• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA INDIVIDU DAN KELUARGA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DATA INDIVIDU DAN KELUARGA INDONESIA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

,-

...

3J2~;

r-.

Ir==---.

-

PERPUSTAKAAN IKK

'~

...

D?

FEMA ·IPB

..,-

BAHAN AJAR

..

",

M.K. EKOLOGI KELUARGA (IKK 231)

..

...

'~

DATA INDIVIDU DAN KELUARGA

INDONESIA

.~

.~

DISUSUN OLEH:

HERIEN PUSPITA W ATI

-~

~

~

'~

~

'~

~

~

'~ .~

.~

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

'~

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEPTEMBER 2009

r

PERPUSTAKAAN _ IKK

.~ T

erima

D~l~'( .. " ... REG'

~~Jr-~::~~;~-.~

o

/0

tJ

':i

?fl' ;

Le':'

,!;'~n

t r

ff:,1 (;

5! ..

,.~-t,1 -~

I

TC L :

.jiR....

I" r~o. t~ ~ :'-1. s~ ~'4i'.'."'f".'."".""".::, ~~ ~.. :.-_...:." ..\~.~...-.••~___...,.ii..;.!IoC.t....; ... -.. ~'""'.."""""'"

I

(2)

:1

PERPUSTAKAAN

IKK

I

u

DAFTAR lSI

:.: ·4

:,

OAFTAR lSI

FEMA

·IPB

Halaman ... . OAFTAR GAMBAR ... .... ... ... ... ... ... ... ... ii .t. OAFTAR LAMPIRAN ... iii

..

,

PENOAHULUAN ... ... ... ... ... ... ... ... ... 1

1. Keadaan Penduduk ... 2

1.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk serta Jumlah Rumah J Tangga ... 2

1.2 Laju Pertumbuhan penduduk ... ... ... ... 2

1.3 Migrasi ... ... ... ... ... 3

J 1.4 Tingkat Kelahiran dan Umur Perkawinan ... 3

2. Kemiskinan ... 4

-'''," J 3. Indeks Pembangunan Manusia (I PM) ... ... 6

4. Aspek Keshatan ... 8

4.1 Angka Kematian Bayi (IMR) dan Anak Balita ... 8

4.2 Angka Harapan Hidup ... ... ... ... 9

..

4.3 Gizi Buruk ... ... ... ... ... ... ... 10

...

5 Aspek Pendidikan ... :... 13

Pengertian Angka Partisipasi Kasar (APK)... ... 13

Definisi APK ... ... ... ... ... ... ... 13 Kegunaan APK

".

Cara Menghitung ... ... ... ... ... .... ... APK... 13 14 Rumus APK ... 14

... Pengertian Angka Partisipasi Mumi (APM)... ... ... 15

"

Defnisi APM ... ... 15

Kegunaan APM ... ... ... ... ... ... ... 15

....

Cara Menghitung APM .. ... ... ... ... ... 16

Rumus APM ... 16

5.1 Angka Partisipasi Sekolah. ... ... .... .... ... ... ... 17

'"

5.2 Angka Putus Sekolah ... ... ... ... ... 18

5.3 Angka Melek Huruf ... 19

6 Aspek Ketenagakerjaan... ... 20

..

..

" ,

7. Keadaan Ekonomi Makro ... ... 21

..

7.1 Produk Domestik Bruto (PDB) ... 21

··41 7.2 Infiasi ... ... ... ... ... ... 21

7.3 Persentase Pengeluaran Rumah Tangga... 23

8. Permasalahan Keluarga dan Tingkat Kriminalitas... ... ... 24

41 9. Akses ke Media ... ... ... 24

..

10. Perumahan ... ... 25 ..~ OAFTAR PUSTAKA ... 26

~

.~ -~ .~

(3)

;

3

DAFTAR GAMBAR

~

Halaman '~

Gambar 1 a Tahapan Penggunaan Data Keluarga Indonesia ... . 1

Gambar 1 b Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaaan dan Perkotaan .... . 4

~

'

....

....

'.

..

.~ .~ Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004) ... .

6

Angka Kematian Bayi Tahun 1990-2000... ... .... ... 8

Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Menurut Jenis Kelamin ... "... 10

Keadaan Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita, Susenas 1989-2000 ... ... ... 11

Proporsi BBLR dari beberapa sumber: 1990-2000 ... 12

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2001-2005 ... 18

Angka Putus Sekolah Tahun 2001-2005... 19

Harga Beras Eceran (Rp/Kg) Tahun 1980-2005... 22

'~ Gambar 10 Tingkat Tindak Pidana di Indonesia ... ... ... ... ... 24

..

..,

", '''

..

...

'"

1/

,

.,

II .... ':I

;,

(4)

~

­

'

...

--

DAFTAR LAMPIRAN

~

Halaman

""

DATA KEPENDUDUKAN .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Daftar Tabel 28

""

Tabel 1.1. Distribusi Persentase Luas dan Penduduk Menurut Pulau ... ;... 29

Tabel 1.2a Populasi: Laki-Iaki

"'"

Jumlah Rumah Tangga dan Penduudk Menurut Jenis Kelamin di Jawa Barat ... 30

Tabel1.2b Populasi: Perempuan

~

Jumlah Rumah Tangga dan penduudk Menurut Jenis

Kelamin di Jawa Barat ... 32

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Menurut

~

Provinsi... 34

Tabel 1.4 Migrasi Sepanjang Waktu pada Tahun 1971, 1980,

;

Tabel 1.5 Tingkat Kelahiran (Total tertiliti Rate! TFR) Menurut 1990 dan 1995 ... 35

Umur Wanita, Daerah, periode dan Provinsi ... 37

Tabel 1.6 Rata-rata Umur Perkawinan Menurut Daerah dan Jenis

~

Kelamin, Indonesia, 1992-2005 ... 41

Daftar Gambar

~

Gambar 1.1 Populasi: Laki-Iaki:

Jumlah Rumah Tangga dan Penduudk Menurut Jenis Kelamin di Jawa Barat ... 31

~

Gambar 1.2 Populasi: Perempuan

Jumlah Rumah Tangga dan Penduudk Menurut Jenis Kelamin di Jawa Barat ... 33

~

Gambar 1.3a Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

dan Provinsi (Umur 15-19 Tahun) ... 38

.~

Gambar 1.3b Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

dan Provinsi (Umur 20-24 Tahun) ... ... 38

Gambar 1.3c Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

~

dan Provinsi (Umur 25-29 Tahun) ... 39

Gambar 1.3d Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

dan Provinsi (Umur 30-34 Tahun) ... ... 39

~

Gambar 1.3e Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

dan Provinsi (Umur 35-39 Tahun) ... 40

Gambar 1.3t Angka Kelahiran Menurut Umur Wanita, Daerah, Periode

~

dan Provinsi (Umur 40-44 Tahun) ... ... 40

Gambar 1.3g Angka Kelahiran Memjrut Umur Wanita, Daerah, Periode

~

dan Provinsi (Umur 45-49 Tahun) ... 41

Gambar 1.4a Rata-rata Umur Perkawinan Menurut Daerah dan Jenis

Kelamin di Perkotaan Indonesia, 1992-2005 ... 42

.~

Gambar 1.4b Rata-rata Umur Perkawinan Menurut Daerah dan Jenis

Kelamin di Pedesaan Indonesia, 1992-2005 ... ... 42

.~ Gambar 1.4c Rata-rata Umur Perkawinan Menurut Daerah dan Jenis

1ll

~

.~

(5)

...

•.;w;

...

!II

Kelamin di Perkotaan dan Pedesaan Indonesia,

1992-2005 ... 43

....

..

DATA KEMISKINAN .... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 44

...

Tabel 2.1 'W

....

..

Tabel2.2 Tabel2.3

....

Tabel2.4

"'"

Tabel2.5

...

