• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 KOTAPIANG T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 KOTAPIANG T.A 2014/2015."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PE NE RAPAN MODEL PE MBELAJARAN C ONTEX TUA L TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 KOTAPINANG T.A. 2014/2015

Oleh : Trio Putra Siregar

NIM. 4101111057

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan

kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapiang T.A 2014/2015”, disusun untuk

melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan bantuan berupa arahan, bimbingan dan saran kepada penulis

guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, dan Bapak Pardomuan

NJM Sinambela, S.Pd, M.Pd, sebagai dosen pemberi saran yang telah memberi

masukan mulai dari perencanaan penelitian sampai dengan penyusunan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan

dan saran-saran perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy

Surya, M.Pd selaku Ketua jurusan Matematika FMIPA UNIMED dan Bapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED serta

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika

FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu dan memberikan

kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kotapinang,

(4)
(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 KOTAPINANG T.A. 2014/2015

Trio Putra Siregar (NIM 4101111057)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Subjek penelitian yaitu kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapinang yang berjumlah 30 siswa. Objek penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa.

Instrumen penelitian ini melalui tes kemampuan pemecahan masalah dan observasi. Soal tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian, di setiap akhir siklus diberikan satu kali tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari empat soal.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 19 orang siswa dari 30 orang siswa (63,3%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah sedang (mencapai ketuntasan belajar) dengan rata-rata kelas 66,5. Pada siklus II diperoleh 26 orang siswa dari 30 orang siswa (86,7%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar) dengan rata-rata kelas 80,1. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 7 orang siswa (23,3%) dan nilai rata-rata meningkat sebesar 13,6. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dikategorikan baik dengan nilai rata-rata pada kegiatan awal 2,625, kegiatan inti 2,58 dan kegiatan akhir 2,75. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori sangat baik dengan nilai rata-rata pada kegitan awal 3,125, kegiatan inti 3,025 dan kegiatan akhir 3,75.

(6)

vi

1.2. Identifikasi Masalah 6

1.3. Batasan Masalah 7

2.1.1. Masalah Dalam Matematika 9 2.1.2. Pemecahan Masalah Matematika 10 2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah 12

2.1.4. Model Pembelajaran 14

2.1.4.1.Pengertian Model Pembelajaran 14 2.1.5. Model Pembelajaran Kontekstual 15 2.1.5.1.Pengertian Pembelajaran Kontekstual 15 2.1.5.2.Komponen Utama Pembelajaran 16 2.1.5.3.Strategi Pembelajaran Kontekstual 20 2.1.5.4.Teori-teori Yang Relevan 21 2.1.5.5.Elemen dan karakteristik 24 2.1.5.6.Keunggulan dan kelemahan 24 2.1.5.7.Pembelajaran Kontekstual dan Pemecahan Masalah 24 2.1.6. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 26 2.1.6.1.Definisi Persamaan Linier Dua Variabel 26 2.1.6.2.Sistem Persamaan Linier Dua Variabel 27 2.1.6.3.Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier Dua

Variabel 27

2.2. Kerangka Konseptual 35

2.3. Hipotesis Tindakan 36

BAB III METODE PENELITIAN 37

(7)

vii

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 37

3.2.1.Subjek 37

3.2.2.Objek 37

3.3. Jenis Penelitian 37

3.4. Prosedur Penelitian 38

3.5. Alat Pengumpulan Data 43

3.5.1.Tes 43

3.5.2.Observasi 45

3.6. Teknik Analisis Data 45

3.6.1.Reduksi Data 45

3.6.2.Paparan Data 45

3.6.3.Menafsirkan Hasil Olahan Data 47

3.7. Indikator Keberhasilan 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 50

4.1.1.Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 50 4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 50 4.1.1.2. Kesalahan Siswa dalam Tes Siklus I 56

4.1.1.3. Observasi I 58

4.1.1.4. Refleksi I 60

4.1.2.Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 63 4.1.2.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 64 4.1.2.2. Kesalahan Siswa dalam Tes Siklus II 70

4.1.2.3. Observasi II 72

4.1.2.4. Refleksi II 73

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 79

5.1. Kesimpulan 79

5.2. Saran 79

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 44 Tabel 3.2. Tingkat Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah 48 Tabel 3.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 48 Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah I 51 Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 52 Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 52 Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Solusi Yang

Diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 53 Tabel 4.5. Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55 Tabel 4.6. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 56 Tabel 4.7. Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran Pada Siklus I 58 Tabel 4.8. Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran Pada Siklus I 59 Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 65 Tabel 4.10.Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 66 Tabel 4.11.Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 66 Tabel 4.12.Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa Kembali Solusi

