PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN DONGGALA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
Moe’tamar
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Kegiatan prospeksi dibagi dalam 2 blok, blok utara dan blok selatan, yang meliputi 3 (tiga)
wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol dan Kecamatan Sojol Utara.
Metoda prospeksi yang dilakukan meliputi pengumpulan data sekunder; pengumpulan data
primer dan analisis laboratorium untuk mengetahui secara pasti kandungan unsur logam yang
terdapat dalam bijih.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan didukung oleh analisis geokimia endapan
sungai dan batuan maka diperoleh 2 zona prospek dan beberapa zona indikasi adanya
mineralisasi. Di wilayah Blok Selatan, prospek logam dasar dan besi terdapat di daerah Bukit
Bayang dan Bukit Ogololo ditunjukkan oleh hasil analisis geokimia batuan berkisar (2060-9345)
ppm tembaga (Cu), kandung besi berkisar (8,14-36,36)% juga termasuk ke dalam zona anomali
geokimia sedimen sungai Mn-Cu_As. Daerah prospek logam emas ditemukan pada sebaran
urat yang memotong granit mika lapuk di wilayah Bukit Tintina. Hasil analisis geokimia batuan
menunjukkan angka yang tinggi diantaranya pada conto DG 010 R dengan kandungan
(4,348-174,100) ppm Au, yang didukung oleh zona anomali gabungan Au-As dan Au- Mo. Hasil
analisis inklusi fluida pada conto urat kuarsa mengindikasikan mineralisasi emas di Bukit Tintina
diduga merupakan model sistem urat emas perak epithermal sulfidasi rendah berada pada zona
Precious Metal Horizon bagian bawah hingga Base metal (model kompilasi dari :
Buchanan1980, dkk). Daerah indikasi mineralisasi logam hanya didukung oleh adanya zona
anomali gabungan diantaranya pada indikasi mineralisasi Dola, Lembahmukti dan Silandoya.
Untuk wilayah Blok Utara indikasi mineralisasi diantaranya indikasi mineralisasi Pesi
terdapatnya urat kuarsa tebal 1m yang memotong batuan granit-granodiorit, urat tersebut
mengandung 1017 ppb atau 1,017 ppm emas dan indikasi mineralisasi logam Tandiyo adanya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Donggala ini didasarkan dari
penyelidik terdahulu dan ditinjau dari segi
geologi, kemungkinan daerah ini masih
mempunyai potensi keterdapatan mineral
logam maupun mineral-mineral lainnya.
Wilayah Kabupaten Donggala berada pada
busur magmatik, yang memungkinkan
untuk terbentuknya endapan logam dasar
dan logam mulia.
Berkenaan dengan salah satu tugas dan
fungsi Pusat Sumber Daya Geologi, maka
pada Tahun Anggaran 2009, Kelompok
Program Penelitian Mineral melakukan
prospeksi Mineral Logam di Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.
Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya prospeksi mineral
logam di Kabupaten Donggala, Provinsi
Sulawesi Tengah adalah untuk mencari
data primer maupun data sekunder tentang
potensi sumberdaya mineral yang terdapat
di daerah ini untuk melengkapi bank data
mineral data yang telah dimiliki oleh Pusat
Sumber Daya Geologi.
Tujuannya adalah untuk pemutakhiran
Bank Data Sumber Daya Mineral Nasional
dengan data terbaru dan akurat. Data
tersebut dapat membantu untuk
memudahkan pemerintah daerah setempat
dalam rangka pengembangan wilayah guna
menggali pendapatan asli daerah di bidang
pertambangan.
Lokasi Penyelidikan
Secara administratif, daerah penyelidikan
termasuk dalam wilayah Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, yang
meliputi 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu
Kecamatan Damsol, Kecamatan Sojol dan
Kecamatan Sojol Utara, lokasi tersebut
dibagi menjadi 2 blok yaitu Blok Utara
(meliputi sebagian Kecamatan Sojol dan
Kecamatan Sojol Utara) dan Blok Selatan
(meliputi sebagian Kecamatan Sojol dan
Kecamatan Damsol), (Gambar 1).
Metoda
. Metoda dan tahapan penyelidikan adalah
sebagai berikut :
• Pengumpulan data sekunder;
mempelajari data maupun
laporan-laporan terdahulu berkaitan dengan
aspek geologi, indikasi mineralisasi
di daerah penyelidikan.
