SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh : Riska Yunitasari 0712010118 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Drs. Ec. H. RA. Suwaidi, MS. , selaku Dosen Pembimbing Utama Skripsi peneliti, yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Kedua orangtua dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan restu, dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
7. Semua temen-temen yang membantu memberikan doa dan memberi semangat agar terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Wassalamu’alaikumwr.wb
Surabaya,Nopember 2010
DAFTAR ISI
1.2. Rumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 13
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 15
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 17
2.2.2.3. Manfaat Laporan Keuangan ... 17
2.2.2.4. Jenis Laporan Keuangan ... 19
2.2.3. Analisis Ratio ... 21
2.2.3.1. Pengertian Analisis Ratio ... 21
2.2.3.3. Kegunaan Analisis Ratio ... 25
2.2.3.4. Keterbatasan Analisis Ratio... 28
2.2.4 Dividend ... 29
2.2.4.1. Pengertian Dividen ... 29
2.2.4.2. Teori dividend ... 29
2.2.4.3. Macam-macam dividend ... 33
2.2.4.4. Prosedur Standart Pembayaran dividen ... 35
2.2.5. Dividend Payout Ratio ... 35
2.2.5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio ... 37
2.2.6. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend ... 41
2.2.7. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend 41 2.2.8. Pengaruh Return on Assets Terhadap Dividend ... 42
2.3. Kerangka Konseptual ... 44
2.4. Hipotesis ... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45
3.1.1.Variabel Terikat ... 45
3.1.2. Variabel Bebas ... 46
3.2. Teknik penentuan Sampel ... 47
3.2.1. Populasi ... 47
3.2.2. Sampel ... 47
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.3.1. Jenis Data ... 50
3.3.2. Sumber Data ... 50
3.3.3. Pengumpulan data ... 50
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 50
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 50
3.4.2. Uji Hipotesis ... 51
3.4.4. Uji Asumsi Klasik ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi obyek penelitian ... 57
4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 57
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 59
4.1.3. Struktur organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ... 60
4.1.4. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 61
4.1.4.1. PT. Fast Food Indonesia Tbk ... 61
4.1.4.2. PT. Mayora Indah Tbk ... 62
4.1.4.3. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk ... 63
4.1.4.4. PT. SMART Tbk ... 63
4.1.4.5. PT. Gudang Garam Tbk... 65
4.1.4.6. PT. Sepatu Bata Tbk ... 65
4.1.4.7. PT. Colorpak Indonesia Tbk ... 67
4.1.4.8. PT. Sumi Indo Kabel Tbk ... 68
4.1.4.9. PT.Metrodata Elektronik Tbk ... 69
4.1.4.10. PT. Indo kordsa Tbk ... 69
4.1.4.11. PT. Tunas Ridean Tbk ... 70
4.1.4.12. PT. United Tractor Tbk ... 71
4.1.4.13. PT.Merck Tbk ... 73
4.1.4.14. PT. Tempo Scan Pasifik Tbk ... 74
4.2. Deskripsi Variabel ... 75
4.2.1. Cash Position ... 75
4.2.2. Debt To Equity Ratio ... 76
4.2.3. Return On Assets ... 78
4.2.4. Dividend ... 80
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 81
4.3.1. Uji Normalitas ... 81
4.3.2. Koefisien Determinasi ... 82
4.3.3.1. Uji Multikolinieritas ... 83
4.3.3.2. Uji Autokorelasi ... 84
4.3.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 85
4.3.4. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda... 86
4.3.5. Hasil Pengujian uji t ... 88
4.4. Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 93
5.2. Saran ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Data Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur
Tahun 2006-2008 ... 8
Tabel 3.1 Proses pemilihan Sampel ... 48
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI tahun 2006-2008 ... 49
Tabel 4.1 Data Cash Position Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2008 ... 75
Tabel 4.2 Data Debt to equity Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2008 ... 77
Tabel 4.3 Data Return On Assets perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2008 ... 78
Tabel 4.4 Data Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur Tahun 2006-2008 ... 80
Tabel 4.5 koefisien Determinasi ... 82
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 83
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi dengan Durbin Watson ... 84
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Rank Sperman’s ... 85
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda ... 87
Tabel 4.10 Hasil perhitungan Uji t ... 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT.BEI ... 61
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Indonesian Capital Market Directory 2009
LAMPIRAN 2 : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return On Assets dan Dividend Payout Ratio
LAMPIRAN 3 : Uji Normalitas
LAMPIRAN 4 : Koefisien Determinasi LAMPIRAN 5 : Uji Asumsi Klasik LAMPIRAN 6 : Uji Hipotesis
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET TERHADAP DIVIDENDPADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh : Riska Yunitasari
Abstraksi
