• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit. Menurut pasal 1313 KUHPerdata : perjanjian yang dibuat olehnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit. Menurut pasal 1313 KUHPerdata : perjanjian yang dibuat olehnya."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit 1. Tinjauan Tentang Perjanjian :

a. Pengertian Perjanjian

Menurut pasal 1313 KUHPerdata :

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Pengertian secara umum terkait perjanjian sesuai ketentuan dalam pasal 1313 KUHPerdata yang artinya satu orang atau lebih dapat membuat perjanjian dengan orang lain dan setiap orang yang membuat suatu perjanjian maka orang tersebut terikat dalam perjanjian yang dibuat olehnya.

Menurut Subekti perikatan adalah suatu pengertian abstrak sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa konkret.7 Dari pasal 1313 ayat (1) KUH Perdata, dapat diketahui bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.8 Dari peristiwa tersebut timbul suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang dinamakan perikatan.

Dengan demikian perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.

7 R Subekti, 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, halaman 338.

8 R. Soeroso, S.H, Perjanjian Di Bawah Tangan, Jakarta: PT. Sinar Grafika, halaman 4

(2)

17 b. Syarat Sahnya Perjanjian

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1320 KUHPerdata, untuk suatu sahnya perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yaitu :9

1. Sepakat mereka yang mengikat dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

1) Dengan sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjajian itu harus bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu perjanjian itu harus diberikan secara bebas.

2 ) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Dalam pasal 1330 KUHPerdata disebutkan orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian, yaitu :

a ) Orang – orang yang belum dewasa

b ) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

c ) Orang perempuan yang telah kawin (dengan adanya UU No. 1 Tahun1974, ketentuan ini tidak berlaku lagi).

Menurut pasal 330 KUHPerdata belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun, dan tidak lebih dahulu kawin.

9 Komariah, 2013, Hukum Perdata, Malang: UMM Press, halaman 146

(3)

18 3 ) Suatu hak tertentu.10

Suatu hal tertentu artinya barang yang menjadi objek perjanjian paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak menjadi soal asalkan dapat ditentukan kemudian.

Syarat-syarat untuk menjadi objek perjanjian adalah :

a) Barang-barang yang diperdagangkan (Pasal 1332 KUHPerdata)

b) Barang-barang yang sedikitnya dapat ditentukan jenisnya (Pasal 1333 KUHPerdata). Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu dikemudian hari dapat ditentukan atau dihitung jumlahnya.

c) Barang-barang yang akan ada dikemudian hari (Pasal 1334 ayat 1 KUHPerdat), Kecuali warisan yang belum terbuka (Pasal 1334 ayat 2 KUHPerdata).

4 ) Suatu sebab atau causa yang halal

Sebab atau causa ini yang dimaksudkan undang-undang adalah isi perjanjian itu sendiri. Jadi sebab atau causa tidak berarti sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian yang dimaksud.11 Meskipun siapa saja dapat membuat perjanjian apa saja, tetapi ada pengecualiannya, yaitu sebuah perjanjian itu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,

10 Ibid.

11 Ibid. hal, 147

(4)

19 ketentuan umum, moral dan kesusilaan (Pasal 1335 KUH Perdata).12

c. Asas Asas Hukum Perjanjian

Beberapa asas utama dari hukum perjanjian menurut KUHPerdata yaitu :

1. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme sebagaimana disebutkan dalam pasal 1320 KUHPerdata menunjukkkan adanya kesepakatan para pihak mengenai hal-hal pokok sehingga pada detik itulah perjanjian itu lahir. Perjanjian dapat tercipta jika memperoleh kesepakatan darai para pihak yang bersepakat mengikatkan dirinya dalam suatu perikatan.

2. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan bagi para pihak untuk mengatur isi perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

3. Asas Obligator

Asas obligator diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata yakni para pihak yang telah terikat dalam perjanjian yang disepakati

12 R. Soeroso, S.H, Op.cit. hal. 14

(5)

20 maka perikatan menimbulkan hak dan kewajiban, dan haknya belum beralih sebelum penyerahan (levering)

4. Asas Pacta Sun Servanda

Asas pacta sun servanda diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata yaitu secara harviah dapat diartikan “janji itu mengikat”, maksudnya adalah suatu kontrak yang telah disepakati oleh para pihak, maka kontrak tersebut mengikat para pihak.