Tabel2.6 ." Tabel2.7 .~ Tabel2.8 Tabel2.9

~

Tabe12.10

;;

Tabe12.11

~

~

Gambar 2.1 Gambar 2.2a

~

Gambar 2.2b

~

Gambar 2.2c

.~

Gambar 2.2d Gambar 2.2e

~

Gambar 2.3

~

~

~

~

~

~

Daftar Tabel

Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia ... 45

Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Pulau dan Kawasan ... ... ... ... ... ... 46 Batas Miskin, Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 1996-2005 ... 47 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Daerah

Perkotaan dan Pedesaan Menurut Kelompok Pulau 48

Indeks Kemiskinan Manusia Menurut Provinsi,

Kabupatenl Kota, 1999 dan 2002 ... ... ... 49 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Pra-Sejahtera di Jawa Barat 2004 ... ... . 50 JumJah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-I di Jawa Barat 2004 ... 53 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-II di Jawa Barat 2004... ... 55 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-III di Jawa Barat 2004 ... ... ... 57 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-III Plus di Jawa Barat 2004... 60 Fakir Miskin & Keluarga Miskin

Jumlah Pennasa!ahan Sosial Menurut Jenis di Jawa Barat ... 62

Daftar Gambar

Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia BPS (Susenas) Berbagai Tahun ... 45 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Pra-Sejahtera di Jawa Barat 2004... 51 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-I di Jawa Barat 2004 ... 53 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-II di Jawa Barat 2004 ... 55 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-III di Jawa Barat 2004... 58 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga

Sejahtera KS-1I1 Plus di Jawa Barat 2004... 61 Fakir Miskin & Keluarga Miskin

Jumlah Penna salah an Sosial Menurut Jenis di Jawa Barat ... ... 63

(6)

:3

'~

...

.~

DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA .. «... 64

Tabel 3.1 Indeks Pembangunan Manusia (lPM) Menurut Provinsi

1999,2002, 2005 .< ... <... 65

,~

Tabel3.2 Indeks Pembangunan Gender Menurut Provinsi dan

Kabupaten/Kota 1999,2002 < . . . <.... 67

~

Tabel3.3 Indeks Pemberdayaan Gender Menurut Provinsi dan

Kabupaten/Kota 1999,2002 ... <... 68

,tt

DATA ASPEK KESEHATAN ... 69

« < • • • • < . < • • • • < . . . < . . .

Daftar Tabel

Tabel4.1 Indikator Kesehatan 1995-2006 ... ,... 70

~

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Anak Lahir Hidup per Perempuan

Usia Tahun 15-49 Thaun Menurut Provinsi dan

:.

daerah tempat Tinggal Tahun 1997-2005 ... , 72

TabeI4.3. Tingkat Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)

~

dan Angka Kematian Balita atau Under Five Mortality Rate

Menurut Provinsi Tahun 1971, 1980, 1990, 1994,

1997, 1998 dan 1999 ... « • • • • • • • • • • < • • • • • • • • < • • • • • • • • • • • • • • « < 75

;

Tabel 4.4 Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate

=

IMR)

1999-2000 ..., < < • • < • • • • • • • • • , . < • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ' • • • • • • • • • • , 77

Tabel4.5 Nutrisi ...

<...<....

78

~

Tabel4.6 Angka Harapan Hidup Pada Waktu Lahir Tahun

1990-2000 ... < . . < . . . . , . . . «... 79

i~

Daftar Gambar

Gambar 4.1 Rata-rata Jumlah Anak Lahir hidup per Perempuan Usia

45-49 di Indonesia Tahun 1997-2005... 74

-~

Gambar 4.2 Angak Kematian bayi Tahun 1990-2000 ... 77

~~

Gambar 4.3 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Tahun 1999-2000 79

DATA ASPEK PENDIDIKAN ... 80

,~

Daftar Tabel

Tabel 5.1. Keadaan Pendidikan di Indonesia Tahun 1994 - 2006 81

Tabel 5.2. Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi

~

Sekolah (APS) Usia 7-12 Tahun, Angka Partisipasi

Mumi (APM) Sekolah Dasar Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi, Tahun 2006 ... 82

~

Tabel 5.3 Angka Partisipasi Kasar APK), Angka Partisipasi

Sekolah (APS) Usia 13-15 Tahun, Angka Partisipasi Mumi (APM), Sekolah Menengah Pertama Menurut

~

Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 ... 84

Tabsl 5.4 Angka Partisipasi Kasar APK), Angka Partisipasi

~

Sekolah (APS) Usia 16-18 Tahun, Angka Partisipasi

Mumi (APM), Sekolah Menengah Pertama Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006 ... <.. <... 85

~

Tabel 5.5 Angka Partisipasi Kasar APK), Angka Partisipasi

Sekolah (APS) Usia 7-12 Tahun, Angka Partisipasi Mumi (APM), Sekolah Menengah Pertama Menurut

~

v

~

~

(7)

Wilayah dan Provinsi Tahun 2006 ... 86

Tabel5.6 Angka Partisipasi Kasar APK), Angka Partisipasi

Seko[ah (APS) Usia 13-15 Tahun, Angka Partisipasi Murni (APM), Sekolah Menengah Pertama Menurut

Wilayah dan Provinsi Tahun 2006 ... 87

Tabel5.7 ANgka Partisipasi Kasar APK) , Angka Partisipasi

Sekolah (APS) Usia 16-18 Tahun, Angka Partisipasi Murni (APM), Sekolah Menengah Atas Menurut

Wilayah dan Provinsi Tahun 2006 ... 88

Tabel5.8 Angka Partispasi Sekolah (APS) Usia 7-12 Tahun,

Sekolah Oasar Menurut Quantile dan Provinsi Tahun 2006 ... 89

Tabel5.9 Angka Partispasi Sekolah (APS) Usia 13-15 Tahun,

Sekolah Menengah Pertama Menurut Quantile dan

Provinsi Tahun 2006 ... 90

Tabe15.10 Angka Partispasi Sekolah (APS) Usia 16~18 Tahun,

) Sekolah Menengah Atas Menurut Quantile dan

Provinsi Tahun 2006 ... 91

, Tabe15.11 Jumlah SO Miskin (Quantile 1) Menurut Provinsi Tahun

1 2006 ... 92

Tabe15.12 Jumlah SMP Miskin (Quantile 1) Menurut Provinsi Tahun

2006 ... 93

,

Tabe15.13 Jumlah SMA Miskin (Quantile 1) Menurut Provins; Tahun

2006 ... 94

..

Tabe15.14 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan·Angka Partisipasi

Murni (APM) Tingkat Sekolah Oasar (SO) Menurut

Provinsi Tahun 2007/2008... 95

.,

..

Tabe15.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi

Murni (APM) Tingkat Sekolah Menengah (SM) Menurut Provinsi Tahun 200712008... 97

..

..

Tabe15.16 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi

Murni (APM) Tingkat Sekolah Menengah Pertama

..

(SMP) Menurut Provinsi Tahun 2007/2008 ... 99

..

Tabe15.17 Jumlah Guru Negeri dan Swasta menurut Gender

Tahun 2008 . ... ... ... ... ... ... 102

Tabe15.18 Rekapitulasi Peserta Sertifikasi Berdasarkan Gender

~

Kuota 2006-2008 ... 104

Tabe15.19 Angka Putus Sekolah Anak Usia 7-18 Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin 2001-2005 ... 106

~

Tabe/5.20 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak Usia 7-18 Tahun

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun

2001 - 2005 ... 107

~

TabeI5.21' Angka Putus seko/ah Anak Usia 7-18 Tahun Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamiri Tahun

~

2001 - 2005 ... ... 108

Tabe15.22 Angka Melek Huruf Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas

Menurut Provinsi dan Kablkota ... :... 110

;;

Tabe15.23 Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia ~in;

(PAUO) Menurut Provinsi 2007/2008 ... ... .... 112

;;

;

vi

;

(8)

--••

iii -,"~

...

