• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI MESIN DIESEL DI PT. TRI RATNA DIESEL INDONESIA - GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI MESIN DIESEL DI PT. TRI RATNA DIESEL INDONESIA - GRESIK."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kasih

sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “IMPLEMENTASI KONSEP LEAN THINKING DALAM

MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI MESIN DIESEL DI PT. TRI RATNA DIESEL INDONESIA GRESIK”. Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain doa yang tulus sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih yang

sedalam-dalamya atas segala yang diberikan-Nya.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas

Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur..

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. H. M.T. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri dan

Selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Ir. Iriani, MMT Selaku Dosen Pembimbing II.

(2)

6. Bapak Sugito selaku General Manager yang telah memberikan fasilitas dan

bantuan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

7. Segenap staf dan karyawan PT. TRI RATNA DIESEL INDONESIA yang

telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

8. Kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu yang mendidik dan merawat hingga

dewasa dan senantiasa memberikan nasehat serta motivasi, dan kakak -

kakakku.

9. Teman-teman TI Sore Angkatan ’06, Anita, Fredy, Agus nying2, Umar, Usep,

Iwan, Tino, Wahyu, Dimaz, Apen, Si kembar Ana dan Ani. Makasih

semuanya atas semangatnya yang selalu kalian berikan. Dan teman – teman TI

Sore ’07, dan semuanya.

10.Dan spesial thanks buat Syaftiva Wulandari terima kasih banget sudah kasih

semangat dan supportnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang

telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,

semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi

setiap pembaca pada umumnya dan PT. TRI RATNA DIESEL INDONESIA pada

khususnya.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

ABSTRAKSI ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ...4

1.7 Sistematika Penulisan ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Thinking ...6

2.2 Waste ...8

2.2.1 Tujuh jenis waste ...8

(4)

2.3 Jenis – jenis Aktivitas ...12

2.4 Big picture Mapping ...13

2.5 Value Stream Mapping ...16

2.6 Value Stream Analysis Tools ...21

2.7 Cause Effect Diagram ………23

2.8 Peneliti Terdahulu ………. 24

2.8.1 Tugas Akhir yang Ditulis Oleh M.Vina Permata Sarjana Teknik Industri ITS, 2008 ...24

2.8.2 Tugas Akhir yang Ditulis Oleh Dewi Sulistyo Rini Sarjana Teknik Industri ITS, 2007...26

2.8.3 Tugas Akhir yang Ditulis Oleh Felix Dwi P. Sarjana Teknik Industri UPN, 2008...27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...28

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...28

3.2.1. VariabeL bebas ...28

3.2.2. Variabe terikat ...30

3.3 Tahap pengumpulan data dan pengolahan data ...30

3.3.1. Membuat Big Picture Mapping ………..31

3.3.2. Melakukan identifikasi waste dan pemilihan tools ………31

(5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data ...36

4.1.1. Data Aliran Bahan...36

4.1.2. Valsat ………..37

4.2. Big Picture Mapping ………37

4.3 Pengolahan Data...38

4.3.1 Waste Workshop ………...38

4.3.2 Pemilihan Tool dengan Value Stream Analysis Tools (VALSAT) ……. 40

4.4 Big Picture Mapping ...41

4.4.1. Aliran Informasi Produksi Mesin Diesel... 42

4.4.2. Aliran Material Produksi Mesin Diesel ... 44

4.5. Precess Activity Mapping ………... 44

4.6. Analisa dan Pembahasan ... 47

4.6.1 Analisa Waste workshop ... 47

4.6.2 Analisa Pemilihan Tools Dengan VALSAT... 48

4.6.2.1 Analisa Process Activity Mapping ....………..50

4.6.2.1.1 Analisa Tiap Tipe Aktivitas Berdasarkan Jumlah ... 52

4.6.2.1.2 Analisa Tiap Tipe Aktivitas Berdasarkan Waktu ... 55

4.6.3. Analisa Waste ...………... 58

4.6.3.1 Waiting ...………... 58

(6)

4.6.3.5 Overproduction ...………. 62

4.6.3.6 Excessive Transportation ...………. 63

4.6.3.7 Unnecessary Inventory ...………. 63

4.6.3. Analisa Big Picture Mapping ...………... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...65

5.2 Saran ...66

(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Tiga kategori Waste... ...11

2.2 Seven Waste Relationships...12

2.3 Simbol Big Picture Mapping ...15

2.4 Contoh Big Picture Mapping ...16

2.5 Matriks seleksi untuk pemilihan value stream mapping tool... ...22

2.6 Fishbone Diagram ...24

3.1 Flowchart pemecahan masalah...32

4.1 Grafik jumlah tiap tipe aktivitas produksi mesin diesel ... 46

4.2. Grafik waktu tiap tipe aktivitas produksi mesin diesel ……….. 47

4.3. Prosentase Jumlah Kategori Aktivitas ………... 51

4.4 Prosentase Waktu Kategori Aktivitas ……….. 51

4.5 Grafik perbandingan jumlah tiap tipe aktivitas ... 52

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Korelasi tujuh value Stream mapping tools ... ...21

4.1 Ranking Waste ...39

4.2. Rangking Tools ...40

4.3 Jumlah tiap tipe aktivitas ...45

4.4 Waktu tiap tipe aktivitas ...46

4.5 Waktu tiap jenis aktivitas ...54

4.5 Ranking Waste ...48

4.6. Rangking Tools ...49

4.7. Jumlah & prosentase tiap tipe aktivitas ...53

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Gambaran Umum Perusahaan

LAMPIRAN II. Kuisioner Identifikasi Waste (Pemborosan) LAMPIRAN III. Gambar Big Picture Mapping

LAMPIRAN IV. Tabel Hasil Kuisioner

LAMPIRAN V. Tabel Activity Mapping

LAMPIRAN VI. Tabel Perhitungan VALSAT

(10)

IMPLEMENTASI LEAN THINKING DALAM MEMINIMASI WASTE PADA PRODUKSI MESIN DIESEL DI PT. TRI RATNA DIESEL

INDONESIA - GRESIK ABSTRAK

Perusahaan PT TRI RATNA DIESEL INDONESIA telah berdiri lebih dari 37 tahun. Seiring dengan ketatnya persaingan, maka perusahaan ini berharap untuk terus berkembang dan bisa menjadi yang terdepan untuk industri mesin diesel di indonesia. Dengan sistem make to order, perusahaan ini akan sangat membutuhkan kepercayaan customer. Maka untuk itu diperlukan peningkatan kinerja dan perbaikan dalam sistem produksi.

Permasalahan yang terjadi adalah pemborosan waktu produksi akibat terdapatnya aktivitas yang tidak efisien atau tidak mempunyai nilai tambah (non value added) dalam berbagai hal termasuk penyediaan bahan baku komponen dari supplier, aliran bahan dari proses awal sampai proses akhir, pergerakan operator yang tidak perlu, pergerakan alat dan mesin yang tidak sesuai kapasitas, proses menunggu, kerja ulang (rework) dan perbaikan lain yang diperlukan.

Penelitian ini akan memberikan saran perbaikan dalam produksi dengan cara mengidentifikasi waste yang terjadi selama produksi dengan menggunakan pendekatan Lean Thinking. Untuk memberikan gambaran jelas mengenai proses produksi perusahaan digunakan Big Picture Mapping. Langkah selanjutnya adalah pengidentifikasiaan waste berdasar 7 jenis waste yang di kemukakan Shigeo Singo, untuk mengetahui waste yang dominan terjadi saat produksi. Waste yang terjadi dipetakan dengan tools berdasarkan VALSAT.

Dari hasil penelitian, waste yang sering terjadi adalah waiting, inappropriate processing, dan defect. Dari ketiga waste ini diberikan rekomendasi perbaikan. Dan Process Activity Mapping didapatkan prosentase untuk jumlah pada tiap kategori aktivitas Value Added (Operasi) sebanyak 12 aktivitas atau 60 %, Non Value Added (Delay dan Storage) sebanyak 3 aktivitas atau 15%, Necessary but Non Value Added (Transportasi & Inspeksi) sebanyak 5 aktivitas atau 25%. Sedangkan prosentase dari waktu yaitu yang dibutuhkan pada tiap kategori aktivitas yaitu Value Added (Operasi) sebanyak 17970 detik atau 71.67 %, Non Value Added (Delay dan Storage) sebanyak 3960 detik atau 16.11%, Necessary but Non Value Added (Transportasi & Inspeksi) sebanyak 2760 detik atau 12.21 %.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan dituntut untuk mengerahkan segala sumber daya yang

ada, guna meningkatkan performansi kinerjanya agar perusahaan tetap eksis dan

mampu meraih posisi yang dominan dalam kelasnya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah memperbaiki sistem produksi perusahaan agar berjalan dengan

baik. Sehingga nantinya hasil dari produksi tersebut yang dilemparkan ke pasaran

memiliki mutu yang lebih baik.