Bahkan mengikatnya kontrak yang dibuat oleh para pihak tersebut memiliki kekuatan mengikat yang sama dengan undang-undang yang dibuat oleh pemerintah.13

d. Hapusnya Perikatan

Istilah perikatan merupakan terjemahan dari bahasa belanda yaitu “Verbentenis”. Istilah perikatan ini dipakai untuk suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu.14

Menurut pasal 1381 KUHPerdata menyebutkan sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu :15

1. Pembayaran

13 Munir Fuady, 2007, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis (Buku Kedua), Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, hal. 50

14 R. Subekti, 1985, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa, halaman 1

15 Komariah, Op.cit, halaman 168

(6)

21 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan

atau penitipan.

3. Pembaharuan utang

4. Perjumpaan utang atau kompensasi 5. Percampuran utang

6. Pembebasan utang

7. Musnahnya barang yang terutang 8. Batal/pembatalan

9. Berlakunya syarat batal 10. Lewatnya waktu 2. Tinjauan Tentang Kredit :

a. Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa romawi yaitu credere, yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya.16 Dasar istilah dari pengertian kredit adalah kepercayaan, sehingga hubungan yang terjalin dalam kegiatan perkreditan diantara para pihak sepenuhnya harus didasari oleh adanya saling percaya, bahwa yang memberikan kredit percaya penerima kredit akan sanggup melunasi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktu, prestasi dan kontra prestasinya.17

b. Dasar Hukum Pengaturan Kredit

16 Johannes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit-Dilematis Antara Kontrak Dan Kejahatan, Bandung: PT. Refika Aditama, hal. 7

17 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, hal. 365

(7)

22 Menurut ketentuan pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan , yang dimaksud kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

c. Unsur-Unsur Perjanjian Kredit

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil, yang diikuti dengan perjanjian jaminan sebagai assessor-nya, dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok/arti riil adalah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh pihak bank kepada debitur. Dilihat dari bentuknya perjanjian kredit perbankan umumnya berbentuk perjanjian baku (standart contract), karena bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditor, sedangkan pihak debitur hanya mempelajari dan memahami dengan baik.18 Unsur kredit dapat dilihat terutama berdasarkan pasal 1 angka 11 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, maka unsur- unsur yang terdapat dalam kreditur adalah :

1. Unsur Kepercayaan

18 Iswi Hariyani, 2010, Restrukturisasi Dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta: Elex Media, hal. 19

(8)

23 Adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasiyang diberikan kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan pada waktu tertentu.

2. Unsur Waktu

Adanya jangka waktu tertentu antara pemberi kredit dan pelunasannya. Jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara para pihak bank dan nasabah peminjam dana.

3. Unsur Prestasi

Adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapai persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberi kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

4. Unsur Resiko

Adanya suatu resiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, semakin lama jangka waktu yang diberikan semakin tinggi resiko kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.19

d. Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi)

19 http://arihaz99.wordpress.com/2012/perjanjian-kredit, Diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 16:00

(9)

24 Kredit Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi) adalah pemberian pinjaman kepada pengusaha mikro kecil (dalam rangka pengembangan usaha) dengan konstruksi pinjaman secara fidusia dan pengembalian pinjamannya dilakukan dengan cara mengangsur.

B. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen 1. Pembiayaan Konsumen :

a. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Definsi Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 adalah kegiatan pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.20 Menurut ketentuan dalam pasal 1 huruf ( b) Sk Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Pengertian dari pada Lembaga Pembiayaan adalah penyedian dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Kemudian yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah suatu badan usaha diluar bank dan merupakan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Menurut Peraturan Nomor 9 Tahun 2009

20 Budi Rachmat, 2002, Multi Finance, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, halaman 136

(10)

25 tentang Pembiayaan Konsumen, Pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah “kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.”

