Laporan Penelitian
MODEL
PENGEMBAIYGAN
MBTODE
SITUAStrONAI,
INTBRAKTIF UNTUK MBIYINGKATKAN
KBMAMPUAN BAHASA
ORAL
A]\AK
TUIYARUNGGU
O!eh:
SUPARNO
DIBIAYAI PROYEKPENGKAJIAN DAN PENELiTIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN SIJRAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR: 02 1[IT/BPPK-SDtuL{IU2002 Tg1. 9 APRIL 2002
DIREKTOR*A.T PEM BINAAN PENE LITIAN DAN PENGABD IAN PADA MAS YARAKAT
DIREKTORAT JENDERA], PENDIDIKAN' TINCTGI
DEPARTEMEN PEND]DII(A.N NASIONAL
FAKULTAS
ILMU
PBNDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
Laporan
Penelitian
}IODEL
PBhIGEMBANGAN
METODE SITUASIONAL
INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BAHASA ORAL
AI..{AK
TUNARUNGGTJ
Oleh:
SUPARNO
DIBIAYA] PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN DENGAN SURAT PERIANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR: 02 I/LITEPPK-SDM/IIU2002 Tgl. 9 APRIL 2002
DIREKTORAT PEM BINAAN PENE LITIAN DAN PENGABD IAN PADA MAS YARAKAT
DIRXKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINCGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS
ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PRAKATA
Puji
dan Syuktu kehadiratAtlalq
SWT atas segala rahmat dankarufa-I.iya,
sehingga
peneliti
dapat menyelesaikan laporanpenelitian
detrganjudgl:
IJpayaPeningkatan
Keterampilan bahasa
oral Anak
Tunarungu
Melalui
Model
Pendekatan Situasional
Interaktif
ini.
Laporanini
membahas tentang penerapanpendekatan SI dalam pengajman batrasa oral Anak Tunarungu
di
SLB-B.Atas
terselesainya pelalisanaandan
penyusunanlaporan penelitian
ini,peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:Direknr
PembinaanPenelitian
danPengabdian pada Masyarakat beserta staf, terutama paru Evaluator dan Pernbahas
yang telah menyetujui dan
menrberi
kesempatandalam penelitian
ini
sertamasukan-masukannya demi kesempurnaan penelitian ini.
Ucapan
terimakasihjuga
penulis
sampaikan kepadaRektor dan
Kehrakmbaga
Penelitian Universitas
Negeri Yoryakarta
beserta
staf, yang
telah banyak membantu kelancaran pelaksanaanpenelitian
ini.
Selainiq
tidak
lupa &ucapkan terimakasih kepada bapak/ibuguru
SLB-B
Negeri Bantul yang
telatrmernbantu pelaksana&r penelitian
ini.
Sernoga semua amal baiknnya mendapatkanimbalan yang setimpal dari
Allal\
SWT,.
.Amien!Yoryakart4
November2002DAFTARISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
RINGKASANI
I
PE}.IDAHULUANA
Latar Belakang MasalahB.
Rumusan MasalahC.
Defrnisi Operasionaltr
TINJAUA}IPUSTAIi{
A
Konsep TunarunguB.
Kajian Bahasa Anak TurarunguC.
Pengajaran Bahasa OralD.
Pendekatan Situasional Interaktif (SDM
TUruA}I DA}I
MANFAATA
Tujuan PenelitianB.
lrdanfaat PenelitianrV
METODOLOGI.A
Variabel PenelitianB.
Desain PenelitianV
IIASIL PENELITIAN DAI\i PEMBAIT{SA}IA
Lokasi PenelitianB.
Pelaksanaan TindakanC.
IIBsil TindakarlVI
KESIMPULAI\iDAI{
SARA}IA
KesimpulanB.
SaranDAFTAR PUSTAKA.
Ringkasan
MODEL
PENGE},IBAIYGAI{ METODE SITUASIONALINTERAKTIF
T]NTT]KMENINGKATKAI\
KEMAMPUAN BAHA,SAORAL
ANAK
TTINARUNGUOleh:
SuparnoPmelitian
ini bertujuan untuk (1) memperoleh gambaran tentang efektivitas metode pembelajaran situasional interahtif(SI)
dalam meningkatkan bahasa oralanak hurarungq
{2)
memperoleh
gambarantentang prosedur
pelaksanaan pendekatanSI yang
sesuai dengankondisi anak,
dan
(3)
untuk
mengetahui kesiapan mental dan sosial anak tunarungu dalam mengikuti kegiatan pembejaranbahasa oral pendekatan situasional interaktif.
Subyek
dalam
penelitianini
adalah anak-anak tunarungudi
SLB
negeriBantul
Yogyakarta,ymg
diambil
secara purposive sebanyak38 orang
dengan rincian 6 anak tunarungu kategori sedang dan 32 orang anakturarungu
kategori berat.Penelitian dilakukan
sebanyak2
kah
putaraq
dan
setiapputaran
ada 2 tindakan kegiatan pembelajaran.
Setiap putaran dilakukan evaluasi dan refleksiuntuk
memperoleh
hasil yang
terbaik.
Pendekatanpernbelajaran
dengan pendekatanSI
diperlakukan sedangvariabel
independend sedang kemampuanbahasa
oraf
yang meliputi kelancaran pengucapan dan menanggapi ucapan oranglairq
diperlakukan sebagai variabel dependent.Hasil
penelitian menunjukkan,(1)
terjadi peningkatan kemampuan balusaoral
pada
sebagaian
tesar
subyek
(68,42W
setelah dilakukan
kegiatan pernbelajaran(treatment) dengan
pendekatanSI,
yang berarti
pula
bahwa pendekatanSI
efektif
unurk
me,ningkatkan peinbelajaran bahasaoral
anaktunanmgu,
(2)
Peningkatan kemampuan berbahaoral
dapat dicapai
dengan pendekatanSI,
dengan mengangkat hal-hal yang yang menjadi perhatian siswasaat
dimulai
kegiatan
pernbelajaran (situasional)wrtuk
dikembangkan
pada materi wicara dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia. Padatalap"awal
guru berperan sebagaifasilitator
danmotivator
dalam mengembangkan pengalamandan
atau perhatiananak, untuk.diaktifkan dalam
kegiatan pembelajaran. (5),Terjadi aktivitas
pernbelajaranyang
atakti{
dan peningkataninteraksi
dalamke giatan pernbelaj aran.
Kata
Kunci:
Metode SituasionalInterakti{
tunarunguBAB
I
PENDAHTILUAN
A.
Latar
Belakang MasalahPada dekade
terakhir ini
pe'rkembangan pendidikan untuk anak tunanrngumulai
nampak adanya perubahan dalamMagai
segi,baik yang
menyangkut pandangandalam
upaya pelayanan pendidikan, proses pembelajaran nuruprmperhatian masyarakat
yang terjadi.
Keiryataanini
dapatdilihat,
denganmulai
bertambahnya
jurnlah
yayasan
dan
lembaga
yang pcduli
terhadap
aflak bsrkelainan" khususnya penyandang nmarungu.Meskipun
demikiaq
ternyata sampai saatini
masih banyak hal yang perludiupayakan
dalam
pembinaan
anak-anaktunarungu. Salah
satu
hal
yaflg
mendesak
untuk
ditangani adalah
menyangkut
program peinbinaan
dan pembelajarandi
sekolalqyang
sampai saatiniprm belum diperoleh hasil
yangoptimal.
