunikan pribadi masing-masing.
Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi antar pribadi dapat
didefinisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan
berkembang antara individu dengan individu lain. Dengan gaya, kedinamisan,
kesadaran dan hubungan yang akrab dari masing-masing pihak maka
komunikasi itu terus tumbuh dan berkembang hingga dicapai persepsi dan
30
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Antar Pribadi
Dibanding dengan komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi
dianggap oleh para ahli sebagai komunikasi yang paling ampuh dalam
merubah sikap, perilaku dan pandangan seseorang. Dimana komunikasi antar
pribadi dilakukan dengan cara face to face (bertatap muka) sehingga
memungkinkan terjalin komunikasi yang baik. Dalam hubungannya dengan
pelaku komunikasi, komunikasi antar pribadi terbagi menjadi dua bentuk
yaitu komunikasi Diadik dan komunikasi triadik.
a. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik disebut juga adalah proses komunikasi yang terjadi
secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang
saling berhadapan langsung. Dengan kata lain hal ini merupakan
bentuk khusus komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik yang
hanya melibatkan dua individu misalnya suami-istri, dua sejawat, guru dan
murid. Perlu diingat komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang
yang saling bergantian menjadi komunikator ataupun komunikan.
Komunikasi diadik inilah yang paling sering kita lakukan dalam
berkomunikasi sehari-hari dimana kita sangat mudah menyampaikan pesan
kepada orang lain dimana hubungan inilah yang nantinya akan
menyatukan kita dalam suatu satuan sosial, dimana kita sering sekali
berkomunikasi dengan dua orang saja tapi saling terkait dengan dua orang
atau lebih.25
25 Brent Ruben dan Lea Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, (Jakarta: PT. Raja
31
Ada tiga bentuk dalam komunikasi diadik ini, yaitu percakapan, dialog
dan wawancara. Baik percakapan, dialog maupun wawancara memiliki
karakteristik masing-masing. Percakapan berlangsung dalam suasana yang
bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih
intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya
lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang
lainnya pada posisi menjawab.
Sedangkan ciri-ciri lain komunikasi diadik adalah sebagai berikut:
1) Komunikasi dilakukan antara dua orang atau tiga orang.
2) Komunikasi dilakukan langsung atau kadang menggukan media
telepon.
3) Komunikator dapat berubah statusnya menjadi komunikan, begitu
juga sebaliknya komunikan dapat berubah menjadi komunikator,
dan seterusnya berputar berganti-ganti selama proses Komunikasi
Interpersonal berlangsung. Tetapi komunikator utama adalah si
pembawa pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan
sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan.
4) Efek komunikasi dapat terlihat langsung, baik secara verbal dengan
ucapan atau menjawab maupun secara non-verbal dengan bahasa
tubuh.
b. Komunikasi Triadik (Triadic Communication)
Definisi tidak jauh berbeda dengan komunikasi diadik, namun
hanya yang membedakan adalah jumlah personil yang terlibat lebih
32
Kecondongan komunikasi triadik, biasanya terjadi pada komunikasi
kelompok atau komunikasi massa. Komunikasi triadik adalah
komunikasi antar pribadi yang pelaku komunikasinya terdiri dari tiga
orang, yaitu seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Komunikasi triadik bisa dikatakan sebagai komunikasi yang
dilangsungkan secara bertingkat, yaitu melakukan komunikasi dengan
menggunakan berbagai tatanan komunikasi.
Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik, maka
komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan
perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya, sehingga ia dapat
menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan
balik yang berlangsung. Tapi dalam konteks yang berbeda, komunikasi
triadik lebih kompleks dimana personil komunikasinya yang banyak
dan adanya pengelolahan pesannya pun timbal balik antara dua orang
atau lebih sesuai dengan situasi yang berlangsung dimana personilnya
juga bisa sebagai komunikator maupun menerima pesan sebagai
komunikator.26 Jadi setiap pesan yang disampaikan komunikator
direspon dan mendapat umpan balik dari komunikannya dan
komunikannya pun bisa menambahkan sebuah informasi baru, dalam
hal terrsebutlah seorang komunikan juga berperan sebagai komunikator
dengan informasi barunya yang masih dalam ranah yang sama dengan
pesan pertama yang disampaikan oleh komunikator yang pertama,
begitu pula selanjutnya.
