• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH TERAPAN PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA ILMIAH TERAPAN PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

MOCH RIZAL FAHMI AKBAR NIT. 05.17.062.1.53

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

2020

(2)

ii

PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES

BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut DIPLOMA III

MOCH RIZAL FAHMI AKBAR NIT. 05.17.062.1.53

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

2020

(3)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Moch Rizal Fahmi Akbar

Nomor Induk Taruna : 05.17.062.1.53

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2.

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri. Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik pelayaran Surabaya.

SURABAYA,. ... SEPTEMBER 2020

MOCH RIZAL FAHMI AKBAR NIT 05.17.062.153

(4)

iv

(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN oleh karena limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah atau skripsi ini, dengan judul:

“PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2”.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan wajib Taruna untuk menyelesaikan studi program Diploma III yang harus diselesaikan pada periode yang telah ditetapkan. KIT merupakan syarat mutlak bagi Taruna saat melaksanakan Praktek Laut (PRALA) ketika berada di atas kapal. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat, maupun cara penulisan serta pembahasan materi karena keterbatasan penulis dalam menguasai materi, serta data-data yang diperoleh. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan serta dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Capt. Dian Wahdiana M.Mar selaku Direktur Politeknik pelayaran Surabaya 2. Bapak Daviq Wiratno,M.T.,M.Mar.selaku ketua jurusan Nautika

3. Bapak Dwi Haryanto.M.M selaku dosen pembimbing I

4. Ibu Elise Dwi Lestrai,S.sos,M.Pd selaku dosen pembimbing II

(7)

kepada penulis.

Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya dan memberkati kepada kita semua. AMIN.

SURABAYA, September 2020

MOCH.RIZALFAHMIAKBAR NIT 05 . 17 . 062 . 153

(8)

viii

ABSTRAK

MOCH RIZAL FAHMI AKBAR, Penerapan Dinas Jaga Pelabuhan sesuai STCW bab VIII Dalam Rangka mendukung Kelancaran Proses Bongkar Muat di Kapal Gas Patra 2 dibimbing oleh Bapak Dwi Haryanto,M.M dan Ibu Elise Dwi Lestari,S.sos,M.Pd.

Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dimana pulau yang satu dengan pulau yang lainnya dihubungkan dengan laut. Maka sarana angkutan laut untuk proses pendistribusian barang menjadi pilihan utama. Maka dari itu dibutuhkan pengetahuan tentang prinsip-prisip memuat yang baik dan benar terutama pada saat melaksanakan dinas jaga di pelabuhan , dengan tujuan melindungi kapal, melindungi muatan, melindungi awak kapal, memperkecil broken stowage (BS), dan melakukan bongkar muat secara efisian.

Sesuai dengan STCW BAB VIII section A aturan tugas jaga pelabuhan harus diterapkan oleh perwira jaga dan dibantu oleh anak buah kapal yang jaga pada jam itu. Nakhoda, Kepala Kamar Mesin (KKM) dan Personil tugas jaga harus menjamin bahwa pelaksaan tugas jaga dilakukan secara aman,terpelihara dan harus menjamin bahwa pengaturan tugas jaga telah memadai.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini untuk menambah informasi awak kapal mengenai pentingnya pelaksanaan dinas jaga sesuai dengan prosedur yang ada agar tercipta suasana kerja yang kondusif sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja semua awak kapal.

Kata kunci :Tugas Jaga , memuat.

(9)

ABSTRACT

MOCH RIZAL FAHMI AKBAR, Analysis of the application of guard services at the port in accordance with STCW CHAPTER VIII on the process of smooth management and handling of cargo guided by Mr.Dwi Haryanto,M.M and Mrs.Elise Dwi Lestari,S.sos,M,Pd.

Because Indonesia is an archipelago where one island with another island is connected to the sea. Then the sea transportation facilities for the process of distributing goods are the first choice. Therefore we need knowledge of principles that contain good and right, such as protecting ships, protecting cargo, protecting crew, minimizing broken stowage (BS), and carrying out loading and unloading efficiently.

In accordance with STCW CHAPTER VIII section A rules for port guard duty must be applied by guard officers and assisted by crew members who are on guard at that hour. The skipper, the Head of the Machine Room (KKM) and the duty guard personnel must ensure that the implementation of guard duties is carried out safely, maintained and must ensure that the guard duty is adequate.

The results obtained from this study are to add information to the crew about the importance of carrying out guard services in accordance with existing procedures so as to create a conducive working atmosphere so that it can ultimately improve the performance of all crew members.

Keywords: Watchkeeping , load.

(10)

ii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR II.1 KERANGKA PENELITIAN ... 27

(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

C. BATASAN MASALAH ... 3

D. TUJUAN PENELITIAN ... 4

E. MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. LANDASAN TEORI ... 6

1. Definisi-definisi ... 6

2. Prinsip Dasar Memuat ... 11

3. Hal yang diperhatikan Saat Dinas Jaga Saat Bongkar Muat ... 12

4. Serah Terima Tugas Jaga Pelabuhan ... 14

5. Hal – Hal Yang Dilaksakan Saat Persiapan Memuat dan bongkar ... 16

6. Penunjang Kelancaran Proses Bongkar Muat ... 17

7. Kerjasama dan Kinerja Tugas Jaga ... 21

B. KERANGKA PENELITIAN ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

(12)

iv

A. JENIS PENELITIAN ... 28

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 28

C. JENIS DAN SUMBER DATA ... 28

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA... 29

E. TEKNIK ANALISIS DATA... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

B. Hasil Penelitian ... 33

1. Penyajian Data ... 33

a. Losses muatan saat loading di kapal LPG/c RaggianaError! Bookmark not defined. 2. Analisis Data ... 36

