KEHIDUPAN BANGSAWAN KESULTANAN ASAHAN SETELAH
REVOLUSI SOSIAL 1946
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
GUNAWAN WIBISONO DARMAWAN
NIM. 309 121 024
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Gunawan Wibisono Darmawan, NIM : 309 121 024, Kehidupan Bangsawan
Kesultanan Asahan Setelah Revolusi Sosial 1946. Skripsi Jurusan
Pendidikan Sejarah program studi S1, Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu besar di Sumatera
Timur. Pada saat terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur pada tahun 1946,
di Kesultanan Asahan terjadi peristiwa yang paling mengerikan diantara
daerah-daerah lainnya di Sumatera Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi kehidupan bangsawan di Kesultanan Asahan setelah terjadinya revolusi
sosial tahun 1946. Dapat dilihat dari berbagai segi, mulai dari segi politik, sosial
dan ekonomi. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti memilih
metode Library Research Method (metode penelitian kepustakaan) dan Field
Research Method (metode penelitian lapangan) dengan menggunakan pendekatan
deskriptif histories dan teknik yang digunakan adalah studi pustaka, wawancara
dan observasi.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur peneliti ucapkan hanya kepada Allah SWT, pemelihara
seluruh alam semesta. Yang atas limpahan ramat, taufik dan hidayah-Nya, peneliti
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan tidak lupa pula terima kasih
kepada kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya dalam
pengerjaan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing, saya dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kehidupan Bangsawan
Kesultanan Asahan Setelah Revolusi Sosial 1946”. Peneliti m
enyadari bahwa
masik banyaknya kekurangan yang dialami dalam penyusunan skripsi ini. Maka
dari itu peneliti berharap adanya masukan dari bapak/ibu dosen penguji demi
kemajuan skripsi ini di kemudian hari.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka peneliti mengungkapkan
rasa terima kasih kepada :
1.
Ayah saya Paiman Darmawan dan Ibu saya Lina Gustimar Hasibuan, yang
telah memberikan semangat dan biaya yang tidak terhitung.
2.
Kepada Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah banyak membantu memberikan masukan dan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
iii
4.
Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, MS selaku dosen penguji dan ibu Dra.
Lukitaningsih, M.Hum yang menjadi dosen penguji dan sebagai ketua
jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.
5.
Bapak/Ibu dosen jurusan Pendidikan Sejarah yang mana telah menambah
pengetahuan saya selama masa perkuliahan.
6.
Bapak Drs. Restu M.S, Dekan dan seluruh citivas akademik Fakultas Ilmu
Sosial UNIMED
7.
Buat abang, kakak dan adik tersayang Panji Agung Darmawan, Sukma
Dwi Mustika, Lily Indah Zahra dan Vivie yang telah membantu dan
mendukung peneliti dalam penyelesaian skripsi.
8.
Buat teman dekat saya Fandi Gomex dan Rio Kecap yang selalu ada disaat
peneliti mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
9.
Buat adik-
adik stambuk „010 Pendidikan Sejarah, S
aulina Ocktavia
Naibaho, Deva Manurung dan Putri Hasanah yang banyak membantu
peneliti.
10.
Buat teman-teman sekelas yang tidak bisa saya lupakan jasa dan
kebaikannya, Abdul, Felira, Dila, Warjukni, Arif Komting, Jefri Paha dan
masik banyak lagi teman-teman sekelas yang tergabung dalam AHH (Anti
Huru Hara) yang mana tidak dapat dituliskan satu persatu. Serta
teman-teman seperjuangan dari kelas A Regular dan A,B Ekstensi.
11.
Buat Adika Nugraha dan Rahmad yang telah membantu peneliti dalam
pencarian narasumber. Dan bagi Armendo dan Andiko yang menjadi
iv
12.
Buat kakak Dini Wariastuti anak ‟08
yang mana skripsinya membantu
peneliti.
13.
Buat teman-teman satu warnet Bang Adi, Bang Lilik, wira dan Ozi yang
selalu mendukung peneliti.
Sebagai penutup kalimat, peneliti sangat berterima kasih kepada seluruh
pihak atas masukan yang bertujuan untuk membangun penulisan skripsi ini.
Semoga apa yang dituliskan oleh peneliti dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin.
Medan, Februari 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………..
i
KATA PENGANTAR ………
ii
DAFTAR I
SI ………..
v
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah………
1
B.
Identifikasi Masalah
………...
5
C.
Rumusan Masalah
………
5
D.
Tujuan Pe
nelitian ……….
5
E.
Manfaat P
enelitian ………
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka Kon
septual ..………...
