• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan yang sangat isitmewa bagi seorang wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi kehidupannya (Proverawati dan Asfuah, 2010). Menurut Istiany dan Rusilanti (2013), kehamilan adalah masa dimana seorang wanita telah berhenti haid untuk beberapa waktu hingga proses persalinan usai. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode yaitu kehamilan trimester pertama (antara 0-12 minggu), kehamilan trimester kedua (antara > 12 sampai 28 minggu) dan kehamilan trimester ketiga (antara >28 minggu sampai 40 minggu) (Manuaba, 2013).

Pada masa kehamilan diperlukan pengaturan gizi untuk kesehatan ibu dan janin. Dengan demikian kehamilan adalah keadaan yang sangat menyenangkan bagi seorang ibu, yang dialami ketika berhentinya haid hingga terjadinya proses melahirkan. Sebelum dan selama kehamilan seorang ibu pasti membutuhkan asupan yang lebih dari biasanya, oleh karena itu seorang ibu perlu mengatur dan memperhatikan kebutuhan gizinya. Menurut Proverawati dan Asfuah (2010) tujuan penatalaksanaan gizi pada wanita hamil adalah untuk mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. Usia kehamilan sangat menentukan kebutuhan gizi yang akan diperlukan. Apabila terdapat salah satu jenis zat gizi yang tidak terpenuhi dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya kelainan cacat bawaan pada anak.

Pada masa kehamilan muda, tambahan gizi dalam bentuk vitamin dan mineral sangat diperlukan, sedangkan kebutuhan akan kalori dan protein sangat diperlukan pada minggu kedelapan sampai kelahiran. Terdapat beberapa hal dalam pemenuhan gizi ibu selama hamil. Setiap gizi ibu hamil memililki perbedaan dalam mencukupi kebutuhan gizinya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kesehatan ibu dan status gizi ibu sebelumnya. Seorang ibu hamil yang kurang commit to user commit to user

(2)

gizi dapat menyebabkan anak yang dilahirkan dapat memiliki berat badan yang rendah, mudah sakit-sakitan dan juga dapat mempengaruhi kecerdasan anak (Proverawati dan Asfuah, 2010). Oleh karena itu ibu hamil harus pintar dalam mengatasi dan mengantisipasi akan hal demikian yang memungkinkan anaknya lahir dengan berat badan yang rendah.

2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Kebutuhan gizi meningkat selama kehamilan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, bersama-sama dengan perubahan-perubahan yang berhubungan pada struktur dan metabolisme yang terjadi pada ibu.

Metabolisme maternal diatur melalui aktivitas hormon sebagai mediator, mengalihkan nutrisi khusus ke jaringan reproduksi (plasenta dan kelenjar payudara), kemudian mentransfer nutrisi ke janin yang sedang berkembang (As’Ad, 2002).

Menurut Nasution (1988 dalam Lubis 2003), kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Lubis, 2003).

Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak, dan karbohidrat yang kurang dapat memengaruhi pertumbuhan janin di dalam kandungan dan dapat memengaruhi berat badan lahir bayi. Konsumsi ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung energi, karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan mikronutrien meningkat selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perubahan metabolik, fisiologi dan perkembangan janin.

Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. Energi berfungsi untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan sintesis protein (Syari, 2015). Konsumsi gula yang berlebihan selama masa kehamilan berkaitan dengan commit to user commit to user

(3)

kejadian dengan BBLR. Meningkatnya usia kehamilan dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan peningkatan kebutuhan kalori. Apabila terjadi pembatasan kalori atau energi pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga maka akan dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Syari, 2015). Penambahan asupan energi berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2013 untuk trimester 1 180 kkal, trimester II dan III 300 kkal.

Menurut Syari (2015), asupan protein selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan janin dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan dengan normal. Kurangnya asupan protein selama kehamilan dapat menganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan yang mengakibatkan BBLR. Begitu juga sebaliknya, kelebihan gizi juga dapat diperoleh karena asupan energi dan protein yang terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta dan pertumbuhan janin serta dapat meningkatkan kematian janin.

Berdasarkan AKG 2013, penambahan protein bagi ibu hamil ± 20 gram sehari.

Lemak memiliki peran penting dalam menyediakan energi metabolik. Hasil dari metabolisme lemak dapat berupa asam lemak. Asam lemak dapat dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (DHA dan AA). Pertumbuhan janin di dalam kandungan membutuhkan asam lemak tak jenuh seperti DHA dan AA. Asam lemak omega-3 bisa menjadi sangat penting bagi perkembangan janin.