C. Pembahasan. ... 40

BAB V PENUTUP ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. SARAN ... 42

Lampiran 1 : Pedoman wawancara ... 45

PEDOMAN WAWANCARA ... 45

LAMPIRAN 2 ... 48

Hasil Wawancara ... 48

(13)
(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti yang telah kita ketahui bersama, kapal adalah sarana angkutan laut yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran pengangkutan barang. Proses pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat yang lain tersebut dapat dilakukan menggunakan berbagai sarana tansportasi, sedangkan sarana untuk menunjang proses pendistribusian barang dapat dilakukan melalui darat, udara, maupun melalui laut. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dimana pulau yang satu dengan pulau yang lainnya dihubungkan dengan laut. Maka sarana angkutan laut untuk proses pendistribusian barang menjadi pilihan utama. Kapal dipilih sebagai sarana angkutan laut yang utama karena pengiriman barang dapat dilaksanakan dalam jumlah yang besar serta biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan sarana angkutan laut yang lain. Dan pada dasarnya sarana transportasi laut lebih cenderung mengutamakan penanganan muatan yang lebih efektif dan efesien.

Agar hal tersebut diatas dapat terlaksana dengan baik dibutuhkan pengetahuan tentang prinsip-prisip memuat yang baik dan benar, Seperti melindungi kapal, melindungi muatan, melindungi awak kapal, memperkecil broken stowage (BS), dan melakukan bongkar muat secara efisian. Sesuai

dengan prinsip-prinsip pemuatan diatas perwira jaga harus benar-benar

(16)

2

melaksanakan tugas jaga agar tidak terjadi kesalahan terhadap penataan muatan yang mengakibatkan keterlambatan bongkar muat yang akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Sesuai dengan aturan jaga yang telah ditetapkan dalam organisasi di atas kapal, semua awak kapal wajib melaksanakan aturan jaga tersebut tanpa terkecuali. Didalam organisasi ini harus mencerminkan suasana yang kondusif yang mampu menunjang terciptanya suasana kerja yang nyaman bagi seluruh awak kapal. Maka tugas jaga pada saat kapal sandar di pelabuhan sangat penting dan harus dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah ditetapkan perusahaan pelayaran maupun aturan internasional.

Sesuai dengan STCW BAB VIII aturan tugas jaga pelabuhan harus diterapkan oleh perwira jaga dan dibantu oleh anak buah kapal yang jaga pada jam itu. Hasil analisa Maritime Safety Comitee menunjukkan bahwa faktor terbesar yang menyebabkan kerusakan muatan dan over stowage adalah kesalahan manusia. Kesalahan manusia tidak lain menyangkut manajemen diatas kapal. Salah satu contohnya adalah perwira jaga meninggalkan kewajiban tugas jaganya dan melimpahkan tugas jaganya kepada perwira yang lainnya. Ada juga anak buah kapal yang meninggalkan kewajiban tugas jaganya tanpa ijin perwira jaga yang bersangkutan. Hal demikian dapat mengakibatkan antara lain,memuat tidak sesuai dengan stowage plan,mengabaikan prinsip-prinsip memuat dan masih banyak resiko-resiko

yang tinggi sehingga menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan pelayaran. Untuk itu diperlukan perwira kapal yang menghargai juga

(17)

mengerti akan tugas-tugas menyangkut jaga di pelabuhan. Kebanyakan perwira kapal menganggap remeh tugas tersebut. Mereka sering sekali meninggalkan tugas jaganya misalnya: Turun kedarat, tidur dikamar atau manyerahkan tugas kepada awak kapal yang belum mengerti tentang pemuatan yang sedang dilakukan pada saat sandar permasalahan tersebut dalam suatu karya ilmiah yang berbentuk skripsi yang berjudul :

PENERAPAN DINAS JAGA PELABUHAN SESUAI STCW BAB VIII DALAM RANGKA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL GAS PATRA 2.”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang penulis bahas adalah : Bagaimana pelaksanaan dinas jaga pelabuhan yang benar untuk perwira jaga dan jurumudi jaga terhadap proses bongkar muat di kapal gas patra 2 ?

C. BATASAN MASALAH

Karena ruang lingkup dinas Jaga kapal sangat luas, agar dalam permasalahan ini tidak menyimpang pada pokok pembahasan yang sebenarnya maka penulis membatasi penelitian hanya membahas yang berkaitan dengan prosedur dinas jaga pelabuhan yang benar khususnya pada kapal jenis LPG tempat taruna praktek sesuai dengan STCW bab VIII.

(18)

4

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang dapat penulis ungkapkan dalam penulisan karya ilmiah terapan ini yaitu :

1. Untuk meningkatkan pengetahuan maupun pamahaman akan aturan dinas jaga pelabuhan yang baik dan benar sesuai ketentuan STCW BAB VIII.

2. Untuk mengetahui hambatan atau permasalahan yang ada selama pelaksanaan dinas jaga pelabuhan.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dengan diadakannya penulian dan penelitian ini, penulis berharap akan tercapainya beberapa manfaat yang dicapai, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan referensi dan pengetahuan dalam pentingnya pelaksanaan dinas jaga pelabuhan yang baik sesuai yang tertulis di STCW bab VIII sehingga dapat tercapai pemahaman yang benar dan mengurangi resiko terjadinya nearmiss di atas kapal .

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk nahkoda, mualim, kru kapal, serta taruna sebaga calon perwira yang melanjutkan program praktek berlayar agar benar – benar melaksanakan tugas jaga nya dengan melakukan pengecekan rutin terhadap muatan yang dimuat maupun di bongkar

(19)

b. Untuk dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya untuk dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik dan diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi calon perwira kapal tentang pentingnya penerapan prosedur olah gerak dan dampaknya pada keselamatan pelayaran.

