• Tidak ada hasil yang ditemukan

survei terpadu biologi dan perilaku 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "survei terpadu biologi dan perilaku 2011"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Survei Terpadu Biologi dan Perilaku 2011

Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011 ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran besaran masalah, faktor risiko, pengetahuan dan cakupan program, sehingga dapat diketahui dinamika epidemi HIV di Indonesia. STBP 2011 dilakukan di 23 kota/kabupaten di 11 provinsi, dimana sebagian besar kota/kabupaten terpilih sama dengan kabupaten/kota (lokasi) STBP 2007.

STBP 2011 bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan IMS (sifilis, gonore, dan klamidia) pada populasi paling berisiko (berisiko tinggi) dan mengetahui tingkat pengetahuan tentang HIV-AIDS, perilaku berisiko tertular atau menularkan HIV, dan cakupan intervensi program pada populasi paling berisiko dan populasi rawan.

Disain STBP 2011 menggunakan disain potong lintang (cross sectional) dengan sasaran STBP (populasi) sebagai berikut: 1) Populasi paling berisiko yang terdiri dari Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) dan tidak langsung (WPSTL), Pria Potensial Berisiko Tinggi (Pria Potensial Risti), waria, Lelaki Seks Lelaki (LSL), Pengguna Napza Suntik (Penasun), dan Narapidana (Warga Binaan Pemasyarakatan=WBP), dan; 2) Populasi rawan, yaitu remaja. Pria Potensial Risti terdiri dari supir truk, pelaut, Tenaga Bongkar Muat (TKBM), dan tukang ojek.

Metode pengambilan sampel terdiri dari: 1) Two-stage PPS untuk WPSL, WPSTL, pelaut, TKBM, tukang ojek, waria, WBP, dan remaja; 2) Time Location Sampling (TLS) untuk supir truk; 3) Respondent Driven Sampling (RDS) untuk Penasun dan LSL. Besar sampel untuk WPSL, WPSTL waria, LSL, Penasun di masing-masing kota terpilih adalah 250 orang. Besar sampel untuk Pria Potensial Risti adalah 300- 400 orang (tergantung tipenya), sedangkan untuk WBP adalah 400 orang, dan remaja sebanyak 1000 orang.

Data yang dikumpulkan pada STBP 2011 meliputi data perilaku dan biologis. Data perilaku dikumpulkan dari seluruh popuasi survei. Sedangkan data biologis dikumpulkan dari populasi paling berisiko, dan dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Pengambilan darah vena WPSL, WPSTL dan waria serta pengambilan darah perifer pada Pria Potensial Risti, WBP, LSL untuk pemeriksaan HIV dan sifilis; (2) Pengambilan sediaan apus vagina (WPSL dan WPSTL), dan sediaan apus anus (waria dan LSL) di beberapa kota untuk pemeriksaan gonore dan klamidia.

Jumlah responden (populasi) STBP 2011, yaitu sebanyak 25.150 orang, tersebar di 23 kabupaten/kota di 11 provinsi di Indonesia. Sebanyak 8.309 orang merupakan populasi paling bersiko yang diambil data perilaku, HIV, sifilis, gonore, dan klamidia; Sebanyak 9.819 orang merupakan populasi paling berisiko yang diambil data perilaku, HIV dan sifilis; dan sebanyak 7.022 orang merupakan responden remaja yang diambil data perilaku.

Karakteristik Responden

(2)

␣ Median umur pada masing-masing populasi adalah Pria Potensial Risti 34 tahun, Narapidana 31 tahun, waria 31 tahun, WPSL 28 tahun, WPSTL 28 tahun, LSL 27 tahun, dan Penasun 25 tahun.

␣ Mayoritas WPSL, WPSTL, waria dan Narapidana (WBP) berpendidikan rendah, yaitu tidak sekolah sampai dengan SMP, sedangkan Pria Potensial Risti, LSL, dan Penasun berpendidikan tinggi (SMA sampai dengan Akademi/PT=Perguruan Tinggi). Diantara populasi yang berpendidikan tinggi, paling banyak terdapat pada LSL

␣ Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan kemungkinan interaksi antara populasi paling berisiko (populasi berisiko tinggi) dengan populasi umum. Status perkawinan yang dimaksud adalah ikatan perkawinan yang sah antara lawan jenis. Status belum kawin mayoritas terdapat pada waria, LSL, dan Penasun. Status pernah kawin mayoritas terdapat pada WPSL dan WPSTL. Status kawin banyak terdapat pada Pria Potensial Risti dan WBP.

␣ Sumber pendapatan utama waria adalah menjual seks dan bekerja di salon. Pada Penasun dan LSL memiliki sumber pendapatan utama dengan bekerja bebas dan karyawan. Sebagian kecil LSL dan Penasun mengaku masih menerima uang saku sebagai pelajar.

