• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Adiyoga, W, Suwandi, dan Kartasih, A (2014) “Sikap Petani Terhadap Pilihan Atribut Benih dan Varietas Kentang (Farmers’ Attitude Towards Attribute Choices of Potato Seed and Variety)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sikap petani terhadap pilihan atribut benih dan varietas kentang. Metode penelitian yang digunakan Melalui wawancara individual 46 orang responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode statistika deskriptif dan metode urutan kepentingan menggunakan analisis skor bobot berganda. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 46 orang responden petani kentang sentra produksi kentang di Jawa Barat, Sumatera Barat, dan Sulawesi Utara. Hasil penelitian Granola merupakan varietas yang paling banyak ditanam petani pada musim tanam 2011 dan benih G3 merupakan generasi benih yang paling banyak digunakan. Lebih dari separuh responden menggunakan benih hasil sendiri (saved seed) dengan ukuranbenih 20–25 umbi/kg. Semua petani menyatakan pernah menanam varietas Granola, kemudian diikuti oleh Atlantik dan Marhagayu.

Atribut benih kentang yang paling disukai ialah benih yang memiliki potensi daya hasil > 30 t, umur panen 86–95 hari, ketahanan terhadap penyakit busuk daun, ketahanan terhadap penyakit layu, kedalaman mata < 0,5 cm, jumlah mata < 10, dan ukuran benih 30–40 g. Atribut benih kentang yang dipersepsi responden paling penting yaitu potensi daya hasil, sedangkan yang paling tidak penting ialah jumlah mata. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama menggunakan wawancara dengan kuesioner terstruktur, perbedaannya terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh Dedy Hendra Prastia (2015), “Pengaruh Pengetahuan Petani Kentang Terhadap Pertanian Berkelanjutan Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara . Tujuan penelitian ini

(2)

untuk mengetahui pengetahuan petani kentang terhadap pertanian berkelanjutan di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah petani dan buruh tani kentang yang berada di Desa Kepakisan berjumlah 902 orang . Hasil penelitian Tidak ada pengaruh antara pengetahuan petani kentang terhadap pertanian berkelanjutan. Dengan pengetahuan yang luas sayangnya petani dalam pertanian kentang tidak sesuai dengan prinsip konservasi. Alasannya karena petani tidak ingin merugi dan hasil yang kurang memuaskan kalau mencoba dengan cara-cara pertanian yang berkelanjuatan. Maka, untuk mengoptimalkan kegiatan pertanian berkelanjutan perlu adanya partisipasi dan dukungan dari petani kentang, pihak penyuluh pertanian dan pemerintah untuk mendukung program pertanian berkelanjutan Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama mengethauipengetahuan petani terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh Muthmainnah Bakri Hamrat (2018)

“Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan Dan Sikap Terhadap Tingkat Penerimaan Teknologi Budidaya Organik (Studi Kasus Petani Sayuran Organik di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep)” .Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap tingkat penerimaan teknologi budidaya organik . Metode yang digunakan adalah kuantitatif populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 34 responden Petani Sayuran Organik di Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkep. Hasil penelitian 1) Tingkat penerimaan teknologi budidaya sayuran organik di kabupaten Pangkep, masih rendah dan belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat tani pangkep 2) Aspek pengetahuan dan sikap berpengaruh secara nyata terhadap adopsi teknologi budidaya organik, sedangkan aspek keterampilan tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi teknologi budidaya organik. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama menggunakan penelitian kuantitatif untuk

(3)

mengkaji pengetahuan dan sikap petani, perbedaannya terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh, Dimas Brilian Syaban Pramana (2019)