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI 1. Definisi-definisi

a. STCW BAB VIII Tentang Dinas Jaga Pelabuhan

Secara umum pada setiap kapal yang sandar dengan aman sesuai situasi – situasi normal di pelabuhan, Nahkoda harus mengatur agar tugas jaga yang memadai dan efektif tetap dijalankan untuk tujuan keselamatan dan menjaga kualitas muatan. Persyaratan – persyaratan mungkin diperlukan untuk jenis – jenis khusussistem penggerak kapal atau peralatan bantu, untuk kapal – kapal yang membawa muatan berbahaya, beracun atau mudah terbakar, atau jenis – jenis khusus muatan lain.

b. Dinas Jaga Pelabuhan

Yaitu tugas jaga yang dilaksanakan ketika kapal sedang sandar ataupun berlabuh jangkar apapun tujuannya bongkar muat atau perbaikan dan dilaksanakan dengan prinsip jaga 24 jam secara bergantian , Hal ini bertujuan agar awak kapal dapat diatur bergantian pesiar/meninggalkan kapal sehingga jaga pelabuhan efektif dilakukan penuh 24 jam atau diatur.

c. Juru Mudi Jaga Pelabuhan

Bertanggung jawab kepada Mualim jaga mengenai hal-hal sebagai berikut:

(21)

1) Membantu Mualim jaga pada saat bongkar muat, ballast, sandar dan lepas sandar dan kegiatan lainnya seperti yang di perintahkan Mualim I.

2) Menyiapkan dan memasang tangga kapal,tangga Pandu (Pilot Ladder).

3) Menerima dan menghitung secara teliti dan mencatat jumlah maupun pemakaian air tawar di kapal serta melaporkannya kepada Mualim I.

4) Mencatat dan melaporkan semua kegiatan/pelaksanaan di buku harian Juru Mudi.

(22)

8

d. Perwira Jaga Pelabuhan

Menurut buku P2Tl dan Dinas Jaga (2017:16) POLTEKPEL SURABAYA tentang tugas dan tanggung jawab perwira jaga di pelabuhan (Watchkeeping on the port), mualim jaga diharuskan untuk selalu berada dikapal dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh juru mudi atau AB secara bergiliran dan pada waktu-waktu tertentu harus melakukan perondaan keliling.

e. Nakhoda

Nakhoda atau Master adalah sebagai pemimpin tertinggi diatas kapal pada umumnya dan Deck Departement pada khususnya. Nakhoda sebagai penanggung jawab umum manajemen diatas kapal. Segala sesuatu yang dikerjakan diatas kapal harus melalui persetujuan darinya.

Nakhoda setiap kapal yang membawa muatan berbahaya atau tidak harus menjamin bahwa pengaturan tugas jaga yang aman terus dipelihara. Pada kapal yang membawa muatan berbahaya dalam jumlah besar, jaminan tersebut dapat dapat dicapai dengan kesiapan perwira – perwira yang memenuhi syarat di atas kapal dan juga bawahan, termasuk juga pada waktu kapal sedang sandar atau melakukan kegiatan bongkar muat.

f. Peran Chief Officer Saat pelaksanaan Bongkar Muat

1) Bertanggung jawab dalam hal operasional cargo termasuk bongkar, muat dan perencanaan pemuatan.

2) Bertanggung jawab terhadap perhitungan stabilitas kapal.

(23)

3) Bertanggung jawab tehadap perawatan alat bongkar muat yang

berada di atas kapal contohnya : Cargo line up , manifold , hose cargo ,loading arm .

4) Melakukan pengecekan terhadap persediaan spare part bagian deck, permintaan barang , pencatatan lembur dan pembuatan dokumen penting lainya.

5) Melakukan Dinas Jaga atau standby selama 24 jam saat kegiatan bongkar muat.

g. Tenaga Kerja Bongkar Muat

Pada dasarnya Tenaga Kerja Bongkar Muat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sumber Daya Manusia di pelabuhan secara umum yang karena fungsi dan perannya di pelabuhan lebih spesifik di bidang bongkar muat barang maka disebut dengan istilah Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Sebagaimana diketahui bahwa pelabuhan sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan pengusahaan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi dengan keberagaman aktivitas oleh berbagai instansi baik pemerintahan maupun pengusahaan, terjadi interaksi berbagai sumber daya manusia dengan berbagai kepentingan, fungsi dan peran yang berbeda, dapat menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks.

h. Keterlibatan Semua Pihak di Atas Kapal Saat Kegiatan Bongkar Muat Perlunya pelatihan keterampilan ABK dalam Mengoperasikan Peralatan Bongkar Muat di atas Kapal oleh Nahkoda dan Mualim I sangatlah penting, seperti pelatihan tentang penguasaan pengoperasian

(24)

10

alat bongkar muat dan bagaimana pemeliharaan dan pemberian grease pada alat bongkar muat yang digunakan. Anak buah kapal (ABK) yang masih baru maupun yang sudah lama tetap dianggap penting dan perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan ini agar lebih familiar demi kelancaran proses bongkar muat di atas kapal. Untuk ABK baru, hal- hal yang perlu diperhatikan dan diberikan pada saat pelatihan adalah seperti dibawah ini :

1) Prosedur tentang bagaimana pengoperasian alat bongkar muat.

2) Pengenalan akan alat-alat keselamatan terutama yang disiapkan pada kegiatan bongkar muat muatan serta bagaimana mempergunakan alat-alat tersebut.

