• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Coping Stress PFC dan EFC pada Mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling yang Stres dalam Menyusun Skripsi T1 132009063 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Coping Stress PFC dan EFC pada Mahasiswa Progdi Bimbingan dan Konseling yang Stres dalam Menyusun Skripsi T1 132009063 BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Mahasiswa

Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Pasal 20 Ayat (1) Mahasiswa program magister yang memiliki kemampuan luar biasa dapat melanjutkan ke program doktor setelah sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun mengikuti program magister tanpa harus lulus program magister terlebih dahulu. Pasal 1 (UU No 12 tahun 2012)

Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Sedangkan kalau diartikan dari katanya sendiri yaitu, Mahasiswa adalah suatu kata yang tersusun dari dua unsur kata yaitu, “maha” dan “siswa”. Dimana kata maha disini diartikan sesuatu yang

(2)

8

utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa. Pasal 1 (UU No 12 tahun 2012)

Secara moral mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya dalam menghsilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan. Secara

umum mahasiswa merupakan gelar/panggilan yang diberikan kepada sesorang yang sedang menempuh studi di sebuah perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh mahasiswa merupakan jenjang tertinggi yang merupakan kelanjutan dari proses belajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Hal ini berarti mahasiswa hanyalah merupakan peserta didik pada suatu perguruan tinggi, maka fungsi dan tugas mahasiswa adalah studi/belajar. Bentuk nyata antara lain mengikuti proses belajar mengajar yakni perkuliahan, menerima materi, memperjari materi, mengevaluasi materi dan memperoleh nilai atas proses yang di jalani tersebut. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003

(3)

9

ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003

Pengertian Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa sebagai pelajar yang kedudukannya tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, harus mampu memberikan yang terbaik untuk warga atau masyarakat sekitar, minimal kepada adik kelas yang masih SMA, baik secara perilaku sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan (pendidikan). Tanggung jawab mahasiswa lebih besar dari sekedar menjadi siswa, makanya kurang tepat apabila mahasiswa hanya menyibukkan di bidang akademik saja, namun apatis (tidak peka) terhadap permasalahan lingkungan sekitar yang terjadi, baik regional maupun nasional. mahasiswa juga merupakan penyalur inspirasi rakyat kepemerintah dan tempat dimana rakyat mengadu atas ketidak adilannya dan mahasiswa juga sebagai masa depan untuk perubahan masa depan bangsa. (RI No.30 tahun 1990)

(4)

10

sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi adalah laporan tertulis hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dengan bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1) pada masa akhir studinya berdasarkan hasil penelitian, kajian kepustakaan, atau pengembangan tentang sesuatu masalah yang dilakukan dengan seksama. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis Perguruan Tinggi. (RI No.30 tahun 1990)

(5)

11

memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian. (RI No.30 tahun 1990)

Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing. Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa. (RI No.30 tahun 1990)

Gejala stres yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi antara lain banyaknya keluhan mahasiswa mengenai sakit kepala yang sering mengganggu aktivitas sehari-hari, keluhan mengenai gangguan tidur berupa kesulitan tidur, sering terlihat cemas, sering terlihat mudah marah, dan ada beberapa mahasiswa yang menunjukkan gejala gangguan daya ingat yang ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa pada janji bimbingan dengan dosen pembimbing dan janji dengan teman. Stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. (RI No.30 tahun 1990)

(6)

12

Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi. Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Walgito (2004) Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Konseling adalah pemberian bantuan dari seorang kepada seseorang/siswa dalam rangka mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Walgito (2004)

(7)

13 2.2 Coping Stres

2.2.1. Pengertian Coping Stres

Coping adalah usaha-usaha kognitif dan perilaku yang secara terus menerus berubah untuk mengelola tuntutan dari dalam atau dari luar individu yang merugikan atau melebihi kemampuan individu itu. Stres menurut transactional model dari Lazarus dan Folkman (1984) adalah tergantung secara penuh pada

persepsi individu terhadap situasi yang berpotensi mengancam. Penilaian individu

terhadap sumber daya yang dimilikinya menentukan bagaimana individu

memandang sebuah situasi spesifik sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau

ancaman yang berbahaya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagaimana

individu mempersepsikan situasi yang dihadapinya menentukan bagaimana respon

yang dimunculkan individu. stres sebagai peristiwa yang menuntut, membebani,

atau melebihi kapasitas sumber daya adaptif individu untuk mengatasinya.