Berdasarkan definisi tersebut diatas, terdapat bebarapa hal yang perlu digaris bawahi dan merupakan dasar dari kegiatan pembiayaan konsumen, yaitu :

1. Pembiayaan Konsumen adalah merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang dapat diberikan kepada konsumen.

2. Obyek pembiayaan usaha jasa pembiayaan konsumen adalah barang kebutuhan konsumen, biasanya kendaraan bermotor, alat kebutuhan rumah tangga, komputer, barang-barang elektronika dan lain sebagaianya.

3. Sistem pembayaran angsuran dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan secara bulanan dan ditagih langsung kepada konsumen.

4. Jangka waktu pengembalian, bersifat fleksibel tidak terikat dengan ketentuan seperti financial lease.

Untuk menambah pengertian mengenai pembiayaan konsumen, berikut ini akan kami kemukakan istilah-istilah yang sering dipergunakan didalam transaksi pembiayaan konsumen, yaitu :21

21 Ibid. hal, 138

(11)

26 1. Kreditur/Perseroan adalah perusahaan pembiayaan konsumen atau perusahaan pembiayaan yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan.

2. Debitur/Peminjam adalah perorangan atau individu yang mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen dari kreditur.

3. Barang Kebutuhan Konsumen adalah setiap aktiva tetap berwujud yang dapat dipergunakan oleh konsumen, seperti kendaraan bermotor, rumah, komputer maupun alat kebutuhan rumah tangga.

4. Supplier/Dealer.Developer adalah perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang kebutuhan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen.

5. Kontrak adalah perjanjian pembiayaan konsumen yang ditandatangani oleh dan antara debitur dan kreditur.

6. Menurut ketentuan dalam Pasal 1 butir 7 dan 8 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia. Sedangkan Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan Fidusia.

7. Menurut ketentuan dalam Pasal 1 butir 8 dan 9 Undang- Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Kreditur adalah

(12)

27 pihak yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang- undang. Sedangkan Debitur adalah pihak yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang.

b. Pihak-Pihak Terkait Dalam Pembiayaan Konsumen

Dalam transaksi pembiayaan konsumen, ada tiga pihak yang terlibat dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu antara lain adalah sebagai berikut :22

1. Pihak Lembaga Pembiayaan Konsumen/Kreditur

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran berkala. Lembaga pembiayaan ini sesuai dengan Keppres No. 61 Tahun 1998 harus berbentuk badan hukum, yaitu Perseroan Terbatas atau Koperasi. Dalam transaksi pembiayaan konsumen, Lembaga Pembiayaan Konsumen berkedudukan sebagai kreditur, yaitu pihak pemberi biaya kepada konsumen. Kreditur/Perseroan adalah perusahaan pembiayaan konsumen atau perusahaan pembiayaan yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan.

2. Pihak Konsumen/Debitur

Yang dimaksud dengan Konsumen adalah pembeli barang yang dananya dibiayai oleh Lembaga Pembiayaan Konsumen.

22 Ibid. hal, 139

(13)

28 Menurut ketentuan yang tercantum dalam Keppres No. 61 Tahun 1988 tidak ditentukan tentang status konsumen. Dengan demikian, konsumen tersebut dapat berstatus perseorangan dapat juga berstatus badan usaha. Dalam transaksi pembiayaan konsumen, konsumen ini berkedudukan sebagai debitur, yaitu pihak penerima biaya dari Lembaga Pembiayaan Konsumen.

Debitur/Peminjam adalah perorangan atau individu yang mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen dari kreditur.

3. Pihak Dealer

Adapun yang dimaksud dengan Dealer adalah penjual, yaitu perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan konsumen dalam rangka pembiayaan konsumen.23 Barang-barang yang dijual atau disediakan oleh dealer merupakan barang-barang konsumsi, seperti kendaraan bermotor, barang-barang elektronik, komputer, kebutuhan rumah tangga, dan sebagainya.

Pembayaran atas harga barang-barang yang dibutuhkan konsumen tersebut dilakukan oleh lembaga pembiayaan kepada dealer.

c. Perhitungan-Perhitungan Dalam Transaksi Pembiayaan Konsumen.