PT. Tri Ratna Diesel Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang

bergerak dalam bidang industri mesin yang memproduksi mesin diesel secara

make to order, akan tetapi dalam pembuatan produk tersebut terjadi pemborosan (waste) yaitu banyaknya produk reject (cacat) sehingga terjadi penumpukan barang di gudang untuk pengerjaan ulang (rework). Pemborosan ini sebagai

sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah. Ide utamanya adalah pencapaian

secara menyeluruh efisiensi produksi dengan mengurangi pemborosan (waste)

yang akhirnya adalah meningkatkan profit perusahaan agar lebih besar dalam

persaingan dengan perusahaan lain yang sama - sama memproduksi produk mesin

diesel.

Permasalahan yang terjadi di PT. Tri Ratna Diesel Indonesia tersebut pada

akhirnya akan berdampak pada pemborosan waktu produksi akibat terdapatnya

(12)

aliran bahan dari proses awal sampai proses akhir, pergerakan operator yang tidak

perlu, pergerakan alat dan mesin yang tidak sesuai kapasitas, proses menunggu,

kerja ulang (rework) dan perbaikan lain yang diperlukan. Aktivitas – aktivitas ini merupakan bentuk pemborosan yang harus dihilangkan agar aliran nilai (value

stream) dapat berjalan lancar. Oleh sebab itu pendekatan Lean Thinking sangat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di PT. Tri Ratna Diesel

Indonesia.

Lean Thinking adalah pedekatan sistematis yang bertujuan untuk

mengidentifikasi serta mengurangi atau menghilangkan waste. Waste

didefinisikan sebagai suatu bentuk pemborosan dimana hal ini tidak menambah

value terhadap produk. Dalam upaya mengidentifikasi dan meminimasi waste

tersebut menggunakan Big Picture Mapping serta Value Stream Analysis Tools

untuk detail yang lebih lanjut.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perusahaan membutuhkan

suatu metode penyelesaian. Sebagai hasil akhir dari metode Lean Thinking

diharapkan waste yang terjadi di lantai produksi dapat berkurang sehingga produk atau komponen tersedia tepat pada waktunya, dalam jumlah yang tepat dan pada

tempat yang tepat pula. Dengan demikian persediaan dapat ditekan seminim

mungkin dan proses produksi akan mengalir, tidak tersendat-sendat sehingga

(13)

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas

pada penelitian ini adalah bagaimana mengurangi waste pada proses produksi dengan menggunakan pendekatan Lean Thinking.

1.3. Batasan masalah

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian terfokus pada waste yang terjadi pada proses produksi PT.Tri Ratna Diesel Indonesia.

2. Produk yang diteliti hanya produk Mesin Diesel tipe DI 900 H.

3. Jenis waste yang diteliti adalah tujuh tipe waste yang telah didefinisikan oleh Shigeo Shingo.

1.4.Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pada bagian produksi tidak mengalami perubahan kebijakan oleh

perusahaan.

2. Respoden di anggap mengerti VALSAT.

1.5 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut :

(14)

2. Mengetahui aktivitas-aktivitas kunci pada toolProcess Activity

Mapping (Value added, non value added, dan necessary but not value added) yang berpengaruh terhadap sistem di perusahaan.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Perusahaan dapat mengetahui waste yang selama ini tidak terdeteksi.

2. Perusahaan mengetahui root cause dari waste yang ditemukan. 3. Memberikan masukan kepada perusahaan berkaitan dengan

langkah-langkah untuk meminimasi waste sehingga dapat melakukan

perbaikan dan peningkatan produktivitas yang berkesinambungan.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman atas materi – materi yang dibahas

dalam skripsi ini maka berikut ini akan diuraikan secara garis besar isi dari

masing–masing bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang serta permasalahan

yang akan diteliti dan dibahas. Juga diuraikan tentang tujuan, manfaat

penelitian, serta batasan dan asumsi yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori – teori dasar yang berkaitan Lean Thinking yang

(15)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi urutan langkah – langkah pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari perumusan masalah dan tujuan yang ingin

dicapai, studi pustaka, pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan uraian tentang langkah-langkah pengumpulan data,

pengolahan data, dan penganalissa data yang telah dikumpulkan dan

hasilnya diharapkan menjadikan sebagai bahan pertimbangan akan

kemungkinan penerapan metode tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan uraian tentang kesimpulan dan saran penelitian

lanjutan yang bisa dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lean Thinking

Definisi Lean yang dikemukakan oleh Connecticut’s Manufacturing

Resource Center adalah suatu pedekatan sistematis yang bertujuan untuk

mengidentifikasi serta mengurangi atau menghilangkan waste (non value-adding

activity/ aktivitas yang tidak bernilai tambah). Pendekatan ini dilakukan melalui

improvement secara berkelanjutan sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan

keinginan konsumen (pull system) dalam rangka pencapaian kesempurnaan.

Sebagaimana pula yang didefinisikan oleh Peter Tyszewicz, 2004 yaitu Lean

sebagai suatu filosofi pemahaman akan waste sebagai pemicu utama dari waktu siklus, biaya dan kualitas yang ditimbulkan. Waste didefinisikan sebagai seluruh

aktivitas yang mengkonsumsi waktu, sumber daya serta ruang tetapi tidak

berkontribusi untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Secara sederhana Lean Thinking diterjemahkan sebagai pemikiran yang ramping. Konsep ini dapat dikatakan pula sebagai konsep efisiensi yang bertujuan

meminimalkan atau menghilangkan waste. Dimana efisiensi menjadi target yang

ingin dicapai setiap perusahaan dalam rangka mencapai low cost. Pada awalnya konsep ini dipelopori oleh Taichi Ohno dan Sensei Shigeo Shingo pada sistem

produksi Toyota di Jepang. Lean thinking menyaring intisari dari pendekatan

(17)

1. Specify what creates value from the customers perspective

Value didefinisikan oleh konsumen. Dalam arti perusahaan mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan menciptakan value berdasarkan

sudut pandang konsumen. Hal ini menjadi salah satu competitive

advantage yang harus dimiliki, untuk itu perusahaan menginvestigasikan waktu dan resources dalam pemahaman aplikasi akhir dari produk dengan tujuan melihat value yang diinginkan konsumen.

2. Identify all steps across the whole value stream

Mengidentifikasikan semua langkah yang diperlukan untuk perancangan,

pemesanan, produksi produk yang tercakup sebagai whole value stream. Tahapan identifikasi dalam value stream untuk menentukan value adding

activity dan necessary non-value adding activity. Dengan mengetahui

value stream keseluruhan aktivitas produksi dapat dipahami dan diukur sehingga non-value adding activity dapat diketahui dan diminimasi.

3. Make those actions that create value flow

Melakukan tindakan yang menciptakan aliran nilai dengan menghilangkan

waste sehingga dalam proses produksi dari stasiun kerja satu dengan stasiun kerja lainnya tidak ada gangguan, pengulangan, menunggu atau

aliran balik.

4. Only make what is pulled by the customer just-in-time

Hanya membuat produk sesuai yang dibutuhkan konsumen dan pada

waktu yang tepat. Untuk itu perusahaan harus responsif dan penyediaan

(18)

5. Strive for perfection by continually removing successive layers of waste

Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesempurnaan dengan cara

menghilangkan secara bertahap dan berkelanjutan (continue) waste atau pemborosan yang ditemukan.

