• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Induk Investasi Air Limbah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Induk Investasi Air Limbah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana induk air limbah ditujukan untuk menciptakan kehidupan yang sehat di Bogor dimana pengumpulan, transportasi, pengolahan dan pembuangan akhir / penggunaan kembali air limbah (“manajemen air limbah”) didasari oleh prinsip keberlanjutan.

 Segera mengubah perilaku 4.7% masyarakat dalam pembuangan air besar di tempat terbuka. Guna mendukung status bebas buang air besar sembarangan / Open Devication Free (ODF) tahun 2015;

 Melayani masyarakat yang tinggal di kondisi permukiman yang tidak sehat. Hal ini sesuai dengan area dengan risiko sanitasi tinggi seperti yang tercantum dalam studi EHRA

 Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur air limbah perkotaan sedemikian rupa sehingga beban pencemaran Bogor sebesar 62% yang terdapat di lingkungan ,setidaknya dapat berkurang menjadi 15% pada tahun 2030 . Lihat gambar 4.1 mengenai pertumbuhan beban BOD selama perioda perencanaan tanpa adanya investasi untuk air limbah

 Ketegasan,keputusan dan indikasi-indikasi dari penyiapan ruang untuk “kerangka” infrastruktur jangka panjang (2030) untuk memenuhi tingkat pelayanan air limbah terpusat di area jalur komersil (Linear Commercial Areas- LCA) dan yang berdekatan dengan area berkepadatan tinggi tahun 2015

 Meningkatkan zona tangkapan air limbah untuk IPAL Tegal Gundil

 Pengembangan kerangka hukum dan kelembagaan yang berkelanjutan untuk pencapaian target pengelolaan, operasi dan pemeliharaan fasilitas air limbah di tahun 2015;

 Memotivasi penduduk, perusahaan-perusahaan komersial dan lembaga untuk melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara fasilitas air limbah yang memadai;

 Mengembangkan kapasitas fisik, keuangan dan pengetahuan tentang perbaikan limbah di semua tingkat: pemerintah, lembaga, perusahaan komersial, lingkungan dan masyarakat

Error: Reference source not

1.1

Target dan tujuan strategis rencana induk air limbah

4.1.1 Target rencana induk air limbah

(2)

Gambar 4.1: Pertumbuhan Beban Polusi

0 10 000 20 000 30 000 40 000 50 000 60 000

2010 2015 2020 2030

mgBOD/day

years

Pollution load Bogor

BOD removed by treatment systems

BOD load unacceptable commercial enterprises

BOD load acceptable facilities commercial enterprises

BOD load unacceptable on-site facilities

BOD load acceptable on-site facilities

BOD load unacceptable intermediate systems

BOD load acceptable intermediate systems

BOD load off-site

BOD load-non served households

Sumber : Analisa Konsultan dan POKJA

 Sejalan dengan prinsip pemerintahan yang bersih, dibutuhkan transparansi berkaitan dengan tanggung jawab pengolalaan air limbah di level perkotaan, lingkungan, rumah tangga, perusahaan dan institusi;

 Sejalan dengan prinsip pemerintahan bersih, dibutuhkan ketegasan dalam pemisahan fungsi antara pembuat kebijakan, peraturan dan operasional dan perawatan;

 Martabat manusia, kualitas hidup dan perlindungan lingkungan pada tingkatan rumah tangga,

perusahaan dan institusi harus menjadi pusat pendekatan dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan permintaan masyarakat Bogor dan sesuai peraturan national:

− Solusi harus sesuai dengan spectrum social, ekonomi, kelembagaan,kesehatan dan lingkungan; − Lingkungan rumah tangga dan masyarakat harus dilindungi;

− Peluang ekonomi dan pemanfaatan ulang harus menjadi pertimbangan;

 Sejalan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, pengambilan keputusan harus melibatkan partisipasi semua stakeholder, terutama konsumen dan penyedia jasa:

− Pengambilan keputusan di semua tingkatan harus didasarkan pada pilihan informasi;

− Insentif untuk penyediaan dan konsumsi layanan dan fasilitas harus konsisten terhadap tujuan secara menyeluruh dan obyektif;

− Hak-hak konsumen dan penyedia harus diimbangi dengan tanggung jawab kepada masyarakat yang lebih luas dan lingkungan;

 Penanganan limbah dan lumpur harus mempertimbangkan sumber daya, dan pengelolaannya harus menjadi bagian holistik dari sumber daya air secara terpadu, aliran nutrient dan proses pengelolaan limbah:

(3)

− Input harus dikurangi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari keamanan air dan lingkungan; − Ekspor efluen dan lumpur tinja harus diminimalkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi

penyebaran polusi;

 Domain di mana masalah-masalah sanitasi lingkungan yang diselesaikan harus disimpan dengan ukuran praktis minimum (rumah tangga, masyarakat, kelurahan, kecamatan, tangkapan, dan kota) dan limbah sesedikit mungkin.