3) Pemahaman tentang prosedur kerja pada saat melaksanakan kegiatan bongkar muat muatan, serta pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab setiap ABK.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh perwira diharapkan dapat juga dikuasai oleh anak buah kapal (ABK) baru, diajarkan melalui pengarahan pada saat pertama kali berada diatas kapal kemudian dilanjutkan pada setiap saat akan melakukan kegiatan bongkar muat muatan sampai anak buah kapal dapat mengerti dengan baik dan menguasai betul akan tugas dan tanggung-jawabnya pada setiap kegiatan bongkar muat. Untuk anak buah kapal (ABK) yang sudah lama hal-hal yang perlu diberi peningkatan lagi, yaitu sebagai berikut:

(25)

1). Lebih meningkatkan keterampilannya dalam menggunakan alat-alat bongkar muat.

2). Lebih memperhatikan dan melaksanakan instruksi-instruksi dari Nahkoda, perwira jaga terutama pada saat kegiatan bongkar muat.

3). Memberikan contoh cara kerja yang baik dan benar kepada ABK yang baru berada diatas kapal pada setiap kegiatan bongkar muat muatan dan juga pada saat kerja harian.

2. Prinsip Dasar Memuat a. Melindungi kapal

Adalah menciptakan suatu keadaan dimana dalam melaksanakan kegiatan penanganan dan pengaturan muatan , kapal senantiasa tetap dalam kondisi yang baik , aman , serta layak laut.

Untuk dapat mencapai maksud tujuan ini , maka yang perlu untuk mendapatkan perhatian adalah mengenai pembagian muatan yang harus proporsional dalam peraturanya baik pembagian muatan secara tegak , melintang , membujur , serta pembagian muatan yang rata.

b. Melindungi Muatan

Adalah menyangkut tanggung jawab seorang crew kapal dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk menjaga muatan tetap dalam kondisi yang baik sampai ke pelabuhan tujuan.

Untuk dapat mencapai maksud tujuan ini , maka yang perlu dilakukan dan mendapatkan perhatian oleh crew kapal adalah dengan rutin melakukan sounding temperatue terhadap cargo , rutin melakukan pengecekan terhadap pressure muatan karena dikhawatirkan jika

(26)

12

pressure cargo dalam keadaan tinggi maka dapat menyebabkan risiko

yang berbahaya terhadap kapal.

c. Pemanfaatan Ruang Muat Semaksimal Mungkin

Adalah pemanfaatan ruang semaksimal mungkin dengan menyangkut penguasaan ruang rugi ( Broken Stowage ) yaitu pengaturan muatan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga ruang muat yang tersedia dapat di isi dengan sebanyak mungkin dan ruang muat yang tidak terpakai dapat ditekan sekecil mungkin.

d. Proses Bongkar Muat Secara Tepat ,Teratur dan Sistematis Menciptakan suatu proses kegiatan bongkar muat yang efisien dan efektif sehingga di dalam cargo yang di muat maupun di bongkar sesuai dengan bill of lading atau sesuai dengan kebutuhan perusahaan

Maka untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan cara mengatur muatan secara teratur sesuai yang tertera dalam stowage plan.

e. Melindungi Awak Kapal

Melindungi awak kapal dapat dilakukan dengan melengkapi alat – alat bongkar muat yang sesuai dengan peralatan standard atau SOP yang berlaku.

3. Hal yang diperhatikan Saat Dinas Jaga Saat Bongkar Muat

Adapun beberapa hal yang wajib di perhatikan saat kegiatan bongkar muat berlangsung, sebagai berikut:

a. Secara berkala melakukan inspeksi keliling kapal.

b. Menaruh perhatian sungguh – sungguh kepada kondisi keamanan gangway , rantai jangkar dan mooring , terutama pada saat air pasang

(27)

kembali dan di dermaga dengan naik dan turunya pasang terbesar , jika perlu mengambil langkah untuk meyakinkan bahwa mereka melaksanakan kondsisi kerja yang normal.

c. Melakukan sounding level terhadap muatan setiap jamnya untuk

mengetahui jumlah cargo masuk maupun keluar dan memasukanya dalam cargo record book

d. Melakukan sounding temperature bottom , middle dan top pada cargo

tanki 1 dan 2

e. Melakukan komunikasi secara berkala dengan perwira jaga di mother ship maupun tenaga kerja bongkar muat darat

f. Melakukan pengecekan terhadap cargo line dan manifold untuk mendeteksi lebih awal jika terjadi kebocoran

g. Melakukan pengecekan terhadap tali tross dan spring

h. Memperhatikan keadaan cuaca dan air laut.

i. Memperhatikan ketentuan dan semua peraturan yang berkaitan dengan keselamatan dan pencegahan near miss di atas kapal

j. Melakukan security check terhadap setiap orang yang akan naik ke kapal k. Memperhatikan dan membunyikan isyarat dimana hal itu diperlukan.

l. Dalam cuaca buruk atau pada saat menerima berita peringatan datangnya angin ribut , supaya mengambil langkah untuk melindungi kapal.

m. Mengambil tindakan hati – hati terhadap hal yang dapat mencemari lingkungan kapal.

n. Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan kapal , bunyikan alarm atau lapor kepada nahkoda , mengambil semua langkah – langkah

(28)

14

yang mungkin dapat mencegah setiap risiko bahaya di atas kapal ,. Dan bila diperlukan mintalah bantuan kepada pejabat darat atau yang berdekatan.

o. Tanggap terhadap stabilitas kapal sehingga dalam keadaan kebakaran , petugas pemadam kebakaran dari darat dapat diinfokan jumlah air kira – kira yang dapat di semprotkan kapal tanpa membahayakan kapal.

p. Memberikan tindakan hati – hati yang perlu untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan ketika baling – baling dijalankan.

q. Masukan dalam log book semua kejadian penting yang berdampak pada kapal

4. Serah Terima Tugas Jaga Pelabuhan

a. Perwira – perwira yang melaksanakan tugas jaga pelabuhan tidak boleh menyerahkan tugasnya kepada perwira pengganti jika ada alasan kuat bahwa perwira pengganti yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan tugas jaga secara efektif , dan jika demikian Nahkoda harus diberi tahu . Perwira – perwira pengganti tugas jaga harus memastikan bahwa seluruh anggota mampu melaksanakan tugas masing – masing secara efektif .