2.2 Waste

2.2.1 Tujuh jenis waste

Hal utama yang menjadi perhatian dalam menciptakan suatu proses

produksi yang efektif dan efisien adalah meminimalkan atau menghilangkan

Non-Value Adding dan Necessary but Non-Value Adding dimana kedua aktivitas tersebut menimbulkan waste. Sesuai dengan konsep Lean Thinking yang bertujuan

untuk meminimalkan atau menghilangkan waste, maka diperlukan pemahaman

mengenai jenis-jenis waste. Berikut 7 waste yang didefinisikan oleh Shigeo Shingo (Hines et all , 2000) yaitu :

1. Overproduction

Merupakan kegiatan produksi yang berlebihan dalam arti memproduksi

produk yang melebihi kebutuhan atau memproduksi produk lebih cepat

dari jadwal yang dibuat. Hal ini menyebabkan aliran informasi atau barang

menjadi tidak lancar sehingga dapat menghambat kualitas dan

produktivitas. Overproduction juga menimbulkan tumpukan WIP yang

banyak serta inventory berlebih. 2. Defects

(19)

pengerjaan, atau rendahnya peformansi pengiriman barang. Defects ini mengakibatkan timbulnya biaya serta tingginya komplain dari konsumen

karena ketidakpuasan terhadap produk.

3. Unnecessary inventory

Merupakan penyimpanan dan penundaan produk yang berlebihan dan

delay informasi produk atau material. Unnecessary inventory ini cenderung meningkatkan lead time dan menambah kebutuhan akan space

atau ekspansi gudang sehingga akan menyebabkan peningkatan biaya dan

penurunan pelayanan terhadap konsumen.

4. Inappropriate processing

Proses kerja yang dilakukan dengan menggunakan prosedur atau sistem

yang tidak tepat, penggunaan peralatan atau mesin yang tidak sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan dalam suatu operasi kerja.

5. Excessive transportation

Terjadinya pergerakan yang berlebihan dari manusia, informasi, produk

atau material sehingga menimbulkan pemborosan waktu, usaha dan biaya.

Transport adalah proses pemindahan material atau work in process dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. Dapat dikatakan pula transport

merupakan kegiatan yang penting tetapi tidak menambah nilai suatu

produk. Salah satu indikasi pemborosan ini berkaitan dengan layout lantai produksi dan fasilitas penyimpanan, sehingga menyebabkan jarak tempuh

yang jauh ketika melakukan perpindahan dan kemungkinan besar akan

(20)

6. Waiting

Merupakan kondisi dimana terjadi ketidakaktifan manusia, informasi,

material atau produk dalam periode yang cukup lama sehingga

menyebabkan aliran terganggu dan memperpanjang lead time. Selang

waktu saat operator menunggu aliran produk dari proses sebelumnya dapat

disebut sebagai Waiting. Kegiatan menunggu ini dapat disebabkan karena kecepatan produksi pada satu stasiun kerja lebih cepat atau lambat

daripada stasiun kerja lainnya.

7. Unnecessary motion

Terjadi ketika operator melakukan pergerakan yang kurang perlu sehingga

menyebabkan proses menjadi lambat dan lead time akan lama. Pergerakan yang kurang perlu ini seperti pencarian komponen yang tidak terdeteksi

tempat penyimpanannya, gerakan tambahan dalam pengoperasian mesin.

Dapat disebabkan oleh buruknya kondisi tempat kerja yang menyebabkan

rendahnya tingkat ergonomi dan ketidakkonsistensian work method.

2.2.2 Tiga Kategori Waste

Rawabdeh (2005) mengelompokkan ketujuh waste ke dalam tiga kategori yang terkait dengan man, machine, dan material. Kategori man meliputi motion,

waiting, dan overproduction. Kategori machine meliputi overprocessing dan

overproduction, sedangkan kategori material meliputi transportation, inventory, dan defects. Ketiga kategori tersebut berupa aktivitas atau kondisi yang pada

(21)

Gambar 2.1. Tiga kategori waste (Rawabdeh, 2005)

2.2.3 Seven wastes relationships

Ketujuh jenis waste yang didefinisikan oleh Shigeo Shingo bersifat

inter-dependent dan masing-masing memiliki suatu pengaruh terhadap jenis lainnya atau secara bersamaan dipengaruhi oleh jenis yang lainnya. Seperti terlihat pada

Gambar 2.2, pada jenis waste overproduction yang mempengaruhi timbulnya

jenis waste inventory. Waste overproduction ini menghabiskan dan memerlukan jumlah raw material yang banyak, untuk itu perlu untuk penyimpanan raw

material dan produksi lebih banyak. Hal ini dapat menghabiskan space lantai, karena penyimpanan raw material dan work-in-process ini dianggap sebagai bentuk inventory untuk sementara waktu. Hubungan diantara waste ini sangatlah

(22)

Gambar 2.2. Seven wastes relationships (Rawabdeh, 2005)

2.3 Jenis-jenis aktivitas

Terkait dengan waste atau pemborosan, maka diperlukan pula pemahaman

atas ketiga tipe operasi atau aktivitas yang dikerjakan pada suatu perusahaan.

Khususnya dalam suatu proses produksi, ketiga tipe aktivitas tersebut adalah

(Hines et all.,2000) :

1. Non-Value Adding (NVA)

Merupakan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dilihat dari

(23)

2. Necessary but Non-Value Adding (NNVA)

Merupakan aktivitas yang tidak menambah nilai tambah tetapi mungkin

akan penting bagi proses yang ada. Contohnya adalah aktivitas berjalan

untuk pengambilan parts, unpacking deliveries dan memindahkan tool dari

satu tangan ke tangan yang lain. Untuk meminimalkan tipe operasi ini

dapat dilakukan hal seperti membuat perubahan pada prosedur operasi

menjadi lebih sederhana dan mudah seperti perubahan layout, kerjasama

dengan supplier. 3. Value Adding (VA)

Merupakan aktivitas yang memberikan nilai tambah pada suatu material

atau produk yang diproses. Seperti halnya dengan aktivitas memproses

raw material atau semi finished goods dengan penggunaan manual labor. Contohnya adalah sub assembly, forging raw material dan painting body

work.

2.4 Big Picture Mapping

Big Picture Mapping merupakan suatu tool yang digunakan untuk menggambarkan sistem secara keseluruhan beserta value stream yang terdapat pada perusahaan. Gambaran ini digunakan untuk dapat menvisualisasikan aliran

informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifikasikan keberadaan

waste serta menggambarkan lead time yang dibutuhkan berdasarkan masing-masing karakteristik proses yang terjadi. Secara umum Big Picture Mapping

(24)

secara luas tetapi dengan tingkat detail masih rendah. Terdapat lima langkah

dalam pembuatan Big Picture Mapping, yaitu sebagai berikut :

1. Identifikasi keseluruhan kebutuhan konsumen seperti jumlah produk yang

dibutuhkan oleh konsumen, jumlah produk yang dikirim dalam suatu

waktu, frekuensi pengiriman, pola pemesanan dan hal lain yang relevan.

2. Penggambaran aliran informasi seperti informasi dari konsumen pada

perusahaan (peramalan, pembatalan dll), pihak mana yang menangani

informasi tsb, berapa lama informasi tersebut muncul hingga diproses,

pihak mana saja yang dilewati hingga informasi mengalir ke supplier,

informasi apa yang disampaikan perusahaan kepada supplier sesuai

spesifikasi pesanan.

3. Penggambaran aliran fisik seperti waktu tunggu sebelum pesanan dikirim,

pola pengiriman. Aliran fisik tersebut dari arah supplier, sedangkan dari

internal perusahaan seperti dititik mana dilakukan proses inspeksi, waktu

siklus tiap titik, berapa banyak produk dibuat dan dipindahkan tiap titik,

waktu penyelesaian tiap operasi, waktu berpindah di stasiun kerja, serta

titik bottleneck yang terjadi.

4. Penghubungan antara aliran informasi dan aliran fisik seperti rencana

produksi yang diuraikan menjadi jadwal produksi yang digunakan,

instruksi kerja bagi operator di lantai produksi, dari dan untuk apa

informasi dan instruksi dikirim, kapan dan dimana biasanya terjadi

(25)

5. Pelengkapan peta dengan informasi lead time, value adding time dari keseluruhan proses yang ditempatkan dibawah gambaran aliran yang

dibuat.

Simbol-simbol yang digunakan dalam Big Picture Mapping adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.3. Simbol Big Picture Mapping (Going Lean,2000)

Contoh penggambaran sistem secara keseluruhan dengan Big Picture

(26)

Gambar 2.4. Contoh Big Picture Mapping (Going Lean,2000)

2.5 Value Stream Mapping

Value Stream Mapping merupakan suatu tool yang digunakan untuk memetakan value stream secara detail. Value stream didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas khusus dalam suatu supply chain yang diperlukan untuk

perancangan, pemesanan dan penetapan suatu spesifik produk atau value (Hines.