Lemak khususnya omega-3 dan omega-6 penting untuk pertumbuhan janin dan terjadi peningkatan berat badan lahir 118 gram, 0,57 cm pada panjang badan dan 0,20 pada lingkar kepala jika ibu hamil mengonsumsinya. Kelebihan asupan lemak seperti minyak dan daging rendah lemak selama kehamilan dapat mengganggu pertumbuhan bayi dan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir tidak normal (Mani, 2016).

Penelitian Bernard (2013) menyimpulkan bahwa jenis spesifik asam lemak omega-3, yakni docosahexaenoic acid (DHA), dapat meningkatkan perkembangan otak pada bayi. Dua penelitian lain terhadap asam lemak omega-3menemukan bahwa wanita hamil yang mengkonsumsi omega-3 melahirkan bayi dengan resiko alergi dan eczema yang lebih rendah (Steenweg, 2015; Julvez, 2016). Hasil ini mengikuti penelitian terdahulu yang menyatakan asupan asam lemak omega-3 yang

commit to user commit to user

(4)

rendah bisa meningkatkan risiko ibu untuk melahirkan lebih dini dan berat lahir rendah (Karla, 2014; Syari, 2015).

Menurut Arisman (2009), asupan mikronutrien seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin D, yodium dan kalsium diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Asam folat berperan dalam pembentukan sistem syaraf dan sel-sel tubuh. Kekurangan asam folat berkaitan dengan neural tube defect, ablasio plasenta, dan BBLR. Kebutuhan asam folat pada wanita dewasa menurut AKG 2013 sebesar 400 mikrogram/hari dan penambahan 200 mikrogram hari untuk ibu hamil.

a. Asupan Protein Bagi Ibu Hamil 1) Definisi protein

Protein merupakan zat gizi makro penting yang membentuk enzim, hormon, komponen struktural dan sel sistem kekebalan tubuh melalui stimulasi sintesis protein (Mann dan Truswell, 2014). Bukti terbaru menunjukkan bahwa asam amino dalam protein memainkan peran biologis dalam sintesis lipid dan elongasi tulang yang diperlukan untuk pertumbuhan linear dimana pertumbuhan linear ini dirangang oleh hormon pertumbuhan insulin-like growth factor 1 (IGF-1), yang juga responsif terhadap asupan makanan protein ( Lankjaer et al, 2012).

Protein terdiri dari 20 asam amino yang dibagi menjadi 11 asam amino esensial dan 9 asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang dihasilkan di dalam tubuh. Sedangkan asam amino non esensial tidak bisa dihasilkan sehingga didapatkan dari makanan yang dikonsumsi., baik itu hewani maupun nabati, jenis dan proporsi dari asam amino menentukan kandungan mutu protein didalamnya. Ada protein komplit dan ada protein tidak komplit. Protein komplit atau protein bermutu tinggi adalah protein yang memiliki kandungan semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan seperti protein hewani sedangkan protein tidak komplit atau protein bermutu rendah merupakan protein yang hanya mengandung satu atau lebih asam amino esensial saja seperti protein nabati (kacang kedelai dan kacang-kacangan) (Mann dan Truswell, 2014 ; Almatsier, 2009). commit to user commit to user

(5)

2) Fungsi protein

Protein digunakan oleh tubuh manusia untuk somatik (jaringan) protein dan sintesis protein serum, efek neurokognitif yang paling signifikan dari kekurangan gizi protein terjadi pada perkembangan otak selama kehidupan postnatal dan janin. Kekurangan protein akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan atau disebut IUGR (Hardinsyah dan Supariasa, 2014). Beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa prevalensi lima kali lipat lebih tinggi terjadi kelainan neurokognitif ringan pada 2 tahun pertama jika selama janin seseorang mengalami IUGR (Michaelsen et al., 2012).

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Beberapa enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein berfungsi sebagai fondasi sel pada manusia. Protein merupakan zat pembangun jaringan, membentuk stuktur tubuh, pertumbuhan, transportasi oksigen, membentuk sistem kekebalan tubuh. sumber protein yang baik yaitu berasal dari protein hewani dan nabati (Almatsier, 2003). Pada ibu hamil protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, plasenta uterus, payudara, serta peningkatan volume darah ibu (Cunningham, 2005), sehingga asupan protein yang tidak sesuai atau kurang mengakibatkan janin yang dikandung mengalami PJT (pertumbuhan janin terhambat) (Ibrahim dan Proverawati, 2010). Menurut Purwitasari dan Maryanti (2009), selain bayi dapat mengalami PJT, juga dapat mengalami BBLR, keguguran dan cacat bawaan.