Jika pada saat serah terima tugas jaga pelabuhan , pekerjaan yang penting yang sedang berlangsung ,maka hal itu diselesaikan oleh perwira yang sedang mengganti kecuali ada perintah sebaliknya dari Nahkoda ,sebelum serah terima tugas jaga pelabuhan , perwira pengganti harus memberi informasi dari hal – hal berikut oleh perwira yang sedang berdinas jaga antara lain :

(29)

1) Kedalaman air di dermaga , draft kapal , tinggi air dan waktu air pasang atau surut , pengikatan kembali tali tamban , penggunaan jangkar dan panjang rantai jangkar serta peralatan mooring lainya yang penting untuk keselamatan kapal , seluruh aspek dan kesiapanya dalam situasi darurat.

2) Menginformasikan jumlah cargo masuk maupun keluar ke perwira pengganti,dan menyampaikan ke perwira jaga selanjutnya jika ada pesan yang penting

3) Isyarat –isyarat atau penerangan yang dinyalakan atau dibunyikan 4) Jalur komunikasi yang tersedia antara personil kapal dan darat

termasuk syahbandar , diperlukan bila suatu kejadian berkembang kepada keadaan darurat ataupun untuk kebutuhan asistensi.

5) Hal – hal lain yang penting untuk keselamatan kapal , crewnya , muatan ataupun perlindungan jika terjadi suatu bahaya agar segera di laporkan ke Nahkoda.

b. Perwira pengganti , sebelum mempertimbangkan menerima tanggung jawab jaga pelabuhan , harus meneliti hal – hal sebagai berikut :

1) Pengikatan tambatan (mooring) dan rantai jangkar , telah sesuai dan dalam keadaan baik.

2) Memastikan semua aspek atau peralatan caro operation berjalan dengan normal dan baik

3) Upaya tindakan keselamatan dan peraturan pencegahan terhadap kebakaran telah dilaksanakan dan ditaati

(30)

16

4) Peka terhadap suatu keadaan kondisi darurat yang suatu saat bias terjadi kapan saja

5) Memastikan bahwa sekeliling kapal tidak ada hal yang membahayakan sehingga proses bongkar muat tidak terganggu 5. Hal – Hal Yang Dilaksakan Saat Persiapan Memuat dan bongkar

Secara umum persiapan sebelum pemuatan bila dibandingkan dengan kapal jenis lain adalah sama. Misalnya persiapan ruang muatan yang disesuaikan dengan jenis muatan yang akan dimuat, rencana pemuatan (Tentative Stowage Plan), Notice of Readiness dan lainnya.

Namun untuk kapal gas ada hal-hal yang perlu lebih khusus diperhatikan sebelum pemuatan terutama ditinjau dari faktor keselamatan kapal, karena setiap terminal mempunyai hak untuk menolak kapal tersebut apabila faktor keselamatan dianggap tidak memenuhi persyaratan.

Hal tersebut diatas didasarkan atas pengalaman adanya resiko kebocoran gas yang sering terjadi pada waktu pemuatan dan pada umumnya adalah akibat dari kesalahan manusia atau kurangnya perhatian terhadap keselamatan kerja.

(31)

Tugas-tugas kerja awak kapal :

a. Membuka plank pada line liquid dan vapour yang ada di manifold

b. Membuka valve yang di perlukan untuk cargo operation kecuali valve pada manifold

c. Sounding temperature awal sebelum dilakukan bongkar muat

d. Menyambungkan hose cargo atau loading arm ke kapal pastikan setelah tersambung lakukan leak test terlebih dahulu untuk mendeteksi adanya kebocoran.

e. Melaporkan kepada tenaga kerja bongkar muat, bahwa kapal siap membongkar muatan

f. Melakukan security check setiap jam nya

g. Melakukan sounding cargo setiap jam nya dan di catat di cargo record book

h. Melakukan valve yang digunakan untuk blowing ketika kegiatan bongkar telah usai

i. Melakukan drain sebelum melepas hose cargo sampai sisa – sisa pada cargo line bersih

j. Melakukan disconnect antara loading arm dan manifold

k. Menutup kembali plank cargo liquid dan vapour pada manifold 6. Penunjang Kelancaran Proses Bongkar Muat

Pelaksanaan bongkar muat di kapal dilakukan oleh pihak perusahaan bongkar muat, baik itu mengenai penyediaan tenaga kerja dan alat–alat yang berhubungan dengan peralatan bongkar muat. Namun biasanya untuk peralatan bongkar muat khususnya loading arm darat perusahaan bongkar

(32)

18

muat menyediakan dengan jalan menyewa dari pihak pelabuhan.

Keberadaan peralatan bongkar muat seperti Loading Arm,hose cargo,manifold dan cargo pump yang beroperasi dengan baik merupakan

salah satu faktor penunjang kelancaran bongkar muat barang di pelabuhan.

Lebih banyak peralatan yang digunakan dalam proses bongkar muat, akan lebih banyak jumlah muatan yang dapat ditransfer perjam dan mampu mengurangi terjadinya keterlambatan pada pengoperasian kapal. Tidak semua barang atau muatan dapat dibongkar atau dimuat dengan peralatan bongkar muat yang ada dikapal.

