• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAHAN DENGAN CEKAMAN KEKERINGAN YANG TELAH DIBERI BAHAN ORGANIK DI DESA AEK GODANG KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAHAN DENGAN CEKAMAN KEKERINGAN YANG TELAH DIBERI BAHAN ORGANIK DI DESA AEK GODANG KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA SKRIPSI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP SERAPAN HARA N DAN P TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis

BAHAN ORGANIK DI DESA AEK GODANG KABUPATEN ) PADA LAHAN DENGAN CEKAMAN KEKERINGAN YANG TELAH DIBERI

PADANG LAWAS UTARA

SKRIPSI

OLEH:

LUTFI HENDERLAN HARAHAP 110301097

AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(2)

EFEKTIFITAS PEMBERIAN MIKORIZA TERHADAP SERAPAN HARA N DAN P TANAMAN KARET (Hevea brassiliensis

BAHAN ORGANIK DI DESA AEK GODANG KABUPATEN ) PADA LAHAN DENGAN CEKAMAN KEKERINGAN YANG TELAH DIBERI

PADANG LAWAS UTARA

SKRIPSI

OLEH:

LUTFI HENDERLAN HARAHAP 110301097

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(3)

Judul Skripsi : Efektifitas Pemberian Mikoriza Terhadap Serapan Hara N Dan P Tanaman Karet (Hevea brassiliensis Pada Lahan Dengan Cekaman Kekeringan yang

) Telah Diberi bahan organik Di Desa Aek Godang

Kabupaten Padang Lawas Utara

Nama : Lutfi Henderlan Harahap

NIM : 110301097

Minat : Ilmu Tanah

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua

Prof.Dr.Ir.Asmarlaili Sahar anafiah.MS.DAA Ir. Hardy Guchi, MP Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Prof.Dr.Ir.T.Sabrina, M.Sc.

(4)

ABSTRAK

LUTFI HENDERLAN HARAHAP. “Efektifitas Pemberian Beberapa Jenis Mikoriza Terhadap Serapan Hara N dan P Tanaman Karet (Hevea brassiliensis) Pada Lahan Dengan Cekaman Kekeringan Yang Telah Diberi Bahan Organik Di Desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara . Di bawah bimbingan Asmarlaili Sahar dan Hardy Guchi.

Karet (Hevea brasiliensis Muell Arq) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia.

Pengembangan karet berpusat pada daerah dengan curah hujan 2500-4000 mm/tahun. Pada daearah tersebut karet banyak dihadapkan pada masalah persaingan lahan dan banyaknya serangan penyakit sehingga perlu memaksimalkan potensi daerah bercurah hujan rendah. Namun daerah tersebut juga memiliki masalahnya tersendiri terutama Serapan hara, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian Mikoriza dan bahan organik untuk meningkatkan Serapan Hara pada tanaman tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan milik warga di Desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, pada bulan Maret-Juli 2016, bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian mikoriza terhadap Serapan Hara N dan P bibit karet klon PB260 pada lahan dengan cekaman kekeringan yang telah diberi bahan organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-faktorial dengan perlakuan mikoriza dengan simbol M yang terdiri dari 3 taraf; M0= tanpa mikoriza,M1=

Acaulospora 100g/tanaman, M2= Glomus+Acaulospora (1:1)100g/tanaman, dengan setiap taraf perlakuan terdapat 10 Ulangan. Variabel yang diamati terdiri atas Serapan Hara N, Serapan Hara P, dan Berat Tajuk kering Oven. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian mikoriza memberikan pengaruh terhadap peningkatan serapan hara N dan P dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.

Kata Kunci : karet, mikoriza, bahan organik.

(5)

ABSTRACT

LUTFI HENDERLAN HARAHAP. “ The Effectivity Of Aplication Mycorrhiza Toward Absorpstion Of Nitrogen (N) and Phosporus (P) That Have Been Given Organic Matter In The Village Aek Godang Regercy North Padang Lawas.

Rubber is one of the biggest commodity plantation featured in Indonesia.

The development of the rubber is centered on the area with precipitation 2500- 4000 mm/year. On the area of the rubber exposed to the many problem of competition for land and many attacks of the disease so that need to maximize the potential of the area which low rainfall. But also the area has its own problem especially absorption hara. One effort that can be to resolve the issue is the giving of mycorrhiza and organic materials to increase absorbtion hara on such plants.This research had been conducted populate plantation in the village of Aek Godang, district of Hulu Siapas, regency of Padang Lawas Utara, North Sumatera. In the month March until Juli 2016. Aimed to the test the influence of mycorrhiza toward absorption of Nitrogen (N) and Phosporus (P) the seeds application of the rubber clone PB 260 on the land with the strees of the drought that has been given organic material. Method of this research was non factorial random sampling block design with three treatments, that was M0: Without Mycorrhiza, M1: Accaulospora 100g/Plant, M2 : Glomus+Acaulospora (1:1) 100g/Plant with every treatment there was 10 replicant of the experiment showed that application mycorrhiza enhanced the increase absorption N and P compared to the not aplication mycorrhiza.

Keyword : rubber, mycorrhiza, organic matter.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Lutfi Henderlan Harahap, lahir pada tanggal 15 April 1993 di Medan, putra dari Ayahanda Erwin Masrul Harahap dan Ibunda Marni Zuliana. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Lulus dari SMA Negeri 3 Medan pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, Program Studi Agroekoteknologi melalui jalur SNMPTN Tertulis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan tercatat sebagai anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi) Fakultas Pertanian USU tahun 2011-2015, Anggota Himpunan Mahasiswa Islam tahun 2011-2014, Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Pertanian USU 2013-2014.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Dasar Ilmu Tanah (2012/2014), Laboratorium Pengelolaan tanah dan air (2012/2013), Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan (2013/2014) Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PANCA EKA GROUP di tempatkan di PT. SATRIA WINDU SERAYA di Rumbai, Provinsi Riau tahun 2014.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah meridhoi segala jalan dan upaya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Efektifitas Pemberian Mikoriza Terhadap Serapan Hara N Dan P Tanaman Karet (Hevea brassiliensis) Pada Lahan Dengan Cekaman Kekeringan Yang Telah Diberi Bahan Organik Di Desa Aek Godang Kabupaten Padang Lawas Utara”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir.Asmarlaily Sahar Hanafiah, MS.DAA dan Ir. Hardy Guchi, MP selaku dosen pembimbing dan teman-teman AET-Ilmu Tanah 2011 yang telah berkenan memberi bimbingan, arahan, dan masukan bagi tersusunnya skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Skripsi ini dapat menjadi bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Medan, Oktober 2015

Penulis

(8)

DAFTAR ISI ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN

Latar Belakang……… 1

Tujuan Penelitian……… 4

Hipotesis Penelitian……… 4

Kegunaan Penulisan……… 4

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Karet……… 5

Syarat Tumbuh……… 6

Iklim……… 6

Tanah………... 7

Tanah Inseptisol……….. 7

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan tanaman karet... 9

Peran Mikoriza terhadap tanaman dalam mengatasi cekaman kekeringan 11

Peran Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) terhadap cekaman kekeringan ………... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian……….. 17