Yang Diperoleh Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 67 Tabel 4.13.Tingkat Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Pada Tes

Kemampuan Pemecahan Masalah II 69 Tabel 4.14.Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 70 Tabel 4.15.Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran Pada Siklus II 72 Tabel 4.16.Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran Pada Siklus II 73 Tabel 4.17.Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

x

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah I Siswa Setiap

Kategori 54

Grafik 4.2. Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Tiap Tahap

Kemampuan Pemecahan Masalah I 54 Grafik 4.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 55 Grafik 4.4. Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I 56

Grafik 4.5. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah II Siswa

Setiap Kategori 68

Grafik 4.6. Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Tiap Tahap

Kemampuan Pemecahan Masalah II 68 Grafik 4.7. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 69 Grafik 4.8. Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah II 70

Grafik 4.9. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 83 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 90 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus II) 96 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus II) 102 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 108 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 114 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 120 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 129 Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 131 Lampiran 10. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 132 Lampiran 11. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 133 Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134

Lampiran 13. Tes Diagnostik 135

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap individu

untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Seseorang yang mempunyai

pendidikan yang baik akan lebih banyak mempunyai kesempatan kesuksesan yang

lebih tinggi daripada seseorang yang memiliki pendidikan yang kurang. Seperti

yang tertulis dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal I :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan

adalah matematika. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang tujuan

pengajarannya adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dan

mengkaitkan antar konsep serta mampu menggunakan konsep-konsep itu dalam

metode ilmiah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah

Menengah Atas (SMA), bahkan Perguruan Tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa

bidang studi matematika penting dalam pendidikan, bahkan bukan hanya dalam

dunia pendidikan, matematika juga penting dibutuhkan dalam kehidupan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Cockrof (dalam Abdurrahman, 2009) bahwa:

(13)

2

Cornellius (dalam Abdurrahman, 2009) mengungkapkan bahwa alasan

perlunya belajar matematika adalah sebagai berikut :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan dan secara tidak langsung sangat

mempengaruhi kehidupan setiap orang di masa yang akan datang. Jadi, semakin

sering bermatematika, maka akan semakin sering pula berpikir secara logis, kritis,

sistematis dan kreatif, untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan pada peningkatan

kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan

kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (problem solving), baik masalah

matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan

matematika untuk memecahkannya.

Oleh karena besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia

maka tidak mengherankan jika matematika selalu menjadi sorotan tajam dan

perhatian. Sejalan dengan dinamika pembangunan bangsa dari berbagai sektor,

tuntunan terhadap sektor pendidikan semakin luas, yakni di satu pihak tetap

terpenuhi kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah yang

jumlahnya semakin bertambah dan dipihak lain tercapainya efisiensi, relevansi,

dan peningkatan mutu pendidikan.

Begitu pentingnya belajar matematika, namun pada kenyataannya masih

banyak siswa yang kurang menyukai belajar matematika. Mereka menganggap

matematika merupakan bidang studi yang paling sulit dipelajari. Seperti yang

dikatakan Abdurrahman (2009) yang menyatakan “dari berbagai bidang studi

yang dipelajari disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap

paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih

(14)

3

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan

pelajaran yang sulit bagi setiap siswa, karena dalam proses pembelajarannya siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 02 Juni 2014) yang

dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kotapinang. Pembelajaran di sekolah ini masih

menggunakan pola lama (pembelajaran konvensional, konsep dan aturan

matematika diberikan dalam bentuk jadi dari guru ke siswa, pemberian

contoh-contoh, interaksi satu arah, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab,

pemberian tugas dirumah). Peneliti tidak menemukan siswa belajar secara

berkelompok. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran adalah

mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting. Siswa

sungkan bertanya pada guru dan temannya (khususnya siswa yang lemah)

walaupun diberi dorongan dan motivasi. Siswa yang pintar lebih senang bekerja

sendiri dan jika mengalami kesulitan langsung bertanya kepada guru. Guru

melatih siswa mengerjakan soal-soal rutin (menggunakan rumus dan aturan-aturan

yang ada dalam materi yang diajarkan). Seperti yang dikatakan Yamin (2013)

yang menyatakan “pembelajaran konvensional yang sampai sekarang masih

dominan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika di sekolah di Indonesia

ternyata tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka

pelajari”.