“Preferensi Petani Terhadap Risiko Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Bermitra Pada usaha tani Kentang Di Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis preferensi petani terhadap risiko dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermitra pada usaha tani kentang. Metode yang digunakan adalah kuantitatif populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 106 petani, yang terdiri dari 77 petani mitra dan 29 petani mandiri Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani kentang dalam melakukan kemitraan di Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso secara signifikan yaitu variabel usia memiliki pengaruh negatif, variabel jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh positif, variabel pengalaman usahatani memiliki pengaruh negatif, variabel luas lahan memiliki pengaruh positif, variabel risk preference memiliki pengaruh positif, variabel risk aversion level memiliki pengaruh negatif, dan variabel kepemilikan ternak memiliki pengaruh negatif, sedangkan variabel pendidikan dan variabel pendapatan tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan petani kentang untuk melakukan kemitraan. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama menggunakan metode kuantitatif, perbedaannya terdapat pada penelitian ini menganalisis sikap dan pengetahuan petani sedangkan penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui preferensi petani terhadap risiko dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan bermitra pada usaha tani dan pada penelitian ini terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh, Ana Nuryanti (2016) “Hubungan Tingkat Pengetahuan Petani Dengan Tingkat Penerapan Teknologi Pada Sistem Budidaya Tanaman Padi Sri (System Rice of Intensification) Di Kecamatan Narmada”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

(4)

petani dengan tingkat penerapan teknologi pada sistem budidaya tanaman padi sri (System Rice of Intensification) Di Kecamatan Narmada. Metode yang digunakan adalah Kuantitatif. populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang kelompok tani Tunas dan kelompok tani Karma Jaya. Hasil penelitian ini tingkat pengetahaun petani berada pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dari cara petani menyebutkan dan menjelaskan secara benar dan lengkap tentang teknologi sistem tanaman SRI. Sedangkan tingkat penerapan teknologi berada pada kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dari cara petani melakukan atau menerapakan sistem teknologi. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama menggunakan metode kuantitatif, perbedaannya terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

Penelitian yang dilakukan oleh, M. L. Fadhilah., B. T. Eddy dan S. Gayatri (2018) “Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Produksi Pada Petani Padi Di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan penerapan sistem agribisnis terhadap produksi pada petani padi di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Metode yang digunakan adalah Kuantitatif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang Petani Padi Di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian ini adalah 1) Produksi padi sebesar 6,71 ton/ha, 2) Tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani masuk dalam kriteria tinggi, 3) Variabel pengetahuan, sikap, dan keterampilan berpengaruh nyata secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap produksi.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah sama menggunakan metode kuantitatif dan bertujuan menganalisis sikap dan pengetahuan petani perbedaan pada penelitian ini terdapat pada populasi dan sampel yaitu pada penelitian ini penelitian dilakukan pada 6 kelompok petani Desa Tosari dan juga terdapat perbedaan tempat.

(5)

2.2 Petani

2.2.1 Pengertian Petani

Istilah ”petani” dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan definisi yang beragam. Sosok petanimempunyai banyak dimensi, sehingga berbagai kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang dominan. Moore dalam bukunya Social Origins of Dictatorship and Democracy and Peasant in the Making of the Modern World (1966) mencatat tiga karakteristik petani, yaitu: subordinasi legal, kekhususan kultural, dan pemilikan de facto atas tanah. Secara umum pengertian petani adala seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari kegiatan usaha pertanian, baik berupa usaha pertanian di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Mereka bercocok tanam dan beternak di daerah pedesaan, tidak di dalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) di tengah kota atau di dalam kotak- kotak yang diletakkan di atas ambang jendela. Dari aspek tempat tinggal, secara umum petani tinggal di daerah pedesaan, dan juga di daerah-daerah pinggiran kota. Pekerjaan pokok yang dilakukan untuk kelangsungan hidup mereka adalah di bidang pertanian. Umumnya pekerjaan petani terkait dengan penguasaan atau pemanfaatan lahan. Petani sebagai sosok individu memiliki karakteristik tersendiri secara individu yang dapat dilihat dari perilaku yang nampak dalam menjalankan kegiatan usaha tani. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dalam Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan atau beserta keluarganya yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan atau peternakan.