Banyak
diantara
sekolah-sekolahyang
menanganipam
periyandangtunarungu yang dilakukan sekedarnya, tarya mempertratikan kondisi dan strategi
pembelajaran yang memadai.
Orientasi pendidikan
yang
benryayaunhrk
menempatkan pesertadidik
sebagai subyek senantiasa diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
secara umunL dan pembelajaran pada khususnya.
Di
sini
kegiatan pembelajarandiposisikan secara sentral dalam pendidikan formal atau pendidikan persekolahan
secara
umum. Unhrk
itu
kualitas penrbclajaranmcqiadi
titik
tolak
pencapaian keberhasilan pendidikan, khususnya bagi keluarao (outcomes).[Ial
ini
akan lebihanak-anak
penyandang
tunanrngq
yang
secara
umutn mengalami
barryakhambatan dalam
Malnsa.
Pengajaran bahasa
oral
merupakansalah
satu
ciri
khas
dalarn
prmegpendidikan anak
tunanurguyang
memiliki
kedudukanpenting
tenrtama bagisekolatr-sekolah yang mengernbangkan metode
oral
baik konstnrkti{
okasionalmaupun
reflektif t{al ini
terkait
dengankondisi
anak tunanrnguyang
s€caranyata
atau
relatif
mengalami
hambatandalam berkomrurikasi lisarU
sebagaiakibat dari cacat yang dideritanya. Mereka kurang atau tidak dapat menerima dan
menyanrpaikan pesan-pesim
dari dan
kepada sesilrurnyamelalui balnsa
oralsecara memadai.
Anak
tunarungu
yang
mengalani kelainan
sejak
latdr
(congenital),pcrkembangan bahasa
dan
bicaranya
hanya sampai
pa&
tahap
meraban (babbting). Pada talraptahap Ueritunrya sudahtidak
bisalagi
meresponbrmyi-bunyi atau
suara-suaradi
s€kelilingny4
sehingga merekajuga tidak bisa
lagi
meninr kata-kd.a atau pcmbicaraail orang lain.
Bcrdasarkan
kekurangan-kekurangaote,rscbu!
maka
tugas
pokok
pendidikan
anak
hrnanmgu
adalah sosialisasi, mengembangkan kemarnpuaamelalui wicara.
Di
dalam
belajar mengajm bahasaoral
melibatkan
guru
dansisw4
oleh karsnaitu
grnujuga
merupakan salah satukrmci
kebsrhasilan siswa(tunarungU)
dalam belajar
bahasaoral.
Adanya
hanrbatan
kecacatan yangdisandangny4 menyebabkan anak-anak trmarungu baoyak mengalami kesulitan
dalam
belajar
bahasaoral.
Seperti dikemukakanHardman
(1990:285)
dafianak-aoak normal, maka
kernampuan
perbcndaharaankata
pada
siswa-siswaumrtrtgu
adalah sangat scderhana dan terbatas. Oleh karenaitu
kreativitas gurudalam mencari pendekatan yang eesuai dengan kondisi anak dalam proses belajar
mengajar akan sangat membantu dan meningkatkan hasil belajar siewa.
Kelarnbanan perkernbangan bahas
a
o,ra[ anak-anak tunarunguseringl€li
mnyulitkan
para guru dalam proses belajar mengajarnyq apahrgr dalam kcgiatanbelajar mengajar seringkali
terjadi
dilema antara pencryaiantujuan yang
telahdiguiskan
denganrealita
kesanggupan anakdi
kelas.Kondisi
demikian
perlupertu dicarikan
jalaq
atau upaya pendekatan yangse$ai
dengankondisi
anak-anak tunarungu.Berkenaan dengan masalah-masalah
di
atas, maka penelitianini
b€rusahamengkaji
persoalan-persoalan sebenarnyayang
berkaitan dengan
pengajaranbatrasa
oraf
terutarna deirgan pendekatan siurasional interaktif.B. Rumusan
Masalah.
Foktu
permasalahan dalam penelitianini
diorientasikanpada
:
A.pekah metodesituaslonat
interalrtif (Sf)
bisameningkatkan kemarnpuan
berbahasaoral
pada siswatunarungu
Sebagai jawaban atas permasalatr tersebut maka dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitiarq yainr:
I.
Apakah
model
pendekatan situasional
interaktif
secara realitas
danfimgsional dapat me,ningftatkan kemanrpuan bahasa oral anak
ummngu?
2.
kngkah-langkah
apa yangperlu
dilakukan dalam pendekatan situasbnalI
3.
Apakah
anak-anaktunarungu
secarameirtal
dan
fisik
dapat mengikuti pembelajaran bahasa oral dengan pendekatan situasionalinteraktifl
C.
Delinisi
Operasional.Mengingat luasnya
persoalan berkenaan dcnganvariabel
penelitian
yangdilakukan
mr,
maka
supayalebih
terfokus
permasalahannyadiperlukan
adanyadefinisi
konsep.
Secaraoperasional,
maka
variabelnya
didefinisikan
sebagaiberikff:
1.
Kemampuan bahasaora[
dimaksudkandi sini
adalah kernampuan seseorangindividu
dalam
menyuarakanide-ide atau
gagasannya secaralisan
danmemahami pernbicaraan orang
lain. Kriteria yang
digunakan dalam kontekspenelitian
ini
adalah (1) dapat melafalkan eetrap fonem dengan betul,(2)
dapatmengucapkan
suku kata dan kata
dalam berbahas4(3)
dapat menaaggapiucapan atau pembicaaan
orang
lain
denganbetul
(4)
dapat menyampaikanbahasa
lisan
dengan irama dan intonasi yang baik.Z.
Psndekatan/metode SituasionalInteraktif
(SD, dfunaksudkan dalam penelitianini
konsep pengajaran batrasa
oral
deirgan
ctra
mengangkat
ataumenggunakan materi
pelajarandari hal-hal yang menjadi
pusatpefiatian
anak dalam kegiatan
pernbelajaran(PBM),
denganlangkah
pelaksanaanpembelajaran
meliputi (1)
pengembangan kondisilsituasional atauidentifikasi
obyek-obyek
yang menjadi
perhatian
anak saat
pernbelajaran
dimulai,misalnya dengan mernbawa anak
ke
luar
kelas unhrk memperhatikan suatuobyek
tertentu atau memulai
dengan cerita-cerita atauprm gambar-gambaratar kejadian yang mer{adi p€rhatian anak ke dalam kegiataa pembelajaan
di
kelas,
daq
(3) mcqgernbangkan kejadian atau hal-hal yang meirjadi pcrtratiananak ke dalam materi bahasa oral secara spontan ruurprul
terpimpiq
scrta(4)
dalam pembelajaran bahasa oral dilakukan koreksi atau perbaikan-perbaikan
BAB
U
TIJAUAN PUSTAKA
A
KonsepTunarungu.
Tunarungu adalah istilatr yang mcnggambarkan suatu keadaan atan kondisi
tidak b€rfungsinya organ pendengaran ses€orang secara
normal,
sehingga secarapedagogis diperlukan adanya pelayanan pendidikan dan bimbingan s€cara khusus.
Pengertian serupa
juga
diajukan oleh konferonsi eksekutif sekolah-sekolah unhrkanak tunarungu
di
Amerika tahtrn
1938,yang lebih
menekankan pada derajat ketunaanyang
di
sandang. SementaraBlackhurst
(f98f:f64)
menggolongkan anak tunarungu menjadi dua, yaitu(l)
thednol
dn
(2)
thehard of
hearing, yartgmasing-masing
memiliki
konsekuensi
tersendiri
dalam
kcmampnran berbahasalwicaranya.Ini
mengingat, batrwaistilatr hnarungu menunjuk
pada gangguan firngsi pendengaran dalam rentangan dari taraf ringan sampai gangguanberat.