• Pengumpulan data primer
melakukan pengamatan langsung
di lapangan untuk mengetahui
adanya indikasi mineralisasi yang
terdapat di wilayah penyelidikan.
Penyelidikan dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan
singkapan batuan termineralisasi,
penyelidikan geokimia,
pengambilan conto geokimia
sedimen sungai, batuan dan
konsentrat dulang, penyelidikan
geologi dilakukan dengan peta
sekala 1 : 50.000 .
• Analisis Laboratorium, analisis
yang dilakukan berkaitan dengan
penyelidikan ini yaitu analisis kimia
Penyelidik Terdahulu
Penyelidik terdahulu yang melakukan
kegiatan penyelidikan di daerah ini antara
lain adalah :
1. PT. Rio Tinto Indonesia pada
tahun 1973 – 1980 menemukan
endapan molibdenit tipe porpiri di
daerah Malala, Kecamatan
Dondo, Kabupaten Toli-toli.
2. Pusat Penelitan dan
Pengembagan Geologi pada
tahun 1973 – 1976, dilanjutkan
pada tahun 1990 – 1993
melakukan pemetaan bersistem
daerah ini.
3. Direktorat Sumber Daya Mineral
pada tahun 1999 – 2000
melakukan kegiatan eksplorasi
geokimia di daerah ini.
4. Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral pada tahun 2002
melakukan kegiatan inventarisasi
dan evaluasi mineral logam
5. Pusat Sumber Daya Geologi pada
tahun 2008 melakukan kegiatan
Eksplorasi Umum Felspar
GEOLOGI REGIONAL DAN INDIKASI MINERALISASI (BAHAN GALIAN)
Tatanan Tektonik P. Sulawesi
Secara regional Pulau Sulawesi terletak di
antara lempeng-lempeng benua Eurasia,
Indian-Australia dan Pasifik yang saling
bertabrakan, dan terletak serta merupakan
pinggiran lempeng aktif Pasifik bagian
barat. (Gambar 2)
Pola tektonik Pulau Sulawesi dapat
disimpulkan terdiri dari dua zona busur
tektonik. Salah satunya adalah busur
tektonik bagian barat yang terdiri dari
lengan selatan, lengan utara dan bagian
tengah Pulau Sulawesi. Busur tektonik
yang lainnya adalah busur tektonik bagian
timur yang terdiri dari lengan tenggara dan
timur Pulau Sulawesi.
Pada akhir Paleosen, pergerakan Lempeng
Pasifik berlanjut dan perlahan-lahan
mendorong Sulawesi ke arah Benua Asia,
menyebabkan tertutupnya laut antara
Sulawesi dan Kalimantan. Kemudian terjadi
tumbukan antara bagian barat Busur
Sulawesi dan bagian timur Busur
Kalimantan, menyebabkan terbentuknya
obduksi ofiolit di Pegunungan Meratus dan
sedikit deformasi batuan sedimen di
cekungan minyak Kalimantan Timur. Pada
Kuarter, selama terjadinya proses patahan
geser Palu-Koro, Selat Makassar menjadi
terbuka.
Daerah penyelidikan terletak di daerah
busur tektonik bagian barat. Secara umum
busur ini terdiri dari batuan gunungapi dan
batuan plutonik, sedangkan busur tektonik
bagian timur terdiri dari jalur batuan
metamorfik, fragmen ofiolit dan komplek
subduksi.
Di busur tektonik bagian barat, komplek
subduksi Kapur ditutupi oleh batuan
sedimen. Di atasnya terletak lapisan
paparan benua Paleogen Atas, yang
kemudian ditutupi oleh batuan volkanik dan
sedimen Neogen dan diintrusi oleh batuan
Indikasi Mineralisasi
Indikasi mineralisasi yang terdapat di
daerah Kabupaten Donggala dan
sekitarnya adalah sebagai berikut :
• Emas primer terdapat di Poboya,
Palu telah diambil oleh masyarakat
.
• Emas letakan terdapat di daerah
hulu S. Lariang, Kasimbar Parigi
telah diusahakan oleh penduduk
setempat secara tradisional.
