• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PERBAIKAN FUNGSI GINJAL SETELAH PEMBERIAN ORAL EKSTRAK ETANOL BEKATUL Kemampuan Perbaikan Fungsi Ginjal Setelah Pemberian Oral Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam Pada Tikus Nefropati Diabetik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN PERBAIKAN FUNGSI GINJAL SETELAH PEMBERIAN ORAL EKSTRAK ETANOL BEKATUL Kemampuan Perbaikan Fungsi Ginjal Setelah Pemberian Oral Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam Pada Tikus Nefropati Diabetik."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PERBAIKAN FUNGSI GINJAL SETELAH

PEMBERIAN ORAL EKSTRAK ETANOL BEKATUL

BERAS HITAM PADA TIKUS NEFROPATI DIABETIK

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

FITA SULISTIOWATI

K100 100 017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

1 KEMAMPUAN PERBAIKAN FUNGSI GINJAL SETELAH PEMBERIAN ORAL

EKSTRAK ETANOL BEKATUL BERAS HITAM PADA TIKUS NEFROPATI DIABETIK

ABILITY OF IMPAIRMENT RENAL FUNCTION AFTER ORAL ETHANOL EXTRACT OF BLACK RICE BRAN IN DIABETIC NEPHROPATHY RATS

Fita Sulistiowati dan Arifah Sri Wahyuni

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAK

Bekatul beras hitam memiliki kandungan yaitu antosianin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Antioksidan bekerja dengan menetralkan Reactive Oxidative Species yang merupakan penyebab komplikasi diabetes yaitu nefropati diabetik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui profil kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan serum kreatinin pada tikus nefropati diabetik pada pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan pretest and posttest with control design. Pembuatan model tikus hiperglikemik dengan cara induksi aloksan dosis tunggal 160 mg/kgBB secara intraperitonial. Tikus dibagi menjadi kelompok kontrol normal, kontrol negatif, dan kontrol perlakuan peroral ekstrak bekatul beras hitam pada dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB selama 14 hari. Penetapan kadar BUN dan serum kreatinin pada hari ke-0, 14, 21 (pretest) dan setelah perlakuan ekstrak hari ke-0, 7, 10, dan ke-14. Selanjutnya data kadar BUN diuji dengan uji parametrik dan uji data serum kreatinin diuji dengan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB memiliki efek signifikan (p<0,05) dalam menurunkan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN), tetapi belum memiliki efek signifikan dalam menurunkan kadar serum kreatinin.

Kata kunci : Bekatul beras hitam, Blood Urea Nitrogen (BUN), serum kreatinin

ABSTRACT

(4)

2 rice bran doses of 50,100, and 200 mg/kg body weight had a significant effect (p<0.05) in reducing the levels of Blood Urea Nitrogen (BUN), but has not had a significant effect in lower levels of serum creatinine.

Keywords : black rice bran, Blood Urea Nitrogen (BUN), serum creatinine

PENDAHULUAN

Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi mikrovaskular penyakit diabetes

melitus yang terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Nefropati diabetik adalah salah

satu penyebab utama gagal ginjal dan kematian tertinggi diantara semua komplikasi

diabetes melitus (Hendromartono, 2009). Bahkan pada keadaan komplikasi nefropati

diabetik, penderita melakukan dialisis kronis atau transplantasi ginjal sebagai tahap akhir

dari kerusakan ginjal. Menurut Subroto (2006), diperkirakan prevalensi diabetes melitus

akan meningkat hingga 21,3 juta jiwa. Prevalensi ini akan terus meningkat di seluruh dunia

dari 6% menjadi 10%, karena banyak ditemukannya kasus-kasus baru pada penyakit ini.

Karena itu kenaikan angka morbiditas maupun mortalitas semakin meningkat dari waktu

ke waktu (Lee et al., 2003; ADA, 2011).

