• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK BNI SYARIAH (Studi pada Kantor Cabang Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK BNI SYARIAH (Studi pada Kantor Cabang Surabaya)."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN

NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH

BANK BNI SYARIAH

(Studi pada Kantor Cabang Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

DENNY ACHMAD AFANDY 0412315072/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN

NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH

BANK BNI SYARIAH

(Studi pada kantor cabang Surabaya) Disusun Oleh :

DENNY ACHMAD AFANDY 0412315072/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama : Ketua :

Dra.Ec.Tri Kartika P, Msi Dra.Ec.Hj. Luky Susilowati, MP

Sekretaris :

Dra.Ec. Tri Kartika P, MSi

Anggota :

Dra.Ec. Sulastri I, MM Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala Ramat dan

hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :

“PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK BNI SYARIAH (Studi pada kantor cabang Surabya)”. Penulisan Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi

Manajemen di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari segala

bimbingan, dorongan, bantuan dan semangat baik secara langsung maupun tidak

langsung. Karena tanpa bimbingan, dorongan, bantuan dan semangat penulis akan

mengalami kesulitan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. Maka pada

desempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

juga ditujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr.H. R. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen

(4)

4. Ibu Dra. Ec. Tri Kartika, P. MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta staff karyawan Facultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Orang Tua ku yang senantiasa sabar memberikan motivasi dan terus

mendukung untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman dan Sahabatku Rudi DiMEI, Rizky dll baik yang berada didalam

kampus maupun diluar kampus terima kasih atas dukungan, bantuan dan

motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Surabaya, Juni 2011

Penulis

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13

2.2.2 Pengertian Service Performance ... 18

2.2.2.1 Pengertian Kinerja ... 22

2.2.2.2 Penilaian Kinerja ... 23

2.2.3 Pengertian Kepuasan Pelanggan ... 23

2.2.3.1 Kepuasan Versus Kualitas Jasa ... 27

(6)

2.2.4 Pengertian Loyalitas ... 33

2.2.5 Pengaruh Service Performance Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas ... 34

2.2.5.1 Pengaruh Service Performance Terhadap Loyalitas ... 35

2.2.5.2 Pengaruh Service Performance Terhadap Kepuasan ... 36

2.2.5.3 Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas ... 37

2.3 Kerangka Konseptual ... 41

2.4 Hipotesis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operacional Dan Pengukuran Variable ... 43

3.2 Pengukuran Variable ... 47

3.3 Tehnik Penentuan Sampel ... 47

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 48

3.4.1 Jenis Data ... 48

3.4.2 Sumber Data ... 48

3.4.3 Pengumpulan Data ... 49

3.5 Tehnik Analisis Dan Uji Hipótesis ... 49

3.5.1 Asumsi Model (Structural Equation Modeling) ... 50

3.5.1.1 Uji Normalitas Dan Linderitas ... 50

3.5.1.2 Evaluasi Atas Outliner ... 51

3.5.1.3 Deteksi Multicollonieritas Dan Singularity ... 51

(7)

3.5.2 Pengujian Hipótesis Dan Hubungan Kausal ... 53

3.5.3 Pengujian Model Dengan Two Step Approach ... 53

3.5.4 Evaluasi Model ... 54

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 56

4.1.2 Visi Dan Misi ... 58

4.1.3 Struktur Organisasi ... 58

4.1.4 Produk Dan Jasa Pelayanan ... 64

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Penyebaran Kuisioner ... 66

4.2.2 Keadaan Responden ... 66

4.2.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

4.2.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 67

4.2.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 68

4.2.2.4 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 69

4.2.2.5 Karakteristik responden Berdasarkan Pendapatan tiap Bulan ... 69

4.2.3 Deskripsi Variabel Service Performance (X1)... 70

4.2.4 Deskripsi Variabel Kepuasan (X2) ... 75

4.2.5 Deskripsi Variabel Loyalitas (Y) ... 76

(8)

4.3. Analisis dan Pengujian Hipótesis ... 77

4.3.1 Uji Outlier Multivariate ... 77

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 79

4.3.3 Uji Validitas ... 80

4.3.4 Uji Construct Reliability Dan Variance Extracted ... 82

4.3.5 Uji Normalitas ... 83

4.3.6 Evaluasi Model One Step Approach To SEM ... 84

4.3.7 Uji Hipótesis Kausalitas ... 89

4.3.8 Uji Hipótesis Unidimensi Second Order ... 90

4.4 Pembahasan ... 91

4.4.1 Pengaruh Service Performance Terhadap Loyalitas ... 91

4.4.2 Pengaruh Service Performance Terhadap Kepuasan ... 92

4.4.3 Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER

LAMPIRAN

(9)

Tabel 1.1 Data Jumlah Nasabah Tabungan Bank BNI Syariah

Cabang Surabaya ... 5

Tabel 1.2 Data Jumlah Tutup Rekening Bank BNI Syariah Cabang Surabaya ... 5

Tabel 1.3 Data Jumlah Komplain Nasabah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya ... 6

Tabel 3.1 Goodeness Of Fit Indices ... 55

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 67

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 68

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 69

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan ... 69

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Responden Untuk Tangible ... 70

Tabel 4.7 Hasil Jawaban Responden Reliability ... 71

Tabel 4.8 Hasil Jawaban Responden untuk Responsiveness ... 72

Tabel 4.9 Hasil Jawaban Responden untuk Assurance ... 73

Tabel 4.10 Hasil Jawaban Responden untuk Empathy ... 74

Tabel 4.11 Hasil Jawaban Responden untuk Kepuasan ... 75

Tabel 4.12 Hasil Jawaban Responden untuk Loyalitas ... 76

Tabel 4.13 Uji Outlier Multivariate ... 78

Tabel 4.14 Pengujian Reliability Consistency Internal... 79

(10)

Confirmatory Factor Analysis... 81

Tabel 4.16 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 82

Tabel 4.17 Assessment of Normality ... 83

Tabel 4.18 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces... 85

Tabel 4.19 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces... 86

Tabel 4.20 Modifikasi ... 87

Tabel 4.21 Evaluasi Kriteria Goodness of fit Indeces... 88

Tabel 4.22 Regression Weights... 89

Tabel 4.23 Hasil Uji First Order ... 90

Tabel 4.24 Hasil Uji Hipotesis Second Order ... 90

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran ... 14

Gambar 2.2 Model Kepuasan atau Ketidakpuasan Konsumen ... 26

Gambar 2.3 Customer peceptions Of Quality And Customer Satisfaction... 37

Gambar 2.4 Relationship Between Satisfaction And Dissatisfaction ... 39

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ... 41

Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Faktor Tangible ... 50

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank BNI Syariah Cabang Surabaya ... 59

Gambar 4.2 Model Pengukuran & Struktural Service Performance, Satisfaction & Loyality Model Specification: One Step Approach – Base Model ... 85

Gambar 4.3 Model Pengukuran & Struktural Service Performance, Satisfaction & Loyality Model Specification: One Step Approach – Elimination Model ... 86

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

Lampiran 2 Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 SPSS Output For Outlier Test Of Data

Lampiran 4 SPSS Output For Reliability Test Of Data

Lampiran 5 SPSS Output For Normalitas Test Of Data

(13)

PENGARUH SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK BNI SYARIAH

(Studi pada kantor cabang Surabaya)

Oleh

Denny Achmad Afandy 0412315072/FE/EM

ABSTRAKSI

Krisis perbankan telah menunjukkan perlunya perbaikan ketentuan yang mengatur lembaga keuangan dan memunculkan pentingnyakebijakan mengembangkan alternative lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh langsusng service performance terhadap loyalitas nasabah, serta menguji pengaruh antara service performance terhadap kepuasan nasabah dan juga untuk menguji pengaruh langsung antara kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan 115 kuisioner kepada nasabah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya. Tehnik penentuan sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu tehnik penentuan berdasarkan usulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan, yaitu yang cocok sebagai sumber data.