(27)

aliran material tetapi juga aliran informasi. Pemetaan ini dilakukan untuk

mengidentifikasi tahapan-tahapan value added dan non value added, selanjutnya

mengeliminasi waste yang ditemukan. Berikut tujuh toolsdetailed mapping value

stream yang umum digunakan yaitu (Hines.et all, 2000) : 1. Process Activity Mappping

Process activity mapping umumnya digunakan pada aktivitas di lantai produksi. Namun penggunaannya tidak hanya pada lingkup perusahaan

tetapi juga pada area lain dalam supply chain. Konsep dasar tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti operasi,

transportasi, inspeksi, delay dan storage. Kemudian mengelompokkannya kedalam tipe aktivitas yaitu value adding activities, necessary non value

adding activities, dan non value adding activities. Lima tahapan pada

Process Activity Mapping adalah : 1. Pemahaman akan aliran proses

2. Identifikasi waste

3. Pertimbangkan apakah proses dapat rearrange menjadi rangkaian yang lebih efisien.

4. Pertimbangkan aliran yang lebih baik dengan mengikutsertakan

aliran layout yang berbeda serta rute transportasi.

5. Pertimbangkan apakah semua yang telah dilakukan pada tiap-tiap

proses benar-benar diperlukan dan apa yang terjadi jika hal yang

(28)

2. Supply Chain Response Matrix

Supply chain response matrix merupakan grafik hubungan antara lead time

dan inventory, sehingga dapat diketahui kenaikan atau penurunan tingkat persediaan yang terjadi dan panjang lead time pada area supply chain.

Pada grafik ini terdapat 2 axis yaitu pada vertical axis yang menunjukkan rata-rata jumlah inventory pada spesifik poin dalam supply chain, sedangkan horizontal axis menunjukkan kumulatif lead time dari produk

baik internal maupun eksternal. Supply chain response matrix ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan service level kepada konsumen

setiap jalur distribusi dengan biaya rendah.

3. Production Variety Funnel

Production variety funnel merupakan teknik pemetaan visual dengan melakukan plot pada sejumlah variasi produk yang dihasilkan dalam tiap

tahapan proses manufaktur. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi

titik dimana sebuah produk diproses menjadi beberapa produk yang

spesifik serta membantu menentukan target perbaikan, pengurangan

inventory dan membuat perubahan untuk proses dari produk. 4. Quality Filter Mapping

Quality filter mapping merupakan tool untuk mengidentifikasi

permasalahan kualitas pada supply chain dan selanjutnya untuk

menciptakan tingkat kualitas baik internal maupun eksternal semaksimal

mungkin seperti keinginan konsumen. Terdapat tiga tipe cacat kualitas

(29)

Product defect yaitu cacat fisik produk yang lolos proses inspeksi

hingga sampai ketangan konsumen

Scrap defect yaitu cacat fisik produk yang berhasil diidentifikasi

pada proses inspeksi. Cacat jenis ini sering disebut juga dengan

internal defect.

Service defect yaitu permasalahan yang dirasakan customer

berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan. Hal yang terkait dengan

cacat kualitas pelayanan seperti ketidaktepatan waktu pengiriman

(terlambat atau terlalu cepat), permasalahan dokumentasi,

kesalahan proses packing maupun labeling, kesalahan jumlah

(quantity), dan permasalahan faktur. 5. Demand Amplification Mapping

Demand amplification mapping merupakan pemetaan untuk memvisualisasikan perubahan demand sepanjang jalur supply chain dalam

interval waktu tertentu. Pada pemetaan ini, vertical axis menggambarkan jumlah demand sedangkan horizontal axis menggambarkan interval waktu.

Tool ini dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa lebih lanjut baik untuk mengantisipasi adanya perubahan permintaan memanage

fluktuasi, mengevaluasi kebijakan batch sizing dan penjadwalan serta

(30)

6. Decision Point Analysis

Decision point analysis merupakan tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana aktual demand dilakukan dengan sistem pull

sebagai dasar untuk membuat forecast pada sistem push pada supply chain

atau dengan kata lain titik batas dimana produk dibuat berdasarkan

demand aktual dan setelah titik ini selanjutnya produk dibuat dengan melakukan forecast.

7. Physical Structure

Physical structure merupakan tool yang dapat digunakan untuk memahami

sebuah kondisi supply chain di industri. Hal ini diperlukan untuk memahami kondisi dan fungsi-fungsi bagian dari supply chain untuk

berbagai level industri. Dengan adanya pemahaman tersebut kondisi

industri, bagaimana operasi dapat dimengerti. Dan dapat mengarahkan

perhatian pada area yang mungkin belum mendapatkan perhatian yang

cukup.

Pemakaian tools yang tepat didasarkan pada kondisi perusahaan itu sendiri dan dilakukan dengan menggunakan value stream mapping tool seperti

(31)

Tabel 2.1. Korelasi tujuh value stream mapping tools (Hines,2000)

Notes : H = High correlation and usefulness

M = Medium correlation and usefulness

L = Low correlation and usefulness

2.6 Value Stream Analysis Tools

Value stream analysis tools (VALSAT) merupakan metodologi dinamis yang digunakan untuk membuat value stream yang efektif (Hines. et all, 2000). Metodologi ini secara signifikan memiliki kelebihan daripada metode tradisional

analisa pendekatan perbaikan. Pendekatan VALSAT mampu mencakup

pengukuran subyektif dan obyektif untuk dimasukkan dalam suatu perhitungan.

Gambaran dasar dari metode ini dapat dilihat seperti pada Gambar 2.5 sebagai

(32)

Gambar 2.5. Matriks seleksi untuk pemilihan value stream mapping tool

(Hines. et all,2000)

Pada gambar matriks tersebut, kolom A berisi tujuh waste yang terjadi pada perusahaan. Pada kolom E terdapat pembobotan dari masing-masing waste

yang didapatkan dari hasil kuisoner yang diisi oleh bagian yang terkait. Kolom B

merupakan tools pada value stream mapping. Kolom C adalah korelasi antara kolom A dan B dimana nilai korelasi antar keduanya ada 3 macam yaitu high

correlation dengan bobot 9, medium correlation dengan bobot 3, low correlation

dengan bobot 1. Selanjutnya masing-masing bobot dikalikan dengan bobot yang

ada pada kolom D setelah didapatkan hasilnya maka dijumlahkan dan diletakkan

pada kolom E dan nilai yang tertinggi adalah yang terpilih. Pemilihan lebih dari

(33)

2.7. Cause Effect Diagram

Diagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuknya

seperti ikan (gambar 2.2). Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa karena

yang menemukan adalah Prof. Ishikawa yang berasal dari Jepang. Diagram ini

digunakan untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh

secara signifikan dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja, mencari

penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Penyebab

permasalahan dapat dijabarkan dalam beberapa hal utama antara lain : manusia,

mesin/peralatan lain, material, metode kerja, dan lingkungan kerja. Diagram ini

berguna untuk :

1. Mengumpulkan ide dan masukan-masukan merupakan dasar dari

brainstorming terstruktur

2. Mengelompokkan penyebab-penyebab yang mungkin sehingga dapat

diidentifikasi banyak kemungkinan.

Cause and Effect Diagram ini mempunyai keuntungan yaitu :

1. Menganalisa kondisi sesungguhnya untuk tujuan peningkatan kualitas

service atau produk, penggunaan sumber yang efisien dan mengurangi

biaya.

2. Mengurangi kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian dan komplain

dari customer

3. Melakukan standarisasi terhadap operasional yang telah ada maupun akan

datang

(34)

Gambar 2.6, Fishbone Diagram

2.8. Peneliti Terdahulu

Dari penelitian yang sudah ada dengan menggunakan pendekatan ataupun

penerapan Lean Manufacturing, maka peneliti menggunakan metode ini dengan melihat peneliti terdahulu sebagai acuan untuk mengerjakan tugas akhir ini,

diantaranya adalah :

2.8.1. M.Vina Permata, 2008

“Pendekatan lean thinking dalam meminimasi waste pada sistem pemenuhan order guna mengurangi biaya dan waktu (Studi Kasus : PT.Kasa Husada Wira Jatim)”

(35)

HSD 40/80 yaitu 396-969 jam. Sedangkan value added time sebesar 227.66 jam.