Pada keadaan hiperglikemik yang tidak terkontrol, dapat memicu hiperfiltrasi dan

hipertrofi ginjal yang mengakibatkan area filtrasi glomerulus berkurang. Perubahan

tersebut menyebabkan fungsi ginjal terganggu menjadi glomerulosklerosis dan berakhir ke

gagal ginjal (Probosari, 2013; Waspadji, 2009). Parameter terjadinya kerusakan fungsi

ginjal pada nefropati diabetik yaitu peningkatan konsentrasi serum kreatinin

(Hendromartono, 2009), dan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN) (Wulandari et al.,

2012). Maka dibutuhkan strategi untuk menurunkan resiko atau memperlambat

progresifitas kerusakan ginjal pada nefropati diabetik yaitu dengan melakukan

penatalaksanaan diet yang tepat untuk mempertahankan status gizi optimal, mengendalikan

glukosa darah, lipida darah, tekanan darah, asupan protein dan antioksidan (Hakim dan

Ayustaningwarno, 2003). Sumber antioksidan alami dapat menetralkan ROS (Reactive

Oxidative Species) yang merupakan oksidan berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai

macam penyakit (Nam et al., 2004). Ekstrak etanol bekatul beras hitam memiliki aktivitas

antioksidan karena kandungannya yaitu antosianin (Kaneda et al., 2006). Senyawa

antioksidan yang dimiliki bekatul beras hitam bekerja dengan cara mengikat radikal bebas

didalam tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

(5)

3 Antosianin biasanya ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan bunga sebagai

pewarna cerah alami termasuk merah, biru dan ungu yang memiliki sifat bioaktif seperti

memperbaiki keadaan hiperglikemik (Kong dan Lee, 2010; Jayaprakasam et al., 2005).

Untuk mencegah progesifitas nefropati diabetik dilakukan pengendalian kadar glukosa

darah (ADA, 2013) dan kandungan bekatul beras hitam yaitu antosianin memiliki efek

memperbaiki keadaan hiperglikemik (Kaneda et al., 2006). Sehingga diharapkan dengan

adanya antosianin di bekatul beras hitam dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan

menghambat progesifitas nefropati diabetik dengan menurunkan kadar BUN dan serum

kreatinin. Telah dibuktikan oleh Ling et al., (2012), kandungan yang sama dari jagung

ungu, yaitu antosianin dapat memperbaiki keadaan glomerulosklerosis yang ditandai

dengan disfungsi filtasi ginjal pada perlakuan diabetes. Sebagai dasar bukti yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dilakukan penelitian mengenai kemampuan

perbaikan fungsi ginjal setelah pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam pada tikus

nefropati diabetik.

CARA PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental, dengan menggunakan

metode pre and post test with control group design, melibatkan perlakuan dan kontrol.

2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan

a. Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak etanol bekatul beras hitam seperti bejana

stainless steel, penangas air (waterbath), vacuum rotary evaporator, dan alat-alat gelas

(Pyrex).

b. Alat yang digunakan untuk perlakuan hewan uji seperti timbangan tikus 2610 gram

(Lark, Cina), timbangan analitik (Ohaus), spuit injeksi 1,0 mL, 3,0 mL (Terumo), spuit

oral ukuran 18 gauge.

c. Alat yang digunakan untuk pengambilan dan preparasi serum darah tikus yaitu pisau

sayat, holder, sonifikator, sentrifuge (MiniSpin), dan alat-alat gelas (Pyrex).

d. Alat yang digunakan untuk penetapan kadar serum Blood Urea Nitrogen (BUN) dan

serum kreatinin seperti kuvet disposibel semimikro 1,5 mL, mikropipet ukuran 5-50 µL

dan 100-1000 µL (Accura), yellow tip, blue tip, Spektrofotometer visibel (Star Dust

(6)

4 Bahan yang digunakan

a. Bekatul beras hitam sebagai bahan yang akan di ekstraksikan bekatul diperoleh dari

Kartasura, Solo.

b. Etanol 96% sebagai penyari bekatul beras hitam.

c. Aloksan sebagai penginduksi hiperglikemi (Sigma Aldrich).

d. Larutan saline (larutan NaCl 0,9%) sebagai pelarut aloksan.

e. Aquades sebagai pelarut ekstrak etanol bekatul beras hitam.

f. Tikus putih galur Sprague Dawley (SD) dengan berat badan 200-300 gram, umur 2

sampai 3 bulan yang diperoleh dari peternakan tikus dokter hewan Sarwo di Salatiga

sebagai hewan uji.