Daftar Gambar

Gambar5.1 Angka Putus Sekolah Tahun 2001-2005 ... ... 106

..

Gambar5.2 Angka Putus Sekolah Tahun 2001-2005 ... 109

DATA ASPEK KETENAGAKERJAAN ... ... 114

"'"

Daftar Tabel

"If

Tabel6.1 Persentase Penduduk Berumur 15-19 Tahun Keatas

-AI Laki-Iaki Menurut Jenis Pekerjaan dan Golongan

"

Umur di Jawa Barat ... 115

Tabel6.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas

,.

-4 Perempuan Menurut Jenis Pekerjaan dan Golongan

Umur di Jawa Barat ... ... 115

Tabel6.3 Pengangguran Terbuka Menllrut Pulau dan Jenis

....

':.'I Kelamin Tahun 2000-2007 .... ... ... ... .... 116

Tabel6Aa Pengangguran Terbuka Menurut Pulau dan Jenis Kelamin

T ahun 2000-2003 ... 117

....

-~ Tabel6Ab Pengangguran Terbuka Menurut Pulau dan Jenis Kelamin

Tahun 2004-2007 ... 117

Tabel6.5a Penempatan TKI Formal dan Informal ke Luar Negeri

;

Tahun 2001 .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 118

Tabel6.5b Penempatan TKI Formal dan Informal ke Luar Negeri

Tahun 2002 ... 119

j

Tabel6.5e Penempatan TKI Formal dan Informal ke Luar Negeri

Tahun 2003 ... :... 120

.~ Tabel6.5d Penempatan TKI Formal dan Informal ke Luar Negeri

Tahun 2004 ... ,... 121

Tabel6.5e Penempatan TKI Formal dan Informal Kawasan Timur

:-~

.

.,

Tengah -Negara Tujuan & Jenis Kelamin, 2005 ... 122

Tabel6.5f Penempatan TKI Berdasarkan Negara Tujuan, 2006 122

Tabel6.6a Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

~

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

dan Oaerah Perkotaan, 2005 ... 123

Tabel6.6b Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

~

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

dan Daerah Pedesaan, 2005 ... 124

Tabel6.6e Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

~

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

dan Oaerah Perkotaan dan Pedesaan, 2005 ... 125

Tabel6.7 Penempatan TKI per Oaerah Asal (5 propinsi terbanyak)

~

Peri ode 1994 sId 1999 ... 126

Tabel6.8 Rekapitulasi Calon Buruh Migran Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 1994 sId 2000.... 126

~

Daftar Gambar

~

Gambar 6.1 a Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

dan Oaerah Perkotaan, 2005 ... 123

~

Gambar 6.1 b Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

dan Oaerah Perkotaan, 2005 ... ... 124

~

VII

~

~

(9)

...

iii;

Gambar 6.1 c Penduduk Umur 15 ke Atas yang Bekerja menurut

Propinsi, Jam Kerja Seluruhnya Seminggu yang lalu,

..

lit dan Daerah Perkotaan dan Pedesaan, 2005 ... ... 125

DATA KEADAAN EKONOMI MAKRO ... 127

..

:It Tabel7.1 Produk Domestik Bruto per Kapita Tahun 1995-2003 (Ribu Rupiah) .... ... ... ... 128

Tabel7.2 Inflasi di 45 Kota, per Tahun 2001-2005... 129

""

~ Tabel7.2 Harga beras Eceran Tahun 1980-2005 ... 130

Gambar 7.1 Harga beras Eceran (Rpl kg) Tahun 1980-2005... 130

...

Tabel7.4 Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita per Bulan :II Menurut Kelompok Komoditi Indonesia, 1999, 2002, 2003 dan 2004 .. ... 131

..

~" Tabel7.5 Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Komoditi Indonesia, 1999, 2002, 2003 dan 2004 ... 131

'

...

••

DATA FERMASALAHAN KELUARGA DAN TINGKAT KRIMINALITAS 132 Daftar Tabel '

....

~J1 Tabel 8.1 Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Daerah, 2003 - 2005 ... ... 133

-;,., Tabel8.2 Kondisi Perkawinan Penduduk Kota Bogor Dalam periode

••

1995 -2000 Menurut Kecamatan (Dalam Jumlah dan Persen) ... :... 134

~~

Daftar Gambar Gambar 8.1 Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Daerah, 2003 - 2005 ... 134

~

Gambar 8.2 Jumlah Perceraian di Kabupaten Sukabumi Tahun 1998, 1999 dan 2000 ... 135

:~ Gambar 8.3 Jumlah Perceraian di Provinsi Jawa Barat Tahun 1998, 1999 dan 2000 ... ... ... 136

DATA AKSES MEDIA ... 137

~

Tabel9.1 Accesibility to Mass-Media ... 138

7~

DATA PERUMAHAN ... 139

Tabel 10.1 Indikator Perumahan 1995-2006 ... ... 140

,~

.~

~

~

~

Vlll

:~

~

~

(10)

~

-,

-"~ ­

-.,

--

..

PENDAHULUAN

.~

Keluarga adalah wahana utama dan pertama bagi anggota-anggotanya untuk mengembangkan potensi, mengembangkan aspek sosial dan ekonomi,

~~

serta penyemaian cinta-kasih-sayang antar anggota keluarga. Sesuai dengan tujuan berkeluarga dalam rangka menjalankan ajaran agama dan berbagi perasaan, cinta, dan materi, maka melalui media keluarga inilah para anggota­

~~

anggota keluarga dapat melanjutkan keturunan, mendapatkan status sosial

ekonomi, dan menjalani proses pendewasaan diri.

~

Tujuan bahan ajar ini adalah memberikan gambaran obyektif berdasarkan data-data yang dipublikasi oleh lembaga-Iembaga di Indonesia yang berkaitan

~~

dengan penduduk, kemiskinan, indeks pembangunan manusia, aspek kesehatan,

aspek pendidikan, aspek ketenagakerjaan, keadaan ekonomi makro, dan permasalahan keluarga dan kriminalitas. Mengetahui keadaan dan kondisi

.~~

keluarga Indonesia sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan keluarga melalui tahapan pendefinisian masalah, spesifikasi masalah, pengenalan masalah dan pemecahan masalah (Gambar 1 a).

~

~

.~ .~~ .-~ "~

.

~~ l . . .~ l :

l

~~

l~

Gambar 1 a. Tahapan Penggunaan Data Keluarga Indonesia.

l~

l~

!Data:r~

- - - ­

!

:~

!

;~

I~

...

(11)

--

--

....

1. KEADAAN PENDUDUK

-r..

.~ Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan

sebagaimana tertuang dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sasaran ini

"

...

tidak mung kin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah

~

kependudukan, seperti besamya jumlah dan tidak meratanya penyebaran penduduk di Indonesia.

~

~

-

telah dilakukan pemerintah melalui program keluarga berencana (KB) yang Berbagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang tingg;

...

dimulai pada awal tahun 1970-an. Begitu pula usaha-usaha yang mengarah pada pemerataan penyebaran penduduk telah dilakukan dengan cara memindahkan penduduk Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa melalui program transmigrasi. Selain

.-

...

itu, dengan diberlakukannya program otonomi daerah, diharapkan dapat

-

mengurangi perpindahan penduduk, terutama dari propinsi-propinsi di luar Jawa

.

::.

-

.... (BPS, 2006) .

..~ 1.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk serta Jumlah Rumah Tangga

Jumlah penduduk yang begitu besar dan terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Selama ini sebagian

.:~ besar penduduk masih terpusat di Pulau Jawa. Data tahun 2000 dan 2005 (Tabel

1.1.) menunjukkan sekitar 59 persen penduduk tinggal di Pulau Jawa. Dari jumlah terse but, 18 persen lebih tinggal di Propinsi Jawa Barat, 15 persen di Jawa

'.'-~

-'!!! Tengah, dan 17 persen di Jawa Timur. Sementara luas Pulau Jawa secara

keseluruhan hanya sekitar 7 persen dari seluruh wilayah daratan Indonesia.