Hasil pengujian dengan menggunakan AMOS 4.0 memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh positif antara service performance terhadap loyalitas, tidak terdapat pengaruh positf antara service performance terhadap kepuasan, dan juga tidak terdapat pengaruh positif antara kepuasan terhadap loyalitas nasabah.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini perusahaan jasa mendominasi kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi, perusahaan yang bergerak dibidang jasa ini merupakan salah satu pemain ekonomi indonesia yang menjadi salah satu tulang punggung harapan bangsa. Sehingga mau tidak mau perusahaan jasa harus memperhatikan kualitas jasa atau layanan yang mereka jual. Penyampaian layanan yang berkualitas dewasa ini sangat berpengaruh terhadap suatu strategi yang essensial agar perusahaan sukses dan dapat bertahan (Reichkeld and sasser, 1990). Hal ini dikarenakan kualitas pelayanan dapat memberi kontribusi besar kepada kepuasan konsumen, pangsa pasar, dan profitabilitas. Oleh sebab itu perhatian para manajer sekarang ini lebih diprioritaskan pada pemahaman dampak kualitas layanan pada keuntungan dan hasil-hasil financial yang lain dalam perusahaan (Gresing, 1994; Rust, Zahorik dan Keiningham, 1992).

(15)

Lembaga perbankan merupakan financial intermediary yang mempunyai peranan sangat vital dalam struktur perekonomian setiap negara. Bank menyerap dana masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Sedemikian strategisnya peranan bank dalam pembangunan perekonomian negara, sehingga setiap negara berusaha menciptakan suatu system perbankan yang sehat, tangguh, dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat..

Kondisi perbankan di Indonesia mengalami masa-masa sulit yang membahayakan perekonomian nasional sebagai akibat krisis finansial yang terjadi sejak medio 1997 yang dipicu oleh krisis nilai tukar uang. Krisis ini ditandai dengan adanya likuidasi 16 bank swasta pada tanggal 1 November 1997 tersebut telah mengakibatkan merosotnya kinerja perekonomian nasional yang menimbulkan efek lanjut krisis berkepanjangan diberbagai bidang. Akibatnya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan menurun tajam (Edy Wibowo dan Hendy Widodo Untung, 2005).

(16)

Didirikannya bank syariah ini dilatarbelakangi oleh keinginan umat islam untuk menghindari adanya riba dalam kegiatan muamalahnya, memperoleh kesejahteraan lahir dan batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama, sebagai alternative lain dalam menikmati jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai, yaitu bank yang berusaha sebisa mungkin untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum islam.

Bank syariah di Indonesia telah mendapatkan legitimasi dalam undang perbankan Nomor 7 tahun 1992 yang kemudian diubah dengan Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998. Bank-bank baik bank konvensional maupun bank syariah selalu beroperasi dengan menyimpan dana dari nasabah kreditur dan meminjamkan dana tersebut kepada debitur. Implementasi dari alternative ini adalah dikembangkannya kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah yang operasinya tidak didasarkan atas metode bunga, melainkan dengan metode bagi hasil.

Kepuasan konsumen merupakan kondisi yang penting untuk dapat mempertahankan konsumen seperti yang dikemukakan oleh kotler (2000); bahwa “the key customer retentation is customer satisfaction” maksudnya kepuasan konsumen akan menjadi kunci terbentuknya customer retention dan apabila tidak ada kepuasan konsumen akan diragukan apakah perusahaan tersebut dapat bertahan..

(17)

dari masyarakat yang sebelumnya kebutuhan mereka untuk memperoleh saluran finansial (baik itu investasi maupun pembiayaan) belum terakomodir dengan baik oleh bank konvensional.

Bank BNI Syariah sebagai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam, juga tidak mau kalah dalam kancah persaingan yang semakin ketat melalui peningkatan kualitas jasa. Tujuan utama bank adalah menciptakan dan mempertahankan nasabah. Menciptakan nasabah artinya memperoleh nasabah sebanyak mungkin melalui peningkatan kualitas jasa dan produk yang di tawarkan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya itu sendiri. Sehingga nasabah memperoleh keuntungan dari produk-produk tersebut dan pelayanan optimal dari seluruh Bank BNI Syariah Cabang Surabaya. Sehingga nasabah tersebut memperoleh keuntungan kepuasan. Bank perlu menciptakan produk-produk yang inovatif dan menarik minat calon nasabah untuk menjadi nasabahnya. Produk-produk inovatif ini juga harus memperhatikan kualitas positif yang dapat dirasakan atau diperoleh nasabah, karena kualitas ini dapat memberikan kepuasan yang optimal pada nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

(18)

Tabel 1.1 : Jumlah nasabah tabungan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

bulan Januari 2010 – Mei 2010.

Bulan Jumlah Nasabah

Pertambahan Nasabah

Prosentase (%) Kenaikan

Januari 5346 - -

Februari 5451 105 1.96

Maret 5569 118 2.16

April 5692 123 2.20

Mei 5804 112 1.96

Sumber : Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

Tabel 1.2 : Jumlah tutup rekening tabungan secara langsung atau tidak

langsung nasabah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya bulan Januari 2010 –

Mei 2010.

Bulan Jumlah Nasabah Prosentase (%)

Januari 74 -

Februari 87 17.56

Maret 95 9.19 April 81 (14.73)

(19)

Tabel 1.3 : Jumlah komplain nasabah tabungan Bank BNI Cabang Surabaya

bulan Januari 2010 – Mei 2010.

Bulan Jumlah Komplain Prosentase (%) Kenaikan

Januari 14 -

Februari 19 35.71 Maret 17 (10.52)

April 21 23.52 Mei 28 33.33

Sumber : Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

Berdasarkan data di atas, ditujukan pada tabel 1.1 maka dapat diketahui bahwa, Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, mengalami penurunan jumlah kenaikan nasabah yaitu bulan April yang jumlahnya mencapai 123 nasabah menjadi 112 nasabah pada kahir bulan Mei. Di indikasi oleh karena kebutuhan konsemen yang beraneka ragam dan semakin kompleks, konsumen semakin kritis dalam memilih pelayanan jasa. Kurangnya mengerti mengenal syarat dan ketentuan pembukaan tabungan.

(20)

minimal, belum mendapatkan nilai lebih selama menabung sehingga nasabah tidak merekomendasikan kepada orang lain.

Kenaikan dan penurunan jumlah nasabah diikuti dengan kenaikan jumlah komplain yang ditunjukan dalam tabel 1.3 diatas. Berdasarkan data jumlah complain memandakan bahwa pada bulan Mei Bank BNI Syariah Cabang Surabaya belum mampu memberikan kepuasan terbaik kepada nasabahnya. Dalam hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan jumlah yang komplain yaitu, bulan April yang jumlahnya hanya 21 nasabah menjadi 28 nasabah pada bulan Mei. Disebabkan karena penanganan keluhan yang disampaikan para nasabahnya kurang tepat waktu antara lain kurang jelasnya karyawan dalam menyampaikan informasi kepada nasabah.

Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah nasabah mengalami kenaikan dan penurunan, untuk mencegah terjadinya penurunan pada masa yang akan datang, pihak Bank BNI Syariah Cabang Surabaya untuk dapat memperbaiki strategi pemasarannya agar dapat mempertahankan pasar. Kurang memberikan kepuasan kepada nasabah atau pelanggan agar nasabah benar-benar percaya dan berkomitmen terhadap bank tersebut kemudian menciptakan loyalitas.

(21)

satu atau lebih merek alternative dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Disini perusahaan sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui bagaimana mengukur koalitas pelayanan, apa aspek-aspek pelayanan yang dapat menerangkan kualitas dengan baik, apakah konsumen akan loyal pada perusahaan yang mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi dan juga pada perusahaan yang dapat membuat mereka merasa puas.