2. Dari waste workshop yang dilakukan pada bagian terkait didapatkan peringkat pembobotan waste. Tiga waste dengan peringkat teratas adalah

waiting, unnecessary inventory, excessive transportation. Setelah didapatkan pembobotan waste, selanjutnya dilakukan pemilihan tool

dengan menggunakan Value Stream Analysis Tools (VALSAT). Tiga

tools yang digunakan adalah Process Activity Mapping, Supply Chain

Response Matrix dan Demand Amplification Mapping.

3. Pada tool Process Activity Mapping, didapatkan prosentase untuk jumlah pada tiap kategori aktivitas yaitu :

Value Added (Operasi) sebanyak 24 aktivitas atau 36.92 %.

Non Value Added (Delay dan Storage) sebanyak 15 aktivitas atau

23.08%.

Necessary but Non Value Added (Transportasi & Inspeksi) sebanyak

26 aktivitas atau 40.00%.

Sedangkan prosentase dari waktu yang dibutuhkan pada tiap kategori

aktivitas yaitu :

Value Added (Operasi) sebanyak 13660 menit atau 33.04 %.

Non Value Added (Delay dan Storage) sebanyak 27150 menit atau

65.67%.

Necessary but Non Value Added (Transportasi & Inspeksi)sebanyak

(36)

4. Alternatif perbaikan yang diberikan adalah dengan penambahan mesin

tenun, mesin ukur serta perbaikan tambahan lainnya. Dengan

menggunakan tool Process Activity Mapping maka estimasi penurunan waktu sesudah perbaikan menjadi 29420 menit dari waktu semula yaitu

41340 menit. Perubahan cukup signifikan terjadi pada aktivitas delay

menjadi 13710 menit dari waktu semula yaitu 22830 menit.

2.8.2. Dewi Sulistyo Rini, 2007

“Penerapan Konsep Lean Thinking Untuk Mengurangi Waste Pada Perusahaan Plastik Sumber Jaya”

1. Waste yang sering terjadi di perusahaan plastik Sumber Jaya

berdasarkan 7 jenis waste yang dikemukakan Shigeo Singo adalah

waiting atau menunggu kemudian inappropriate processing dan

overproduction..

2. Berdasarkan analisa dari hasil pengamatan langsung di lapangan

terjadinya pemborosan berupa: waiting disebabkan oleh penumpukan pesanan, sehingga proses produksi harus menunggu produk lain

iselesaikan. Juga karena waktu set up mesin yang memakan waktu

cukup lama. Unappropriate processing disebabkan karena operator yang kurang teliti dalam melakukan aktivitasnya. Overproduction terjadi

karena kapasitas produksi tiap bagian yang berbeda jauh akibat

perbedaan jam kerja yang signifikan

(37)

2.8.3. Felix Dwi P. ,

“Penerapan Pendekatan Process Value Analysis Untuk Mengidentifikasi Dan Mengurangi Waste Dan Non Value Added Activity Dalam Proses Layanan Pasien Rawat Jalan Rsu Haji Surabaya” 

1. Kontribusi terbesar lead time layanan instalasi rawat jalan adalah aktivitas

Operasi, yaitu 1803 detik atau 100%

3878 1803

46,49% dari keseluruhan

waktu. Disusul kemudian aktivitas delay dengan waktu 1440 detik atau

 100% 3878

1440

37,13%, aktivitas transportasi dengan waktu 355 detik atau

sekitar 100%

3878 355

9,15%, dan aktivitas inspeksi dengan waktu 280 detik

atau sekitar 100%

3878 280

7,22% dari keseluruhan waktu.

2. Efisiensi, dalam hal ini mereduksi waktu tercapai. Setelah terjadi perbaikan,

waktu yang dibutuhkan pada proses pelayanan kesehatan di Instalansi Rawat

Jalan Rumah Sakit Haji Surabaya adalah 3878 detik atau 1 jam 5 menit 3

detik. Berarti telah terjadi pengurangan waktu yang cukup panjang yaitu

1495 detik atau 24 menit 55 detik per orang (dari 5373 detik pada current

state map).

3. Dari aktivitas sebelum perbaikan sebanyak 38 aktivitas setelah perbaikan

menjadi 34 aktivitas sehingga terjadi proses eliminasi aktivitas sebanyak 4

aktivitas sebagai berikut menggeser pintu lemari, cek arsip, resep dikirim ke

meja dan menuju ke meja yang mana keempat aktivitas tersebut termasuk

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN  

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam pengambilan data pada tugas akhir ini, penulis mengambil dan

mengumpulkan data dari Pabrik PT. Tri Ratna Diesel Indonesia yang

memproduksi mesin diesel yang berlokasi di Jl. Raya Bambe KM. 19.3 Gresik.

Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai data yang

diperlukan sudah cukup.

3.2. Tahap Identifikasi

Dalam identifikasi variabel terdapat variabel-variabel yang didapatkan

berdasarkan data dari perusahaan yang digunakan dalam penerapan Lean

Manufacturing beserta definisi operasionalnya. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang mempunyai nilai berubah-ubah

dan mempengaruhi variasi perubahan nilai variabel terikat, variabel tersebut

meliputi :

1. Produksi berlebihan (over production)

Overproduction merupakan kegiatan menghasilkan barang melebihi permintaan / keinginan sehingga menambah alokasi sumber daya

(39)

2. Menunggu (waiting)

Waiting adalah proses menunggu kedatangan material, informasi, peralatan dan perlengkapan.

3. Transportasi (transportation)

Bahan baku yang disediakan oleh vendor biasanya tidak dikirim langsung di tempat pekerjaan tetapi ditampung dahulu di gudang kemudian

diangkut menuju workshop.

4. Proses yang tidak tepat (inappropriate processing)

Terjadi dalam situasi dimana terdapat ketidaksempurnaan proses atau

metode operasi produksi yang diakibatkan oleh penggunaan tool yang tidak sesuai dengan fungsinya ataupun kesalahan prosedur atau sistem

operasi.

5. Persediaan yang tidak perlu (unnecessary inventory)

Persediaan yang tidak perlu dapat berupa penyimpanan inventory

melebihi volume gudang yang ditentukan, material yang rusak karena terlalu lama disimpan atau terlalu cepat dikeluarkan dari tempat

penyimpanan, material yang sudah kadaluarsa.

6. Gerakan yang tidak perlu (unnecessary motion)

Melibatkan konsep ergonomis pada tempat kerja, dimana operator

melakukan gerakan-gerakan yang seharusnya bisa dihindari, misalnya

komponen dan kontrol yang terlalu jauh dari jangkauan double handling,

(40)

7. Kecacatan (defect)

Cacat terjadi dalam empat cara yaitu ketidaksempurnaan produk,

kurangnya tenaga kerja pada saat proses berjalan, adanya alokasi tenaga

kerja untuk proses pengerjaan ulang (rework) dan tenaga kerja

menangani pekerjaan klaim dari pelanggan.

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi

perubahan variabel bebas, yaitu :

Process Activity Mapping

Pada toolProcess Activity Mapping (Value added, non value added, dan

necessary but not value added) yang berpengaruh terhadap sistem di perusahaan.

3.3. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada tahapan ini selanjutnya dilakukan pengumpulan dan pengolahan data.

Aktivitas pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan

melakukan penyebaran kuisioner, pengambilan data malalui pengamatan secara

langsung, pengambilan data historis perusahaan, diskusi dan wawancara dengan

pihak perusahaan. Selanjutnya dilakukan pengolahan terhadap data tersebut.

Adapun kegiatan yang termasuk pada tahap pengumpulan, pengolahan data pada

(41)

3.3.1 Membuat Big Picture Mapping

Pembuatan Big Picture Mapping betujuan untuk menggambarkan dan

memberikan pemahaman mengenai sistem produksi secara keseluruhan

beserta aliran nilai (Value Stream) yang terdapat dalam perusahaan. Sehingga

nantinya diperoleh gambaran mengenai aliran informasi dan aliran fisik dari

sistem yang ada, mengidentifikasi dimana terjadinya waste, serta

mnggambarkan lead time yang dibutuhkan berdasar dari masing-masing

karakteristik proses yang terjadi.