7
1.
Bangsawan
……...……….
7
2.
Perubahan Sosial
………
9
B.
Kerangka B
erfikir ………..
11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Pe
nelitian ………
13
B.
Sumber Data
………
... 14
D.
Teknik Analisis Data
……….
16
E.
Lokasi Penelitian
……….………
17
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Sejarah Kesultan
an Asahan ………...…………
18
B.
Kondisi Kehidupan Bangsawan Kesultanan Asahan Sebelum Revolusi
Sosial 1946
……….……….
.. 38
1.
Kehidupan P
olitik ……..………. ………
38
2.
Kehidupa
n Sosial ……… ………
40
3.
Kehidupan Ekonomi ..
………..
41
C.
Kehidupan Bangsawan Kesultanan Asahan setelah Revolusi Sosial
1946
………..………..……...
42
1.
Revolusi Sosial di Asahan ……….……….
42
2.
Pasca Revolusi
Sosial ……….…....
45
3.
Kehidupan Politik Pasca Re
volusi Sosial ..……….…....
46
4.
Kehidupan Sosial Pasca Rev
olusi Sosial ...……….…....
48
5.
Kehiduan Ekonomi Pasca
Revolusi Sosial ……….…....
48
D.
Kehidupan Bangsawan Kesultanan Asahan pada saat ini
(2013-2014)
………...
49
1.
Kehidupan Politik
………...
49
2.
Kehidupan Sosial
………….………...
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ………
56
1.
Kehidupan Bangsawan Sebelum Revolusi Sosial
………..
56
1.1. Segi Politik
………..
56
1.2. Segi Sosial
…
..
………..
57
1.3. Segi Ekonomi ..
………..
57
2.
Kehidupan Bangsawan Setelah Revolusi Sosial Segi Sosial ……..
57
2.1. Segi Politik
………..
57
2.2. Segi Sosial
………..
58
2.3. Segi Ekonomi
………..
58
3.
Kehidupan Bangsawan Tahun 2013
–
2014
………..
59
3.1. Segi Politik
………..
59
3.2. Segi Sosial
………..
59
3.3. Segi Ekonomi
………..
59
B.
Saran ………..
60
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur
kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di
Semenanjung Malaka. Kesultanan Asahan berdiri pada tahun 1630 di wilayah
yang saat ini menjadi Kabupaten Asahan. Berawal dari sejarah abad ke 15 satu
keluarga bernama Batara Sinomba serta Putri Langgari dari Pagaruyung telah
datang kedaerah Barumun dan menetap di desa Pinang Awan (sekarang Kota
Pinang).
Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Timur membawa dampak yang
positif terhadap kehidupan para sultan dan bangsawan di daerah Sumatera Timur.
Para sultan dan bangsawan kehiduannya menjadi mewah. Kemewahan ini dapat
terlihat tidak hanya dari fisik bangunanan istananya yang dari bentuk sederhana
menjadi bentuk yang megah, tetapi juga terlihat dari kebiasaan hidup dari sultan
dan bangsawan. Seperti yang dituliskan oleh Reid (1987: 89), kekayaan yg luar
biasa ini memungkinkan raja-raja ini memelihara istana-istana yang cantik,
mobil-mobil mewah (Sultan Machmoed punya 13 pada tahun 1933, dan satu sekoci
pesiar yang tidak terpakai).
Pada bulan Mei 1863, atas anjuran Belanda, Sultan Deli telah memberikan
konsesi tanah yang pertama untuk membangun perkebunan tembakau kepada
baik dalam negeri maupun pada tingkat internasional. Di Amsterdam dengan
mudah terkumpul modal untuk berlomba-lomba mendapatkan konsesi di Deli.
Sultan Deli mulai hidup dalam suasana kemakmuran yang baru berkat
konsesi-konsesi kepada insvestor perkebunan.
Kemakmuran yang dinikmati oleh para Sultan dan bangsawan Kesultanan
Sumatera Timur semakin dapat dirasakan setelah berkuasanya Belanda di
Sumatera Timur. Kemakmuran mereka diperoleh dari hasil perkebunan. Tahun
1936, Kesultanan Langkat sangat makmur dari hasil tembakau, karet dan minyak.
Dari hasil minyak, Sultan Langkat memperoleh royalty. Hasil yang diperoleh dari
royalty itu digunakan untuk biaya mendirikan mesjid yang indah, istana-istana
dan pendidikan ke luar negeri. Dengan apa yang mereka peroleh tersebut, maka
dapat dipastikan bahwa Sultan dan bangsawan hidup dengan sangat makmur.