Petani sebagai pengelola usaha tani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk kesejahteraan hidup keluarganya. Petani yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang bercocok tanam dari hasil bumi atau pemeliharaan ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut. Apabila ada orang yang mengaku petani yang menyimpang dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bukan petani

(6)

Mosher (1991) menyatakan bahwa dalam mengusahakan usahataninya, seorang petani mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu:

1. Petani sebagai juru tani yang memelihara tanaman dan hewan guna mendapatkan hasil yang bermaanfaat. Pada tanaman,pemeliharaan itumencakup penyiapan persemaian menyebar benih, penyiangan, mengatur kelembaban tanah serta perlindungan tanaman terhadap hama penyakjit.

2. Petani sebagai pengelola apabila keterampilan dalam bercocok tanam sebagaijuru tani pada umumnya adalah keterampilan tangan, otot dan mata, maka keterampilan sebagai pengelola adalah mencakup kegiatan pikiran didorong oleh kemauan tercakup di dalamnya adalah pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada.

2.3 Kentang Varietas Granola 2.3.1 Kentang Varietas Granola

Kultivar kentang Granola merupakan hasil introduksi dari Jerman Barat.

Karakteristik tanaman kentang kultivar Granola adalah sebagai berikut, tinggi tanaman sekitar 65 cm, batang berwarna hijau dengan urat daun utama berwarna hijau muda, umbi berbentuk oval, kulit umbi berwarna kuning dan daging umbi berwarna kuning. Susunan daun kentang kultivar Granola adalah terbuka berwarna hijau muda, Granola dapat berbunga apabila ditanam pada ketinggian

>1700 m dpl. Menurut Purwito (2018) kultivar Granola memiliki keunggulan berupa umur tanam yang pendek yaitu 100-115 hari, hasil panen umbi yang tinggi sekitar 26,5 ton dan tahan penyakit virus PVX dan PVY (Septiani, 2019).

(7)

Gambar 2.1. Kentang Granola

2.3.2 Pembudidayaan Kentang Variateas Granola Kembang

Budidaya kentang (Solanum tuberosum L.) varietas granola adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan Benih Kentang

Benih kentang yang digunakan dalam budidaya ini adalah benih kentang granola yang dibeli pada petani kentang sekitar yaitu daerah Ngablak, Magelang. Benih tersebut merupakan benih kentang varietas granola G-1 dengan harga benih per kilogram adalah Rp 2.500,00. Benih kentang granola G-1 yang digunakan pada lahan 500 m2 sebanyak 1056 buah atau sekitar 250 kg. Benih kentang yang dipilih adalah benih kentang yang sehat, tidak berpenyakit, tidak berjamur dan memiliki tubuh yang tidak berongga serta memiliki 4 tunas atau lebih yang memungkinkan berkembang baik saat nanti dibudidayakan.

2. Pengolahan Lahan

a. Penggemburan Tanah

Penggemburan tanah yang dilakukan adalah dengan menggunakan traktor. Penggemburan tanah memiliki tujuan yaitu membalikkan tanah dan mampu membuat tanah lahan semakin gembur sehingga siap untuk ditanami kentang granola.

b. Pembuatan Bedengan

Tanah lahan yang telah dibajak selanjutnya diratakan dengan bantuan

(8)

cangkul dan selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan. Bedengan yang dibuat memiliki ukuran panjang 9,6 meter, lebar 1 meter dan tinggi bedengan 30 cm. Pembuatan bedengan dilakukan dengan bantuan tali rafia agar bedengan yang dihasilkan menjadi rapi dan lurus. Jarak antara bedengan satu dengan yang lainnya yaitu 50 cm.