Peneliti juga mengadakan tes studi pendahuluan kepada siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Kotapinang. Tes yang diberikan berupa tes diagnostik yang

berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

dalam matematika, berikut adalah salah satu soal kemampuan pemecahan masalah

yang diberikan kepada siswa : Setiap hari Nabila menyisihkan uang jajannya

untuk ditabung di rumah dengan jumlah yang sama. Setelah 10 hari uang Nabila

menjadi Rp 10.000,00. Berapa rupiahkah Nabila menyisihkan uangnya setiap

hari?

Dengan melihat tabel hasil tes diagnostik kemampuan pemecahan

(15)

4

mengikuti tes, diketahui tingkat kemampuan pemecahan matematika siswa SMP

Negeri 1 Kotapinang, hanya 11 orang siswa (37,93%) yang mampu memahami

masalah, 9 orang siswa (31,03%) yang mampu merencanakan masalah, 9 orang

siswa (31,03%) yang mampu menyelesaikan masalah, dan 3 orang siswa (10,34%)

yang dapat memeriksa kembali. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah dilihat dari rata-rata

tes diagnostik adalah 44.

Berdasarkan hasil tes tersebut dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes diagnostik tersebut diantaranya

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika

yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa mengalami

kesulitan dalam mengaitkan antara yang diketahui dengan yang ditanya dari soal

dan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memisalkan mengubah

kalimat soal kedalam kalimat matematika (membuat model). Dalam setiap

langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan

yang sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan siswa

dalam pemecahan masalah masih rendah. Kemampuan pemecahan masalah yang

rendah karena siswa tidak dapat mengaplikasikan konsep dan keterampilannya.

Seperti yang dikatakan Abdurrahman (2009) yang menyatakan “pemecahan

masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Namun kenyataannya

siswa tidak dapat mengaplikasikan konsep pada hasil pekerjaannya yang terlihat

dari siswa tidak dapat membuat kalimat matematika dari masalah yang diberikan”.

Hasil observasi juga sejalan dengan keterangan guru matematika kelas

VIII SMP Negeri 1 Kotapinang (Bapak P. Panjaitan) yang mengatakan : “ Siswa –

siswi SMP Negeri 1 Kotapinang masih kesulitan dalam mempelajari dan

memahami materi pelajaran matematika yang diajarkan. Dalam proses

pembelajaran matematika sebagian besar siswa tidak aktif, jarang diantara mereka

yang mau bertanya, ataupun memberi tanggapan. Jika diberikan soal cerita terkait

pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, siswa sangat kesulitan menyelesaikan

soal – soal cerita tersebut. Sehingga siswa tidak mampu mengaitkan soal cerita

(16)

5

siswa dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk

menafsirkan masalah yang diberikan kedalam bentuk matematika. Selain itu siswa

juga mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang dapat

digunakan untuk menyelesaiakn masalah. Seperti yang dikatakan Trianto (2009) yang menyatakan “ yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk

belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang

mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikannya”.

Berdasarkan uraian tersebut diambil kesimpulan proses pembelajaran

matematika jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.

Walaupun siswa sudah mempelajari konsep suatu materi pembelajaran akan tetapi

siswa masih mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam

menyelesaikan persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah

matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematika kurang maksimal.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem

pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata dan melibatkan peran siswa secara aktif. Karena pembelajaran

bermakna membuat siswa selalu ingat pada pelajaran tersebut.

Salah satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah adalah pengajaran dan pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL). Sagala (2009) mengatakan bahwa :

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Hal senada juga diungkapkan oleh University of Wasshington, 2001

(dalam Trianto, 2009) pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang

memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan,

memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka

(17)

6

memecahkan masalah- masalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual terjadi

apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dan

mengacu pada masalah-masalah dunia nyata berhubungan dengan peran dan

tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara , siswa dan

tenaga kerja. Pendekatan CTL memiliki ada tujuh komponen utama CTL yaitu:

(1) kontruktivisme (contructivisme), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya

(questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan

(modeling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment).

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui pemecahan masalah

matematika siswa meningkat atau tidak maka perlu dilakukan suatu penelitian

salah satunya adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu

siklus I dan siklus II. Maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian

dengan judul : “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapinang T.A 2014/2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka yang menjadi

identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit

karena kurang memahami masalah matematika.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang

akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

3. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru umumnya cenderung bersifat

konvensional.

4. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

5. Guru selalu menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang

(18)

7

1.3. Pembatasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat banyak masalah yang

teridentifikasi. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka

permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada: ”Penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di Kelas VIII SMP Negeri 1

Kotapinang T.A. 2014/2015”.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukan di atas, maka

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 1

Kotapinang tahun ajaran 2014/2015?