• Tembaga terdapat berupa bongkah
urat kuarsa yang mengandung
kalkopirit dan malahit ditemukan . di
tenggara Baulause, mengandung
3,5%.dan di sebelah selatan muara
Bainaa,pada batuan yang terpotong
barik kalsit, terkersikkan,.
mengandung Cu 4360 ppm,
• Galena ditemukan sebagai urat di
dalam granit, mengandung Pb
sebesar 8,89% terdapat di barat
kota Palu (Rio, Kecamatan Pakera),
selain itu terdapat di S. Mamara,
Sidondo dan Banggai (Kecamatan
Banggai).
HASIL PENYELIDIKAN
Geologi Daerah Penyelidikan Stratigrafi
Satuan batuan yang terdapat di daerah
penyelidikan yang teramati di lapangan
mengacu pada Peta Geologi Lembar
Tolitoli, Sulawesi Utara, sekala 1: 250.000
yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi (Nana
Ratman, dkk., 1976) ini meliputi batuan
metasedimen batuan terobosan (intrusi)
dan batuan sedimen, sedangkan batuan
gunungapi berupa lava yang menyisip pada
batuan sabak yang tidak bisa terpisahkan
dengan satuan metasedimen. Urutan
stratigrafi dari batuan tertua ke yang muda
adalah sebagai berikut :
Satuan batuan metasedimen:
Batuan meta sedimen di daerah
penyelidikan terbagi menjadi 2, batuan
metasedimen kuat dan batuan
metasedimen lemah–sedang. Batuan
metasedimen kuat yang terdiri skis biotit
kuarsa, genes, kadang terpotong oleh urat
kuarsa yang kadang mengandung pirit.
Batuan tersebut tersebar di daerah
Siraurang, satuan batuan ini biasa disebut
Komplek Metamorfosis (Km) oleh Nana
Ratman 1976. Batuan metasedimen
lemah–sedang terdiri dari sabak, lanau dan
serpih merah yang kompak dan cukup
keras satuan batuan ini dimasukkan ke
dalam Formasi Tinombo (Tts) oleh Nana
Ratman, 1976. Penyebaran batuan ini
meliputi bagian barat dekat pantai hingga
bagian tengah daerah penyelidikan. Pada
pengamatan di lapangan, batusabak jelas
teramati di bagian tengah dimana secara
setempat diterobos retas andesit dan granit
sejajar foliasi terkesan menyatu sehingga
sulit dipisahkan.
Batulanau dan serpih merah sangat jelas
teramati di bagian barat daerah
penyelidikan kedudukan hampir
utara-selatan. Sedangkan batusabak umumnya
memiliki foliasi hampir utara-selatan
dengan kemiringan 42 derajat dan belahan
(“cleavage”) N255°E/65°, dimana secara
Satuan batuan terobosan (intrusif)
Batuan intrusif yang dapat diamati di
daerah ini terdiri dari granit, diorit, andesit
dan adamelit. Jika mengacu pada peta
geologi regional yang dipublikasikan
Puslitbang Geologi, batuan intrusi ini tidak
dipisahkan per litologi dalam peta (tidak
terpetakan), hal ini disebabkan karena
dimensinya yang terlalu kecil dan berselang
seling satu sama lain.
Granit
Pada pengamatan lapangan, batuan granit
tampak lebih luas penyebarannya
dibandingkan batuan intrusi lainnya. Granit
ini dicirikan dengan tekstur porfiritik yang
umumnya berbutir sedang hingga faneritik.
Secara megaskopis juga teramati adanya
mineral sulfida logam (pirit) dalam batuan
ini. Pada Blok Utara batuan granit (DGO 68
R) teramati dibawah mikroskop holokristalin
dengan tekstur hipidiomorfik granular dan
grafik berbutir halus hingga 3 mm,
anhedral-sub hedral sedikit terubah dengan
komposisi plagioklas 48%, ortoklas 18%,
mineral opak 4% teramati jejak-jejak serisit
dan lempung. Pada lokasi yang lain batuan
granit ini tampak mengandung urat kuarsa
dengan ketebalan hingga 1 m dan
kedudukan N 100° E/60° (lokasi conto DG
62/RB pada Foto 1). Penyebaran granit
meliputi bagian tengah, timur dan barat
daerah penyelidikan.
Untuk daerah penyelidikan Blok Selatan
tepatnya di daerah Bukit Tintina dan hulu S.
Dola teramati singkapan batuan granit
lapuk yang terpotong oleh urat kuarsa
dengan arah timur-barat dan mengandung
emas, pada saat penelitian terlihat
beberapa penduduk setempat yang
melakukan penggalian di daerah tersebut
(Foto 2). Di S. Ponju, cabang dari S.
