• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisa penyusunan arahan penanganan lahan kritis dengan analisa triangulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil analisa penyusunan arahan penanganan lahan kritis dengan analisa triangulasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Hasil analisa penyusunan arahan penanganan

lahan kritis dengan analisa triangulasi

(2)

2

Tipology Faktor Lokasi Arahan

Sangat Kritis

Intensitas curah hujan

desa Codo, Sukolilo Medok, Wajak, Turen, Sukoanyar, kidangbang, Kedok, Gedok kulon Malang suko, dan urek urek

menambah penutupan vegetasi sesuai dengan konturnya. Upaya penanaman tegakan yang rapat berupa tanaman tahunan permanen mutlak diperlukan

Desa Bringin, Jambangan , Ampel Gading Tanah Kuncaran dan Amadanom

agroforestry dan penterasan lahan Desa Poncokusumo, Pandansari dan

sebagain kecil Ngadas, Desa Wonoagung, Amadanom Tamankuncaran dan Sukorejo

sumur resapan untuk menahan air hujan di wilayah terbangun. Selain itu dengan pembuatan SPA untuk menyalurkan air ke tempat yang aman dari erosi

Kerapatan pekerja

di bidang

pertanian

Pada Desa Wajak, Sukoanyar, Sukolilo, Codo, Sudimoro, taman kuncaran, Amadanom, Sumbersuko, Sumbermanjing wetan, Blayu, Pagedangan, Wonoagung Kedok, Turen, Urek Urek, gedok kulon

perlu adanya upaya konservasi secara vegetatif, pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan, pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;

Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak

Desa Jambangan, Bringin, Sukorejo dan Wonoayu

Agroforestry Pada seluruh wilayah Desa di Tipologi

lahan sangat kritis

pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di bidang pertanian.

Bahaya erosi Pada seluruh desa di tipologi sangat kritis konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam berkesinambungan yang menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari (inter-cropping) dan pemberian mulsa atau teras kebun dapat juga dilakukan agroforestry.

simojayan ampelgading dan Sukorejo teras yang tepat dengan dinding batu, teras kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup permanen dan agroforestry.

dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada alur, dengan bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan di bagian atasnya (daerah tangkapan)

Manajemen lahan Seluruh desa di tipologi Sangat kritis seperti Poncokusumo, Pandansari, Ngadas, Wajak, Blayu, Codo, Turen, Sananrej, Sudimoro, Taman kuncaran, Jambanagan

tidak diperlukan upaya yang besar dalam memperbaiki manajemen lahan.

Desa Wonoagung, Amadanom

Tamankuncaran dan Sukorejo

Program pengembangan pertanian konservasi, penanaman menurut kontur, silvopastural. Pada ujung selatan Desa Ngadas pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan masyarakat.

Melakukan penambahan bahan organik pada lahan dapat juga penambahan bahan organik untuk lahan yang mengalami penurunan produktifitas.

(3)

3

Tipology Faktor Lokasi Arahan

Kritis Sedang

kerapatan pekerja di bidang pertanian

Pada seluruh desa di tipologi lahan kritis sedang yaitu sebagian besar desa Ngadas, Sebagian Sumbertangkil, Sumberejo, Dawuhan, Patokpicis, Dadapan Pamotan, Sebagian Dampit, Sebagian Besar Baturetno, Sekarbanyau, Tumpuk renteng, Jeru, Tanggung, Putat Kidul, Sedayu, Talok, Druju, Sebagian Segaran, sebagian Sumberejo, Sebagian Wonokerto, Sebagian rejosari, Pagak, Gampingan

tingkat effortnya rendah karena kondisi kerapatannya tidak begitu tinggi.

Yang perlu dilakukan adalah agroforestry dan hutan masyarakat pada konsentrasi petani pada lahanhutan dan tetap melakukan tindakan konservasi vegetatif dan mekanik terutama pada lahan yang memiliki kecuraman tinggi > 25 %

di Desa Pamotan , Jeru, Sepanjang, Banjarejo, Putat Kidul, Druju Petani diberikan insentif berupa hasil bagi tanaman hutan bagi yang mau menjaga tegakan.