Stres juga dapat diartikan sebagai:

1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang

menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.

2) Respons, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul

karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respons yang muncul

dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah

tersinggung.

3) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara

aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi

(8)

14

Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun

eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi

kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis

maupun secara psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri

terhadap situasi tersebut (proses). Lazarus dan Folkman (1984)

(9)

15

Dinamika dan perubahan yang menjadi ciri coping sebagai proses bukanlah sesuatu yang acak, mereka adalah fungsi dari penilaian terus menerus dan perubahan dalam hubungan antara orang dan lingkungannya. Strategi coping dipilih berdasarkan penilaian kognitif terhadap penilaian terhadap sumber daya, kemudian individu menetapkan strategi coping yang dirasa efektif melalui identifikasi terhadap sumber yang dimilikinya. Coping merupakan salah satu metode untuk mengurangi efek dari stres yang berkelanjutan, walaupun ada beberapa metode atau faktor lain yang dapat dilakukan. (Lazarus & Folkman, 1984).

Stres dapat datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran seseorang. Upaya yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stres adalah dengan coping. Coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan, dengan sumber-sumber yang di miliki oleh individu dalam menghadapi situasi yang penuh stres. Maka coping merupakan proses yang dilakukan individu untuk mengelola perasaan ketidakcocokan akan tuntutan-tuntutan yang berasal dari individu sendiri maupun dari lingkungan dengan kemampuan dan sumber-sumber yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi situasi stres tersebut. Menurut Lazarus-Lazarus (2005: 169)

(10)

16

sinonim dengan penyesuaian diri, hanya saja konsep penyesuaian diri lebih luas dan mengarah pada seluruh reaksi individu terhadap lingkungan dan tuntutan internal. Coping lebih mengarah pada apa yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara emosional. Individu akan cenderung menggunakan coping yang berfokus pada masalah manakala mereka percaya bahwa sumber atau tuntutan situasi dapat diubah seperti misalnya permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan, sedangkan yang berfokus pada emosi digunakan manakala bersumber pada tuntutan situasi dinilai tidak dapat diubah, seperti misalnya permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan Lazarus dan Folkman (1984).

Menurut Lazarus & Folkman dalam melakukan coping, ada dua strategi yang dibedakan menjadi:

1. Problem-focused coping. Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan.

2. Emotion-focused coping. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan

(11)

17

strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu.

Akan tetapi, walaupun kedua coping tersebut dapat digunakan bersamaan tetapi bentuk coping yang lebih baik adalah coping yang berfokus pada masalah. Hal tersebut dikarenakan coping yang berfokus pada masalah lebih menekankan kepada usaha yang dilakukan individu dalam mengubah sumber stres agar efeknya menjadi lebih ringan. Coping yang berfokus pada masalah yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek tersebut. Ditambahkan lagi bahwa coping yang berfokus pada masalah melibatkan strategi untuk menghadapi secara langsung sumber stres, seperti dengan mencari informasi tentang penyakit dengan mempelajari sendiri atau melalui konsultasi medis. Pencarian informasi membantu individu untuk tetap bersikap optimis karena dengan pencarian informasi tersebut timbul harapan akan mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lazarus dan Folkman (1984).

(12)

18

dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Lazarus dan Folkman (1984).

Problem focused coping adalah salah satu usaha yang berfungsi untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh stress atau mengembangkan kemampuan untuk meghadapi stress. Problem focused coping merupakan bentuk coping yang lebih baik dalam menghadapi masalah. Berusaha memecahkan masalah serta mengembangkan keterampilan-keterampilan yang baik dalam mengahadapi masalah adalah lebih baik daripada menghindari masalah-masalah tersebut. Problem focused coping membawa pengaruh bagi individu yaitu berubahnya atau bertambahnya pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapi, dengan mengetahui permasalahannya maka diharapkan individu mampu mencari jalan keluar yang terbaik bagi masalahnya. Gambaran perilaku problem focused coping pada penelitian ini akan diungkap berdasarkan jenis-jenis problem focused coping, yaitu: active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping dan seeking support for instrumental reasons.Lazarus dan Folkman (1984).

(13)

19

memerlukan dukungan sosial. Salah satu faktor yang dapat mengubah pengalaman stress adalah dengan mencari dukungan sosial. Dukungan sosial memberi peran untuk meningkatkan penyesuaian terhadap stress dengan memberikan bantuan sesuai dengan keadaan individu tersebut. Lazarus dan Folkman (1984).

Dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukan dengan memberikan bantuan pada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari hubungan sosial akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Dukungan ini dapat diperoleh dari suami atau istri, teman, rekan sekerja, dokter dan organisasi kemasyarakatan. Lazarus dan Folkman (1984).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam strategi coping yang berfokus pada masalah, 3 aspek problem-focused coping, antara lain:

a. pemecahan masalah dengan banyak cara menganalisa situasi untuk mencapai solusi dan mengambil tindakan langsung untuk memperbaiki masalah.

b. menghadapi tekanan dengan usaha yang dilakukan untuk menghadapi masalah secara tenang, rasional, dan mengarah pada penyelesaian masalah. c. mencari dukungan sosial dengan mencoba untuk mencari informasi atau

(14)

20

Jadi untuk menghindari timbulnya berbagai gangguan fisik yang disebabkan oleh stres, individu dapat menggunakan teknik coping yang lebih berfokus pada masalah. Karena coping yang berfokus pada masalah lebih efektif meringankan stres dari pada coping yang berfokus pada emosi. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis situasi yang menyebabkan stres untuk dapat mencari solusi dan tindakan yang dapat memperbaiki masalah, kemudian bersikap tenang, rasional, dan juga dapat dilakukan dengan cara mencari dukungan sosial untuk mendapatkan informasi tersebut. Lazarus dan Folkman (1984).

(15)

21 2.2.2. Jenis-Jenis Coping Stress

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), ada 2 jenis, yaitu:

1. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres sebagai berikut:

a. Distancing , adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah.

b. Planful Problem Solving, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.

c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.

d. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.

e. Escape, usaha untuk menghilangkan stres dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll.

(16)

22

akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan sebagai berikut:

a. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.

b. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.

c. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),

d. Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau

pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.

e. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah yang ada pada dirinya.

(17)

23

suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan PFC dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan, sebaliknya ia akan cenderung menggunakan EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi (Lazarus & Folkman, 1984).

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Coping Stress

1. Kesehatan Fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar

2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : PFC

(18)

24

dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

4. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya

5. Materi. Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. Menurut Lazarrus dan Folkman (1984)

Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku,

untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi

atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping

merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan

menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang

dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna

memperoleh rasa aman dalam dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa

individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah

yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus &

Folkman, 1984).

Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering

digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat

stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: Seseorang

(19)

25

dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan;

sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi EFC ketika dihadapkan pada

masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan

dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Hampir senada dengan

penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang

coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active & avoidant coping strategi

(Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative).

1. Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara

pandang individu terhadap sumber stres.

2. Avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk

menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas

atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi

menimbulkan stres. Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping

strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri

yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena

cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang

bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika

mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan

(20)

26

2.2.4. Cara mengukur Coping Stress dengan menggunakan skala PFC dan skala EFC.

a. Skala PFC

Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat strategi coping dari subjek penelitian. Dalam melakukan penyusunan skala peneliti menggunakan aspek-aspek PFC yang disusun berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984) yaitu : penyelesaian masalah dan mengatasi tekanan. Setiap aspek-aspek di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan mendukung dan tidak mendukung, dimana subjek diberikan dua alternatif pilihan yaitu Ya dan Tidak . Untuk item yang mendukung, pilihan Ya = 1, Tidak = 0. Sedangkan untuk item yang tidak mendukung pilihan Ya = 0, Tidak = 1. Skor ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka diketahui strategi coping yang digunakan mahasiswa. b. Skala EFC

(21)

27 2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian Sinaga (2005) tentang coping stres mahasiswa psikologi yang sedang menyusun skripsi, menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akibat kesulitan dalam penyusunan skripsi sebanyak 84.3% melakukan coping stress dengan problem focused coping (PFC) dengan mempelajari cara yang baru dan 15,7% coping stress melalui emotional focused coping (EFC) bahwa perilaku yang cenderung mengatur emosi berkaitan dengan situasi kejadian.

Munawaroh (2001) dalam penelitiannya menemukan strategi EFC sebesar 55,16%, strategi coping stress PFC yang digunakan coping stress melalui 41,58% mahasiswa yang menyusun skripsi dan strategi MALC sebesar 17,76%.

2.4. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perkataan lain coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya

Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa menggunakan cara

Lazarus & Folkman dalam bukunya Smet mendefinisikan strategi coping sebagai “suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan baik tuntutan