3.3.2. Melakukan identifikasi waste dan pemilihan tools

Pada fase ini dilakukan pembobotan waste yang sering terjadi dalam

Value stream produksi, dimana pembobotan nantinya didasarkan pada seven

waste pada value stream Mapping yang didefinisikan oleh Shigeo Shingo.

Untuk melakukan pembobotan maka peneliti menyebarkan kuisioner dan

berdiskusi kepada masing-masing supervisor divisi yang terlibat dalam

sistem produksi. Dari hasil pembobotan nantinya, kemudian dilakukan

pemilihan tool yang tepat dengan menggunakan Value Stream Analysis Tool

(VALSAT).

3.3.3. Melakukan detail mapping

Tahapan ini merupakan tahapan pengolahan data yang dilakukan

(42)
(43)

3.5. Penjelasan Flowchart Pemecahan Masalah

1. Langkah I : Mulai

Pada langkah ini merupakan awal dari proses pemecahan masalah dengan

studi pengenalan dari perusahaan yang menjadi tempat penelitian.

2. Langkah II : Studi literatur

Studi literatur bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman landasan teori

dari permasalahan yang akan diteliti, serta menunjang dan mempermudah

bagi penelitian untuk merumuskan masalah penelitian tersebut, yang

meliputi konsep produktivitas, pendekatan lean, seven waste, tools yang

digunakan untuk memecahkan permasalahan, dan peneliti sebelumnya.

3. Langkah III : Studi lapangan

Pada Studi lapangan, peneliti melakukan observasi secara langsung pada

perusahaan. Observasi ini dilakukan untuk memahami whole stream secara keseluruhan pada sistem pemenuhan order produk mesin diesel DI 900 L

pada PT. Tri Ratna Diesel Indonesia Gresik.

4. Langkah IV : Merumuskan masalah dan menetapkan tujuan penelitian

Langkah ini merupakan perumusan masalah yang disusun berdasarkan

latar belakang dari masalah yang ada kemudian ditentukan metode yang

tepat dalam penyelesaian permasalahan tersebut, dan menetapkan tujuan

penelitian agar dapat diketahui tipe-tipe dan penyebab terjadinya waste

serta dapat memberikan usulan perbaikan pada perusahaan.

5. Langkah V : Identifikasi variabel

(44)

6. Langkah VIII : Pengumpulan data

Pada langkah ini peneliti melakukan pengumpulan data yang meliputi data

aliran bahan atau proses produksi, data waktu produksi, data biaya serta

pengumpulan data hasil kuisioner 7 waste.

7. Langkah IX : Pengolahan data

Langkah ini merupakan pengolahan data dengan cara melakukan pemetaan

dengan Big Picture Mapping, dimana tools ini digunakan untuk

menggambarkan sistem secara keseluruhan dan value stream sistem

produksi, dimana tool ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan

pemahaman secara umum dari sistem produksi perusahaan (dalam hal

memproduksi mesin diesel).

8. Langkah X :Metode VALSAT

Langkah ini menunjukan bahwa pegolahan data juga menggunakan

metode VALSAT, dimana metode VALSAT ini digunakan untuk

memetakan secara detail waste pada aliran nilai yang fokus pada value

adding process.

9. Langkah XI : Pengolahan kuisioner

Pada tahap ini dilakukan pengolahan kuisioner untuk mengetahui dan

menetapkan bobot waste yang telah diberikan kepada karyawan dilantai

produksi, dan dari pengolahan tersebut akan diketahui rata-rata waste yang terjadi.

10.Langkah XII : Pemilihan tool dengan matrix

(45)

VALSAT lalu hasil tersebut digunakan untuk melakukan pemilihan tool

dengan matrix.

11.Langkah XIII : Perhitungan produktivitas

Langkah ini menunjukan perhitungan produktivitas awal guna

memberikan usulan perbaikan.

12.Langkah XIV : Analisa dan pembahasan

Pada tahap ini dilakukan pembahasan mengenai hasil pengolahan data

yang telah dilakukan beserta pengembangan analisa berdasarkan informasi

yang telah diperoleh.

13.Langkah XV : Kesimpulan dan saran

Langkah ini memberikan ringkasan ulang atau kesimpulan terutama

mengenai hal–hal penting yang menjadi tujuan penelitian yang dilakukan.

Selain itu juga memberikan saran-saran demi perbaikan perusahaan

Dalam tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan lebih detail mengenai

detailed mapping, waste yang berhasil diidentifikasi. Pada tahap ini juga dilakukan analisa terhadap penyebab dari waste tersebut. Kemudian memberikan rekomendasi dan rancangan perbaikan khususnya pada

pengurangan biaya dan waktu.

3.6. Tahap Kesimpulan dan Saran

Dalam tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan lebih detail

mengenai detailed mapping, waste yang berhasil diidentifikasi. Pada tahap ini juga dilakukan analisa terhadap penyebab dari waste tersebut. Kemudian

(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Aliran Bahan

Aliran bahan atau aliran fisik dimulai dari proses kedatangan material dari

supplier yang meliputi Crank case, Crank shaft, Cam Shaft dan komponen – komponen yang lainnya. Dari data historis perusahaan didapatkan kedatangan material yang dibutuhkan untuk membuat mesin diesel bisa langsung dipenuhi,

sehingga kedatangan material tidak terlalu lama menghabiskan waktu

(menunggu). Material yang telah sampai ke perusahaan langsung di periksa atau

dicek apakah sudah sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi standar toleransi QC

(Quality Control) yang telah dibuat perusahaan. Apabila material yang dikirim

supplier sudah sesuai dengan standar QC perusahaan maka akan dilanjutkan dengan proses berikutnya. Namun, apabila tidak sesuai dengan standar toleransi

QC perusahaan akan dikembalikan kepada supplier.

Material yang telah memenuhi standar (QC passed) akan dibawa menuju

gudang bahan baku. Material ini nantinya akan disiapkan untuk mengalami

serangkaian proses sampai menjadi sebuah produk mesin diesel sesuai dengan

(47)

4.1.2. Valsat

Dalam pengumpulan data, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan

mengadakan interview dan kuisioner kepada beberapa personel produksi.

Interview ini dilakukan untuk mengetahui waste apa yang sering muncul dalam proses produksi perusahaan. Sebagai data tabulasi dan perhitungan metode Value

Stream Analysis untuk penentuan Value Stream Mapping. Pertama-tama kepada kepala rekam medik. Penulis menjelaskan apakah yang dinamakan waste tersebut

dan contoh-contoh daripada waste yang biasa timbul dalam perusahaan, seperti

waiting, overproduction, transport, inappropriate processing, unnecessary motion, dan defect. Setelah adanya kesepahaman persepsi, mereka diminta pendapat secara lisan, waste manakah yang sering muncul dalam proses produksi PT. Tri Ratna Diesel Indonesia, sesuai dengan apa yang sudah mereka temui saat

ini.

4.2. Big Picture Mapping

Pada penelitian ini, tool Big Picture Mapping digunakan untuk

menggambarkan whole stream PT. Tri Ratna Diesel Indonesia dalam pemenuhan

order Mesin Diesel tipe DI 900 H. Dimana pemahaman terhadap gambaran whole

stream atau sistem secara keseluruhan ini merupakan salah satu tahapan yang penting dalam mengevaluasi Value Stream yang ada didalamnya.

Dalam menggunakan tool Big Picture Mapping ini terdapat simbol simbol yang umum digunakan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dalam

(48)

konsumen. Aliran informasi dimulai dengan pemesanan yang dilakukan oleh

konsumen. Sedangkan aliran fisik atau material dimulai dari pengiriman bahan

menuju proses pertama pada lantai produksi. Selanjutnya dari kedua aliran ini

akan didapatkan pula informasi mengenai lead time dan value adding time.

Selanjutnya informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimana terjadi

waste/ pemborosan.

4.3. Pengolahan Data

4.3.1. Waste Workshop

Kuisioner pembobotan waste merupakan tahapan untuk mengidentifikasi

waste yang terjadi pada perusahaan. Terdapat tujuh jenis pemborosan yang akan diidentifikasi. Sebelumnya peneliti juga melakukan proses wawancara.