Bahan Dan Alat……… 17

Metode Penelitian……….... 17

Pelaksanaan Penelitian………. 19

Perbanyakan Mikoriza……….. 19

Persiapan Pembibitan dan Pemberian Perlakuan………. 19

Persiapan Lahan……… 20

Pemancangan dan Pembuatan Lubang Tanam………. 20

Penanaman Bibit Karet………. 20

Pemeliharaan Tanaman………... 20

Penyiraman………... 20

Penyiangan……… 21

Pengendalian Hama dan Penyakit……… 21

(9)

Pemupukan……… 21

Parameter Pengamatan……….. 21

Analisis Tanah Awal C/N Bahan Organik TKKS……… 21

Serapan Hara P dan N daun……….. 21

Bobot Kering Tajuk……….. 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………... 23

Serapan Hara N………... 23

Serapan Hara P………... 23

Berat Kering Tajuk………... 24

Pembahasan………... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………... 27

Saran………... 27

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rata-rata serapan hara N ………... 23 Tabel 2 Rata-rata serapan hara P………... 24 Tabel 3 Rata-rata berat kering tajuk………... 24

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian hara tanah... 31

Lampiran 2. Analisis Tanah Awal... 32

Lampiran 3. Analisis Tanah Akhir M0... 32

Lampiran 4. Analisis Tanah Akhir M1... 33

Lampiran 5. Analisis Tanah Akhir M2... 33

Lampiran 6. Analisis sidik ragam serapan hara N... 34

Lampiran 7. Analisis sidik ragam serapan hara P... 34

Lampiran 8. Analisis sidik ragam berat kering tajuk... 34

Lampiran 9. Data Curah Hujan Bulanan... 34

Lampiran 10. Data Kelembaban Udara... 35

Lampiran 11. Data Suhu Udara... 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hlm

1. Bagan Percobaan ... 31

2. Deskripsi Tanaman Karet Klon PB260 ... 32

3. Hasil Analisis Potensial Air Daun Tanaman Karet ... 33

4. Daftar Analisis Sidik Ragam Potensial Air Daun Tanaman Karet ... 33

5. Hasil Analisis Tekanan Osmosis Daun Tanaman Karet ... 33

6. Daftar Analisis Sidik Ragam Tekanan Osmosis Daun Tanaman Karet ... 33

7. Nilai Tekanan Turgor Daun Tanaman Karet ... 34

8. Daftar Analisis Sidik Ragam Tekanan Turgor Daun Tanaman Karet ... 34

9. Data Curah Hjan Bulanan 10 Tahun Terakhir (mm) ... 35

10. Data Kelembapan Udara Bulanan 10 Tahun Terakhir (%) ... 35

11. Data Suhu Udara Rata-Rata (ºC)... 36

12. Data Suhu Udara Minimum (ºC) ... 36

13. Data Suhu Udara Maksimum (ºC) ... 36

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Perkebunan karet Indonesia terluas di dunia. Pada tahun 2012, luasnya mencapai 3,4 juta Ha, atau 15

% dari luas total perkebunan di Indonesia seluas 22,76 juta ha. Dari total perkebunan karet tersebut, seluas 2,9 juta Ha atau 85% merupakan Perkebunan Rakyat (Ditjenbun, 2014). Pada tahun 2025 diharapkan Indonesia menjadi negara penghasil karet terbesar di dunia dengan produksi 3,8-4,0 juta ton per tahun. (Boerhendhy, 2009)

Selama ini tanaman karet (Hevea brasilensis) optimum tumbuh di daerah dengan temperatur 26 – 30 o

(Karyudi, dkk. 2004).

C, dengan curah hujan 2.500 – 3.000 mm tahun/thn. Pada daerah beriklim basah tanaman karet dihadapkan pada masalah persaingan penggunaan lahan baik dengan tanaman perkebunan maupun tanaman pangan menyebabkan pengembangan tanaman karet semakin tertekan, selain itu serangan penyakit gugur daun dan jamur akar putih umumnya sangat tinggi terutama dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/thn, umumnya sangat tinggi menyebabkan produksi karet menurun.

Untuk menangani kendala persaingan penggunaan lahan dan serangan penyakit gugur daun dan jamur akar putih dalam penanaman karet di daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi ini dapat diatasi dengan cara memberdayakan potensi-potensi lahan yang memiliki curah hujan yang rendah untuk dijadikan lahan pertanaman karet. Namun pada daerah kering memiliki masalah yaitu kekeringan dan ketersediaan air yang

(14)

menjadi faktor pembatas utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas dan pertumbuhan tanaman di daerah tersebut. Selain itu ada beberapa masalah lain pada daerah kering seperti sifat fisik dan kimia tanah yang kurang baik, curah hujan rendah, dan distribusi hujan yang tidak merata yang mengakibatkan ketersediaan air menjadi masalah utama pada lahan ini.

Masalah-masalah yang terjadi pada daerah kering ini dapat diatasi melalui pendekatan dengan teknologi budidaya, salah satunya dengan cara pemanfaatan bahan organik dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan pemanfaatan cendawan Mikoriza. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat hasil kelapa sawit yang jumlahnya cukup besar yaitu 6 juta ton/thn. Bahan organik di dalamnya berperan penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik/kimia

Pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat menjadi sumber energi untuk perkembangan mikroorganisme di dalam tanah, sehingga dapat bersimbiosis mutualisme dan meningkatkan penyerapan hara di tanah yang mengalami cekaman kekeringan serta dapat meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air.

Mikoriza merupakan masukan bioteknologi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah kekeringan pada budidaya karet, Mikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena asosiasi simbiosis mutualisme antara cendawan tanah dengan akar tanaman tingkat tinggi. Sedikitnya terdapat lima manfaat mikoriza bagi perkembangan tanaman yang menjadi inangnya, yaitu meningkatkan absorsi hara dari dalam tanah, sebagai penghalang biologis terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan hormon pemicu

(15)

tumbuh, menjamin terselenggaranya siklus biogeokimia dan memperluas jangkauan akar sehingga dapat menyerap hara lebih tinggi.

Salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki curah hujan cukup rendah adalah desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara. Menurut Stasiun Klimatologi Sampali Medan, Aek godang memiliki curah hujan 1980 mm/tahun dan curah hujan bulanan 169 mm dengan penumpukan intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan september - desember.

Jumlah curah hujan tersebut berada dibawah curah hujan optimal yang dibutuhkan tanaman karet yaitu sekitar 2500-4000 mm/tahun (Anwar, 2006) terutama jika melihat intesitas curah hujan pada fase pertengahan tahun.

Berdasarkan pada penelitian (Hanafiah dkk, 2014) yang menyatakan bahwa pemberian Inokulasi mikoriza glomus mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan potensial air pada tanah pada percobaan penanaman tanaman karet di rumah kassa dengan kondisi 60% kapasitas lapang dan Pemberian Inokulasi mikoriza Acaulospora mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, serapan hara N dan P, tekanan turgor dengan kondisi 80% kapasitas lapang. Pada penelitian (Hanafiah dkk, 2015) menyatakan bahwa pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan Inokulasi mikoriza mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, serapan hara N dan P, meningkatkan potensial air, tekanan osmosis dan tekanan turgor pada percobaan penanaman karet di rumah kassa pada tanah 60% kapasitas lapang. Pemberian Kompos TKKS yang semakin tinggi mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, serapan hara N dan P, meningkatkan potensial air, tekanan osmosis dan tekanan turgor sehingga dalam penelitian ini Kompos TKKS tidak menjadi faktor dalam penelitian ini.