␣ Sebagian besar WPSL menyatakan tinggal dengan wanita lain di lokalisasi, dan

sebanyak 4% yang tinggal dengan suaminya. Pada WPSTL paling banyak tinggal bersama keluarga dan persentase yang tinggal dengan suami mencapai 11%.

␣ Mayoritas Pria Potensial Risti tinggal bersama istri mereka. Pada LSL dan Penasun, banyak yang tinggal bersama keluarga. Mayoritas waria tinggal sendiri (45%), hal ini kemungkinan berkaitan dengan mayoritas menyatakan tidak kawin

Prevalensi HIV dan IMS

␣ Prevalensi HIV tertinggi terdapat pada Penasun (41%), diikuti waria (22%), WPSL (10%), LSL (8%), WBP (3%), WPSTL (3%), dan Pria Potensial Risti (0,7%).

␣ Prevalensi Sifilis tertinggi di temukan pada Waria (25%), kemudian diikuti WPSL (10%), LSL (9%), WBP (5%), Pria Potensial Risti (4%), WPSTL (3%), dan Penasun (2%).

␣ Prevalensi gonore tertinggi pada WPSL (38%), kemudian diikuti oleh waria (29%), LSL (21%), dan WPSTL (19%). Prevalensi klamidia tertinggi pada WPSL

dan WPSTL (masing-masing 41%) diikuti oleh waria (28%) dan LSL (21%). Prevelensi gonore dan/atau klamidia berkisar antara 33% (LSL) dan 56% (WPSL).

Perilaku Berisiko

␣ Perilaku membeli seks dalam satu tahun terakhir paling banyak dilakukan oleh waria (26%), diikuti Pria Potensial Risti (23%), Penasun dan LSL (masing-masing 19%).

␣ Pria Potensial Risti membeli seks (melakukan hubungan seks) dalam satu tahun terakhir dengan WPS, sedangkan waria dan LSL dalam satu tahun terakhir dengan pria (bukan waria). Dari 24% Penasun yang mengaku pernah membeli seks dalam satu tahun terakhir, 97% diantaranya mengaku membeli seks pada perempuan, 2% pada waria, dan 1% pada perempuan dan waria.

(3)

perempuan. Penasun memiliki perilaku menjual seks terendah (4%). Dari Penasun yang menjual seks, 81% diantaranya menjual seks pada perempuan, dan 19% pada pria. ␣ Secara umum, WPS, waria, dan LSL merupakan populasi yang melakukan kegiatan menjual seks. WPS dan waria menjual seks kepada lelaki, dan LSL menjual seks kepada lelaki dan perempuan. Selain itu, waria dan LSL juga melakukan perilaku membeli seks. ␣ Kecuali pada Penasun, penggunaan Napza suntik dalam satu tahun terakhir pada populasi paling berisiko lainnya masih cukup rendah. Persentase WPSL, WPSTL, Pria Potensial Risti, waria, dan LSL yang pernah menggunakan Napza suntik satu tahun terakhir <2%.

␣ Perilaku menyuntik dengan cara setting basah dalam satu minggu terakhir lebih banyak dilakukan oleh Penasun (53%) dibandingkan dengan meminjam atau meminjamkan jarum (14%) atau menggunakan jarum umum (9%).

␣ Rerata frekuensi menyuntik Penasun di enam lokasi yang disurvei dalam satu minggu terakhir adalah tujuh kali. Sementara itu, rerata menyuntik di hari kemarin adalah dua kali.

␣ Sebanyak 13% Penasun mengaku berbagi jarum saat menyuntik terakhir, dan 14% Penasun mengaku pernah meminjam atau meminjamkan jarum ketika menyuntik dalam seminggu terakhir.

␣ Menyuntik dengan cara setting basah lebih banyak dilakukan oleh Penasun dibandingkan dengan menyuntik dengan berbagi jarum atau menggunakan jarum umum. Diantara Penasun yang berbagi basah tersebut, 25% diantaranya selalu berbagi basah, 12% sering, dan 16% kadang-kadang.

␣ Sebanyak 18% Penasun selalu membeli Napza secara patungan dalam satu minggu terakhir, 18% sering membeli Napza secara patungan, dan 28% kadang- kadang membeli Napza secara patungan.

␣ Sebanyak 7% populasi remaja dalam satu minggu terakhir, mengaku pernah berhubungan seks. Dari 7% remaja yang pernah berhubungan seks tersebut, 51% diantaranya mengaku menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir. Selain itu, 4% remaja mengaku pernah mencoba menggunakan Napza, dan yang paling sering dicoba adalah ganja. Sebanyak 0,4% remaja mengaku menggunakan Napza suntik.