Wawancara ini dilakukan untuk menyamakan persepsi berkaitan dengan tiap-tiap

jenis waste. Setelah memahami tiap-tiap jenis waste, kemudian bagian terkait mengisi pembobotan waste sesuai dengan keadaan sebenarnya pada perusahaan. Kuisioner ini disebarkan pada bagian-bagian yang terkait yaitu :

 Gudang Raw Material & Barang Jadi

 Laboratorium QC

 Produksi mesin diesel

 Staf produksi

Detail kuisioner beserta penjelasannya terdapat pada lampiran 5 dan 6.

(49)

Tabel 4.1. Ranking Waste

No Waste Rata-Rata Ranking

1 Overproduction 5.2 5

2 Defects 5.8 3

3 Unnecessary Inventory 4.8 7

4

Inappropriate Processing

6.2 2

5 Excessive Transportation 5.0 6

6 Waiting 8.8 1

7 Unnecessary Motion 5.2 4

Dari hasil kuisioner tersebut di atas terlihat bahwa hasil rata – rata yang

tertinggi ada pada tipe pemborosan Waiting. Urutannya adalah sebagai berikut : 1) Waiting

2) Inappropriate Processing

3) Defects

4) Unnecessary Motion

5) Overproduction

6) Excessive Transportation

(50)

4.3.2. Pemilihan Tool dengan Value Stream Analysis Tools (VALSAT)

Pada setiap waste yang terjadi telah dibobotkan sehingga dapat diketahui

waste yang paling besar terjadi. Selanjutnya dilakukan pemilihan tools dengan

menggunakan VALSAT (Value Stream Analysis Tool). Penentuan dengan

menggunakan tool ini yaitu dengan mengalikan skor rata-rata tiap waste dengan matriks kesesuaian. Selengkapnya terdapat pada lampiran 6.

Tabel 4.2. Rangking Tools

No Value Stream Analysis Tools TOTAL Ranking

1 Process Activity Mapping (PAM) 255.5 1

2 Supply Chain Response Matrix

(SCRM) 143.6 2

3 Production Variety Funnel (PVF) 41.8 6 4 Quality Filter Mapping (QFD) 61.8 5

5 Demand Amplification Mapping

(DAM) 85.2 3

6 Decision Point Analysis (DPA) 62.6 4 7 Physical Structure (PS) 9.8 7

Keterangan :

1. PAM : Process Activity Mapping

2. SCRM : Supply Chain Response Matrix

3. DAM : Demand Amplification Mapping

4. DPA : Decision Point Analysis

5. QFM : Quality Filter Mapping

(51)

4.4. Big Picture Mapping

Pada penelitian ini, tool Big Picture Mapping digunakan untuk

menggambarkan whole stream PT. Tri Ratna Diesel Indonesia dalam pemenuhan

order mesin diesel DI 900 L. Dimana pemahaman terhadap gambaran whole

stream atau sistem secara keseluruhan ini merupakan salah satu tahapan yang penting dalam mengevaluasi Value Stream yang ada didalamnya.

Dalam menggunakan tool Big Picture Mapping ini terdapat simbol simbol

yang umum digunakan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Dalam

pemetaan ini terdapat dua aliran penting yang akan divisualisasikan yaitu aliran

informasi, aliran fisik/ material dan keterkaitannya dalam pemenuhan order dari

konsumen. Aliran informasi dimulai dengan pemesanan yang dilakukan oleh

konsumen. Sedangkan aliran fisik atau material dimulai dari pengiriman bahan

menuju proses pertama pada lantai produksi. Selanjutnya dari kedua aliran ini

akan didapatkan pula informasi mengenai lead time dan value adding time. Selanjutnya informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimana terjadi

waste/ pemborosan. Adapun gambar Big Picture Mapping (BPM) dapat dilihat pada lampiran III.

Dari penggambaran Big Picture Mapping dapat diketahui informasi lead

time adalah 5 hari sedangkan value added time sebesar 21 jam (1 hari). Berikut penjelasan aliran informasi dan aliran material yang terangkum dalam Big Picture

(52)

4.4.1. Aliran Informasi Produksi Mesin Diesel

Aliran informasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana informasi

pemenuhan order tranformator yang digunakan oleh PT. Tri Ratna Diesel

Indonesia mulai dari konsumen sampai proses produksi dijalankan. Informasi ini

diperoleh dengan melakukan wawancara pada tiap departemen yang terlibat

secara langsung dengan proses pemenuhan produksi. Berikut adalah aliran

iformasi yang dimaksud diatas :

o Aliran informasi dimulai dari konsumen melakukan pemesanan produk

trafo ke bagian marketing PT. Tri Ratna Diesel Indonesia dalam bentuk produk order (PO).

o Berdasarkan pemesanan tersebut, bagian marketing PT. Tri Ratna Diesel

Indonesia meneruskan informasi pada bagian sales purchase dan sales

order untuk merekap dari order yang diterima. Kemudian meneruskan informasi kepada bagian PPC.

o Pada bagian PPC melakukan pendataan dengan membuat dokumen

Planning Purchasing Order (PPO) dan Job Order (JO), untuk dokumen

PPO diteruskan ke bagian purchasing untuk membuat dokumen

Purchasing Order (PO) Yang kemudian meneruskan informasi ke bagian

warehouse utnuk memeriksa stok barang Finished Good. Apabila stok barang masih mencukupi maka bagian PPC akan membuat rencana

pengiriman dan sales purchasing membuat order confirmation sesuai jadwal dari bagian PPC.

(53)

bekerja sama dengan, bagian produksi, dan bagian penjualan tentang

informasi yang menyebutkan besarnya penjualan yang ditargetkan oleh

bagian penjualan. Berdasarkan informasi ini bagian PPC akan

merencanakan berapa jumlah mesin dieselyang akan diproduksi serta

dilengkapi dengan kebutuhan bahan baku terlebih dahulu memeriksa

persediaan material di dalam gudang dan memeriksa jadwal produksi.

Jadwal yang dikeluarkan oleh bagian PPC nantinya berupa Job Order (JO)

yang dikirimkan kepada bagian ware house dan bagian produksi. Beberapa informasi yang terdapat pada JO antar lain :

 Jumlah material yang dibutuhkan.

 Jenis produk yang akan diproduksi

 Rencana produksi per hari

 Jumlah mesin yang digunakan

o Bagian gudang membuat dokumen tranfer yaitu Laporan Persediaan

Barang (LPB) kemudian diserahkan kepada bagian produksi digunakan

untuk proses produksi.

o Bagian produksi dapat melaksanakan pekerjaan.

o Setelah proses produksi selesai dikerjakan, bagian produksi membuat

Report Ap Finish (RAP) yang diserahkan kepada ware house.

o Bagian marketing siap untuk mengirim barang dari gudang ke customer

(54)

4.4.2. Aliran Material Produksi Mesin Diesel

Dengan menggambarkan aliran material ini dapat diketahui pergerakan

material untuk proses mesin diesel guna pemenuhan order produk mesin diesel

PT. Tri Ratna Diesel Indonesia. Secara garis besar aliran fisik di PT. Tri Ratna

Diesel Indonesia adalah sebagai berikut:

o Pada bagian Purchasing yang menerima laporan dari gudang bahan baku

dan bagian PPC melakukan pemesanan material kepada supplier dengan

mengeluarkan surat jalan dan PO (Purchasing Order).

o Material yang datang diterima oleh bagian gudang dan dicocokkan dengan

surat jalan dan PO (Purchasing Order) yang dibuat oleh bagian

purchasing.

o Bagian Quality bertugas untuk memeriksa kualitas dari material yang

dipesan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan dalam

produksi, jika terdapat kerusakan maka bagian QC akan membuat

sertifikat penolakan untuk barang tersebut dan barang akan dikembalikan

ke supplier, sebaliknya jika tidak ada kerusakan maka bagian QC akan

membuat sertifikat pelulusan dan disampaikan ke gudang

4.5. Process Activity Mapping

Process Activity Mapping digunakan untuk menggambarkan seluruh aktivitas-aktivitas disetiap tahapan produksi mesin diesel DI 900 L secara

berurutan dan hal-hal yang terkait antara lain waktu yang dibutuhkan setiap

(55)

dapat diidentifikasi penyederhanaan proses utuk selanjutnya memberikan

rekomendasi terhadap waste yang terjadi. Langkah-langkah dalam pembuatan

PAM antara lain :

 Mencatat seluruh aktivitas-aktivitas termasuk waktu yang dibutuhkan,

operator yang terlibat, jarak perpindahan material dan mesin/ alat bantu

yang digunakan.