Dalam hal ini, usuran layanan yang berdasarkan kinerja akan lebih mereleksikan kualitas jasa atau pelayanan. SERVPERF (service performance) dikembangkan oleh Cronin dan Taylor pada tahun 1992 dan tahun 1994. Skala ini menyatakan bahwa ukuran kualitas jasa atau pelayanan adalah kinerja dari jasa atau pelayanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan konsumen hanya akan dapat menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar mereka rasakan. . Menurut hasil survey mckinsey (Marketing Research Indonesia,2005) tentang personal financial service mengindikasikan bahwa perilaku nasabah di Indonesia makin tidak mudah ditebak. Mereka puas dengan layanan banknya, tetapi mereka masih tetap mau pindah jika bank lain memberikan service performance sesuai dengan harapannya terlebih lagi bila nasabah berada pada kelas ekonomi papan atas yang makin potensial menjadi nasabah kutu loncat. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Alford dan Sherrell (1996), bahwa service performance akan menjadi prediktor yang baik bagi kualitas jasa atau pelayanan

(22)

hubungan antara service performance, kepuasan pelanggan,dan intensi pembelian konsumen yang tercermin melalui loyaliotas.

Berdasarkan fenomena-fenomena serta pendahuluan diatas maka peneliti ingin mengambil judul Pengaruh Service Performance Dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah service performance mempengaruhi loyalitas nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya?

2. Apakah service performance dapat mempengaruhi kepuasan nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya?

3. Apakah kepuasan dapat mempengaruhi loyalitas nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah service performance berpengaruh terhadap loyalitas nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

2. Mengetahui apakah service performance berpengaruh terhadap kepuasan nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

(23)

10

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk Perusahaan Yang Bersangkutan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan guna menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan kinerja karyawan dan pemasaran bagi Bank BNI Syariah cabang Surabaya di masa yang akan datang.

2. Untuk Kalangan Akademis

Penelitian ini disusun untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi kalangan akademis mengenai masalah yang diangkat dan agar bisa dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Service

Performance, kepuasan nasabah, serta loyalitas nasabah pernah dilakukan

oleh Diah Dharmayanti (April, 2006), telah melakukan penelitian dengan judul

Analisis Dampak Service Performance Dan Kepuasan Sebagai Moderating

Variable Terhadap Loyalitas Nasabah (Study pada Nasabah Tabungan Bank

Mandiri Cabang Surabaya)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji

pengaruh langsung service performance terhadap loyalitas nasabah dengan

kepuasan sebagai variabel moderador antara service performance dengan loyalitas

nasabah. Kepuasan nasabah, sebagai variabel moderator atau moderating variabel

diukur berdasarkan indikator yang dinyatakan sebagai persepsi perasaan nasabah

dikembangkan dari dimensi kinerja jasa, beban biaya, citra perusahaan, dan

keputusan menggunakan layanan. Sedangkan loyalitas diukur berdasarkan

pendekatan perilaku loyalitas melalui beberapa indikator loyalitas. Penelitian ini

menggunakan alat analisis Moderator Regresion Analysis (MRA).

Hasil penelitian ini menunjukan konsep service performance dari kepuasan

nasabah pada industri jasa khususnya Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

mempengaruhi loyalitas nasabah dan mempunyai kemampuan untuk menjelaskan

lebih mendalam variance loyalitas dibandingkan model yang telah ada. Hasil

(25)

dan kepuasan nasabah lebih menerangkan variance loyalitas karena memiliki 

positif dan signifikan (signifikansi 1 δ 0,05). Koefisien  interaksi signifikan

menunjukan bahwa kepuasan nasabah merupakan variabe moderator antara

service performance dengan loyalitas nasabah. Hal ini mengindikasi bahwa

pengaruh positif dari service performance terhadap loyalitas nasabah sangat tinggi

ketika kepuasan nasabah juga tinggi.

Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan oleh

Taylor dan Baker (1994), bahwa kepuasan nasabah merupakan variabel moderator

dan bukan sebagai variabel intervening, antara service performance dengan

loyalitas nasabah, yang mampu memoderate pengaruh antara service performance

dan loyalitas nasabah.

Penelitian kedua dilakukan oleh Palilati A. “Pengaruh Nilai Pelanggan,

Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan Di Sulawesi

Selatan” (Jurnal Penelitian,2000:ix). Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh antara lain bahwa konsep tentang kualitas jasa, kepuasan pelanggan dan

loyalitas dipengaruhi pula oleh karakteristik produk dan pola pembeliannya. Jika

pembelian merupakan suatu kegiatan rutin (habit) maka kemungkinan pelanggan

akan loyal kepada merek/perusahaan. Hasil analisis menunjukan bahwa : Nilai

dari kinerja atribut jasa tabungan yang diterima oleh nasabah berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap tingkat kepuasan adequate dan tingkat kepuasan

desired dan negative terhadap loyalitas nasabah. Ditemukan juga adanya

hubungan langsung yang signifikan dan positif antara nilai dengan loyalitas

(26)

tabungan yang dirasakan nasabah, maka loyalitas nasabah menjadi berkurang.

Factor yang mempunyai pengaruh terbesar (dominant) terhadap tingkat kepuasan

adequate maupun kepuasan desired adalah variable profesionalsme staff dalam

melaksanakan tugasnya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Manajemen Pemasaran

Terdapat banyak definisi tentang pemasaran berikut adalah beberapa

diantaranya :

Menurut Kotler (1997) pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial

dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka

dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama

lain. Sedang menurut Elzet pemasaran adalah suatu siste total dari aktivitas usaha

yang didesain untuk merencanakan, menetepkan harga, mempromosikan, dan

mendistribusikan produk yang memuaskan keinginan pasar sasarannya untuk

mencapai tujuan perusahaan. Definisi ini memiliki dua implikasi signifikan,

yaitu :

1. Fokus: Sistem keseluruhan dari aktivitas usaha harus berorientasi

konsumen. Keinginan konsumen harus diakui dan dipuaskan.

2. Durasi: Pemasaran harus dimulai dari ide mengenai produk yang

memuaskan kebutuhan dan seharusnya tidak berhenti sampai kebutuhan

konsumen secara keseluruhan dipuaskan, tetapi juga setelah waktu

(27)

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan

kegiatan secara keseluruhan yang meliputi produk, harga, pendistribusian, dan

mempromosikan baik barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginan dan

kebutuhan individu maupun kelompok yang dapat memuaskan.

Konsep baru dari pemasaran bergaer dari suatu aktivitas yang khusus

menjadi bagian integral dari proses manajemen umum. Konsep pemasaran berarti

bahwa suatu perusahaan mengerahkan seluruh usahanya untuk memuaskan

konsumennya dengan suatu tingkat laba.

Definisi berdasarkan pada konsep ini: kebutuhan, keinginan, dan

permintaan, produk, nilai, biaya, dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan

hubungan, pasar, pemasaran dan pemasar.

Produk

Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran

a. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan

Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan, dan permintaan kebutuhan

manusia adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Manusia

membutuhkan makanan, pakaian, perlindungan, keamanan, harga diri dan

lain-lain agar bisa hidup keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari

kebutuhan tersebut, seseorang berkeinginan memiliki mobil, rumah lebih dari

satu, berkeinginan memiliki beberapa sambungan telepon dan lain-lain.

(28)

b. Produk (barang,jasa dan gagasan)

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk menarik

perhatian, pembeli atau konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan. Produk mencakup obyek fisik, layanan, orang, tempat, perusahaan

dan gagasan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada pemiliknya

tetapi pada jasa yang dapat diberikan.

c. Nilai, biaya dan kepuasan

Nilai merupakan perkiraan konsumen tentang kemampuan total suatu produk

untuk memenuhi kebutuhannya nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari

seberapa jauh produk tersebut dapat mendekati produk ideal. Untuk

memeperoleh produk yang bernilai maka perlu pengorbanan dengan

mengeluarkan biaya.

d. Pertukaran, transaksi dan hubungan

Pemasaran timbul saat seseorang memutuskan untuk memenuhi kebutuhan

serta keinginan dengan pertukaran. Pertukaran merupakan salah satu dari

empat cara orang mendapatkan suatu produk. Pertukaran bisa tercapai bila ada

persetujuan sehingga terjadi transaksi. Pemsasaran yang baik akan mencoba

membangun suatu hubungan jangka panjang, saling percaya.

e. Pasar

Pasar terdiri dari semua konsumen potensial yang memiliki kebutuhan atau

keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk

(29)

f. Pemasaran, dan calon pembeli

Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli yang

akan terlibat dalam pertukaran nilai (value). Calon pembeli adalah seseorang

yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin dan mampu

terlibat dalam pertukaran nilai pemasar, pemasar bisa menjadi pembeli atau

penjual. Dalam situasi normal, pemasar adalah perusahaan yang berhadapan

dengan pesaing dalam melayani suatu pasar.