3) Jenis Bahan makanan yang mengandung protein

Jenis bahan makanan yang mengandung protein hewani yang baik antara lain, telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang serta jenis bahan makanan yang mengandung protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu yang paling tinggi, namun dikarenakan konsumsi padi-padian di Indonesia dalam jumlah banyak sehingga memberi sumbangan besar terhadap konsumsi protein per commit to user commit to user

(6)

hari walaupun jumlah protein dalam bahan makanan ini relatif sedikit (Almatsier, 2010; Moehji, 2009). Susu dan produk susu telah lama dianggap sebagai sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium yang ideal bagi wanita hamil (Cunningham, 2005).

4) Kebutuhan protein Ibu Hamil

Penambahan protein dibutuhkan pada masa kehamilan untuk menutupi perkiraan 925 gr protein yang dideposit dalam janin, plasenta dan jaringan maternal. Penambahan protein tiap hari pada trimester berturut- turut diperkirakan TM I 0,6gr, TM II 1,8gr dan TM III 6gr. Penggunaan protein adalah = 67-70%, rata-rata wanita hamil akan membutuhkan pertambahan 8,5 gr protein/hari (Pramitha, 2009).

Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan tubuh ibu, janin dan plasenta serta melindungi kehamilan dari komplikasi dan defisiensi asupan protein. Tambahan protein yang berkualitas baik adalah 10 g/hari (17 g/hari untuk menu dengan net protein utilization atau NPU 70 %) diatas kebutuhan ibu tidak hamil. Asam amino yang sering mengalami defisiensi ialah treonin, triptofan, dan lisin.

Sebagian besar protein dianjurkan berasal dari sumber hewani, misalnya daging, susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, karena makanan- makanan ini mengandung kombinasi asam amino yang optimal.

b. Asupan Asam Lemak Omega 3 Bagi Ibu Hamil 1) Definisi Omega-3

Asam lemak Omega-3 (linolenat) merupakan asam lemak tidak jenuh yang pertama kali ditemukan bersifat esensial (Muctadi, 2012). Asam lemak omega-3 tidak bisa diproduksi oleh tubuh dimana omega-3 ini terbentuk dari EPA (Eicosapentaenoic Acid), DHA (Docosahexaenoic Acid) dan ALA (Alpha Linolenat) (Moehji,2009).

2) Fungsi Omega 3

Komponen-komponen penting yang terdapat dalam omega-3 yaitu DHA (docosahexaenoic acid), EPA (eicosapentaenoic acid), dan LNA (linolenic acid) yang memiliki fungsi berbeda-beda dalam tubuh. DHA commit to user commit to user

(7)

berfungsi sebagai jaringan pembungkus syaraf yang berperan dalam melancarkan perintah syaraf dan mengantarkan rangsangan syaraf ke otak (Moehji, 2009) sehingga kekurangan asam lemak omega-3 dapat menyebabkan gejala seperti ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, ingatan buruk, perubahan suasana hati dan depresi. Wanita jika tidak mengonsumsi lemak yang cukup selama kehamilan, maka bayi akan mengalami masalah penglihatan dan syaraf (Muchtadi, 2012).

Asam lemak omega-3 memiliki peran yang sangat penting pada pertumbuhan dan perkembangan janin. Penelitian terbaru mendapati bahwa jenis spesifik omega-3 fatty acid, yakni docosahexaenoic acid (DHA), dapat meningkatkan perkembangan otak pada bayi. Dua penelitian lain terhadap omega-3 fatty acid menemukan bahwa wanita hamil yang mengkonsumsi omega-3 melahirkan bayi dengan resiko alergi dan eczema yang lebih rendah. Hasil ini mengikuti penelitian terdahulu yang menyatakan asupan omega-3 fatty acid yang rendah bisa meningkatkan resiko ibu untuk melahirkan lebih dini dan BBLR (Dyall, 2015).

3) Bahan makanan yang mengandung omega-3

Bahan makanan yang mengandug DHA dan EPA banyak ditemukan pada ikan-ikanan (lemak ikan air dingin, dikonsumsi 23 kali per minggu selama hamil) sedangkan LNA pada tumbuh-tumbuhan termasuk sayuran yang berwarna hijau (Moehji,2009).