. ~'.~ Sebaliknya, gabungan Maluku, Maluku Utara dan Papua yang memiliki luas

sekitar 24 persen dari luas total Indonesia, hanya dil1uni sekitar 2 persen penduduk. Gambaran tersebut menunjukkan tidak meratanya penyebaran penduduk, selain itu menunjukkan daya dukung lingkungan yang kurang

:~

seimbang antara propinsi-propinsi di Pulau Jawa dan fuar Jawa. Tabel 1.2a dan 1.2b. dan Gambar 1.1. dan 1.2. menjelaskan populasi laki-Iaki dan perempuan di Jawa Barat beserta jumlah rumah tangga.

3

~~

1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Pada TabeI1.3. dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia

-"

.~ mengalami penurunan yang cukup cepat sejak tahun 1980, yaitu dari 1,97 persen

selama periode 1980-1990 menjadi 1,49 persen pada tahun 1990-2000, -.;~ kemudian menurun lagi menjadi 1,34 persen per tahun selama periode 2000­

'"-.~

~- .~ 2005. Jika dilihat data per proponsi, terlihat iaju pertumbuhan penduduk selama

dua periode (1990-2000, 2000-2005) hampir di semua propinsi mengalami

-

.~ penurunan, kecuali di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, OKI

~ '::.'/ Jakarta, D.I Yogyakarta, Bali, Kalimantan Salatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Maluku Utara. Ada banyak faktor yang menyebabkan laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan, antara lain keberhasilan program Keluarga Berencana

-

:~

yang dilakukan pemerintah, atau bergesernya 'nitai anak dalam keluarga dari pandangan 'banyak anak banyak rejeki' menjadi meningkatnya kesadaran :-.~

...

.,

penduduk bahwa semakin banyak anak yang dimiliki semakin besar pula biaya

[~

f)ata~ 2

[~

(12)

.,.

--

....

.III

--

yang harus dikeluarkan, sehingga mereka memilih untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga .

..~

1.3 Migrasi

-~

Dalam pembahasan pada Tabel 1.4. kita mengetahui bahwa terjadi ketidakmerataan penyebaran penduduk, dimana sebagian besar penduduk masih

-~ terpusat di Pulau Jawa. Tabel 1.3. membantu memberikan penjelasan mengapa hal tersebut terjadi. Daya tarik ekonomi yang cukup kuat di Pulau Jawa dan ketimpangan pembangunan di Jawa dan luar Jawa menyebabkan banyak penduduk luar Pulau Jawa yang tertarik untuk bermigrasi ke Pulau Jawa untuk

~

mencari kehidupan yang lebih baik. Angka migrasi (net migrasi) tertinggi dicapai oleh Propinsi DKI Jakarta, dimana selama tiga dekade, jumlah penduduk yang

-:-;;

bermigrasi ke Propinsi DKI Jakarta mencapai 1 juta orang lebih, dan jumlah

tersebut terus mengalami peningkatan . .~

1.4 Tingkat Kelahiran dan Umur Perkawinan •

.~ Pada Tabel 1.5. dan Gambar 1.3. diketahui bahwa tingkat kelahiran mengalami penurunan selama 20 tahun sejak tahun 1977 sampai 1997, yaitu 1975-1979 sebesar 4.68 persen, 1980-1984 sebesar 4.05 persen, 1985-1989

.~ sebesar 3.33 persen, 1990-1994 sebesar 2.80 persen, dan 1995-1999 sebesar

2.34 persen .

.~ Pada Tabel 1.6. dan Gambar 1.4. diketahui rata-rata umur perkawinan

mengalami peningkatan baik untuk laki-Iaki mapupun perempuan, yaitu perempuan berkisar antara umur 22 dan 23 tahun, sedangkan laki-Iaki berkisar

.~

antara umur 26 dan 27 tahun.

-~

3

-~

.~

.~

:~

;~

:~

!Data!lle£u.wrg.a - - - - 3 .~ . ~~ .~

(13)

~

.,,""

-

.. ~ '~ ..~ -~ '~ --~ .~ -~

~

-~ ..

;

-~ .~ -~ .~ .~ .~ . ~ .~ .~ .~

2.

KEMISKINAN

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan bertambahnya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, padahal sebelum terjadinya krisis tersebut, jumlah penduduk miskin di Indonesia terus berkurang.

Menurut standar tahun 1996, pada tahun 1996 jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemidkinan diperkirakan sebanyak 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,3 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Dari jumlah ini, 7,2 jiwa berada di daerah perkotaan atau 9,7 persen dari seluruh penduduk perkotaan, dan 15,3 juta jiwa berada di pedesaan atau 12,3 persen dari seluruh penduduk pedesaan (Tabel 2.1. & Gambar 1 b).

Jumlah penduduk miskin pada tahun 1996 dibandingkan dengan keadaan akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I yang lalu (tahun 1993) mengalami penurunan sebesar 3,4 juta jiwa, yaitu turun dari 25,9 juta jiwa pada tahun 1993 menjadi 22,5 juta jiwa pada tahun 1996. Jumlah penduduk miskin di pedesaan menurun lebih banyak dibanding perkotaan. Selama periode f993-1996, penduduk miskin di perkotaan berkurang 1,5 juta jiwa dan di daerah pedesaan berkurang 1,9 juta jiwa (BPS, 1996). Semakin banyaknya penurunan jumlah penduduk miskin, menunjukkan bahwa program pembangunan yang dijalankan pemerintah te!ah berflasil mengurangi tingkat kemiskinan.

Jumlah Penduduk Miskin

w.oo,'---.

50.00 +1- - - / ,---=---,--::--=:--:---:--,----1

~

40.00 I---­ o _ / .... --,.~' ••• ' ' <. . . , ••••

1:::1

z;:==

-I

O.OO+I--~--~--~--~--~~--~--~--~ I

~ ~ ~ ~ ~~ ~ ~ ~~

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

L

*

Tahun - Jumlah Penduduk Miskin auta) Kota .,--.. Jumlah Penduduk Miskin au ta) Desa Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Kota +

'" -

--Gambar 1 b. Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan dan Perkotaan

Pada Tabel 2.2. dapat dilihat jumlah dan persentase penduduk miskin per propinsi, dan dikelompokkan menurut pulau. Secara absolut, penduduk miskin terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu lebih dari separuh jumlah penduduk miskin Indonesia, dan sisanya tersebar di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan pulau lainnya .

(14)

-

11_

--

--

~

Persentase penduduk miskin di pulau lainnya (Maluku, Papua dan Nusa Tenggara) pada tahun 2004 tercatat paling besar, yaitu 28,55 persen , yang

c'"'

berarti hampir sepertiga jumlah penduduknya dikategorikan miskin. Persentase

..

terbesar berikutnya adalah Pulau Sumatera, yaitu 17,47 persen. Sementara persentase penduduk miskin di Pulau Jawa-Bali, Kalimanan dan Sulawesi

...

..

belVariasi sekitar 11-17 persen (TabeI2.4.) .

Akibat krisis ekonomi yang terus berkelanjutan, sampai dengan akhir tahun -~ 1998, jumlah penduduk miskin telah mencapai 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2006). Perubahan standar kemiskinan pada tahun 1998 juga dapat menjadi salah satu penyebab -~

meningkatnya jumlah penduduk miskin pada waktu tersebut. Perubahan standar kemiskinan pada tahun 1996 ke 1998 (Tabel 2.3.) bukan semata-mata karena pergeseran pola konsumsi, tetapi lebih karena perluasan cakupan komoditi yang c~

diperhitungkan dalam kebutuhan minimum yang dilakukan, agar standar kemiskinan dapat mengukur tingkat kemiskinan secara lebih realistis (BPS, 2006).

c~

Perbaikan situasi ekonomi dan politik yang sedikit membaik pada tahun 1999 telah mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Dibandingkan dengan tahun

.~

1998, jumlah penduduk miskin pada tahun 1999 sedikit menurun, tetapi bila dibandingkan dengan masa sebelum krisis jumlahnya masih jauh lebih tinggi (Tabel 2.3). Standar yang digunakan untuk mengukur kemiskinan 1999

..~

didasarkan pada stan dar 1998 (yang telah disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi) (BPS, 2006).