Pada seluruh desa di tipologi lahan kritis sedang yaitu sebagian besar desa Ngadas, Sebagian Sumbertangkil, Sumberejo, Dawuhan, Patokpicis, Dadapan, Sebagian Dampit, Sebagian Besar Baturetno, Sekarbanyau, Tumpuk renteng,, Tanggung, Sedayu, Talo, Sebagian Segaran, sebagian Sumberejo, Sebagian Wonokerto, Sebagian rejosari, Pagak, Gampingan

konservasi lahan berupa pergantian tanaman penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras.

Bahaya erosi Pada seluruh desa di tipologi lahan kritis sedang yaitu sebagian besar desa Ngadas, Sebagian Sumbertangkil, Sumberejo, Dawuhan, Patokpicis, Dadapan Pamotan, Sebagian Dampit, Sebagian Besar Baturetno, Sekarbanyau, Tumpuk renteng, Jeru, Tanggung, Putat Kidul, Sedayu, Talok, Druju, Sebagian Segaran, sebagian Sumberejo, Sebagian Wonokerto, Sebagian rejosari, Pagak, Gampingan

sangat diperlukan konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam berkesinambungan yang menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari (inter-cropping) dan pemberian mulsa atau teras kebun

Manajemem lahan di daerah Ngadas, Dawuhan, Sumberejo,Katangayar teras yang tepat dengan dinding batu, teras kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup permanen dan agroforestry . Dapat juga dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada alur, dengan bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan di bagian atasnya (daerah tangkapan)

Pada sebagian besar desa Ngadas, Dawuhan Sumberejo Pamotan, Pagedangan,Jeru, Tanggung, Sumberejo, Rejosari, Druju, Putat kidul dan Sanankerto

diperlukan upaya penanganan untuk meningkatkan keinginan dan kemampuan masyarakat dan aparat untuk memperbaiki konservasi lahan dengan cara penyuluhan, pelatihan dan pendampingan

Ngadas, Sumberejo, Bambang, Druju Program pengembangan pertanian konservasi, penanaman

menurut kontur, silvopastural dan melakukan penambahan bahan organik untuk lahan yang mengalami penurunan produktifitas

(4)

4

Tipology Faktor Lokasi Arahan

Kritis Ringan

Intensitas curah hujan

Pada wilayah kritis ringan yaitu di Desa Sumber ayu, Bambang, Sumberputih, Taman satriyan , Simojayan, Ampelgading. Ringin sari, Srimulyo dan Sukodono

penterasan lahan dan pembuatan saluran dengan arah tegak lurus garis kontur dengan maksud menampung sisa air aliran permukaan untuk disalurkan ke tempat yang aman dari bahaya erosi dan longsoran tanah

diSepanjang, Sawahan Kemulan, Clumprit, Suwaru, Kademangan, Pagelaran, Banjarejo, Balearjo, Kanigoo dan Brongkal

penanaman tanaman penutup tanah.

Kerapatan pekerja bidang pertanian

Pada sebagian besar Sub DAS Lesti hilir, yaitu desa Kanigoro, Banjarejo, Sawahan, Sidorejo, Clumprit, Suwaru, Sepanjang Pagelaran dan sebagian Sub Das Lesti tengah yaitu Pojok, Bumirejo, Tirtoyudo, Dampit dan Srimulyo

perlu upaya konservasi secara vegetatif, Pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan, Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;

Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak

Pada desa Patokpicis, Bambang, Sumberputih, Wonoayu, Taman satriyan, simojayan

upaya yang harus dilakukan adalah Agroforestry

Pada seluruh wilayah tipologi lahan kritis ringan perlu adanya pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di bidang pertanian

Manajemen lahan di Desa Sumber ayu, Bambang, Sumberputih, Taman satriyan , Simojayan, Ampelgading, desa Patokpicis, Bambang, Sumberputih, Wonoayu, Taman satriyan simojayan. Ringin sari, Srimulyo dan Sukodono

tidak diperlukan upaya penanganan secara intensif karena manajemen lahan sudah baik. Upaya yang dilakukan untuk menambah kualitas manajemen lahan di wilayah tersebut yaitu dengan terus mengupgrade kemampuan manajerial petani dengan penyuluhan pengembangan pertanian konservasi dan media publikasi

