PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN
TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH
BINJAI T.A 2013/2014
SKRIPSI
Oleh :
WAN PUTRI HAJRIANTI
NIM : 1103113061
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Wan Putri Hajrianti, Nim 1103113061, Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia 5-6 Tahun
Di TK Aisyiyah Binjai T.A. 2013/2014
Permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan adalah kemampuan berpikir kritis anak yang belum berkembang. Hal ini ditandai dengan anak yang masih terlihat kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Anak cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru dan terlihat pasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Binjai.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, dengan desain Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Aisyiyah Binjai yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas B1, B2 dan B3 yang berjumlah 69 orang anak. Pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara mengundi menggunakan kertas, dimana saat pengambilan pertama yaitu kelas B1 sebagai kelas eksperimen dan pengambilan kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas B2. Teknik pengumpulan data melalui observasi. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
Hasil analisis data observasi akhir kemampuan berpikir kritis anak dengan menggunakan uji homogenitas, diperoleh nilai fhitung (0,1285) < nilai ftabel (2,01) dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa kedua data bersifat homogen. Kemudian dari uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh thitung12,534 sedangkan ttabel =
1,6879.
i
2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 9
2.1.1.1 Pengertian Berpikir Kritis ... 9
2.1.1.2 Ciri-Ciri Berpikir Kritis ... 10
2.1.1.3 Indikator Berpikir Kritis ... 11
2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Anak Berpikir Kritis ... 23
2.1.2 Metode Eksperimen ... 25
2.1.2.1 Pengertian Metode Eksperimen ... 25
2.1.2.2 Tujuan Metode Eksperimen ... 26
2.1.2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 27
2.1.2.4 Bentuk-BentukEksperimen ... 28
2.1.2.5 Prosedur Dan Langka-LangkahKegiatan ... 31
2.2 Kerangka Konseptual ... 32
2.3 Hipotesis ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34
ii
3.2.1. Populasi ... 34
3.2.2. Sampel ... 35
3.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 35
3.3.1 Variabel Bebas ... 35
3.3.2 Variabel Terikat ... 35
3.3.3 Defenisi Operasional ... 35
3.4 Desain Dan Prosedur Penelitian ... 36
3.4.1. Desain Penelitian ... 36
3.4.2. Prosedur Penelitian ... 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.6 Teknik Analisis Data ... 40
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ...47
4.1. 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...47
4.2. Analisis Data hasil Penelitian ...52
4.2.1. Uji Normalitas Data ...52
4.2.2. Uji Homogenitas...53
4.2.3. Uji Hipotesis...53
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...57
5.2. Saran ...57
DAFTAR PUSTAKA ...58
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis ... 12
Tabel 2.2 Tingkat pencapaian Perkembangan Bahasa... 15
Tabel 2.3 Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif ... 18
Tabel 2.4 Perpaduan Indikator Berpikir Kritis dengan Permen 58 ... 21
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ……… 36
Tabel 3.2. Kisi – kisi Observasi Berpikir Kritis Anak... 39
Tabel 4.1. Data Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen... 46
Tabel 4.2. Data Nilai Observasi Akhir Kelas Kontrol... 46
Tabel 4.3. Ringkasan Uji Normalitas dan Uji Liliefors... 48
Tabel 4.4 Ringkasan Uji Homogenitas... 49
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian
Lampiran 2 : Pedoman Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia 5-6 Tahun
Lampiran 3 : Data Mentah Observasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Lampiran 4 : Data Observasi Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Lampiran 5 : Mengitung Mean (Rata-rata) dan Simpangan Baku pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Lampiran 6 : Uji Normalitas Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke Z
Lampiran 8 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors
Lampiran 9 : Uji Homogenitas Data Hasil Penelitian
Lampiran 10 : Tabel distribusi Nilai F
Lampiran 11 : Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian
Lampiran 12 : Data Nilai Presentil untuk Distribusi F
Lampiran 13 : Dokumentasi Hasil Penelitian
Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang baik akan menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, sebaliknya pendidikan yang buruk akan
menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Anak sebagai
peserta didik dipersiapkan untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri, dan kreatif
dalam memasuki era globalisasi yang penuh persaingan. Pendidikan merupakan
proses kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi manusia. Pendidikan perlu
dimulai sejak dini. Pendidikan yang tepat sejak berusia dini akan mempengaruhi
seseorang untuk perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang memerlukan
pendidikan sebagai upaya pembentukan kepribadian seseorang dimasa yang akan
datang.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan, baik bahasa, fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama), maupun komunikasi, yang sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas) Pasal 1 poin 14 menyatakan bahwa:
“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
2
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal”.
Anak - anak Indonesia harus disiapkan, dibina dan di kembangkan sejak
usia dini, baik fisik, mental, maupun moralnya agar menjadi manusia dewasa yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab dan
menjadi penerus perjuangan bangsa dan negara. Untuk mewujudkan
perkembangan yang optimal tersebut anak memerlukan dukungan dari semua
pihak seperti orang tua, dan lingkungan masyarakat disekitarnya.