Dari
masing-masingderajat
kefimanmguan (gangguan pendengaran) padapenyandang hrnarungu
memiliki
konsekusnsitersendiri dalam
masalah bahasaoral
Hubrmgan yang demikian anttralain
diielaskan olehHallahan
(1988:273);Winitz
(1969); serta Blackhurst (1981).
Beberapa kelematranwicara
anaku.marungu biasanya disebabkan oleh gangguan pendengaran dan gangguan pada
organ
bicar4
Winitz
(1969:172) dalam studinya antara
lain
meiryimpulkarU bahwa organ-organ wicara seperti otot-otot lidatr, ketegangan padamulut
s€ctraberlebihan serta
kekakual lidah
sangatmenggtrlggu
dalam
bgrbahasa anaktsrkait
dengan
psngalamannyadalam
berbahasaverbal.
Sedang
Birch
and Belmont (1964),Gutrie
(1974> dalamBlackhurt
(1981:373) melaporkaq batrwapada
umurmrya mereka
ti&k
memiliki
kesmggupan
dalam
mcngasosiasikanantara simbol-simbol dan suara (tulisan dan
bmyi
ucapan). Demikian pula merekabauyak mengalarri kegagalan dalam menjodohkan ucapan dan tulisarmya.
B.
Kajian
Bahasa Anak Tunarungu.
Batrasa
bagi
anak
tunarungu merupakan persoalan
tersendiri,
berkaitandengan
kondisi
indera
pendengarannya. Perkembangan batrasadan
bicaranyatsrheflti
pada saat merabarq atau hanyadua
tahapyang
dapatdilaluinya yaitu
motorik
(menangis) dan meraban.Meniru
umunmya
sudah sangatsulit
rurtukdilakuaru karena mreka
tidak
dapat merespon bruryi-bunyi atau suara sekitarnya.Kondisi demikiarL
menyebabkan anak-anaktunarungu mengalarni
hambatandal^arn perkembangan berbahasa dan
berbicar4 miskin
kosa kata,sulit
mengarti-kan kata-kata abstralq dar. kata-kata yang kompleks.
Berlcenaan
dengan
pernrasalahanMahasa mr,
Blackhurst
(1981:122) menjclaskan:A
child has a langudgef,robfm
when she cannot adequdely rcceiveard
sendmessago about her
world.
Such children do possess knowledgeof
theansolv€s andtheir envirouruncflts, but they carurot
talk
aboutthsm meaningfuly or
rmdergtmdwhen other people do.
Anak-anak turarungu yang mengalami problern kebatrasaan pada tatrap awal
ffiembanganny4
umunnya
berkenaandergan kelainan
furgsional. Ada
tiga1. Resept{ yaitu
kelainan
dil
kezulitan
dalam
pfiErimaan,
atau penerimaandalam
berbatrasanyadi
bawah
usia
m€ntalnya.
Kelainnan mcnyebabkan anak-anaktunamgu
mengalami
kesulitandalam merespon dan mematrami bunyi-bunyr bahasa.
2.
Ekspresi{
yaihr kelainan berbatrasa yang berupa kesulitan atau hambatanuntuk mengungkapkan atau menyampaikan
ide-ide
dankeinginar
dalambentuk balusa verbal. Mereka kurang terbisa rmtuk mengidentifikasi suara
dan mengungkapkannya kembali.
3.
Campuraq
yaitu
kelainan berbahasa pada anak amarunguyang
betupahambatan atau kesulitan dalam menerima dan meirgungkan pesan yang
disampaikan secara lisan.
Persoalm
yang berkaikn
dengan bahasapada
anak
tunanmgu
tersebts,biasanya bermuara pada ketidakmampuao mendengar, persepsi
auditory,
meng-ulang dan keterampilan
motorik.
Namurq demikian bukan berarti anak tunanmgutidak
dapat berbahasaseqna
lisan
garnasekali. Adanya
pola
pembinaan danlatihan
be,rtahasayang
benar
yang
sesuai
dengan
kebuhrhan
anak,
akanmeintmgkinkan anak
tmarungu
untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi secaraIisan. Pembinaan berbahasa
lisan untuk
anaktunanrrgu
saatini
sudah banyak dilakukandi
eekolah-sekolahluar
biasa bagianB
(tmaruE
l),
khuzusnya untuk sekolah yang mengilflrti aliran oralis.C.
Pengajaran
BahasaOral.
Salah satu substansi pembelajaran batrasa
untrrk
anak-anak tunanmgudi
pendidikannya
adalahwicara.
Selainmeirjadi
arjuan pernbelajaranyang
telahdiprogramkan
di
SLB-B, pada rmrumnya para orangtuajuga
sangat mengharapkananaknya
unhrk
dapat berbicara.oleh
karenaitq
batrasa onalmdadi
pe*ratian!'ang
sungguh.-sungguhbagr para guru.
usaha
unfuk
rnengembangkankemampuan
bahasa oral, sebnarnya
suriah
dimulai
dengan
latihan-latihanmenyimak, latihan pcrnapasan dan pelemasan organ-orgao
bicaa.
Iatihan-tatihan
permulaan tersebut, selanjutnya dapat diaplikasikan pada
praktek
wicaa
dalamkegiatan pembelajaran. Melalui
altivitas
tersebut selanjutrya dapat dikembangkankemampuan berbicara dan bahasa anak secara optimal.
Dalam pengajaran bahasa oral pada anak trmanurgu unrunnya sudah dilakukan
sejak kelas
persiapan
(TKLB)
secara
indMdu.
Ini
dimaksudkan
untuk mengkondisikanatau
penyadarananak
terhadapfonologis dan artikulasi. Di
dalam kegiatan
pembelajaran
pada
kelas-kelasyang
lebih tinggi,
praktek pernbelajaran bahasa oraldilakukan
dengan dua teknik pembelajaran yang salingberkaitarL
yaitu
secara spontandan terpimpin
.
Kedua
teknik
tereebut dapatdijelaskan sebagai
b€rikut
l.
Teknik
Spontan.Teknik spontan
d{am
pengajaran batrasaora[
merupakan salah satu b€ntukkegiatan pembelajaran bahasa oral yang dilakukan de,ngan cara menstimulasi atau
memotivasi anak secara
lanpung
untuk mengungkapkan secaraverbal
apayang
dilihat
atau diketahuinya. Anak diminta untuk mengrmgkapkan atau menyebutkanapa
yang
dilihat
atau diketatrui pada kegiatan-kegiatansebelumny4
sebisanya.misalnya satu kata atau
lebih.
Di
sini yang diutamakan adalah keberanian anakdalam
mengungkapkan pengalamannyaatau
berekspresi secara
verba[
dan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat dikoreksi pada tahap berikutnya.Pada kenyataanny4 pengajararan bahasa oral secara spontan
ini
lebih
sulit
dilakukan anak
daripadaterpimpin. Unhrk
itu
latihan akan
lebih
baik
apabiladimulai
denganwicara terpimpin. Kendati
demikia4
adapula
guru-guru yangmeirerapkan wicara spontan terlebih
dahulq
baru dilanjutkan pembelajaran secaraterpimpin dalam kegiatan pembelajaran.