Di Kesultanan Asahan setelah masuknya pemerintahan Belanda. Banyak
terjadi perubahan dalam kehidupan para bangsawan. Mereka mendapat royalty
dari konsesi tanah yang disewa oleh pemerintah Belanda untuk mendirikan
perkebunan. Sultan juga medapatkan masukan dari impor dan ekspor barang yang
terjadi dipelabuhan milik Kesultanan Asahan.
Pada tanggal 30 November 1945, tuntutan pengakuan terhadap Negara
Republik Indonesia diberikan kepada Sultan Langkat. Golongan pemuda
menuntut penghapusan hubungan antara Langkat dengan Inggris dan NICA. Di
Deli, Sultan masih berhubungan dengan sekutu dan NICA serta bersikap
Kesultanan Serdang telah menaikkan bendera merah putih dan menyatakan
dukungannya kepada pemerintah Indonesia.
Dikarenakan masih banyaknya Kesultanan Sumatera Timur yang masih
berpihak kepada Belanda setelah Indonesia merdeka, maka dengan tujuan
mempertahankan Republik, dilancarkanlah suatu revolusi sosial pada tanggal 3
Maret 1946. Dalam peristiwa ini banyak dilakukan pembunuhan dan penjarahan
terhadap harta-harta kesultanan. Di antara daerah-daerah lainnya di Sumatera
Timur, daerah Asahan yang mengalami kejadian paling dasyat. Seperti yang
diungkapkan oleh Bustamam (2003 : 71), kejadian Revolusi Sosial 1946 yang
paling dahsyat diantara daerah-daerah lainnya di Sumatera Timur adalah daerah
Asahan, terutama Kota Tanjung Balai. Keadaan Kota Tanjung Balai pada saat itu
sangat mencekam. Para pemuda mencari sasaran utamanya yaitu, T. Moesa
sebagai daftar utama mereka.
T. Moesa dan Istrinya yang merupakan orang Belanda di sergap pada
tanggal 3 Maret 1946. Para pemuda menyebarkan fitnah terhadap T. Moesa
menyimpan dading babi untuk dimakan, padahal diketahui bahwa T. Moesa
merupakan orang yang taat beribadah agama Islam dan istrinya merupakan
seorang mualaf. Mereka juga menyampaikan isu bahwasannya di rumah T. Moesa
berkibar bendera Belanda. Bagi siapa yang membantah berita tersebut akan
dituduh sebagai pro Belanda dan mati konyol. Setelah T. Moesa ditangkap dan
dibawa oleh para pemuda, rumah T. Moesa dijadikan markas dan menjadi tempat
Sultan Syaiboen yang pada saat terjadinya revolusi sosial merupakan
Sultan Asahan ke-XI, melarikan diri dari rumahnya untuk mengindari serangan
dari para pasukan revolusioner. Sultan Syaiboen meminta perlindungan dimarkas
Jepang agar tidak ditangkap. Setelah aman Sultan Syaiboen dibawa ke Siantar
untuk menemui Gubernur T. Hasan.
Kejadian revolusi sosial 1946 sangat mengerikan, banyak memakan
korban dari kalangan Bangsawan. Di Kesultanan Asahan merupakan daerah yang
paling parah saat terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur. Seperti yang
diungkapkan oleh Bustaman (2003: 71), kejadian Revolusi Sosial 1946 yang
paling dahsyat diantara daerah-daerah lainnya di Sumatera Timur adalah daerah
Kesultanan Asahan.
Akibat dari terjadinya revolusi sosial, kehidupan para bangsawan berubah
total. Mulai dari segi politik para sultan yang tidak lagi memiliki kekuasaan, dari
segi sosial yang mana para bangsawan sudah sama seperti rakyat biasa dan dari
segi ekonomi para bangsawan tidak lagi mendapat upeti dari rakyat.
Dengan uraian diatas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan urain latar belakang di atas, beberapa masalah yang dapat di
identifikasi diantaranya yaitu :
1.
Sejarah Kesultanan Asahan
2.
Revolusi Sosial di Asahan
3.
Kehidupan bangsawan Kesultanan Asahan sebelum tahun 1946
4.
Kehidupan bangsawan Kesultanan Asahan setelah tahun 1946
C.
Rumusan Masalah
Dengan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1.
Bagaimana kehidupan Bangsawan Kesultanan Asahan Sebelum
Revolusi Sosial tahun 1946 ?
2.
Bagaimana kehidupan bangsawan Kesultanan Asahan setelah Revolusi
Sosial tahun 1946 ?
3.