Jarak antar bedengan yang terlampau dekat akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang, disamping itu jarak antar bedengan yang lebih luas berguna untuk membantu jalannya tenaga kerja dalam melakukan pemeliharaan tanaman kentang.

c. Pemupukan Dasar

Pupuk dasar yang digunakan dalam budidaya ini adalah 400 kg pupuk kotoran ayam dan 50 kg pupuk phonska. Pemupukan dasar dengan pupuk kotoran ayam dilakukan dengan menaburkan pupuk secara merata pada setiap bedengan dengan masing- masing bedengan sebanyak 12,12 kg.. Selanjutnya dilakukan pengadukan sedikit pada tanah setiap bedengan tersebut. Kegiatan tersebut berguna agar hara yang ada dapat tercampur merata dengan tanah bedengan tersebut d. Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa plastik hitam perak bertujuan untuk mengurangi populasi gulma, warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi hangat, akibatnya perkembangan akar akan optimal. Mulsa plastik juga merupakan salah satu pelindung bagi umbi kentang karena umbi kentang muda masih tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung. Setelah bedengan tertutup mulsa plastik selanjutnya didiamkan selama 5 hari.

e. Pembuatan Lubang Mulsa

Pembuatan lubang mulsa dilakukan setelah bedengan didiamkan selama 5 hari. Pembuatan lubang mulsa dilakukan dengan

(9)

menggunakan alat pelubang mulsa yang terbuat dari baja. Pembuatan lubang mulsa diawali dengan pengukuran jarak lubang mulsa. Lubang mulsa yang dibuat yaitu pada satu bedengan terdapat satu lubang mulsa yang berada di bagian tengah bedengan. Jarak antara lubang mulsa satu dengan yang lain adalah 30 cm

f. Penanaman

Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi hari setelah seluruh lubang tanam dibuat. Kegiatan penanaman diawali dengan pemilihan benih kentang yang baik yaitu benih yang sehat, tidak terdapat bagian yang cacat atau berlubang, tidak berjamur serta memiliki 4 tunas atau lebih.

Pemilihan benih kentang dengan 4 tunas atau lebih sangat berpengaruh pada banyaknya umbi kentang yang dihasilkan nantinya.

g. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman kentang di lahan sangat penting dilakukan agar tanaman dapat berproduksi dengan baik. Pemeliharaan tanaman kentang granola yang dilakukan cukup intensif karena budidaya tanaman kentang granola yang dilakukan di musim penghujan yang merupakan musim yang cukup rawan mengalami kegagalan

h. Pengajiran

Pengajiran merupakan kegiatan memberikan bilah bambu yang biasa disebut dengan ajir di dekat tanaman dengan maksud agar dapat membantu tanaman tumbuh tegak. Pengajiran dilakukan saat tanaman berumur 30 HST. Pemilihan waktu pengajiran tersebut karena tanaman kentang sudah mulai tumbuh tinggi yaitu sekitar 20-30 cm namun masih mudah dilakukan pengajiran.

i. Panen

Panen kentang varietas granola dilakukan setelah tanaman kentang berumur 90 HST. Tanaman kentang yang sudah siap panen memiliki ciriciri yaitu bagian daun yang mulai layu. Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar umbi kentang tidak mengalami penguapan yang berlebih. Pemanenan juga dilakukan saat cuaca cerah dan tidak hujan

(10)

agar kondisi umbi kentang yang dipanen tetap dalam kondisi kering sehingga tidak mudah ditumbuhi oleh jamur (Ismadi et al., 2021).

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu, indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007). Mengetahui berarti memahami dengan pikiran tentang segala ilmu, teknologi, dan informasi yang disampaikan penyuluh dan harus dilakukan. Pengetahuan tidak hanya sekedar dapat mengemukakan atau mengucapkan tentang apa yang diketahui akan tetapi, setidak-tidaknya dapat menggunakan pengetahuan dalam praktek usahataninya, bahkan sampai dengan tahap menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi segala sesuatu berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan adalah salah satu komponen perilaku petani yang turut menjadi faktor penting dalam berusahatani. Tingkat pengetahuan petani sangat berpengaruh karena semakin tinggi pengetahuan petani maka semakin besar wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani sehingga petani dapat bersikap positif dan terbuka terhadap teknologi maupun perkembangan apapun dibidang pertanian. Pengetahuan merupakan suatu kemampuan individu (petani) untuk mengingat-ingat segala materi yang dipelajari dan kemampuan untuk mengembangkan intelegensi.