Hal
dsmikian bisa sajadilakukaq
sebabkaraktsristik
anak tunarungu sangat berrrariasi,di
samping siarasi pembelajaranunhrk masing-masing sekolah
juga
tidak
samE namlmyang
penting bagaimanakegiatan pernbelajaran wicara dapat memberikan hasil yang optimal.
2.
Pembelajaran Bahasa Oral Secara TerpimpinPada umumnya
mengucapkan suatumateri pengajran
secara langsungdigunakan kalimat-kalimat yang sedertrana atau yang pendek-pende& yang mudatr
diingat anak.
Demikian
pula mengpnaijumlah kalimat
ataubaris,
cukup dengandua atau
tiga
baris saja. Unurk
memudahkananak, rnaka pada
umumnya penggunaankalimat
digunakandalam
bentuk
cerita.
Kerangkacerita tersebutselanjutnya dapat diubah deirgan kata-kata
yang lairL yang
momudahkan siswadalam mcmpelajarinya.
Penerapan teknik pembelajaran bahasa oral eecara rcrpimpin dalam kegiatan
pernbelajaran pada
intinya dimulai
dengan materiyang
telah
dipersiapkan olehguru.
Anak
diajak untuk
mematramimateri-materi
yang
disaupaikaq
danmengungkapkannya secara lisan. Stimulasi ucapan
dilakukan oleh guru melalui
pefianyaan-p€rtanyaan atau permintaan kepada siswa
untuk
mengucapkankata-kata atau
kalimat
yang telah dipersiapkan Perangrru
dalam pengajaranwicaa
terpimpin
ini
sangat
kareoa s€lain harus mernpersiapkan materi,juga
melakukan koreksi dan bimbingan-bimbingan dan pengarahan-pengaratran khusus
dalam pernbelajaran tersebut sesuai dengan kebututran individu.
Di
dalam
pelaksanaanpembelajaran
schari-hari,
penggunaan
tekniktsrpimpin
jarang
ditampilkanseftra
eksklusif, dan umumnyaini
dikombinasikandengan
ieknik
spontan. Kedua teknik tersebut sebenarnyajuga
saling melengkapidan dipandang dapat mernborikam hasil yang lebih baik.
D. Pendekatan Situasional
Interaktif
(SDKegiatan
pembelajaran
rmtuk anak tunarmgu pada
tahap-tahap
awaltenhrnya
tidak
akan terlepas dengan pengalarnan-pengalaman yang diperoleh padakegiatarukegiatan sebelumnya. Karena hal-hal tersebtrt akan dapat mernbantu
&n
meudahkan dalam pros€s penrbelajaran, khususnya berbahasa oral.Pendekdan
SI
yang dirancang dalam konteksini
adalatrsrutu
pendekatan1'ang
fleksibe[ yang
mencoba mengangkathal-hal
situasional
yang
melrarikperhatian
anak unurk
diangkat
dalmr
kegiatan penrbclajaran.
Apabila
tidak
diJurnpai adanya suatu obyek tertennr yang meqiadi perhatian anak, maka
hal
itu
bisa
diciptakan
Sebelum kegiatan petnbelajaran dimulai, anak-anak diajak ke tuarkelas
ataujalan-jalan
untuk
melihat
atau mengamatikejadian
segala sesuatgmisalnya
ikan
berenangdi
kolam.
Selanjutnya anakdistimulasi
atau dimotivasiuntuk mengungkapkan peristiwa yang baru saja diperhatikan atau
diketahui
Di
dalam
pengungkapan
pengetalnrannya
tersebut
kemungkinan
pola-polakalimatnya
betum
sempuma.Hal
demikian selar{rtnya dibaaU
penyusunan struktur kalimatnya yangbetu[
meskiprur mungkin gramatikalnya sedertrana. Apayang
dilihat
dan diketahui anak mungkin sudatrdiajarkm,
sedangftan pengetahuanyang banr
umunnya
dituqiukkan melalui isyarat dan menanyakan namanya.Pendekatan siarasional
interaktif
sebagaialternatif
dalam pengajaran balrasaoral yang ditawarkan di sini, didasari adanya beberapa pemikiran:
1.
Anak-anak tunarunggmemiliki
pengalartan dan kenramptran bahasa oral yang tmik.Z.
Setiap anak tunarungu dimungkinkanuntuk
rnengunglrapkanpenglaman
atau hal-hal yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari
baik
di
sekolatrmaupnn di rumah.
3.
Hal-hal yang sedang menjadi perhatian anak pada saatitu
dapat digunakansebagai
materi
pelajararL
dengan memanfaatkan
luxtu
interes
danketertarikan siswa untuk berbicara.
4.
Gqru
dapat
berperan sebagaifasilitator dan motivator dalam
kegiatanpembelajaran deirgan pondekatan situasional
interaktif-Hipotesis
penelitian
yang
dirumuskan
disini
adalah:
Penggunaan sinrasionalinteraktif
dalam pe,ngajaran, dapat meningkatkan komampuan batrasaoral bagi anak tunarungu di sekolatl
BAB
III
TUruAAI
DAFI IVIANT'AATA
Tujuan Penelitian.
Beberapa tujuan yang yang
dihrapkan
dalam penelitian yang dhencanakanini
adalah:1.
Untuk
mernperoleh suatu model pembelajaran bahasa oral yang paling sesuaiuntuk
anak
umarungg
melalui
metode situasional
interaktif
dalam ke giatan pembelajaran.Z.
Untuk memperoleh gambaran tentang prosedur serta langkatr yang tepatdalam
pengajaran batrasa
oral
anak
tuluftlllgll
deirgan
model pendekatan situasional interaktif.3.
Untuk
mengotahui
apakah
anak-anak
tunarungu
dapat
meirgikuti pernbelajaran denganaktif
dan
interaktif
di
kelas
melalui
penerapan peirdekatan situational interaktif.B.
Manfaat
Penelitian.Hasil
penetitian
yang dilakukan
ini
akan
memberikaa ko,nkibusi
atau.smrbairgan
yang
bermaknabagi
pengembanganitnu
pendltikan,
ltrususnya p€ndidikanuntuk
anak-anakhmaru€u
di
sekolatu Srmrbangan dimaksud dari hasil penelitianini
socara spesifik adalah:1.
Akan
bermanfaat secara langsung dalam pembelajaran berbahasaoral
bagi penyandang
tunanmgu
di
sekolah terutama bErkenaan dengan kompetensi komrmikasi anak tunarurlgu.Diperolehnya
suatu model
pombelajaran
be'tbatrasaoral
(lisan) kfiususnya adalah pendokatan/mctodeyang
scsuai dcngankondisi
dankarakteristik anak umanngp.
Peningkatan
efektifitas
penrbetajran
berbahasaoral
bag
anak-anak hrnarungudi
SekotahIrar
BiasaBaoiafl
B
(SLB-B),
dalam
ranglca pcningkatan kualitas pcndidikan s€cara umum.BAB
IV
METODOLOGI
"{-
Variabel Penelitian
Eksperimen eksplorasi dirancang
untuk
keperluan pengujian
hipotesispenelitian
sebagai
bentuk
perlakukan
dalam penelitian tindakan. Vaiabel
independenr
dalam penelitian
ini
adalah
pendekatan
pembelajaraq
yangdiklasifikasikan menjadi
dua
yaitu model eihrasionalreflektif
dan model reguler.tr'ariabel moderator, tingkat ketulian diklasifikasikan reardatU
sedang
dan berat;kecakapan
akademik diklasifikasikan rendatg
sedang dan
tinggi;
kernasakansc'sial
juga
diklasifikasikan rendafu sedang dan tinggi.Variabel dependent dalam penelitian
ini
adalah kemampuan berbahasa oralskwa tunarungu.