g. Pereaksi pada penetapan kadar serum Blood Urea Nitrogen (BUN) dan serum kreatinin

seperti reagen kit Urea FS dan Creatinine FS (Diasys).

h. Jalannya Penelitian a. Pembuatan Ekstrak

Bekatul beras hitam 2 kg dimaserasi dalam bejana stainless steel dan direndam

dalam etanol 96% hingga semua bagian terendam. Rendaman diaduk hingga rata, ditutup

rapat dan sesekali diaduk selama 3 hari. Hasil rendaman yang sudah diperoleh lalu disaring

menggunakan vaccum Buchner. Hasil filtrat yang terbentuk disimpan, dan ampasnya

diremaserasi menggunakan etanol 96% hingga semua bagian ampas terendam dan sesekali

diaduk. Lalu rendaman disaring menggunakan vaccum Buchner. Remaserasi dilakukan

sebanyak 4 kali. Filtrat yang telah terkumpul diuapkan menggunakan vacuum rotary

evaporator suhu 60ºC. Kemudian cairan dari rotary evaporator dimasukkan ke cawan

porselen dan letakkan di atas penangas air (waterbath) bersuhu 60ºC hingga terbentuk

ekstrak kental.

b.PembuatanTikus Diabetes

Menurut Chougale et al. (2007) dosis aloksan yang sesuai untuk digunakan adalah

160 mg/kgBB intraperitonial. Menurut penelitian Dwinani (2014) pembuatan tikus

hiperglikemik dengan menginduksi aloksan dosis tunggal 160 mg/kgBB intraperitonial.

c. Pengambilan Darah

Pengambilan darah dilakukan pada saat sebelum dan sesudah perlakuan induksi

aloksan 160 mg/kgBB. Pada pengambilan darah tikus melalui ekor di bagian vena lateralis.

Darah yang diperoleh dibuat serum (beningan) untuk dibaca di spektrofotometer visibel

(7)

5 d.Uji Perlakuan

Tikus jantan yang digunakan sebanyak dua puluh ekor dengan berat 200-300 gram

yang telah diaklimitasi selama tujuh hari. Kemudian tikus diambil secara acak dan dibagi

menjadi lima kelompok. Lalu dilakukan penetapan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dan

serum kreatinin sebelum diinduksi aloksan (baseline) di setiap kelompok. Kelompok II

hingga IV selanjutnya diinduksi aloksan 160 mg/kgBB intraperitonial. Lalu dipantau kadar

BUN dan serum kreatinin pada hari ke-14, 21 (pre-test). Selanjutnya untuk penetapan

kadar BUN dan serum kreatinin hari ke-21 dan hari sebelumnya ditetapkan sebagai hari

sebelum perlakuan. Pada hari ke-21, dilakukan peroral ekstrak etanol bekatul beras hitam

pada kelompok III-V dan ditetapkan sebagai hari ke-0 perlakuan ekstrak etanol bekatul

beras hitam dengan dosis bertingkat seperti dibawah ini:

Kelompok I : kontrol normal (tanpa perlakuan)

Kelompok II : kontrol negatif (aquadest)

Kelompok III : diberi ekstrak bekatul beras hitam 50mg/kgBB peroral

Kelompok IV : diberi ekstrak bekatul beras hitam 100mg/kgBB peroral

Kelompok V : diberi ekstrak bekatul beras hitam 200mg/kgBB peroral

Pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam selama 14 hari, dan dipantau kadar BUN dan

serum kreatinin pada hari ke-7, 10, dan hari ke-14 (post-test). Penetapan kadar tersebut

menggunakan reagen kit Urea FS dan Creatinine FS dan dibaca di spektrofotometer

visibel Stardust.

e. Pembuatan Sampel, Blangko dan Standart Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) dan Serum Kreatinin

Diambil darah pada bagian vena lateralis ekor tikus, ditampung dalam tabung

ependorf. Disentrifuge dalam minispin dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.