(16)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas pemberian mikoriza terhadap serapan hara N dan P pada tanaman karet (Hevea brassiliensis

Tujuan Penelitian

) pada lahan dengan cekaman kekeringan yang telah diberikan bahan organik di Desa Aek Godang, Kabupaten Padang Lawas Utara.

Untuk menguji pengaruh pemberian mikoriza terhadap serapan hara N dan P pada Tanaman karet klon PB260 pada lahan dengan cekaman kekeringan yang telah diberi bahan organik.

Hipotesis Penelitian

Pemberian mikoriza mampu meningkatkan serapan hara N dan P pada Tanaman karet klon PB260 pada lahan dengan cekaman kekeringan yang telah diberi bahan organik.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai bahan informasi tentang pengaruh pemberian mikoriza pada Tanaman karet klon PB 260 pada daerah cekaman kekeringan yang telah diberikan bahan organik

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Karet

Menurut Nazarudin dan Paimin (2006) dalam dunia tumbuhan karet (Hevea brasiliensis

Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Sistem perakaran yang bercabang pada setiap akar utamanya Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010)

) tersusun dalam sistematika sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledone, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea brasiliensis.

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. (Nazarudin dan Paimin, 2006)

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3- 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam. (Marsono dan Sigit, 2005)

(18)

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain. (Marsono dan Sigit, 2005)

Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung. (Marsono dan Sigit, 2005)

Syarat Tumbuh Iklim

Pertumbuhan terbaik bagi tanaman karet yaitu terletak pada daerah 150LU- 150LS, dengan suhu harian 25-300C. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet adalah pada dataran rendah dengan ketinggian 200-400 m dari permukaan laut (dpl). Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2000-2500 mm/thn.

Sebagai tanaman tropis tanaman karet membutuhkan sinar matahari sepanjang hari minimal 5-7 jam/hari. (Syakir,2010)

(19)

Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata – rata berkisar antara 75%-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan karet, karena dapat membuat laju aliran transpirasi tanaman karet menjadi kecil sehingga absorbsi unsur hara dari tanah menjadi lambat. Kecepatan angin yang terlalu kencang juga kurang baik bagi penanaman tanaman karet dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang. (Sianturi, 2001)

Tanah

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. (Anwar, 2006)

Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah yang terlalu tinggi. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,5 – 7,5.

Meskipun demikian, tanaman karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang subur dengan pH antara 5 – 6. (Setiawan, 2000)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas Utara. Desa Aek Godang Kecamatan Hulu Sihapas. Lokasi penelitian ini terletak pada titik koordinat N 1025’55,20 E 99,24’50,40. Aek Godang

(20)

terletak pada ketinggian 285 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah mencapai 3,5 km. Memiliki topografi datar sehingga cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan maupun perkebunan (BPS,2015). Desa Aek Godang di dominasi oleh jenis tanah Inseptisol dengan Ultisol yang hanya terdapat di beberapa tempat.

Menurut data BMKG 10 tahun terakhir Aek Godang memiliki curah hujan 1980 mm/tahun dengan penumpukan intensitas hujan tertinggi terjadi pada bulan September- Desember dan menurun drastis pada periode Maret-Agustus. Aek Godang memiliki suhu harian rata-rata 30 0C dengan suhu harian tertinggi mencapai 33 0C dan terendah mencapai 19 0

Tanah Inseptisol

C. Desa Aek Godang menurut klasifikasi iklim oldeman termasuk daerah dengan tipe iklim C3 sementara menurut klasifikasi iklim Schemidt – Ferguson memiliki tipe iklim Tipe B yang merupakan daerah basah dengan ciri vegetasi hujan tropika.

Tanah inseptisol merupakan ordo tanah yang belum berkembang lanjut dengan ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi masam dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inseptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat. (Sudirja, dkk. 2005)

Sebagian besar Tanah inseptisol menunjukkan kelas besar butir berliat dengan kandungan liat cukup tinggi (35-78%), tetapi sebagian termasuk berlempung halus

(21)

dengan kandungan liat lebih rendah (18-35%). Reaksi tanah masam sampai agak masam (4.6-5.5), sebagian khususnya pada Eutrudepts reaksi tanahnya lebih tinggi, agak masam sampai netral (5.6-6.8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan lapisan atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah, dengan rasio C/N tergolong rendah (5-10) sampai sedang (10-18). (Puslittanak, 2000)

Ada kecenderungan bahwa nilai KTK tanah tidak dipengaruhi oleh kandungan bahan organiknya. Inseptisol yang diteliti kandungan fraksi liatnya tergolong tinggi dan di dominasi oleh mineral smektit yang mempunyai KTK tinggi. Dengan demikian pengaruh bahan organik terhadap nilai KTK Inseptisol tidak nyata. Tampaknya, semakin tinggi KTK, nilai C-organik semakin rendah. Hal ini relatif sama dengan pola hubungan antara pH tanah dengan C-Organik. (Nurdin, 2012)

Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan tanah Inceptisol tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan. Kejenuan basa (KB) rendah sampai tinggi. (Damanik, dkk., 2010).

Karena Inseptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung tingkat pelapukan bahan induknya. Masalah yang dijumpai karena nilai pH yang sangat rendah, sehingga sulit untuk dibudidayakan. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok

(22)

untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah.

(Munir, 1996)

Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan tanaman karet

Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungan media tanam.

Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh (1) Ketersediaan air dalam media tidak cukup (2) Laju transpirasi yang berlebihan, atau kombinasi kedua faktor tersebut.

Walaupun didalam tanah air cukup tersedia, tanaman bukan tidak mungkin dapat mengalami cekaman. Hal ini terjadi jika kecepatan laju absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi. (Bray,1997)

Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan, secara visual tampak daun mengalami kelayuan dan menggulung sehingga menghambat fotosintesis. Akibat lanjut dari cekaman kekeringan adalah menurunnya laju fotosintesis dan sering sekali mengakibatkan organ fotosintesis mengalami penuaan dini yang mengakibatkan menurunnya akumulasi fotosintat. (Savin dan Nicolas, 1996)

Tanggap tanaman terhadap cekaman kekeringan tergantung pada jumlah air yang hilang, tingkat kerusakan dan lama cekaman kekeringan, macam species dan genotif tanaman, umur dan fase perkembangan tanaman (Chairani,dkk. 2007).