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan,pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internal nya,sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cash position, debt to equity ratio, return on assets terhadap dividend pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 149 perusahaan mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan manufaktur. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah nonrandom sampling yaitu pengambilan sampel secara tidak acak, dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk menguji hpotesis yang diajukan adalah teknik analisis uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, variable cash position secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividen payout Ratio, variable debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variable return on assets secara parsial berpengaruh terhadap dividen payout ratio.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Isu dividend cut memberikan pertanda buruk terhadap kinerja perusahaan. Informasi ini akan ditindaklanjuti oleh pihak eksternal sebagai dampak dari kegagalan perusahaan yang pada akhirnya berdampak buruk terhadap performance harga saham. Bila dikaji dari sisi internal, keputusan deviden cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan kinerja financial. Jika perusahaan mendapat kesempatan investasi yang menarik, maka tidak salah bila investasi tersebut didanai dari sumber dana internal daripada utang. Konsekuensi dari keputusan ini mengorbankan kepentingan pemegang saham karena gagal menerima return dalam bentuk deviden. Berdasarkan penilaian yang berbeda ini, dalam menetapkan deviden. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan antara deviden saat ini dengan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang sehingga bermuara pada maksimalisasi harga saham
Dalam konteks keuangan, masalah keagenan muncul antara pemilik (principal) dan agen. Aspek-aspek masalah keagenan selalu dimasukkan kedalam keuangan perusahaan karena banyaknya keputusan keuangan yang diwarnai oleh masalah keagenan. Menurut Brigham. Gapenski. Dan Daves (1999) dalam Wuryaningsih (2004), masalah keagenan tersebut bisa terjadi antara: pertama, pemilik (shareholders) dengan manajer; kedua. Manajer dengan debtholders; dan ketiga manajer dengan shareholders.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat.Bagi perusahaan,pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internal nya,sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko perusahaan.
Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh.
Investor dan manajemen perusahaan lebih menekankan pada preferensi jangka panjang. Mengingat masih terbatasnya penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi dividen, maka perlu dilakukan penelitian sejenis sebagaimana penelitian yang dilakukan di luar negeri (Amerika dan Australia). Sementara penelitian yang dilakukan di luar negeri tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen didasarkan pada persepsi para manajer perusahaan melalui metode kuesioner (Partington, 1989), sehingga hasil penelitiannya lebih bersifat kebijakan manajemen dalam menentukan besarnya pembayaran dividen.
Bertitik tolak dari faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dan kepentingan investor yang didasarkan pada kinerja keuangan maka berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat diidentifikasi variabel-variabel yang mungkin berpengaruh terhadap pendapatan dividen.
Sebagaimana diketahui bahwa para investor yang menanamkan dananya dalam bentuk saham bertujuan untuk melipat gandakan kekayaan melalui perolehan dividen maupun capital gain ketika terjadi penjualan saham. Jika investor hanya bertujuan membeli saham untuk investasi saja tentunya ia akan mengharapkan pembayaran dividen yang tinggi, akan tetapi bagi mereka yang melakukan tindakan spekulasi ada kecenderungan untuk mengharapkan sejumlah keuntungan dari capital gain. Kondisi demikian itu memerlukan adanya suatu kebijakan dividen yang mampu memberikan dividen yang diharapkan oleh para investor.
sedangkan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya yang dimasukkan dalam pos “laba ditahan” (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan.
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan berapa bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang ditahan, hal tersebut tercermin adanya dua kepentingan yang perlu dipenuhi perusahaan. Pertama, menyangkut tanggung jawab perusahaan terhadap para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen. Kedua, menyangkut kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan yang dibiayai dari laba ditahan. Sehubngan dengan adanya kebijakan dividen tersebut, terlihat ada dua kepentingan yang saling bertentangan yaitu antara kepentingan pemegang saham dengan dividennya dan kepentingan perusahaan dalam usaha untuk melaksanakan perluasan dan perkembangan usaha yang membutuhkan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Jensen et al (1992) perusahaan akan menetapkan tingkat dividen yang membuat para manajer dapat mendanai investasi-investasi yang diharapkan secara internal, jika kebijakan dividen sesuai dengan proyeksi manajerial dari kesempatan investasi masa datang, maka perusahaan akan dapat mempertahankan dividen yang stabil dan memperoleh pendanaan ekuitas yang dibutuhkan secara internal.
dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan,pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internal nya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Deviden pada Perusahaan manufaktur cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun sebagai akibat adanya perubahan (naik turun) profitabilitas yang kurang stabil. Penurunan profitabilitas tersebut diduga mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan kebijakan deviden. Bila adanya ketidakstabilan dan kecenderungan laba perusahaan yang menurun tidak diperbaiki maka ada kemungkinan seorang investor tidak menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Masalah pada penelitian ini adalah terjadinya penurunan pada dividen payout ratio yang terjadi pada perusahaan manufaktur.