Subyek
subyek dalam penelitian
ini
adalatr siswa-siswa tunarungudi
SLB-B,
yangdi.heiompokkan menjadi
2
(dua)
kelompok,dan
ditentukan berdasarkan tingkatLe hrliannya dim kebututran belajarnya Pada tahap awal implemeotasi eksperimen,
sa$yek direncanakan 42 siswa tunarungu.
Unit
analisis dalam tahap pelaksanaarg akan sangat tergantung darijumlatr
zubvek
riil
di
lapanganyang
dapatmemsnuhi
kriteria
a&ninistrasi data
yang -iryoroleh.Dan dari 45
siswa yang d[iadikansubye(
ternyata hanya38
orangsubyek yang dapat dianalisis.
trnsFumen
Untuk
me,lrgukur kemampuan
batrasa
oral
digunakan
tes
prestasirrchievement
test),yang
dizusun berdasarkanurjuan
pembelajaranyang
ingin
dicapar,
baik
pretes maupun postes. Kecakapan akademik subyekdiukur
dengan-4,chievement test subyek dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.
Tingkat ketulian
sebagaivriabel
moderator
diukur
dengan
insnumen pengukur pendeirgaran audiometer,dan dilengkapi
denganstudi
dokumeirtasifdocumentary sfudy).
B. Desain
Penelitian.
Psnelitian
ini
monrpakanpenelitian tindakan
(action Research)
dalam kegiatan pembelajaran mernbaca bagr anaknxrarungq yang
mencoba mencarimodel
pendekatanyang
sesuai dengan kebututran pembelajaran
bagi
anak trmarungu, sehingga dapat diperoleh suatrr model yang cocok.Kendati
demikian,f;rena
model
pembelajaran
yang
digunakan dalam penelitian
ini
sudah direncanakan sebelumnyqyaitu
dengan model peirdekatan sinrasionalinteraktif
(SI),
maka
pembelajaran bahasaoral
dilakukan sebagaibentuk tindakan
dalampenelitian
ini.
Adapun
alur
kegiatan peirelitian
yang dilakukan
ini
meliputi
beberapa
tahapan kegiatan penelitian penelitian
,
yang
secaf,:rvisual
dapat dijelaskan sebagai berikut:aFl !t !, =!) (D'-E'
a
$It
E=
tl EIoa
av)
I
r6rsE$
s
H
g *Hi a
gE
s
$[a
FB
T
6)
FiFl
O =' t, (hl= E
*€E
E=
F
EFU
Lr(D\ JH
EO
3X
oti
asE
2
f4T
hl' Hz
tdH
GT, (DD)Z-x
G2
E l<E rri
F*
EEg
tr<
te
Secara
rinci
plosedure
daupun
langkatr-langkahdalam
penelitian
yang digambarkan di atas, dapatdijelaskan sebagaiberilut:
pertama, peneliti
bersana-sama de,ngangruu
mengideirtifikasi
mak-anakilrnarungu
di
SIB-R
yang
akandliadikan
sampel atau subyek penelitian dalampenelitian ini.
Kedua, peneliti
bersama-sama
guru
mengidentifikasi
(assesment) permasalahan pernbelajaran(PBM)
wicara datam kelas, dengan cara observasinawancaf,a
dan
diskusi
permasalatran-permasalahanmeliputi;
kegiatan pvrnbelajaran wicara secara monyelurutq rnatgri kegatarU media dan pendekatan1mg
digunakan.Ketiga,
Berdasarkanhasil identiflkasi
tatrap pertam4peneliti
bersasra-sama,Cengan
guru
metumuskan
tujuan
dan
melakukan tindakan
yang
telatl direncanakan,yaitu
berupa penerapan pendekatar/metode Situasionalinteraktif
rSI) dalam pengajaran batrasa oral bagi anak nrnanmgrr. Tindakan-tindakan yang
dilakukan datam tatrap kedua
ini juga meliputi
curatr pendapat(bmin
storming),simulasi
dandiskusidiskusi
iebih lanjut untuk
mernperoloh ido-idebaru
dalampenerapan pendekatan situasional interaktif (SI).
Keempat,
peneliti
bersama-sana guru melakukanobsavasi, monitoring
dan*.ahusi
terhadap pelaksanaantindakan
kedu4
denganindikatot
keberhasilanantara lain (1) guru dapat mengidentifrkasi kegiatan-kegiatan pembelajaran wicara
i-ang telah dilakukarU
(2)
siswa dan gunr secara bersama-safira dapat memainkan p€ranannya secaraaktif
dalam peirgajaran wicara dengan pendekatan situasionalrnterakti! (3)
adanyamotivasi
dan semangat belajar padasisw4
dan(4)
adanyapeoingtatan
kemampuan bahasaoral
pada anak
sebagaihasil belajar
d€nganpendekatan situasional refl
ektif.
Kelima, peneliti bersama-sama dengur gruu
melalukan
analisie, sintesis danmenrberi makna terhadap
hasil
tindakan unhrk
selanjutnyadibuat
kesimpularlapakah
pertu
adanya
perbaikan/perubahan s€caraumum, serta
memikirkanlangkatr selaqiutrya
yang bisa
ditempuh
unhrk
penyempurnaan
model perrbelajaran ini.1.
Mendiagnosis
kondisi awal
subyek
sebelum
keglatan
pembclajarandilakukaq
sehinggatindakan
dapaldilakukan
denganbaik
sesuai
apayang telah direncanakan.
2.
Memonitor
kegiatan sertahasil
kegiatan pernbelajaranyang
dilakukandalam rangka
pencapaianttrjuan yang telah
ditetapkan
berdasarkanpendekatan yang digunakan.
BAB V
IIASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAIIASAN
,t
Lokasi Penelitian.Penelitian
tentang
pernbetajaranketeranpilan
membaca
deirgan
modelSmrasional
Interaktif (SD
ini
dilakukan
pada anak-anaktunanmgu
di
SLB-B:"rseri
I
Bantul
Yogyakarta.
Perlu
dijelaskan
di
sini,
bahwa
sekolah
ini
:ien-rpakan salah satu sekolah untuk anak hrnanrngu yang tertesar
di
Yogyakarta.ts
PelaksanaanTindakan
Inti
dari kegiatan penelitianini
adalah tindakan berupa kegiatan pembelajaran;,ff9afl
menerapkan pendekatanyang telah
direncanakansebelumny4
yaitr
:<ndekatan/metode
situasional krteraktif
(SI).
Mengingat model
yang
akanrlsrapkan
telah direncakana sebelumny4 maka tindakan kegiatan pembelajaran':lakukan.
D
dalam
pelaksanaanny4tindakan dilakukan
sebanyak4
kali
dalam
2:l:^aran
kegiatarqdi
mana
setiap putarandilakukan tindakan berupa
kegiatan :,Enbelajaran selama90 menit.
