• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

SURVEI TERPADU

BIOLOGIS DAN

PERILAKU

DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

(2)

Kata Pengantar

Pandemi HIV merupakan masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan masyarakat di dunia baik di negara-negara yang sudah maju maupun di negara-negara berkembang. Di Indonesia, sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalens > 5%), yaitu pada pengguna napza suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan waria. Situasi demikian menunjukkan bahwa pada umumnya Indonesia berada pada tahap epidemi terkonsentrasi. Risiko penularan HIV tidak hanya terbatas pada sub-populasi yang berperilaku risiko tinggi, tetapi juga dapat menular pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya.

Hasil estimasi tahun 2009 diperkirakan 5,1– 8,1 juta orang paling berisiko tertular HIV di Indonesia di luar populasi umum Tanah Papua, sednagkan estimasi jumlah ODHA usia 15 – 49 tahun berkisar antara 132 – 287 ribu orang. Estimasi tersebut belum mencakup estimasi jumlah ODHA yang berusia di bawah 15 tahun dan 50 tahun keatas.

Dengan makin meluasnya penyebaran HIV di Indonesia, maka upaya pencegahan semakin mengarah kepada perubahan perilaku, yaitu dengan merubah perilaku berisiko menjadi perilaku kurang berisiko. Oleh karena itu, informasi perubahan perilaku yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam perencanaan dan pemantauan keberhasilan program intervensi. Informasi tentang perubahan perilaku dari waktu ke waktu terutama pada kelompok berisiko tinggi dapat diperoleh melalui Survei Surveilans Perilaku.

Kami berharap dengan adanya Buku Laporan Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2009 yang merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat membantu untuk menjawab permasalahan di atas.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak baik instansi, lembaga, maupun perorangan yang telah berperan serta dalam pelaksanaan sampai selesainya laporan STBP tahun 2009.

Deputi Bidang Statistik Sosial

(3)

iii

Kata Sambutan

Epidemi suatu penyakit perlu dilakukan melalui pengamatan terus–menerus yang dikenal sebagai surveilans epidemiologi. Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengumpulan data yang bersifat sistematik, melakukan analisis dan interpretasi data yang berguna untuk perencanaan dan pelaksanaan program, serta penilaian program pengendalian penyakit terutama untuk mencegah penyebaran atau mengurangi dampak buruk yang dapat terjadi pada masyarakat.

Pelaksanaan surveilans dalam program pengendalian HIV dan AIDS salah satunya dikenal dengan surveilans generasi kedua Surveilans generasi kedua dikembangkan sebagai respon terhadap semakin kompleksnya permasalahan terkait epidemi HIV. Kunci pelaksanaan surveilans generasi kedua, adalah mengintegrasikan semua kegiatan surveilans terkait HIV dan AIDS sehingga akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap kecenderungan HIV dan AIDS serta meningkatkan efektifitas pengendalian HIV dan AIDS.

Sistem surveilans HIV generasi kedua menekankan pentingnya penggunaan data perilaku untuk menjelaskan kecenderungan HIV dan AIDS pada populasi/sub-populasi, dan untuk perencanaan dan evaluasi program pencegahan HIV. Sistem ini cocok untuk Indonesia di mana angka HIV pada populasi umum masih relatif rendah, tetapi terkonsentrasi pada kelompok-kelompok risiko tinggi.

Dengan data pada surveilans generasi kedua, kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat.

Untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling Berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, telah dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku yang berkesinambungan.

Kementerian Kesehatan merupakan instansi yang bertanggung‐jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Surveilans HIV dan AIDS telah beberapa kali melaksanakan surveilans perilaku, antara lain tahun 2002, 2004, 2006, 2007, dan 2009.

Tahun 2009 Survei Terpadu Perilaku dan Perilaku (STBP) dilaksanakan di 9 Propinsi pada 9 Kabupaten/Kota yaitu Kota Palembang, Tangerang, Yogyakarta, Samarinda, Pontianak, Makasar, Bitung, Sorong, dan Mimika. Sasaran survey adalah Wanita Penjaja Seks (WPS) Langsung dan Tak langsung, Penasun, Waria, Lelaki Suka Seks Lelaki, Anak Buah Kapal (ABK), Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), ojek/angkutan umum, buruh, dan remaja.

Buku laporan hasil STBP 2009 selain memuat prevalensi, pengetahuan, ingkat perilaku berisiko, cakupan intervensi, juga perbandingan dengan hasil-hsil survey sebelumnya yang telah dilaksanakan. Kami menyampaikan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu sejak perencanaan, pengumpulan dan analisis data hingga penulisan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan keberhasilan program pengendalian HIV dan AIDS di Indonesia.

Jakarta, Juni 2010

Direktur Jenderal PP & PL

(4)

Daftar Kontributor

NO NAMA INSTANSI NO NAMA INSTANSI

1 Iwan M. Muljono Kemenkes Subdit AIDS & PMS 25 JB Priyono Badan Pusat Statistik

2 Dyah Erti Mustikawati Kemenkes Subdit AIDS & PMS 26 Ahmad Badan Pusat Statistik

3 Asik Surya Kemenkes Subdit AIDS & PMS 27 Bambang AC Badan Pusat Statistik

4 F. Jeanne Uktolseja Kemenkes Subdit AIDS & PMS 28 Budi Badan Pusat Statistik

5 Endang Budi Hastuti Kemenkes Subdit AIDS & PMS 29 Farid Badan Pusat Statistik

6 Naning Nugrahini Kemenkes Subdit AIDS & PMS 30 Gantjang Badan Pusat Statistik

7 Afriana Nurhalina Kemenkes Subdit AIDS & PMS 31 Dwi retno Badan Pusat Statistik

8 Wisnu Hariadi Kemenkes Subdit AIDS & PMS 32 Kadarmanto Badan Pusat Statistik

9 Ainor Rasyid Kemenkes Subdit AIDS & PMS 33 Meity tresnowaty Badan Pusat Statistik

10 Nurjannah Kemenkes Subdit AIDS & PMS 34 Mutiara Badan Pusat Statistik

11 Victoria Indrawati Kemenkes Subdit AIDS & PMS 35 Nurma Badan Pusat Statistik

12 Eli Winardi Kemenkes Subdit AIDS & PMS 36 Ida Badan Pusat Statistik

13 Eko Saputro Kemenkes Subdit AIDS & PMS 37 Yulianti Pradono Kemenkes Badan Litbangkes

14 Viny Sutriani Kemenkes Subdit AIDS & PMS 38 Dina Bisara Lolong Kemenkes Badan Litbangkes

15 Ari Wulan Sari Kemenkes Subdit AIDS & PMS 39 Eko Rahardjo Kemenkes Badan Litbangkes

16 Bangkit Purwandari Kemenkes Subdit AIDS & PMS 40 Lulu Kemenkes Badan Litbangkes

17 Rachma Febriana Kemenkes Subdit AIDS & PMS 41 Nurholis Madjid FHI

18 Rahmi Solehah Kemenkes Subdit AIDS & PMS 42 Nurhayati FHI

19 Dimas Budi Wicaksono Kemenkes Subdit AIDS & PMS 43 Rini Palupy FHI

20 Happy Harjo Badan Pusat Statistik 44 Atiek Anartati FHI

21 Togi Siahaan Badan Pusat Statistik 45 Ciptasari Prabawanti FHI

22 Wendy Hartanto Badan Pusat Statistik 46 Pandu Riono Konsultan

23 Hamonangan Ritonga Badan Pusat Statistik 47 M. Noor Farid Konsultan

(5)

v

1.

Daftar Istilah

ABK Anak Buah Kapal

AIDS Acquired Immuno-deficiency Syndromes

BPS Biro Pusat Statistik

BSS Behavioural Sentinel Surveillance

CRS Chain Referral Sampling

HIV Human Immuno-deficiency Virus

IBBS Integrated Biological and Behavior Survey

IMS Infeksi menular secara seksual (lihat juga STI)

ISR Infeksi Saluran Reproduksi

Kab Kabupaten

KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi

LJSS Layanan Jarum Suntik Steril

LSL Lelaki yang suka berhubungan seks dengan lelaki = gay

LSM Lembaga Swadaya Masyarakt

MARG Most at Risk Population

MDGs Millenium Develepoment Goals

MSM Men who have sex with men

NAPZA Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain

ODHA Orang dengan HIV/AIDS

PCR Polimerase Chain Recation

Penasun Pengguna Narkotik Suntikan

Pria Berisiko Kelompok pria yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV seperti misalnya tukang ojek, supir angkutan umum kota, ABK, TKBM, buruh

Prov Provinsi

PSU primary sampling unit

RDS Respondent Driven Sampling

Risti Risiko tinggi

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RTI Ruproductive tract infection

SD Sekolah Dasar

Seed Sekelompok kecil responden yang dipilih secara khusus dan dari mereka diharapkan dapat menjaring lebih banyak responden

SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SLTP Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMA Sekolah Menengah Atas

(6)

Snowball Teknik pengambilan sampel jemput bola

SSP Surve Perilaku

STBP Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku

STHP Survielans Terpadu HIV dan Perilaku

STI Sexually Transmitted Infection

Tanah papua Daerah yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

TKBM Tenaga Kerja Bongkar Muat

TV Televisi

Waria Wanita-pria = lelaki yang berperilaku sebagai perempuan (

Transgender

)