Tabel 1.1 : Deviden Payout Ratio Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan DPR (%)
2006 2007 2008 1 PT. Fast Food Indonesia Tbk 12.95 19.58 20.31
2 PT. Mayora Indah Tbk 0.29 0.22 0.20
3 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 75.60 89.89 142.17 4 PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk
0.21 0.01 0.49
10 PT. Indo Kordsa Tbk 29.49 72.42 59.35 11 PT.Tunas Ridean Tbk 33.29 40.42 95.63 12 PT.United Tractor Tbk 26.05 28.65 27.51
13 PT. Merck Tbk 51.77 57.57 121.52
14 PT. Tempo Scan Pasific Tbk 0.41 0.40 0.21
Σ 379.14 673.94 586.35
Rata-rata 27.08 48.14 41.88
Sumber : ICMD 2009
Dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa trend dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur cenderung mengalami penurunan. Hal ini terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi yang di antaranya posisi kas (cash position), debt to equity ratio, dan return on assets.
tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuannya untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas. Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow.
Debt to equity ratio, mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Dalam hal ini dapat dilihat jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang kecil berarti perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melunasi semua kewajibannya, dan sebaliknya jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang lebih tinggi dibandingkan ketersediaan modal sendiri yang dimiliki berarti perusahaan yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang rendah nutuk memenuhi kewajibannya. Jumlah leverage yang digunakan perusahaan akan berakibat pada besarnya laba bersih yang diperoleh pada periode tertentu, sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan dan harga saham (Kartika 2003:7)
Return On Assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Pada
meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau emisi saham. baru. Sebaliknya bila Return On Assets rendah maka dibayarkan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan profit sehingga untuk menjaga reputasi dimata investor, perusahaan akan membagikan dividen besar. Pada kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa mendatang terprediksi secara jelas (Sartono, 2001:54).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh
Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:
1. Apakah Cash Position mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Return On Assets mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Cash Position terhadap Dividend Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Dividend
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui pengaruh Return On Assets terhadap Dividend
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjual atau membeli saham.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Lisa Marlina dan Clara Danica, (2009), dengan judul Analisis Pengaruh
Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend
Payout Ratio. Dimana Model analisis yang digunakan adalah model analisis
regresi linier berganda.Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode januari 2004 sampai dengan desember 2007, yaitu sebanyak
142 perusahaan. Penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode judgment
sampling.penelitian ini melibatkan 4 variabel yang terdiri dari dividend payout
ratio sebagai variabel dependen sedangkan cash position, debt to equity ratio,
Return on assets sebagai variabel independent. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa secara simultan variabel cash position, debt to equity ratio,
return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap variabel devidend
payout ratio. Sedang secara parsial Variabel Cash Position dan Return on Assets
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio tidak
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan
dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan
mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno, 2001:3). Usaha
mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca
akan terlikat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut
pembelanjaan aktif dan dineraca akan terlihat disisi aktiva.
Fungsi manajemen keuangan tidak bias dipisahkan dengan fungsi-fungsi
perusahaan lainnya seperti pemasaran, produksi maupun sumber daya manusia.
Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi,
memnghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan , menghambat
dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan
mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan. Maka dari itu
manjemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia,
akuntansi, maupun limgkungan ekonomi sangat berpengaruh terhadap keputusan
keuangan, sehingga untuk menghidari terjadinya kerugian secara keseluruhan
maka manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua manajer-manajer
fungsi tersebut. Misalnya bekerja sama dalam hal pengembangan produk baru,
2.2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran
para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham
diperlihatkan dengan wujud semakin tingginya harga saham yang merupakan
pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan kebijakan
devideen. Kadang-kadang memaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan
perusahaan,akan tetapi hal ini tidak dapat mencapai sasaran memaksimumkan
kemakmuran para pemegang saham.yang lbh pnting bukanlah laba melainkan
laba per lembar saham(earning per share).(sutrisno,2001:4)
2.2.1.3 Fungsi manajemen keuangan
Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya
di lakukan oleh suatu perusahaan,diantaranya adalah keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan keputusa deviden. masing-masing keputusan harus
berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan
memaksimumkan nilai perusahaan.