Setiap individu memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula.Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan

(11)

tanpa didasari pengetahuan

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : 1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

2. Pekerjaan

Pekerjaan yang dimaksud semakin lama atau beragam pengalaman selama bekerja nantinya tingkat pengetahuan seseorang akan lebih baik ketimbang dengan seseorang yang kurang berpengalaman.

3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai. dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat/petani dalam bekerja (Sultan, 2016 ).

2.4.3 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojo, 2007) yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau ransangan yang telah di terima oleh sebab itu, tahu ini merupakan

(12)

tingkat pengetahuan paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami di artikan sebagi suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu sruktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesuluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi-formasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini di dasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan tentang kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari objek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas

(13)

2.4.4 Jenis Pengetahuan

Di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama.

1. Pengetahuan biasa

Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, dan sebagainya.

2. Pengetahuan ilmu

Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.

3. Pengetahuan filsafat

Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis.

4. Pengetahuan agama

Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan

(14)

wajib diyakini oleh para pemeluk agama(Rusmini, 2017)

2.4.5 Pengetahuan Petani

Berdasarkan sudut pandang konvensional, usaha tani dapat dikaji secara parsial oleh berbagai subdisiplin pertanian seperti agronomi, ilmu tanah, ilmu hama, teknologi pertanian, perikanan, peternakan, sosial ekonomi pertanian, nutrisi, dan lain-lain. Namun berbeda dengan ilmu pengetahuan akademik yang sifatnya parsial/ spesialis dan abstrak, pengetahuan petani dalam melakukan usaha taninya bersifat holistik dan mengintegrasikan seluruh pengetahuan dari disiplin- disiplin akademik tersebut. Pengelolaan usaha tani senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks. Contohnya ketika para petani akan memulai bercocok tanam, mereka harus menentukan jenis-jenis tanaman apa yang akan ditanam, memiliki pengetahuan tentang kapan waktu yang tepat untuk menanam jenis-jenis tanaman tersebut, bagaimana menyiapkan lahan tersebut untuk ditanami jenis-jenis tanaman yang mereka pilih, bagaimana merawat tanaman, bagaimana mendapatkan aneka asupan (input), seperti pupuk, obat- obatan, dan lain-lain, bagaimana memanen jenis-jenis tanaman tersebut, bagaimana memanfaatkan hasil panen tanaman tersebut untuk memenuhi konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke bandar atau pasar, dan bagaimana memelihara kesuburan lahan pertaniannya. Masih banyak lagi faktor yang harus dihadapi petani, baik faktor-faktor alam maupun faktor-faktor sosial. Para petani tradisional pada umumnya memperoleh pengetahuan tentang berbagai usaha tani melalui pewarisan dari leluhurnya dan melakukan t rial and error di lapangan dalam kurun waktu yang sangat lama. Pewarisan pengetahuan pada masyarakat tradisional biasanya melalui 3 tingkatan, yaitu parental, peer, dan individual earning .

1. Parental learning adalah pembelajaran pengetahuan petani melalui proses dari orang tua pada anakanaknya atau pun dari saudara-saudara lain yang lebih tua (vertical cultural transmission) dengan cara dilibatkan langsung dalam berbagai aktivitas pengerjaan ladang oleh generasi yang lebih tua (proses observasi berpartisipasi)

(15)

2. Peer learning yaitu pembelajaran berbagai pengetahuan dari teman-teman sebaya (peer group), kira-kira mulai pada usia 14-20 tahun atau bahkan lebih dini. Di antara kelompok usia tersebut terjadi proses berbagi pengalaman di antara mereka, dan tidak lagi sepenuhnya mengandalkan berbagai pengetahuan dari generasi tuanya.