(5)

5

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, arahan penanganan Lahan Kritis

di Sub DAS Lesti terbagi dalam 3 tipologi yang didasarkan pada faktor- faktor penyebab lahan kritis yang pada

tiap tipologi yang ada. Faktor faktor tersebut, antara lain: dari aspek biofisik disebabkan oleh faktor kemiringan

lereng, bahaya erosi, intensitas curah hujan, tutupan vegetasi dan jenis tanah, aspek sosial yaitu faktor

kepadatan pendudukm kerapatan pekerja di bidang pertanian dan manajemen lahan serta aspek ekonomi

yaitu faktor produktifitas lahan.

Arahan penanganan lahan kritis disesuaikan dengan tiap faktor penyebabnya agar upaya yang dilakukan

untuk mengurangi sifat kritis lahan tepat sasaran dan efektif. Adapun arahan penanganan lahan kritis di Sub

DAS Lesti adalah sebagai berikut:

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 1 Sangat Kritis:

1. Penanganan faktor intensitas curah hujan :

•Penambahan penutupan vegetasi sesuai dengan konturnya dengan tegakan yang rapat berupa tanaman

tahunan permanen

•agroforestry dan penterasan lahan.

•membuat sumur resapan untuk menahan air hujan di wilayah terbangun dan dengan pembuatan SPA untuk

menyalurkan air ke tempat yang aman dari erosi

2. Penanganan Faktor kerapatan pekerja di bidang pertanian.

•perlu adanya tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur,

pemberian mulsa sisa tanaman, pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak,

pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan

•Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras

dan rokrak

•Agroforestry

•pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di

bidang pertanian.

3. Bahaya erosi

•konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam

berkesinambungan yang menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari

(

inter-cropping

) dan pemberian mulsa atau teras kebun dapat juga dilakukan agroforestry.

•Penterasan dengan dinding batu, teras kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup

permanen dan agroforestry dan dapat juga dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan sederhana yang

dibuat pada alur, dengan bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil

erosi dari lahan di bagian atasnya (daerah tangkapan)

4. Manajemen Lahan

•tidak diperlukan upaya yang besar dalam memperbaiki manajemen lahan.

•perlu dilakukan Program pengembangan pertanian konservasi, penanaman menurut kontur, silvopastural.

•pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan masyarakat.

(6)

6

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 2 Kritis Sedang:

1. Penanganan faktor kerapatan pekerja di bidang pertanian

•Upaya penanganan tingkat effortnya rendah karena kondisi kerapatannya tidak begitu tinggi.

•agroforestry dan hutan masyarakat pada konsentrasi petani pada lahan hutan dan tetap melakukan tindakan konservasi

vegetatif dan mekanik

•Petani diberikan insentif berupa hasil bagi tanaman hutan bagi yang mau menjaga tegakan.

•konservasi lahan berupa pergantian tanaman penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang,

pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras.

2. Penanganan Faktor Bahaya erosi

•konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam berkesinambungan yang

menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari (

inter-cropping

) dan pemberian mulsa

atau teras kebun

•, teras yang tepat dengan dinding batu, teras kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup permanen

dan agroforestry . Dapat juga dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada alur, dengan

bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan di bagian atasnya

(daerah tangkapan)

3. Penanganan Faktor Manajemen Lahan

•upaya penanganan untuk meningkatkan keinginan dan kemampuan masyarakat dan aparat untuk memperbaiki konservasi

lahan dengan cara penyuluhan, pelatihan dan pendampingan

•Program pengembangan pertanian konservasi, penanaman menurut kontur, silvopastural dan melakukan penambahan

bahan organik untuk lahan yang mengalami penurunan produktifitas

(7)

7

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 3 Kritis Ringan:

1. Penanganan Faktor Intensitas curah hujan

• penterasan lahan dan pembuatan saluran dengan arah tegak lurus garis kontur dengan maksud menampung sisa air aliran

permukaan untuk disalurkan ke tempat yang aman dari bahaya erosi dan longsoran tanah

• penanaman tanaman penutup tanah (penghijauan).