Ketiga keputusan di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk
mendapatkan laba. Laba yang diperoleh di harapkan mampu meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga
kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin
bertambah.(sutrisno,2001:5)
2.2.2. Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah
sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk laporan
keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisisa tersebut
pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan (Munawir, 2002 : 1)
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut.
Menurut (Munawir, 2002 : 5) laporan keuangan adalah dua daftar yang
disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
adalah neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
kebiasaan bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu laba ditahan.
Menurut Riyanto (1997: 327) laporan keuangan memberikan ikhtisar
mengenai keadaan financial suatu perusahaan. Dimana neraca mencerminkan
nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi
laba mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu
biasanya meliputi periode satu tahun.
Dari beberapa pengertian diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa laporan
keuangan merupakan hasil akhr dari suatu proses pembukuan yang merupakan
suatu ringkasan dari transaksi-trnsksi keuangan yang terjadi selama satu periode
2.2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna bagi
investor, kreditor dan pemakai lain,selain itu juga membantu dalam menilai
peneriman kas di masa depan dari dividen atau bunga hasil dari penjualan,
penariakan atau jatuh tempo dari sekuritas atau pinjaman.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan
lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Dan anlisis lebih lanjut sehingga
dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
(Munawir, 2002 : 31)
Sedangkan menurut Baridwan, Zaki (2004 : 17) laporan keuangan dibuat
oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu
sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.
2.2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
Menurut munawir (1995:2) manfaat laporan keuangan untuk
masing-masing pihak dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. pemilik perusahaan
Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaanya, karena dengan laporan tersebut pemilik perusahaan aakan
dapat menilai sukses atau tidaknya manjer dalam memimpin
perusahaannya dakkeuksesan seorang manajer biasanya di ukur dengan
laba yang diperoleh peruahaan.
2. manajer atau pimpinan perusahaan
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan, manajer dapat
menyusun rencana yang lebih baikdan menentukan kebijakan-kebijakan
yang lebih tepa. Tetapi yang lebih penting bagi manjer adalah bahwa
laporan keuangan trsebut merupakan alat untuk mempertanggung
jawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah
diberikan kepadaanya.
3. kreditur dan bankers
Sebelum mengmbil keputusan untuk member atau menolak permintaan
kredit dari suatu perusahaan, kreditur atau bankers perlu mengetahui
dahulu posisi keuangan dari perusahaan peminta kredit akan dapat
diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutanvdan diukur kemampuannya untuk mengetahui pakah kredit
yang diberikan cukup mendapat jaminan yanh terlihat pada kemampuan
4. investor
Para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana
mereka menanamkan modalnya. Mereka berkepentingan terhadap
prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan
selanjutnya untuk mengetahuinjaminan investasinya dan menentukan
lanhkah-langkh yang hrs ditempuh selanjuty.
5. pemerintah
Pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan
perusahaandimana laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan besarnya pajak yang hrus di tanggung oleh perusahaan juga
dioerlukan biro pusat statistic, dinas perindustrian dan tenaga kerja untuk
dasr perencanaan pemerintah
2.2.2.4 Jenis Laporan Keuangan
laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah
untuk menunjukkan posisi keuangan sauatu perusa haan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca
sering disebut dengan balance sheet (Munawir, 2002 : 13).
a) Skonto
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang
sebelah kanan atau kredit.
b) Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva Nampak dibagian atas yang selanjutnya
diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal.
c) Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan
perusahaan (Munawir, 2002 : 20)
2. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya,
rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selam periode tertentu.
(Munawir, 2002 : 26)
Bentuk Laporan Rugi Laba:
a) Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga
untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu
mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
b) Bentuk multiple step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang
lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara
akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode
akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari
laporan laba rugi.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan
aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan
operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.
2.2.3. Analisis Rasio
2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam
menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan
dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik
atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila
angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai
standar.(Munawir, 1998 : 64)
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat
diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang
diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut
analisis intern (Bambang, 1997 : 328)
Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor
berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka
penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan
terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang
harus dipenuhi (Bambang, 1997 : 328-329)
2.2.3.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Bambang (1997 : 331) mengelompokkan rasio finansiil yaitu
antara lain :
1). Rasio likuiditas
Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas
perusahaan.