Kehilangan air pada tingkat seluler menyebabkan perubahan konsentrasi senyawa osmotik terlarut, perubahan volume sel dan bentuk membran, perubahan gradien potensial air dan kehilangan turgor. Pada kondisi cekaman kekeringan, stomata daun menutup atau menutup sebagian mengurangi aktivitasnya, sehingga menghambat

(23)

masuknya CO2, keadaan ini dapat menurunkan tekanan parsial CO2

Sifat tanaman toleran kekeringan merupakan sifat komplek karena dicerminkan oleh beberapa karakteristik morfofisiologi tanaman. Indikator tanaman toleran kekeringan diantaranya adalah nisbah akar- tajuk, kuatnya daya penetrasi akar, serta perakaran yang panjang, merupakan suatu cara untuk dapat mengefisienkan penggunaan air demi keperluan pertumbuhan tanaman. Varietas toleran kekeringan dapat diperoleh dengan mengevaluasi adaptasi tanaman terhadap kekeringan yaitu memperhatikan perakaran terutama panjang akar (Chairani, dkk. 2007). jika tanaman dalam keadaan kekurangan air maka tanaman akan meningkatkan konsentrasi zat terlarut akibatnya pembesaran sel menurun sehingga pertumbuhan terhambat. (Lisar, dkk. 2012)

didalam ruang interseluler daun, secara langsung mengurangi aktivitas fotosintesis. Kekurangan air dapat menghambat proses fisiologi yang lain, selain fotosintesis seperti sintesis dinding sel. (Mapengau, 2006)

Peran mikoriza bagi tanaman dalam mengatasi cekaman kekeringan

Mikoriza adalah organ morfologis dan fisiologis yang berbeda yang dihasilkan dari simbiosis yang saling menguntungkan antara jamur tanah tertentu menghuni (disebut jamur mikoriza) dan akar tanaman yang paling tinggi. Dalam hampir semua kasus, mikoriza yang adalah mutualisme hubungan karena kedua jamur mikoriza dan mikoriza tanaman tidak dapat secara independen dan menyelesaikan siklus hidup mereka di bawah kondisi alam (Smith & Read 1997).

Kebanyakan mikoriza memiliki fungsi menonjol adalah pemasok fosfor dan nitrogen untuk tanaman inang. Sebagai gantinya, MVA menerima hingga 20% dari

(24)

asimilasi tanaman inang. Kontribusi tambahan mikoriza ada di nutrisi tanaman, MVA dapat memperbaiki struktur tanah dan mengurangi stres tanaman oleh patogen, kekeringan atau salinisasi. MVA demikian memainkan peran penting dalam banyak ekosistem dan dapat berkontribusi banyak fungsi ekosistem seperti pemeliharaan tanaman keanekaragaman hayati (Rillig dan Mummey, 2006)

Mikoriza mampu meningkatkan perluasan bidang serapan air dan hara, dengan menggunakan hifa-hifa yang halus memungkinkan hifa dapat menyerap air lebih besar pada tanaman bermikoriza. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga akan membawa unsur hara yang mudah larut seperti N, K dan S sehingga serapan hara tersebut meningkat. (Kilham, 1994)

Mekanisme tanaman yang bermikoriza dapat membantu memperbaiki cekaman kekeringan, sehingga memperlancar pemulihan tanaman setelah kekeringan. Hal ini disebabkan cendawan mikoriza kadang-kadang meningkatkan panjang akar atau meningkatkan sistem perakaran, memungkinkan tanaman terinfeksi untuk mengeksplorasi lebih banyak air dibandingkan dengan tanaman tidak terinfeksi selama kekeringan. Hifa mikoriza dapat mempertahankan kontak akar baik selama kekeringan dan memudahkan pengambilan air (Davies, dkk. 1992).

Cendawan Mikoriza Arbuskula pada lahan marginal yang miskin unsur hara mampu meningkatkan penyerapan hara makro (terutama P) dan hara mikro melalui hifa eksternalnya. Untuk meningkatkan serapan P pada tanaman akibat asosiasi cendawan Mikoriza Arbuskula dan tanaman, diperlukan ketersediaan P dalam tanah. Hara P merupakan hara makro kedua setelah N yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah

(25)

yang cukup banyak. Fosfor merupakan salah satu unsur pembatas pertumbuhan tanaman yang ditanam pada tanah Inseptisol. Pada umumnya, ketersediaan P pada tanah Inseptisol sangat rendah karena tanah ini mempunyai kemampuan menyerap P yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan P dalam tanah adalah dengan cara inokulasi mikoriza (Zulaikha dan Gunawan, 2006).

Aktifitas dan metabolisme mikoriza menghasilkan dan melepaskan senyawa- senyawa organik yang berperan dalam mengikat kation-kation logam di dalam kompleks jerapan, sehingga konsentrasi kejenuhan basa menjadi tinggi dan pH menjadi naik. (Tan, 1998)

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) merupakan salah satu pupuk hayati yang didefenisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman.

Penyediaan hara ini dapat berlangsung simbiotis dan nonsimbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan terhadap lingkungan maka sebagian kecil petani beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Simanungkalit, dkk. 2006).

Hasil penelitian Neliyati (2010) mengemukakan pemberian mikoriza dan frekuensi pemberian air yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan bibit karet, kombinasi pemberian mikoriza 20g/polybag dengan frekuensi pemberian air tiga hari sekali memberikan pertumbuhan bibit karet terbaik.

Hal yang sama ditambahkan oleh Istianto (1993) mengemukakan bahwa inokulasi

(26)

mikoriza pada tanaman karet dapat meningkatkan diameter batang, bobot kering bagian atas tanaman, kadar fosfor daun, dan serapan fosfor.

Peran Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dalam mengatasi cekaman kekeringan

Salah satu jenis kompos yang potensial dimanfaatkan adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Laju produksi kelapa sawit yang semakin meningkat mengakibatkan kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu limbah yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang jumlahnya sekitar 23%

dari tandan buah segar yang diolah, biasanya TKKS hanya dimanfaatkan sebagai mulsa untuk tanaman kelapa sawit. Namun dari hasil penelitian didapatkan TKKS berpotensi sebagai pupuk organik. Analisis kompos TKKS mengandung pH 7,02; C-Organik sebesar 31,5%, P sebesar 0.21% , N sebesar 2,28 % dan K 2.5%, Ca 0.6%, Mg 0.4%.

(Socfindo, 2015)

Keunggulan kompos TKKS meliputi: kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2) membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3) bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman; (4) merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh

(27)

air yang meresap dalam tanah dan (5) dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Darnoko,1993).

Kompos TKKS dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Kompos juga berperan sebagai sumber energi bagi mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi, penambahan kompos pada bahan pembawa mikoriza, di samping sebagai sumber hara tanaman, sekaligus sebagai sumber energi bagi mikroba. Pemberian 300 g bokashi/polybag memberikan kondisi yang sesuai didalam tanah untuk kebutuhan bibit karet dimana unsur hara N, P dan K terpenuhi dalam keadaan yang cukup sehingga memberikan hasil yang terbaik (Purwati, 2013)

Aplikasi TKKS pada perkebunan kelapa sawit pada tanah Ultisol berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kadar C-organik, Ca tertukarkan, Mg tertukarkan dan KTK tanah), meningkatkan kadar N dan P dalam daun. Hal ini juga didukung oleh penggunaan kompos TKKS memiliki nilai C/N yang tinggi (<15), sehingga C-organik yang disumbangkan kompos TKKS lebih mudah termineralisasi menjadi bentuk hara-hara tersedia di dalam tanah. (Ginting,2003)

Kompos TKKS dapat diaplikasikan untuk berbagai tanaman sebagai pupuk organik, baik secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk kimia. Penelitian aplikasi kompos TKKS pada tanaman cabe telah dilakukan di Kabupaten Tanah Karo pada tahun 2002. Hasilnya menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS dapat

(28)

meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe, yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik (kontrol) maupun aplikasi pupuk kandang. Aplikasi 0,25 dan 0,50 kg kompos TKKS dapat meningkatkan hasil cabe berturut-turut hingga 24%

dan 45% dibanding perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi pupuk kandang hanya dapat meningkatkan hasil sebesar 7% dibanding perlakuan kontrol (PPKS, 2008).