 Tiap-tiap aktivitas didefinisikan terlebih dahulu pada 5 tipe aktivitas yaitu

Operation (O), Transportation (T), Inspection (I), Delay (D), Storage (S).

 Mengelompokkan aktivitas-aktivitas tersebut ke dalam kategori Value

Added, Non Value Added dan Necessary but Non Value Added.

Selengkapnya penggambaran Process Activity Mapping (PAM) dapat

dilihat pada lampiran 5. Berikut merupakan jumlah aktivitas dan waktu aktivitas

yang didapat dari Process Activity Mapping :

Tabel 4.3 Jumlah tiap tipe aktivitas

O T I D S

Jumlah aktivitas 12 2 3 2 1

Prosentase (%) 60% 10% 15% 10% 5%

Dari jumlah tiap tipe aktivitas tersebut digambarkan dalam grafik

(56)

jumlah aktivitas (prosentase)

60% 10%

15% 10% 5%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% operation

Transport Inspect Delay storage

Gambar 4.1. Grafik jumlah tiap tipe aktivitas produksi mesin diesel

Pada setiap masing-masing jumlah aktivitas dapat diketahui pula waktu

aktivitas yang dibutuhkan tiap aktivitas yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.4 Waktu tiap tipe aktivitas

O T I D S

Waktu aktivitas (Detik) 17610 840 2160 1200 2760

Prosentase (%) 71.7 % 3.42 % 8.79 % 4.88 % 11.23 %

Dari waktu tiap tipe aktivitas tersebut digambarkan dalam grafik

(57)

waktu (presentase)

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%

operation transport inspect storage delay

Gambar 4.2. Grafik waktu tiap tipe aktivitas produksi mesin diesel

4.6.Analisa Dan Pembahasan

4.6.1. Analisa Waste Work Shop

Waste work shop merupakan aktivitas penyebaran kuisioner kepada bagian yang terkait sehingga mampu menangkap permasalahan waste yang terjadi pada

PT. Tri ratna Diesel Indonesia. Sebelumnya proses wawancara dan diskusi

dilakukan dengan pihak perusahaan untuk menyamakan persepsi berkaitan dengan

tiap jenis waste secara teori maupun waste yang terjadi di perusahaan. Hal ini

dilakukan agar proses identifikasi menjadi lebih tepat. Adapun bagian yang terkait

adalah bagian-bagian terkait mulai dari bagian penerimaan bahan baku (raw

material) hingga bagian barang jadi. Bagian terkait yang melakukan pengisian kuisioner waste adalah :

 Gudang Raw Material & Barang Jadi

(58)

Berikut merupakan hasil rekap dari penyebaran kuisioner berdasarkan

urutan teratas yang berarti sering terjadi pada perusahaan, sedangkan urutan

terbawah yang berarti jarang terjadi pada perusahaan.

Tabel 4.5 Ranking Waste

No Waste Rata-Rata Ranking

7 Unnecessary Inventory 4.8 7

Dari ranking waste tersebut, permasalahan waste yang sering terjadi pada produksi mesin diesel menurut peringkat adalah Waiting, Unnecessary Inventory

dan Excessive Transportation.

4.6.2. Analisa Pemilihan Tools dengan VALSAT

(59)

produksi mesin diesel. Dengan tool ini akan dilakukan identifikasi value stream

proses produksi kasa, waste yang terjadi secara lebih detail serta penyebabnya.

Setelah pembobotan dilakukan dengan mendapatkan hasil peringkat waste

yang terjadi maka selanjutnya melakukan pemilihan tool dengan metode

VALSAT (Value Stream Analysis Tools). Pemilihan tools ini dilakukan untuk mengidentifikasi lebih detail dari waste yang terjadi. Berikut rekap tabel hasil

pemilihan tools VALSAT :

Tabel 4.6 Rangking Tools

No Value Stream Analysis Tools TOTAL Ranking

1 Process Activity Mapping (PAM) 255.4 1

6 Production Variety Mapping (PVM) 41.8 6

7 Physical Structure (PS) 9.8 7

(60)

teratas adalah Process Activity Mapping, Supply Chain Response Matrix dan

Demand Amplification Mapping.

Penggambaran detail mapping ini dilakukan dengan menggunakan data-data

aktual perusahaan yang diambil secara langsung oleh peneliti dan menggunakan

data-data historis perusahaan, sehingga mapping yang digambarkan benar-benar dapat memperlihatkan keadaan perusahaan yang sebenarnya saat ini.

4.6.2.1. Analisa Process Activity Mapping

Process Activity Mapping (PAM) merupakan tool yang digunakan untuk mengidentifikasikan proses produksi mesin diesel secara lebih detail dan

mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang terjadi kedalam 3 kategori yaitu Value

Added, Necessary Non Value Added atau Non Value Added. Sehingga selanjutnya dapat mengidentifikasi kemungkinan menyederhanakan aktivitas untuk

mengurangi lead time. Hasil dari pemetaan Process Activity Mapping

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Hal-hal yang terkait dalam pembuatan Process Activity Mapping ini

adalah jenis aktivitas, waktu aktivitas, jarak, jumlah operator dan kategori

aktivitas. Secara keseluruhan terdapat 20 aktivitas yang terdiri dari Operation,

Transportation, Inspection, Delay dan Storage. Berikut merupakan kategori dari masing-masing tipe aktivitas :

Value Added meliputi aktivitas operasi

Necessary Non Value Added meliputi aktivitas transportasi dan aktivitas

(61)

Dari pemetaan Process Activity Mapping dapat diketahui terdapat 12 (60 %) aktivitas value added, 3 (15 %) aktivitas necessary non value added dan 5 (25

%) aktivitas non value added Seperti terlihat pada Gambar 4.3 berikut :

Prosentase Jumlah Kategori Aktivitas

60% 15%

25% value added

necessary non value added

non value added

Gambar 4.3. Prosentase Jumlah Kategori Aktivitas

Sedangkan prosentase waktu kategori aktivitas dapat dilihat pada Gambar

4.4 berikut :

Prosentase Waktu Kategori Aktivitas

71.70% 16.11%

12.21% value added

necessary non value added

non value added

(62)

Dari Gambar 4.4 dapat terlihat bahwa dari segi waktu yang dibutuhkan,

kategori aktivitas value added memiliki prosentase terbesar yaitu 71.70 %,

necessary non value added memiliki prosentase terkecil yaitu 16.11%. Sedangkan sisanya termasuk aktivitas non value added. Adapun penjelasan dari masing

masing 5 tipe aktivitas dapat dilihat sebagai berikut.

4.6.2.1.1 Analisa Tiap Tipe Aktivitas Berdasarkan Jumlah

Penggambaran dalam bentuk grafik jumlah dan prosentase dari jumlah tiap

tipe aktivitas dapat dilihat pada Gambar 4.5. dan Tabel 4.7 beserta penjelasannya

sebagai berikut :

Gambar

GAMBAR
TABEL
Gambar 2.1. Tiga kategori waste (Rawabdeh, 2005)
Gambar 2.2. Seven wastes relationships (Rawabdeh, 2005)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika respon antara orang kunci dari populasi kunci mirip satu sama lain dan mereka konsisten dengan pengamatan yang dilakukan oleh tim lapangan, tetapi berbeda dari

sentuh pada lempung, (a) pondasi lentur, (b) pondasi kaku Bentuk penurunan dan distribusi tekanan pada bidang sentuh antara pondasi dan permukaan tanah seperti yang dijelaskan di

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan.Perundang-undangan yang akan dibahas dalam

Sementara itu, Kunandar (2013: 123) menyatakan, penilaian kompetensi pengetahuan sebagai berikut. Guru dapat melakukan penilaian kompetensi pengetahuan siswa dengan

Seseorang yang menderita hipertensi disebabkan karena ada masalah dari dalam diri atau dari luar, kemudian penderita hipertensi tersebut memiliki keyakinan

Tindak Tutur dalam Transaksi Jual Beli di Pasar Ujung Murung Banjarmasin Kalimantan Selatan. Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan,

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, baik yang berasal dari Bahasa Jawa, Bahasa Betawi, maupun Bahasa Inggris berupa kata yang ditulis miring pada data (46) dan

Terjadinya integrasi antar pasar saham disebabkan adanya kesamaan pasar dalam pola pendapatan, dan ini memberikan kontribusi positif terhadap makroekonomi dalam negeri,