• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BINJAI T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BINJAI T.A. 2013/2014."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN

TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH

BINJAI T.A 2013/2014

SKRIPSI

Oleh :

WAN PUTRI HAJRIANTI

NIM : 1103113061

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Wan Putri Hajrianti, Nim 1103113061, Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia 5-6 Tahun

Di TK Aisyiyah Binjai T.A. 2013/2014

Permasalahan yang ditemukan peneliti dilapangan adalah kemampuan berpikir kritis anak yang belum berkembang. Hal ini ditandai dengan anak yang masih terlihat kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Anak cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru dan terlihat pasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Binjai.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen, dengan desain Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Aisyiyah Binjai yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas B1, B2 dan B3 yang berjumlah 69 orang anak. Pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara mengundi menggunakan kertas, dimana saat pengambilan pertama yaitu kelas B1 sebagai kelas eksperimen dan pengambilan kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas B2. Teknik pengumpulan data melalui observasi. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.

Hasil analisis data observasi akhir kemampuan berpikir kritis anak dengan menggunakan uji homogenitas, diperoleh nilai fhitung (0,1285) < nilai ftabel (2,01) dari hasil

tersebut menunjukkan bahwa kedua data bersifat homogen. Kemudian dari uji hipotesis dengan menggunakan uji-t pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh thitung12,534 sedangkan ttabel =

1,6879.

(5)

i

2.1.1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 9

2.1.1.1 Pengertian Berpikir Kritis ... 9

2.1.1.2 Ciri-Ciri Berpikir Kritis ... 10

2.1.1.3 Indikator Berpikir Kritis ... 11

2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Anak Berpikir Kritis ... 23

2.1.2 Metode Eksperimen ... 25

2.1.2.1 Pengertian Metode Eksperimen ... 25

2.1.2.2 Tujuan Metode Eksperimen ... 26

2.1.2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 27

2.1.2.4 Bentuk-BentukEksperimen ... 28

2.1.2.5 Prosedur Dan Langka-LangkahKegiatan ... 31

2.2 Kerangka Konseptual ... 32

2.3 Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

(6)

ii

3.2.1. Populasi ... 34

3.2.2. Sampel ... 35

3.3 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 35

3.3.1 Variabel Bebas ... 35

3.3.2 Variabel Terikat ... 35

3.3.3 Defenisi Operasional ... 35

3.4 Desain Dan Prosedur Penelitian ... 36

3.4.1. Desain Penelitian ... 36

3.4.2. Prosedur Penelitian ... 36

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 40

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ...47

4.1. 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...47

4.2. Analisis Data hasil Penelitian ...52

4.2.1. Uji Normalitas Data ...52

4.2.2. Uji Homogenitas...53

4.2.3. Uji Hipotesis...53

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...57

5.2. Saran ...57

DAFTAR PUSTAKA ...58

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis ... 12

Tabel 2.2 Tingkat pencapaian Perkembangan Bahasa... 15

Tabel 2.3 Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif ... 18

Tabel 2.4 Perpaduan Indikator Berpikir Kritis dengan Permen 58 ... 21

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ……… 36

Tabel 3.2. Kisi – kisi Observasi Berpikir Kritis Anak... 39

Tabel 4.1. Data Nilai Observasi Akhir Kelas Eksperimen... 46

Tabel 4.2. Data Nilai Observasi Akhir Kelas Kontrol... 46

Tabel 4.3. Ringkasan Uji Normalitas dan Uji Liliefors... 48

Tabel 4.4 Ringkasan Uji Homogenitas... 49

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Kegiatan Mingguan dan Rencana Kegiatan Harian

Lampiran 2 : Pedoman Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia 5-6 Tahun

Lampiran 3 : Data Mentah Observasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Lampiran 4 : Data Observasi Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Lampiran 5 : Mengitung Mean (Rata-rata) dan Simpangan Baku pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol

Lampiran 6 : Uji Normalitas Data Hasil Penelitian

Lampiran 7 : Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke Z

Lampiran 8 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors

Lampiran 9 : Uji Homogenitas Data Hasil Penelitian

Lampiran 10 : Tabel distribusi Nilai F

Lampiran 11 : Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian

Lampiran 12 : Data Nilai Presentil untuk Distribusi F

Lampiran 13 : Dokumentasi Hasil Penelitian

Lampiran 14 : Surat Izin Penelitian

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang baik akan menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas, sebaliknya pendidikan yang buruk akan

menghasilkan sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Anak sebagai

peserta didik dipersiapkan untuk menjadi jiwa yang tangguh, mandiri, dan kreatif

dalam memasuki era globalisasi yang penuh persaingan. Pendidikan merupakan

proses kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi manusia. Pendidikan perlu

dimulai sejak dini. Pendidikan yang tepat sejak berusia dini akan mempengaruhi

seseorang untuk perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang memerlukan

pendidikan sebagai upaya pembentukan kepribadian seseorang dimasa yang akan

datang.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

perkembangan, baik bahasa, fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio

emosional (sikap dan perilaku serta agama), maupun komunikasi, yang sesuai

dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas) Pasal 1 poin 14 menyatakan bahwa:

“Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

(10)

2

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal”.

Anak - anak Indonesia harus disiapkan, dibina dan di kembangkan sejak

usia dini, baik fisik, mental, maupun moralnya agar menjadi manusia dewasa yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab dan

menjadi penerus perjuangan bangsa dan negara. Untuk mewujudkan

perkembangan yang optimal tersebut anak memerlukan dukungan dari semua

pihak seperti orang tua, dan lingkungan masyarakat disekitarnya.

Manusia mulai belajar sejak lahir. Manusia yang baru lahir merupakan

organisme dengan kemampuan belajar efesien. Tahun pertama kehidupan manusia

adalah masa belajar yang amat banyak membuahkan hasil. Pengetahuan tentang

berbagai benda, pengenalan lingkungan dan perolehan bahasa berkembang pesat

pada lima tahun pertama kehidupan. Manusia adalah makhluk berpikir. Bower

(Taqwin:2014) mengatakan bahwa ”Bayi dalam tahap infansi sudah dapat berpikir

logis”. Artinya kemampuan berpikir itu sudah ada sejak tahun pertama kehidupan

manusia.

Dengan pemahaman terhadap kondisi kognitif anak dan kemampuan

belajar mereka yang tinggi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan untuk

berpikir kritis hendaknya sudah diberikan pada anak sejak masih sangat muda,

selain untuk mempersiapkan mereka di masa dewasa kelak, juga untuk

membiasakan keterbukaan pada berbagai informasi sejak dini. Kurangnya

pendidikan berpikir kritis dapat mengarahkan anak-anak kepada kebiasaan

(11)

3

melakukannya. Kebiasaannya ini sudah sering terlihat pada anak-anak yang

kurang bahkan tidak mendapatkan pendidikan berpikir kritis.

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam

mengembangkan proses berpikir anak. Pengembangan kemampuan berpikir kritis

sangat penting dalam pendidikan karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif

dan meningkatkan daya fikir anak. Berpikir kritis hendaklah dipupuk sejak anak

usia dini, Mendidik anak berpikir kritis akan membantu anak untuk secara aktif

membangun pertahanan diri terhadap serangan informasi di sekelilingnya.

Menurut hasil observasi awal yang peneliti lakukan di kelas B1 dan B2

dan B3 TK Aisyiyah Binjai masih banyak ditemukan anak yang belum

mengembangkan kemampuan berpikir kritis nya dengan baik. Dari 64 orang anak,

terdapat 46 orang anak (71,87%) yang belum menunjukkan kemampuan berpikir

kritis, sementara 18 orang anak lainnya (28,12%) sudah terlihat memiliki

kemampuan berpikir kritis yang diharapkan dimiliki oleh anak. Namun masih

terdapat beberapa kendala dalam proses pembelajaran, yaitu anak kurang mampu

mengajukan pertanyaan dan pendapat, walaupun guru sering memberikan

kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapat. Hal ini ditandai dari anak

cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru dan lebih terlihat pasif. Anak

hanya mendengarkan guru, ketika guru memberikan kesempatan kepada anak

untuk bertanya hanya beberapa anak yang bertanya sementara anak yang lain

hanya diam. Begitu juga ketika guru memberikan pertanyaan kepada anak hanya

beberapa anak saja yang menjawabnya. Anak kurang berani mengemukakan

alasan terhadap beberapa alternatif jawaban yang diberikan oleh guru, dibuktikan

(12)

4

Pada kegiatan penutup terlihat anak kurang aktif, hal ini dilihat dari kemampuan

anak memberikan kesimpulan mengenai kegiatan pembelajaran di akhir pelajaran

yang masih di dominasi oleh guru. Hal ini disebabkan oleh metode mengajar guru

yang dipakai selama ini kurang bervariasi, hanya menggunakan berberapa metode

seperti metode ceramah dan pemberian tugas sehingga berbagai kemampuan yang

dimiliki anak kurang berkembang, seperti kemampuan anak dalam bertanya dan

menjawab pertanyaan.