2. Bagaimana tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah dengan

penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

di kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapinang tahun ajaran 2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika dengan menerapkan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapinang

tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kotapinang

(19)

8

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa, melalui pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif dalam

memecahkan masalah matematika.

2. Bagi sekolah, memberi informasi kepada sekolah tentang pembelajaran

Contextual Teaching and Learning terhadap pemecahan masalah

matematika siswa dalam rangka perbaikan sistem pengajaran.

3. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan guru-guru matematika dalam

menyelesaikan masalah/soal-soal dengan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning.

4. Bagi peneliti, Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang ingin

(20)

79

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh gambaran bahwa penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri

1 Kotapinang T.A. 2014/2015, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II

dilaksanakan.

2. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah pada tes diagnostik

diperoleh skor rata-rata siswa dalam pemecahan masalah adalah 44 dengan 9

siswa atau 31,03% dari 29 orang siswa telah mencapai tingkat ketuntasan

belajar. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dengan diajar menggunakan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diperoleh tingkat

kemampuan siswa memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata

kelas 66,5 atau 19 siswa (63,3%) dari 30 orang siswa telah mencapai tingkat

ketuntasan belajar secara individu. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan

pada siklus II, diketahui tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah

adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 80,1 dengan jumlah siswa yang telah

mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 26 siswa atau

86,7% dari 30 siswa.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1

Kotapinang agar melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

dengan membagi siswa ke dalam kelompok belajar secara heterogen sebagai

salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa

(21)

80

2. Kepada siswa SMP Negeri 1 Kotapinang disarankan lebih aktif dalam

menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan hal-hal

yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu dan lebih

berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan

seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kotapinang, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning pada materi sistem persamaan linier dua variabel

ataupun pokok bahasan lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian

(22)

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin, Zainal, (2009), Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta

_______, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

_______, (2011), Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.

Dahar, Wilis, (2011), Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Ekawati, E., (2011), Peran, Fungsi, Tujuan, dan Karakteristik Matematika Sekolah. http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristik-matematika-sekolah/. (Diakses 12 Juni 2014)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

Kunandar, (2011), Guru Profesional Impelemntasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Srtifikasi Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Nasution, S, (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bina Aksara, Jakarta.

National Council of Teachers of Mathematics, (2000), Principles and Standards for School mathematics, Reston, VA, NCTM.

Revolita, R., (2012), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP Kota Pematangsiantar melalui pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Tesis, Program Pasca Sarjana Unimed, medan.

(23)

82

Sagala, Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung.

Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sukardi, H.M, (2013), Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara.

Tim Dosen Unimed, (2008), Strategi Belajar Mengajar Matematika, FMIPA, Unimed.

Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999), Penelitian Tindakan Kelas, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta.

Vina, Devi, (2012), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah matematika siswa melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas VII SMP Swasta Romalbest Medan Tahun Ajaran 2011/2012, FMIPA, Unimed.

Wena, Made, (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Trio Putra Siregar dilahirkan di Kotapinang pada hari selasa tanggal 22

Oktober 1991. Ayah bernama Romali Siregar dan Ibu bernama Murliati Harahap,

dan merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD

Negeri 1122224 Kotapinang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis

melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Kotapinang dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Kotapinang dan

lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi

Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Gambar

Gambar 2.1. Grafik Persamaan Dengan Metode Grafik Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Grafik 4.1.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika melalui penerapan strategi Contextual Teaching and Learning bagi siswa kelas VIII BI SMP

Histogram Kategori Motivasi Belajar Siswa Siklus II …… Histogram Ketuntasan Nilai Siswa Siklus II .... Histogram Perbandingan Motivasi Belajar

Karena telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa dan mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II maka dapat disimpulakan bahwa metode pembelajaran

Karena telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa dan mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II maka dapat disimpulakan bahwa model pembelajaran

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan ketuntasan klasikal pada hasil belajar siklus I ke siklus II sebesar 63,45% dan hasil penilaian selama proses pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning

Peningkatan percaya diri siklus I dari gabungan observasi dan angket 40,05% dengan kriteria kurang, siklus II dari gabungan observasi dan angket adalah 55,85% cukup, siklus

Jika pada Siklus I jumlah nilai formatif yang dicapai masih sebesar 1280 dengan prosentase ketuntasan belajar 22,75%, maka pada Siklus II sudah jauh mengalami peningkatan hingga