Silandoya batuan granit (DG 50 R) di
bawah mikroskop teramati holokristalin
dengan tekstur hipidiomorfik granular
Granodiorit
Batuan ini teramati di Sungai Olopiso
Daerah Dalaong, telah mengalami
silisifikasi dan mengandung sulfida (pirit)
hingga 5%, pada bagian hulu teramati
batuan ini menerobos batuan sabak sejajar
foliasi. Secara megaskopis batuan ini
tersusun terutama dari feldspar bertekstur
kasar dan mengandung sekitar 10%
kuarsa.
Andesit
Batuan ini banyak teramati berupa
retas-retas kecil menerobos batuan sabak sejajar
foliasi. Umumnya bertekstur halus hingga
porfiritik sebagaimana teramati di bagian
hulu Sungai Balani. Pada Blok Selatan, S.
Dola teramati singkapan batuan andesit
(DG 117 R) yang telah terubah
Adamelit
Batuan ini dicirikan oleh tekstur batuan
porfiritik dengan kristal feldspar berukuran
besar hingga 5 cm dan tersingkap dengan
terbatas di sekitar Losung.
Satuan batuan sedimen
Satuan konglomerat, batupasir kuarsa,
napal dan meta sedimen satuan ini setara
dengan Formasi Molasa Celebes Sarasin
dan Sarasin (Qts) terdiri dari berumur akhir
Aluvium dan endapan pantai (Qal), terdiri
dari kerikil, lumpur, pasir, kerikil dan kerakal,
teramati pada daerah penyelidikan di Desa
Pesi Kecamatan Sojol Utara, Desa Malonas
Kecamatan Damsol dan pedataran
sepanjang pantai.
Struktur Geologi
Petunjuk struktur geologi di daerah
penyelidikan teramati pada singkapan urat
kuarsa berupa “offset” patahan normal
pada batuan granit di dekat Mapaga dan
pada daerah bagian selatan penyelidikan
yaitu di Desa Ponju. Secara umum struktur
sesar berkembang dengan arah dominan
barat laut-tenggara dan utara-selatan
Ubahan Blok Utara
Pada daerah penyelidikan Blok Utara
(sebagian Kecamatan Sojol dan
Kecamatan Sojol Utara) jarang ditemukan
batuan ubahan, berdasarkan pengamatan
lapangan terdapat ubahan argilik terjadi
pada batuan granitik yang terpotong oleh
urat kuarsa tebal 1 m pada bidang retakan
diisi oleh limonit (DGO/068/R) di daerah
Pesi.
Blok Selatan
Ubahan yang terjadi di daerah Blok Selatan
(sebagian Kecamatan Damsol dan
Kecamatan Sojol Utara) ini diantaranya
ubahan argilik yang berkembang pada
daerah mineralisasi logam dasar dan logam
besi yang berada di Bukit Bayang, Bukit
Ogololo (DG 025 R) dengan mineral
muscovite, illite, dan kaolinite juga indikasi
mineralisasi logam mulia Bukit Tintina.
Selain daerah tersebut ubahan argilik juga
berkembang di daerah hulu S. Long, pada
daerah ini juga terdapat urat kuarsa yang
sejajar dengan foliasi batuan meta sedimen
dengan arah umum utara-selatan
Mineralisasi
Mineralisasi yang ditemukan berdasarkan
pengamatan lapangan antara lain adalah
sebagai berikut :
Blok Utara
Daerah Blok Utara tidak dijumpai daerah
prospek mineralisasi yang signifikan, tidak
ditemukannya singkapan alterasi yang luas
dan singkapan mineralisasi logam. Namun
di beberapa lokasi dijumpai indikasi
mineralisasi yang didukung oleh ubahan
yang tidak luas dan kandungan mineral
logamnya kecil serta termasuk ke dalam
zona anomali gabungan dari geokimia
endapan sungai aktif maka daerah tersebut
dikelompokkan menjadi daerah indikasi
mineralisasi logam :
• Indikasi Mineralisasi Tandiyo, daerah
ini secara megaskopik teramati adanya
pirit halus (DGO/101/R) tersingkap di S.