WPS Wanita Penjaja Seks

WPS L Wanita Penjaja Seks Langsung WPS TL Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung

(7)

vii

Daftar Isi

Kata Sambutan ... iii

Daftar Kontributor ... iv

1. Daftar Istilah ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix Daftar Gambar ... xi Ringkasan Eksekutif ... xv II. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Metodologi ... 2 1. Umum... 2 2. Wilayah Survei ... 3 3. Ukuran Sampel ... 3 4. Kerangka Sampel ... 5

5. Pembentukan Kerangka Sampel ... 7

6. Metode Sampling Kelompok Pengguna Napza Suntik (Penasun) dan LSL ... 7

C. Cara Penyajian... 8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

A. Pelaksanaan Survei ... 9

1. Jumlah responden ... 9

2. Wilayah pelaksanaan survei dibandingkan dengan survei sebelumnya ... 11

B. Karakteristik Populasi ... 12

1. Umur Responden ... 12

2. Pendidikan ... 13

3. Status Pernikahan ... 14

4. Sumber Pendapatan Utama ... 15

5. Status tinggal ... 16

6. Umur Pertama Kali Berperilaku Risiko ... 17

C. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi ... 18

1. Sumber Informasi ... 18

2. Pengetahuan Cara Penularan dan Pencegahan HIV ... 20

3. Pemahaman yang Keliru... 27

4. Persepsi Risiko ... 28

D. Cakupan Program ... 29

1. Pertemuan/Diskusi dan Materi KIE ... 30

(8)

3. Frekuensi Menerima Kondom ... 33

4. Frekuensi Kunjungan ke Klinik IMS ... 34

5. Konseling dan Tes HIV ... 35

6. Layanan Terkait dengan Pengurangan Dampak ... 37

E. Perilaku Berrisiko ... 40

1. Perilaku Membeli Seks ... 40

2. Perilaku Menjual Seks ... 41

3. Frekuensi Kontak Seks Komersial ... 42

4. Perilaku Seks Berisiko Lainnya ... 43

5. Perilaku Berrisiko Terkait dengan Penggunaan Napza Suntik ... 45

F. Perilaku Pencegahan ... 50

1. Abstinen dan Setia pada Pasangan Tetap ... 50

2. Pemakaian Kondom pada Seks Komersial ... 52

3. Pemakaian Kondom pada Seks Berisiko Lainnya ... 54

4. Perilaku Pencegahan Penasun ... 56

G. IMS dan HIV... 58

1. Prevalensi Gonore dan Infeksi Klamidia ... 58

2. Prevalensi HIV dan Sifilis ... 63

3. Tanda IMS dan Tindakan Pengobatan ... 68

H. SSP Remaja... 69

1. Pemilihan sampel ... 69

2. Karakteristik Responden ... 69

3. Pengetahuan Tentang Penularan HIV ... 70

4. Perilaku Seks dan Penggunaan Kondom ... 74

5. Perilaku Menggunakan Napza ... 76

6. Cakupan Program ... 77

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(9)

ix

Daftar Tabel

Tabel 1. Besarnya Responden WPS L dan WPS TL menurut Lokasi Survei dan Kelompok

Sasaran ... 4

Tabel 2. Besarnya Responden Pria Risti menurut Lokasi Survei dan Kelompok Sasaran ... 4

Tabel 3. Besarnya Responden waria, LSL, Penasun, Remaja menurut Lokasi Survei dan Kelompok Sasaran ... 5

Tabel 4. Perencanaan dan Realisasi Responden WPS L, WPS TL dan Pria Risti Pelaksanaan STBP 2009 ... 9

Tabel 5. Perencanaan dan Realisasi Responden Waria, LSL dan Penasun Pelaksanaan STBP 2009 ... 10

Tabel 6 Perencanaan dan Realisasi Responden Remaja Pelaksanaan STBP 2009... 10

Tabel 7 Jenis Pelaksanaan Survei berdasarkan Jumlah Responden ... 11

Tabel 8 Keterwakilan Kota dan Pelaksanan Survei Sebelumnya ... 11

Tabel 9 Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang HIV-AIDS ... 19

Tabel 10. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi melalui Media tentang HIV dan AIDS... 19

Tabel 11. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi melalui petugas tentang HIV dan AIDS... 20

Tabel 12. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan Indicator MDGs ... 22

Tabel 13 Perbandingan Persentase Responden Waria dan Pria Risti menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan Lima Pertanyaan Indicator MDGs ... 23

Tabel 14 Perbandingan Persentase Responden LSL dan Penasun Menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs ... 24

Tabel 15. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV ... 24

Tabel 16. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV ... 25

Tabel 17. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV ... 25

Tabel 18. Perbandingan Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Penularan HIV . 25 Tabel 19. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV ... 26

Tabel 20. Perbandingan Persentase Responden WPS L dan WPS TL menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV ... 26

Tabel 21. Perbandingan Persentase Responden Waria dan LSL menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV ... 27

Tabel 22. Perbandingan Persentase Responden Pria Risti dan Penasun menurut Pengetahuan Cara Pencegahan HIV ... 27

(10)

Tabel 23. Perbandingan Persentase Responden Menurut Frekuensi Menerima Kondom Dalam

3 Bulan Terakhir ... 34

Tabel 24. Persentase Penasun menurut Kota dan Tempat Layanan LJSS Seminggu Terakhir 39 Tabel 25. Persentase Responden menurut Jenis Penjaja Seks dalam Setahun Terakhir ... 41

Tabel 26. Persentase Responden menurut Pelanggan dalam Setahun Terakhir ... 42

Tabel 27 Perbandingan Persentase Responden Menurut Perilaku ABC Setahun Terakhir ... 52

Tabel 28. Persentase Responden Menurut Tindakan Ketika Mengalami Gejala IMS Setahun Terakhir ... 68

Tabel 29. Jumlah Responden Remaja ... 70

Tabel 30. Persentase Responden Remaja Menurut Sumber Informasi HIV/AIDS ... 70

Tabel 31. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara Menghindari Penularan HIV ... 71

Tabel 32. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang Salah Tentang Cara Penularan HIV ... 72

Tabel 33. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Cara Menghindari Penularan HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 ... 73

Tabel 34. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan yang Salah Tentang Cara Penularan HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 ... 74

Tabel 35. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap Teman yang Terinfeksi HIV tahun 2004, 2007, dan 2009 ... 74

Tabel 36. Persentase Responden Menurut Perilaku Seks Tahun 2004, 2007 dan 2009... 76

Tabel 37. Persentase Responden Remaja yang Pernah Menggunakan Napza Menurut Tingkat Sekolah Ketika Pertama Kali Menggunakan Napza ... 77

Tabel 38. Program Pengendalian HIV di Sekolah ... 78

Tabel 39. Hasil STBP pada WPS L menurut Lokasi ... 1

Tabel 40. Hasil STBP pada WPS TL menurut Lokasi ... 9

Tabel 41. Hasil STBP 2009 pada Pria Risti menurut Lokasi Survei... 17

Tabel 42. Hasil STBP 2009 pada Waria menurut Lokasi Survei ... 24

Tabel 43. Hasil STBP 2009 pada LSL menurut Lokasi Survei ... 31

Tabel 44. Hasil STBP 2009 pada Penasun menurut Lokasi Survei ... 38

(11)

xi

Daftar Gambar

Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden ... 12

Gambar 2. Perbandingan Umur Responden dengan Survei Sebelumnya ... 13

Gambar 3. Tingkat Pendidikan ... 13

Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya untuk WPS L... 14

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya untuk WPS TL ... 14

Gambar 6. Persentase menurut Status Pernikahan ... 15

Gambar 7. Persentase berdasar Sumber Pendapatan Utama ... 16

Gambar 8. Persentase menurut Status Tinggal WPS L dan WPS TL ... 16

Gambar 9. Persentase menurut Status Tinggal Pria Risti, Waria, LSL dan Penasun ... 17

Gambar 10. Persentase menurut Umur Pertama Kali Berperilaku Berrisiko ... 18

Gambar 11. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif... 20

Gambar 12. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs ... 21

Gambar 13. Persentase Responden Menurut Pemahaman yang Keliru ... 27

Gambar 14. Perbandingan Persentase Responden menurut Pemahaman Cara Pencegahan dan Penularan HIV yang Keliru ... 28

Gambar 15. Persentase Responden menurut Merasa Berisiko Tertular HIV ... 29

Gambar 16. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Merasa Berisiko Tertular . 29 Gambar 17. Persentase responden menurut cakupan program tahun 2009 ... 30

Gambar 18. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menghadiri Pertemuan/Diskusi HIV dan AIDS Setahun Terakhir ... 31

Gambar 19. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menerima Barang Cetakan Setahun Terakhir... 31

Gambar 20. Persentase Responden Menurut Frekuensi Diskusi dengan Petugas Lapangan dalam 3 Bulan Terakhir ... 32

Gambar 21. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Dijangkau Petugas Lapangan dalam 3 Bulan Terakhir ... 33

Gambar 22. Persentase Responden Menurut Frekuensi Menerima Kondom Gratis dalam 3 Bulan Terakhir ... 33

Gambar 23. Persentase Responden Menurut Frekuensi Kunjungan ke Klinik IMS dalam 3 Bulan Terakhir ... 35

Gambar 24. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Diperiksa di Klinik IMS dalam 3 Bulan Terakhir ... 35

Gambar 25. Persentase Responden yang Pernah Testing HIV dan Menerima Hasilnya ... 36