~

Tabel 2.5. memberikan gambaran mengenai indeks kemiskinan di

Indonesia, dari tabel tersebut terlihat tingkat kemiskinan Indonesia tahun 2002 meningkat dibandingkan dengan tahun 1999. Kenaikan BBM pada tahun 2002

~

diduga menyebabkan kenaikan tingkat kemiskinan ini. Kenaikan harga BBM akan diikuti olel'"l kenaikan harga barang-barang kebutuhan lainnya, dan kenaikan

.~ harga tentu akan mengakibatkan penurunan daya beli (pendapatan riil), hal inilah yang mendorong meningkatnya angka kemiskinan.

SMERU melakukan penelitian mengenai naik turunnya tingkat kemiskinan

~

sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Penelitian terse but menunjukkan indeks kemiskinan pada bulan Februari 1996 sebesar 148. Setelah jatuh ke angka

-~ terendah sekitar sepertiga pada pertengahan tailun 1997, angka indeks

kemiskinan kemudian meningkat kembali sehingga pada pertengahan tahun 1998 menjadi sekitar 80 persen lebih tinggi dari tingkat kemiskinan pada bulan Pebruari

.~

1996, atau lebih dari dua setengah kali lipat dari perkiraan terendah pra-krisis pada pertengahan tahun 1997. Kenaikan tingkat kemiskinan ini bersamaan

.~ dengan mulainya krisis, diikuti oleh keadaan yang semakin memburuk pada bulan Januari 1998, krisis politik pada bulan Mei 1998, inflasi tinggi dengan upah dan pendapatan nominal yang tertinggal, serta kenaikan harga beras yang melejit ..~ pada bulan Agustus 1998. Setelah itu, tingkat kemiskinan tampak mulai stabil dan kemudian sedikit menurun. Bila kita menarik suatu garis yang tidak melalui titik anomali pada bulan Desember 1998, kita akan mendapatkan gambaran

.~ perkembangan tingkat kemiskian yang sangat masuk akal karena sesuai dengan

kejadian-kejadian yang terjadi (misalnya stabilisasi perekonomian makro, perkembangan harga beras) dimana data yang ada menunjukkan konsistensi

.~

~~5~--- 5

-~ .~ .~

(15)

...

~

.... yang tinggi. Setelah bulan Februari 1999, turunnya harga relatif beras dan

ditambah dengan sedikit kenaikan pengeluaran riil telah menurunkan tingkat

...

kemiskinan. Akan tetapi, dua tahun setelah krisis bermula, tingkat kemiskinan

tampak masih lebih tinggi daripada sebelum krisis.

"

....

..

Selanjutnya disajikan Tabel 2.6 dan Gambar 2.2a. tentang jumlah keluarga berdasarkan tahapan Keluarga Sejahera Pra-KS di Jawa Barat 2004,

Tabel 2.7 dan Gambar 2.2b. tentang jumlah keluarga berdasarkan tahapan

...

Keluarga Sejahera KS-I di Jawa Barat 2004, Tabel 2.8 dan Gambar 2.2c. tentang jumlah keluarga berdasarkan tahapan Keluarga Sejahera KS-II di Jawa

...

..

Barat 2004, Tabel 2.9 dan Gambar 2.2d. tentang jumlah keluarga berdasarkan

tahapan Keluarga Sejahera KS-III di Jawa Barat 2004, dan Tabel 2.10 dan Gambar 2.2e. tentang jumlah keluarga berdasarkan tahapan Keluarga Sejahera

...

KS-III Plus di Jawa Barat 2004 .

..

....

3. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM,

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) I Human Development Index (HOI)

~

adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup , melek rluruf , pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HOI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju , negara

~

berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup 1. HOI mengukur pencapaian rata­

rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangLinan manusia:

~

• Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran (lndikator 1: Harapan hidup).

~

• Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pad a orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas

gross enrollment ratio (bobot satu per tiga) (Indikator 2: Tingkat Melek Aksara

~

orang Oewasa dan Rata-rata Tahun Sekolah).

• Standard kehidupan yang layak diukur dengan GOP per kapita gross domestic

j

product I produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS (Indikator 3: POB Per Kapita).

~

~

~

~

.~

Gambar 2. Peta dunia berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004)