Penelitian aplikasi kompos TKKS ini selain tanaman cabe, juga dilakukan penelitian menggunakan tanaman jeruk. Hasil pengamatan terhadap aplikasi kompos TKKS pada produksi tanaman jeruk selama dua kali panen menunjukkan bahwa aplikasi kompos berpengaruh terhadap peningkatan produksi jeruk. Aplikasi kompos TKKS hingga 30 kg dapat meningkatkan produk jeruk sebesar 49% – 74% dibanding kontrol tanpa kompos. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jeruk dengan aplikasi kompos mempunyai kulit buah yang lebih mengkilap dibandingkan jeruk yang tidak diberi kompos. Hal ini diduga erat kaitannya dengan cukupnya hara kalium yang diserap tanaman, yang berasal dari kompos TKKS (PPKS, 2008)

(29)

BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan milik warga di desa Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Pada Bulan Januari 2016 – Juni 2016 Bahan Dan Alat

Bahan tanaman yang di gunakan adalah karet klon PB 260 berpayung dua ( berumur ± 4 bulan) berasal dari balai penelitian Sei putih. Inokulum mikoriza yang digunakan diperoleh dari Laboratorium Biologi Tanah, Universitas Sumatera Utara yaitu Glomus dan Acaulospora. Kompos TKKS diperoleh dari. Adapun bahan-bahan untuk pengamatan persentase derajat mikoriza meliputi; KOH, HCl, gliserin, staining (pewarnaan), aquadest, larutan nitrogen, serta bahan-bahan lain yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan antara lain; ayakan, cangkul, ember, pisau, timbangan, hand sprayer, alat-alat ukur seperti; meteran, kertas, gelas ukur, jangka sorong, alat-alat tulis, alat-alat laboratorium untuk pengamatan persentase infeksi derajat mikoriza seperti; kaca objek, cover glass, mikroskop, serta peralatan lain yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok Non-faktorial dengan perlakuan mikoriza dengan simbol M yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

M0 = Tanpa mikoriza

(30)

M1 = Acaulospora100 g/tananaman

M2 = Glomus + Acaulospora (1:1) 100g/tanaman

Dengan demikian terdapat 3 taraf perlakuan dan setiap taraf perlakuan terdapat 10 ulangan sehingga diperoleh 30 Tanaman.

Jumlah ulangan : 10

Jarak Tanam : 6 x 3 m

Jumlah tanaman seluruhnya : 30 tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut :

Yij =μ +άi + βj + εij

I = 1,2,3 j = 1,2,3...20

Dimana :

Yij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j μ : Nilai tengah perlakuan

ά : Pengaruh ulangan ke-i

β : Pengaruh perlakuan mikoriza ke-j

ε : Galat dari blok ke-i, perlakuan mikoriza ke-j

Jika analisis data nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5%(Gomez dan Gomez, 1995).

(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN Perbanyakan mikoriza

Perbanyakan mikoriza di laksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Sumatera Utara dari Agustus - November 2015. Tanaman inang yang digunakan untuk perbanyakan mikoriza adalah tanaman jagung. Media tanah yang digunakan di sterilkan dengan alat pensteril tanah guna memusnahkan mikroorganisme yang hidup pada media perbanyakan sehingga mengurangi kompetisi antara mikoriza dan mikroorganisme jenis lainnya serta agar tanaman inang tidak terserang hama penyakit. Setelah sterilisasi kemudian media tanam dimasukan kedalam polybag.

Inokulum mikoriza dimasukkan kedalam lubang tanam sebanyak 150 g /polybag. Masing-masing jenis mikoriza dipisahkan polybag G berisi inokulum yang mengandung glomus dan polybag A mengandung inokulum mikoriza Acaulospora.

Kemudian jagung ditanam 2 tanaman/polybag. Tanaman jagung disiram setiap hari pada kondisi yang lembab. Tanaman dipanen pada saat berumur 2 bulan dan diamati persentase infeksi mikorizanya hingga mencapai 80%. Setelah pengamatan, tanah+akar tanaman jagung dicampur dan digunakan sesuai perlakuan.

Persiapan pembibitan dan pemberian perlakuan

Persiapan pertama yang dilakukan adalah tanah yang sudah diayak dimasukkan kedalam polybag sebanyak 5 kg, kemudian dimasukkan mikoriza sesuai perlakuan di bawah perakaran karet, lalu bibit dimasukkan ditengah lubang tanaman, tanah di masukkan lagi sebanyak 1 kg setelah itu dan yang terakhir tanah diisi dan dipadatkan.

(32)

Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari tanaman gulma berdaun lebar, sempit, pohon-pohon kecil dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul .

Pemancangan dan Pembuatan Lubang Tanam

Setelah lahan dibersihkan, dilakukan pemancangan untuk mengatur jarak tanam tanaman Karet. Jarak tanam yang digunakan adalah 6 x 3 m, Jarak antar baris 6 m diletakkan mengikuti arah utara ke selatan, sedangkan jarak antar tanaman karet dalam satu barisan 3 m dibuat mengikuti arah barat ke timur. Setelah pemancangan maka dilakukan pembuatan lubang tanam, Lubang digali dengan ukuran 40 x 40 x 60 cm.

Penanaman Bibit Karet

Bibit karet yang telah diberi perlakuan sebelumnya dimasukan kedalam lubang tanam yang telah dibuat sebelumnya. Sebelumnya di dalam lubang tanaman tersebut telah diberikan bahan organik berupa kompos TKKS di semua lubang tanam sebanyak 1 kg/tanaman Bibit di letakkan di tengah-tengah lubang, lalu plastik polybag dibuka dengan hati-hati agar struktur tanah di sekitar perakaran tidak rusak dan terganggu.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari selama 2 minggu pertama setelah penanaman, setelah itu penyiraman dihentikan dan tanaman Karet dibiarkan bergantung pada keadaan cuaca pada daerah pertanaman tersebut.

(33)

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan tangan ataupun dengan cangkul. Penyiangan dilakukan jika dianggap perlu sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi lapangan.

Bila terjadi serangan hama dan penyakit yang dianggap perlu dikendalikan maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida, yang bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet.

Pemupukan

Pemupukan dilapangan berupa pemberian pupuk dasar yaitu pupuk majemuk NPK sebanyak 400g/tanaman. Pemberian pupuk ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama pada saat dua minggu setelah pindah tanam dan yang kedua dilakukan 2 bulan setelah pemupukan pertama. Pupuk diberikan secara tugal disekeliling tanaman.