− Limbah harus dikelola sedekat mungkin dengan sumbernya; − Tambahan teknologi untuk sanitasi limbah;

− Penggunaan kembali harus dikembangkan;

 Investasi bertujuan untuk memperbaiki kondisi sanitasi dalam jangka waktu mendesak dan tidak sebagai program yang mubazir .Harus mengikuti pola investasi yang merupakan bagian dari visi jangka panjang.

 Strategi pelayanan air limbah kota Bogor sesuai dengan zona system yang ditentukan kota, yaitu zona pelayanan barat, zona pelayanan tengah dan zona pelayanan timur. Zona-zona ini harus mengikuti zona alami saluran air hujan kota untuk mengihindari kebutuhan pemompaan yang tidak perlu.

Sejalan dengan target dan tujuan dari master plan air limbah, beberapa area sebagai berikut harus menjadi prioritas:

 Area Komersial dengan usaha seperti mall, hotel, restoran, dll, yang mampu memberikan kontribusi finansial untuk menutupi biaya operasi dan pemeliharaan institusi pengelola air limbah profesional;

 Area dimana masyarakat tinggal di wilayah dengan risiko sanitasi tingi . Hal ini tercermin dalam EHRA;

 Area di mana ada banyak terjadi pembuangan air limbah secara sembarangan, ini adalah secara umum daerah dimana pada saat ini cakupan fasilitas air limbah relatif rendah;

 Area dimana relatif biaya-efektif untuk menerapkan perbaikan air limbah: daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan rendahnya cakupan fasilitas air limbah.

4.2.1.1. Kawasan Komersial

Kota Bogor tidak mempunyai kawasan bisnis terpusat (Central Bisnis District) yang spesifik, kawasan komersil berupa usaha niaga dan perhotelan pada umumnya berkembang disepanjang jalan protokol, dan dikelompokkan menjadi Linear Commercial Areas (LCA). Kota bogor mempunyai LCA utama, yaitu:

 Kawasan niaga pada zona timur meliputi sepanjang Jl Pajajarany, Jl Pandu, Jl Raya Bogor.

 Kawasan niaga pada zona tengah meliputi sepanjang Jl Tajur, Jl Pahlawan, Jl Siliwangi, Jl Suryakencana, Jl Merdeka, Jl KH Soleh Iskandar.

4.2.1.2. Area Prioritas berdasarkan area berisiko sanitasi (EHRA )

Nilai risiko sanitasi EHRA terbaru untuk Bogor disusun pada tahun 2010 dan telah menghasilkan nilai per Kelurahan berdasarkan karakteristik rumah, sumber air minum, kebiasaan sanitasi tercermin dalam kenyataan apakah orang mencuci tangan mereka dengan sabun sebelum makan dan bagaimana mereka menangani kotoran anak-anak, manajemen limbah padat, kondisi fisik jalan di daerah itu, fasilitas air limbah: baik untuk black water dan untuk grey water, air terkait dan penyakit yang disebabkan oleh air dan pencapaian pesan dari media kepada masyarakat

1.2

Prioritas Area dan Priorisasi

(4)

4.2.1.3. Kawasan dengan BAB di tempat terbuka:

4.7% dari penduduk Kota Bogor melakukan BAB secara terbuka (Open Defecation : OD). Penilaian EHRA 2010 untuk masing-masing kelurahan, dapat dilihat pada Gambar 4.2 untuk lebih rincinya, teridentifikasi 9 Kelurahan dengan Perilaku OD yang sangat tinggi, area-area tersebut terpilih karena intervensi prioritas dan berwarna merah pada peta. Prosentase besarnya OD pada 9 Kelurahan tersebut juga termasuk dalam 11 area prioritas utama, dan dapat dilihat pada bagian 4.2.2 – Prioritas terhadap waktu intervensi.