2. Penanganan kerapatan pekerja di bidang pertanian

• upaya konservasi secara vegetatif, Pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan,

Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman,

pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;

• Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak

• Agroforestry

• pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di bidang

pertanian

3. Penanganan Faktor Manajemen Lahan

• tidak diperlukan upaya penanganan secara intensif karena manajemen lahan sudah baik. Upaya yang dilakukan untuk

menambah kualitas manajemen lahan di wilayah tersebut yaitu dengan terus mengupgrade kemampuan manajerial petani

dengan penyuluhan pengembangan pertanian konservasi dan media publikasi

(8)

8

Penelitian arahan penanganan lahan kritis ini memiliki kelemahan sebagai berikut:

•Dalam menyusun arahan penanganan lahan kritis tidak memasukkan faktor pola tata guna lahan eksisting.

•Lahan kritis mempunyai karakteristik yang dinamis sehingga pemetaan tipologi bisa berubah sewaktu waktu

dipengaruhiperkembangan sosial, fisik lingkungan dan ekonomi.

(9)

9

Rekomendasi untuk studi lanjutan

•Rekomendasi untuk studi lanjutan diantaranya:

•Lahan kritis mempunyai karakteristik yang dinamis akibat perkembangan penduduk

akan kebutuhan lahan. Sehingga identifikasi tipologi dan penentuan lahan kritis bisa

berubah sewaktu-waktu. Untuk itu, perlu adanya penelitian untuk meng-

up date

informasi karakteristik lahan agar penanganannya dapat optimal.

Rekomendasi

•Rekomendasi dari hasil penelitian ini diantaranya:

•Hasil studi ini dapat dipergunakan oleh pemerintah dapat menjadi langkah awal dalam mengatasi lahan

kritis di Sub DAS Lesti sesuai dengan faktor penyebabnya agar dapat tidak bertambah luas dan merugikan

wilayah sekitarnya.

•Upaya penanganan Lahan Kritis memerlukan kerjasama dari pemerintah, swasta dan masyarakat agar

program yang dilaksanakan dapt berhasil secara optimal.

(10)
(11)
(12)

Hiperlink

12

Kesimpulan

komplit

Arahan teknis

Arahan

Deskriptif

Kualitatif

Lengkap

(13)
(14)
(15)

No Instansi Posisi Stakeholder Alasan 1 Bappeda Kabupaten Malang Bidang sarana dan prasarana

pengembangan wilayah

Bappeda sebagai pembuat kebijakan pembangunan wilayah, sebagai penyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)dan mengkoordinasi semua kegiatan peencanaan pembangunan serta memiliki pengeruuh dalam mengoptimalkan pemanfaatan dan pengendalian lahan dan terlibat dalam pemberian ijin lokasi. Oleh karena itu Bappeda Kabupaten Malang mampu untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti

2 BP DAS Brantas Staf Program BP DAS Malang Kepentingan BP DAS Brantas adalah mengoptimalkan pemanfaatan dan perlindungan DAS Brantas dan memiliki pengaruh yang tinggi dalam mengidentifikasi dan merencanakan RHL dan RTL RKT. Untuk itu BP DAS mampu untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan dalam penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti

3 Dinas Kehutanan

Kabupaten Malang

Kasi Rehabiliasi lahan dan teknik konservasi Tanah

Sebagai penyusun, pelaksana, dan pengawas pelaksanaan RHL dan RTL RKT dan memiliki pengaruh dalam pelaksanaan upaya rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan. Oleh karena itu Dinas Kehutanan Kabupaten Malang mampu untuk memberikan pertimbangan dalam dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti

4 KPH Perhutani Kabupaten Malang

Wakil administratur KPH Malang

Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pemanfaatan hutan milik negara dan melaksanakan rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan di hutan milik negara Oleh karena itu KPH Perhutani Kabupaten Malang mampu untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan dalam penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti

5 Dinas Perkebunan dan

Pertanian

Staf Tata Guna Lahan Bidang Usaha Tani Dinas Pertanian dan Perkebunan

Sebagai pelaksana penanaman tanaman di wilayah DAS dan memiliki pengaruh dalam melakukan teknik konservasi lahan pertanian yang sesuai dengan karakteristik lahannya. Oleh karena itu Dinas Perkebunan dan pertanian Kabupaten Malang mampu untuk memberikan pertimbangan dalam dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti

7 Jurusan Pengairan

Universitas Brawijaya

BPP FTUB Berperan dalam membantu menetapkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian lahan kritis. Memiliki concern pada pengelolaan DAS Brantas. Oleh karena itu Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Malang mampu untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan bobot faktor penyebab lahan kritis dan dalam penentuan arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti.