Manajemen pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan

pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa

untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan

perusahaan. Devinisi ini mengakui bahwa manajeman pemasaran adalah proses

yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang

mencakup barang, jasa dan gagasan yang tegantung pada pertukaran dan dengan

tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat.

Lima konsep yang menjadi dasar bagi perusahaan-perusahaan dalam

melakukan kegiatan pemasarannya (Kotler, 1997) yaitu:

1. Konsep berwawasan produksi

Konsep berwawasan produksi berpendapat bahwa konsumen akan memilih

produk yang mudah didapat dan murah harganya. Manajer yang berwawasan

produksi memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang

(30)

2. Konsep berwawasan produk

Konsep berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen akan memilih

produk yang menawarkan mutu, kinerja, terbaik atau hal-hal inovatif lainnya.

Manajer dalam perusahaan berwawasan produk akan memusatkan

perhatiannya untuk mebuat produk yang lebih baik dan terus

menyempurnakannya.

3. Konsep berwawasan penjualan

Konsep berwawasan penjualan berpendapat jika konsumen dibiarkan,

konsumen tidak akan membeli produk perusahaan dalam jumlah cukup.

Perusahaan harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.

4. Konsep berwawasan pemasaran

Konsep berwawasan pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai

tujuan perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar

sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan

efisien daripada pesaing. Konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang

menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat

ekonomi dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan.

5. Konsep berwawasan pemasaran masyarakat

Konsep ini beranggapan bahwa tugas perusahaan adalah menentukan

kebutuhan, keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhinya

dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya dengan cara

(31)

2.2.2 Service Performance (Servperf)

Service performance adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh

konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar

mereka rasakan (Cronin dan Taylor,1994). Skala SERVPERF dinyatakan lebih

tepoat dalam mengukur kualitas jasa (R.Kenneth Teas,1994), karena service

performance bisa menjawab permasalahan yang muncul dalam menentukan

kualitas jasa karena bagaimanapun konsumen hanya akan bisa menilai kualitas

yang mereka terima dari suatu produsen tertentu bukan pada persepsi mereka atas

kualitas jasa pada umumnya (Bolton dan Drew,1991 ; Cronin dan Taylor, 1992,

1994; Teas 1993; Gotlieb, Grewal dan Brown, 1994).

Skala SERVQUAL yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan

Berry (1985) didasarkan pada skor perbedaan antara pengharapan pelanggan atas

jasa dan persepsi-persepsi mereka setelah menerima jasa tersebut. Dalam meneliti

perbedaan-perbedaan ini, mereka menegaskan bahwa kualitas jasa dapat dinilai

dengan mengukur perbedaan-perbedaan atau “celah-celah” antara apa yang

diharapkan pelanggan dan apa yang dirasakan pada apa yang dia terima.

Dalam pembahasan mereka, Parasuraman, Zeithaml dan berry (1998)

menegaskan bahwa skala SERVQUAL terkait dengan kualitas yang dirasakan dan

terutama melihat pada kualitas layanan atau jasa, bukan kepuasan pelanggan.

Mereka menyatakan bahwa kualitas layanan yang dirasakan adalah sebuah

penilaian atau sikap global terkait dengan keunggulan jasa sedangkan kepuasan

(32)

Terdapat problem yang serius dalam kualitas jasa atau pelayanan yang

dinyatakan sebagai perbedaan nilai antara harapan dan persepsi konsumen,

sehingga penggunaan pengukuran kualitas jasa yang paling tepat adalah

berdasarkan kinerja atau performance bassed (Pter, Churchil, dan Brown, 1994).

Hanya ada sedikit bukti yang mendukung relevansi dari adanya jarak atau gap

yang terdapat diantara harapan dan persepsi sebagai dasar dalam menilai kualitas

jasa sehingga kinerja jasa atau SERVPERF menjadi prediktor yang baik bagi

kualitas jasa danb kepuasan konsumen (Alford dan Sherrell, 1996).

Menurut Cronin dan Taylor (1992), skala SERVPERF berdasarkan kinerja

tidak tertimbang adalah sebuah metode yang lebih baik untuk mengukur kualitas

layanan. Keandalan skala ini berkisar antara 884 dan 964, bergantung pada tipe

industri serta menunjukanvaliditas konvergen dan diskriminan.

Penelitian yang dilakukan oleh Churchill dan Suprenant (1982) juga

mendukung penggunaan persepsi performa saja untuk mengukur kualitas

pelayanan. Mereka mengadakan dua percobaan untuk menguji efek dari

ekspektasi, performa dan diskonfirmasi terhadap kepuasan. Hasil dari salah satu

percobaan tersebut mengatakan bahwa performa adalah satu-satunya untuk

menentukan kepuasan seseorang. Woodruff, Cadotte, dan Jenkins (1983)

memberikan dukungan bahwa hanya performance yang dapat mengukur sikap.

Sedangkan Mazis, Athola dan Klippel (1975) menyarankan untuk menggunakan

persepsi performa saja sebagai ukuran dalam kualitas pelayanan.

Menurut Cronin dan Taylor (1992), ukuran-ukuran berdasarkan kinerja

(33)

dalam studi-studi lintas bagian. Hal ini dikarenakan penilaian-penilaian

diskonfirmasi dan kepuasan konsumen adalah konsepsi-konsepsi proses yang juga

memiliki sebuah ketergantungan serupa pada konsumen yang mengalami sebuah

pertemuan layanan, sedangkan persepsi-persepsi kinerja tidaklah terbatasi pada

pengalama-pengalaman konsumen actual pembedaan ini konsisten dengan

perbandingan petterson dan Jonson (1994), tentang paradigma-paradigma

kepuasan konsumen dan kualitas layanan.

Dengan adanya bahasan-bahasan diatas maka, ukuran-ukuran berdasarkan

kinerja untuk kualitas layanan yang tercakup oleh skala SERVPERF dapat

memberikan sebuah indeks memanjang untuk persepsi-persepsi kualitas layanan

pada pendukung-pendukung atau pelanggan sebuah perusahaan jasa. Dengan kata

lain, skala SERVPERF dapat memberikan sebuah keseluruhan skor kualitas

kayanan ringkas yang dapat digambarkan terkait dengan waktu dan sub-sub

kelompok konsumen spesifik (misalnya sub-sub kategori demografis,

pendukung-pendukung atau pelanggan individual). Skala SERVPERF juga memberikan alat

yang bermanfaat untuk mengukur keseluruhan sikap kualitas bagi layanan

perusahaan jasa.

Dari barbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa service performance

adalah penilaian menyeluruh konsumen terhadap hasil pelayanan yang dirasakan

saat menerima pelayanan dari penyedia jasa, sehingga kualitas jasa atau pelayanan

lebih tepat dan spesifik menggunakan model SERVPERF.