Gambar 4.2: Data EHRA untuk OD setiap Kelurahan

2%

2%

2%

2%

3%

3%

3%

4%

4%

4%

5%

6%

7%

7%

7%

7%

8%

8%

9%

10%

11%

12%

19%

20%

20%

23%

27%

27%

53%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 55% 60%

. PASIRKUDA

. TANAHBARU

. MULYAHARJA

. HARJASARI

. CIMAHPAR

. PALEDANG

. SUKADAMAI

. SINDANGBARANG

. KERTAMAYA

. KEDUNGHALANG

. CILENDEK BARAT

. SEMPLAK

. SUKASARI

. SUKARESMI

. MENTENG

. PAMOYANAN

. CIKARET

. BABAKANPASAR

. PASIRJAYA

. GENTENG

. CIWARINGIN

. CURUGMEKAR

. PANARAGAN

. CIBADAK

. KENCANA

. CILUAR

. KATULAMPA

. GUDANG

. BONDONGAN

% Open Defecation

villages

Existing Open Defecation 2010

4.2.1.4. Kawasan dengan cakupan pelayanan air limbah rendah dan kepadatan penduduk

Informasi cakupan pelayanan air limbah dan kepadatan penduduk.tersedia per kelurahan.”Kurangnya cakupan” pelayanan dikalikan dengan kepadatan penduduk menghasilkan nilai /score yang dapat digunakan sebagai pemilihan area perbaikan pelayanan air limbah.

Skor Resiko Sanitasi EHRA digunakan untuk mengidentifikasi area-area pleaksanaan intermediate. 11 Kelurahan yang tertinggi telah dimasukkan kedalam area yang membutuhkan perbaikan selama periode tahun 2010 – 2015. Gambar 4.3 menunjukkan lokasi-lokasi wilayah yang teridentifikasi dan Tabel 4.2 menunjukkan 11 kelurahan yang dimaksud

(5)
[image:5.595.172.366.168.447.2]

Gambar 4.3: Kelurahan dengan Prioritas Tinggi

Prioritas area penanganan air limbah ditentukan berdasarkan hasil analisa studi EHRA terhadap area berisiko yang disebabkan karena rendahnya cakupan pelayanan sanitasi. Cakupan pelayanan sanitasi yang dimaksud adalah cakupan untuk sarana air limbah (dengan score 75%) dan gabungan cakupan sarana air bersih, drainase dan persampahan dengan score 25%. Pembagian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa prioritas area ditentukan untuk mendukung kegiatan pengembangan air limbah. Sebagai Alternatif, Cakupan Wilayah Fasilitas Air Limbah dan Kepadatan penduduk dapat digunakan. Informasi mengenai cakupan fasilitas air limbah dan kepadatan penduduk kotor dari setiap kelurahan telah tersedia. ‘kurangnya cakupan’ dikalikan dengan kepadatan penduduk kotor maka akan didapatkan angka. Hal ini juga dapat digunakan dalam prioritas.

Table 4.2 EHRA risk score

No. ID. Kelurahan Score RANKING

1 4.2 KEL. GUDANG 65.7 1

2 4.3 KEL. BABAKANPASAR 64.3 2

3 2.4 KEL. KATULAMPA 60.0 3

4 1.10 KEL. PAKUAN 54.9 4

5 5.14 KEL. SEMPLAK 54.8 5

6 1.14 KEL. BONDONGAN 54.6 6

7 1.9 KEL. MUARASARI 53.1 7

8 5.10 KEL. MARGAJAYA 51.4 8

9 5.3 KEL. PASIRJAYA 50.4 9

[image:5.595.63.539.599.762.2]
(6)

No. ID. Kelurahan Score RANKING

11 1.16 KEL. CIKARET 49.9 11

12 3.5 KEL. CILUAR 47.5 12

13 4.1 KEL. PALEDANG 47.3 13

14 1.8 KEL. HARJASARI 46.3 14

15 5.8 KEL. CILENDEK BARAT 45.2 15

16 2.3 KEL. TAJUR 44.0 16

17 5.16 KEL. CURUG 43.7 17

18 2.6 KEL. SUKASARI 41.5 18

19 5.6 KEL. MENTENG 41.0 19

20 3.7 KEL. KEDUNGHALANG 40.5 20

21 4.9 KEL. PANARAGAN 39.5 21

22 4.11 KEL. CIWARINGIN 38.4 22

23 5.13 KEL. BUBULAK 38.4 23

24 4.10 KEL. KEBON KALAPA 37.2 24

25 6.6 KEL. SUKARESMI 35.1 25

26 5.2 KEL. PASIRKUDA 34.9 26

27 1.1 KEL. MULYAHARJA 34.4 27

28 5.9 KEL. SINDANGBARANG 34.0 28

29 4.8 KEL. CIBOGOR 33.2 29

30 5.15 KEL. CURUGMEKAR 32.1 30

31 1.4 KEL. GENTENG 32.1 31

32 1.2 KEL. PAMOYANAN 31.8 32

33 3.8 KEL. CIPARIGI 31.4 33

34 3.2 KEL. TEGALGUNDIL 31.0 34

35 5.7 KEL. CILENDEK TIMUR 30.9 35

36 6.1 KEL. KEDUNGWARINGIN 29.4 36

37 5.12 KEL. SITUGEDE 29.0 37

38 4.7 KEL. PABATON 28.2 38

39 6.7 KEL. SUKADAMAI 27.5 39

40 3.6 KEL. CIBULUH 27.3 40

41 2.2 KEL. SINDANGRASA 27.0 41

42 1.7 KEL. BOJONGKERTA 26.4 42

43 1.13 KEL. BATUTULIS 26.0 43

43 3.4 KEL. CIMAHPAR 26.0 43

45 5.4 KEL. GUNUNGBATU 25.0 45

46 4.6 KEL. SEMPUR 24.7 46

47 3.3 KEL. TANAHBARU 23.2 47

48 1.5 KEL. KERTAMAYA 22.6 48

49 6.10 KEL. MEKARWANGI 22.3 49

50 6.3 KEL. KEBONPEDES 20.7 50

51 1.15 KEL. EMPANG 20.2 51

(7)

No. ID. Kelurahan Score RANKING

53 6.8 KEL. CIBADAK 20.1 53

54 5.11 KEL. BALUMBANGJAYA 20.0 54

55 6.11 KEL. KENCANA 19.8 55

56 5.1 KEL. PASIRMULYA 19.8 56

57 5.5 KEL. LOJI 18.2 57

58 1.6 KEL. RANCAMAYA 17.4 58

59 4.4 KEL. TEGALEGA 17.1 59

60 6.5 KEL. KEDUNGBADAK 17.0 60

61 1.11 KEL. CIPAKU 16.1 61

62 1.3 KEL. RANGGAMEKAR 15.5 62

63 2.5 KEL. BARANANGSIANG 14.9 63

64 6.9 KEL. KAYUMANIS 13.9 64

65 3.1 KEL. BANTARJATI 13.7 65

66 6.4 KEL. TANAHSEREAL 13.3 66

67 4.5 KEL. BABAKAN 12.8 67

68 6.2 KEL. KEDUNGJAYA 11.9 68

Tabel 4.2. dan Gambar 4.3. menunjukkan hasil penentuan area prioritas berdasarkan Skor Resiko Sanitasi EHRA yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Pada Lampiran D.2 dapat dilihat untuk analisa prioritas yang lebih lengkap.

Area Prioritas Tinggi pada tahun 2015: (populasi penduduk di Kelurahan saat ini 158,000 jiwa) Kel.

Gudang, Kel Babakan Pasar, Kel.Katulampa, Kel Pakuan, Kel Semplak, Kel Bondongan, Kel Muarasari, Kel Margajaya, Kel Pasirjaya, Kel Sindangsari, Kel Cikaret.

Area Prioritas pada tahun 2020 : (populasi penduduk di Kelurahan saat ini 247,000 jiwa) Kel

Ciluar,Kel Paledang, Kel Harjasari, Kel Cilendek Barat,Kel Tajur, Kel Curug, Kel Sukasari, Kel Menteng, Kel Kedunghalang, Kel Panaragan, Kel Bubulak, Kel Kebon Kalapa.

(8)

Perihal situasi yang sangat diinginkan pada masa yang akan datang telah diidentifikasi oleh Konsultan berdasarkan strategi yang ada pada SSK Kota Bogor tahun 2010 dan juga hasil diskusi dengan tim POKJA Sanitasi. Rincian dari target dan cakupan untuk rentang waktu akan dibahas dengan tim POKJA setelah penyampaian laporan ini. Tabel 4.3 menunjukkan rincian target dan rentang waktu yang akan dicapai.