(16)

16

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, arahan penanganan Lahan Kritis di Sub DAS Lesti terbagi dalam 3 tipologi yang didasarkan pada faktor- faktor penyebab lahan kritis yang pada tiap tipologi yang ada. Faktor faktor tersebut, antara lain: dari aspek biofisik disebabkan oleh faktor kemiringan lereng, bahaya erosi, intensitas curah hujan, tutupan vegetasi dan jenis tanah, aspek sosial yaitu faktor kepadatan pendudukm kerapatan pekerja di bidang pertanian dan manajemen lahan serta aspek ekonomi yaitu faktor produktifitas lahan.

Arahan penanganan lahan kritis disesuaikan dengan tiap faktor penyebabnya agar upaya yang dilakukan untuk mengurangi sifat kritis lahan tepat sasaran dan efektif. Adapun arahan penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti adalah sebagai berikut:

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 1 Sangat Kritis: •Penanganan faktor intensitas curah hujan :

•Pada wilayah dalam tipologi lahan sangat kritis diantaranya desa Codo, Sukolilo Medok, Wajak, Turen, Sukoanyar, kidangbang, Kedok, Gedok kulon Malang suko, dan Urek Urek yang saat ini memiliki kondisi tutupan vegetasi < 30 , Untuk mengurangi gaya kinetis air hujan terhadap lahan yang dapat menyebabkan erosi di permukaan tanah maka harus menambah penutupan vegetasi sesuai dengan konturnya. Upaya penanaman tegakan yang rapat berupa tanaman tahunan permanen mutlak diperlukan.

•Desa Bringin, Jambangan, Ampel Gading Tanah Kuncaran dan Amadanom memiliki tutupan vegetasi 30- 60% dan desa desa tersebut digunakan sebagai lahan budidaya pertanian. Wilayah ini memilili jenis tanah regosol yang sangat rentan terhadap erosi dan kemampuan menahan air yang sangat rendah. Untuk itu dapat diupayakan agroforestry dan penterasan lahan.

•Pada Desa Poncokusumo, Pandansari dan sebagian kecil Ngadas, Desa Wonoagung, Amadanom Tamankuncaran dan Sukorejo yang memiliki kemiringan > 25% agar tidak terjadi run off di permukaan dan kekeringan saat bulan kering yaitu dengan membuat sumur resapan untuk menahan air hujan di wilayah terbangun. Selain itu dengan pembuatan SPA untuk menyalurkan air ke tempat yang aman dari erosi •Penanganan Faktor kerapatan pekerja di bidang pertanian.

•Pada Desa Wajak, Sukoanyar, Sukolilo, Codo, Sudimoro, taman kuncaran, Amadanom, Sumbersuko, Sumbermanjing wetan, Blayu, Pagedangan, Wonoagung Kedok, Turen, Urek Urek, gedok kulon saat ini ditanami tanaman semusim, oleh karena itu perlu adanya upaya konservasi secara vegetatif, Pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan, Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;

•Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak

•Pada Desa Jambangan, Bringin, Sukorejo dan Wonoayu yang memiliki potensi lahan milik hutan upaya yang harus dilakukan adalah Agroforestry •Pada seluruh wilayah Desa di Tipologi lahan sangat kritis perlu adanya pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di bidang pertanian.

(17)

17

•Bahaya erosi

•Pada seluruh desa di tipologi sangat kritis sangat diperlukan konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam berkesinambungan yang

menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari (

inter-cropping

) dan pemberian mulsa atau teras kebun dapat juga dilakukan agroforestry.