Parameter Pengamatan Parameter yang diamati adalah:

Analisis Tanah Awal, Akhir dan C/N bahan organik TKKS

Pada tahap awal penelitian dilakukan analisa tanah pada lahan yang akan di gunakan dan pada C/N TKKS , analisa tanah yang dilakukan meliputi pH tanah, P- tersedia, kandungan Al-dd, C –organik, P total dan analisa C/N Bahan organik

Serapan Hara P dan N daun (g)

Serapan hara dianalisa dengan mengukur kandungan hara daun yang dilakukan dilaboratorium, kemudian dihitung dengan menggunkan rumus berikut:

𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ℎ𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 =kadar hara

100 x berat kering tajuk

(34)

Untuk mengukur serapan hara P menggunakan Metode Bray II dan untuk mengukur serapan hara N menggunakan Metode Kjedhal.

Bobot Kering Tajuk (g)

Bobot kering tajuk tanaman diukur dengan cara memasukkan seluruh bagian tanaman kedalam oven dengan suhu 700C. Sebelumnya tajuk tanaman dimasukkan kedalam kertas yang telah dilubangi. Setelah 24 jam didalam oven, ditimbang bobot keringnya hingga bobotnya tetap (Salisburry dan Ross,1995)

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Serapan Hara N (g)

Data hasil pengamatan pada Tabel 1 dan sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa secara statistika pemberian Mikoriza Acaulospora dan Mikoriza Acaulospora + Glomus tidak berpengaruh nyata namun pemberian Mikoriza lebih berpengaruh dalam meningkatkan serapan hara N daripada yang tidak diberi mikoriza (Kontrol). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Serapan Hara N

I II III IV V VI VII VIII IX

Rata- rata M0 0,125 0,142 0,417 0,264 0,155 0,126 0,191 0,141 0,189 0,194 M1 0,157 0,234 0,347 0,178 0,272 0,369 0,180 0,310 0,383 0,270 M2 0,120 0,233 0,276 0,173 0,458 0,292 0,603 0,196 0,355 0,301 Keterangan : M0: Tanpa Mikoriza

M1: Mikoriza Acaulospora

M2: Mikoriza Acaulospora + Glomus Ulangan I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX

Serapan Hara P (g)

Data hasil pengamatan pada tabel 2. dan sidik ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa secara statistika pemberian Mikoriza Acaulospora dan Mikoriza Acaulospora + Glomus tidak berpengaruh nyata namun pemberian Mikoriza lebih berpengaruh dalam meningkatkan serapan hara P daripada yang tidak diberi mikoriza (Kontrol). Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.

(36)

Tabel 2. Rata-rata Serapan Hara P

I II III IV V VI VII VIII IX Rata-rata

M0 0,018 0,012 0,035 0,021 0,012 0,013 0,021 0,011 0,019 0,018 M1 0,015 0,016 0,023 0,008 0,050 0,039 0,018 0,038 0,024 0,026 M2 0,008 0,021 0,030 0,013 0,024 0,026 0,059 0,013 0,048 0,027 Keterangan : M0: Tanpa Mikoriza

M1: Mikoriza Acaulospora

M2: Mikoriza Acaulospora + Glomus Ulangan I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX

Berat Kering Tajuk (g)

Data hasil pengamatan pada tabel 3. dan sidik ragam yang dapat dilihat pada lampiran 8 menunjukan bahwa secara statistika pemberian Mikoriza Acaulospora dan Acaulospora + glomus tidak berpengaruh nyata namun pemberian Mikoriza lebih berpengaruh dalam meningkatkan berat kering tajuk.

Tabel 3. Rata-rata Berat Kering Tajuk

I II III IV V VI VII VIII IX

Rata- rata M0 16,86 24,02 47,39 33,48 23,48 20,32 32,85 18,12 28,64 27,24 M1 25,68 31,68 38,96 15,88 40,63 46,18 29,00 42,50 33,62 33,79 M2 17,95 26,50 46,83 23,01 42,79 27,56 57,40 21,08 54,59 35,30 Keterangan : M0: Tanpa Mikoriza

M1: Mikoriza Acaulospora

M2: Mikoriza Acaulospora + Glomus Ulangan I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX

Pembahasan

(37)

Dari hasil Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian mikoriza Acaulospora dan Acaulospora + glomus mampu meningkatkan serapan hara N. Hal ini dikarenakan akar tanaman bersimbiosis dengan mikoriza mampu meningkatkan perluasan bidang serapan hara dan air terutama meningkatkan serapan hara N. Hal ini sesuai dengan literatur Kilham (1994) yang menyatakan bahwa mikoriza mampu meningkatkan perluasan bidang serapan air dan hara, dengan menggunakan hifa-hifa yang halus memungkinkan hifa dapat menyerap air lebih besar pada tanaman bermikoriza. Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga akan membawa unsur hara yang mudah larut seperti N, K dan S sehingga serapan hara tersebut meningkat.

Dari hasil Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian mikoriza Acaulospora dan Acaulospora + glomus mampu meningkatkan serapan hara P. Hal ini dikarenakan mikoriza mampu meningkatkan penyerapan serapan hara P melalui hifa eksternalnya hal ini sesuai dengan literatur Zulaikha dan Gunawan (2016) yang menyatakan bahwa Cendawan Mikoriza Arbuskula pada lahan marginal yang miskin unsur hara mampu meningkatkan penyerapan hara makro (terutama P) dan hara mikro melalui hifa eksternalnya.

Bekerjanya pengaruh mikoriza pada akar tanaman karet juga berkat peran kompos TKKS yang berada di dalam tanah. Kompos mampu berperan sebagai sumber energi bagi mikoriza sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikoriza dalam penyediaan unsur hara. Hal ini sesuai dengan Literatur Purwati (2003) yang menyatakan bahwa Kompos juga berperan sebagai sumber energi bagi mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Jadi,

(38)

penambahan kompos pada bahan pembawa mikoriza, di samping sebagai sumber hara tanaman, sekaligus sebagai sumber energi bagi mikroba.

Faktor rendahnya serapan hara P diduga juga dipengaruhi oleh terbatasnya kadar air didalam tanah karena air akan melarutkan senyawa-senyawa yang dibutuhkan tanaman dalam proses metabolisme tanaman tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Lisar et al (2012) menyebutkan bahwa jika tanaman dalam keadaan kekurangan air maka tanaman akan meningkatkan konsentrasi zat terlarut akibatnya pembesaran sel menurun sehingga pertumbuhan terhambat.

Dari hasil analisis tanah awal Lampiran 2,Pemberian mikoriza mampu meningkatkan pH tanah dan memperbaiki tingkat kesuburan tanah seperti yang dapat di lihat pada analisis tanah akhir Lampiran 4 dan 5. Hal ini dikarenakan dengan adanya aktifitas dan metabolisme mikoriza menghasilkan dan melepaskan senyawa-senyawa organik yang berperan dalam mengikat kation-kation logam penyebab kemasaman tanah sehingga pH tanah meningkat. Sesuai dengan literatur Tan (1998) yang menyatakan senyawa-senyawa organik mampu mengikat kation-kation di dalam kompleks jerapan, sehingga konsentrasi kejenuhan basa menjadi tinggi dan pH menjadi naik.