Manusia mulai belajar sejak lahir. Manusia yang baru lahir merupakan
organisme dengan kemampuan belajar efesien. Tahun pertama kehidupan manusia
adalah masa belajar yang amat banyak membuahkan hasil. Pengetahuan tentang
berbagai benda, pengenalan lingkungan dan perolehan bahasa berkembang pesat
pada lima tahun pertama kehidupan. Manusia adalah makhluk berpikir. Bower
(Taqwin:2014) mengatakan bahwa ”Bayi dalam tahap infansi sudah dapat berpikir
logis”. Artinya kemampuan berpikir itu sudah ada sejak tahun pertama kehidupan
manusia.
Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan
belajar mereka yang tinggi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan untuk
berpikir kritis hendaknya sudah diberikan pada anak sejak masih sangat muda,
selain untuk mempersiapkan mereka di masa dewasa kelak, juga untuk
membiasakan keterbukaan pada berbagai informasi sejak dini. Kurangnya
pendidikan berpikir kritis dapat mengarahkan anak-anak kepada kebiasaan
3
melakukannya. Kebiasaannya ini sudah sering terlihat pada anak-anak yang
kurang bahkan tidak mendapatkan pendidikan berpikir kritis.
Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam
mengembangkan proses berpikir anak. Pengembangan kemampuan berpikir kritis
sangat penting dalam pendidikan karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif
dan meningkatkan daya fikir anak. Berpikir kritis hendaklah dipupuk sejak anak
usia dini, Mendidik anak berpikir kritis akan membantu anak untuk secara aktif
membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi di sekelilingnya.
Menurut hasil observasi awal yang peneliti lakukan di kelas B1 dan B2
dan B3 TK Aisyiyah Binjai masih banyak ditemukan anak yang belum
mengembangkan kemampuan berpikir kritis nya dengan baik. Dari 64 orang anak,
terdapat 46 orang anak (71,87%) yang belum menunjukkan kemampuan berpikir
kritis, sementara 18 orang anak lainnya (28,12%) sudah terlihat memiliki
kemampuan berpikir kritis yang diharapkan dimiliki oleh anak. Namun masih
terdapat beberapa kendala dalam proses pembelajaran, yaitu anak kurang mampu
mengajukan pertanyaan dan pendapat, walaupun guru sering memberikan
kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapat. Hal ini ditandai dari anak
cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru dan lebih terlihat pasif. Anak
hanya mendengarkan guru, ketika guru memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya hanya beberapa anak yang bertanya sementara anak yang lain
hanya diam. Begitu juga ketika guru memberikan pertanyaan kepada anak hanya
beberapa anak saja yang menjawabnya. Anak kurang berani mengemukakan
alasan terhadap beberapa alternatif jawaban yang diberikan oleh guru, dibuktikan
4
Pada kegiatan penutup terlihat anak kurang aktif, hal ini dilihat dari kemampuan
anak memberikan kesimpulan mengenai kegiatan pembelajaran di akhir pelajaran
yang masih di dominasi oleh guru. Hal ini disebabkan oleh metode mengajar guru
yang dipakai selama ini kurang bervariasi, hanya menggunakan berberapa metode
seperti metode ceramah dan pemberian tugas sehingga berbagai kemampuan yang
dimiliki anak kurang berkembang, seperti kemampuan anak dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Guru juga perlu memperhatikan metode yang sesuai untuk
mengembangkan berpikir kritis pada anak dan teknik-teknik yang dapat
digunakan untuk mencapai hal tersebut. Kurang tepatnya metode atau cara yang
digunakan guru selama ini belum maksimal untuk mengembangkan berpikir kritis
anak. Model pembelajaran pada kegiatan awal dan akhir adalah model
pembelajaran klasikal dengan metode tanya jawab dan ceramah. Pemanfaatan
lingkungan sekitar sekolah dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan
berfikir kritis anak juga masih sangat kurang. Kegiatan pembelajaran sebagian
besar dilakukan di dalam kelas, sehingga anak kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran terutama pada pengembangan berpikir kritis. Hal ini menyebabkan
berpikir kritis yang diharapkan tidak muncul pada diri anak.
Salah satu aktivitas yang dapat membuat anak senang dan tertarik adalah
dengan memberikan kegiatan pembelajaran melalui metode eksperimen. Metode
eksperimen ini dapat dilakukan di luar dapat juga di dalam ruangan. metode
eksperimen merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini. Metode ini sangat
5
pelaksanaannya anak mencari atau menemukan jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar.
Anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Sifat ingin tahu yang tinggi
pada anak usia dini sedang berkembang sangat cepat. Simpul – simpul syaraf di
otaknya sibuk membangun pengetahuan dengan cara mengasimilasi dan
mengakomodasi rangsangan yang di dapatnya melalui pengamatan dari
lingkungan disekitarnya. Salah satu cara untuk memuaskan keingintahuannya
adalah dengan melakukan percobaan. Oleh karena itu, metode eksperimen sangat
mendukung optimalisasi, potensi intelektual yang sesuai dengan taraf berpikir
anak pada masa kini.