2). Rasio leverage
Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Rasio aktivitas
3). Rasio aktivitas
Adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa
besar ktivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya.
4). Rasio profitabilitas
Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah
Dalam mengadakan analisa rasio finansial pada dasarnya dapat dilakukan
dengan dua macam cara perbandingan ( Bambang, 1997 : 329 ) :
a. Membandingkan rasio sekarang ( present ratio) dengan
rasio-rasio dari waktu- waktu lalu ( ratio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu
yang akan datang dari perusahaan yang sama.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan / company ratio) dengan rasio-rasio semacam
dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio
standart ) untuk waktu yang sama.
sedangkan menurut Kasmir (2003:263) mengelompokkan beberapa rasio
keuangan bank sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan
kata lain dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.
(Kasmir, 2003 : 268) Adapun jenis rasio likuiditas adalah :
a). Assets to Loan Ratio (ALR)
Assets to Loan Ratio merupakan rasio untuk mengukur jumlah
kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank.
Semakin tinggi tingkat rasio, menunjukkan semakin rendahnya tingkat
b). Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rumus yang
digunakan (Kasmir, 2003 : 272), adalah:
100%
Merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk
membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat
untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak
manajemn bank tersebut. (Kasmir, 2003 : 275) Adapun jenis rasio
solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Penilaian Capital ini didasarkan dengan metode CAR (Capital
Adequacy Ratio). Diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan
pengukuran adalah prosentase (%).(Kasmir, 2003 : 278)
100%
Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan, (Kasmir, 2003 : 279). Adapun jenis
rasio rentabilitas yang digunakan adalah :
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net icome ditinjau dari sudut operating income-nya.
Sedangkan tinggi rasio, semakin baik hasil yang ditunjukannya.
(Kasmir, 2003 : 280)
b). Return on Equity (ROE)
Mengukur kemampuan bank untuk mengahasilkan laba dengan
membandingkan laba sebelum pajak dengan equity. (Kasmir, 2003 :
280)
2.2.3.3. Kegunaan Analisis Rasio
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future
oriented”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan
faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor-faktor-faktor dimasa yang
akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil
operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat
suatu angka rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan
penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. (Munawir,
1998 : 64)
Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama (Weston, 1990 :
1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk
menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi
perusahaan.
2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang
menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio
untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar
utangnya.
3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas
efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi
yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva
dalam hal ini kepailitan.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh
Harahap (2002 :195-197) sebagai berikut :
a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam
daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata
(eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuangan (implisit).
c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan.
d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya
dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti
untuk prediksi, peningkatan (rating)
f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil
keputusan.
g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal
atau Standar ideal.
i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan
dan sebagainya.
j) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami
perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Dahlan (1993 : 266) Analisis rasio menggambarkan hubungan
matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang digunakan dalam
analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio
tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya
rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan
Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan
gejala-gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
2.2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap ( 1998 : 298 ), Analisis rasio keuangan memiliki
beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan
dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1) Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2) Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga
keterbatasan teknik seperti :
a) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung
taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias
diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3) Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan dalam menghitung rasio.
4) Sulit jika ada data yang sesuai tidak sinkron.
5) Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias terjadi
2.2.4. Dividend
2.2.4.1. pengertian dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba di tahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan
perusahaan (ang 1997:68). Nenurut Hanafi(2004;361). dividen merupakan
kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital again.
Dividen ini untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari
laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota
pemegang saham dan jenis pembayaranx tergantung pada kebijakan pimpinan.
2.2.4.2. Teori dividen
Menurut Lukas S. Admadja ( 1999 : 285-288 ) ada berbagai pendapat atau
teori tentang kebijakan dividen antara lain :
1. “Dividen Tidak Relevan” Dari MM
Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi di tentukan oleh laba bersih sebelum
pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM dividen adalah tidak
relevan.
Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “lemah”
seperti :
a. pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional
b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham
baru.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Pada praktiknya :
a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemui.
b. Biaya emisi saham baru pasti ada.
c. Pajak pasti ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
Beberapa ahli menentang pendapat MM tentang dividen adalah tidak relevan
dengan menunjukan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi
nilai perusahaan.
2. Teori “ The Bird in the hand“
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri (Ks)
perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima
dividen daripada capital gains. Menurut mereka investor memandang dividen
yield (D1 /Po) lebih pasti daripada capital gains yield(g).