4) Kebutuhan omega-3 ibu hamil

Tambahan lemak diperlukan untuk melengkapi kebutuhan energi guna mempertahankan pertambahan berat badan ; lemak yang dikonsumsi tidak melebihi 30 % dari total kecukupan energi, yaitu maksimal 80 % dari lemak jenuh dalam bentuk asam lemak PUFA yang sangat diperlukan untuk semua membran sel, pada otak janin terdapat 60 %, sebagian diantaranya terdiri dari omega-6 (asam arakidonat/AA) dan sebagiannya adalah omega-3 (asam dokosaheksanoat/DHA). DHA berfungsi untuk tumbuh kembang sistem syaraf pusat dan retina janin. Kebutuhan asam lemak omega-3 pada ibu hamil sekitar 200 mg/hari. (Hardinsyah, 2016).

commit to user commit to user

(8)

c. Asupan Asam Folat Ibu Hamil 1) Definisi Asam folat

Asam folat merupakan vitamin B yang digunakan dalam memproduksi neurotransmiter dan khususnya penting dalam periode awal kehamilan karena memiliki peran yang esensial dalam sintesis DNA di dalam sel dan termasuk vitamin larut air, sehingga tidak dapat disimpan dalam tubuh (Istiany dan Rusilanti, 2013).

2) Fungsi Asam Folat

Asam folat berperan dalam pembentukan sistem syaraf dan sel-sel tubuh. Kekurangan asam folat mengakibatkan anemia megaloblastik, karena asam folat berfungsi dalam metabolisme makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme. Selain itu, juga berkaitan dengan neural tube defect, ablasio plasenta, dan berat lahir rendah (Arisman, 2009).

3) Jenis bahan makanan yang mengandung asam folat

Makanan sumber folat yang baik meliputi alpukat, pisang, jus jeruk, sereal kering, asparagus, buah-buahan, sayuran hijau, buncis dan kacang polong kering. Tambahan vitamin B12 diperlukan untuk mengaktifkan folat.

Vitamin B12 dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan produk susu.

Apabila kandungan folat dari makanan tidak mencukupi, disarankan ditambah dengan suplemen setiap hari, terutama untuk ibu berisiko tinggi (sering hamil, penderita anemia hemolitik kronis dan pengguna obat antikonvulsan) (Hardinsyah, 2016).

4) Kebutuhan asam folat ibu hamil

Kebutuhan asam folat untuk wanita usia subur tidak hamil sebesar 400 µg/hari dan selama hamil meningkat menjadi 600 µg/hari untuk produksi sel-sel darah merah dan pertumbuhan sel-sel baru pada saat pembentukkan janin. Kadar folat dalam darah yaitu 240 µg/dl.

commit to user commit to user

(9)

3. Penilaian Status Gizi Ibu Hamil

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan penilaian antropometri (KMS) ibu hamil terdiri dari:

a. Tinggi Badan

Tinggi badan pada wanita hamil dapat digunakan untuk mengukur status gizi sebelum terjadi kehamilan. Pengukuran tinggi badan (TB) dapat menggunakan microtoa untuk menggambarkan status gizi atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu dibandingkan dengan hasil pengukuran berat badan (BB).

Hasil pengukuran IMT dinyatakan dalam kg/m2 yang selanjutnya dikategorikan normal berkisar antara 18,5- 25 menurut Kemenkes RI (2011).

b. Berat Badan

Metode pemantauan status gizi yang umum dipakai yaitu mencatat pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan dan membandingkannya dengan berat badan saat sebelum hamil. Selama hamil, pertambahan berat badan secara langsung berhubungan dengan bayi, plasenta, cairan ekstra, dan lain-lain. Seluruh pertambahan berat badan pada kehamilan rata-rata 12 kg, tapi kenaikan antara 5 sampai 15,5 kg dianggap normal.

Umumnya wanita tidak mengalami kenaikan berat badan pada 3 bulan pertama kehamilan. Ada kenaikan berat badan sekitar 3 kg pada minggu 13-20, kemudian naik 5,5-6,5 kg pada minggu 21-30, dan selanjutnya naik 3 kg pada minggu 31-36 (Gill, 2004).

c. Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Status gizi ibu hamil selain dilihat dari penambahan berat badan selama hamil, dapat juga dilihat dari ukuran lingkar lengan atas (LiLA) dan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah. Ukuran LiLA yang normal adalah 23,5 cm, ibu dengan ukuran LiLA dibawah 23,5 cm menunjukkan adanya kekurangan energi yang kronis. Siagian (2010) menyatakan ada hubungan antara LiLA dengan berat lahir bayi.

commit to user commit to user

(10)

4. Berat Bayi Lahir

Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk, 2010).

5. Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah suatu kondisi dimana berat lahir bayi lebih kecil dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilannya baik prematur maupun cukup bulan (Sholeh, 2014). Jadi, BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014). BBLR dihubungkan dengan faktor genetika dan faktor lingkungan. Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan karena kurangnya zat gizi dan oksigen yang diterima janin.

Kondisi ini dapat disebabkan karena konsumsi zat gizi ibu yang kurang atau karena kemampuan plasenta mengantarkan zat gizi dan oksigen menurun.

BBLR secara umum dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu berat badan ekstrim rendah (˂ 1000 gram), berat badan lahir sangat rendah ( BBL 1000 - 1499 gram) dan berat badan lahir rendah (BBL 1500 gram - 2499 gram) (Prawiroharjo, 2014) . BBLR menjadi predictor terjadinya stunting pada balita. Hasil penelitian Paramashanti et al (2015) menyimpulkan bahwa risiko terjadinya stunting lebih besar 1,77 kali pada anak dengan BBLR namun tidak sejalan dengan penelitian Putri dan Utami (2015) yang menyatakan BBLR bukan predictor terjadinya stunting.

6. Hubungan Asupan Asam Lemak omega 3, protein, asam folat dan status gizi ibu hamil trimester III dengan berat bayi lahir.

Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh zat-zat gizi yang dikonsumsi adalah untuk ibu dan janin. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari commit to user commit to user

(11)

makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung, serta untuk memproduksi air susu ibu (ASI) (Arisman, 2009).

Pertumbuhan janin sangat tergantung pada hasil metabolisme tubuh yang ditransfer melalui plasenta untuk memenuhi kebutuhan ibu selama hamil dan nutrisi janin untuk tumbuh dan berkembang sehingga bayi yang dilahirkan dapat memiliki berat badan lahir normal (Okubo, 2011).

Asupan protein yang kurang selama kehamilan berpeluang untuk kejadian BBLR, karena selama kehamilan protein diperlukan plasenta untuk membawa makanan ke janin, pembentuk hormon dan enzim ibu dan janin (Rukmana, 2014) Adanya kekurangan protein menyebabkan terbentuknya organ yang lebih kecil dengan jumlah sel yang cukup dan ukuran sel yang kecil sehingga ukuran plasenta menjadi kecil, volume darah ibu menurun dan cardiac output tidak adekuat. Hal ini mengakibatkan menurunnya aliran darah ke plasenta diikuti transfer nutrisi berkurang sehingga pertumbuhan janin terganggu dan berdampak pada berat badan lahirnya (Nelms ,2007). Penelitian ini serupa dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa asupan protein pada trimester III yang rendah akan menyebabkan rendahnya berat lahir bayi (Khoushabi, 2010).

Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya berlipat dua kali selama kehamilan. Kekurangan asam folat bisa berdampak pada lahirnya bayi – bayi cacat yang sudah terbentuk sejak 2 sampai 4 minggu kehamilan. Asam folat yang tidak cukup dapat menyebabkan masalah pada tabung saraf bayi yang sedang berkembang. Kekurangan asam folat juga berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta, dan neural tube defect (Prasetyono, 2009).

Asam Folat selama kehamilan mempengaruhi berat plasenta yang merupakan faktor penentu dari berat janin. Kekurangan folat selama kehamilan dapat menjadi faktor risiko malformasi janin dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan plasenta (Rukmana, 2014 ). Penelitian ini sesuai dengan penelitian cross sectional bahwa asupan folat ibu hamil mempengaruhi

commit to user commit to user

(12)

antropometri bayi yaitu berat lahir dan panjang lahir. (Nelms, 2007; Kolte, 2009;

Muthayya,2009).

Asam lemak yang merupakan partikel terkecil dari lemak yang diserap oleh tubuh memiliki peranan yang penting untuk pertumbuhan janin, jika janin memerlukan asam lemak maka akan ditransfer melalui plasenta. Ditemukannya bayi dengan pertumbuhan bayi terhambat dengan berat badan lahir rendah, hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormonal atau penyerapan tubuh ibu yang kurang baik ketika hamil sehingga transfer asam lemak ke janin tidak sempurna sehingga kebutuhan bayi akan asam lemak menjadi kurang dan mengganggu pertumbuhan janin (Muthayya,2009).