Guru juga perlu memperhatikan metode yang sesuai untuk

mengembangkan berpikir kritis pada anak dan teknik-teknik yang dapat

digunakan untuk mencapai hal tersebut. Kurang tepatnya metode atau cara yang

digunakan guru selama ini belum maksimal untuk mengembangkan berpikir kritis

anak. Model pembelajaran pada kegiatan awal dan akhir adalah model

pembelajaran klasikal dengan metode tanya jawab dan ceramah. Pemanfaatan

lingkungan sekitar sekolah dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan

berfikir kritis anak juga masih sangat kurang. Kegiatan pembelajaran sebagian

besar dilakukan di dalam kelas, sehingga anak kurang aktif dalam kegiatan

pembelajaran terutama pada pengembangan berpikir kritis. Hal ini menyebabkan

berpikir kritis yang diharapkan tidak muncul pada diri anak.

Salah satu aktivitas yang dapat membuat anak senang dan tertarik adalah

dengan memberikan kegiatan pembelajaran melalui metode eksperimen. Metode

eksperimen ini dapat dilakukan di luar dapat juga di dalam ruangan. metode

eksperimen merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini. Metode ini sangat

(13)

5

pelaksanaannya anak mencari atau menemukan jawaban dengan usaha sendiri

berdasarkan fakta yang benar.

Anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Sifat ingin tahu yang tinggi

pada anak usia dini sedang berkembang sangat cepat. Simpul – simpul syaraf di

otaknya sibuk membangun pengetahuan dengan cara mengasimilasi dan

mengakomodasi rangsangan yang di dapatnya melalui pengamatan dari

lingkungan disekitarnya. Salah satu cara untuk memuaskan keingintahuannya

adalah dengan melakukan percobaan. Oleh karena itu, metode eksperimen sangat

mendukung optimalisasi, potensi intelektual yang sesuai dengan taraf berpikir

anak pada masa kini.

Permasalahan di atas menggambarkan bahwa salah satu kemampuan yang

harus dikembangkan pada anak usia dini ialah kemampuan anak dalam berpikir

kritis. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

diatas adalah dengan cara menggunakan metode eksperimen. Karena anak

seharusnya mampu melakukan penelitian atau percobaan sendiri, guru/ pendidik

hanya memfasilitasi dan menuntun atau mengarahkan anak untuk menjalankan

penelitian atau percobaannya.

Melihat pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis anak,

peneliti berkeinginan mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu penelitian

yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Merode Eksperimen Terhadap

(14)

6

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Anak kurang mampu mengajukan pertanyaan dan mengemukakan

pendapatnya ketika guru memberikan kesempatan kepada anak untuk

bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

2. Guru memberikan pertanyaan dengan beberapa alternative jawaban namun

anak jarang memberikan alasan dari jawaban yang dipilihnya.

3. Guru bersama anak menarik kesimpulan materi di akhir pembelajaran

namun pada kenyataannya kegiatan tersebut masih didominasi oleh guru.

4. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dalam kegiatan pembelajaran

untuk mengembangkan berfikir kritis anak juga masih sangat kurang.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian ini, maka perlu

ditentukan pembatasan masalah. Batasan masalah dilakukan dengan

mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana, tenaga dan alat-alat yang

diperlukan. Jadi salah satu masalah yang penting untuk dipecahkan adalah

bagaimana Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis Pada Anak Usia 5-6 tahun di Di Tk Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran

2013/2014.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

(15)

7

penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis pada anak

usia 5-6 tahun di Tk Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran 2013/2014?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah “ Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan metode

eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis pada anak usia 5-6 tahun di Tk

Aisyiyah Binjai Tahun Ajaran 2013/2014.

1.6 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan ataupun

sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan atau mengembangkan

lebih lanjut mengenai kemampuan berpikir kritis anak.

B. Manfaat Praktis

1. Bagi Anak

a. Melalui metode eksperimen dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritis anak

b. Membantu anak membangun keterampilannya dengan

menggunakan panca indera nya

c. Dapat memberikan pengalaman kepada anak tentang proses

terjadinya sesuatu

d. Dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan

sendiri jawaban dari suatu permasalahan.