•Pada lahan hutan kemiringan yang tinggi seperti di daerah simojayan ampelgading dan Sukorejo agar tidak terjadi hilangnya lapisan tanah, teras yang tepat dengan dinding batu, teras

kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup permanen dan agroforestry. Dapat juga dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan sederhana yang dibuat pada alur,

dengan bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan di bagian atasnya (daerah tangkapan)

•Manajemen Lahan

•Seluruh desa di tipologi Sangat kritis seperti Poncokusumo, Pandansari, Ngadas, Wajak, Blayu, Codo, Turen, Sananrej, Sudimoro, Taman kuncaran, Jambanagan tidak diperlukan upaya

yang besar dalam memperbaiki manajemen lahan.

•Pada daerah yang kemiringannya >25% yaitu di Desa Wonoagung, Amadanom Tamankuncaran dan Sukorejo perlu dilakukan Program pengembangan pertanian konservasi, penanaman

menurut kontur, silvopastural.

•Pada ujung selatan Desa Ngadas dengan manajemen lahan yang buruk upaya yang dapat dilakukan antara lain pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan, pelatihan dan

pendampingan masyarakat.

(18)

18

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 2 Kritis Sedang:

•Penanganan faktor kerapatan pekerja di bidang pertanian

•Upaya penanganan untuk kerapatan pekerja di bidang pertanian di Tipologi kritis sedang tingkat effortnya rendah karena kondisi kerapatannya tidak begitu tinggi.

•Yang perlu dilakukan adalah agroforestry dan hutan masyarakat pada konsentrasi petani pada lahanhutan dan tetap melakukan tindakan konservasi vegetatif dan mekanik

terutama pada lahan yang memiliki kecuraman tinggi > 25 %

•Petani diberikan insentif berupa hasil bagi tanaman hutan bagi yang mau menjaga tegakan.

•Pada Desa lain seperti Pamotan, Jeru Sepanjang, Banjarejo, Putat Kidul, Druju merupakan wilayah pertanian dan kerapatan pekerja di bidang pertanian rendah, maka agar

tidak terjadi kerusakan lahan dan turunnya produktifitas yang perlu tetap dilakukan adalah konservasi lahan berupa pergantian tanaman penanaman menurut kontur,

pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras.

b.. Penanganan Faktor Bahaya erosi

•Pada seluruh desa di tipologi lahan kritis sedang yaitu sebagian besar desa Ngadas, Sebagian Sumbertangkil, Sumberejo, Dawuhan, Patokpicis, Dadapan Pamotan, Sebagian

Dampit, Sebagian Besar Baturetno, Sekarbanyau, Tumpuk renteng, Jeru, Tanggung, Putat Kidul, Sedayu, Talok, Druju, Sebagian Segaran, sebagian Sumberejo, Sebagian

Wonokerto, Sebagian rejosari, Pagak, Gampingan sangat diperlukan konservasi lahan dengan pembuatan teras dengan tanaman penutup yang padat atau pola tanam

berkesinambungan yang menunjang tanaman semusim sebagai penutup maksimal yaitu melalui tumpangsari (inter-cropping) dan pemberian mulsa atau teras kebun

•Pada lahan hutan kemiringan yang tinggi seperti di daerah Ngadas, Dawuhan, Sumberejo,Katangayar agar tidak terjadi hilangnya lapisan tanah, teras yang tepat dengan

dinding batu, teras kebun atau teras individu atau dataran dengan vegetasi penutup permanen dan agroforestry . Dapat juga dibuat dam penahan yaitu bendungan kecil dan

sederhana yang dibuat pada alur, dengan bahan dari urugan tanah diperkuat dengan kayu, untuk mengendapkan lumpur hasil erosi dari lahan di bagian atasnya (daerah

tangkapan)

C. Penanganan Faktor Manajemen Lahan

•Pada sebagian besar desa Ngadas, Dawuhan Sumberejo Pamotan, Pagedangan,Jeru, Tanggung, Sumberejo, Rejosari, Druju, Putat kidul dan Sanankerto diperlukan upaya

penanganan untuk meningkatkan keinginan dan kemampuan masyarakat dan aparat untuk memperbaiki konservasi lahan dengan cara penyuluhan, pelatihan dan

pendampingan

•Pada lahan yang memiliki kecuraman tinggi > 25 % seperti Ngadas, Sumberejo, Bambang, Druju, sumberejo perlu dilakukan Program pengembangan pertanian konservasi,

penanaman menurut kontur, silvopastural dan melakukan penambahan bahan organik untuk lahan yang mengalami penurunan produktifitas