␣ Sebanyak 4% narapidana (WBP) menyatakan pernah melakukan hubungan seks selama di Lapas/Rutan. Sementara itu, terdapat 6% WBP yang pernah menggunakan Napza suntik. Satu dari lima narapidana mengaku menggunakan Napza suntik pertama kali di dalam penjara. Dari WBP yang menggunakan Napza suntik, sepertiganya masih menyuntik di dalam penjara. Dari WBP yang masih menyuntik di dalam penjara, 67% menggunakan jarum yang telah digunakan oleh orang lain dan 62% menggunakan jarum umum.

␣ Sebanyak 9% WPSL pernah mengalami kehamilan selama menjalani kegiatan sebagai penjaja seks, dan 53% diantaranya mengalami keguguran baik digugurkan atau

(4)

␣ Sebanyak 28% waria mengaku mengkonsumsi hormon secara terus menerus tanpa pengawasan dari petugas kesehatan dalam satu tahun terakhir, dan 31% waria mengaku menggunakan silikon dalam satu tahun terakhir. Efek samping penggunaan hormon dan silikon hanya diketahui oleh 47% waria.

Perilaku Pencegahan

␣ Persentase tertinggi pemakaian kondom pada seks komersial terakhir adalah pada waria, kemudian diikuti oleh WPSL, LSL, WPSTL, Penasun, dan Pria Potensial Risti. ␣ Bila dikaitkan dengan indikator keberhasilan program pengendalian HIV-AIDS di Indonesia, maka hasil STPB 2011 menunjukkan bahwa persentase penggunaan kondom dalam seminggu terakhir pada perempuan (dalam hal ini WPSL) adalah sebesar 35% dan pada laki-laki (dalam hal ini Pria Potensia Risti) dalam setahun terakhir adalah sebesar 14%. Dengan demikian, capaian indikator keberhasilan penggunan kondom pada kelompok berisiko tinggi tahun 2011 adalah sebesar

100% pada perempuan (target tahun 2011: 35%) dan 70% pada laki-laki (target tahun 2011: 20%).

␣ Pria Potensial Risti merupakan populasi survei yang mempunyai persentase tertinggi (84%) yang menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir dengan pasangan tidak tetap dan tanpa membayar/dibayar, sedangkan LSL merupakan populasi dengan

persentase terendah (54%).

␣ Pada Pria Potensial Risti yang disurvei, sebagian besar mengaku pernah melakukan seks dalam satu tahun terakhir dengan bukan pasangan seksnya. Penasun memiliki persentase abstinen tertinggi yaitu sebanyak 21%, sedangkan pada supir truk sebanyak 5%.

␣ Penasun yang setia dengan pasangan seks tetap dalam satu tahun terakhir mencapai 40%. Sementara pada Pria Potensial Risti seperti pelaut, TKBM, tukang ojek, dan supir truk yang setia berkisar antara 32%-56%.

␣ Sebagian besar (87%) Penasun menyatakan tidak berbagi jarum dengan orang lain. Separuh Penasun juga menyatakan tidak pernah berbagi Napza setelah dicampur dengan air (setting basah). Sebanyak 30% Penasun mengaku membawa jarum suntik dalam satu minggu terakhir. Sebanyak 36% Penasun menyatakan terakhir kali membuang jarum dengan memberikannya kepada petugas kesehatan, petugas LSM ataupun unit pelayanan kesehatan.

Tingkat Pengetahuan dan Persepsi

␣ Hasil STBP 2011 menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang HIV- AIDS dapat dicegah dengan berperilaku setia dan menggunakan kondom merupakan dua pertanyaan yang banyak dijawab dengan benar oleh setiap populasi dibandingkan dengan tiga pertanyaan pengetahuan komprehensif lainnya tentang HIV-AIDS.

␣ Di antara populasi berisiko tinggi, Penasun memiliki pengetahuan komprehensif yang paling tinggi (44%). Sedangkan populasi yang memiliki pengetahuan komprehensif paling rendah adalah Narapidana (WBP), yaitu 12%.

␣ Sebagian besar populasi sudah mengetahui cara penularan HIV, yaitu melalui jarum suntik dan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui. Namun, pengetahuan mengenai penularan HIV melalui jarum suntik dan dari ibu ke anak pada WBP masih rendah bila dibandingkan dengan populasi lainnya.

(5)

␣ Sebagian besar populasi masih memiliki pemahaman yang keliru (miskonsepsi) tentang cara penularan dan pencegahan HIV. Miskonsepsi apabila responden memiliki

pemahaman bahwa hanya dengan melihat saja dapat mengetahui status HIV seseorang. Atau dengan makan makanan bergizi dapat mengurangi

risiko penularan HIV. Atau dengan minum antibiotika dapat mengurangi risiko penularan HIV. Atau gigitan nyamuk dapat menularkan HIV. Populasi yang memiliki pemahaman keliru paling tinggi adalah Narapidana (WBP) (70%), sedangkan terendah adalah waria (24%).