Dari hasil analisa tanah awal Lampiran 2. Pemberian mikoriza dan Kompos TKKS mampu meningkatkan N Total pada tanah seperti yang terlihat pada analisis tanah akhir pada Lampiran 3, 4 dan 5. Hal ini diduga kompos TKKS merupakan kompos yang dapat menyumbangkan hara N ke dalam tanah. Hal ini didukung oleh penelitian Ginting (2003) menemukan bahwa aplikasi TKKS pada perkebunan kelapa

(39)

sawit pada tanah Ultisol berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah (pH tanah, kadar C-organik, Ca tertukarkan, Mg tertukarkan dan KTK tanah), meningkatkan kadar N dan P dalam daun

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian mikoriza dapat meningkatkan jumlah rata-rata pertambahan serapan hara N dan P tanaman karet dalam kondisi cekaman kekeringan.

2. Pemberian Mikoriza Acaulospora+Glomus memiliki jumlah rata-rata pertambahan tertinggi baik pada serapan hara N dan P tanaman karet maupun berat kering tajuknya.

3. Pemberian Mikoriza Acaulospora memiliki jumlah rata-rata pertambahan tertinggi ke 2 baik pada serapan hara N dan P tanaman karet maupun berat kering tajuknya.

4. Pemberian Mikoriza Acaulospora+Glomus Dan Mikoriza Acaulospora dapat meningkatkan sifat kimia tanah (pH tanah, N Total, C-Organik, Aldd, P-Total dan P-Tersedia).

Saran

Perlu Dilakukan penelitian dalam waktu yang lebih lama untuk bisa diketahui efek dari pemberian mikoriza terhadap serapan hara N dan P pada tanaman karet yang ditanam pada lahan dengan cekaman kekering

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2006. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet Sei Putih. http:// www.ipard.com/ art_ perkebun/ MANAJEMEN %20 DAN%20 TEKNOLOGI%20 BUDIDAYA%20 KARET. Pdf [06 Juni 2010].

Boerhendhy, I. 2009. Pengelolan biji karet untuk bibit. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31(5): 16.

Bray,E.A,1997. Plant Responses to water defisit. Trend in Plant Science 2(2):48-54 Badan Pusat Statististik (BPS), 2015. Padang Lawas Utara Dalam Angka. Badan Pusat

Statistik. Sumatera Utara.

Chairani, H Wahyu Q Mugnisjah, Sudirman Yahya, Didi Sopandi, K. Idris, dan A.

Sahar. 2007. Pertumbuhan Akar Kedelai Pada Cekaman Aluminium, Kekeringan Dan Cekaman Ganda Aluminium Dan Kekeringan. Agritop, 26(1):13-18

Damanik, M. M. B. Effendi, B. Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Darnoko, Z. 1993. Pembuatan Pupuk Organik dari Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Bulletin Penelitian Kelapa Sawit , Vol 2. 89-99.

Davies Jr FT, Potter JR, linderman RG.1992. Mycorrhiza and Repeated Drought Exposure Affect Drought Resistance And Extaradical Hyphae Development Of Pepper Plants Independent Of Plant Size And Nutrient Content, J,. plant physiol 139 : 289-294.

Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian, 2014. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman tahunan. Pedoman teknis tanaman karet, Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Jakarta.

Ginting, R. 2003. Ketersediaan dan Serapan Hara N Pada Perkebunan Kelapa Sawit Akibat Pemberian Pupuk Biologi N Dan Bahan Organik Pada Ultisol. Tesis.

Universitas Sumatera Utara.

Hanafiah,A.S.T.Sabrina.D.S.Hanafiah. 2014. Peningkatan Ketahanan Karet (Hevea brassiliensis

Hanafiah,A.S.D.Alfiati,D.S.Hanafiah. 2015. Peningkatan Ketahanan Tanaman Karet Terhadap Cekaman Air Melalui Pemberian FAM Dan Bahan Organik. Balai Penelitian Karet Sei Putih. Medan

) Terhadap Cekaman Air Melalui FAM Di Rumah Kassa. Balai Penelitian Karet Sei Putih. Medan

Istianto, 1993. Potensi dan Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dengan Bibit Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) Klon PB 260.

Tesis. Universitas Sumatera Utara

(42)

Karyudi, Siagian, N., dan Hanafiah, A., 2004. Osmoregulasi Tanaman Karet (Hevea BrasiliensisMull.Arg) Sebagai Respon Terhadap Cekaman Air.II. Hubungan Antara Kapasitas Osmoregulasi dengan Pertumbuhan Tanaman dan Status Hara Daun. Jurnal Penelitian Karet 22(1), 69-80

Kilham, K. 1994. Soil Ecology. Cambridge Universitas Press. Cambridge

Lisar, S. Y. S., R. Motafakkerazad, M. M. Hossain and I. M. M. Rahman. 2012. Water Stres in Plants: Causes, Effects and Responses, Water Stres. Ismail Mofizur Rahman (ed.). Croatia.

Mapengau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura.Vol. 41 no. 1

Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatan. Pustaka Jaya, Jakarta

Nazaruddin dan Paimin, 2006. Budidaya dan Pengolahan Karet. Penebar Swadaya Press, Jakarta.

Neliyati. 2010. Pertumbuhan Batang Bawah Bibit Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) Dengan Pemberian Mikoriza Arbuskula Pada Beberapa Kondisi Air Polybag.

Jurnal Karet, 14(2)

Nurdin. 2012. Morfologi, Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol dari Bahan Lakustrin Paguyaman – Gorontalo Kaitannnya dengan Pengolahan Tanah. Laboratorium Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo.

Prasetyo. B.H dan D.A Suriadikarta, 2006. Karakteristik, Potensi Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2).

Purwati, 2013. Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea BrasiliensisMull.Arg) Asal Okulasi Pada Pemberian Bokashi Dan Pupuk Organik Cair Bintang Kuda Laut. Jurnal Agrifor Vol XII (1).

Puslittanak. 2000. Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian. Bogor. hlm 169-172.

Pusat penelitian kelapa sawit, 2012. Kriteria Analisa Tanah dan Jaringan Tanaman.

Makalah. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Rillig MC, Mummey DL. 2006. Mycorrhizas and soil structure. New Phytol 171: 41-53.

(43)

Savin R, Nicolas ME. 1996. Effect of short periods of drought and high temperature on grain growth and starch accumulation of two malting barley cultivas. Aust. J.

Plant Physiol

Setiawan,A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Kanisius, Yogyakarta Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press. Medan

Simanungkalit, R.D.M, D.A.Suriadikita, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik., 2006.

Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jawa Barat

Smith, SE and D.J. Read. 1997. Mychorhizal Symbiosis. Second Ed. Academic Press.

Harcourt Brace &Company Publisher. London. Hlm. 32-79.

Socfindo, 2015. Analisis Tandan Kosong Kelapa Sawit. Laporan kandungan Hara Tandan Kosong Kelapa Sawit. Socfindo. Sumatera Utara. Medan

Syakir, 2010. Pengaruh Waktu Pengomposan dan Limbah Sagu Terhadap Kandungan Hara, Asam Fenolat dan Lignin. Instititut Pertanian Bogor. Bogor

Tan, K.H.1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Cetakan Kelima. Terjemahan D.H. Goenadi.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Karet. CV. Nuansa Aulia. Bandung.

Zulaikha, S dan Gunawan. 2006. Serapan Fosfat dan Respon Fisiologi Tanaman Karet Terhadap Mikoriza dan Pupuk Fosfat Pada Tanah Ultisol. Bioscientiae 3 (2) : 83-92.