(16)

8

2. Bagi Guru

a. Agar guru dapat mengetahui pentingnya metode eksperimen untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak.

b. Untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan

3. Bagi Peneliti

a. Melatih kesabaran dan ketekunan, kerja sama dan sosialisasi

kepada anak

b. Dapat mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan

penelitian

c. Sebagai bahan penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada sekolah

tentang bagaimana pengaruh metode eksperimen terhadap kemampuan

(17)

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data pada sub bab

sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :

1. Hasil observasi kemampuan berpikir kritis anak kelas eksperimen

memiliki rata-rata 15,86 lebih besar dibandingkan dengan hasil

observasi kemampuan berpikir kritis anak di kelas kontrol yang

memiliki rata-rata 9,40, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap kemampuan

berpikir kritis anak. .

2. Hasil uji hipotesis terbukti bahwa thitung (12,534) > ttabel (1,6879). Hal

tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima,

sehingga dapat dinyatakan ada pengaruh yang signifikan penggunaan

metode eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis anak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan beberapa saran

yaitu :

1. Bagi para pendidik hendaknya mulai menerapkan berbagai metode

(18)

58

mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini, terutama

bagi anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah.

2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan metode

metode yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran khususnya

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak.

3. Bagi penulis hendaknya dapat lebih mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam mengasah kemampuan berpikir kritis anak seperti

dengan menggunakan metode eksperimen maupun dengan

menggunakan metode pembelajaran lainnya, serta menambah wawasan

(19)

60

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Gunarti, Winda. 2008. Metode Pengembangan Perilaku Dan Kemampuan Dasar

Anak Usia Dini. Jakarta:Universitas Terbuka.

Hidayat. 2012. Berpikir Kritis dan Membaca Kritis, (Online) dalam

http://hidayat68.wordpress.com/2012/12/16/berpikir-kritis-dan-membaca-kritis/

Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching And Learning. Menjadikan Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan

Learning Center.

Kartinah. 2013. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi

Pendidikan Matematika FPMipa IKIP PGRI Semarang Dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika. (Online) dalam

http://eprints.ikippgrismg.ac.id/33/1/I.%20MAKALAH%20KIRIM%20 UNS-2013-uns-eprints.pdf

Kemendiknas. 2009. Permen Nomor 58 tahun 2009 Standar Perkembangan Anak. Jakarta.

Kusriyah, Siti. 2014. Metode Penelitian Eksperimen, (Online), dalam http://pta.kemenag.go.id/index.php/fronlend/news/index/168, diakses 16 April 2014

Magazine, Guide, Parents. 2013. Kenapa Begini, Kenapa Begitu?, (Online), dalam https://m.facebook.com/permalink.php?id=42306187098&story-fbid=609821712381077, diakses 16 April 2014

Patmawati, Herti. 2011. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada

Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Metode

Praktikum. (Online) dalam

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTI %20PATMAWATI-FITK.pdf

Rusdi, Oktiyani, Hanumi. 2007. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Metode Praktikum Dengan Menggunakan Bahan Sehari-Hari. Bandung:UPI

(20)

60

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Takwin, Bagus. 2014. Mengajar Anak Berpikir Kritis, (Online),

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/bagus-t/material/metode-dan-indikans-berpikir-kritis.doc, diakses 13 April 2014

Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis. Jakarta : Rineka Cipta

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis ................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembuatan bioetanol ini menggunakan variabel bebas meliputi kadar asam yang ditambahkan sebesar 10% b/b 20% b/b dan 30% b/b pada tahap perlakuan pendahuluan dan jumlah

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang

In our results, although genotype 5 ap- peared to be tolerant in terms of photosynthesis rate (Experiment 1), it provided lower fruit yields when used as rootstock by the

19 Chen et al melaporkan pada studi beberapa negara di Asia, Indonesia merupakan negara yang paling banyak ditemukan kasus adenokarsinoma prostat dengan

Puskesmas Donggala Sulawesi Tengah agar menurunkan angka kejadian pneumonia pada anak balita yang disebabkan oleh faktor risiko lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat

Tabel 4.18 Persentase tujuan penggunaan keterampilan mengelola kelas pada simulasi keterampilan dasar mengajar dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Tata Boga

pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di Kecamatan Angkola Timur. Kabupaten