Gambar 26. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Tes HIV ... 36

(12)

Gambar 28. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum Steril Menurut

Kota dan Sumber Jarum Steril dalam 1 minggu terakhir ... 38

Gambar 29. Perbandingan Persentase Penasun yang Mendapatkan Jarum Steril Menurut Sumber Jarum Steril ... 38

Gambar 30. Persentase Penasun yang Memanfaatkan Terapi Substitusi dan Detoksifikasi Setahun Terakhir Menurut Kota ... 39

Gambar 31. Perbandingan Persentase Penasun yang Memanfaatkan Terapi Substitusi dan Detoksifikasi ... 40

Gambar 32. Persentase Responden yang Pernah Membeli Seks dalam 1 Tahun Terakhir .... 40

Gambar 33. Perbandingan Persentase Responden Menurut yang Pernah Membeli Seks dalam Setahun Terakhir ... 41

Gambar 34. Persentase Responden yang Pernah Menjual Seks dalam 1 Tahun Terakhir ... 42

Gambar 35. Rata-rata dan Median Jumlah Pelanggan dalam Seminggu (Penjaja Seks) dan Berapa Kali Beli Seks Setahun (Pelanggan dan Penasun) ... 43

Gambar 36. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelanggan dalam Seminggu (Penjaja Seks) dan Berapa Kali Beli Seks dalam Setahun (Pria Risti dan Penasun) ... 43

Gambar 37. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Non Komersial Setahun terakhir ... 44

Gambar 38. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Non Komersial Setahun Terakhir ... 45

Gambar 39. Persentase Responden yang Pernah Menggunakan Napza Suntik ... 45

Gambar 40. Perbandingan Persentase Responden yang Pernah Menggunakan Napza Suntik ... 46

Gambar 41. Persentase Penasun Menurut Perilaku Menyuntik ... 46

Gambar 42. Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun ... 47

Gambar 43. Perbandingan Rata-rata Frekuensi Menyuntik Penasun ... 47

Gambar 44. Persentase Responden yang Pernah Berbagi Jarum ... 48

Gambar 45. Perbandingan Persentase Penasun yang Berbagi Jarum ... 48

Gambar 46. Persentase Penasun menurut Frekuensi Berbagi Basah Narkoba ... 49

Gambar 47. Persentase Penasun Membeli Napza secara Patungan Seminggu Terakhir ... 50

Gambar 48. Persentase Responden yang Abstinen dan Setia dengan Pasangan Seks Tetapnya dalam Setahun Terakhir ... 51

Gambar 49. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan Kondom pada Seks Komersial ... 53

Gambar 50. Perbandingan Persentase Responden Menurut Penggunaan Kondom pada Seks Komersial Terakhir ... 53

Gambar 51. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai Kondom pada Seks Komersial Seminggu Terakhir (Penjaja Seks) dan Setahun Terakhir (Pria Risti dan Penasun) ... 54

Gambar 52. Persentase Responden Berdasarkan Perilaku Menggunakan Kondom pada Seks Berisiko Lainnya ... 54

(13)

xiii

Gambar 53. Perbandingan Persentase Responden yang Pakai Kondom pada Hubungan Seks

Terakhir dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak Membayar/dibayar ... 55

Gambar 54. Perbandingan Persentase Responden yang Selalu Pakai Kondom pada Hubungan Seks dengan Pasangan Tidak Tetap dan Tidak Membayar/dibayar Setahun Terakhir... 56

Gambar 55. Persentase Penasun Menurut Perilaku Pencegahan Penularan HIV dalam Seminggu Terakhir (Selalu pakai kondom sebulan terakhir) ... 57

Gambar 56. Kecenderungan Persentase Penasun yang Berperilaku Aman dari Penularan HIV ... 57

Gambar 57. Persentase Responden Menurut Gonore dan Infeksi Klamidia ... 58

Gambar 58. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada WPS Langsung ... 59

Gambar 59. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada WPS Tidak Langsung ... 59

Gambar 60. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada Waria ... 60

Gambar 61. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada Pria Risti ... 60

Gambar 62. Persentase Gonore dan Infeksi Klamidia STBP 2009 pada LSL ... 61

Gambar 63. Perbandingan Prevalensi Infeksi Gonore, Infeksi Klamidia dan Sifilis pada WPS Langsung ... 61

Gambar 64. Perbandingan Prevalensi Gonore pada WPS Langsung menurut kota ... 62

Gambar 65. Perbandingan Prevalensi Klamidia pada WPS Langsung menurut kota ... 62

Gambar 66. Kecendrungan Prevalensi Gonore pada WPS Tak Langsung menurut kota ... 63

Gambar 67. Kecendrungan Prevalensi Klamidia pada WPS Tak Langsung menurut kota ... 63

Gambar 68. Persentase Menurut Prevalensi HIV dan Sifilis ... 64

Gambar 69. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Langsung ... 65

Gambar 70. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada WPS Tak Langsung ... 65

Gambar 71. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Waria ... 66

Gambar 72. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Pria Risti ... 66

Gambar 73. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada LSL ... 66

Gambar 74. Persentase HIV dan Sifilis STBP 2009 pada Penasun ... 67

Gambar 75. Perbandingan Prevalensi Sifilis pada WPS Langsung menurut kota ... 67

Gambar 76. Kecendrungan Prevalensi Sifilis pada WPS Tak Langsung menurut kota ... 68

Gambar 77. Persentase Responden Remaja Menurut Sikap Terhadap Teman yang Terinfeksi HIV ... 72

Gambar 78. Persentase Responden Remaja Menurut Pengetahuan Komprehensif tentang HIV ... 73

Gambar 79. Persentase Responden Remaja Menurut Perilaku Seks ... 75

Gambar 80. Persentase Responden yang Pernah Berhubungan Seks Menurut Penggunaan Kondom pada Hubungan Seks Terakhir ... 75

(14)

Gambar 82. Persentase Responden Remaja Menurut yang Pernah Menerima Program Pengendalian HIV di Sekolah Tahun 2004, 2007, 2009 ... 78

(15)

xv

Ringkasan Eksekutif

Untuk mengetahui pola epidemi dan faktor–faktor utama terkait penularan HIV, sejak tahun 1998 mulai dilaksanakan sero surveilans dan tahun 1996 mulai dilaksanakan surveilans perilaku. Pelaksanaan surveilans HIV generasi kedua di Indonesia, pada tahun 2006 dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) pada masyarakat umum di Papua dan Papua Barat, tahun 2007 STBP pada populasi berperilaku risiko tinggi di 19 Kabupaten/Kota dan SSP pada remaja di Jakarta dan Surabaya.

Populasi sasaran STBP 2009 adalah populasi pria dan wanita yang berisiko tinggi terjangkit HIV. Kelompok pria yang berisiko tinggi terjangkit HIV pada umumnya adalah pelanggan penjaja seks (supir truk, tukang ojek/supir angkutan umum/supir taksi, anak buah kapal(ABK)), sedangkan kelompok wanita adalah mereka yang bekerja sebagai penjaja seks. Di samping kelompok sasaran tersebut, dalam STBP 2009 akan dicakup pula kelompok lainnya yaitu pengguna napza suntik (Penasun), waria, lelaki seks lelaki (gay) dan murid sekolah (remaja). Kabupaten/kota yang terpilih pada STBP 2009 ini adalah Kota Palembang, Tangerang, Kota Yogyakarta, Samarinda, Kota Pontianak, Kota Makassar, Kota Bitung, Kota Sorong dan Kota Timika. Kabupaten/kota ini merupakan kota pengulangan dari survei sebelumnya dan perluasan area survei.

Karakteristik responden yang terlibat dalam survei ini adalah median umur 28 tahun (WPS L), 27 tahun (WPS TL), 33 tahun (Pria), 27 tahun(waria), 24 tahun (LSL) dan 25 tahun(penasun). Pada kelompok pria, penasun, LSL dan waria mempunyai median umur lebih muda dibandingkan survei sebelumnya. Pada kelompok WPS L, didapatkan mayoritas berpendidikan SD, berbeda dengan kelompok WPS TL mempunyai pendidikan mayoritas adalah SMP dan SMA. Pada kelompok pria yang disurvei, mayoritas pendidikannya adalah SMA. Status perkawinan pada kelompok waria dan LSL, mayoritas tidak pernah menikah. Pada kelompok LSL, 10% di antaranya masih berstatus menikah. Pada kelompok WPS L dan WPS TL, 19% dan 29% di antaranya masih berstatus menikah. Pada pria risti, mayoritas menyatakan masih dalam status pernikahan. Pada kelompok Penasun, 71% diantaranya menyatakan belum pernah menikah.

Kebanyakan umur pertama kali melakukan hubungan seks secara komersial pada umur lebih dari 15 tahun, pada kelompok WPS TL terbanyak pada kelompok 15-19 tahun. Kebanyakan pria risti mulai membeli seks sejak umur 15-19 tahun. Mayoritas umur seks pertama kali di bawah umur 19 tahun pada kelompok waria dan LSL. Didapatkan usia pertama kali menyuntik narkotika dimulai dari umur kurang dari 15 tahun pada kelompok penasun.

Berdasarkan lima pertanyaan pengetahuan komprehensif sesuai indikator MDGs, pada kelompok WPS Langsung (79 persen), WPS tidak langsung (77 persen), LSL (80 persen), dan Penasun (84 persen). Pria Risti merupakan yang paling sedikit pernah tes HIV (9%). WPS Langsung merupakan kelompok yang paling banyak pernah tes HIV (54%), namun hanya 37% yang menerima hasilnya.

LJSS dimanfaatkan terutama di Makassar (41%) dan paling sedikit dimanfaatkan oleh penasun di Pontianak (1%). Berbagai upaya untuk mengurangi risiko tertular dan menularkan HIV pernah dilakukan oleh sebagian besar Penasun seperti Menyuntik sendiri saat terakhir sebesar 26 persen. Tidak berbagi basah 40 persen, Selalu pakai kondom pada pasangan tetap 13 dan pemakaian kondom pada pasangan berisiko lainnya 19 persen.

Tingkat pemakaian kondom pada seks komersial terakhir sudah cukup tinggi pada semua kelompok berisiko yang disurvei, dimana persentase tertinggi dilaporkan oleh WPS Langsung (67 persen) diikuti WPS Tidak Langsung (62%) dan yang terendah adalah kelompok penasun (29 persen).

(16)

Secara umum tingkat pengetahuan yang benar tentang cara menghindari penularan HIV pada responden remaja sudah cukup tinggi. Pengetahuan cara menghindari HIV yang tertinggi adalah tidak menggunakan jarum dan alat suntik secara bersamaan.

Prevalensi Gonore dan atau infeksi Klamidia tertinggi dari kelompok berisiko yang disurvei ada pada WPS Langsung (56 persen), diikuti oleh WPS Tak Langsung (47 persen), Waria (46 persen), LSL (27 persen) dan Pria Risti (4 persen). Prevalensi HIV tertinggi hasil STBP 2009 ada pada populasi Penasun (27 persen) diikuti oleh Waria (9 persen), WPS Langsung (8 persen), LSL (7 persen), WPS Tak Langsung (3 persen) dan yang terendah adalah Pria Risti (0,8 persen). Sementara itu prevalensi Sifilis tertinggi ada pada Waria (12 persen), diikuti oleh LSL (8 persen), WPS Langsung (7 persen), Pria Risti (4 persen), WPS Tak Langsung (3 persen), dan yang terendah Penasun hanya 0,9 persen.

Dengan situasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maka disarankan pelaksanaan STBP yang berkesinambungan sehingga dapat dilihat perbandingan tren perilaku dan biologis pada wilayah yang sama dan populasi yang sama serta dengan metode sampling yang sama.

Perlu peningkatan pengetahuan kepada seluruh kelompok masyarakat berrisiko maupun populasi umum tentang pencegahan dan penularan HIV/AIDS dan IMS baik melalui media TV, radio dan lainnya ataupun pendidikan formal. Program pencegahan penularan IMS dan HIV yang terbukti dapat menghasilkan perubahan perilaku masih perlu diperkuat dan diperluas untuk meningkatkan cakupan pada populasi paling berisiko tertular/menularkan HIV. Peningkatan program penggunaan kondom seratus persen pada semua populasi yang dilakukan dengan metode yang komprehensif, integratif dan kreatif. Prevalensi IMS yang masih tinggi perlu dilakukan intervensi program yang lebih progressif terhadap seluruh populasi. Peran pendidikan dan promosi HIV baik perilaku seksual dan perilaku penggunaan napza terhadap remaja masih perlu ditingkatkan.

(17)

1

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti diketahui meskipun angka prevalensi HIV pada kelompok populasi umum di Indonesia pada umumnya < 1% kecuali di Papua dan Papua Barat prevalensi 2,4% di tahun 2006, namun pada beberapa kelompok populasi berisiko tinggi telah menunjukkan peningkatan yang signifikan sejak tahun 1990-an, terbesar pada kelompok Pengguna Napza Suntik (Penasun), WPS, dan Waria.

Adanya interaksi ganda antara infeksi HIV pada kelompok Penasun dan kelompok populasi kunci lainnya, banyak memberikan kontribusi terhadap terjadinya peningkatan epidemi ganda di Indonesia pada “most-at-risk-groups” (MARG) khususnya antara Penasun dan industri seks komersial yang meluas. Hasil STBP tahun 2007 menunjukkan sebesar 30% Penasun pernah membeli seks dalam 1 bulan terakhir dan 3% Penasun pernah menjual seks. Walaupun persentase Penasun yang menjual seks masih rendah tetapi hal ini penting untuk diwaspadai mengingat prevalensi HIV pada Penasun yang tinggi berdasarkan STBP 2007 sebesar 52,4%.

Epidemi di Papua dan Papua Barat berbeda dengan wilayah lain di Indonesia, dimana relatif tidak ada Penasun di kedua provinsi tersebut. Di Papua dan Papua Barat penularan utama adalah melalui hubungan seksual pada kelompok heteroseksual. Kebiasaan minum alkohol diduga juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi utama dalam penularan melalui seksual. Hal ini yang menyebabkan perbedaan pola penularan di Papua dan Papua Barat. Data–data yang ada menunjukkan bahwa telah terjadi penularan pada kelompok populasi umum di beberapa wilayah di Papua dan Papua Barat. Untuk mengetahui pola epidemi dan faktor–faktor utama terkait penularan HIV, sejak tahun 1998 mulai dilaksanakan sero surveilans dan tahun 1996 mulai dilaksanakan surveilans perilaku. Pelaksanaan surveilans HIV generasi kedua di Indonesia, pada tahun 2006 dilaksanakan Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) pada masyarakat umum di Papua dan Papua Barat, tahun 2007 STBP pada populasi berperilaku risiko tinggi di 19 Kabupaten/Kota dan SSP pada remaja di Jakarta dan Surabaya. Dengan data STBP tersebut kita mendapatkan gambaran yang lengkap tentang besaran masalah yang ada, faktor–faktor penyebab, pengetahuan dan seberapa jauh respon yang telah ada dan diketahui oleh masyarakat.

Keberhasilan upaya pencegahan infeksi Human Immuno-deficiency Virus (HIV) bergantung pada perubahan perilaku berisiko, dari risiko tinggi ke risiko yang lebih rendah. Perubahan ini antara lain mencakup peningkatan penggunaan kondom dan pengurangan jumlah pasangan seksual di antara mereka yang aktif secara seksual, penurunan pemakaian bersama/bergantian alat/jarum suntik pada kelompok pemakai narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza Suntik), dan penundaan hubungan seksual pertama kali pada kalangan remaja. Oleh karena itu untuk dapat memberikan gambaran epidemi yang terjadi pada Kelompok Populasi Paling Berisiko dalam terjadinya epidemi HIV di Indonesia, maka perlu dilakukan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku yang berkesinambungan. Dengan semakin meluasnya penyebaran HIV di banyak negara, termasuk di Indonesia, upaya pencegahan semakin mengarah pada upaya perubahan perilaku. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang perubahan perilaku yang dapat dijadikan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan keberhasilan program intervensi.

(18)

Kelompok Populasi Paling Berisiko yang akan dicakup dalam STBP ini adalah Wanita Penjaja Seks Langsung (WPS L), Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung(WPS TL), Pria Berisiko (tukang ojek, supir angkutan umum kota, ABK, TKBM, buruh) (Pria), Penasun, Waria, Lelaki Seks Lelaki(LSL). Sedangkan kelompok remaja dilakukan survei untuk mendapatkan informasi pengetahuan dan sikap mereka tentang pencegahan HIV/AIDS.

Pelaksanaan survei ini melibatkan Biro Pusat Statistik(BPS) sebagai pelaksana survei perilaku. Kementerian Kesehatan(kemenkes), dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dalam kegiatan survei biologis.

B. Metodologi

1.

Umum

Pada tahun 2009 ini dilakukan penelitian terhadap populasi berrisiko seperti pada tahun 2007 kecuali PNS. Populasi sasaran STBP 2009 adalah populasi pria dan wanita yang berisiko tinggi terjangkit HIV. Kelompok tersebut memungkinkan mempunyai konstribusi lebih besar terhadap penyebaran HIV dibanding kelompok masyarakat lainnya. Kelompok pria yang berisiko tinggi terjangkit HIV pada umumnya adalah pria pelanggan penjaja seks (mereka yang bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain karena bidang pekerjaan, yaitu supir truk, tukang ojek/supir angkutan umum/supir taksi, anak buah kapal(ABK)), sedangkan kelompok wanita adalah mereka yang bekerja sebagai penjaja seks. Untuk pria berrisiko, disesuaikan dengan kelompok yang kemungkinan visible di kab/kota lokasi survei terpilih. Di samping kelompok sasaran tersebut, dalam STBP 2009 akan dicakup pula kelompok lainnya yaitu pengguna napza suntik (Penasun), waria, lelaki seks lelaki (gay) dan murid sekolah (remaja).