Modigliani dan Miller menganggap bahwa argument Gordon dan Lintner
ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah “ The Bird in the Hand
Fallacy”. Menurut MM pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan
dividen yang di terima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang
memiliki resiko yang hampir sama.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividend an capital
pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen yield tinggi,
capital gains yield rendah daripada saham dengan dividen yield rendah, capital
gains yield tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains,
perbedaan ini akan makin terasa.
4. Teori “signaling Hypothesis”
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen sering diikuti dengan
kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti
bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Tapi MM
berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan
suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan
suatu penghasilan yang baik dimasa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan
dividen atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini
investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu
mendatang.
Seperti teori dividen yang lain, teori “Signaling Hypothesis” ini juga sulit
dibuktikan secara empiris. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan
harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan
oleh efek “sinyal” atau disebabkan karena efek “sinyal” dan preferensi terhadap
dividen.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (Clientele) pemegang saham yang
berbeda kan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada
saat ini lebih menyukai suatu dividen payout ratio yang tinggi. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang begitu tidak membutuhkan uang saat ini lebih
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada
perbedaan pajak bagi individu (misalnya oaring lanjut usia dikenai pajak lebih
ringan) maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih lebih
menyukai capital gains Karena dapat menunda pembayan pajak. Kelompok ini
lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebaliknya kelompok
pemegang saham yang dikenai pajak rendah cenderung menyukai dividen yang
besar.
Bukti empiris menunjukan bahwa efek dari “ clientele” ini ada. Tapi
menurut MM hal ini tidak menunjukan bahwa dividen besar lebih baik dari
dividen kecil, demikian sebaliknya. Efek “clientele” ini menyatakan bahwa bagi
sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan
mereka.
2.2.4.3. Macam- Macam Dividen
Menurut Wasis (1983:193), Dividen dilihat dari alat pembayarannya
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Dividen tunai (Cash Dividen)
Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai,
saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham.
Dividen tunai merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan
oleh investor. Untuk membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan
likuiditas.
2. Dividen Saham (Stock Devidend)
Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan
dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas
perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai
sahamnya dan dengan cara memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas
perusahaan yang tidak memungkinkan dividen dalam bentuk tunai.
3. Sertifikat Dividen (Script Dividend)
Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau
surat promes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu
waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan
ingin membagikan dividen dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu
perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai gantinya
perusahaan mengeluarkan sertifikat.
Sedangkan menurut Ang (1997:6.10), berdasarkan ats hubungan dengan
tahun buku, dividen dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu:
a. Dividen Interim
Merupakan dividen yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku
kali dalam setahun dengan tujuan salah satunya yaitu untuk memacu kinerja
saham perseroan di bursa.
b. Dividen Final
Dividen final merupakan dividen hasil pertimbangan setelah penutupan buku
perseroan sebelumnya dan dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Dividen final
ini juga memperhitungkan dan memperhitungkan hubungannya dengan dividen
interim yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
2.2.4.4. Prosedur Standar Pembayaran Dividen
Dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaiti
sebagai berikut:
a. Declaration Date
Declaration Date merupakan tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada
RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana
pembayaran dividen.
b. Date of Record
Date of Record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham pada
tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima dividen, atau hari terakhir
untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen
yang akan dibagikan perusahaan.
c. Ex-Dividend
Ex-Dividend adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan
atau sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memilih dividen yang akan
dibagikan.
d. Payment Date
Payment Date merupakan tanggal kapan dividen tersebut akan dibayarkan, dan
bagaimana cara pembayarannya.
2.2.5. Dividen Payout Ratio
DPR (Dividen Payout Ratio) merupakan perbandingan deviden per
lembar saham dengan earning per lembar saham. Besar kecilnya dividen payout
ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi
lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan (lisa marlina dan clara
danica,2009).
Deviden payout ratio mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
harga saham karena isi informasi dari dividen. Perusahaan biasanya segan untuk
mengurangi dividen. Jadi kenaikan dividen dapat memberikan suatu signal bahwa
ada harapan manajemen tentang kenaikan pendapatan pada waktu yang akan
datang, serta harga saham dimungkinkan akan mengalami kenaikan.