Diambil bagian plasmanya sebagai sampel. Pada penetapan kadar BUN dan kreatinin perlu

pembuatan monoreagen terlebih dahulu. Dengan perbandingan reagen(4:1) yaitu 4 bagian

R1 (reagen 1) dan 1 bagian R2 (reagen 2).

R1 : TRIS pH 7,8 120mmol/L ;

2-oxoglutarat 7 mmol/L ;

ADP 0,6 mmol/L ;

urease ≥6 kU/L ;

GLDH (Glutamat dehidrogenase) ≥ 1 kU/L.

R 2 : NADH 0,25 mmol/L

(8)

6

Tabel 1.Komposisi Blanko, Standar, dan Sampel pada Penetapan Kadar Ureum menggunakan Reagen Kit Urea FS

Komposisi bahan Volume pengambilan

Blanko (µL) Standar (µL) Sampel/serum (µL)

Aquadest 10 - -

Ureum standar - 10 -

Sampel - - 10

Ditambah 1000 µL monoreagen ureum. Diinkubasi pada suhu 37o

C selama 2 menit

menggunakan spektrofotometer Stardust FC*15

Prinsip penetapan kadar ureum menggunakan spektrofotometri visibel,

Urea + 2H2O 2 NH4+ + 2 HCO3

-2 Oxoglutarat + NH4+ + NADH L-Glutamat +NAD+ + H2O

Kadar normal BUN diperoleh dari hasil konversi kadar normal urea dalam plasma

rata-rata 43 mg% (Paget, 1970) dikalikan 0,467 (Leaflet Urea FS) diperoleh 20 mg% sebagai

kadar rata-rata BUN.

Tabel 2.Komposisi Blanko, Standar, dan Sampel pada Penetapan Kadar Serum Kreatinin menggunakan Reagen Kit Creatinine FS

Komposisi bahan Volume pengambilan

Blanko (µL) standar(µL) Sampel/serum(µL)

Aquadest 50 - -

Kreatinin standar - 50 -

Sampel - - 50

Ditambah 1000 µL monoreagen kreatinin. Diinkubasi pada suhu 37o

C selama 3 menit

menggunakan spektrofotometer StardustFC*15.

Campuran monoreagen pada penetapan kadar kreatinin yaitu perbandingan reagen

(4:1) yaitu 4 bagian R1 (reagen 1) dan 1 bagian R2 (reagen 2).

R1 : Sodium klorid

R2 : Asam pikrat

f. Analisa Data

Data yang diperoleh berupa kadar ureum dan kreatinin kemudian dilakukan uji

statistik. Analisis pertama uji distribusi data menggunakan Shapiro-Wilk dan uji

homogenitas menggunakan Levene Statistic. Apabila data yang diperoleh p>0,05 artinya

sampel tersebut diambil dari populasi yang terdistribusi normal. Uji selanjutnya bila data

terdistribusi normal dan homogen yaitu dilanjutkan ke uji parametrik yaitu paired sample

t-test. Untuk membandingkan data 5 kelompok, digunakan uji One Way ANOVA. Bila

data yang diperoleh tidak menunjukkan terdistribusi normal dan tidak homogen, maka

(9)

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi merupakan suatu teknik penyarian untuk memisahkan komponen kimia

yang ditentukan dengan menggunakan penyari yang sesuai. Prinsip ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat ke dalam penyari karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Menurut Widarta et al., (2013),

untuk mendapatkan ekstrak bekatul beras hitam dengan total antosianin yang tertinggi

maka menggunakan pelarut etanol. Sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan

etanol 96% sebagai cairan penyari. Hasil ekstrak bekatul beras hitam yang diperoleh

adalah 147 gram. Maka dapat dihitung rendemen dari perbandingan berat ekstrak dengan

berat bahan bekatul beras hitam kemudian dikalikan 100%. Rendemen ekstrak etanol

bekatul beras hitam yang dihasilkan adalah 7,35%.

Dua puluh ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok, yang setiap kelompoknya

terdiri dari 4 ekor tikus dalam kondisi hiperglikemi (≥150 mg/dl). Menurut Iqbal et al.,

(2011) tikus dikatakan hiperglikemik bila sudah menunjukkan kadar glukosa ≥150 mg/dL.