Bagaimana kehidupan bangsawan Kesultanan Asahan saat ini
(2013-2014) ?
D.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui kondisi di Kesultanan Asahan sebelum terjadinya
2.
Untuk mengetahui kehidupan (politik, sosial dan ekonomi) Bangsawan
Kesultanan Asahan setelah revolusi sosial tahun 1946.
3.
Untuk mengetahui kehidupan (politik, sosial dan ekonomi) Bangsawan
Kesultanan Asahan saat ini (2013-2014).
E.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka hasil
penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
1.
Untuk menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai
kehidupan bangsawan Kesultanan Asahan.
2.
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai sejarah dari
Kesultanan Asahan sebagai salah satu Kesultanan Melayu di Sumatera
Timur .
3.
Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana dampak revolusi
sosial yang mewarnai Kemerdekaan Indonesia terhadap kehidupan
para bangsawan Kesultanan Asahan.
4.
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai struktur Adat
Kesultanan Asahan pada masa pemerintahan Republik Indonesia
5.
Menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan
membahas mengenai permasalahan yang sama.
6.
Memberi wawasan kepada peneliti tentang penulisan sebuah karya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 berimbas dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera
Timur. Pada tanggal 3 Maret 1946 terjadi peristiwa revolusi sosial yang
menghancurkan pemerintahan kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur. Revolusi
sosial terjadi akibat peran PKI dan para rakyat yang menginginkan kemerdekaan
sepenuhnya. Pada kejadian revolusi sosial banyak pembunuhan dan perampasan
terhadap para bangsawan kesultanan.
Dari berbagai daerah kesultanan di Sumatera Timur yang mengalami
revolusi sosial, Kesultanan Asahan lah yang mengalami tragedi paling
mengerikan. Pada saat terjadi revolusi sosial di Tanjung Balai mengalami
pemadaman listrik total. Banyaknya korban yang dibunuh oleh para revolusioner
mengakibatkan luka yang dalam kepada para keturunan bangsawan Kesultanan
Asahan. Peristiwa revolusi sosial membawa dampak yang sangat besar kepada
kehidupan para bangsawan Kesultanan Asahan. Baik dari segi politik, sosial
maupun segi ekonomi para bangsawan.
1.
Kehidupan Bangsawan Sebelum Revolusi Sosial
1.1. Segi Politik
Pada masa pemerintahan Kesultanan Asahan berkuasa, sistem
pemerintahan di Asahan dipimpin oleh Sultan. Semua peraturan diatur oleh
Kerapatan Kecil dan Kerapatan Besar. Didalam kerapatan ini diatur bagaimana
menangani kasus dan sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sebagai hakim
dibantu oleh seorang aparatur dan seorang sekretaris.
1.2. Segi Sosial
Dari segi sosial, sejak dahulu Kesultanan Asahan sudah menjalin
hubungan baik dengan para orang Batak. Kita ketahui bahwa mayoritas
masyarakat di Kesultanan Asahan merupakan orang Melayu. Pada masa
pemerintahan Sultan Husinsyah II, membuat peraturan yang sangat tegas. Bagi
siapa saja pendatang yang ingin menetap di Asahan harus memeluk Agama Islam
dan melakukan Khitanan. Dan bagi yang memiliki marga harus menanggalkan
marga mereka.
1.3. Segi Ekonomi
Pada masa sebelum terjadinya peristiwa revolusi sosial, perekonomian
Kesultanan Asahan bersumber dari perdanganan dan pertanian. Kesultanan
Asahan juga memberlakukan upeti kepada daerah jajahan untuk menambah
pendapatan. Karena Kesultanan Asahan berada didekat pantai dan memiliki
pelabuhan, maka bagi setiap barang-barang impor dan ekspor dikenai cukai.
2.
Kehidupan Bangsawan Setelah Revolusi Sosial
2.1. Segi Politik
Setelah terjadinya peristiwa revolusi sosial, kekuasaan pemerintahan tidak
lagi dipimpin oleh Sultan melainkan sudah dipimpin oleh Bupati. Pada tanggal 15
wilayah Asahan. Pengangkatan Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori
Harahap sebagai wakil kepala wilayah. Dan membagi wilayah Asahan menjadi 3
(Tiga) Kewedanan :
1.
Kewedanan Tanjung Balai
2.
Kewedanan Kisaran
3.
Kewedanan Bandar Pulau
2.2. Segi Sosial
Setelah ketegangan atas peristiwa revolusi sosial, hubungan antara
bangsawan dan masyarakat jadi renggang. Masih adanya ketegangan yang terjadi
di Asahan membuat para keturunan Bangsawan yang telah dibebaskan dari
tawanan harus membawa surat izin dari polisi. Dan banyak para bangsawan muda
yang kemudian menggabungkan diri kedalam TRI (Tentara Republik Indonesia)
dan Laskar Rakyat.