Asupan lemak Omega 3 (DHA) berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak anak yang tercermin dengan mengukur berat badan dan ukuran lingkar kepala bayi baru lahir (Widodo, 2000; Soetjiningsih, 2000). Lemak khususnya omega-3 sangat peting untuk pertumbuhan janin dan terjadi peningkatan berat badan 118 gram, 0,57 cm pada panjang lahir dan 0,20 cm pada lingkar kepala jika ibu hamil mengkonsumsinya. Asupan lemak berlebihan seperti minyak dan daging rendah lemak bila dikonsumsi oleh ibu ketika hamil akan dapat mengganggu pertumbuhan bayi yang akan dilahirkan sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir tidak normal (Georgieff, 2007; Huffman, 2011).

Pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat penambahan berat badan selama kehamilan. Pertambahan berat badan selama hamil dipengaruhi oleh berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) ibu, status gizi sebelum hamil, etnis, konsumsi makanan selama hamil, dan lain-lain (Prasetyawati, 2012).

Perempuan yang mengalami kekurangan gizi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang mengalami kerusakan otak dan sumsum tulang karena pembentukan sistem saraf sangat peka pada 2-5 minggu pertama. Perempuan yang mengalami kekurangan gizi pada trimester terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2500 gram), hal ini dikarenakan karena pada masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan jaringan lemak (Arisman, 2007).

commit to user commit to user

(13)

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal (Diana, 2009).

Beberapa penelitian terkait status gizi ibu selama hamil berkaitan erat dengan kejadian BBLR, ibu dengan status gizi yang kurang pada saat sebelum hamil akan mempengaruhi status gizi ibu pada saat hamil dan akan berpengaruh juga terhadap berat bayi yang dilahirkan ( Soltani, 2017). Penelitian lain yang dilaksanakan di kota Madiun tahun 2016 ibu hamil dan melahirkan pada umur yang tidak aman serta status gizi KEK cenderung melahirkan bayi dengan BBLR ( Kusparlina, 2016). Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal) (Kristiyanasari, 2010). Hasil penelitian Qobadiyah menyatakan bahwa ibu hamil dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm berisiko melahirkan anak dengan berat bayi lahir rendah (Qobadiyah, 2012 ) serta penelitian di China, Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum hamil dimana akan berdampak pada berat bayi yang dilahirkan ( Liu, 2011; Kalk, 2009).

commit to user commit to user

(14)

B. Penelitian Yang Relevan

No Nama Peneliti dan

Judul Penelitian Lingkup Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Angkasa

et al., 2017

Inadequate dietary a- linolenic acid intake among indonesian pregnant women is associated with lower newborn weigths in urban Jakarta. Asia Pac J Clin Nutr 2017;26(suppl):s9- s18.

Varibel bebas : Asam lemak omega- 3

Variabel terikat:

Berat bayi lahir

Cross Sectional study

Ada hubungan antar Asupan asam linolenat dengan berat lahir yang lebih rendah.

Lokasi:

Jakarta Timur Sampel:

Ibu hamil usia 19-40 tahun dengan umur kehamilan

>32 minggu.

2 Bhaskar et al., 2015.

A case control study on risk factors associated with low birth weigth babies in Eastern Nepal. Journal of pediatrics Vol 2015.

807373.

Varibel bebas : asupan asam folat dan tekanan darah Variabel terikat:

BBLR

Case Control study

Ada hubungan antara kadar asam folat dan tekanan darah dengan kejadian BBLR

Lokasi:

Nepal

3 Ernawati et al., 2013.

Pengaruh asupan protein ibu hamil dan panjang badan lahir terhadap kejadian stunting apada anak usia 12 bulan di kabupaten Bogor.Jurnal penelitian gizi dan Makanan.2013 Vol 36 (1):1-11

Varibel bebas : asupan protein, panjang bayi lahir

Variabel terikat:

kejadian stunting

Cohort study

Bayi yang lahir dari ibu dengan konsumsi protein kurang dari rata- rata pada trimester II mempunyai risiko 1,6 kali

mengalami stunting pada usia 12 bulan, juga bayi yang lahir kurang dari 48 cm berisiko 5,9 kali mengalami stunting.

Lokasi:

Kabupaten Bogor.

Sampel:

Ibu hamil UK 12-16 minggu.

commit to user commit to user

(15)

No Nama Peneliti dan

Judul Penelitian Lingkup Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian 4 Chibwesha et al., 2016.