Kebijakan deviden berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan
(earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan di dalam perusahaan,
yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto,
1995). Dalam merumuskan kebijakan deviden manajer dihadapkan pada masalah
investasi dan memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi.
untuk menahan sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan
ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya
dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran deviden
yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit
kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan
juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak,
tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai alat
monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden mensyaratkan
manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai investasi baru atau
memenuhi kebutuhan dana dari hutang, investor baru atau kreditur mungkin
tertarik pada perusahaan hanya jika perusahaan memberikan informasi yang
meyakinkan bahwa modal atau pinjaman akan digunakan agar menguntungkan.
Maka pembayaran deviden secara tak langsung menghasilkan monitor yang lebih
ketat pada kegiatan investasi manajemen.
Penentuan besarnya Devidend akan menentukan besar kecilnya laba yang
ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal
sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.
2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio
Menurut Weston dan Copeland (1997:127-130) ada sebelas faktor yang
mempengaruhinya yaitu :
Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba,
baik laba tahun berjalan maupun laba tahun yang lalu ada pada pos “laba
ditahan” (retained earning) di neraca. Peraturan pemerintah menekankan
tiga hal : Pertama, peraturan laba bersih, Kedua, larangan pengurangan
modal (capital empairement rule) dan Ketiga, peraturan kepailitan.
2) Posisi Likuiditas
Laba ditahan tahun-tahun lalui sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik
dan peralatan, persediaan dan aktiva lainnya, laba tersebut tidak disimpan
dalam bentuk kas. Meskipun perusahaan mempunyai catatan mengenai
laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai dividen karena
posisi likuiditasnya. Dalam keadaan seperti ini perusahaan dapat
memutuskan untuk tidak membayar dividen.
3) Kebutuhan Pelunasan Hutang
Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau
untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan menghadapi dua
pilihan. Perusahaan dapat membayar hutangnya pada saat jatuh tempo
dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau
perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika
keputusannya melunaskan hutang, maka biasanya dilakukan penahanan
laba.
4) Pembatasan dalam Perjanjian Hutang
Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang
tunai. larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi
pinjaman, biasanya menyatakan bahwa (1) dividen pada masa yang akan
datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah
penandatangan perjanjian (jadi dividen tidak dapat dibayar dari laba
tahun-tahun lalu) dan (2) dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal
kerja telah ditentukan. Demikian pula perjanjian saham preferen biasanya
mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan
kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.
5) Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar
kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan
dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk
menahan laba daripada membayarkannya. Teapi jika laba dibayarkan
sebagai dividen dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka
hanya sebagian saja yang tersisa untuk reinvestasi.
6) Tingkat Laba
Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan
relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut.
7) Stabilitas Laba
Perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan
berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini
tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Dividen yang lebih
rendah akan lebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun pada masa
yang akan datang.
8) Akses ke Pasar Modal
Perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik dan mempunyai
catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah
ke pasar modal dan mempunyai bentuk lain dari pendanaan. Jadi
perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat
pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau
baru.
9) Kendali Perusahaan
Variabel penting lainnya adalah pengaruh pembiayaan alternatif terhadap
situasi kendali perusahaan. Sebagai suatu kebijakan, beberapa
perusahaan melakukan ekspansi hanya sampai pada tingkat penggunaan
laba internal saja.Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk
mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran
dividen.
10) Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak
Pada saat-saat tertentu di dalam perusahaan besar terjadi konflik
kepentingan antara pemegang saham yang terkena tarif pajak tinggi
dengan pemegang saham yang terkena tarif pajak rendah. Yang pertama
dengan harapan meningkatkan modal saham perusahaan. Yang kedua,
menginginkan pembayaran dividen yang tinggi.
11) Pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah
Untuk memperoleh pemegang saham hanya menggunakan perusahaan
sebagai suatu perusahaan penyimpan uang yang dapat digunakan untuk
menghindari tarif pajak penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan
perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus
terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.
2.2.6. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividend
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan factor penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena dividen merupakan cash outflow,maka makin kuatnya posisi kas atau
likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuanya membayar dividen
(riyanto,2001:202).
Posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan earning after tax.bagi
perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar
kemampuannya untuk membayar dividen. Factor ini merupakan factor internal
yang dapat di kendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya positif terhadap
dividend.
2.2.7. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend
Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini
nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono
2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar
kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen
yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan
daripada pembagian dividen.
Factor ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukan semakin
besar kewajibannya. Dan rasio yang semakin rendah akan menunjukan semakin
tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan
menentukan bahwa pelunasan hutangnya akan di ambil dari laba ditahan. Berarti
perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan
tersebut berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan
sebagai dividen (Riyanto 2001:267). Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi
tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin
tinggi tingkat kerwajiban perusahaan,akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan membayar dividen atau berpengaruh negative terhadap dividend.