Tandiyo Desa Ogoamas Kecamatan
Sojol Utara pada daerah ini terindikasi
dari anomali gabungan unsur
Zn-Ag-Pb-Mo-Fe di S. cabang kanan Tandiyo
dan Zn-As-Pb-Mn-Cu di S. Tandiyo
geokimia endapan sungai aktif ( Peta
1).
• Indikasi Mineralisasi Pesi. Daerah ini
secara megaskopik teramati adanya
urat kuarsa setebal 1 m pada batuan
granitik, putih, limonit mengisi rekahan,
transparan dan sugary (DG 062 R), dari
hasil analisis mengandung 1017 ppb
Blok Selatan
Di daerah blok selatan (sebagian
Kecamatan Damsol dan Kecamatan Sojol
Utara) ditemukan 2 (dua) lokasi daerah
prospek mineralisasi logam dan 2 daerah
indikasi mineralisasi logam dengan
perincian sebagai berikut (Peta 2).
Daerah Mineralisasi Logam
• Mineralisasi Emas Bukit Tintina,
ditemukan dari conto konsentrat
dulang pada conto DG/021/P (S.
Pangagasan) dan DG/113/P (S. Dola)
adalah sungai-sungai yang mengalir
dari Bukit Tintina, pada lokasi Bukit
Tintina terdapat singkapan Urat kuarsa
yang telah digali oleh masyarat pada
batuan granit mika lapuk berwarna
coklat berbintik putih dan hitam sedikit
sulfida, (DG/010/RA ; DG/010/RB)
hasil analisis kimia menunjukan 4348
ppb Au ; 174.100 ppb Au urat kuarsa
tersebut berwarna putih abu-abu,
banyak Fe-oksida dengan ketebalan
bervariasi antara 5 cm hingga 10 cm
diantara urat-urat tersebut mempunyai
kedudukan N 280° E/49°, pada urat
(DG 010 RC) dengan ketebalan 30 cm
mengandung 19.390 ppb Au (Foto 3).
Dari hasil zona anomali geokimia
endapan sungai aktif gabungan unsur
As-Mo dan As-Au menempati daerah
tersebut.
Dari hasil analisis mineragrafi pada conto
batuan urat kuarsa yang digali oleh
penambang tanpa ijin (DG/022/R) dibawah
mikroskop cahaya pantul teridentifikasi pirit,
emas berbutir halus hingga kurang lebih 0,1
mm tersebar dalam batuan dan sebagian
telah terubah menjadi hydrous iron oxides
(Foto 4) dengan paragenesa sebagai
berikut:
Dari hasil analisis inklusi fluida terhadap
conto urat kuarsa putih– abu-abu terlihat
banyak retakan agak transparan dan sedikit
Fe oksida (DG 010 RC) pada
mikrotermometri menunjukan kisaran Th
antara 250° – 350° C, dengan mode Th 270
°C. Adapun Tm berkisar -1,5 - -1,3 °C
dengan kadar NaCl ekivalen 2,3 - 2,7%
WT(Foto 5 dan Gambar 4).
• Mineralisasi Logam Dasar dan Logam
Besi Bukit Bayang dan Bukit Ogololo,
ditemukan singkapan pada lereng Bukit
Bayang berupa mineralisasi logam
dasar dan besi, mineral yang terlihat
diantaranya pirit, sfalerit, kalkopirit,
pirhotit, dan mangan pada kontak
antara granit-granodiorit dengan batuan
epidot kuarsa hornsfel (Foto 6).
Berdasarkan hasil analisis kimia batuan
pada contoh DG 23 RA lapukan bijih
tembaga dan besi oksida (gossan)
mengandung 2060 ppm Cu dan
33,01% Fe, conto DG 23 RB berupa
batuan terubah 2060 ppm ppm Cu dan
33,01% Fe conto DG 23 RB berupa
batuan terubah mengandung 9345 ppm
Cu dan 8,14 % Fe, conto bijih DG 23
RC mengandung 3185 ppm Cu dan
Sedangkan pada analisis mineragrafi
mineral logam yang teridentifikasi pada
conto DG 023 RC adalah pirit, sfalerit,
kalkopirit, pirit berbutir halus kurang lebih 1
mm, sfalerit berwarna abu-abu. Kalkopirit,
berbutir halus hingga relative besar,
berwarna kuning, bentuk anhedral hingga
subhedral, terdapat mengisi retakan
batuan, menunjukkan adanya inklusi dari
pirit maupun magnetit (Foto 7).