33
Terlepas dari kompleksitas yang meningkat karena adanya
kemungkinan banyaknya pasangan triadik, komunikasi triadik ada satu
tambahan yaitu potensi adanya sebuah keintiman yang terbenuk saat
komunikasi triadik karena adanya komunikasi yang terbatas dan
eksklusif antara pasangan triadik yang terdiri dari dua orang.27
keintiman yang dimaksud di sini bukan dalam hal komunikasinya saja,
tapi dalam hal keterbukaan diri seseorang dalam sebuah hubungan yang
dijalani maupun dalam berupa aktivitas yang dijalani. Dimana
seringkali ditemui orang yang lebih suka menjalani kegiatannya
bersama tanpa banyak melakukan banyak komunikasi tapi masyarakat
menilai mereka mempunyai sebuah hubungan yang intim.
Baik dalam komunikasi diadik maupun komunikasi triadik yang
diutamakan adalah adanya komunikasi sambung rasa.28 Dimana
komunikasi sambung rasa inilah terjadi karena adanya sebuah
pengamatan dan pengalaman yang sama antara komunikator dan
komunikan yang menjadikan adanya rasa nyaman dan komunikasi yang
dilakukan bisa berjalan lancar.
3. Komponen Komunikasi Antar Pribadi
Komponen-komponen komunikasi antar pribadi pada dasarnya sama
seperti pada komponen komunikasi secara umum. Komponen ini dibutuhkan
karena dalam berkomunikasi komponen tersebutlah yang mempengaruhi
lancar tidaknya berkomunikasi. Adapun Komponen-komponen komunikasi
antar pribadi meliputi:
34
a. Komunikator
Komunikator merupakan komponen yang sangat penting dalam
komunikasi, dimana komunikator memegang peranan sebagai
penyemoai pesan atau informasi.29 Komunikator sebagai pengirim
pesan hendaknya benar-benar siap dengan pesannya. Pesan dikemas
dengan bahasa tulis atau bahasa lisan yang benar-benar bisa dipahami
oleh penerima pesan.
Komunikator tidak hanya diklasifikasikan sebagai seorang individu
atau perorangan yang menyampaikan informasi, tapi komunikator bisa
juga orang-orang yang berbicara dan menyampaikan suatu informasi
dengan mengatasnamakan sebuah lembaga, organisasi, kelompok, dan
instansi yang diwakilinya.30
Dalam hubungannya dengan komunikan, komunikator tidak hanya
menyampaikan pesan secara jelas tapi harus mengetahui komunikan
(penerima pesan) dan situasi yang dihadapainya. Dengan mengetahui
siapa penerima pesan atau informasi dan situasinya, komunikator bisa
mengetahui kebutuhan komunikan dan mengendalikan situasi yang
dikehendaki sehingga terjadi sambung rasa antara komunikator dan
komunikan dengan situasi yang sedang berlangsung.
b. Pesan
Pesan merupakan isi komunikasi berupa gagasan, ide, atau
pemikiran yang akan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Dengan adanya pesan inilah, proses penyampaian ide,
35
gagasan atau pemikiran baik berupa ucapan, tindakan maupu
simbol-simbol tertentu menjadikan adanya sebuah komunikasi yang baik.
Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh
terhadap kesinambungan komunikasi, karena dalam pesan tersebutlah
informasi yang nantinya akan diterima penerima pesan dan memberikan
sebuah efek dalam komunikasi yang berlangsung.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah pesan
adalah:31
1) Isi pesan harus merangsang perhatian.
2) Cara penyampaiannya pun harus mengikat dan jelas, sehingga
penerima pesan fahami dengan sebaik-baiknya.
3) Mempersiapkan isi pesan dalam susunan yang baik.
4) Disampaikan pada waktu yang tepat.