(44)

Lampiran 1. Kriteria Penilaian Hara Tanah

Sumber PPKS 2012

(45)

Lampiran 2. Analisis Tanah awal

Keterangan:

- Dianalisis di Asian agri medan

- Berdasarkan kriteria PKKS medan 2012

Lampiran 3. Analisis Tanah akhir M0

Keterangan:

- Dianalisis di Asian agri medan

- Berdasarkan kriteria PKKS medan 2012

Karakter Nilai Kriteria Metode

pH 4,87 Masam elektrometri

N total (%) 0,30 Sedang Kjeldhal

distilation

C-organik(%) 3,98 Tinggi Walkley & black

tritration

Al-dd (mol/kg -1) 0,23 Rendah kjeldhal

P total (mg /100 g) 211,06 Rendah HCl 25 %

P tersedia (ppm) 2,20 Sangat Rendah Bray 2

Karakter Nilai Kriteria Metode

pH 6,06 Agak Masam elektrometri

N total (%) 0,18 Rendah Kjeldhal

distilation

C-organik(%) 2,07 Sedang Walkley & black

tritration

Al-dd (mol/kg -1) 0,10 Rendah kjeldhal

P total (mg /100 g) 166,40 Rendah HCl 25 %

P tersedia (ppm) 4,90 Sangat Rendah Bray 2

(46)

Lampiran 4. Analisis Tanah akhir M1

Keterangan:

- Dianalisis di Asian agri medan

- Berdasarkan kriteria PKKS medan 2012

Lampiran 5. Analisis Tanah akhir M2

Keterangan:

- Dianalisis di Asian agri medan

- Berdasarkan kriteria PKKS medan 2012

Karakter Nilai Kriteria Metode

pH 6,22 Agak Masam Elektrometri

N total (%) 0,19 Rendah Kjeldhal

distillation

C-organik(%) 2,07 Sedang Walkley & black

tritration

Al-dd (mol/kg -1) 0,07 Rendah Kjeldhal

P total (mg /100 g) 245,82 Sedang HCl 25 %

P tersedia (ppm) 13,99 Rendah Bray 2

Karakter Nilai Kriteria Metode

pH 6,19 Agak Masam Elektrometri

N total (%) 0,23 Sedang Kjeldhal

distillation

C-organik(%) 2,40 Sedang Walkley & black

tritration

Al-dd (mol/kg -1) 0,03 Rendah Kjeldhal

P total (mg /100 g) 386,58 Sedang HCl 25 %

P tersedia (ppm) 17,22 Sedang Bray 2

(47)

Lampiran 6. Analisis Sidik Ragam Serapan Hara N

SK DB JK KT F Hit. F0,5 F0,1

Ulangan 8 0,118 0,015 1,184 2,59 3,89

M 2 0,054 0,027 2,168 3,63 6,23

Galat 16 0,199 0,012

Total 26 0,370

KK = 43,68 %

Lampiran 7. Analisis Sidik Ragam Serapan Hara P

SK DB JK KT F Hit. F0,5 F0,1

Ulangan 8 0,001316 0,000165 0,914077 2,59 3,89

M 2 0,000398 0,000199 1,106881 3,63 6,23

Galat 16 0,00288 0,00018

Total 26 0,004595

KK = 56,99 %

Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

SK DB JK KT F Hit. F0,5 F0,1

Ulangan 8 1564,49 195,56 1,80 2,59 3,89

M 2 330,57 165,28 1,52 3,63 6,23

Galat 16 1735,24 108,45

Total 26 3630,31

KK = 32,43 %

Lampiran 9. Data Curah Hujan Bulanan (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2005 181 109 47 135 x X 9 97 x 32 182 182 2006 143 308 53 77 56 36 10 146 273 282 204 204 2007 320 78 182 186 155 78 272 147 132 164 126 126 2008 216 108 324 176 90 142 90 216 104 285 142 142 2009 241 124 146 192 45 37 23 147 76 100 332 359 2010 358 370 95 223 269 162 143 69 184 30 328 127 2011 288 163 177 187 79 14 4 65 82 240 382 292 2012 58 394 93 329 67 103 120 47 75 260 277 457 2013 384 147 0 135 140 77 48 116 113 208 259 355 2014 326 10 149 316 300 16 15 173 137 378 598 204 Sumber : Stasiun Aek Godang, BMKG Sampali Medan

(48)

Lampiran 10. Data Kelembapan Udara (%)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2007 83 85 78 81 79 80 78 76 78 79 79 82 2008 83 80 82 80 76 80 77 79 77 82 79 83 2009 86 78 81 79 74 74 73 78 77 77 81 85 2010 85 85 81 83 81 78 78 75 77 72 80 79 2011 83 78 79 80 77 72 71 78 78 79 84 85 2012 80 83 78 79 77 76 76 77 76 82 80 83 2013 81 84 80 78 76 73 73 74 76 80 82 84 2014 85 79 83 81 83 75 73 76 80 82 84 83 Sumber : Stasiun Aek Godang, BMKG Sampali Medan

Lampiran 11. Data Suhu Udara (ºC)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des 2008 31,9 31,7 31,0 31,6 32,0 30,9 30,9 32,2 31,1 30,9 30,9 30,4 2009 30,1 31,6 32,7 32,3 33,7 32,7 - 32,4 31,7 31,8 30,8 31,7 2010 32,4 33,5 33,8 33,9 33,6 34,0 34,0 34,4 33,7 33,4 32,3 32,5 2011 32,2 34,1 34,0 33,8 33,4 33,5 34,2 24,4 34,2 33,8 32,5 33,2 2012 33,6 32,7 33,6 33,6 34,2 33,7 33,6 33,8 34,5 33,7 33,7 32,2 2013 33,1 32,5 33,6 33,9 33,8 34,6 33,6 34,4 33,6 33,8 32,0 33,4 2014 29,1 31,1 31,3 31,7 31,8 31,8 30,3 31,2 31,8 31,1 30,9 30,5

Sumber : Stasiun Aek Godang, BMKG Sampali Medan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan hubungan pekerjaan, peran PMO, pelayanan kesehatan, dukungan keluarga dan diskriminasi terhadap ketidakteraturan

Spiritual dapat merupakan ekspresi dari kehidupan yang dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang dan lebih dari pada hal

Permasalahan tersebut mendorong penulis untuk meneliti mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham di Bursa Efek Indonesia pada periode 2002 – 2007,

Maka mendengarkannya menjadi haram, baik dengan irama atau tidak, karena pendengar itu ikut serta seperti yang dilagukan.. Demikian juga lagu-lagu yang menyebutkan ciri-ciri wanita

a. Setelah admin melakukan login dan muncul halaman utama, selanjutnya masuk ke dalam menu pendaftaran siswa, pilih menu penerimaan siswa. Maka akan muncul tampilan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti pada pemahaman bacaan dari teks descriptive siswa kelas sepuluh MA NU Nurul Ulum

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Roti Guna Meminimumkan Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (studi kasus pada CV. Foker Cake

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dikembangkan suatu tool changer otomatis yang dapat mengatasi permasalahan setting tool terutama pada setting posisi cap