Berdasarkan Skala SERVPERF dari Cronin dan Taylor (1992, 1994)

(34)

nasabah terhadap kinerja yang diterima dan dirasakan terdapat 5 dimensi antara

lain :

1. Tangible (Bukti fisik) : Ditujukan oleh aspek-aspek yang nyata .dapat

dilihat.dirasa khususnya oleh konsumen. Tangible terdiri dari

Indikator-indikator:

a. Akses Atm

b. Fasilitas

c. Penampilan

2. Reliability (Kehandalan) : Kehandalan merupakan aspek-aspek system

pelayanan yang diberikan. Khususnya dalam hal kesesuaian atau

ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan reality dari pelayanan yang

diberikan. Reliability terdiri dari indikator-indikator:

a. Ketepatan

b. Penjelasan

c. Penyimpanan

3. Responsiveness (Daya Tanggap) : Daya tanggap merupakan keinginan

perusahaan untuk mewujudkan harapan konsumen dengan menyediakan

pelayanan yang dibutuhkan. Responsiveness terdiri dari indikator-indikator:

a. Informasi

b. Pelayanan

c. Kesediaan

4. Assurance (Jaminan) : Kepastian adalah pemberian jaminan bahwa jasa yang

(35)

kemampuan kompetisi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan

standar yang sifatnya memeberikan garansi dari penyedia jasa pada pemegang

konsumen. Assurance terdiri dari indikator-indikator:

a. Kepercayaan

b. Konsistensi

c. Pelindung

5. Empathy : Merupakan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, keramahan,

dan kemampuan memahami konsumennya. Begitu dalam Empathy terdiri dari

indikator-indikator:

a. Perhatian

b. Memahami

c. Waktu Operasi

2.2.2.1Kinerja

2.2.2.1.1 Pengertian Kinerja

Secara etimologi kinerja dapat disamakan dengan

performance-performance atau kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Menurut Mulyadi (2001),

kinerja dapat diartikan sebagai efektifitas operacional suatu organisasi dasn

karyawannya berdasarkan sasaran, Standard dan kriteria yang telah ditetapkan.

Karena pada dasarnya organisasi dijalankan oleh manusia, maka kinerja

sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang

(36)

2.2.2.1.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia

dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi.

menurut Mulyadi (2001), penilain kinerja adalah penentuan secara periode

efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawanya

berdasarkan estándar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut pendapat Mulyadi (2001), tujuan pokok penilaian kinerja adalah

untuk memotivasi karyawannya dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

mematuhi estándar perilaku yang sudah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan

tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku tersebut dapat berupa

kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan didalam anggaran

2.2.3 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)

Kepuasan konsumen merupakan kondisi yang penting untuk dapat

mempertahankan konsumen seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2000), bahwa

the key customer retention is customer satisfaction” maksudnya kepuasan

konsumen akan menjadi kunci terbentuknya customer retention dan apabila tidak

ada kepuasan konsumen akan di ragukan apakah perusahaan tersebut dapat

bertahan dalam mengahadapi persaingan yang makin kompetitif. Setelah

menggunakan produk atau jasa konsumen akan sampai pada proses

(37)

Pemuasan konsumen harus disertai dengan pemantauan terhadap kebutuhan dan

keinginan pelanggan.

Satisfaction is a person’s feeling of pleasure or disappointment resulting

from comparing a product perceived in relations to his or her expectation.

(Kotler).

Kepuasan pelanggan adalah perasaan (feeling) yang dirasakan pembeli

dari kinerja perusahaan yang memenuhi harapan mereka. Namun ditinjau dari

perspektif perilaku konsumen, “kepuasan pelanggan” lantas menjadi sesuatu yang

kompleks. Perilaku setelah pembelian akan menimbulkan sikap puas atau tidak

puas pada konsumen, maka kepuasan konsumen merupakan fungsi dari harapan

pembeli atas produk atau jasa dengan kinerja yang dirasakan (Kotler, 1997) yang

dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan

konsumennya (juga konsumen perusahaan pesaing) adalah sebagai berikut:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada konsumen (customer oriented) perlu

memberikan desempatan yang luas pada para konsumennya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan melalui, misalnya: kontak saran,

kartu komentar, saluran telepon khusus, dan lainnya.

2. Ghost shopping

Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkejakan beberapa orang (satu

cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen) untuk

(38)

dan pesaing dan bertugas sebai pengamat keunggulan dan kelemahan, serta

cara layanannya terhadap konsumen.

3. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi para konsumen yang berhenti membeli

atau pindah ke produk perusahaan lain untuk mengetahui penyebabnya dan

memahami mengana hal itu terjadi. Hasilnya digunakan sebagai bahan kajian

dalam meningkatkan kinerja preusan sesuai dengan harapan konsumen.

4. Survey kepuasan konsumen

Perusahaan secara berkala memberikan daftar pertanyaan, menelpon beberapa

konsumen secara acak, atau wawancara langsung dengan mengajukan

berbagai pertanyaan memenuhi kebutuhan konsumen. Melalui survey ini

perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik (feed back) secara

tidak langsung dari konsumen, dan dapat memberikan signal positif bahwa

perusahaan menaruh perhatian terhadap konsumennya. Kinerja (performance)

adalah fakta mengenai kondisi riil layanan jasa yang diterima oleh konsumen

yag bisa membuat konsumen merasa puas atau tidak puas. Kepentingan adalah

tingkat kinerja yang diharapkan oleh konsumen, sehingga menjadi standar

(39)

Pemakaian

Gambar 2.2 Model kepuasan atau Ketidakpuasan Konsumen (Tjiptono, 2000)

J. Paul Peter, Jerry C. Olson (1999), kepuasan atau ketidakpuasan

merupakan perbandingan antara harapan kinerja sebelum membeli dan persepsi

kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika harapan kinerja sebelum

membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah membeli, maka dikatakan

konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya bila harapan kinerja sebelum

membeli lebih kecil dari persepsi kinerja setelah membeli, maka konsumen akan

mengalami kepuasan.

Meskipun banyak definisi tentang kepuasan, definisi yang dominant dan

banyak dipakai adalah definisi yang didasarkan pada disconfirmation paradigma

(40)

memenuhi harapan pelanggan. Kepuasan konsumen nampaknya menjadi sebuah

konsepsi “yang lebih berarti” untuk digunakan dalam memprediksi

kehendak-kehendak pembelian. Ini tidak begitu mengejutkan karena mengingat telah lama

diasumsikan bahwa konsumen-konsumen tidak selalu membeli produk “kualitas”

tertinggi disebabkan oleh biaya, anggaran, dan konsepsi-konsepsi lainnya.

Pada industri jasa, kepuasan pelanggan selalu dipengaruhi oleh kualitas

interaksi antara p elanggan dan karyawan yang melakukan kontrak layanan

(service encounter) yang terjadi pada saat pelanggan berinteraksi dengan

organisasi untuk memperoleh jasa yang dibelinya. Kepuasan pelanggan dalam

industri jasa perbankan menurut Naumann dan Giell (1995) dapat diukur

berdasarkan indikator: persepsi perasaan nasabah yang dikembangkan dari

dimensi kinerja jasa, beban biaya, citra perusahaan, dan keputusan menggunakan

jasa layanan bank.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan kepuasan nasabah adalah

perasaan pelanggan saat menerima dan setelah merasakan pelayanan bank

2.2.3.1Kepuasan versus kualitas jasa

Banyak peneliti yang sepakat bahwa kepuasan pelanggan merupakan

ukuran spasifik untuk mengukur setiap transaksi, situasi atau interaksi (encounter)

yang bersifat jangka pendek, sedangkan kualitas jasa merupakan sikap yang

terbentuk dari evaluasi keseluruhan terhadap kinerja perusahaan dalam jangka

panjang (Parasuraman, et al, 1985; hoffman dan Bateson, 1997). Disatu sisi,

(41)

jasa. Kepuasan pelanggan terhadap pengalaman jasa tertentu akan mengarah pada

evaluasi atau sikap keseluruhan terhadap kualitas jasa sepanjang waktu

(Bitner,1990; Oliver, 1981; Parasuraman,et al, 1988). Menurut American Society

For Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan

karakteristik-karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten.

Selain itu, hubungan antara kepuasan pelanggan dan kualitas jasa serta

keduanya dengan perilaku pembelian masih belum banyak yang telah dijelaskan

(Cronin dan Taylor, 1992). Salah satu kemungkinan hubungan yang banyak

disepakati adalah bahwa kepuasan membantu pelanggan dalam merevisi

persepsinya terhadap kualitas jasa (Cronin dan Taylor, 1992). Dasar pemikirannya

antara lain:

1. Bila konsumen tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan suatu

perusahaan, maka persepsinya terhadap kualitas jasa perusahaan tersebut akan

didasarkan pada ekspektasinya.

2. Interaksi (service ecounter) berikutnya dengan perusahaan tersebut akan

menyebabkan konsumen akan memasuki proses diskonfirmasi dan merevisi

persepsinya terhadap kualitas jasa.