Pada hasil penelitian Dwinani (2014) adanya perbedaan kadar glukosa sebelum (baseline)

dan sesudah induksi aloksan (pretest). Pada kadar awal (baseline) diperoleh rerata 73,5 ±

12,58, sedangkan kadar hari ke-4 setelah induksi aloksan yaitu 209,25 ± 16,27. Kenaikan

kadar glukosa tersebut dikarenakan induksi aloksan, yang sudah mampu merusak sel beta

pankreas dan terjadi hiperglikemik yang stabil hingga hari ke-21.

Aloksan merupakan agen diabetogenik yang dapat memicu aksi stress oksidatif

oleh Reactive Oxidative Species (ROS) di sitosol sel beta pankreas dan memicu

peningkatan konsentrasi kalsium sehingga mengalami kerusakan di sel beta (Szkudelski,

2001). Kerusakan sel beta pankreas oleh ROS mengakibatkan gangguan sekresi insulin dan

atau meningkatkan resistensi insulin (Suryani et al., 2013) sehingga terjadi hiperglikemik.

Pada keadaan hiperglikemik terjadi peningkatan produksi peroksidasi lipid dan hidrogen

peroksida sel mesangial glomeruler (Chaturvedi, 2007), mengakibatkan hipertropi sel yang

mengarah ke gagal ginjal. Reative oxidative species juga memiliki peranan penting pada

perkembangan gagal ginjal yang diakibatkan oleh komplikasi diabetes baik secara

mikrovaskuler maupun makrovaskuler (Giacco dan Brownlee, 2010). Pembentukan ROS

juga meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan protein pada berbagai jaringan (Ueno et al.,

2002). Karena keadaan ROS yang sangat tidak stabil dan reaktif maka dapat menyerang

dan merusak organ-organ, salah satunya organ ginjal. Reactive oxidative species dapat

(10)

8 merangsang respon inflamasi, dan peningkatan konsumsi oksigen yang mengarah

mendorongnya terjadi stress oksidatif yang dapat merusak nefron ginjal (Diez, 2003).

Parameter terjadinya kerusakan fungsi ginjal pada nefropati diabetik yaitu

peningkatan konsentrasi serum kreatinin (Hendromartono, 2009) dan peningkatan BUN

(Wulandari, 2012). Profil peningkatan kadar BUN dari hari 0 (baseline) hingga hari

ke-21 dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN ) (mg/dL) Setelah Induksi Aloksan

Berdasarkan gambar 1, terjadi peningkatan kadar BUN yang signifikan pada

kelompok II hingga kelompok V. Peningkatan konsentrasi kadar BUN disebabkan

kemunduran fungsi ginjal sebagai tempat filtrasi, sehingga kadar BUN akan terakumulasi

didalam darah. Adanya gangguan fungsi ginjal menyebabkan laju filtrasi glomerulus

menurun dan mengakibatkan ekskresi urea terganggu (Rubenstein, 2008). Karena

konsentrasi BUN menggambarkan keseimbangan antara katabolisme protein dan

pembentukan urea serta ekskresi urea oleh ginjal (Wahyono et al., 2007).

Setelah parameter nefropati diabetik meningkat secara signifikan, lalu diberi

perlakuan oral ekstrak etanol bekatul beras hitam setiap hari pada kelompok III-V selama

14 hari dengan dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB. Setelah pemberian oral ekstrak BBH

selama 14 hari, terjadi penurunan kadar BUN pada kelompok III-V. Hasil penurunan kadar

BUN dapat dilihat pada tabel 3, sesudah pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam.

Berdasarkan hasil pada tabel 3, selanjutnya dilakukan analisis data dengan uji normalitas

dan homogenitas, diperoleh hasil p>0.05 berarti data telah terdistribusi normal dan

homogen. Pada uji paired sample t-test, kelompok III hingga V terlihat kadarnya menurun

signifikan (p<0,05) bila membandingkan antara sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan

(11)

9 menunjukkan profil penurunan kadar BUN, dikarenakan tidak menerima perlakuan

pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam.