Sebagaimana pada tahun 2007, pelaksanaan survei perilaku (SSP) juga akan disertai dengan pengambilan spesimen biologis responden. Secara garis besar, kegiatan SSP tahun 2009 dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Hanya wawancara perilaku: Survei Surveilans Perilaku (SSP)

2) Wawancara dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer: Survei Terpadu HIV dan Perilaku (STHP), dan

3) Wawancara dilanjutkan dengan pengambilan darah melalui vena atau perifer serta pemeriksaan urine dan atau apusan vagina atau anus: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Berdasarkan kontribusinya terhadap epidemi HIV, populasi sasaran STBP 2009 tersebut dikelompokkan menjadi:

a) WPS L adalah wanita yang beroperasi secara terbuka sebagai penjaja seks komersial.

b) WPS TL adalah wanita yang beroperasi secara terselubung sebagai penjaja seks komersial, yang biasanya bekerja pada bidang-bidang pekerjaan tertentu.

c) Sopir truk adalah mereka yang bekerja sebagai supir truk antar kota.

d) Tukang ojek/supir angkutan umum/supir taksi (Ojek/Supir) adalah mereka yang bekerja sebagai tukang ojek atau supir pada angkutan umur maupun supir taksi.

e) ABK adalah mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal barang atau muatan.

f) Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) adalah mereka yang bekerja sebagai pekerja bongkar muat barang di pelabuhan laut.

g) Buruh di Kalimantan Timur adalah mereka yang bekerja pada perusahaan yang menjadi jangkauan program Global Fund Round 4 (pertambangan, kehutanan, industri). Sedangkan

(19)

3

buruh di Tangerang adalah buruh yang bekerja di perusahaan industri yang tidak tinggal bersama keluarganya/pasangan seksnya.

h) Remaja merupakan murid kelas III SLTA di Kota Tangerang, Kota Yogyakarta, Kota Pontianak dan Kota Samarinda.

2.

Wilayah Survei

Responden akan diambil dari kelompok-kelompok sasaran yang tinggal dan bekerja di kota terpilih. Kota dengan individu-individu berjumlah besar dipilih untuk memberikan gambaran nasional tentang distribusi perilaku berisiko di seluruh kepulauan Indonesia, yang menyebar lebih dari 5.000 km dari timur ke barat. Wilayah survei yang dicakup dalam STBP 2009 yang dirinci menurut jenis informasi dan kelompok sasaran disajikan dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

3.

Ukuran Sampel

Ukuran sampel dalam setiap kelompok sasaran dirancang untuk menggambarkan ciri-ciri perilaku setiap kelompok sasaran dan diharapkan dapat mengukur perubahan perilaku pada survei berikutnya. Pada kelompok berisiko tinggi, besarnya sampel yang memadai untuk interpretasi perubahan adalah sebesar 400 responden. Apabila sampel sebesar 400 responden tidak memungkinkan, maka sampel sebesar 200 – 300 responden masih dapat memadai dari sisi kecukupan sampel.

Dalam pelaksanaan STBP 2009, besarnya sampel (responden) di setiap kelompok sasaran populasi berisiko HIV dan wilayah survei dapat dilihat dalam Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3.

(20)

Tabel 1. Besarnya Responden WPS L dan WPS TL menurut Lokasi Survei

dan Kelompok Sasaran

Provinsi Kabupaten/ Kota

Kelompok Sasaran WPS L WPS TL Sumatera Selatan Kota Palembang 250/B 200/B Banten Tangerang & Sekitarnya 250/B 200/B Di Yogyakarta Kota Yogyakarta 250/B 200/B Kalimantan Timur Samarinda & Sekitarnya 250/B 200/B Kalimantan Barat Kota Pontianak & Sekitarnya 250/B 200/B Sulawesi Selatan Kota Makassar 250/B 200/B Sulawesi Utara Kota Bitung & Sekitarnya 250/B 200/B Irian Jaya Barat Kota Sorong 250/B 200/B Papua Kota Timika 250/B 200/B

* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku B: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

Tabel 2 Besarnya Responden Pria Risti menurut Lokasi Survei dan

Kelompok Sasaran

Provinsi Kabupaten/ Kota

Kelompok Sasaran Pria Risti Sopir

Truk Buruh TKBM ABK Ojek/ Supir

Sumatera Selatan Kota Palembang 200/S 200/S

Banten Tangerang & Sekitarnya 200/S 200/S Di Yogyakarta Kota Yogyakarta 400/S Kalimantan Timur Samarinda & Sekitarnya 400/H

Kalimantan Barat Kota Pontianak & Sekitarnya 200/B 200/B Sulawesi Selatan Kota Makassar

Sulawesi Utara Kota Bitung & Sekitarnya 200/H 200/B Irian Jaya Barat Kota Sorong 200/S 200/S

Papua Kota Timika 200/B

* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku B: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

(21)

5

Tabel 3 Besarnya Responden waria, LSL, Penasun, Remaja menurut Lokasi

Survei dan Kelompok Sasaran

Provinsi Kabupaten/Kota Waria Kelompok Sasaran LSL Penasun Remaja

Sumatera Selatan Kota Palembang 200/B

Banten Tangerang 200/B 200/H 1.000/S

DI Yogyakarta Kota Yogyakarta 200/B 200/H 1.000/S

Kalimantan Timur Kota Samarinda 200/B 1.000/S Kalimantan Barat Kota Pontianak & Sekitarnya 200/B 200/H 1.000/S Sulawesi Selatan Kota Makassar 200/B 200/B 200/H 1.000/S

Sulawesi Utara Kota Bitung Irian Jaya Barat Kota Sorong Papua Kota Timika

* S: Survei Surveilans Perilaku H: Survei Terpadu HIV dan Perilaku B: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

4.

Kerangka Sampel

Dalam STBP 2009, sebelum penarikan sampel dilakukan, populasi yang akan di survei harus diketahui terlebih dahulu. Populasi merupakan agregat individu yang diteliti dan dapat dibentuk sebagai kerangka sampel untuk menentukan kelompok sasaran survei.

Kelompok sasaran STBP seperti yang dijelaskan di atas pada umumnya merupakan kelompok populasi yang tidak mudah dijangkau. Kesulitan menjangkau kelompok populasi antara lain disebabkan oleh aspek aksesibilitas dan mobilitas kelompok tersebut. Kesulitan aksesibilitas umumnya terjadi pada kelompok populasi tertentu, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah menjangkau populasi tersebut apalagi dalam kaitannya dengan kegiatan survei. Tingginya tingkat mobilitas, yaitu perpindahan kelompok sasaran dari satu tempat ke tempat lain, menyebabkan tidak mudahnya untuk menemukan atau menetapkan populasi kelompok sasaran. Kerangka sampel yang akan digunakan untuk pemilihan primary sampling unit (PSU) dalam STBP 2009 dibedakan menurut kelompok sasaran seperti berikut:

a. Kerangka Sampel WPS L

Kerangka sampel untuk WPS L adalah daftar lokasi WPS L yang dilengkapi dengan banyaknya populasi dalam setiap lokasi, diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan yang merupakan kegiatan pendaftaran (listing). Listing ini digunakan untuk membuat daftar rumah bordil dan jalanan di mana WPS bertransaksi dan mencatat jumlah WPS yang bekerja pada masing-masing lokasi tersebut yang akan menghasilkan kerangka penarikan sampel WPS L, yaitu berupa daftar nama dan alamat jalanan lokasi tempat mereka mangkal, rumah bordil, hotel, atau panti pijat.

(22)

b. Kerangka Sampel WPS TL

Kerangka sampel untuk WPS TL adalah daftar lokasi WPS TL yang dilengkapi dengan banyaknya populasi dalam setiap lokasi. Data populasi diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat kegiatan pendaftaran (listing). Kegiatan ini dimaksudkan untuk membuat daftar panti pijat, bar karaoke, bar, restoran dan hotel dimana para pekerja wanita menyediakan pelayanan seks sebagai bagian dari pekerjaan mereka yang selanjutnya akan menghasilkan kerangka penarikan sampel WPS TL, yaitu berupa daftar nama dan alamat panti pijat, bar-karaoke, bar, restoran dan hotel.

c. Kerangka Sampel Sopir Truk

Kerangka sampel untuk sopir truk adalah daftar lokasi para sopir truk antar kota yang mangkal dan dilengkapi dengan rentang waktu para sopir tersebut biasaya mangkal dalam setiap lokasi. Data tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

d. Kerangka Sampel ABK

Kerangka sampel untuk ABK adalah daftar lokasi para ABK di pelabuhan laut yang dilengkapi dengan banyaknya populasi ABK dalam setiap lokasi. Data ABK diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

e. Kerangka Sampel TKBM

Kerangka sampel untuk TKBM adalah daftar lokasi para tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan laut (di tempat pendaratan perahu/kapal) yang dilengkapi dengan banyaknya populasi TKBM dalam setiap lokasi. Data TKBM diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

f. Kerangka Sampel Tukang Ojek/Sopir Angkutan Umum

Kerangka sampel untuk tukang ojek/sopir angkutan umum /sopir taksi adalah daftar lokasi para tukang ojek dan sopir angkutan umum mangkal, menunggu penumpang, yang dilengkapi dengan banyaknya populasinya dalam setiap lokasi. Data jumlah tukang ojek /sopir angkutan umum diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

g. Kerangka Sampel Waria

Kerangka sampel untuk waria adalah daftar lokasi waria yang menjadi penjaja seks yang dilengkapi dengan perkiraan banyaknya populasi waria dalam setiap lokasi. Data tersebut diperoleh dari hasil inventarisasi dan penelusuran lapangan pada saat pendaftaran (listing).

h. Kerangka Sampel Remaja

Kerangka sampel adalah daftar nama SLTA beserta alamatnya yang berada di kota terpilih. Dalam daftar SLTA ini, setiap sekolah dirinci menurut banyaknya murid di setiap kelas 3 yang dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Daftar sekolah ini diperoleh dari Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi di setiap kota terpilih. Agar sampel menyebar keseluruh wilayah, maka dalam kerangka sampel, SLTA disusun menurut urutan kode letak geografis wilayah administrasi dalam kota terpilih.