Tabel 4.1: Kondisi yang diharapkan di masa yang akan datang di Kota Bogor

Description WWMP Bogor Unit 2010 2015 2020 2030

Summary

Open defecation % total 4.7% 0% 0% 0.0%

Coverage sanitation % 95.3% 100% 100% 100%

Coverage inacceptable systems % total 56.7% 24.2% 9% 0%

Total coverage open defecation and

inacceptable systems % total 61.4% 24.2% 9% 0%

Coverage acceptable systems % total 38.6% 75.8% 91% 100%

Coverage sanitation % total 95.3% 100% 100% 100%

Coverage acceptable off-site systems % total 0.2% 2.3% 5.0% 12.4%

Coverage inacceptable off-site systems % total 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Coverage acceptable intermediate systems % total 1.0% 5.9% 9.5% 13.3%

Coverage unacceptable intermediate systems % total 0.5% 0.0% 0.0% 0.0%

Coverage acceptable on-site systems % total 37% 67.6% 76.5% 74.3%

Coverage unacceptable on-site systems % total 56% 24.2% 9.0% 0.0%

Coverage septage collection % production 8% 50% 100% 100%

BOD load %BOD

produced 57% 34.8% 22.5% 15.2%

Sumber : MMI

Sejalan dengan tujuan dan target strategis yang telah ditetapkan, kami telah mengidentifikasikan beberapa kondisi masa depan sebagai berikut:

 Pada tahun 2015:

− Mencapai status Open Defecation Free (ODF);

− Mengurangi jumlah fasilitas air limbah yang tidak memenuhi syarat hingga 2/3 dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2010;

− Dikembangkan sebuah “embryo” off-site sistem di satu area komersial dan berdekatan dengan kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi;

− Peningkatan pengumpulan lumpur tinja menjadi 75% pada semua sistem sanitasi setempat dan semua pengumpulan lumpur tinja tersebut diolah dengan aman dan ramah Iingkungan;

Meningkatkan jumlah sambungan ke IPAL Tegal Gundil dengan sistem pengumpulan limbah menjadi 900 sambungan.

− Peningkatan kinerja pengolahan IPAL Tegal Gundil dengan pengoperasian yang lebih baik.

4.3.

Kebutuhan yang akan datang

(9)

 Pada tahun 2020:

− Tidak ada fasilitas air limbah yang tidak layak;

− Instalasi pengolahan Tegal Gundil akan mencapai 2/3 dari kapasitas maksimum, melayani 2000 hingga 3000 sambungan rumah;

− Total 25% dari kawasan padat penduduk terlayani oleh sistem terpusat;

− Sistem pengumpulan lumpur tinja melayani 100% sistem sanitasi setempat dan pengolahan lumpur tinja dilaksanakan secara baik;

− Total 50% biaya operasional dan perawatan dapat di biayai oleh pembayaran tarif layanan (maksimum sibsidi 50%);

− Memulai pengembangan pipa induk dan STP di zona Pusat dan pengumpulan limbah di zona Timur, yang memungkinkan 16.000 sambungan.

 Pada tahun 2020:

− Total 50% kawasan padat penduduk dan komersial dilayani oleh sistem terpusat; − Sisa 50% dari kawasan padat penduduk dilayani oleh sistem intermediate;

− Perluasan pipa induk air limbah di zona Pusat dan pengumpul air limbah di zona Timur dan peningkatan kapasitas dua IPAL, untuk memenuhi 52 000 sambungan

− Seluruh biaya operasional dan perawatan dapat dipenuhi dari hasil pembayaran retribusi (tidak ada subsidi).

Kondisi yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4: Situasi Yang diharapkan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

2010 2015 2020 2030

Coverage systems % households

years

Coverage Bogor

Unacceptable on-site systems

Acceptable on-site systems

Unacceptable intermediate systems

Acceptable intermediate systems

Acceptable off-site systems

Gambar

Gambar 4.2: Data EHRA untuk OD setiap Kelurahan
Table 4.2 EHRA risk score
Tabel 4.2. dan Gambar 4.3. menunjukkan hasil penentuan area prioritas berdasarkan Skor Resiko Sanitasi EHRA yang telah dijelaskan pada paragraph sebelumnya
Tabel 4.1:Kondisi  yang diharapkan di masa yang akan datang di Kota Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pembelajaran Student Teams Achievement Division

Sedangkan manfaatnya adalah mempercepat dalam proses pembuatan laporan penggajian perbulan dari sistem manual ke sistem komputerisasi yang akan mempermudah pekerjaan dan

How does the mechanism of separation for a microporous membrane differ from that of a nonporous

Tujuan perencanaan ini adalah untuk menghasilkan desain struktur gedung perkuliahan 5 lantai dengan SRPMM, meliputi perencanaan struktur, dan beton bertulang (plat

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau

Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belejar mandiri dari suatu mata kuliah

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengumpulan dan pengelolaan dana zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Pinrang sudah berjalan dengan

Cara pengaturan lampu peraga Display dengan sistem mikroprosessor dipilih dengan mempertimbangkan sistem lebih fleksibel, misalnya diintegrasikan dengan sistem yang lain yang