3. Setiap interaksi tambahan dengan perusahaanitu akan memperkuat atau

sebaliknya malah akan mengubah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa.

4. Persepsi terhadap kualitas jasa yang telah direvisi memodifikasi minat beli

konsumen terhadap perusahaan dimasa yang akan datang (Hoffman dan

(42)

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) mengatakan bahwa perbedaan

antara kepuasan konsumen dengan kualitas pelayanan terletak pada cara

diskonfirmasi yang digunakan. Mereka mengatakan dalam mengukur kualitas

pelayanan, tingkat perbandingannya adalah apa yang seharusnya konsumen

inginkan, sedangkan untuk mengukur kepuasan perbandingan yang sesuai adalah

apa yang akan diinginkan oleh konsumen. Tetapi perbedaan itu tidak konsisten

dengan pernyataan Woodruff, Cadotte, dan Jenkins (1983) yang menyatakan

bahwa ekspektasi (keinginan atau harapan) harus berdasarkan pengalaman.

Kualitas layanan adalah sebuah sikap jangka panjang, sedangkan kepuasan

konsumen adalah sebuah penilaian sementara yang dibuat berdasarkan pertemuan

layanan mencerminkan persepsi-persepsi evaluatif seorang konsumen atas sebua

pertemuan layanan pada sebuah titik waktu spesifik. Sebaliknya,

penilaian-penilaian kepuasan konsumen bersifat pengalaman, melibatkan sebuah keadaan

akhir dan sebuah proses dan mencerminkan baik elemen kognisi maupun

emosional (Oliver, 1993). Penilaian-penilaian kepuasan diyakini menurun ke

dalam seluruh penilaian-penilaian kualitas layanan dari waktu ke waktu (Cronin

dan Taylor, 1992; Oliver, 1993)

Pada awalnya Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985, 1988)

mengusulkan bahwa tingkat kualitas pelayanan yang tinggi akan meningkatkan

kepuasan konsumen. Tetapi bukti terbaru mengatakan bahwa kepuasan adalah

bagian dari kualitas pelayanan (Bitner, 1990; Bolton dan Drew, 1991). Dalam

penelitian selanjutnya, Bolton dan Drew (1991) mengatakan bahwa kualitas

(43)

pelayanan. Mereka menempatkan kualitas pelayanan sebagai persepsi konsumen

terhadap kualitas pelayanan dari periode sebelumnya dan kepuasan atau

ketidakpuasan terhadap pelayanan yang sekarang ini.

Jika seseorang menganggap kualitas pelayanan sebagai suatu sikap,

penelitian Oliver mengemukakan bahwa:

1. Karena tidak adanya pengalaman dengan pemberi pelayanan sebelumnya,

ekspektasi pada awalnya menjukan tingkat kualitas pelayanan.

2. Pada pengalaman pertama dengan pemberi pelayanan, proses diskonfirmasi

menunjukan perbaikan terhadap pelayanan yang pertama.

3. Pengalaman selanjutnya akan menunjukan deiskonfirmasi yang lebih jauh,

yang memodifikasi kembali tingkat kualitas pelayanan.

4. Penjelasan kembali tentang tingkat kualitas pelayanan akan mengubah

intensitas berbelanja konsumen terhadap pemberi pelayanan tersebut.

Oleh karena itu, penelitian Oliver mengemukakan bahwa kualitas

pelayanan dan kepuasan konsumen adalah suatu konsep yang berbeda, tetapi

saling berhubungan, bahwa kepuasan menghubungkan efek kualitas pelayanan

sebelumnya untuk memperbaiki kualitas pelayanan yang akan diberikan. Dengan

demikian kepuasan secara cepat menjadi bagian dari kualitas pelayanan yang telah

diperbaiki.

2.2.3.2 Jasa

Jasa menurut Gummesson (1987) adalah something which can be bought

(44)

jasa bisa dipertukarkan namun kerap kali sulit dialami atau dirasakan secara fisik.

Sedangkan kotler (1996), mendefinisikan jasa sebagai setiap “tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

kepemiklikan sesuatu”. Definisi lain yang dikemukakan oleh Gronroos (2000)

“jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang

biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan

karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau system penyedia

jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan”. Menurut Gronroos

(2000), interaksi antara pelanggan dan penyedia jasa kerapkali terjadi dalam jasa,

sekalipun pihak-pihak yang terlibay mungkin tidak menyadarinya. Selain itu,

dimungkinkan ada situasi dimana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi

langsung dengan perusahaan jasa Zeithaml dan Bitner dalam (yadid 2001)

mendefinisikan jasa yaitu mencakup semua aktivitas ekonomi yang outputnya

bukannya produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan

produksinya dilakukan pada waktu yang sama (stimultan), dan nilai tambah yang

diberikannya dalam bentuk yang secara prinsip intangible (kenyamanan, hiburan,

kecepatan dan kesehatan) bagi pembeli utamannya.

Pelanggan bukan hanya semata-mata membeli barang atau jasa, namun

mereka membeli manfaat yang diberikan oleh barang atau jasa yang bersangkutan

(Levitt, 1980). Mereka membeli penawaran semacan ini mencerminkan jasa atau

layanan bagi pelanggan dan customer-perceived service tersebut memberikan nilai

(45)

menawarkan jasa atau layanan bagi pelanggan terlepas dari apapun bentuk produk

yang dihasilkannya. Nilai suatu barang dan jasa bagi pelanggan tidak dihasilkan

dipabrik atau kantor perusahaan jasa, namun justru diciptakan dalam customers

value-generating process sewaktu pelanggan individual maupun pelanggan

industrial memanfaatkan atau menggunakan solusi atau paket penawaran yang

mereka beli (Gronroos, 2000).

Jasa memiliki emoat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi

terhadap rancangan pemasaran (Tjiptono dan Chandra, 2005):

1. Intangibility

Jasa bersifat intangible artinya, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium,

didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikomsumsi. Konsep intangible

memiliki dua pengertian: (1) sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak

dapat dirasakan; dan (2) sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, dirumuskan

atau dipahami secara rohaniah.

2. Inseparibility

Barang biasanya diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual baru dikonsumsi.

Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi

dan dikonsumsi poada waktu dan tempat yang sama. Interaksi antar penyedia

jasa dan konsumen merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya

mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa bersangkutan.

3. Variability

Jasa bersifat variabel karena merupakan nonstandarized output, artinya

(46)

kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Terdapat tiga faktor yang

nmenyebabkan variabilitas jasa; (1) kerja sanma atau partisipasi konsumen

selama penyampaian jasa; (2) moral atau motivasi karyawan dalam melayani

konsumen; dan (3) beban kerja perusahaan kesemuanya ini menyebabkan

perusahaan jasa sulit mengembangkan citra merek yang konsisten sepanjang

waktu.

4. Perishability

Perishability artinya jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama, tidak

dapat disimpan untuk pemakaian ulang diwaktu datang, dijual kembali, atau

dikembalikan. Apabila permintaan berfluktuasi maka perusahaan tersebut

menghadapi masalah yang sulit. Kegagalan memenuhi permintaan puncak

bakal menimbulkan ketidakpuasan konsumen dan dalam banyak kasus

kualitas jasa mengalami penurunan signifikan.

2.2.4 Loyalitas

Loyalitas adalah respon perilaku atau pembelian yang bersifat bias dan

terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan

satu atau lebih merek alternative dari sejumlah merek sejenis dan merupakan

fungsi proses psikologis. Namun perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbeda

dengan perilaku beli ulang, loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan

didalamnya (Dharmmesta, 1999).

Orientasi perusahaan masa depan mengalami pergeseran dari pendekatan

(47)

konvensional menekankan kepuasan pelanggan sedangkan pendekatan

kontemporer kebih berfokus pada loyalitas pelanggan, retensi pelanggan, zero

defections, lifelong customer. Menurut Schnaars dalam Tjiptono (2000), ada

empat macam kemungkinan hubungan antara kepuasan pelanggan dengan

loyalitas pelanggan: failures, forced loyality, defector, dan successes, sehingga

kepuasan tidak lagi menjadi variabel intervening terhadap loyalitas pelanggan.