Pada hulu Sungai Ogololo tersebar
bongkah-bongkah batuan yang
termineralisasi dengan diameter 1 m hingga
2 m berbentuk angular dimungkinkan
sumbernya tidak jauh dari lokasi (Foto 8).
Pada batuan tersebut teramati mineral pirit,
kalkopirit, bornit, azurit, dan mangan diduga
indikasi mineralisasi ini adalah kelanjutan
dari mineralisasi logam dasar Bukit Bayang.
PEMBAHASAN
Data Lapangan dan Interpretasi Model Endapan
Berdasarkan pengamatan dan data
singkapan yang didapat serta didukung
oleh analisis laboratorium dengan
terdapatnya kandungan mineral logam pirit,
sfalerit, pirhotit, kalkopirit, malahit dan
magnetit pada kontak granit-granodiorit
dengan batuan metasedimen
(Epidot-kuarsa hornsfel) masuk ke dalam Formasi
Tinombo maka diinterpretasikan
mineralisasi yang terjadi di daerah Bukit
Bayang diduga tipe kontak metasomatik
pada batuan Formasi Tinombo dan batuan
terobosan (intrusif) granit-granodiorit yang
diikuti oleh adanya epidotisasi dimana
mineral tersebut terbentuk pada lingkungan
suhu tinggi, hal yang sama yang terdapat
pada boulder gossan yang terdapat di hulu
S. Ogololo (teramati adanya mineral logam
pirit, kalkopirit, bornit, azurit dan malahit)
dimungkinkan mineralisasi terjadi di Bukit
Ogololo masih tipe yang sama yaitu kontak
metasomatik.
Pada hasil pengamatan di daerah Bukit
Tintina tepatnya pada alur S. Ijong teramati
tubuh granit mika lapuk coklat bintik putih
hitam sedikit sulfida yang kemudian
diterobos oleh urat kuarsa dengan struktur
awan pekat sedikit Fe oksida dan masih
terlihat sisa sulfida diduga ini merupakan
sisa larutan magma yang menerobos
batuan tersebut yang mengandung mineral
logam, diantaranya emas. Didukung oleh
analisis laboratorium kimia dan fisika
hadirnya emas pada conto urat kuarsa (DG
10 RA;B;C) serta analisis inklusi fluida pada
conto urat kuarsa (DG 022 R), maka
mineralisasi emas di Bukit Tintina diduga
merupakan model sistem urat emas perak
epithermal sulfidasi rendah berada pada
zona Precious Metal Horizon bagian bawah
hingga base metal (model kompilasi dari :
Buchanan (1980), Holister, 1965, Berger &
Eimon (1983), Anaconda Corp (1983),
Guoyi (1992), Corbett & Leach (1996),
(Gambar 5)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Secara umum geologi daerah
penyelidikan didominasi oleh batuan
malihan dari Formasi Tinombo dan
mineralisasi logam umumnya
berkedudukan pada formasi ini.
2. Prospek mineralisasi emas ditemukan
pada batuan granit mika lapuk yang
ditrobos oleh urat kuarsa di daerah S.
Ijong Bukit Tintina didukung oleh
adanya butiran emas pada sungai yang
berhulu di bukit tersebut dan dari
analisis inklusi fluida diduga tipe urat
emas perak epithermal sulfidasi rendah
berada pada Zona Precious Metal
Horizon bagian bawah hingga Base
metal.
3. Prospek Mineralisasi Logam Dasar dan
Besi di daerah Bukit Bayang-Bukit
Ogololo, terjadi pada kontak batuan
meta sedimen dan batuan intrusive
granit granodiorit serta hadirnya mineral
epidot sehingga mineralisasi diduga
tipe kontak metasomatik.
Saran
1. Untuk daerah prospek emas Bukit
Tintina dan prospek mineralisasi logam
dasar dan besi perlu dilakukan
penelitian lebih rinci, sehingga diketahui
penyebaran bijih logam yang
terkandung dan potensi sumber
dayanya.
2. Pada daerah indikasi mineralisasi
logam Pesi dan S. Dola yang didukung
oleh adanya anomali gabungan dari
geokimia sungai perlu dilakukan
penelitian semi rinci sehingga dapat
ditemukan sumber dari anomali
gabungan dan butiran emas yang ada
dalam konsentrat dulang tersebut.
Adanya butiran emas pada hulu S.