(19)

19

•Arahan Penanganan lahan kritis di Sub DAS Lesti Tipologi 3 Kritis Ringan:

•Penanganan Faktor Intensitas curah hujan

•Pada wilayah kritis ringan yaitu di Desa Sumber ayu, Bambang, Sumberputih, Taman satriyan , Simojayan, Ampelgading. Ringin sari, Srimulyo dan Sukodono dengan kondisi topografi berbukit dan

bergunung (kemiringan lereng >15%) dengan tutupan vegetasi yang baik (> 60) maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penterasan lahan dan pembuatan saluran dengan arah tegak lurus garis

kontur dengan maksud menampung sisa air aliran permukaan untuk disalurkan ke tempat yang aman dari bahaya erosi dan longsoran tanah

•Di daerah lain yang memiliki topografi datar 0-8%seperti diSepanjang, Sawahan Kemulan, Clumprit, Suwaru, Kademangan, Pagelaran, Banjarejo, Balearjo, Kanigoo dan Brongkal dan tutupan vegetasi

buruk (<30%) maka upaya penanganan yang tepat adalah dengan penanaman tanaman penutup tanah.

•Penanganan kerapatan pekerja di bidang pertanian

•Pada sebagian besar Sub DAS Lesti hilir, yaitu desa Kanigoro, Banjarejo, Sawahan, Sidorejo, Clumprit, Suwaru, Sepanjang Pagelaran dan sebagian Sub Das Lesti tengah yaitu Pojok, Bumirejo, Tirtoyudo,

Dampit dan Srimulyo perlu upaya konservasi secara vegetatif, Pemakaian varietas unggul untuk lahan kering untuk meningkatkan produktivitas lahan, Tindakan konservasi secara vegetatif (berat),

pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pemupukan, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;

•Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak

•Pada desa Patokpicis, Bambang, Sumberputih, Wonoayu, Taman satriyan, simojayan upaya yang harus dilakukan adalah Agroforestry

•Pada seluruh wilayah tipologi lahan kritis ringan perlu adanya pemberian ketrampilan pada bidang non pertanian agar masyarakat memiliki alternatif pekerjaan lain selain di bidang pertanian

C. Penanganan Faktor Manajemen Lahan

•Pada wilayah kritis ringan yaitu di Desa Sumber ayu, Bambang, Sumberputih, Taman satriyan , Simojayan, Ampelgading, desa Patokpicis, Bambang, Sumberputih, Wonoayu, Taman satriyan simojayan.

Ringin sari, Srimulyo dan Sukodono

•tidak diperlukan upaya penanganan secara intensif karena manajemen lahan sudah baik. Upaya yang dilakukan untuk menambah kualitas manajemen lahan di wilayah tersebut yaitu dengan terus

mengupgrade kemampuan manajerial petani dengan penyuluhan pengembangan pertanian konservasi dan media publikasi

Referensi

Dokumen terkait

Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Program Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi bekal ilmu kepada peneliti sehingga

Sistem distribusi merupakan bagian dari sumber listrik yang menghubungkan daya listrik untuk fasilitas konsumen. Pada suatu sistem distribusi tenaga listrik,

Senada dengan hasil penelitian Hani’ah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan negative yang signifikan antara kematanagan emosi dan perilaku agresif remaja siswa

Pasien pada kelas 0 memiliki kriteria penyakit infeksi dengue dengan tanda bahaya yaitu hasil pemeriksaan hematokrit yang normal, leukosit yang tidak normal serta

Barulah pada tanggal 29 September, tampaknya ada sesuatu yang dapat dianggap lebih konkret, dengan munculnya Brigjen Mustafa Sjarif Soepardjo melaporkan kepada

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder antara lain : (1) pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ± 15 menit pada bahu yang sakit

Sebelum debitur memperoleh pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari diawali pengajuan permohonan pembiayaan, penyelidikan

Penataan berkas dalam sistem verbal ini ialah dari minut surat keluar, di dalamnya terdapat berkas-berkas yang berkaitan ( yang disebut juga dengan verbal), yang disatukan