Tabel 3. Data kadar Awal (Baseline) Blood Urea Nitrogen (BUN) kadar sebelum perlakuan, dan kadar setelah perlakuan ekstrak etanol bekatul beras hitam pada tikus nefropati diabetik

Kelompok

Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN) Tikus Diabetes pada Hari ke- Kadar awal (baseline)

(mg/dL)

Kadar sebelum perlakuan (mg/dL)

X ± SD 16,81±0,85 31,29±6,06 18,56±2,39

V

X ± SD 15,99±1,54 33,04±4,64 15,06±1,63

Keterangan : *dosis ekstrak etanol bekatul beras hitam

Berdasarkan hasil analisis data BUN menggunakan one way ANOVA

menunjukkan bahwa kadar BUN pada kelompok III hingga V setelah pemberian ekstrak

etanol bekatul beras hitam selama 14 hari berbeda bermakna (p<0,05) dengan kelompok

kontrol negatif. Pada kelompok III hingga V setelah perlakuan pemberian ekstrak etanol

bekatul beras hitam terjadi penurunan kadar BUN (Tabel 3). Pada pemberian ekstrak

etanol bekatul beras hitam dosis 50 dan 100 mg/kgBB bila dibandingkan dengan kontrol

negatif menunjukkan penurunan kadar BUN signifikan (p<0,05) pada hari ke-10 setelah

pemberian perlakuan. Sedangkan pada dosis 200 mg/kgBB bila dibandingkan dengan

kontrol negatif menunjukkan penurunan kadar BUN signifikan (p<0,05) pada hari ke-7

setelah pemberian perlakuan ekstrak. Penurunan kadar BUN yang paling efektif yaitu

15,06±1,63 ditunjukkan pada dosis 200 mg/kgBB pada hari ke-14 setelah pemberian

(12)

10 Penurunan kadar ureum yang signifikan di kelompok perlakuan III hingga

kelompok V dikarenakan kandungan ekstrak etanol bekatul beras hitam mampu

menghambat progesifitas komplikasi diabetes dengan menurunkan kadar BUN. Penurunan

BUN tersebut merupakan adanya peranan penting antosianin sebagai antioksidan.

Antosianin merupakan antioksidan kuat, yang dapat menstabilkan oksidan yang reaktif

(Wang et al., 1997). Senyawa antioksidan yang dimiliki bekatul beras hitam bekerja

dengan cara mengikat radikal bebas didalam tubuh, maka terjadi keseimbangan antara

oksidan dan antioksidan (Miller,1996). Antosianin sebagai antioksidan dapat mencegah

pemotongan untai DNA superkoil yang disebabkan oleh Reactive Oxidative Species

(khususnya radikal peroksida dan radikal hidrosil) (Hu et al., 2003). Menurut Ichikawa

(2004) bahwa kandungan beras hitam yaitu antosianin cyanidin-3-glukosida berkontribusi

sebagai antioksidan melalui jalur radikal hidroksi superoksida.

Pada penetapan kadar serum kreatinin menggunakan metode enzimatis dari reagen

kit Creatinine FS. Pada prinsipnya kreatinin membentuk kompleks berwarna orange-merah

dalam larutan alkali pikrat. Hasil kadar serum kreatinin dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data Kadar Awal (Baseline) Serum Kreatinin, sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan ekstrak etanol bekatul beras hitam pada tikus nefropati diabetik

Kelompok

Kadar Serum Kreatinin Tikus nefropati diabetik pada Hari ke-

Kadar awal (Baseline) (mg/dL)

Keterangan : *Ekstrak etanol bekatul beras hitam

Hasil data serum kreatinin menunjukkan kadar tidak terdistribusi normal dan tidak

(13)

11 Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin sebelum

dan sesudah intervensi pada kelompok nefropati diabetik. Interpretasi hasil yang diperoleh

pada semua perlakuan pemberian ekstrak bekatul beras hitam pada dosis bertingkat adalah

nilai signifikansi pre-post-test (p>0,05) yang berarti penurunan kadar kreatinin pada tikus

jantan nefropati diabetik belum signifikan.

Sehingga pada penelitian ini hipotesis pada penetapan kadar serum kreatinin

ditolak, karena hasil uji belum signifikan pada pemberian ekstrak etanol bekatul beras

hitam sebelum dan sesudah perlakuan.