2.3. Segi Ekonomi
Peristiwa revolusi sosial mengakibatkan banyak hilangnya harta para
bangsawan. Ini dikarenakan penjarahan yang dilakukan oleh para revoluisioner.
Pemerintah juga memberikan uang santunan kepada para korban perang. Bantuan
itu dapat diambil di kantor-kantor pemerintahan, namun pemberian bantuan itu
3.
Kehidupan Bangsawan Tahun 2013-2014
3.1. Segi Politik
Disegi politik, tidak adanya keikut sertaan para bangsawan dalam
pemerintahan. Yang pada zaman sebelum terjadinya peristiwa revolusi sosial
pemerintahan dipegang oleh sultan mempunyai peraturan sendiri. Namun setelah
terjadinya revolusi sosial maka pemerintahan dialihkan kepada pemerintah
Republik Indonesia. Banyaknya korban dari pembunuhan yang dilakukan para
revolusioner mengakibatkan terauma yang dalam bagi para keturunan bangsawan.
Sehingga mereka tidak ingin berkecimpung dalam dunia politik.
3.2. Segi Sosial
Dari segi sosial, kesama rataan hak dan kewajiban para bangsawan dengan
rakyat biasa. Tidak seperti zaman kejayaan Kesultanan Asahan yang mana para
bangsawan derajatnya lebih tinggi dan memiliki hak istimewa dibandingkan
rakyat biasa. Namun saat ini peristiwa revolusi sosial yang membuat perselisihan
antara para bangsawan dan rakyat biasa sudah tidak terjadi lagi. Ini dapat terlihat
dengan berkecimpungnya para keturunan bangsawan dengan rakyat biasa dalam
satu kemasyarakatan.
3.3. Segi Ekonomi
Dari segi ekonomi, para bangsawan tidak memiliki kemakmuran yang
dirasakan pada masa pemerintahan Kesultanan Asahan. Para keturunan
bangsawan hanya memiliki warisan yang tidak banyak, hanya sebagian sisa harta
dari peninggalan terdahulu. Bantuan pemerintah berupa santunan korban perang
B.
Saran
Dari berbagai permasalahan diatas peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1.
Bagi para keturunan bangsawan dan para bangsawan Kesultana Asahan,
peneliti menyarankan agar tidak merasa terauma lagi pada peristiwa revolusi
sosial dan tidak menutup-nutupin informasi mengenai Kesultanan Asahan.
Agar Kesultanan Asahan juga bisa dipelajari dan diketaui oleh generasi saat
ini.
2.
Bagi para pembaca, peneliti menyarankan agar mempelajari tentang
Kesultanan Asahan. Sehingga dapat mengetahui bahwasannya Kesultan
Asahan merupakan kerajaan yang berjasa bagi Republik Indonesia ini. Maka
dari itu kita harus menjaga dan melestarikan peninggalan dari Kesultanan
Asahan.
3.
Kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terutama bagi
Pemerintah Kota Tanjung Balai dan Pemerintah Kabupaten Asahan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Ichwan., Syafri, Syaiful. 2009. Jejak Sejarah dan Kebudayaan Melayu di
Sumatera Utara. Medan: Cipta Mandiri.
Bustamam, Tengku Ferry. 2003. Bunga Rampai Kesultanan Asahan. Medan :
___________
Gottschalk, Luis. 2006. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI-Press.
Husny, Tengku Haji M.Lah. 1983. Revolusi Sosial 1946 di Sumatera
Utara/Tapanuli disertai Pangkal dan Akibatnya. Medan: Usaha
Veteran.
Kartodirdjo, Sartono. 1981. Elite dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: LP3ES.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Jogjakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Pasaribu, Dody Palty Dolly. 2010. Peran Organisasi Pesindo (Pemuda Sosialis
Indonesia) dalam Revolusi Sosial di Sumatera Timur Tahun 1946.
Skripsi. Medan: UNIMED.
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi
Ilmu Semesta
Reid, Anthony. 1987. Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di
Sumatera. Jakarta: PT Pustaka Sinar Harapan.
Sinar, Tengku Lukman Basarshah.2006. Bangun dan Runtuhnya Kerajaan
Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiono. Prof.dr. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Wariastuti, Dini. 2012.
Kehidupan Bangsawan Kesultanan Serdang Setelah
Van Niel, Robert. 2009. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta: PT Dunia