Taipa yang mata air nya berada di luar
daerah prospeksi perlu ditindaklanjuti
lebih rinci sehingga bisa ditemukan
sumber dari mineralisasi emas
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, 1949, The Geology of
Indonesia Vol. II, Martinus Nijhoff,
The Hague.
Darman, Herman (Shell) & Sidi, F.H., 2000,
An Outline of The Geology of
Indonesia, Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI).
Hamilton, W.H., 1979. Tectonics of the
Indonesian region. U.S.
Geol.Surv.,Prof.Pap.1078, 345 pp
Lahar, H., 1999, Eksplorasi Geokimia
Regional Bersistem Daerah
Lembar Tolitoli- B Kabupaten Buol
Tolitoli dan Donggala Propinsi
Sulawesi Tengah, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Nana Ratman, 1976, Peta Geologi Lembar
Tolitoli, Sulawesi Utara, sekala 1 :
250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung.
Sukamto, Rab, 1990, Peta Geologi Lembar
Ujung Pandang, Sulawesi Selatan,
sekala 1 : 1000.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Suprapto, S. J., 1999, Eksplorasi Geokimia
Regional Bersistem Daerah
Lembar Tolitoli-A Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Buol
Tolitoli Provimsi .Sulawesi Tengah,
Direktorat Sumberdaya Mineral,
Simangunsong, H., dkk, 2002, Laporan
Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral
Logam Di Daerah Kabupaten
Donggala Dan Tolitoli Provinsi
Sulawesi Tengah, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
Widhiyatna, D., 2000, Eksplorasi Geokimia
Regionaal Bersistem Daerah
Lembar Tilamuta-A Kabupaten
Buol Tolitoli Propinsi Sulawesi
Tengah, Direktorat Sumberdaya
Gambar 1. Lokasi dan kesampaian daerah penyelidikan
Foto 1. Batuan granit mengandung urat kuarsa tebal 1 meter, kedudukan N 100° E/60° di
daerah Pesi (lokasi conto DG 62/RB)
Foto 2. Singkapan granit lapuk yang terpotong oleh urat kuarsa mengandung emas terlihat
kegiatan penduduk lokal yang melakukan penggalian batuan selanjutnya diekstraksi dengan
amalgamasi (memakai teromol dan air raksa)
m
sol
\Foto 4. Fotomikrograf sayatan poles emas yang terdapat bersama hidrous iron oxide DG 022 R
Foto 5. Mikrografi conto DG 10 RC, sekelompok inklusi padatan (solid) terlihat mengelompok
dalam jalur planar, inklusi fluida multi fasa (mf) terisolir memperlihatkan bentuk subhedral
dengan kandungan air, gas dan beberapa kristal
Gambar 4. Histogam Temperatur leleh (Tm) dan Temperatur homogenisasi (Th) sampel DG 10
Foto 6. Singkapan mineralisasi logam dasar (DG 23 R) mengandung (2060-9345) ppm Cu dan
(8,14-33,01) % Fe, sedikit Mn dan limonit terjebak pada kontak batuan granit dan metasedimen
membentuk urat dengan kedudukan N267°E/74° lokasi di hulu S. Bayang daerah transmigran
S. Bayang Desa Bayang Kecamatan Damsol
Foto 7. Fotomikrograf sayatan poles pirit (P) dengan tekstur “bird eye texture” dan sfalerit (S)
yang terdapat dalam kalkopirit (K)
Foto 8. Boulder gossan warna coklat tua kekuningan pelapukan dari mineralisasi sulfida
diantaranya terdapat py, kalkopirit, azurit (diduga batuan samping granit-diorit kuarsa)
mengandung 3185 ppm Cu dan 36,36% besi di hulu S. Ogololo daerah Desa Panglasihan
Gambar 5. Ploting kedalaman pada model sistem urat emas- perak epitermal sulfidasi rendah
(model kompilasi dari : Buchanan (1980), Holister, 1965, Berger & Eimon (1983), Anaconda
Corp (1983), Guoyi (1992), Corbett & Leach (1996), mengindikasikan sampel urat berada pada
Peta 1 Peta Geologi Ubahan, Mineralisasi dan Anomali Geokimia Endapan Sungai Aktif Daerah
Peta 2 Peta Geologi Ubahan, Mineralisasi dan Anomali Geokimia Endapan Sungai Aktif