Berikut ini adalah sarana atau beberapa contoh alat yang digunakan dalam proses bongkar muat :

a.Cargo Pump

Adalah alat yang digunakan untuk membongkar muatan, membongkar sisa-sisa muatan / pengeringan serta tank washing, ballast dan deballasting.

b.Selang (Hose)

untuk menyambungkan ke Manifold kapal pada saat proses bongkar muat.

c. Manifold

Adalah lubang pipa muatan yang ada di atas kapal yang berhubungan dengan tangki muatan apabila akan melakukan kegiatan bongkar muat Manifold harus dihubungkan dengan tanki darat.

(33)

d. Pompa Suction

Adalah alat pompa hisap yang biasa digunakan untuk operasi bongkar muatan pada tiap-tiap tanki muatan.

e. Pompa Stripping

Adalah alat pompa yang digunakan untuk menguras tanki- tanki muatan pada saat final pengoperasian bongkar muatan yang mampu menghisap muatan hingga ke bagian dasar tanki, biasanya Stripping digunakan pada tahap pengeringan (Draining).

f. Mesin Butterworth

Adalah mesin pencuci tangki portable, Alat yang biasa digunakan untuk menyemprotkan air bertekanan tinggi ke dalam tangki, mesin cuci ini dapat dipindah-pindah dan penggunaannya dimasukkan dalam tangki dengan jalan berputar sambil menyemprotkan air ke seluruh tangki. dimana alat tersebut dihubungkan dengan selang air yang bertekanan dan alat tersebut berputar 360 derajat ke segala arah.

g. Selang air (Tank Cleaning Hose)

Selang penghubung dari pipa air yang bertekanan ke arah butterworth.

h. Blower

Suatu Blower yang digunakan oleh air yang bertekanan tinggi yang dibungkus dengan selang air dari tank cleaning hydrant ke blower tersebut, yang digunakan pada saat gas freeing.

(34)

20

i. Gas Detector

Suatu alat untuk mengukur kadar gas/ konsentrasi gas yang berbahaya didalam tangki muatan atau kamar pompa.

7. Prosedur Dinas Jaga Pelabuhan di Kapal Gas Patra 2

a. Melaksanakan standby 30 menit sebelum serah terima tugas dinas jaga pelabuhan.

b. Melaksanakan serah terima tugas dinas jaga dengan perwira dan juru

mudi jaga sebelumnya dengan memperhatikan keselamatan kapal dan meneruskan informasi saat cargo operation.

c. Untuk Perwira jaga langsung meng handle cargo di cargo control room dan selalu melakukan komunikasi dengan pihak jetty dan selalu mencatat jumlah cargo masuk atau keluar di cargo record book .

d. Untuk jurumudi secara berkala melakukan inspeksi keliling kapal

termasuk memperhatikan tali tambat , pipa cargo dan juga pressure dan temperature tanki cargo.

e. Lakukan stop emergency cargo jika terjadi suatu masalah yang menghambat pelaksanaan bongkar muat dan melaporkan kejadian ke Mualim 1 dan Nahkoda.

f. Selalu berkomunikasi aktif melalui radio saat pelaksanaan dinas jaga g. Dilarang melakukan kegiatan – kegiatan yang beresiko terhadap

terganggunya pelaksanaan bongkar muat seperti contoh : chipping , gerinda ,dan semua kegiatan yang dapat membahayakan kapal.

h. Selalu pastikan pelaksanaan bongkar muat berjalan aman dengan selalu memperhatikan aspek – aspek keamanan sesuai dengan ISM Code.

(35)

i. Selalu lakukan prosedur dinas jaga pelabuhan dengan aman , teratur dan sistematis.

8. Kerjasama dan Kinerja Tugas Jaga

Setiap perwira jaga mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar, yang harus dipikul hingga jam jaganya usai. Perwira jaga harus mampu memimpin anak buahnya dalam melaksanakan tugas jaganya, baik pada saat kapal sedang bongkar muat atau pada saat kapal sedang berlayar maka diperlukan pembagian tugas sesuai dengan jabatan mereka.

Menurut Siagian (1983:9), Ada 3 (tiga) sebab utama mengapa pembagian tugas harus terjadi yaitu:

a. Beban kerja yang harus dipikul.

b. Jenis pekerjaan yang beraneka ragam.

c. Berbagai spesialisasi yang diperlukan.

Beban dan volume pekerjaan merupakan konsekuensi logis daripada fungsi yang beraneka ragam yang harus dilaksanakan. Selanjutnya ia mempunyai konsekuensi dalam berbagai bentuk, seperti keharusan adanya penentuan tanggung jawab dan wewenang secara jelas, uraian pekerjaan yang rapi, kriteria mengukur pelaksanaan tugas yang akurat dan objektif, dan sebagainya.

Jenis pekerjaan yang beraneka ragam juga merupakan konsekuensi daripada fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawab organisasi untuk diilaksanakan. Masing-masing jenis pekerjaan itu mempunyai ciri sendiri serta menuntut ketrampilan khusus untuk pelaksanaannya. Misalnya, dalam suatu organisasi niaga kegiatan penelitian dan pengembangan sangat

(36)

22

berbeda dengan kegiatan produksi dan atau pemasaran, yang juga berbeda dengan kegiatan penunjang seperti administrasi keuangan.

Beban kerja dan jenis pekerjaan yang beraneka ragam itu memerlukan spesialisasi-spesialisasi khusus pula. Berbagai ikatan dan organisasi profesional merupakan satu bukti daripada aneka ragam spesialisasi yang harus terdapat dalam organisasi-organisasi modern.

Kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan suatu potensi dalam diri manusia yang tidak mudah dalam usaha meningkatkan produktifitas dan kualitas terhadap suatu pekerjaan. Kinerja ini timbul dengan sendirinya dan sangat memerlukan pengelolaan atau menajemen khusus agar potensi ini tumbuh dan digunakan secara maksimal dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Agar manajemen dapat berjalan dengan baik diperlukan sebuah perencanaan tentang langkah-langkah yang akan diambil. Manajemen kinerja merupakan suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun organisasi dapat bertemu.

Menurut Moreby ( 9:13 ), ada 5 (lima) pokok-pokok kinerja terhadap suatu pekerjaan.

a. Minat terhadap pekerjaan

Pekerja yang sadar akan tanggung jawab serta tugas-tugasnya biasanya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya

(37)

tersebut. Terbukti pekerja tersebut mempunyai kinerja yang baik dan pantas mendapatkan penghargaan terhadap apa yang telah dikerjakan..

b. Tepat waktu

Pekerja yang mempunyai kinerja yang baik sangat menghargai waktu terhadap pekerjaannya serta dapat mempergunakan waktu tersebut dengan efektif. Dan juga mampu menciptakan peluang- peluang yang akan dapat menghasilkan buah kerja yang memuaskan.sesuai dengan kualifikasi keahlian atau ketrampilan sebagai awak kapal.

c. Ketepatan kerja

Mempunyai kinerja yang baik berarti pula telah mengusahakan suatu pekerjaan yang tepat baik hasil maupun kegunaannya. Ia tidak akan membuang-buang tenaganya hanya untuk pekerjaan yang tidak jelas tujuannya serta kegunaannya. Ia mengusahakan agar apa yang telah ia kerjakan tersebut berdaya guna dan tepat sasaran.

d. Melakukan fungsinya dengan baik

Berkinerja dengan baik juga mencerminkan bahwa ia telah menjalankan fungsinya dengan baik pula. Bahwa ia telah memahami dan menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sebagai pekerja yang telah digaji oleh perusahaan. Dia harus mampu menunjukkan hasil kerja dengan baik sesuai dengan harapan kapal dan perusahaan tentunya.

e. Melakukan pekerjaan dengan memuaskan

(38)

24

Seorang pekerja yang mempunyai kinerja baik, tentunya akan senantiasa menunjukkan prestasi kerjanya dengan senang hati. Ia bahkan akan menunjukkan segala kelebihan dan kemampuan kerjanya demi menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sesuai pekerjaan di kapal.

Untuk itu sebagai langkah awal dalam usaha meningkatkan kinerja sumber daya manusia adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan serta pemahaman yang cukup bagi semua kru kapal., dalam hal ini berhubungan dengan prosedur penerapan dinas jaga yang semestinya.

Pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian atau sikap tenaga kerja, sehingga mereka dapat lebih baik menyesuaikan dengan lingkungan kerja mereka. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses dimana seseorang dimungkinkan untuk berurusan secara lebih berhasil dengan lingkungan tempat bekerja.

Pendidikan ini termasuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman serta perkembangan pribadi masing-masing individu. Moreby (10:1) Definisi ini merupakan definisi yang sangat luas dan mencakup keseluruhan serta menunjukkan bahwa pendidikan tidak boleh dibayangkan sebagai sesuatu yang berhenti saat seseorang meninggalkan sekolah atau sekolah tinggi. Pendidikan adalah proses seumur hidup yang berkesinambungan. Sedangkan latihan adalah merupakan suatu proses aplikasi, terutama terhadap peningkatan

(39)

kecakapan, dan karena itulah diperlukan untuk mempelajari bagaimana caranya melaksanakan tugas dan suatu pekerjaan itu.

Menurut McCann (1990:3), Apakah yang dibutuhkan regu untuk sukses? Kami memulai pekerjaan kami dengan cara yang praktis yaitu berbicara dengan banyak manajer tentang bagaimana mereka memimpin regu-regu mereka, masalah-masalah apa yang mereka hadapi, bagaimana mereka berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut, hasil-hasil apa yang telah mereka capai. Sementara kami membahas issu-issu tersebut, kami mendapatkan para manajer itu berbicara tentang cara-cara mereka memperbaiki regu-regu mereka dan mengembangkan individu-individu yang berprestasi lebih baik.

Tanggung jawab serta etos kerja yang tinggi sangat dibutuhkan bagi awak kapal yang sedang melaksanakan tugas jaga, terutama pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan. Menurut Siswanto (1989:136), tanggung jawab (responsibility) merupakan salah satu elemen penggerak motivasi. Adanya rasa ikut serta memiliki (sense of belonging) atau “rumoso handarbeni” akan menimbulkan motivasi

untuk turut merasa bertanggung jawab. Dalam hal ini Total Quality Control (TQC), atau Peningkatan Mutu Terpadu (PMT) yang bermula

dari negara Jepang (Japanese Management Style) berhasil memberikan tekanan pada seseorang, bahkan setiap individu dalam tahapan proses produksi telah turut menyumbang, suatu proses produksi sebagai mata rantai dalam suatu “system” akan sangat ditentukan oleh “tanggung jawab” subsistem (mata rantai) dapat

(40)

26

dikendalikan mutu produksinya, sebagai hasil dari rasa tanggung jawab kelompok (subsistem), maka produk akhir merupakan hasil dari Total Quality Control atau peningkatan mutu terpadu. Tanggung

jawab kelompok dalam mata rantai proses produksi tersebut, merupakan QCC (Quality Control Circle) = PMT (Kelompok Mutu Terpadu), tanggung jawab bersama.

Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal dibutuhkan penetapan pola kerja yang efektif. Pada umumnya, reaksi terhadap kebosanan kerja menimbulkan penghambat yang berarti bagi output produktifitas kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalahnya bersumber pada cara pengaturan pekerjaan itu sendiri, maka mereka menanggapinya dengan berbagai teknik, beberapa diantaranya efektif dan yang lainnya kurang efektif. Teknik ini antara lain pemerkayaan pekerjaan, suatu istilah umum bagi beberapa teknik yang dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan kemampuan seseorang. Manajemen partisipatif, yang menggunakan berbagai cara untuk melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan (decision making) yang mempengaruhi pekerjaan mereka. Dalam beberapa hal, usaha untuk mengalihkan potensi para pekerja pokok pekerjaan yang membosankan pada instrumentalia, pada waktu-waktu luang untuk beristirahat, atau pada sarana yang lebih fantastis.

(41)

Mulai

Penerapan Dinas Jaga Pelabuhan sesuai STCW bab VIII

Proses Penanganan dan Pengaturan Muatan berjalan lancar

Metode Pengumpulan data

Analisa Kesesuaian Dinas Jaga Pelabuhan Data primer:

1.Pengamatan di lapangan 2.Wawancara

Identifikasi Permasalahan B. KERANGKA PENELITIAN

Gambar II.1 Kerangka Penelitian

kesimpulan

(42)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian pada karya tulis ilmiah ini adalah penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Molleong, 2002:09) Metodologi Penelitian Kualitatif.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Adapun waktu dan tempat pelaksanaanya penelitian ini yaitu pada saat penulis melaksanakan Praktek Laut diatas kapal dan waktu yang di perlukan untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu selama penulis melaksanakan praktek berlayar selama 1 tahun.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2010:172) Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Sumber data terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh secara langsung.

(43)

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, SMS, foto dan lain-lain.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian ini, informan penelitian merupakan awak kapal di salah satu kapal niaga yang nantinya akan ditempati sebagai tempat melaksanakan praktek kerja laut (PRALA). Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Teknik Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. (Soebagyo, Joko 1997:63). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui prosedur dalam menanggulangi keadaan darurat kebakaran diatas kapal serta bisa mengetahui pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh awak kapal dalam simulasi keadaan kebakaran.

(44)

30

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik mengumpulkan informasi dari responden dengan cara menanyakan sejumlah pertanyaan terstruktur kepada responden. Kunci dari pengumpulan informasi adalah pada proses wawancara. Kecakapan pewawancara dalam berinteraksi dengan responden ikut menentukan kualitas informasi yang

dikumpulkan. Pewawancara memiliki tugas pokok untuk membuat responden dapat berpartisipasi dalam survei dan mencatat informasi dari responden.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan olah data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Terdapat beberapa faktor pertimbangan dalam menggunakan deskriptif kualitatif yaitu (Molleong, 2001:103) Metode Penelitian Kualitatif:

1. Metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda.

2. Metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti.

3. Metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

International Chamber of Shipping, London and Oil Companies International marine Forum, Bermuda.(1996). ISGOTT(International Safety Guide for Oil Tankers and Terminals), (Fourth Edition). 1996

Marton, G.S. (1992). Tanker Operations A Handbook for the Ship’s Officer (Third Edition). Centreville,Maryland : Cornell Maritime Press,Inc.

Politeknik Pelayaran Surabaya. (2016). DINAS JAGA & P2TL. Surabaya : Tim Politeknik Pelayaran Surabaya

Politeknik Pelayaran Surabaya. (2016). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan.

Surabaya : Tim Politeknik Pelayaran Surabaya.

Putra, Wahyudi Cahya. (07 Oktober 2013). Operasi Bongkar Muat Barng Dari Dan Ke Kapal.

https://wahyudicahyaputra.wordpress.com/2013/10/07/operasi-bongkar- muat-barang-dari-dan-ke-kapal/ (online)

Soekanto, Soerjono. (2008) Metodologi Penelitian.

http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian- menurut-para.html (online)

Https://mdk16.wordpress.com/2014/08/15/isps-international-ship-and-port- facility-security-code/ . Diakses pada tanggal 25 Mei 2019

International Maritime Organization. (2003). International Ship Port Facility Security Code. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2020

Referensi

Dokumen terkait

dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Pemuatan merupakan proses, cara perbuatan, memasukan sesuatu ke dalam

Dalam melaksanakan perawatan peralatan bongkar muat ada dua permasalahan yang dihadapi yaitu: Masalah-masalah apa yang terjadi pada proses bongkar muat sehingga

1) Pakaian yang dipakai adalah jenis boiler suit, material ini melindungi pekerja secara menyeluruh dari tangan sampai kaki terhadap bahan yang berbahaya seperti

Dalam pengoperasiannya, kapal laut merupakan unit angkutan barang-barang dari darat keatas kapal maupun sebaliknya dengan menggunakan peralatan bongkar muat

Terjadi beberapa kendala penggunaan wire sling dalam proses bongkar muat batubara terhadap para pekerja bongkar muat yaitu kurangnya persiapan dan pemahaman kru bongkar

membayar pajak saja yang mau mendaftarkan atau mengurus kepemilikan NPWP ini, dan tepat waktu untuk membayar pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama khususnya di kota

Dalam menentukan beban batas, aksi redistribusi momen negatif dapat dimasukkan sebagai hasil dari aksi nonlinear yang ada antara gaya dan deformasi penampang batang pada

Dari beberapa definisi diatas, maka flashcard ( ةيضمولا ةقاطب ) dapat diartikan sebagai salah satu jenis media visual dalam bentuk gambar dari benda asli, yang