␣ Sebagian besar populasi survei merasa berisiko tertular HIV, kecuali Pria Potensial Risti dan Narapidana (WBP).

␣ Sebagian besar responden mengaku sudah pernah mendapatkan informasi tentang HIV-AIDS. Televisi merupakan sumber informasi yang banyak disebutkan oleh Remaja (99%), WPSTL (82%), dan Pria Potensial Risti (65%). Petugas kesehatan adalah sumber informasi yang paling banyak disebutkan oleh WPSL (78%) dan WBP (92%). Teman sebaya adalah informasi yang paling banyak disebutkan oleh waria (79%) dan LSL (53%). Petugas lapangan adalah informasi yang paling banyak disebutkan oleh Penasun (76%). Cakupan Program

␣ Pria Potensial Risti merupakan populasi yang paling sedikit pernah melakukan tes HIV, sedangkan waria merupakan populasi yang paling banyak pernah melakukan tes HIV. Dari populasi yang pernah melakukan tes HIV, belum semuanya pernah menerima hasil tes. Waria merupakan populasi yang banyak menerima hasil tes HIV, sedangkan Pria Potensial Risti paling sedikit yang menerima hasil tes.

␣ Penasun merupakan sasaran yang paling banyak yang pernah bertemu dan melakukan diskusi dengan petugas lapangan dalam tiga bulan terakhir dibandingkan dengan

populasi survei yang lain. Sebaliknya Pria Potensial Risti merupakan populasi yang paling sedikit yang pernah bertemu dan berdiskusi dengan petugas lapangan.

␣ WPSL adalah populasi yang paling banyak mengunjungi layanan IMS dalam tiga bulan terakhir. Sementara itu, sebagian besar responden waria, WPSTL, dan LSL menyatakan tidak mengunjungi layanan IMS dalam tiga bulan terakhir.

␣ Sebanyak 32% WPSL, 23% WPSTL, 25% waria, 31% LSL, 21% Penasun, 9% Pria Potensial Risti, dan 6% WBP pernah mengalami salah satu gejala IMS dalam setahun terakhir. Gejala IMS yang paling sering dialami oleh LSL, Penasun, Pria Potensial Risti dan WBP adalah nyeri ketika kencing. Gejala IMS pada waria bervariasi dari luka sekitar kelamin, benjolan di sekitar anus hingga nyeri saat kencing. Gejala IMS yang paling sering dialami pada WPSL dan WPSTL adalah keluarnya cairan yang tidak normal dari kemaluan, walaupun gejala tersebut tidak selalu terkait dengan infeksi menular seksual.

␣ Pencarian pengobatan ke layanan kesehatan (layanan IMS) diantara responden yang mempunyai gejala IMS lebih banyak dilakukan oleh waria dibandingkan

dengan populasi survei lainnya. Sebaliknya pada WBP, hanya sebagian kecil yang mempunyai gejala IMS berobat ke layanan IMS.

(6)

␣ Sebanyak 50% dan 53% Penasun yang menjadi populasi survei telah memanfaatkan program LJSS dalam seminggu terakhir dan terapi substitusi setahun terakhir.

Pemanfaatan program detoksifikasi pada penasun dalam setahun terakhir masih rendah (25%).

␣ Penasun yang mengakses layanan LJSS di layanan kesehatan seperti puskesmas jumlahnya hanya sebanyak 20%, sedangkan yang mengakses di luar puskesmas lebih tinggi, yaitu di drop in center dan petugas LSM masing-masing 33 % dan 32 %, dan sebanyak 10 % yang mengakses layanan di satelit.

Referensi

Dokumen terkait

6HPXD UHVSRQGHQ MXJD PHPLOLK 23= NDUHQD PHUDVD PHPSXQ\DL QLODL QLODL \DQJ VHVXDL GHQJDQ QLODL QLODL 23= NDUHQD NRPXQLNDVL \DQJ EDLN GDUL 23= GDQ MXJD SURPRVL \DQJ GLODNXNDQ ROHK 23=

Pada mode yang pertama, motor langkah dapat berputar pada kecepatan yang dimasukkan oleh pengguna melalui keypad.. Selain itu, kecepatan motor dapat segera berubah saat

Pemutar Media ASUS O!Play HD2 dapat digunakan untuk menikmati file media digital dari komputer melalui fungsi UPnP, perangkat penyimpanan USB/eSATA portabel, drive hard disk

Gas mulia merupakan unsur yang stabil (tidak mudah berikatan dengan

EVALUASI Nilai Budaya &amp; Karakter Bangsa Indikator Pencapaian Kompetensi Tehnik Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja

kepada rakyat sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada

Tujuan dari tugas akhir ini adalah mengetahui performa spark ignition engine, mengetahui emisi gas buang spark ignition engine, verifikasi pengukuran manual