.~

I Diperoleh

dan

situs wikipedia Indonesia

~~~---~

~

.::-,

~ \ . .;

~

..

~

,.

~

6

(16)

:~

--

...

,'III

....

.tinggi menengah Brendah data tidak

~

(0.800 -1) (0.500 - 0.799) (0.300 - 0.499) tersedia

Sumber : wikipedia Indonesia

...

'"- Indikator kunci pembangunan sosial ekonomi versi UNRISD {Content and

Measurement of Socio Economic Development (1970;63» adalah:

....:iII.

:

..

o Harapan hidup

o Presentasi penduduk di daerah sebanyak 20.000/Iebih.

o Konsumsi protein hewani per kapita per hari.

.~ o Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah.

o Rasio pendidikan luar sekolah.

1.

o Rata-rata jumlah orang per kamar .

."",

o Sirkulasi surat kabar per 1.000 penduduk.

o Prosentase penduduk usia kerja dewasa di sektor pertanian

.~ o Konsumsi Iistrik KW per kapita .

o Konsummsi energi ekwivalen kilogram batu bara per kapita.

o Perdagangan luar negeri per kapita.

o Persentasi penerimaan gaji dan upah terhadap angkatan kerja.

~

Pada tahun 2005, Indonesia menempati urutan 110 dari 177 negara, dengan indeks 0.697, turun dari posisi sebelumnya di urutan 102 dengan indeks

~

0.677 pada tahun 1999. Posisi ini cukup jauh dibandingkan negara-negara tetangga, seperti Malaysia (urutan 61/0.796), Thailarid (urutan 73/0.778), Filipina (urutan 84/0.758) dan Vietnam (urutan 108/0.704).

~

Pada tahun 2006 Indonesia mengalami kemajuan dengan angka IPM

~

mencapai 0.711 dan berada diurutan 108, mengalahkan vietnam yang

mempunyai nilai 0.709. Kecenderungan dari angka IPM Indonesia adalah terus menerus naik (0.677 pada 1999, 0.697 pada 2005, dan 0.711 pada 2006) (Tabel

~

3.1.) dan semakin mempersempit ketinggalannya dibanding negara-negara lain.

Batasan untuk klasifikasi negara maju adalah nilai IPM diatas 0.800.

~

Jika dilihat per propinsi, rata-rata semua propinsi mencapai peningkatan

IPM mulai dari tahun 1999 - 2005. Propinsi DKI meraih angka IPM tertinggi, sedangkan Papua memiliki angka IPM terendah (Tabel 3.1.). Aksesibilitas yang

~

baik serla fasilitas pendidikan, kesehatan yang lebih lengkap menjadikan penduduk DKI Jakarta lebih memiliki kesempatan untuk menjalankan hidup yang

.~ berkualitas dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain, terutama di luar Jawa.

Selanjutnya disajikan Tabel 3.2. yang menyajikan Indeks Pembangunan

'~

Gender menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota, 1999 dan 2002 dan Tabel 3.3.

yang menyajikan Indeks Pemberdayaan Gender menurut Provins! dan Kabapaten/Kota, 1999 dan 2002.

~

.~ .~

~~5~---.~

.~

~

7

(17)

.:.

--

II.

-....

-...

1.

,~

"""'

~

1.

:::~

".

~

~

~

~

~

~

.~

~

~

.~

~

~

~

~

~

~

4. ASPEK KESEHATAN

Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka

secara langsung maupun tidak langsung akan te~adi peningkatan kesejahteraan

rakyat. Deraj at kesehatan penduduk dilihat dan indikator utama, yaitu angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selain itu aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran mengenai kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dan penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan (Tabel 4.1.).

Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut antara lain melalui

pemberdayaan sumberdaya manusia secara berkelanjutan dan

pengadaan/peningkatan sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat (BPS, 2005).

4.1

Angka Kematian 8ayi (IMR) dan Anak Balita

Tingkat kematian bayi dan anak senngkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan sosial dal ekonomi suatu negara. Keadaan ini antara lain telah L:itunjukkan oleh Caldwell (1984) yang menyatakan bahwa turunnya tingkat kematian bayi dan anak mempunyai korelasi yang 'tinggi dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat.

Dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus menurun, meskipun rada tahun 2000 angka tersebut menunjukkan kenaikan, namun diperkirakan angka kematian bayi turun rata-rata sebesar 2,5 persen per tahun (Tabel 4.3.).

Angka Kematian Bayi Tahun 1990-2000

70 ~ ~++~~~~~~ 40 ~~~~~~~~~~~~~ 30 +-~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 20 +~~~~~~~-j.--~.~~-~~~~~~~£4~~~4§~~~ 10~~~~~~~~~+~~~~~~~~~~~~~~~~

o

+---~-'--~r~~----~-=~~-r=-~~~~~~~~~~ 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Tahun

Gambar 3. Angka Kematian 8ayi Tahun 1990-2000

(18)

~

~

Dilihat dari jenis kelaminnya, ternyata bayi perempuan lebih tahan

terhadap penyakit penyebab kematian dibandingkan bayi laki-Iaki. Hal tersebut

tampak dari lebih rendahnya angka kematian bayi perempuan dibandingkan bayi

~

laki-Iaki (Tabel 4.3.), selain itu tercermin dari angka harapan hidup waktu lahir

perempuan lebih til1ggi dibandingkan laki-Iaki (Tabel 4.6.). Menurunnya angka

~~

kematian bayi, baik bayi laki-Iaki maupun bayi perempuan adalah karena

perbaikan lingkungan dan pemerataan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang sekaligus menjadi tolok ukur keberhasilan program pembangunan di bidang

-~

:.

kesehatan, disamping itu dengan meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat yang secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentu mempengaruhi perbaikan pola gizi masyarakat dan perbaikan kualitas kesehatan individulmasyarakat (BPS, 2001).

:",,", Pada Tabel 4.3., dapat dilihat angka kematian bayi dan balita berdasarka

.,..",

propinsi. Nampak bahwa angka kematian bayi antar propinsi cukup beragam. Data tahun 1999 menunjukkan bahwa angka kematian bayi terendah dicapai oleh

DKI Jakarta, yaitu sekitar 24 kematian per seribu kelahiran, sedangkan angka

~

kematian tertil1ggi te~adi di propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 81

kematian per seribu kelahiran. Beragamnya angka kematian bayi ini disebabkan

~

oleh perbedaan keadaan sosial budaya dan assesibilitas atau jangkauan fasilitas

serta pelayanan kesehatan yang belum merata.

~

Selain itu dari Tabel 4.3., dapat dilihat bahwa tingkat kematian anak balita

di seluruh propinsi mengalami penurunan sejak tahun 1971 - 1999. Pad a tahun

1999, angka kematian anak balita tertinggi te~adi di Propinsi Nusa Tenggara

~

Barat, yaitu mencapai 113,63 kematian per kelahiran hidup dan angka kematian

anak balita terendah terjadi di Propinsi DKI Jakarta, yaitu 28,56 kematian per seribu kelahiran hidup. Penurunan angka kematian balita ini mungkin disebabkan

~

o!sh membaiknya lingkungan sanitasi masyarakat, membaiknya pola gizi

masyarakat sehingga meningkatkan ketahanan tubuh, khususnya terhadap

~~

penyakit menular.

4.2 Angka Harapan Hidup

~

Penurunan angka kematian bayi (IMR) akan menyebabkan pertarnbahan

angka harapan hidup waktu lahir (e 0)' Angka kematian bay; sang at peka terhadap

perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyara kat, sehingga perbaikan

~

derajat kesehatan tercermin pada kenaikan angka harapan hidup waktu lahir

(BPS, 2001) .

.

~

~

Angka harapan hidup penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan se/ama periode tahun 1999 - 2000 (Tabel 4.6). Dari angka IMR

~

dapat diperkirakan bahwa Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki angka harapan

hidup paling rendah, hal ini merupakan petunjuk bahwa tingkat kesehatan secara umum penduduk Nusa Tenggara Barat masih rendah, yang juga menunjukkan

~

masih rendahnya kesadaran masyarakatnya untuk membiasakan diri hidup sehat.

Dari angka IMR juga dapat diperkirakan bahwa Propinsi DKI Jakarta memiliki angka harapan hidup paling tinggi, keadaan in; dimungkinkan karena fasilitas

~

pelayanan kesehatan di DKI Jakarta sebagai ibu kota negara lebih baik dan lebih

merata, selain itu selaras dengan kemajuan dalam bidang pendidikan maka kesadaran masyarakatnya cukup tinggi untuk membiasakan diri hidup sehat.

~

~~~---J

J

j

9

(19)

.:if

,...

'

.

...

Bila ditinjau berdasarkan jenis kelamin, maka angka harapan hidup

.:;

. , penduduk wan ita lebih tinggi dibandingkan dengan laki-Iaki (Gambar 4 ) .

-Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

~

Tahun 1990-2000 .~ 100.00 , ..."'... 80.00 _

..

60 00 ...·...·,·...,,·..."··0-... 0 ... ·•· .... · ... "·.· ... ~.. :... - Laki-Iaki

I

..

~

. ~ ... Perempuan 40.00 +--..--..- ...- ...- ..--..- ....- ..- -..- - - - -..--.--.--.----'

...

20.00 Jumlah Ie

~

0.00 + - - - , - - - . , - - - , - - - ,..- - - . - - - - , - . . . , - - - ' r -...-.--r---!

..

~\:;) ~'\- ~"l, ~":J ~b!, ~<, -0\10,& ~q, tf'I ~ r;

~

~.~'~. ~.~. ~ ~'~. ~ ~~ Tahun

~.~

Gambar 4 . Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Menurut Jenis Kelamin

'

...

~j

4.3 Gizi Buruk

i : j

....

. Masalah gizi kurang, tarutama pada anak balita dikaji kecenderungannya

menurut Susenas. Pada tahun 1989, prevalensi gizi kurang pada bafita adalah 37.5% menurun menjadi 24,7% tahun 2000. Walaupur. terjadi penurunan

-~:j

prevalensi gizi kurang, yang menjadi pusat perhatian adalah penderits gizi buruk pada anak balita, yang teriihat tidak ada penurunan semenjak tahun 1989. Pada

::

~

tahun 1989, prevalensi gizi buruk anak balita adalah 6.3%. Prevalensi ini

meningkat menjadi 11,56% pada tahun 1995 dan menurun menjadi 7,53% pada

]

tahun 2000 (Direktorat Gizi, 2001). Berdasarkan hasH sementara SP 2000, maka

diperkirakan jumlah penderita gizi buruk pada bafita adalah 1.520.000 anak, atau

j3

4.940.000 anak menderita gizi kurang. (Gambar 5).

-]

.~

j3

j3

i

3

i

3

... j

:Oata~ 10

I

i

~

I

-

j

ii

j

(20)

•• I., 1:.1

.,

..

••

, L. 1.1 It • 1 1 J I I I J

• 1:1

• 1 J

II I ;r

..

• :II

..

III ::I

...

;J ~

....

...

JIll

....

....

....