Menurut Griffin (1996), pelanggan yang loyal adalah mereka yang sangat

puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk

memperkenalkannya pada siapapun yang mereka kenal.

Menurut Griffin (1996) karakteristik pelanggan yang loyal memiliki

indikator antara lain:

1. Melakukan pembelian secara teratur

2. Membeli diluar lini produk atau jasa.

3. Menolak produk atau jasa dari perusahaan lain

4. Kebal terhadap daya tarik pesaing

5. Menarik pelanggan baru untuk perusahaan

6. Kelemahan atau kekurangan akan diberitahukan kepada perusahaan.

Dari berbagai teori diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas nasabah

adalah kesetiaan nasabah setelah mengalami pelayanan yang dinyatakan dalam

perilaku untuk menggunakan jasa bank tersebut dan mencerminkan adanya ikatan

(48)

2.2.5 Pengaruh Service Performance dan Kepuasan Terhadap Loyalitas

2.2.5.1Pengaruh Service Performance terhadap Loyalitas Nasabah

Service performance adalah penilaian menyeluruh konsumen terhadap

hasil pelayanan yang dirasakan saat menerima pelayanan dari penyedia jasa.

Sedangkan loyalitas adalah respon perilaku/pembelian yang terungkap secara

terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikan satu atau lebih

merek alternative dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungís proses

psikologis. Loyalitas pelanggan menyertakan aspek perasaan didalamnya

(Dharmmesta,1999).

Menurut Griffin (1996), pelanggan yang loyal adalah mereka yang sangat

puas dengan produk atau jasa tertentu sehingga mempunyai antusiasme untuk

memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Dari berbagai teori

diatas, dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan adalah kesetian pelanggan

setelah mengalami pelayanan yang dinyatakan dalam perilaku untuk

menggunakan jasa pihak salon tersebut dan mencerminkan adanya ikatan jangka

panjang antara pihak salon dan pelanggan.

Alford dan Sherrell (1996), menyebutkan bahwa service performance

merupakan pridiktor yang baik bagi koalitas jasa/pelayanan. Hasil penelitian

Dharmayanti (2006) menunjukan bahwa service performance memiliki pengaruh

langsung yang kuat terhadap loyalitas pelanggan.

Service performance lebih bisa menjawab permasalahan yang muncul

dalam menentukan kualitas jasa karena bagaimanapun konsumen hanya akan bisa

(49)

persepsi mereka atas koalitas jasa pada umumnya (Bolton dan Drew, 1991;

Cronin dan Taylor, 1992, 1994; Teas 1994) dari beberapa teori diatas dapat

disimpulkan bawa service performance adalah penilaian menyeluruh konsumen

terhadap hasil pelayanan yang dirasakan saat menerima pelayanan dari penyedia

jasa, sehingga koalitas jasa/pelayanan lebih tepat dan spesifik menggunakan

model SERVPERF

2.2.5.2Pengaruh Service Performance terhadap Kepuasan Nasabah

Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan

disampaikan oleh Ziethaml dan Bitner (2000: 76) yang menyatakan bahwa:

customer satisfaction Hill be influenced a product or service features by

perceptions of quality”.

Lebih lanjut Ziethaml dan Bitner (2000: 74): menyatakan bahwa

satisfaction is generally viewed as a broader a concept while service quality

assessment focuses specifically on dimensions of service”.

Menurut Kotler (1997: 57) menyatakan bahwa :pelanggan akan merasa

puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang

(50)

Gambar 2.3 : Customer Peceptions of Quality and Customer Satisfaction

Sumber : Valeria A. Zeithaml, Mary Jo Bitner, 2000, Service Marketing,

Integrating Customer Focus, Across The Firm, Irwin, Mc Graw Hill. Hal. 75

2.2.5.3Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah

Menurut Kotler (1997), menyatakan bahwa konsumen yang puas memiliki

profitabilitas untuk melakukan pembelian ulang lebih tinggi dan

kecenderungannya untuk memberikan informasi positif kepada orang lain.

Karakteristik pelanggan yang loyal (melakukan pembelian secara teratur dan

bersedia merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan jasa

perusahaan), maka berdasarkan pendapat orang lain ini dapat dikatakan bahwa

kepuasan berpengaruh positif terhadap pembentukan loyalitas pelanggan.

Menurut Fornell (1992), dalam Fandy Tjiptono (1997) loyalitas pelanggan

(51)

pengalihan) dan keluhan (voice complaint) ia merumuskan loyalitas pelanggan

sebagai berikut:

Loyalitas = (customer satisfaction, switching barriers, voice) Teori

tersebut berarti loyalitas pelanggan merupakan suatu variabel endogen yang

disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan pelanggan sehingga loyalitas pelanggan

merupakan fungsi dari kepuasan pelanggan. Jika hubungan antara kepuasan

pelanggan dengan loyalitas pelanggan positif maka kepuasan pelanggan yang

tinggi akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Dan bila loyalitas pelanggan

terbentuk maka profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan perusahaan akan

terjamin.

Pada kondisi lain menyebutkan bahwa kepuasan adalah konsep inti untuk

loyalitas yang mana loyalitas tidak akan ada tanpa kepuasan, dan bahwa kepuasan

adalah dasar dari loyalitas. Loyalitas terjadi karena adanya pengaruh

kepuasan/ketidakpuasan dengan produk tersebut yang berakumulasi secara terus

menerus disamping adanya persepsi tentang koalitas produk (Boulding, Staelin,

dan Zeithaml, 1993), (Bloemer, Ryuter dan Peerers, 1998). Oliver (1999)

menyatakan bahwa kepuasan memeliki peran penting dalam membentuk loyalitas,

terutama loyalitas yang berada pada tahap efektif. Kepuasan yang mendasari

terbentuknya loyalitas afektif dapat didasarkan atas kualitas (quality-based), atau

atas dasar harga (price-based). Loyalitas afektif yang didasari oleh kepuasan

masih rentan berpindah merek. Kerentanan itu terutama disebabkan oleh upaya

persuasif dari pesaing agar berpindah merek, keinginan untuk mencoba merek lain,

(52)

disimpulkan bahwa outcomes dari kepuasan adalah loyalitas, dan kepuasan

memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas.

Selanjutnya James and Sasser (1994: 746) yang menyatakan bahwa

hubungan antara kepuasan dan loyalitas pelanggan digambarkan dengan garis

lupus yang memiliki satu arah, artinya jika satu perusahaan meningkatkan

kepuasan pada pelanggan maka loyalitas pelanggan juga meningkat, demikian

pula sebaliknya apabila suatu perusahaan menurunkan kepuasan pelanggan maka

secara otomatis pelanggan juga ikut Turun. Pengaruh kepuasan pelanggan

terhadap loyalitas pelanggan dapat dijelaskan dengan gambar sbb:

Gambar 2.4 : Relationsip Between Satisfaction and Dissatisfaction

L

10 12 14 Overall Satisfaction

10 60 80

Sumber : Jones, Thomas and W Earl Sasser, Jr. Marketing, Second Edition, Mc

Graw Hill Inc, United States of America, 1994, p. 746

Gambar diatas menunjukan bahwa kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan merupakan hubungan kasual/sebab akibat. Hal tersebut disebabkan

karena dalam kondisi pasar yang menawarkan produk dan jasa bervariasi sehingga

konsumen mempunyai banyak pilihan produk penjualan. Dengan demikian

(53)

merupakan penyebab terjadinya loyalitas pelanggan sehingga kepuasan pelanggan

(54)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.5

Tangible X 1.1

Reliability X 1.2

Responsivenes

X 1.3

Ansurance X 1.4

Service Performance

X1

Loyalitas Y

Kepuasan X.2

(55)

42

2.4 Hipotesis

H1 : Diduga service performance berpengaruh positif terhadap loyalitas

nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

H2 : Diduga service performance berpengaruh positif terhadap kepuasan

nasabah Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

H3 : Diduga kepuasan berpengaruh positif terhadap loyalitas nasabah

Bank BNI Syariah cabang Surabaya.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Variable-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

variable. Variable-variable tersebut adalah sebagai berikut :

1. Service Performance (X1) adalah kinerja dari pelayanan yang diterima oleh

konsumen itu sendiri dan menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar

mereka rasakan. Diukur berdasarkan skala SERVPERF dari Cronin dan

Taylor (1992, 1994) dengan menggunakan 15 item pertanyaan yang

dikembangkan dari persepsi nasabah terhadap kinerja yang diterima dan

dirasakan.