Predictors and

outcomes of low birth weigth in Lusaka, zambia. International Joutnal of Gynecology and

Obstetrics,134(3),309- 314

Varibel bebas : status gizi ibu hamil Variabel terikat:

BBLR

Cross Sectional study

Status

gizi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR

Lokasi:

Zambia

5 Kim et al., 2017.

Association between maternal intake of n-6 to n-3 fatty acid ratio during pregnancy and infant

neurodevelopment at 6 months of age: results of the MOCEH cohort study. BMC

Nutritional Journal 2017, 16:23

Varibel bebas : Asam lemak omega- 6 dan omega-3

Variabel terikat:

perkembangan psikomotor bayi.

Cohort study

Asupan makanan ibu n-6 / n-3 PUFA dan LA / ALA secara signifikan terkait dengan

perkembangan mental dan psikomotor bayi pada usia 6 bulan.

Lokasi:

Pusat kota Korea,Seo ul.

Variabel bebas:

asupan omega 3 dan omega 6 ibu. L Variabel terikat:

perkemba ngan mental dan psikomoto r bayi usia 6 bulan.

6 Pontoh et al., 2015.

Hubungan kadar ferritin dan asupan protein pada ibu hamil trimester II-III di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Jurnal e-Biomedk (eBm), Vol 3, No 3.

Varibel bebas : Kadar ferritin Variabel terikat:

asupan protein

Cross Sectional study

Terdapat hubungan bermakna antara kadar ferritin dan asupan protein ibu hamil trimester II- III.

Lokasi:

Kabupaten Bolaang Mongondo w

Sampel:

Ibu hamil trimester II dan III.

commit to user commit to user

(16)

No Nama Peneliti dan

Judul Penelitian Lingkup Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian 7 Pratiwi et al., 2017.

Hubungan asupan zat gizi dengan berat lahir bayi (studi pada ibu hamil anemia di Puskesmas Bulu, Temanggung, Jawa Tengah). Jurnal

Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Vol.5,No.3 (ISSN:2356-3346).

Varibel bebas : asupan zat gizi ibu hamil anemia.

Variabel terikat:

Berat lahir bayi

Cross Sectional study

Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi ibu hamil anemia dengan berat lahir bayi.

Lokasi:

Kabupaten Temanggu ng, Jawa Tengah Sampel:

Ibu hamil trimester II dan III dengan kadar Hb

< 11 g/dl.

8 Shally et al., 2015.

Energy and protein intake during

pregnancy in relation to preterm birth. Indian pediatric, vol 52 june 15

Varibel bebas : Asupan energi dan protein

Variabel terikat:

Berat bayi

Case control study

Asupan energi dan protein ibu memiliki korelasi positif yang signifikan dengan berat neonatal, panjang badan, panjang kaki, lingkar kepala dan lingkar dada

Lokasi:

India utara.

Sampel kelompok kasus ibu usia 18-40 (UK <

37w)dari neonatus prematur hidup tunggal dan kontrol adalah ibu(UK >

37w)yang melahirkan neonatus tunggal.

9 Syari et al., 2015.

Peran asupan zat gizi makronutrien ibu hamil terhadap berat badan lahir bayi di Kota Padang.Jurnal kesehatan

Andalas.2015;4(3).

Varibel bebas : Asupan zat gizi makronutrien

(Energi, karbohidrat, Lemak dan protein) dan kadar Hb

Variabel terikat:

berat bayi lahir.

Case Control

Asupan zat gizi makronutrien yang kurang memiliki risiko untuk melahirkan bayi BBLR.

Lokasi:

Kota Padang.

Sampel:

Kelompok kasus adalah ibu bersalin commit to user

commit to user

(17)

No Nama Peneliti dan

Judul Penelitian Lingkup Variabel Metode

Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian aterm dengan bayi BBLR dan kelompok kontrol adalah ibu bersalin dengan bayi berat badan lahir normal.

10 Winter., 2013.

Maternal

antropometry as a predictor of birth weigth.

Reprosentralen Faculty of Medicine.

University of OSLO

Varibel bebas : status gizi ibu hamil Variabel terikat:

berat lahir bayi.

Cross Sectional study

BMI ibu hamil dan berat badan menunjukkan korelasi yang signifikan dengan Standar kelahiran.

Lokasi:

Pedesaan Nepal.

Variabel bebas:

antropomet ri ibu Variabel terikat:

berat lahir bayi.