KESIMPULAN

Pemberian ekstrak etanol bekatul beras hitam dosis 50, 100, dan 200 mg/kgBB

memiliki efek signifikan (p<0,05) dalam menurunkan kadar Blood Urea Nitrogen (BUN),

sedangkan ekstrak etanol bekatul beras hitam belum memiliki efek signifikan dalam

menurunkan kadar serum kreatinin.

SARAN

1. Penelitian lebih lanjut tentang mekanisme sinergis dengan obat antidiabetes modern.

DAFTAR ACUAN

American Diabetes Association (ADA), 2013, Nephropathy in Diabetes (position statement). Diabetes Care.

_________, 2011, Nephropathy in Diabetes (position statement). Diabetes Care.

Bijanti, R. 2009. Bahan Ajar Patologi Klinik Veteriner, Kimia Klinik Veteriner. Edisi Pertama. Departemen Kedokteran Dasar Veteriner.

Chaturvedi, N., 2007, The Burden Of Diabetes And Its Complications: Trends And Implications For Intervention. Diabetes Res Clin Pract, 76(3):S3-S12.

Chougale, A. D., Panaskar, S. N., Gurao, P.M. dan Arvindekar, A.U., 2007, Optimation Of Alloxan Dose is Essential To Induce Stable Diabetes For Prolonged Period. Asian Journal of Biochemistry 2 (6): 402-408.

Diez, B.G., 2003, Progression of Chronic Renal Failure and Oxidative Stress, Electron J Biomed; 1(1):5-11.

(14)

12 Giacco, F. dan Brownlee, M., 2010, Oxidative Stress and Diabetic Complications, artikel,

107: 1058-1070.

Hakim, V.P. dan Ayustaningwarno, F., 2003, Analisis Aktivitas Antioksidan, Kandungan Zat Gizi Makro Dan Mikro Snack Bar Beras Warna Sebagai Makanan Selingan Penderita Nefropati Diabetik, Journal of Nutrition. Vol.2, No.4.

Hendromartono, 2009, Nefropati Diabetik, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V, Interna Publishing, Jakarta.

Hu, C., Zawistowski, J., Ling, W. dan Kitts, D.D., 2003, Black Rice (Oryza sativa L. indica) Pigmented Fraction Suppresses both Reactive Oxygen Species and Nitric Oxide in Chemical and Biological Model Systems, J. Agric. Food Chem, 51 (18), pp 5271–5277.

Ichikawa,  H.,  Ichiyanagi,  T.,  Xu,  B.,  Yoshii,  Y.,  Nakajima,  M.  dan    Konishi  T.,  2004,  Antioxidant Activity of Anthocyanin Extract from Purple Black Rice, Journal of Medical Food,Vol. 4, Issue 4:July 7.

Iqbal, M., Kalsoom dan Jafri S.A., 2011, Effect Of Punica Granatum Flowers Extract on Hypercholesterolemic and Alloxan Induced Diabetic Rats, Global Journal Biotechnology and Biochemistry (2):83-86.

Jayaprakasam, B., Vareed, S.K., Olson, L.K. dan Nair, M.G., 2005, Insulin secretion by Bioactive Anthocyanins and Anthocyanidins Present in Fruit, J. Agric. Food Chem, 53 (1), pp.28-31.

Kaneda, I., Kubo. F. dan Sakurai, H., 2006, Antioxidative Compounds in the Extracts of Black Rice Brans, Journal of Health Science, 52(5) 495-511, jepang.

Kong, S. dan Lee, J., 2010, Antioxidants in Milling Fractions of Black Rice Cultivars, Elsevier, vol 120, issue 1, pp 278-281.

Lee, H. B., Ha, H. dan King, G.L., 2003, Reactive oxygen Species and Diabetic Nephropathy, J Am Soc of nephrology, vol.14: S209-S210.

Lee, S.M., Lee, J.S., Kong, S.H. dan Choi, Y.M., 2008, Antioxidant Compounds and Antioxidant Activities of the Methanolic Extracts from Milling Fractions of Black Rice, Food And Agriculture Organization of The United Nations.