Di
dalam
setiap tindakarUdilakukan
evaluasi::ieksi
dan kolaborasi dengan guru-gurudi
sekola.Padatahap
akhir
kegiatan*l:kun
evaluasidan refleksi,
dengan tahapankegiatan
selengkapnya sebagaiic--ilut:
I
Putaran
Pertama
ft* Tindakan Pertama
Pada tindakan pertam4 dilakukan kegiatan
pembelajaran bahasa
oralrEatment), dengan menerapkan
model
SI
yang
telah
direncakanpada
subyekmak tunarungu), dengan urutan kegiatan:
1)
pemberian tindakan berupa pembolajaran pencrapan metode SI
-
pengombangan kesiapan pembelajaran-
me,ngidentifikasipedutian (situasional)-
mengangkat perhatian anak ke dalam materi pelajaran2)
monitoring dan e'valuasi.h.
Evaluasi.Evaluasi
dilakukan
selama dan setelah kegiatan penrbelajaran bahasa oralrerlangsung. Observasi digunakan
sebagaiteknik
evaluasi
selama
kegiatanrernbelajara
berlangsung
serta
posttestwrtr*
mengukur
hasil
belajd
yang r:Epa,a dan dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran.r"
Refleksi.Dari hasil
evalusiyang
telah dilakukaru selanjutnyadilakukan
refleksi
dan:ts!'-{lcanium kegiatan tahap
2.
Refleksidilakukaq
tertradap l}ros6s pembelajaranffngsn
model
yang diterapkan pada tahapl.
Hasil
belajar
benrpa kernampuanti.rtahasa oral subyek. Dari refleksi
ini
selanjutrya disusun rtncana tindakan padau,hry 2. yang benrpa perbaiican-perbaikan dari model yang diterapkan pada tahap
:
d
Kolaborasi
Kobboraai dilakukan
antarapeneliti4 dan
grru-guu
diekolatr
di
mana ramt,eiberada
Setelahdilakukan
tindakan padatahap
pertama(SI-1)
banyakrc*;a.h masukan-masukan
dan
koreksi
yang
diberikan
oleh
gurq
diantaranya::,n:mangh:t persiapan
pemblajaraq ssperti
latihan-latihan
artikulasl
:rm"a5as<m: mengagkat matcri-materi pclajaran yang menarik
minat
subyek:
sertadalam kegiatan pembelajran dalam mengdur
posisi
kelas,
dan
aktivitas pernbelajaran sec;ra koselurutran.L
Tindakan
Kedua
&
Tindakan
Pada
thdakan keduq
putaran
psrtam4
dilakukan kegiatan
pembelajaran'ffiahasa
oral,
dengan menerapkanmodel
SI-l
yang telatr
direncakan
padasubyek (anak
twnnrngu),
dengan urutan kegiatan:1)
pemberian tindakan pembelajaran berupa paerapan model SI-1-
pengembangan pertratian sinrasional-
Refleksi mengei pe,rtratian atau hal-hal yang menarik anak-
Pengernbangtrr battan cakapan-
pemahaman ucapan dan kata-kata-
mengenalstrukhr
kata dan kalimat dalam berbalusa oral2)
monitoring dan evaluasi.h.
Evaluasi.Evaluasi dilakukan. sel,ama
dan
setelah kogiatan penrbelajaranbatusa oral
heriangsrurg.
Observasi digunakan
sebagaiteknik
evaluasi selama
kegiatan:arnbelajara berlangsung serta posttost
wthrk
mengukur
hasil belajar
yangcn;apai, dan dilakukan pada alJrir kegiatan pembelajaran.
i.
Refleksi.Dari hasil
evalusiyang telah
dilakuka4
selanjutrryadilakukar refleksi
danr,ervncanaar kegiatan tal:.arp
2.
Refleksi dilakukarU terhadap proses pembelajaranlnrgan model yang
diterapkan pada
tahap
SR-l,
dan hasil belajar,
berupal:rranpilan
membaca subyek.Dari refleksi
ini
sela4iutnya disusun rencana::n,iakan
pada tahap
2,
yang
benrpa
perbaikan-perbaikandari
model
yang:irrrapkan
pada tahap
2
denganmodifikasi
Di
sini
ada
sedikit
penrbatrar/ :,-rtaikarq yakni:1)
Pengembangan situasional dengan cara meirgajak anak ke luar kelas unurkmemperhatikan suatu obyek atau kejadian.
2)
Pengembangan latihan-latihan penupasan dan organ bicara.e
Kolaborasi
Kolahrasi juga
dilakukan
antmapeneliti
dan gunr-guru
disekolatr
padl
:ar,rc kedua
(sl-l)
masihbanyak
masukan-masukan dan koreksi yang diberikan :,1:hsuru.
diantaranya menyangkutjuga
menyangkut pereiapan pembelajararq,-',as:e
juga
berkenaan dengan latihan-latihanartikulasi,
pernapasan; penggtmiumr,merl
mareri-materi pelajaran yang menarikminat subyek:
juga
dalam kegiaran:,mLrelajaran
dalam
mengaturposisi
kelag dan
aktivitas
pembelajaran s@ara*::re ltumhan, mernotivasi siswa.
-.
Putaran
Kedua
iL
Tindakan Pertama
Pada
tindakan pertamE putaran
keduq dilahrkan
kegiatan
perrbelajaran:rr5'ahasa oral (treaftnent), deng;an mencrapkan model SI-2 yang tclah direncakan
:,*,i
r
zubvek (anak hrnarungu), dengan urutan kegiatan:L
l
pernberian tindakan benrpa penrbelajaran penerapan model SI-2.-
pengembanganperhatiansituasional-
latihan pemapasan dan pengucapan fonern-
Refleksi perhatian (situasional) anak-
Berbahasa oral se,cara terpimpin dan spontan dalam pembelajaran-
mengflralkata dan kalimat dalam berbahasa ora[.I
r
monitoring dan evaluasi.n,
Evaluasi.I'"aluasi
dilakukan selama
dan
setelah kegiatan
pembelajaran
wicara:^mi"ar:"gsung. Observasi
digunakan
sebagaiteknik
evaluasi
selama
kegiatan:n:m,ceiajara
berlangsung serta posttest
rurtuk
mengukur
hasil belajar
yangiunar-
dan dilakukan pada aktrir kegiatan pembelajaran.:
Refleksi.Dari hasil
evalusiyang tclah
dilakukarU selar{utnyadilakukan
refleksi
dan:rtrE.ft;mium kegiatan tahap3.
Refleksi
dilakukan, tcrhadap proses pembelajaranrcngan
model yang
diterapkan pada
tahap
SI-3,
dan hasil belajar,
berupa*neranpilan
membacasubyek.
Dari refleksi
ini
selanjutnya
disusun rencana :mdakanpada
talup
4,
yang benrya
perbaikan-perbaikandai
model
yang a'-rapkan pada tahap 3 sebagai berikut:1)
Peningkatanintensitas
pengirjaran bahasaoral
sec&a
terpimpin
danspontart.
2)
Pengembangan media peardukung bcrupa tulisan dan ucapannya.f
Kolaborasi
Kolaborasi antara
peneliti
dan guru-guru disekolah pada tahap ketiga (SI-3)i;bih
banyak berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran serta bebcramasukan-nasukan
yang
bersifat
korektif
dari
tindakan-tindakan sebelumnyE
yang:'*(aitan
dengan persiapan pembelajaan;
materi-materi pelajaran yang menariknrnat
subyek
serta dalam kegiatan pernbelajaran,
dan aktivitas
pernbelajaranrsara
keseftrruhan.4,
Tindakan
Kedua
n-
Tindakan
Fada putaran keempa! dila*ukan kegiatan
pembelajaran bahasa
oralitament),
dengan menerapkanmodel
SI-3 yang telah direncakan pada zubyekar,,aii trmanrngu), dengan urutan kogiatan:
i)
pernberian tindakan benrpa pembelajaran bahasaoral
penerapan modelSI-3
-
identifikasi
dan pengernbangan pcrhatian anak (situasional)-
latihan pernapasan dan pengucapan fonem-
Mengangkat sitrasional (hal-hal yang meqiadi p€rhatian aoak)-
pernahaman kata dan kalimat ujaran dalam batrasa oral-
InteruitasMatrasa
oral terpimpin danspontan-l)
monitoring dan e'valuasi.h,
EvaIuasi.Evatuasi
dilakukan
selamadan
setelah kegiatan pembelajaran batrasa oral:m'r;rngsung.