(23)

7

Untuk kelompok LSL dan Penasun dijelaskan dalam bagian tersendiri karena menggunakan metode sampling RDS.

5.

Pembentukan Kerangka Sampel

Dari hasil SSP/STBP sebelumnya telah diperoleh informasi lokasi dan populasi untuk setiap kelompok sasaran di setiap kabupaten/kota lokasi STBP 2009 yang pernah dilakukan kegiatan SSP/STBP sebelumnya. Informasi ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan perlu diperbaharui dengan informasi dari Kantor Dinas terkait di setiap Kabupaten/Kota terpilih. Data yang dibutuhkan antara lain:

- Data lokalisasi, bordil atau data lain yang berkaitan dengan wanita penjaja seks dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, ataupun LSM setempat. Selain itu bisa juga digunakan informasi RTI (Reproductive Track Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2007 di 7 kota.

- Data panti pijat, bar, karaoke, hotel, losmen, wisma dan sejenisnya dari Dinas Pariwisata setempat dan sumber non-formal. Selain itu bisa juga digunakan informasi RTI (Reproductive Track Infection) studi yang dilaksanakan pada tahun 2007 di 7 kota. - Data ABK yang didapat dari Administrator Pelabuhan atau LSM pendamping.

- Data tempat pangkalan truk dari berbagai sumber non-formal atau LSM pendamping. - Data tempat mangkal tukang ojek dan sopir angkutan umum dari berbagai sumber baik

formal mupun non-formal atau LSM pendamping.

- Data TKBM dari sumber formal dan informal atau LSM pendamping.

- Data-data atau informasi lain baik dari sumber formal maupun non formal yang dapat digunakan dalam pembentukan kerangka sampel, seperti dari media elektronik dan media cetak, serta dari kelompok masyarakat pemerhati masalah HIV/AIDS seperti Lembaga Swadaya Masyarakat atau yayasan yang berkecimpung dalam intervensi masalah HIV/AIDS

6.

Metode Sampling Kelompok Pengguna Napza Suntik

(Penasun) dan LSL

a. Umum

Kelompok pengguna napza suntik (Penasun) atau injecting drugs user (idu) adalah sebuah populasi yang tersembunyi yang sangat sulit dijangkau, berkenaan dengan kriminalisasi dari perilaku yang mencirikan kelompok ini. Dengan kata lain, kelompok yang sangat sulit dijangkau karena sifatnya yang tersembunyi. Metode sampling yang sering digunakan seperti cluster sampling tidak dapat digunakan pada pemilihan sampel kelompok Penasun karena tidak tersedia kerangka sampel bagi kelompok tersebut. Ciri yang hampir sama dengan Penasun adalah juga diperlihatkan pada kelompok LSL, sehingga untuk kelompok ini juga agak sulit untuk menerapkan metode cluster sampling.

Douglas D. Heckathorn, Ph.D, Profesor Sosiologi dari Cornell University, pada tahun 1997 telah mengembangkan suatu metode untuk memilih sampel kelompok yang sulit dijangkau yaitu

Respondent Driven Sampling (RDS). Metode RDS ini merupakan bagian dari Chain Referral Sampling (CRS) seperti halnya Snowball Sampling dan Network Sampling. Keunggulan dari metode RDS adalah sampel yang didapat merupakan sampel yang berpeluang (probability sample) sehingga dapat dilakukan analisis secara statistik termasuk penghitungan standard error.

(24)

Metode RDS ini digunakan untuk menangkap informasi dari kelompok yang sulit dijangkau atau populasi tersembunyi karena perilakunya yang berisiko (sehingga mereka “menyembunyikan diri” atau mengkamuflase diri seperti populasi umum). Yang dimaksud perilaku berisiko adalah perilaku yang tidak umum dilakukan dan mengandung risiko, antara lain LSL atau penasun.

b. Metode RDS

Respondent driven sampling (RDS) adalah sebuah teknik sampling secara jemput bola (snowball) berdasarkan pada kuota perekrutan (yang menghindari perekrutan keseluruhan sampel dari sejumlah individu yang terbatas) dan insentif rangkap untuk memotivasi perekrut dan yang direkrut. Seed yang mendasari gelombang nol akan merekrut mereka yang membentuk gelombang perekrutan pertama (dan seterusnya). Dalam teori, kehomogenan sampel bisa dicapai sesudah paling tidak 3 gelombang perekrutan. RDS berawal dari sejumlah kecil peserta yang dipilih secara purposif yang biasanya disebut seed, yang seharusnya dipilih seheterogen mungkin untuk memastikan bahwa sembarang anggota kelompok kemungkinan besar untuk direkrut. Untuk memberikan akses kepada seluruh peserta, penting untuk dipastikan bahwa klinik akan tetap buka pada akhir pekan. Jam buka adalah dari jam 12 siang sampai dengan jam 9 malam bagi LSL untuk menjamin akses kepada LSL yang bekerja.

c. Pemilihan SEED

Target Penasun dan LSL yang diberikan kupon pertama kali (selanjutnya disebut seed) adalah sekitar 8 orang. Seed yang direkrut adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Di samping itu seed ini diusahakan berasal dari orang dengan karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut misalnya umur, jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status sosial dan ekonomi, dan sebagainya.

Pada awalnya dipilih sebanyak 8 seed namun bila dalam tenggat waktu survei sampel size belum terpenuhi bisa ditambahkan beberapa seed lagi. Seed akan dipilih oleh staf LSM yang menyediakan pelayanan kepada kelompok sasaran. Seed tersebut seharusnya dikenal baik dan diterima luas oleh kalangan mereka. Selain itu juga diharapkan bahwa yang dipilih adalah orang yang dapat memotivasi orang lain untuk ikut dalam program dan mereka harus mendukung tujuan dari program ini. Umumnya diusulkan kepada para anggota pekerja dari target populasi untuk bertindak sebagai seed. Dalam survei ini, 8 seed yang akan diberi kupon pertama kali akan dipilih di masing-masing lokasi. Setiap seed akan diminta untuk merekrut 3 Penasun dan LSL, sehingga para seed ini akan diberikan 3 kupon untuk diberikan kepada teman-teman sekomunitasnya sesama Penasun dan LSL yang berkenan untuk direkrut.

C. Cara Penyajian

Laporan ini dibuat berdasarkan petunjuk pelaksanaan survei tahun 2009, hasil survei perilaku dan hasil biologis. Pembahasan dibagi berdasarkan karakteristik, pengetahuan, perilaku risiko, perilaku pencegahan, cakupan layanan, hasil remaja dan hasil biologisnya. Kemudian pada setiap pembahasan dibuat juga perbandingan dengan hasil survei sebelumnya yaitu BSS 2002, BSS 2004, IBBS 2007 serta hasil RTI 2003, RTI 2005 dan RTI 2007.

Pada lampiran disampaikan pula indikator-indikator yang penting per populasi dan per wilayah. Beberapa indikator telah dibahas di dalam pembahasan.

(25)

9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Survei

1.

Jumlah responden

Pelaksanaan survei 2009 dilakukan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010. Sesuai dengan perencanaan kegiatan ini melibatkan 9 provins dan 9 kabupaten/kota dan melibatkan 12.787 responden.

Tabel 4 Perencanaan dan Realisasi Responden WPS L, WPS TL dan Pria

Risti Pelaksanaan STBP 2009

Kabupaten/Kota WPS L WPS TL Pria Risti Rencana Real Rencana Real Rencana Real

Kota Palembang 250 205 200 163 400 408 Tangerang & Sekitarnya 250 243 200 96 400 400 Kota Yogyakarta 250 250 200 200 400 400 Samarinda & Sekitarnya 250 252 200 200 400 401 Kota Pontianak & Sekitarnya 250 250 200 200 400 392 Kota Makassar 250 250 200 200

Kota Bitung & Sekitarnya 250 248 200 193 400 400 Kota Sorong 250 245 200 198 400 400 Kota Timika 250 250 200 160 400 400 Total 2250 2193 1800 1610 3200 3201

Implementasi pelaksanaan survey pada kelompok WPS L dan Pria Risti dapat berjalan sesuai dengan perencanaan. Pada kelompok WPS TL mengalami hambatan pada Kota Palembang dan Kota Tangerang, dikarenakan keterbatasan dalam jumlah sampel yang ada pada saat pelaksanaan seperti terlihat pada Tabel 4.

(26)

Tabel 5. Perencanaan dan Realisasi Responden Waria, LSL dan Penasun

Pelaksanaan STBP 2009

Kabupaten/Kota Waria LSL Penasun

Rencana Real Rencana Real Rencana Real

Kota Palembang 200 111

Tangerang & Sekitarnya 200 200 200 80 Kota Yogyakarta 200 200 200 200 Samarinda & Sekitarnya 200 0

Kota Pontianak & Sekitarnya 200 195 200 200 Kota Makassar 200 199 200 200 200 200

Total 800 505 600 600 800 680

Pada Tabel 5, kelompok waria terjadi pembatalan pelaksanaan di Kota Samarinda dikarenakan keterbatasan waktu dan kesalahan teknis. Waria di Kota Palembang mengalami kekurangan sampel terjadi karena permasalahan teknis di lapangan. Untuk Penasun di Kota Tangerang, mengalami hambatan dengan jumlah penasun walaupun menggunakan metode RDS dalam pengambilan sampelnya.

Tabel 6. Perencanaan dan Realisasi Responden Remaja Pelaksanaan STBP

2009

Kabupaten/Kota Remaja

Rencana Real

Tangerang & Sekitarnya 1000 1000 Kota Yogyakarta 1000 993 Samarinda & Sekitarnya 1000 999 Kota Pontianak & Sekitarnya 1000 1006 Kota Makassar 1000 0

Total 5000 3998

Pelaksanaan survei pada kelompok remaja terjadi pembatalan di Kota Kota Makassar dikarenakan keterbatasan waktu dan kesalahan teknis. Pelaksanaan survei pada remaja hanya pada 4 kota yaitu Kota Tangerang, Kota Yogyakarta, Kota Samarinda dan Kota Pontianak. Lihat pada Tabel 6. Pada metode dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat 3 jenis survei yaitu Survei Surveilans Perilaku, Survei Terpadu HIV dan Perilaku dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku. Pada pelaksanaannya dihasilkan responden pada setiap jenis survei seperti pada Tabel 7 berikut.

(27)

11

Tabel 7 Jenis Pelaksanaan Survei berdasarkan Jumlah Responden

WPS L WPS TL Risti Pria Waria LSL Penasun Remaja Total

SSP 1,608 3,998 5,606

STHP 801 680 1,481

STBP 2,193 1,610 392 505 600 5,300

Kelompok WPS L, WPS TL, waria serta LSL dilakukan STBP yaitu melakukan survey perilaku diikuti dengan pengambilan darah serta pengambilan specimen melalui vagina untuk WPS, anal dan uretral pada Waria dan LSL. Pada Pelanggan pengambilan biologis lengkap hanya dilakukan di kota Pontianak.

2.

Wilayah pelaksanaan survei dibandingkan dengan

survei sebelumnya

Pelaksanaan survey sebelumnya, WPS L dan WPS TL serta Pria dilakukan adalah Kota Sorong, di mana mendapatkan survey sejak tahun 2002, 2004 dan 2007. Kota Makassar, Kota Bitung dan Kota Palembang dilakukan survey pada tahun 2002 dan 2004.

Tabel 8 Keterwakilan Kota dan Pelaksanan Survei Sebelumnya

Kota/Kabupaten WPS L WPS TL Risti Pria Waria LSL Penasun Remaja

Kota Palembang 3 3 3 1 Kota Tangerang 1 1 1 1 1 1 Kota Yogyakarta 1 1 1 1 1 1 Samarinda 1 1 1 1 Kota Pontianak 2 2 2 1 1 1 Kota Makassar 3 3 3 3 1 1 Kota Bitung 3 3 3 Kota Sorong 4 4 4 Kota Timika 1 1 1

Pada Waria, hanya kota Makassar yang telah dilakukan survey sebelumnya pada tahun 2002 dan 2004. Pada table di atas, angka 1 artinya adalah Kota yang mendapatkan survei pertama kali. Artinya, LSL, Penasun dan remaja seluruh area adalah area pertama kali diimplementasikan survei ini. Ini penting diperhatikan karena pada saat melihat kecendrungan dari tahun ke tahun.

(28)

B. Karakteristik Populasi

Pada karakteristik populasi di sini adalah karakteristik kelompok berrisiko, sedangkan remaja dimuat dalam bagian tersendiri. Karakteristik yang akan dibahas dalam bagian ini adalah umur responden, umur pertama kali berperilaku risiko, tingkat pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan dan status tinggal.

1.

Umur Responden

Pada Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden, didapatkan bahwa karakteristik umur responden pada WPS L, WPS TL, Pria dan waria paling banyak terdistribusi pada kelompok lebih dari 30 tahun. Ini perlu dipertimbangkan karena risiko prevalensi HIV tergantung dengan umur. Median umur pada masing-masing kelompok adalah 28 tahun (WPS L), 27 tahun (WPS TL), 33 tahun (Pria), 27 tahun(waria), 24 tahun (LSL) dan 25 tahun(penasun).

Gambar 1. Karakteristik menurut Umur Responden

Apabila dilihat survei sebelumnya, pada kelompok WPS L terdapat persamaan dengan survei tahun 2007. WPS TL lebih tua pada tahun 2009 dibanding tahun sebelumnya. Pada kelompok pria, penasun, LSL dan waria mempunyai median umur lebih muda dibandingkan survei sebelumnya. Lihat gambar di bawah ini.

(29)

13

Gambar 2. Perbandingan Umur Responden dengan Survei Sebelumnya

2.

Pendidikan

Tingkat pendidikan ini perlu diperhatikan terutama dalam hal melakukan pendekatan untuk menyampaikan informasi maupun bentuk medianya. Pada kelompok WPS L, didapatkan mayoritas berpendidikan SD, berbeda dengan kelompok WPS TL mempunyai pendidikan mayoritas adalah SMP dan SMA. Pada kelompok pria yang disurvei, mayoritas pendidikannya adalah SMA. Ini terjadi juga pada kelompok waria, LSL dan penasun. Pendidikan tertinggi berupa Akademi/PT tertinggi adalah pada kelompok LSL dan Penasun.

Gambar 3. Tingkat Pendidikan

Perbandingan pendidikan dari tahun ke tahun pada kelompok WPS L tidak terdapat perbedaan yang mencolok, tetapi terdapat peningkatan tingkat pendidikan pada kelompok SMP dan SMA.

(30)

Gambar 4. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya

untuk WPS L

Pendidikan pada WPS TL juga mengalami penurunan pada kelompok SD dan mengalami peningkatan pada kelompok SMA.

Gambar 5. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya

untuk WPS TL

3.

Status Pernikahan

Status perkawinan perlu dipertimbangkan terkait dengan interaksi ganda antara kelompok berrisiko dengan populasi umum. Lihat pada Gambar 6. .

(31)

15

Gambar 6. Persentase menurut Status Pernikahan

Status perkawinan pada kelompok waria dan LSL, mayoritas tidak pernah menikah. Menikah di sini adalah pernikahan dengan lawan jenis. Pada kelompok LSL, 10% di antaranya masih berstatus menikah. Pada kelompok WPS L dan WPS TL, 19% dan 29% di antaranya masih berstatus menikah, walaupun mayoritas menyatakan pernah menikah. Pada pria risti, mayoritas menyatakan masih dalam status pernikahan. Pada kelompok Penasun, 71% diantaranya menyatakan belum pernah menikah.

Pada tahun 2007, WPS L yang menikah adalah 10%, WPS TL 22%, Waria 7%, Pria 68%, LSL 15% dan penasun 27%. Artinya pada tahun 2009, kelompok WPS L, WPS TL dan Pria yang menikah persentasenya lebih banyak, sedangkan kelompok berrisiko lainnya lebih rendah.

4.

Sumber Pendapatan Utama

Pada kelompok waria, LSL dan penasun perlu dipertanyakan tentang pekerjaan mereka. Pada survei terdahulu didapatkan bahwa orang yang bekerja mempunyai posisi tawar yang lebih baik pada saat negosiasi penggunaan kondom maupun dalam rangka ketersediaan jarum suntik steril. Pada kelompok LSL, pekerjaan terbanyak adalah karyawan (43%) diikuti dengan pekerjaan bebas(17%). Pada kelompok Waria, pekerjaan terbanyak adalah salon (64%). Pada kelompok penasun, 57% di antaranya adalah pekerja bebas. Pada ketiga kelompok ternyata terdapat kelompok yang mendapatkan penghasilan sebagai uang saku sebagai pelajar terutama pada kelompok Penasun. Lihat pada Gambar 7.

(32)

Gambar 7. Persentase berdasar Sumber Pendapatan Utama

5.

Status tinggal

Status tinggal pada kelompok WPS L terbanyak berada di lokalisasi(58%), sedangkan pada kelompok WPS TL lebih banyak(25%) tinggal bersama teman mereka. Untuk itu, perlu pendekatan terhadap tempat tinggal mereka untuk mencakup seluruh populasi WPS L maupun WPS TL. Pada kelompok WPS L dan WPS TL terdapat 11% dan 15% masih tinggal bersama suami mereka.

Gambar 8. Persentase menurut Status Tinggal WPS L dan WPS TL

Pada Gambar 9. , kelompok Pria, mayoritas (67%) tinggal bersama istri mereka. Waria juga banyak yang tinggal bersama keluarga mereka (44%). Pada LSL, banyak yang tinggal bersama keluarga mereka tetapi banyak (25%) juga tinggal bersama dengan istri mereka. Waria dan LSL

(33)

17

yang tinggal bersama pasangan lelaki mereka hanya sebesar 3%. Kelompok penasun, masih banyak(67%) yang tinggal bersama keluarga mereka, karena dari mayoritas menyatakan belum pernah menikah.

Gambar 9. Persentase menurut Status Tinggal Pria Risti, Waria, LSL dan

Penasun

6.

Umur Pertama Kali Berperilaku Risiko

Umur pertama kali berperilaku risiko menjadi salah satu risiko terjadinya HIV. Perilaku berrisiko untuk WPSL dan WPSTL adalah umur pertama kali melakukan hubungan seks secara komersial. Pada Gambar 10. , didapatkan bahwa kebanyakan umur pertama kali melakukan hubungan seks secara komersial pada umur lebih dari 15 tahun, pada kelompok WPS TL terbanyak pada kelompok 15-19 tahun di mana merupakan usia pendidikan untuk SLTA. Pria risti, juga dikatakan berisiko bila mempunyai hubungan seks dengan penjaja seks. Kebanyakan mereka mulai membeli seks sejak umur 15-19 tahun.

Untuk kelompok Waria dan LSL, dikatakan umur berrisiko apabila mereka melakukan hubungan seks pertama kali, karena hubungan seks pada waria dan LSL merupakan kegiatan seksual berisiko sehingga pertama kali hubungan ses merupakan umur berisiko. Mayoritas umur seks pertama kali di bawah umur 19 tahun.

Pada kelompok penasun di 4 kota tersebut. Didapatkan usia pertama kali menyuntik narkotika dimulai dari umur kurang dari 15 tahun. Untuk itu, perlu kegiatan yang kondusif dilakukan pada kelompok SD maupun SMP tentang penggunaan narkoba.

(34)

Gambar 10. Persentase menurut Umur Pertama Kali Berperilaku Berrisiko

Bila dibandingkan dengan hasil STBP 2007, pada penasun mayoritas memulai perilaku berrisiko mayoritas pada kelompok umur 15-25 tahun, sedangkan pada STBP ini, mayoritas adalah umur kurang dari 15 tahun. Pada kelompok Waria pada tahun 2007, banyak dimulai pada umur pertama kali melakukan kegiatan berrisiko pada umur lebih dari 15 tahun, sedangkan STBP 2009 banyak di bawah umur 15 tahun.

C. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi

Pada bagian ini membahas tingkat pengetahuan dan persepsi masing-masing kelompok berrisiko meliputi sumber informasi, pengetahuan penularan dan cara pencegahan, pemahaman yang kelru dan persepsi berrisiko. Pada bagian sumber infomasi dibahas dari mana sumber informasi untuk mengetahui HIV dan cara pencegahannya. Penularan dan cara pencegahan akan membahas mengenai pengetahuan tentang HIV berdasarkan indikator MDG. Untuk pemahaman yang keliru dilihat kesalahpahaman kelompok risti terhadap pengetahuan yang mereka punya. Pada bagian terakhir dibahas mengenai persepsi mereka tentang risiko mereka terkait dengan perilaku yang mereka kerjakan.

1.

Sumber Informasi

Sebagian besar responden sudah pernah mendapatkan informasi tentang HIV dan AIDS. Sumber informasi yang ditanyakan adalah radio, TV, koran, poster, petugas kesehatan, petugas lapangan (PL), teman sebaya dan konselor. Sumber informasi yang paling banyak disebutkan oleh semua kelompok adalah dari TV yaitu WPS Langsung (71 persen), WPS Tidak Langsung (79 persen), LSL (83 persen), Waria (78 persen), Pria Risti (93 persen), dan Penasun (88 persen). Konselor adalah salah satu sumber informasi yang paling sedikit disebutkan oleh WPS Langsung (27 persen), WPS Tidak Langsung (12 persen), LSL (25 persen), Waria (27 persen), Pria Risti (6 persen), dan Penasun (35 persen). Seperti terlihat pada

(35)

19

(36)

Tabel 9 Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang

HIV-AIDS

Kelompok Radio TV Koran Poster Petugas Kesehatan PL Teman Sebaya Konselor WPS L 32 71 49 57 70 45 50 27 WPS TL 39 79 59 57 51 27 47 12 LSL 44 83 74 74 39 36 82 25 Waria 40 78 69 75 67 39 73 27 Pria Risti 55 93 71 70 33 10 41 6 Penasun 45 88 74 81 58 48 82 35

Ada beberapa yang pertanyaan yang selalu ditanyakan dalam survey tahun 2007 yaitu sumber informasi tentang HIV dan AIDS. Dari tahun ke tahun sumber informasi yang paling banyak disebutkan WPS Langsung berubah, pada tahun 2007 disebutkan Petugas Kesehatan (81 persen dan pada tahun 2009 menjadi TV (71 persen), tetapi WPS Tidak Langsung selalu mendapatkan informasi paling banyak dari TV. Secara umum persentase sumber informasi dari segala media menurun dari tahun ke tahun.

Tabel 10. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber

Informasi melalui Media tentang HIV dan AIDS

Kelompok Radio TV Koran Poster

2007 2009 2007 2009 2007 2009 2007 2009 WPS L 45 32 74 71 49 49 64 57 WPS TL 52 39 87 79 70 59 67 57 LSL 44 83 74 74 Waria 40 78 69 75 Pria Risti 55 93 71 70 Penasun 45 88 74 81

(37)

21

Tabel 11. Perbandingan Persentase Responden Menurut Sumber Informasi

melalui petugas tentang HIV dan AIDS

Kelompok

Petugas

Kesehatan Lapangan Petugas Teman Sebaya Konselor 2007 2009 2007 2009 2007 2009 2007 2009 WPS L 81 70 66 45 57 50 32 27 WPS TL 75 51 49 27 59 47 26 12 LSL 39 36 82 25 Waria 67 39 73 27 Pria Risti 33 10 41 6 Penasun 58 48 82 35

2.

Pengetahuan Cara Penularan dan Pencegahan HIV

Berdasarkan indikator MDGs, pengetahuan komprehensif didasarkan atas 5 pertanyaan, yaitu: (tahu bahwa (1) saling setia dan (2) menggunakan kondom dapat mencegah penularan HIV, tahu bahwa (3) gigitan nyamuk dan (4) menggunakan alat makan bersama tidak menularkan HIV, serta tahu (5) orang yang terlihat sehat bisa saja sudah terinfeksi HIV). Semua pertanyaan tersebut harus dijawab dengan benar oleh responden sehingga responden dikategorikan cukup memahami cara penularan dan pencegahan HIV.

Gambar 11. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif

16 11 30 27 77 33 0 20 40 60 80 100

W P S L W P S T L W aria P ria R is ti L S L P enas un

P

e

rs

e

n

Hasil STBP 2009 menunjukkan kelompok LSL memiliki pengetahuan komprehensif yang paling tinggi (77 persen) dan yang paling rendah adalah kelompok WPS TL (11 persen).

(38)

Gambar 12. Persentase Responden Menurut Pengetahuan Komprehensif

berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs

69 71 71 76 79 84 79 77 72 64 80 84 26 27 73 70 34 24 28 28 75 68 35 27 62 69 86 88 20 20 0 20 40 60 80 100

W P S L W P S T L W aria P ria L S L P enas un

S etia Menggunakan K ondom

G igitan Nyamuk Menggunakan Alat Makan/Minum T ahu O D HA dengan Melihat

Berdasarkan lima pertanyaan pengetahuan komprehensif sesuai indikator MDGs, didapat hasil bahwa pada kelompok WPS Langsung (79 persen), WPS tidak langsung (77 persen), LSL (80 persen), dan Penasun (84 persen), pengetahuan tentang HIV dapat dicegah dengan menggunakan kondom adalah yang paling tinggi. Sedangkan pada kelompok Waria (86 persen) dan Pelanggan (88 persen), pengetahuan tentang mendeteksi ODHA tidak hanya dengan melihatnya saja adalah yang paling tinggi. Selain itu pada kelompok penasun (84 persen), pengetahuan tentang HIV dapat dicegah dengan saling setia pada satu pasangan juga paling tinggi.

Ada lima pertanyaan yang selalu ditanyakan dalam survey tahun 2002, 2004, 2007, dan 2009 untuk menggambarkan perbandingan persentase responden menurut pengetahuan komprehensif berdasarkan lima pertanyaan indicator MDGs.

Gambar

Tabel 4 Perencanaan dan Realisasi Responden WPS L, WPS TL dan Pria  Risti Pelaksanaan STBP 2009
Gambar  5. Tingkat Pendidikan Dibandingkan dengan Survei Sebelumnya  untuk WPS TL
Gambar  9. Persentase menurut Status Tinggal Pria Risti, Waria, LSL dan  Penasun
Tabel 9 Persentase Responden Menurut Sumber Informasi tentang HIV- HIV-AIDS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi serviks wanita pekerja seksual tidak langsung (WPS-TL) pada hotspot X Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru, maka

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks Berisiko terhadap Penularan HIV/AIDS pada Kelompok Pengguna Narkoba Suntik Di Jakarta, Bandung dan Surabaya (Analisis Data

Pada saat terakhir melakukan berhubungan seks anal dengan pria tanpa membayar/dibayar, apakah Anda menyarankan untuk menggunakan kondom1. Pada saat melakukan seks anal

Selama sebulan terakhir, berapa sering Anda menggunakan pelicin kondom pada saat melakukan seks anal dengan waria yang Anda bayar?. R.45: Hanya untuk Pasangan Seks Wanita

Dalam hubungan seks vaginal tersebut berapa kali pria lain (yang bukan suami/ pasangan tetap) Anda menggunakan

Hubungan Antara Pemahaman tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS Pada Wanita Penjaja Seks Langsung.. Informasi tentang penyebaran HIV, membuat banyak

Adapun hasil kegiatan ini yaitu masih banyaknya ODHA dari populasi wanita pekerja seks (WPS) yang sering pindah-pindah sehingga menyulitkan untuk monitoring

Warga Binaan Pemasyarakatan atau narapidana merupakan salah satu populasi yang berisiko IMS dan HIV/AIDS. Narapidana pria mempunyai perilaku seksual berisiko lebih tinggi