5) Banyaknya pengalaman yang dimiliki, karena dengan adanya
pengalaman menjadikan sedikitnya hambatan yang ditemui.
c. Channel (Saluran pengirim pesan)
Channel dan media merupakan hal yang berbeda, dimana channel
adalah saluran medianya sedangkan media adalah medium atau alat
yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Barlo mengibaratkan
antara channel dan media seperti seseorang ingin menyeberang sungai
menggunakan perahu, dimana channelnya adalah sungai sedangkan
medianya adalah perahu yang digunakan.
36
Hal-hal yang perlu diperhatikan komunikator dalam memilih
channel yang efektif adalah:32
1) Channel mana yang banyak dipakai oleh publik maupun
komunikan yang hendak dipakai.
2) Channel yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap penerima
pesan.
3) Pilihan channel disesuaikan dengan media yang digunakan.
4) Pemilihan channel disesuaikan dengan efek yang inin dicapai.
Dalam kaitannya dengan media, pemilihan channel disesuaikan
dengan isi yang disampaikan, adanya hubungan dengan objek yang
dijadikan sasaran serta berhubungan dengan efek yang dituju juga.
d. Komunikan
Komunikan atau sering disebut sebagai penerima dalam kegiatan
komunikasi bisa dikatakan sebagai obyek sasaran, dimana komunikan
menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dikenai
pekerjaan untuk memahami pesan yang telah disampaikan dan
memberikan efek. Pihak penerima pesan juga harus siap menerima
pesan dengan pengetahuannya atau pemahamannya. Dengan begitu
komunikan bisa mengerti informasi yang disampaikan oleh
komunikator secara jelas. Komunikator dan komunikan dihubungkan
satu sama lain oleh pesan komunikasi yang merupakan inti/perumusan
tujuan dan maksud dari komunikator dari komunikan.33
37
Sama halnya dengan komunikator, komunikan juga diklasifikan
sesuai dengan kebutuhannya, dimana komunikan tidak hanya
membawai individunya sendiri tapi juga mewakili dari pihak-pihak
tertentu seperti : instansi, lembaga, kelompok dan organisasi. Jadi pesan
yang diterima pun nantiya akan diterima untuk dirinya sendiri apabila
itu untuk seseorang dan akan diteruskan kepada lembaga dimana
komunikan yang berperan sebagai wakil dari mereka.
e. Efek
Efek yaitu apa yang terjadi setelah menerima pesan. Apakah
dengan mudah komunikan merespon kembali pesan yang diterima, atau
apakah ada perubahan sikap setelah melakukan komunikasi, atau
apakah terjadi perubahan prilaku. Jika terjadi perubahan yang
diharapkan oleh komunikator sebagai akibat dari komunikasi itu maka
komunikasi akan menjadi sangat efektif.
Ada beberapa macam efek yang saling berkaitan, namun dalam
pengertiannya berbeda. Maka dari itu efek bisa dibedakan menjadi:34
1) Respon
Merupakan reaksi dimana seseorang menujukkan pesan dari
seseorang penerima pesan kepada pengirim pesan sehingga
komunikasinya cenderung searah.
2) Umpan Balik (Feedback)
Merupakan respon balik dari proses encoding pesan yang telah
disampakan komunikator sehingga terjadi komunikasi dua arah.
38
3) Efek itu sendiri
Merupakan hasil positif atau negatif terhadap pesan yang telah
disampaikan saat berkomunikasi. Dengan mengetahui efek ini bisa
diketahui apakah komunikasi yang berlangsung efektif atau tidak
dan apakah sudah sesuai dengan target dan tujuan komunikasi
sehingga komunikasi yang terjadi adalah satu arah.
C. Santri
Pengertian santri menurut kamus besar bahasa indonesia adalah orang yang
mendalami agama islam, orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, orang
sholeh.35 Sedangkan dalam istilah lain, santri berasal dari kata chantrik yang
dalam bahas hindu, yang berarti orang yang selalu mengikuti guru dengan tujuan
menuntut sebuah ilmu sesuai dengan keahliannya.36 Sedang versi yang lainya
menganggap kata santri sebagai gabungan antara kata saint (manusia baik) dan
kata tra (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik.