Obseilasi
digunakan
sebagarteknik
evaluasi
selama
kegiatan;em:helajara
berlangsung serta posttest
untlrk
mengukrn
hasil
belajar
yang:u,,up,ai, dan dilak:ukan pada alihir kegiatan pembelajaran.
,L
Refleksi.Dari hasil evalusi yang telatr dila*ukarL solanjutnya dilakukan
reflsksi
danp€:rErrcana:m kegiatan tahap
4.
Refleksidilakukaq
terhadap ptroses penrbelajaranicmgan
model yang
diterapkan pada tatrap
SR-4, dan hasil belajar'
berupa*.:rerampilan membaca
subyek
Dai
refleksiini
selanjutnya disusun suatu model;en*leka1an
yang
sesuai dengankondisi
anak
tturartmgpyang
berupa
model:emdekatan situasional interaktif.
C
F{asilTindakan
dan PembahasanDari
tindakanyang
tetatr dilakukan terttadap38
subyek,selmra
2
kali
:r{r,,.ararL dan masing-masing
2
(dua)kali
tindakan kegiatan pembelajaran, maka:,,ruil 1'ang diperoleh adalah sebagai berikut:
Ptnrran
Pertama
-'rmrlakan 1. Pada putaran pertama tfudakan pertama
(Sl-1)ptugajran
bahasaoral
terhadap
38
orang
subyolt,
hasilnya ternyata
tidak
ada
subyckmengalami
perubahan kemampuanMatrasa
mal
jika
dibahding dengannilai awal bal*an
adal(aatu)
orang rubyek yang mongalamipenurunan
nilai,
dan
ruta-tata kernanrpuan bahasaoral yang
dicapai(X)
=
6,16
dari
rata-ratanilai
awal
(X) =
6,18
beberapa kesalahan yang terjadi adalah:1.
Secaraumum
subyek/kelasmasih
belum
terkondisikan
dalampernbelajaran dengan pendekatanimetode SI.
Z.
Subyek masih banyak yang mongalami kesalahan/kesulitaa dalamponyampaian gagasan atau ide-idenya secara
lisdL
3.
Intonasi
dan
irama
suaratidal/lnrang tcratur (kadrttg
sangattinggl
kadang sangat rendah, Pernapasan belum t€f,afirr'4.
Beberapa subyek mengalami kesalahan yang berulang-ulang padapengucapan fonem (konsonan) yang sama'
5.
Secara keseltrmhan kemampuan bahasaoral masih belum
lancardan belum banyak perubahan dari kemampuan awal'
l:,::*an
2.
Pada putaran psrtarnE tindakan kedua
(Sl-2)tcrnyata
hasilnyaterdapat
4
(crnpat) orang (10,539lo)dari 38
subyokyang
mengalamipcrubatran
lebih baik,
sedangnilai
rata-rata kemarnpuan berbahasaoral yang diperoleh
(X) =
6,26
kesalahan yang masih sering terjadiadalah:
l.
Interaksi antar siswa masih belumtcrjdin
secaraakti{
terutamadalam merefleksikan kejadian atau obyek yaflg merljadi perhatian
awal dalam Pembelajaran
2.
Masih
adanya
eiswa-siswayaflg
me,ngalamikesulitan
dalautmelafalkan
fonenl
khususnya konso:nan3.
Intonasidan
irama membaca masihbcltmr
bisa dilakukan
olehsubyek dengan baik.
4.
Masih
ada kesulitan dalam menanggapi ucapanorang
lain
(ini
terkait dengan sPeech reading).
:'.i-uran
Kedual"mariran 3. Pada putaran kedua tindakan pertama (SI-3) ternyata haailnya zudah
ada
perubahan
kearah
peningkatan kemampuan berbahasa
oral,dimana
terd4pat 14 orang dari38
(36,84yo)subyek yang mengalamiperubahan
lebih bailq
dengannilai
rata-rata kemampuan bahasa oralyang dicapai
(X)
=6,63
HaLhatyang
tsrjadi adalah:i.
Dalam
merefleksikanobyek
pertratian(situasioral) masih
hanrsdipandu guru semra intensif.
2.
Intonasi
dan irama
membacamasih
kuang
tetapi
sudah
ada sedikit perkembangan.3.
Pemahamankata masih
kurang
tenrtarnarmtuk
kata-kata
yangdianggap asing.
4.
Subyek juga masih kurang lancar dalam menanggapi pembicaraanoraflg lain secara lisan.
lrmur"i"lran
4
Pada putaran kedua tindakan kedua(SI-4),
hasilnyatsrryata
cukupbaik
yaitu
terdapat
26
orang
dari
38
(68,4296)
subyek
yang mengalami peiubahan kanampuan berbahasaoral lebih
bai(
sedangnilai
rata-rata kemampuan batrasa oral yang dicapai(X) =
6,89,
darinilai
awal kemampuan berbatrasa oral subyekyang dicapaiyaiur
(X)
:
6,18.
Di
sini
terjadi perubalun perilaku
atau kemampuan berbahasa oral yang signifrkan dibandingdengan
kemampuanawaf
antaralain
juga
ditunjukkan adanya:Subyek sudah
mulai tertiasa
dengansituasi
pembelajaran yangmenggunakan pendekatan/metode
sitruasional
intrraktiq
dalampembelajaran bahasa oral di keLas.
Interaksi antar
subyek
mutai terjadi
Eecaraaktif
dan
atraktif, terutamaterkait
dengan materiyang
diangkatdafi
sinrasi-siUusiyang terjadi atau dikondisikan sebelumnya
Pernbelajaran
dapat
berlangsrmg
dengan
lancar,
mengikutipendekatan/ metode situasional
interaktif
(SI) yangdigunakan-Subyek
juga mulai
lancar dalam mengucapkanfonenr,
kususnyakonsonan.
5.
Kata-katadan
kalima!
sudah sebagian besardi
mengerti
serta secara sederhana telah bisa menanggapi pembicaraan oranglain
secara lisan.
Dari
empat
kali
putaran
tersebu!
ternyata pada putaran
ke
empat j,engm meirgaplikasikan SI-4, telah menu4iukkan perubatran yang berarti.Melalui
analisisstatistik nonparametik
denganformula The
Kruskal'.\-allis
(f{
Test), untuk
mengetahui perbedaan kemampuan antara pmggunaan metode atau pendekatan reguler (padanilai
awal)
dengan pendekatan Situasional,traktif,
pada akhir putaran keernpat, maka hasilnya adalah:1227
H=
----
(31_
+
R2
)-3(n+1)
N(n+l) nl
rA
nl
:
38
Rl
:500,16
n2 =38
R2 = 1879,87t.
)
3.
4.