Kebaharuan pada penelitian ini yaitu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara asupan asam lemak omega-3, protein, asam folat dan status gizi ibu hamil trimester III terhadap berat bayi lahir. Penelitian ini merupakan penelitian cohort dengan menggunakan Path analysis untuk mengetahui pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung antara variabel eksogen terhadap variabel endogen.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa ada pengaruh antara asupan gizi dan status gizi ibu terhadap kejadian BBLR. Asupan asam lemak omega-3 yang kurang dari 200 mg per hari berisiko 2 kali terhadap kejadian BBLR. Total asupan protein hewani dan nabati yang kurang dari 100 gram per hari berisiko 9 kali terhadap kejadian BBLR. Asupan asam folat kurang dari 600 µg perhari berisiko 13 kali

commit to user commit to user

(18)

terhadap BBLR. Ibu hamil dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm berisiko 17 kali untuk melahirkan anak dengan BBLR.

C. Kerangka Berpikir

Keterangan : : di teliti : tidak di teliti

Pada gambar satu menunjukkan bahwa asupan zat gizi ibu hamil dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pekerjaan ibu. Ibu dengan pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang baik sehingga tahu dalam pemilihan bahan makanan yang akan

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Pengaruh Asupan Asam Lemak Omega-3, Protein, Asam Folat dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III terhadap Berat Bayi Lahir.

Penambahan berat badan selama hamil Asupan Zat Gizi Ibu hamil

Trimester III Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu

Zat Gizi Makro Zat Gizi Mikro

Asupan Lemak Asupan Protein ↓

Asupan Asam Folat ↓ Asupan Asam

Lemak Omega-3 ↓

Status gizi ibu hamil trimester III (LiLA)

Berat Bayi Lahir

Bayi Berat Lahir Normal Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Pemeriksaan kehamilan Status Gizi prahamil

Tekanan darah

Kadar Hb

Fungsi Placenta ↓

Transfer nutrisi dan oksigen ↓

Umur kehamilan saat persalinan Pendapatan Ibu

commit to user commit to user

(19)

dikonsumsi. Pekerjaan ibu akan memengaruhi tingkat pendapatan sehingga akan mempengaruhi daya beli makanan dalam rumah tangga. Asupan zat gizi ibu hamil terdiri atas zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu asam lemak omega-3 yang merupakan partikel terkecil dari lemak yang diserap oleh tubuh dan protein, sedangkan zat gizi mikro yaitu asam folat. Apabila asupan asam lemak omega-3 pada ibu hamil kurang akan terjadi preeklampsia yang akan memengaruhi pertumbuhan janin sehingga fungsi plasenta menurun sebagai transfer nutrisi dan oksigen ke janin yang berpengaruh terhadap berat bayi lahir. Asupan asam folat yang kurang juga akan memengaruhi kadar haemglobin (Hb) ibu hamil dan akan berpengaruh terhadap fungsi plasenta yang menurun dan berat bayi lahir. Selain itu, Asupan asam lemak omega-3, protein dan asupan folat yang kurang secara langsung akan memengaruhi status gizi ibu hamil. Status gizi ibu hamil juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status gizi prahamil, penambahan berat badan selama hamil dan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care). Apabila status gizi ibu hamil KEK (lingkar lengan atas <23,5 cm) maka akan memengaruhi perkembangan janin, dimana janin memiliki sifat fleksibilitas di dalam periode perkembangannya yaitu janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang di alami oleh ibunya termasuk asupan gizi yang kurang sehingga bayi akan mengurangi sel-sel pertumbuhan organ tubuhnya yang juga akan berdampak pada ukuran bayi saat lahir.

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh asupan asam lemak omega-3 terhadap berat bayi lahir.

2. Ada pengaruh asupan protein terhadap berat bayi lahir.

3. Ada pengaruh asupan asam folat 3 terhadap berat bayi lahir.

4. Ada pengaruh status gizi ibu hamil trimester III terhadap berat bayi lahir.

commit to user commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pemaparan serta pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1) Dari tingkat kinerja bahwa variabel Assurance terutama

Pada Gambar 2.11 terlihat data peminjam, koleksi yang masih dipinjam tidak terisi atau kosong karena tidak ada peminjaman lagi dan daftar koleksi yang

[r]

“Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak-pihak lain, secara

Kesulitan tersebut terjadi karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang setelah program berhasil,

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama telah mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara lewat Mediator tidak berhasil, Majelis Hakim telah mengusahakan perdamaian

Bentuk agresivitas selain perilaku yang terjadi pada konseli lainnya adalah perilaku agresif dalam bentuk verbal yaitu berkta kotor. Sering kali saat konseli

[r]