Pembayaran angsuran yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur, akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini, selain

23 Ibid.

(14)

29 faktor resiko dan marjin keuntungan. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembayaran angsuran dimaksud adalah sebagai berikut :24

1. Tingkat Bunga Yang Dikenakan.

Penentuan tingkat suku bunga didasarkan atas dasar tingkat bunga dipasaran dan hasil analisa dan evaluasi atas debitur.

Dalam praktek sehari-hari, tingkat bunga yang dikenakan oleh kreditur bersifat fixed rated methode untuk jangka waktu yang telah disepakati. Biasanya kreditur akan mengenakan tingkat suku bunga yang tinggi, hal ini diambil untuk mengantisipasi fuktuasi suku bunga.

2. Cara Pembayaran.

Cara pembayaran yang dilakukan debitur sangat mempengaruhi perhitungan dalam transaksi pembiayaan konsumen. Pada umumnya pembayaran yang dapat dilakukan secara bervariasi yaitu satu bulanan, dua bulanan, tri wulanan, semesteran, baik dimuka ataupun dibelakang.

3. Jenis Mata Uang.

Mata uang sangat berpengaruh terhadap perhitungan didalam transaksi pembiayaan konsumen, hal ini akan tercermin didalam penentuan tingkat suku bunga ataupun penentuan kurs.

4. Lamanya Kontrak.

24 Ibid. hal, 140

(15)

30 Jangka waktu pembiayaan akan mempengaruhi besarnya pembayaran angsuran yang akan dilakukan oleh debitur, semakin cepat jangka waktunya semakin besar pembayaran angsurannya.

5. Harga Beli Barang Kebutuhan Konsumen.

Harga beli suatu barang modal sangat berpengaruh terhadap net fasilitas yang akan dibiayai oleh kreditur, yang pada akhirnya mempengaruhi pembayaran angsuran yang akan dilakukan.

6. Uang Muka/Down Payment.

Besarnya uang muka atau down payment yang dikenakan kepada debitur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat keamanan/resiko yang ditanggung oleh kreditur, negosiasi antara kreditur dengan debitur, jenis barang modal dan faktor-faktor lainnya.25

d. Mekanisme Transaksi Pembiayaan Konsumen

Mekanisme transaksi pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, hampir sama dengan mekanisme transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi untuk perorangan. Berikut penulis akan kemukakan salah satu bentuk mekanisme transaksi pembiayaan konsumen, yaitu :26

1. Tahap Permohonan

25 Ibid. hal, 141

26 Ibid. hal, 144

(16)

31 Untuk bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen, debitur biasanya sudah mempunyai usaha yang baik dan/atau mempunyai pekerjaan tetap serta berpenghasilan yang memadai.

Sebelum mengajukan permohonan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan konsumen, debitur harus mengajukan surat permohonan dengan melampirkan, hal-hal sebagai berikut : a. Copy KTP Calon Peminjam

b. Copy KTP Suami/Istri Calon Peminjam c. NPWP

d. Kartu Keluarga

e. Surat Keterangan Gaji, jika calon Peminjam bekerja f. Surat Keterangan lainnya/

2. Tahap Pengecekan dan Pemeriksaan Lapangan

Berdasarkan aplikasi dari pemohon, Marketing Department akan melakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian formulir aplikasi tersebut dengan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang telah diterima, dilanjutkan dengan :

a. Kunjungan ke tempat calon Peminjam (plant visit) b. Pengecekan ke tempat lain (credit checking) c. Observasi secara umum/khusus lainnya 3. Tahap Pembuatan Customer Profile.27

27 Ibid. hal, 145

(17)

32 Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, Marketing Department akan membuat Customer Profile, dimana isinya akan menggambarkan tentang :

a. Nama Calon debitur dan istri/suami b. Alamat dan Nomor Telephone c. No. KTP

d. Pekerjaan e. Alamat Kantor

f. Kondisi Pembiayaan yang diajukan

g. Jenis dan type barang kebutuhan konsumen h. Dan lain-lain

4. Tahap Pengajuan Proposal Kepada Kredit Komite

Marketing Department akan mengajukan proposal terhadap permohonan yang diajukan oleh debitur kepada Kredit Komite.