12
(500,16)
(1879)H- ---- (--.-
+
--)-3(76+l)
76(76+t)
38
38g
:
q0024058099 (99494,763)-
231H:239,365 -231
H:
8.365Catatan
Ho
diterima bilaH
<0,05 df
2:
5,99.Dcngan
demikian
dari hasil
penelitian
ini
Ha diterima
yang
berartitdEldar
SituasionalInteraktif
(SI)
efektif
rurtrk
me,ningkatkan keterampilanI
'
-
-l
oral anak tunarungu.i
BAB
VI
KESIMPULAII DAN
SARAN
-l"
Kesimpulan.Dari hasil
pengolahandan
analisisdata
yang telah
dilakukan pada
babuet'elumnya
,
maka
beberapa kesimpulandapat
disarnpaikandi
sini", sebagai :rerihrt:2.
Temyata
sebagian
besar subyek
(68,420/o)
terjadi
peningkatan kemampuan berbahasaoral
dalam
peinbelajran
dengan pendekatansituasional
interatif.
Ini
berarti,
batrwa
model
pembelajaran dengan pendekatan SI dapat meningkatkan kemampuanwicara
anak tunarungusecara
efektif.
Dengan demikian, hipotesisyang
berbunyi; Penggunaanmetode
situasionalinteratif
dalam
pengajaran,
dapat mcningkatkankemampuan bahasa oral bagi anak
tunmurgu di
sekolah dapat terbukti.Dalam
kegiatan perrbelajaraq dengan
peirdckatan
SI,
siswa menrmjukkan adanya aktivitasyang
akaktif,
interaksi
antarsiswa
danantar sigwa-grrru dapat berjalan dengan lancar.
I,ar.gkah pelaksanaan pendekatan SI,
di
sini
adalah(1)
mengidentifikasidan atau mengajak siswa gntuk memperhatikan suatu obyek
tertentt\ (2)
menstimulasi
dan
merefleksikanobyek
tersebutdi
dalam kelas baik
secara spontan maupun
terpimplq (3)
memperbaiki peirgucapan foneindan struktur kalimat siswa, dengan melakukan lathan-latihan pernapasirn
dan senam
argm
bicara(4) mcrnperkenalkan intonasi dan irama batrasaoraf (5)
memotivasi
siswa unhrk berdialog antar teman,
dan
(5) waluasi.f
-E-n*cr+a
saran bisa disampaikandi
sini
be'lkenaan dengan hasil penelitianlruddr
dilakr*an,
berkaitan dengao peoggunaan model pendekatan sihrasionalfuttif
($I)
dalam pembelajaran bahasaoral.
Saran-saran dimaksud antaralain
mc&p
hal{al
sebagaiberi*ut:
,
t-
f,)i
dalam
proses
pernbelajararLkebutuhan
belajar
indivi&
pertumendryatkan pertratian yang
seriug
terutama meiryangkut kernampuanbcrtahasa oral anak tunarungu.
L
Feadetatan siarasional
interaktif,
merupakan
altematif
pendekatanpmbelajaran
yang
mqrarik
dan
terbuktif dapat
membantumingtattan
kemampuan berbatrasa oral anaktmanmgp.
Oleh karenaitu
sebaiknya
dapat
di
gwakan
secara
teratur dalam
kegiatanpembelajaran batrasa di kelas.
3.
tfohrk
msnarik
pertratian
anak atau
menciptakan
situasi
yangmenyenangkaq
guru
sebaiknyadapat
meircarikanatau
mencbtakanrfuasi*itrasi
yang atraktif, yang
dapat digunakan
dalam
kcgiatanpcmbclajaran.'
{-
Lhtuk
me,ngalawi kegiatan pernbelajaran berbahasa, seharusnyajuga
firnulai
dengan
latihan-latihan
organ bicara dan
pernapasan padapcoyadang
tunarurungu di sekolah.DAFTAR KEPUSTAKAAN
r":h:nbaclr,
T &
Howelt,
C
(t989), Are America's
Children Prablem
Getting Worse?A
13
Year Comparison, Journalof
The American
Academyof
Child and AdolesceirtPsychiaty,
November'B.eliugi,
U
(L972),
Psycholinguistic and Totol Communication, WashinglorqDC:
American Annalof
The Deaf.F-riackhurs!
A.E
&
Berdine,H.W
(1981),An
Introduction to
Special Education, Boston:Little,
Brown&
Co'lkbaryshe,
BD
&
Fryxell,
D
(1D8),
A
Developmental
Perspective onAnger:
-
Family
and Peer Contexts, JournalPsycholory
in
Schools,Volume
35, No.3.En'ing kene
&
Ewing
AWG
(1954),
Speechand
The
Deaf
child,
oford:
Manchester UniversifY Press.FNKTI
(1993),
PengembanganProgram wicara dan
Menyimak
Bagi
A.nakTunarungu,
Irpor*-
Flasil
Irkakarya
dan
PenatarargJakarta:
Tidakditerbitkan.
Freernan,
RD
(1984),
Can't
Your
Child
hear?-4
GuideFor
Those Who Care About Deaf Childrea, Baltimore: University Park Press'Goodenougtr,
FL
(1956), Excepfionalchildren, New York: Appletor;
century
Croft Inc.Hallaharr,
DP
&
Kauffinan,
JM
(19SS), Exceptional Children,-lntroduction
to SpecialEducation,46
Editioq
New Jersey:Prentice-Hall
ktc.Hardman,
ML,
et.al (1990), HwnanExceptionalif,
Boston:Allyn
and Bacorq Inc'Hartley,
ET,
et4
(1993), , Self-Modeling As An Intervention To Increase Stadent Classroom Participatian, Journal Psychologyin
Schools,Vol.33.
No.4.Klausmeier,
HJ
(1980),Learning and
Teaching Concepf,New
York: Allyn
and Bacon, lnc.Liberu
LS
(1978), Deaf Children:
Developmental Perspectives,New
York:
Academic Press.Liedtka, JM
&
Rosenblunr,IW
(1998/,
Teaching StrategtAs
Design:A
ReportFrom
TheField,
Journal of Management EducatioryYol.Z2 Num. 3.h It, (lsD|l\
Teacher'sIn-Sertice
Education:A
ProposalFor
Turningffi:r
I*o
Terchers researchers, Inte,tnationalReview
of
education,b{3,No&5+.
EA
&
Pdo,
JR
(1993),
StrategiesFor
TeachingLearners
WithWd
Ih?A,
NewYork:
Macmillan PublishingCo-m*
B$
(l9t3}
Yerbal Interaction
of
Studentand Their
Teachersin
fl16rrams,
American Education Research Journal,Volume 20,
Numbere-nF
(1989), Theories tJnderlying student Development,ASI{E
Reader onOil?€tr
Stld€nt, Indiana: Gin Press.Gg99I
Suatt Model
Pembelaiaran MembacaBagi anak
TunarunguWi
ndifilcasi
Keterampilan Da.rar, I-aporan PEnelitian, Yoryakarta:Ilhrcrritas
Negeri Yoryakarta.Cn
cLd
(1991), The Will and The Ways:D*elopment
and
Validationof
b l#*idtal
Differences Measuresof
Hope, Joumalof
Personality andflcid
Pqrcholory,
Volume 4.G
&
t-ils€{t,
SC (1978), Educationol Assesmentof Learning
Problems:tatiry
For
Teaching, Boston:Allyn
&
Bacorq Inc'E
G969) Artictiatory
Acquisition
and Behaviour,New York:
MeredithCmpraion-III,
c*.at (1998),Index
of
Science Readind Awareness:An
Interactive
-hmvctiveModel,
Journalof
Research in Spience TeachingVol.
33.