3. Selanjutnya, terjadi proses pembelajaran pengetahuan tradisional secara mandiri oleh masing-masing individu dewasa (individual learning atau horizontal cultural transmission) (Iskandar, 2016).

2.5 Sikap 2.5.1 Pengertian

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 2018). Sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain dan dalam tindakannya juga konsisten satu dengan yang lainnya. Yang dimaksud dengan komponen pengetahuan ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan tentang lingkungan, tentang seseorang atau tentang tindakan.

2.5.2 Faktor-faktor pembentuk Sikap

Faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. Sarwono (2009)juga menjelaskan mengenai pembentukan sikap yaitu:

1. Pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain, sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi rangsangan yang kedua.

2. Pengondisian instrumental, yaitu apabila proses belajar yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila perilaku mendatangkan hasil

(16)

yang buruk maka perilaku tersebut akan dihindari.

3. Belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan kegiatan serupa.

4. Perbandingan sosial, yaitu membandingkan orang lain untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau

salah.

2.5.3 Ciri-Ciri Sikap

Bambang Syamsul Arifin, mengungkapkan bahwa sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap itu dipelajari (learnability), sikap merupakan hasil belajar ini perlu di bedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Misalnya, lapar dan haus adalah motif psikologi yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada memilih makanan Eropa adalah sikap.

2. Memiliki kestabilan (stability), sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman. Misalnya perasaan suka dan tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang atau memiliki frekuensi yang tinggi.

3. Personal-societal significance, sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi.

Jika seseoarang merasa bahwa orang lain menyenangkan terbuka serta hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.

4. Berisi dan afeksi, daripada sikap adalah berisi informasi yang faktual, misalnya objek itu dirasa menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach-avoidance directionality, bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap semua objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.

(17)

2.6 Kerangka Pemikiran

Petani adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menanam tanaman dan kemudian memanen hasil tanaman untuk dijual atau dikonsumsi. Petani harus memiliki pengetahuan mengenai tanaman yang akan ditanam untuk mendapatkan hasil panen yang baik (Wijaya et al., 2019). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan subyek di peroleh dari hasil pengindraan memiliki enam tingkatan yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), Evaluasi

Tinggi rendahnya produksi hasil budidaya juga dapat dipengaruhi oleh sikap petani itu sendiri Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) dengan segala resiko merupkan sikap yang paling tinggi (Soekartawi, 2018)

(18)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

H1 : Perilaku Petani berhubungan dalam budidaya Kentang Variateas Granola Kembang Di Desa Tosari

H2 : Pengetahuan petani berhubungan dengan tingkat keberhasilan budidaya kentang granola kembang di Desa Tosari

H3 : Sikap petani berhubungan dengan tingkat keberhasilan budidaya

kentang granola kembang di Desa Tosari Petani kentang di Tosari

Hasil produksi budidaya rendah

Pengetahuan :Tahu, Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi

Sikap :Subyek, menanggapi, Menilai, bertanggung jawab

Keberhasilan budidaya kentang granola Kembang

di Desa Tosari

Referensi

Dokumen terkait

Materi Debat Bahasa Indonesia Siswa SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 adalah isu-isu yang aktual tentang kebahasaan dan tentang hal umum yang ada di masyarakat. Isu-isu

Contoh dari penerimaan asli daerah adalah penerimaan dari pungutan pajak daerah, dari retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, dan lainnya yang merupakan sumber

kegiatan re-asesmen dan observasi digunakan sebagai bahan pertimbangan membuat RPI (Rancangan Pembelajaran Individual), pembuatan media, dan strategi dalam

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi portofolio yang optimal pada sub sektor perkebunan dan sub sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Semakin jauh jarak pelanggan dari sentral, maka akan semakin kecil nilai SNR (Signal to Noise Ratio) yang dihasilkan. Hal ini membuktikan bahwa jarak berbanding

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari