• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Pada dasarnya Pesangon bagi Pengusaha adalah Biaya yang harus dibayarkan kepada pekerja/buruh sebagai kewajiban bila terjadi PHK. Pesangon seutuhnya merupakan Biaya Kompensasi PHK yang terdiri dari: Uang Pesangon(UP), Uang Penghargaan Masa Kerja (UPMK), dan Uang Penggantian Hak (UPH).

• Imbalan PHK merupakan salah satu dari beberapa Jaminan Sosial Tenaga Kerja, oleh karena itu perlu kajian yang komprehensif dan terintegrasi termasuk didalamnya harmonisasi dan penyempurnaan peraturan perundangan. Disamping kebijakan pengupahan, kebijakan Imbalan PHK Manfaat Pasti yang merupakan fungsi turunan gaji - berakibat mempengaruhi iklim investasi dan penciptaan lapangan kerja. Besar Imbalan PHK berdasarkan UU 13/2003 termasuk salah satu tertinggi didunia naik 2x lipat dari kebijakan tahun 1996 dan 3x lipat dari kebijakan tahun 1986. Tingginya Imbalan PHK Manfaat Pasti akan lebih menguntungkan Pekerja berpenghasilan tinggi ketimbang meningkatkan kesejahteraan Pekerja berpenghasilan rendah. Seyogyanya kebijakan ini ditinjau lagi dan disesuaikan agar lebih adil dan setara dengan negara lain

• Kebijakan kenaikan uang pesangon secara signifikan dalam kondisi pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat dimana penciptaan lapangan kerja menjadi prioritas adalah - kebijakan yang tidak tepat. Sementara banyak negara di Amerika Latin mereformasi uang pesangon, di Indonesia justru sebaliknya - mengambil kebijakan yang berlawanan dengan menaikannya secara sangat signifikan.

• Besaran Imbalan PHK UU13/2003 sebesar +/- 13% upah (hasil penelitian Unpad) adalah terlalu besar baik bagi Pemberi Kerja maupun dalam praktek bisnis pada umumnya. Komposisi dari 13% tersebut adalah:

- Pesangon 9%

- Uang Penggantian Hak (UPH) 1.5% - Penghargaan Masa Kerja (PMK) 2.5%

• Penghargaan Masa Kerja tumpang tindih dengan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Substansi sama nama berbeda.

• Tujuan, Alokasi Besaran, dan Sifat Manfaat (manfaat pasti / iuran pasti) atas Imbalan PHK tidak tepat

• Pesangon dan UPH seharusnya didefinisikan sebagai uang tunggu untuk mendapatkan pekerjaan kembali. Besaran maximum adalah 6 bln disesuaikan dengan masa kerja dan tingginya upah (ketentuan ceiling atau degresif sesuai PTKP). Diperkirakan alokasi untuk ini adalah sekitar 2-3% upah.

• PMK lebih tepat ditempatkan dalam posisi Dana Pensiun Wajib (Public Pension Fund). Kontribusinya menyesuaikan dengan UU. 40/2004 SJSN dilakukan sharing dengan Pekerja. Pemisahan Dana Pensiun yang bersifat Publik (Public Pensiun Fund) yang wajib dan Dana Pensiun Privat (Private Pension Fund) yang bersifat sukarela.

• Dana Pensiun Publik sifatnya wajib dan kontribusinya sharing antara Pemberi Kerja dan Pekerja - menyesuaikan dengan UU 40/2004 SJSN. Porsi Pemberi Kerja mungkin 7-10% upah (sebagai kompromi penyesuaian UU 13/2003) namun ada batasan ceiling. Untuk level gaji diatas ceiling - Pemberi Kerja tidak wajib berkontribusi. Porsi gaji diatas ceiling ini diatur dalam Dana Pensiun Privat yang sifat kontribusinya sukarela.

Kenaikan uang pesangon harus mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi

Posisi KADIN – APINDO mengenai:

RPP PESANGON

Disampaikan oleh Hasanudin Rachman

Rapat Kadin Indonesia dan Apindo Jakarta, 27 Juli 2007

Imbalan PHK perlu ditinjau kembali agar adil dan setara dengan Negara lain

Besaran imbalan PHK, Masa Kerja, tujuan, alokasi besaran dan sifat manfaat perlu ditinjau kembali

(2)

Posisi Kadin Indonesia mengenai RUU Usaha Mikro, Kecil, Menengah

• Dana Pensiun seyogyanya menganut manfaat: Iuran Pasti (seperti yang ada sekarang) dan manfaatnya dibayarkan secara berkala. Dana Pensiun Manfaat Pasti sangat berpotensi insolven dimasa mendatang sebagaimana terjadi di banyak negara lain (catatan: Taspen juga menganut Manfaat Pasti dan saat ini dalam posisi insolven). Penyesuaian Dana Pensiun dari Manfaat Pasti ke Iuran Pasti berati harus merivisi UU 40/2004 SJSN

• Usulan ini diharapkan tidak merubah % besaran manfaat (kecuali bagi penghasilan diatas batas ceiling) namun hanya merelokasi besaran manfaat dan saat pemberian manfaat agar Imbalan PHK lebih proporsional dan bermanfaat. • Bagi Pengusaha, memberikan tanda penghargaan yang dikaitkan dengan

berakhirnya hubungan kerja pada dasarnya tidak menjadi masalah. Namun dalam praktek perundang-undangan sekarang, biaya pengakhiran hubungan kerja menjadi beban yang disebabkan karena pengaturan yang tumpang tindih, misalnya beberapa istilah terkait yang notabene adalah “cost” bagi pengusaha, yaitu :

- Program pensiun dikaitkan dengan usia - Jaminan Hari tua dikaitkan dengan usia - Kompensasi PHK (UP, UPMK, UPH)

disamping dengan usia (masa kerja) juga terkait dengan PHK oleh berbagai sebab dan alasan. Bila semua hal-hal tersebut di atas akan disatukan dengan program asuransi kompensasi PHK, idealnya tidak ada istilah atau sistem yang lain yaitu asuransi PHK

APINDO-KADIN sangat berkepentingan dalam pembahasan RPP Kompensasi PHK • Diharapkan dengan adanya RPP mengenai Kompensasi PHK yang memberikan

manfaat lebih baik bagi dunia usaha akan membantu peningkatan iklim investasi di Indonesia

• RPP Kompensasi PHK nantinya harus tidak lebih memberatkan dari pada aturan dalam Pasal 156 ayat 2,3 & 4 UU 13/2003.

• Pada awal pembahasan mengenai RPP Pesangon, APINDO-KADIN mengambil sikap sebagai berikut:

- Pesangon maksimal 6 bulan upah; - Ceiling Wages 5X PTKP;

- Yang dicover hanya Uang Pesangon saja;

- UPMK dan UPH diselaraskan dengan UU terkait, yaitu UU Jamsostek dan Dana Pensiun;

- Kewajiban bayar bagi Perusahaan yang labor intensif hanya 1X Uang Pesangon.

• Dalam perkembangannya, APINDO-KADIN melakukan kajian lebih mendalam dengan melibatkan Asosiasi Asuransi dan Asosiasi DPLK

• Dari hasil penghitungan sementara didapatkan data bahwa beban yang harus ditanggung pengusaha dalam hal terjadi PHK sesuai dengan UU 13/2003 apabila diasuransikan masih tetap BESAR.

- Asuransi Umum : ± 6%

- Asuransi Jiwa : ± 0,5% Estimasi

- DPLK : ± 9-10%

Kamar Dagang dan Industri Indonesia Jakarta, 27 Juli 2006

Kadin Indonesia_Apindo_RPP Pesangon 2

Penyesuaian dana pension dari Manfaat Pasti ke Iuran Pasti

Peraturan pengahiran hubungan kerja tumpang tindih perlu disatukan dalam system lain yaitu asuransi PHK

Rekomendasi KADIN-APINDO mengenai pesangon maksimal, ceiling wages, penyelarasan dengan UU terkait, Jamsostek, Dana Pensiun,

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan komunikasi yang terdapat di dalam perancangan identitas dari Situs Taman Purbakala Cipari ini adalah menciptakan suatu identitas berupa logo yang memiliki ciri khas dan

berdasarkan hasil uji ANOVA dengan signifikansi 0.000 (p<0.01); (2) pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing – masing berbeda

Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.Urtikaria atau

tersebut, karena merupakan pesan atau solusi yang diperpendek menjadi sebuah kata-kata yang mudah dimengerti, serta dapat memotivasi pendengar, penyiar berusaha

Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah..

sanggahan selama 3 (1iga) hari kerja dari langgal 16 Sid 18 Juni 2015, yang dilujukan kepada Uni1. Layanan Pengadaan Kementerian