,,',

7

...

...

• 1

....

...

....

..

;JI .... ~ -, •.olt,

...

...

... 'M-..., . . .

....

-

:"

. . . _,® .,"", 1 ..- _•

.

t~

1. :

t.-..:..

'!!1

S

m

2

::3

~

i ~ 0. 1989 1992 1995 1998 1999 2000 Tahun Survei

!

II Gizi Buruk 0 G;i Kura~

-~----~~'-~

Gambar5

Keadaan Gizi Kurang dan Gizi Buruk pada Balita, Susenas 1989-2000

Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, 2001

Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya bayi Jahir dengan berat badan rendah (BBLR). Prevalensi BBLR ini masih berkisar antara 7 sampai 14% pada periode 1990-2000. (Gam bar 6). Akibat dari BBLR dan gizi kurang pada balita berkelanjutan pada masalah pertumbuhan anak usia masuk sekolah. Berdasarkan hasil pemantauan tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS), diketahui bahwa prevalensi anak pendek tahun 1994 adalah 39,8%. Prevalensi ini turun menjadi 36,1% pad a tahun 1999. Anak yang terpantau dari TBABS adalah anak usia 5-9 tahun. Jika jumlah anak 5-9 tahun menurut SP 2000 diperkirakan 21.777.000, maka 7.800.000 anak usia baru masuk sekolah mengalami hambatan daJam pertumbuhan. Masalah gizi kurang pada anak berkeJanjutan pada wanita usia subur, yang akan melahirkan anak dengan risiko BBLR disertai dengan masalah anemia dan gizi mikro lainnya. Dari kajian Susenas, proporsi wanita usia 15-49 tahun dengan Lingkar Lengan Atas (LILA <23.5 em) adaJah 24,9% tahun 1999 dan 21,5% pada tahun 2000 (Lihat Figure 6 dan 7). Proporsi ini sarna dengan 13.316.561 wanita usia subur diperkirakan mempunyai risiko kurang energi kronis. TerJihat juga bahwa wanita usia subur, khususnya pada kelompok yang paling produktif: usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun, mempunyai proprosi LILA <23.5% yang tertinggL

l~

:Data 5CJu.wtga -~---~

J~

J~

~5'T5777:7 Z2R7iTFzi:x

I

....

11

(21)

...

..!'

...

18 ."",

16 14

-

....

....

-

....

..

IX! 10 ~ 12 IX! .;;; ...

"

• 9.2 a.

81

-!----1I7~.3~----ii~.~·

~-

,.

..

"

A:

~3

• 7.1 . 6 . 6 Po.

111.8

6 4

.".

'oW 2

.,,""'

0

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

...

Gambar6 .16.1 .15.0 +12.6 iJA. 11.4 • lOA _ 1 0 &'9.9 • 9.4

_J

BJ..2.----­

l

Ull?

.WSC~al • Repelita Goal • Studi di Jabrta • Studi di Sulsel .Studidi u. Pandang • Studi di Jabar .SKRT

• Studi Long. Ciawi A StudiLong, Jndramayu

ASDKI

II SDKI,Kota .. SDKI,Desa

Proporsi BBLR dari beberapa sumber: 1990-2000

-"",

Sumber: End Decade Goal Report, 2000

:~ Masatah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro,

terutama untuk kurang yodium dan zat besi. Pada tahun 1980, prevalensi

.~. gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 30%,

prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, masih dianggap masalah kesehatan masyarakat,

;

karena prevalensi di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi antar kecamatan, masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30% (daerah endemik berat). Berdasarkan prevalensi tersebut, diperkirakan 10 juta penduduk menderita GAKY, dan kemungkinan 9000 bayi lahir dengan kretin. Masalah

~

berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Kajian Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi anemi pada ibu hamil

~

adalah 50,9%, pada wanita usia subur 39,5%, pada remaja putri 57,1%, dan pada balita 40,5% .

. ~

Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan masyarakat dan

...

.,

keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnya yang memperkuat masalah ini seperti

kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari ..~ 70% terhadap angka kecukupan gizi yang dianjurkan (2200 Kkallkapita/hari; 48

gram proteinlkapita/hari). Kita ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari

~

Malaysia, Filipina dan Thailand. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi .~

~ata3~~a --- 12

)

J

(22)

••

••

"

...

""

.;J

-... II gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi

pengeluaran terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan

,..#., berdampak lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk.

"

..

"",

5. ASPEK PENDIDIKAN

"

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek

..

,..

~ sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pembangunan di

bidang pendidikan memerlukan peran serta aktif tidak saja dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat dan seluruh keluarga. Adanya kepedulian yang tinggi dari

~'"'

\w ketiganya harus berlangsung secara terus menerus dan dilaksanakannya secara

konkrit dan terpadu. Mengingat pendidikan sangat berperan dalam meningkatkan

~"

\.

..

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), maka pembangunan di bidang pendidikan

secara formal maupun non formal harus dititikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula _04.

kesempatan belajar pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi baik untuk anak /aki-Iaki maupun perempuan, dimana semuanya mendapatkan kesempatan yang sarna (BPS, 2005) .

.

~"-Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, mulai dari menghimpun dana hingga meningkatkan sarana dan prasarana

.. "

....

pendidikan yang semuanya berlandaskan pada pasal 31 Undang-Undang Dasar

1945 (hasil perubahan tahun 2002), yang berisi bahwa : "Setiap warga negara

...

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayai, pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

...

..

kehidupan bangsa. negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang­ kurangnya duapuluh persen dari anggaran pendapatan belanja negara dan daerah, pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

...

""

menjunjung tinggi nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban

dan kesejahteraan manusia.

~...

Pengertian Angka Partisipasi Kasar (APK)

Definisi APK

.,

'"

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasia jumlah siswa. berapapun

....

usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap

.,

jumlah penduduk ke!ompok usia yang berkaitan dengan jenJang pendidikan

tertentu. Miss!, APK SO sarna dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk ke!ampok usia 7 sampai 12 tahun.

~

Kegunaan APK .~

APK menunjukkan tlngkat partisipasi penduduk secars umum dl sustu tlngkat pendldikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk

.~ mengukuf daya serap penduduk usia sekolah dj masing-masing jenjang

pendidikan ..~ 1>ata:JCefumtga - - - - 13

~

~

.~

(23)

-~

-.~

Cara Menghitung APK

APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah

~

(atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang

pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

-~ dengan jenjang pendidikan tersebut

RumusAPK

~~

Et

+XIOO

:3

APKh =

Ih,Q

~~

Dimana

3

Eh

adalah jumlah pendllduk yang pada tahun

t

dar! nerbagai usia sedang

sekolah pada jenjang pendidikan 17

3

J{,Q

adalah jllmlah penduduk yang pada tahun t berada pada kelompok

usia a yaitu kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan h

3

3

Data yang diperlukan

~

.. Liala jumlah penduduk yang pada tahun t sedang sekolah (stau menjadf

siswa) dar! berbagai usia, pada setiap Jenjang pendidikan.

\II Data jumlah penduduk per kelompok usia standar (lihat tabel usia standar)

~~

yang berkaitan dengan setlap jenjang pendidikan.

Sumber data

3

APK dapat dihitung dengan data SUNei So sial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dar! Keterangan Pendidikan. Karena APK adalah ukuran

~

partisipasi sekolah, maka kita hanya akan melihat mereka yang sedang

sekolah pada saat surveL Untuk itu, digunakan pertanyaan-pertanyaan sbb:

~

(> Untuk pembilang, digunakan pertanyaan tentang partisipasi seJS..QJ§i1

dan dipilih kategori 2, yaitu penduduk yang saat surJei masih

.~

bersekolah[1

J

Kemudian penduduk yang masih sekolah

dikelompokkan menurut pertanyaan tentang Jenjang dan Jenis Pendidikan Tertinggi.