Ling, J., Kang, M.K., Kim, J.K., Kim, J.L., Kang, S.W., Lim, S.S. et al., 2012, Purple Corn Anthocyanin Retars Diabetes-Associated Glomerulosclerosis in Mesangial Cells and db/db mice, Eur J Nutr (2012) 51:961-973.

Miller, L. A., 1996, Antioksidan Flavonoid: Stucture Function and Clinical Usage, Alternative Medicine Review, 1(2), 103-111.

(15)

13 and Cell Assays, the interdiscapilllary research program of the korea science and Engineering Foundation.

Paget, G., 1970, Methods in Toxicology, Blackwell Scientific Publications Oxford and Edinburg, England.

Probosari, E., 2013, Faktor Resiko Gagal Ginjal pada Diabetes Melitus. Journal of Nutrition And Health.Vol.1, No.1

Rubenstein, D., Wayne, D. dan Brodiey, J., 2008, Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi Keenam, diterjemahkan oleh Rahmalia, A., Erlangga.

Subroto, MA., 2006, Ramuan Herbal Untuk Diabetes Melitus, Jakarta, Penebar Swadaya, pp: 3; 6-8.

Suryani, N., Endang, T, H. dan Aulanni’am, 2013, Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi TNF-α dan Perbaikan Jaringan Pankreas Tikus Diabetes, Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol.27, No.3, Februari 2013.

Ueno, Y., Kizaki, M., Nakagiri, R., Kamiya, T., Sumi, H. dan Osawa, T., 2002, Dietary Gluthatione Protects Rats From Diabetic Nephropathy Andneuropathy. J Nutr, 2002; 132:897-900.

Wahyono, D., Hakim, A.R. dan Nugroho, A. E., 2007. Profil Farmakokinetika Sulfasemid Pada Tikus Gagal Ginjal Karena Induksi Uranil Nitrat. Majalah Farmasi Indonesia, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Wang, H., Cao, G. dan Prior. R.L., 1997, Oxygen Radical Absorbing Capacity of Anthocyanins, J. Agric. Food Chem., 45(2),pp 304-309.

Waspadji, S., 2009, Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V, Interna Publishing, Jakarta.

Widarta, I.W.R., Nocianitri, K.A. dan Sari, L.P.I.P., 2013, Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal dengan Beberapa Jenis Pelarut, Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Vol. 2 No. 2. Hal-75.

Gambar

Gambar 1. Kadar Blood Urea Nitrogen (BUN ) (mg/dL) Setelah Induksi Aloksan
Tabel 3. Data kadar Awal (Baseline) Blood Urea Nitrogen (BUN) kadar sebelum perlakuan, dan kadar setelah perlakuan ekstrak etanol bekatul beras hitam pada tikus nefropati diabetik Kadar  (BUN) Tikus Diabetes pada Hari ke-
Tabel 4. Data Kadar Awal (Baseline) Serum Kreatinin, sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan ekstrak etanol bekatul beras hitam pada tikus nefropati diabetik

Referensi

Dokumen terkait

Lamanya waktu pencapaian fase differensiasi pada kombinasi perlakuan 2 g bahan aktif per pohon dan waktu aplikasi ethepon 2 bulan kemudian disebabkan oleh keberlanjutan

WWT 3#11 adalah salah satu instalasi pengolahan limbah cair yang ada di PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Pulogadung-Jakarta. WWT 3#11 mengolah

diterapkan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran ini cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan kesadaran

Curd kedelai adalah produk hasil koagulasi (penggumpalan) protein susu kedelai menggunakan bahan penggumpal (koagulan). Koagulasi protein menjadi bagian penting dalam

The Government shall be responsible for dealing with any claims which may be brought by third parties against the World Food Program or against its officials

Untuk kemajuan perusahaan maka pihak agen perlu mencermati permintaan konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang akan ditawarkan, salah satunya yaitu dengan meningkatkan

3 Membuat DVD repositori untuk distribusi ILOSbiz 2011 yang berisi semua paket yang terdapat pada repositori Linux sehingga jika dilakukan penambahan paket pada

[r]