Kata santri merujuk pada kata yang berasal dari kata shastri bahasa
sansakerta yang artinya orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci.37
Adapun kata Shastri merupakan turunan dari kata satra yang merupakan arti dari
kitab suci, atau karya keagamaan.38 Santri lebih dikenal sebagai seseorang yang
mendalami dan dididik tentang ilmu ajaran islam dengan menetap dalam sebuah
35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet.Ke-1, hlm. 783
36 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren : Sebuah Potret Perjalanan¸ (Jakarta:
Paramadina, 1997), hlm. 20.
37 Syafiqul Anam, Mendiagnosis Problem Komunukasi Santri Dengan Analisis Kitab
Jurumiah, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2009), hlm 8
39
pondok pesantren dan diangap sebagai penerus perjuangan ulama’.39 Menjadi
seorang santri merupakan gelar tersendiri bagi seseorang yang menjalaninya.
Menjadi santri bukan sekedar seorang siswa atau mahasiswa yang menuntut ilmu
saja, tapi dianggap mempunyai akhlaq yang baik yang nantinya jika keluar dari
pondok pesantren maka dia akan menyandang gelar santri yang mempunyai
akhlaq yang baik dan kepribadian tersendiri berdasarkan ajaran islam.40
Dari segi metode dan materi pendidikan, kata santri pun dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Santri Modern, dimana materi yang disampaikan tidak hanya tentang
pendidikan agama islam yang salafiyah atau terdahulu, tapi
ditambahkan dengan adanya materi umum dan konvensional yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan penyebutan nama
pondok pesantrennya pun biasanya disebut dengan pondok pesantren
modern.
b. Santri Tradional atau yang sering disebut dengan santri salaf,
merupakan santri yang mempelajari ajaran agama islam secara
salafiyah. Dimana materi pelajarannya pun masih murni ajaran ulama’
terdahulu dan tidak merubah hukum asal yang terlah ditentukan
Al-Qur’an dan Hadits yang ada.
Sedangkan dari tempat belajarnya, ada istilah santri dibedakan menjadi santri
kalong dan santri tetap atau santri mukim.41
39 Abdul Qodir Jailani, Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam di
Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu 2001), hlm. 7
40 Abdul Qodir Jailani, Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam di
Indonesia... hlm. 8
41 Hazbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
40
a. Santri Tetap atau santri mukim adalah santri yang berasal dari jauh dan
menetap di pondok pesantren dalam beberapa tahun untuk memperlajari
ilmu agama di pondok pesantren tersebut.
b. Santri Kalong adalah santri yang rumahnya tidak jauh dari lokasi
pondok pesantren pergi ke pesantren ketika ada pembelajaran maupun
aktivitas pesantren lainnya.42
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi
santri adalah komunikasi yang terjalin antar pribadi dengan pribadi lain untuk
menjalin sebuah hubungan yang baik dan bisa mencapai tujuan yang disampaikan,
dalam konteks ini pribadi yang dimaksud adalah santri atau murid yang sedang
belajar dan mendalami ajaran islam dan menetap dalam suatu pondok pesantren.
Suasana pondok pesantren yang guyub dan adanya kegiatan pondok pesantren
yang menjadikan komunikasi antar pribadi santri dalam pondok pesantren
mempunyai model tersendiri dimana komunikasi yang terjalin juga tidak
melupakan nilai dan norma-norma kepesantrenan yang sesuai dengan ajaran
islam.
D. Konsep Diri dalam Komunikasi Antar Pribadi Santri
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berfokus pada
pengajaran tentang ajaran syari’at islam sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits
sekaligus membina santri atau murid yang bermukim di pondok pesantren bisa
mengamalkan ilmu yang diperoleh kepada masyarakat ketika sudah keluar dari
lingkungan pesantren. Pondok pesantren bertujuan untuk mengembangkan
42 Amien Haedaki dkk, Masa Depa Pesantren : Dalam Tantangan Modernitas dan