Permasalahan di atas menggambarkan bahwa salah satu kemampuan yang
harus dikembangkan pada anak usia dini ialah kemampuan anak dalam berpikir
kritis. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
diatas adalah dengan cara menggunakan metode eksperimen. Karena anak
seharusnya mampu melakukan penelitian atau percobaan sendiri, guru/ pendidik
hanya memfasilitasi dan menuntun atau mengarahkan anak untuk menjalankan
penelitian atau percobaannya.
Melihat pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis anak,
peneliti berkeinginan mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Merode Eksperimen Terhadap
6
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Anak kurang mampu mengajukan pertanyaan dan mengemukakan
pendapatnya ketika guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
2. Guru memberikan pertanyaan dengan beberapa alternative jawaban namun
anak jarang memberikan alasan dari jawaban yang dipilihnya.
3. Guru bersama anak menarik kesimpulan materi di akhir pembelajaran
namun pada kenyataannya kegiatan tersebut masih didominasi oleh guru.
4. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dalam kegiatan pembelajaran
untuk mengembangkan berfikir kritis anak juga masih sangat kurang.
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian ini, maka perlu
ditentukan pembatasan masalah. Batasan masalah dilakukan dengan
mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana, tenaga dan alat-alat yang
diperlukan. Jadi salah satu masalah yang penting untuk dipecahkan adalah
bagaimana Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Pada Anak Usia 5-6 tahun di Di Tk Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran
2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
7
penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis pada anak
usia 5-6 tahun di Tk Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran 2013/2014?”.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah “ Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan metode
eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis pada anak usia 5-6 tahun di Tk
Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan ataupun
sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan atau mengembangkan
lebih lanjut mengenai kemampuan berpikir kritis anak.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Anak
a. Melalui metode eksperimen dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis anak
b. Membantu anak membangun keterampilannya dengan
menggunakan panca indera nya
c. Dapat memberikan pengalaman kepada anak tentang proses
terjadinya sesuatu
d. Dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan
sendiri jawaban dari suatu permasalahan.
8
2. Bagi Guru
a. Agar guru dapat mengetahui pentingnya metode eksperimen untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak.
b. Untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan
3. Bagi Peneliti
a. Melatih kesabaran dan ketekunan, kerja sama dan sosialisasi
kepada anak
b. Dapat mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan
penelitian
c. Sebagai bahan penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada sekolah
tentang bagaimana pengaruh metode eksperimen terhadap kemampuan
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data pada sub bab
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Hasil observasi kemampuan berpikir kritis anak kelas eksperimen
memiliki rata-rata 15,86 lebih besar dibandingkan dengan hasil
observasi kemampuan berpikir kritis anak di kelas kontrol yang
memiliki rata-rata 9,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan
berpikir kritis anak. .
2. Hasil uji hipotesis terbukti bahwa thitung (12,534) > ttabel (1,6879). Hal
tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga dapat dinyatakan ada pengaruh yang signifikan penggunaan
metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis anak.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran
yaitu :
1. Bagi para pendidik hendaknya mulai menerapkan berbagai metode
58
mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini, terutama
bagi anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan metode
metode yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran khususnya
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak.
3. Bagi penulis hendaknya dapat lebih mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam mengasah kemampuan berpikir kritis anak seperti
dengan menggunakan metode eksperimen maupun dengan
menggunakan metode pembelajaran lainnya, serta menambah wawasan
60
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gunarti, Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka.
Hidayat. 2012. Berpikir Kritis dan Membaca Kritis, (Online) dalam
http://hidayat68.wordpress.com/2012/12/16/berpikir-kritis-dan-membaca-kritis/
Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching And Learning. Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan
Learning Center.
Kartinah. 2013. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi
Pendidikan Matematika FPMipa IKIP PGRI Semarang Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika. (Online) dalam
http://eprints.ikippgrismg.ac.id/33/1/I.%20MAKALAH%20KIRIM%20 UNS-2013-uns-eprints.pdf
Kemendiknas. 2009. Permen Nomor 58 tahun 2009 Standar Perkembangan Anak. Jakarta.
Kusriyah, Siti. 2014. Metode Penelitian Eksperimen, (Online), dalam http://pta.kemenag.go.id/index.php/fronlend/news/index/168, diakses 16 April 2014
Magazine, Guide, Parents. 2013. Kenapa Begini, Kenapa Begitu?, (Online), dalam https://m.facebook.com/permalink.php?id=42306187098&story-fbid=609821712381077, diakses 16 April 2014
Patmawati, Herti. 2011. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Metode
Praktikum. (Online) dalam
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTI %20PATMAWATI-FITK.pdf
Rusdi, Oktiyani, Hanumi. 2007. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Metode Praktikum Dengan Menggunakan Bahan Sehari-Hari. Bandung:UPI
60
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Takwin, Bagus. 2014. Mengajar Anak Berpikir Kritis, (Online),
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/bagus-t/material/metode-dan-indikans-berpikir-kritis.doc, diakses 13 April 2014
Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis. Jakarta : Rineka Cipta
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.