3

,. Untuk penyebut, digunakan pertanyaan usia responden seksi

"Keterangan Anggota Rumah Tangga" untuk mengeiompokkan penduduk sedang sekolah berdasarkan kelornpok usia

.~

dengan tingkat pendidikan

,~

~ma5~--- 14

1

.~

(24)

--••

-

-;

..

[1] Variabel partisipasi tentang partisipasi sekolah berisi tiga kategorL 1 adalah tidak/be!um bersekolah; 2 adeiah masih bersekolah; dan 3 adalah

..-.

Tidak bersekolah lagi

I"

-~ APK SD = (29,202,478/27,258,170)*100 = 107,1 % APK SMP (1O,474,1l7/12,736,733)*lOO = 82,2 % :~ Interpretasi APK

'-

~ • Terkadang kite akan menemukan APK lebih dari 100% seperti pada

contoh diatas. Hal ini disebabkan pembilang dari rumus APK, yaitu jumlah siswa, adalah seluruh siswa yang saat ini sedang sekolah di

~~

. ­ suatu jenjang pendidikan dari berbagai kelompok usia. Sebagai

contoh, banyak anak-anak. usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah dl tingkat SO.

3

• Adanya SiSW8 dengan usia lebih tua dibanding usia &tandar di

jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tingga!

-3

kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih

muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang

pendidikan menunjukkan siswa tersebut mas uk sekolah dl usia yang

3

lebih muda.

I/< Rata-rata rentang APK di Indonesia dari hasi! data SUSENAS 10

tahun terakhir sudah berkisar diatas 100 persen, SMP antara 50%)

3

sampai 80%, dan SMA masih relatif rendah yaitu antara 30%

sampai 50%.

"3

PENGERTIAN ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)

.~

Definisi APM

3

Angka Partisipasi Mumi (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang

berkaitan dengan jenjang pendidikannya dar! jumlah penduduk di usia yang sama.

~.;;

Kegunaan APM

'3

APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah dl tingkat

pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah dl setiap jenjang pendidikan. TetapL jika

·3

dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang Isbih balk karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang

3

pendidikan yang sesuai dengan standar tore",,,,.

3

3

~~5~--- 15 -~ -~

.~~

(25)

...

:!!f

" . " ,

..

Cara Mengh itung APM

.,

'"

APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah slswa

..

atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah

penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut.

...

Rumus APM .~

ET

t.

AP.M"T

=

h~Q. X

100

...

h nT ... h~ Q. dimana:

~

.. ~

Eh,Q

=: jumlah siswa/penduduk kelompok usia a yang bersekolah di tingkat

pendidikan h pada tahun

t

.~

J{a :::

jum!ah penduduk kelompok usia a yang berkaitan dengan usia sekolah standar di tingkat pendidikan h .

.~

Contoh : APM SD adalah jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah dl tingkat SD dibagf dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.

-~

Data yang diperlukan

-~ Jumlal1 penduduk ke!ompok usia seko!ah yang masih bersekolah di

tingkat pendidikan tertentu.

.. Jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang standar (contoh:

.~

ke!ompok usia SD=7-12 tahun, SMP=13-15 tahuf'l, SMA=16-18

tahun, dst) ­

"~

SumberData

-~ APM dapat dihitung dengan data Susenas.

'" Untuk pembilang, diambi! darl dari Seksi "Keterangan Pendidikan"

-~ pertanyaan tentang par1isipasi sekolah dan dipilih kategorl 2 atau

semua orang yang masih sekolah saat inL Kemudian

dikelompokkan berdasarkan pertanyaan tentang Jenjang dan Jenis

:~ Pendidikan Tertinggi yang pernah/sedang didudukL Kemudian

dike!ornpokkan lagi menurut ke!ompok umur yang di3mbil dari

.~ pertanyaan tentang Umur dari seksi "Keterangan Anggota Rumah

Tangga",

• Untuk penyebut, digunakan pertanyaan dari Seksi "Keterangan

.~ ,£),nggota Rumah Tangga" untuk menge!ompokkan penduduk

berdasarkan kelompok usia yang berkaitan dengan tingkat pendidikart .~ !Data~ - - - 16 .~

:~

.~

(26)

J

:J

!nterpretasi APM

....

:J

APM SO sarna dengan 93% artinya dari 100 penduduk usia 7-12

tahun, 93 orang bersekolah di bangku SD. Partisipasi sekolah penduduk usia 13-15 di SMP (65%) lebih rendall dibanding SD .

...

.,

Nilai APM akan berkisar dar; 0 sampai dengan 100. Tidak mungkin

ditemukan APM lebih dari 100 karena jumlah siswa (pembilang) merupakan bagian dar! jumlah penduduk usia tertentu (penyebut).

,.

Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang

tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Kelemahan APM adalah

...

kemungkinan adanya kekurangan estimasi karena siswa diluar

kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu. Contoh:

Seorang anak usia 6 tahun bersekoiah di SO Kalas 1 tidak akan

··4 masuk dalam penghitungan APM karena usianya lebih rendah

dibanding kelompok usia standar SO yaitu 7-12 tahun,

tahun terakhir untuk SO berkisar antara 50 sampaj 95 persen, SMP Rentang APM di Indonesia dari hasH tabulasi data Susenas 10 antara 50 sampaj 70 persen, dan SMA antara 20 sampai 50 parsen .

....

5.1 Angka Partisipasi Sekolah

...

at Suatu ukuran untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang

sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada, dinamakan Angka

...

Partisipasi Sekolah (APS). Angka ini merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui tingkat partisipasi anak usia 7-18 tahun yang belum menikah pada

bidang pendidikan. Meningkatnya APS berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas

.~

jangkauan pelayanan pendidikan.

APS dibagi da/am tiga kelompok umur, yaitu kelompok umur 7-12 tahun,

.~ 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Secara umum berdasarkan data Susenas tahun

2001 hingga 2005, tingkat partisipasi sekolah anak-anak di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan anak-anak di pedesaan, hal ini menunjukkan bahwa

-~ tingkat kemampuan ekonomi orang tua di pedesaan untuk menyekolahkan

anaknya lebih rendah dibandingkan di perkotaan, selain itu kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya

;

juga lebih rendah; anak masih dipandang sebagai fungsi ekonomi untuk

membantu mencari nafkah bagi keluarganya. Selain itu, nampak bahwa APS anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-Iaki pada setiap kelompok umur

.~ (Tabel 16). Kemudian apabila dilihat menurut umur, serna kin tinggi kelompok

umur maka tingkat partisipasi sekolah semakin menurun (Gambar 5.2., 5.3., 5A.,sampai 5.10.). :~ .~

.~

~

2)ata:Jle.lu.wu;a - - - -

17

~

~

~

Gambar

Gambar 4.1 	 Rata-rata Jumlah Anak Lahir hidup per Perempuan Usia  45-49 di Indonesia Tahun  1997-2005.......................
Gambar 1 b. Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan dan Perkotaan
Tabel  2.7  dan  Gambar  2.2b.  tentang  jumlah  keluarga  berdasarkan  tahapan
Gambar 3. Angka Kematian 8ayi Tahun 1990-2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik

Hasil analisis menunjukan bahwa implementasi model model pembelajaran BCCT (Beyond Centra and Circle Time) di Pre School Intan Permata Aisyiyah Makamhaji sudah

Perencanaan adalah suatu proses pemikiran dan tindakan manusia berdasarkan pemikiran tersebut Perencanaan adalah suatu proses pemikiran dan tindakan manusia

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS PRIMA USD dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali

Lawrence Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada gilirannya

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah

menggunakan jalur Pegawai Negeri Sipil atau melalui mekanisme Pemda sehingga masyarakat merasa kesulitan menjadi pegawai di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,

Memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab sepenuhnya ( ) kepada Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan atas tindakan pengawasan dan pengurusan yang telah dilakukan selama