2.2.8. Pengaruh Return On Assets Terhadap Dividend
Return On Assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan
dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return
On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (sartono
adalah sebaagian laba bersih yang diperoleh perusahaan,oleh karena itu dividen
akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu
bunga dan pajak. Oleh karena itu,dividen yang diambilkn dari keuntungan bersih
akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai
dividen. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang diperoleh maka
akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar dividen.
Sehingga return on assets atau profitability berpengaruh positif terhadap
dividend.
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Cash Position (X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat
disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Cash position mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
2. Debt to Equity ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap Dividend
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3. Return On Assets mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Return on Assets
BAB III
METODOLOGI PENELITAIN
Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode
penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi dan sample penelitian , sumber
data, dan teknik analisis data.
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam variable ini adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang
dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. variable-variabel yang dipakai
dalam penelitian menggunakan satu ukuran presentase dan satuan ukuran rupiah.
Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
3.1.1. Variabel terikat (dependen variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah dividend (Y). Dividend adalah
keuntungan dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Adapun
dividend dapat dirumuskan sebagai berikut dengan menggunakan skala rasio :
3.1.2. Variabel bebas (independent variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat. Terdapat tiga variabel bebas dalam penelitian ini dan
sebagai berikut:
a. Cash Position (X1) atau posisi kas adalah factor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. bagi
perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar
kemampuannya untuk membayar dividen. formulanya adalah :
b. Debt to Equity Ratio (X2) adalah mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio
ini menunjukan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah
akan menunjukan semakin tinggi kemampuan perusahaandalam memenuhi
kewajibannya. Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat
pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham , artinya semakin
tinngi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan
perusahaan dalam membayar deviden.
c. Return On Assets (X3) atau profitability adalah tingkat keuntungan bersih
yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operationalnya.
factor ini juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan deviden. Perusahaan
yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang
semakin besar sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar
keuntungannya yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi
perusahaan untuk membayar deviden. Formulanya adalah :
3.2. Teknik penentuan sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau
karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau
obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian
(Soemarsono, 2004 : 44). Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufakturing
yang go public di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 149 perusahaan dari tahun
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik
yang sama dengan populasi tersebut. (Sumarsono, 2002 : 45).
Dalam menentukan sampel digunakan metode nonrandom sampling yaitu
pengambilan sampel secara tidak acak, dimana setiap elemen populasi tidak
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Dan teknik yang
digunakan adalah purposive sampling dimana pemilihan sampel dengan teknik ini
berdasarkan pada ciri-ciri tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat
dengan ciri-ciri /kriteria-kriteria yang ada dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang secara terus – menerus mempublikasikan
laporan keuangannya periode yang berakhir 31 desember tahun 2006 -
2008.
2. perusahaan manufaktur yang membagikan deviden secara terus -menerus
dari tahun 2006 - 2008.
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah perusahaan
Perusahaan yang sudah go public tahun 2006-2008
Perusahaan non manufaktur
397
Perusahaan Manufaktur
Perusahaan yang tidak masuk kriteria :
Perusahaan yang tidak membagikan dividen secara
terus-menerus dari tahun 2006-2008
Perusahaan yang membagikan dividen secara
terus-menerus dari tahun 2006-2008
149
(135)
14
Sumber Data : Data diolah
Tabel 3.2
Sampel Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2006-2008
No Nama Perusahaan Jenis Perusahaan
1
PT. Fast Food Indonesia Tbk
PT. Mayora Indah Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology
Tbk
PT. Gudang Garam Tbk
PT. Sepatu Bata Tbk
PT. Colorpak Indonesia Tbk
PT. Sumi Indo Kabel Tbk
PT.Metrodata Elektronics Tbk
PT. Indo Kordsa Tbk
PT.Tunas Ridean Tbk
Apparel and Other Textile Product
Chemical and Allied Products
Cables
Electronics and Office Equipment
Automotive and Allied Products
Automotive and Allied Products
13
14
PT.United Tractor Tbk
PT. Merck Tbk
PT. Tempo Scan Pasific Tbk
Pharmaceuticals
Pharmaceuticals
Sumber Data : ICMD 2009
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber dari
data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan
manufakturing yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun
2006-2008.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di
peroleh dari Bursa efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) serta www.idx.co.id
3.3.3. Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi berupa
pengumpulan kertas data. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data