(X.1.1) Tangible (Bukti fisik)

Ditujukan oleh aspek-aspek yang nyata,dapat dilihat,dirasa khususnya

oleh konsumen. Tangible terdiri dari indikator-indikator:

(X.1.1.1) Bank BNI Syariah Cabang Surabaya memiliki akses ATM yang

bisa dinikmati semua nasabah baik dikota-kota maupun

didaerah-daerah.

(X.1.1.2) Fasilitas Gedung dan tempat parkir yang ada pada Bank BNI

Syariah Cabang Surabaya sudah sesuai dengan jenis jasa yang

disediakan.

(X.1.1.3) Penampilan dari karyawan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

(57)

(X.1.2) Reliability (Kehandalan)

Kehandalan merupakan aspek-aspek system pelayanan yang diberikan.

Khususnya dalam hal kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan

pelanggan dengan reality dari pelayanan yang diberikan. Reliability

terdiri indikator-indikator:

(X.1.2.1) Bank BNI Syariah Cabang Surabaya menyampaikan jasa sesuai

dengan waktu yang dijanjikan.

(X.1.2.2) Bank BNI Syariah Cabang Surabaya dapat diandalkan dalam

menangani masalah jasa pelanggan.

(X.1.2.3) Karyawan Bank BNI menyimpan catatan atau dokumen tanpa

membuat kesalahan.

(X.1.3) Responsiveness (Daya Tanggap)

Daya tanggap merupakan keinginan perusahaan untuk mewujudkan

harapan konsumen dengan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan.

Responsiveness terdiri dari indikator-indikator:

(X.1.3.1) Karyawan dari Bank BNI Syariah Cabang Surabaya selalu

menginformasikan kepada nasabah tentang kepastian waktu

penyampaian jasa.

(X.1.3.2) Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya selalu memberikan

pelayanan yang segera atau cepat.

(X.1.3.3) Karyawan Bank BNI Cabang Surabaya selalu bersedia untuk

(58)

(X.1.4) Assurance (Jaminan)

Kepastian adalah pemberian jaminan bahwa jasa yang diberikan sesuai

dengan janji, memberikan keyakinan, keamanan dan kemampuan

kompetisi dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar

yang sifatnya memberikan garansi dari penyedia jasa pada pemegang

konsumen. Assurance terdiri dari indikator-indikator:

(X.1.4.1) Karyawan Bank BNI Syariah cabang Surabaya dapat

menumbuhkan rasa percaya pada nasabahnya.

(X.1.4.2) Karyawan dari Bank BNI Syariah Cabang Surabaya yang secara

konsistin selalu bersikap sopan kepada para nasabah.

(X.1.4.3) Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya dapat membuat para

nasabah merasa aman ketika melakukan transaksi.

(X.1.5) Empathy

Empati merupakan kemudahan dalam mendapatkan pelayanan,

keramahan, dan kemampuan memahami konsumennya. Begitu dalam

Empathy terdiri dari indikator-indikator:

(X.1.5.1) Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya selalu memberikan

perhatian secara individu terhadap para nasabah.

(X.1.5.2) Karyawan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya selalu memahami

kebutuhan atau kepentingan para nasabah.

(X.1.5.3) Waktu operasi atau jam kerja kantor dari Bank BNI Syariah Cabang

(59)

Masing-masing pernyataan menggunakan skala Likert satu sampai tujuh. Angka

satu mewakili sangat tidak setuju dan angka tujuh mewakili sangat setuju.

2. Kepuasan Nasabah (X2) adalah perasaan yang dirasakan nasabah dari kinerja

perusahaan yang memenuhi harapan mereka. Diukur berdasarkan indikator

yang dinyatakan sebagai persepsi perasaan nasabah dikembangkan dari teori

Naumann dan Giell, 1995:

(X.2.1) Beban biaya adalah biaya administrasi yang dibebankan oleh Bank

BNI Syariah Cabang Surabaya kepada nasabah.

(X.2.2) Citra Perusahaan adalah citra Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

sebagai Bank yang berbasis Islam dimata nasabah.

(X.2.3) Keputusan menggunakan layanan jasa adalah harapan akan jasa

layanan yang diberikan.

Masing-masing item pernyataan menggunakan skala Likert satu sampai tujuh.

Angka satu mewakili sangat tidak puas dan angka tujuh mewakili sangat puas.

3. Loyalitas Nasabah (Y) adalah kesetiaan nasabah setelah mengalami pelayanan

yang dinyatakan dalam perilaku untuk menggunakan jasa bank tersebut dan

mencerminkan adanya ikatan jangka panjang antara bank dan nasabah. Diukur

berdasarkan pendekatan perilaku loyalitas menurut Griffin (1996), Melalui

beberapa indikator loyalitas dengan menggunakan item pernyataan:

(Y.1) Melakukan kunjungan secara teratur pada Bank BNI Syariah Cabang

(60)

(Y.2) Menolak produk atau jasa dari Bank lainnya

(Y.3) Kesetiaan pada produk Bank BNI Syariah Cabang Surabaya

(Y.4) Menarik Nasabah baru untuk perusahaan

(Y.5) Kelemahan atau kekurangan akan diberitahukan pada Bank BNI Syariah

cabang Surabaya

Masing-masing item pernyataan menggunakan skala Likert satu sampai tujuh.

Angka satu mewakili sangat tidak mungkin dan angka tujuh mewakili sangat

mungkin.

3.2 Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variable X1, X2, dan Y digunakan skala interval yang

menggunakan semantic deferential scale, yaitu skala sikap yang menggunakan 2

kutub bipolar yang saling berlawanan dan garis continue. Skala semantic

deferintial mempunyai 1-7 point dengan penilaian yang ekstrim dan mengikuti

pola sebagai berikut:

Sangat Jelek Sangat Bagus

1 7

3.3 Tehnik Penentuan Sampel

a. Populasi

Sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai

karakteristik tertentu. Populasi yang digunakan adalah para nasabah yang

Gambar

Tabel  4.21  Evaluasi Kriteria Goodness of fit Indeces..................................
Tabel 1.2 : Jumlah tutup rekening tabungan secara langsung atau tidak
Tabel 1.3 : Jumlah komplain nasabah tabungan Bank BNI Cabang Surabaya
Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbicara masalah manajemen produksi maka yang dimakksud adalah suatu badan usaha Berbicara masalah manajemen produksi maka yang dimakksud adalah suatu badan usaha yang di

Keadaan sinyal yang dihasilkan kembali ke aslinya tidak akan sama dengan sinyal yang dikirimkan.perbedaan antara sinyal output decoder engan sinyal input encoder

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, secara berkala, atau apabila diminta, pengelola data dan informasi Kankemenag Kab./Kota menyampaikan rekapitulasi izin operasional

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa (1)motivasi belajar membaca Al- Qur’an anak dapat dilihat dari dalam diri anak maupun lingkungan anakdan kegiatan outbound sebagai

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN MIND MAP MATA PELAJARAN PKn BAGI SISWA KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO SLEMANi. SEMESTER GENAP TAHUN

Kelebihan VHOL adalah dari segi: a) Meningkatkan produktiviti. b ) Meminimumkan kos dan masa yang digunakan. e ) Ala tan yang independence. 23 University of Malaya.. Seseb u ah

összefoglalva az eddigieket, megállapíthatjuk, hogy ebben a korszakban a magyar tanügy és a magyar nyelvtudomány ha- ladó munkásainak sok nehéz feladatot kellett

 Penyetelan waktu tunda pada rele arus lebih atau rele hubung tanah terlalu lama untuk nilai gangguan arus yang terjadi, sehingga timbul akumulasi. panas yang melampaui