Proposal yang diajukan biasanya terdiri dari :

a. Tujuan pemberian fasilitas pembiayaan konsumen

b. Struktur Fasilitas Pembiayaan yang mencakup harga barang, uang muka, nett pembiayaan, bunga, jangka waktu, type dan jenis barang dan lainnya

c. Latar belakang debitur disertai keterangan mengenai kondisi pekerjaan dan lingkungan tempat tinggalnya

d. Analisa resiko

e. Saran dan kesimpulan

(18)

33 5. Keputusan Kredit Komite.28

Keputusan kredit komite merupakan dasar bagi kreditur untuk melakukan pembiayaan atau tidak. Apabila permohonan debitur ditolak maka harus diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila disetetujui maka Marketing Department akan meneruskan tahap berikutnya.

6. Tahap Pengikatan.

Berdasarkan keputusan kredit komite, biasanya bagian legal akan mempersiapkan pengikatan sebagai berikut :

a. Perjanjian pembiayaan konsumen beserta lampiran- lampirannya

b. Jaminan Pribadi, jika ada c. Jaminan Perusahaan, jika ada

Pengikatan perjanjian pembiayaan konsumen dapat dilkakukan secara bawah tangan, dilegalisir oleh Notaris atau secara Notariil 7. Tahap Pemesanan Barang Kebutuhan Konsumen.29

Setelah proses penandatanganan perjanjian dilakukan oleh kedua belah pihak, selanjutnya kreditur akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Kreditur melakukan pemesanan barang kepada supplier, pesanan mana dituangkan dalam Penegasan Pemesanan

28 Ibid. hal, 146

29 Ibid. hal, 147

(19)

34 Pembelian/Confirm Purchase Order dan Bukti Pengiriman dan Surat Tanda Penerimaan Barang.

b. Khusus untuk Obyek Pembiayaan bekas pakai, baik kendaraan bermotor, tanah dan bangunan, akan dilakukan pemeriksaan BPKB/Sertifikat oleh Credit Administration Department ke instansi Pemerintah yang terkait.

c. Penerimaan pembayaran dari Debitur kepada Kreditur (dapat melalui Supplier/Dealer).

8. Tahap Pembayaran Kepada Supplier.

Setelah barang diserahkan oleh supplier kepada debitur, selanjutnya supplier akan melakukan penagihan kepada kreditur, dengan melampirkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kwitansi penuh

b. Kwitansi uang muka dan/atau bukti pelunasan uang muka c. Confirm Purchase Order

d. Bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang e. Gesekan rangka dan Mesin

f. Surat Pernyataan BPKB g. Kunci duplikat, jika ada h. Surat jalan, jika ada

9. Tahap Penagihan/ Monitoring Pembayaran.30

30 Ibid. hal, 149

(20)

35 a. Setelah seluruh proses pembayaran kepada Supplier/Dealer dilakukan, proses selanjutnya adalah pembayaran angsuran dari debitur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Adapun sistem pembayaran yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah :

- Cash

- Cheque/Bilyet Giro - Transfer

- Ditagih Langsung

Penentuan sistem pembayaran angsuran, sudah ditentukan pada waktu Marketing Proses dilakukan

b. Collection Department akan memonitor pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan dan berdasarkan sistem pembayaran yang diterapkan.

10. Tahap Pengambilan Surat Jaminan.31

Apabila seluruh kewajiban debitur telah dilunasi, maka kreditur akan mengembalikan hal-hal sebagai berikut kepada debitur, yaitu :

a. Jaminan (BPKB dan / atau Sertifikat dan / atau Faktur/Invoice

b. Dokumen lainnya, bila ada.

31 Ibid. hal, 150

(21)

36 C. Tinjauan Umum Tentang Jaminan Fidusia

1. Jaminan Fidusia :

a. Pengertian Jaminan Fidusia

Menurut ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang No.

42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Sedangkan Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia,sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditur lainnya.32

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, pemberi fidusia adalah orang perorangan atau kerja orasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Sedang penerima fidusia adalah orang atau kerja orasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia. Benda/Objek Fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan,

32 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000, halaman 122

(22)

37 baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotek.33 b. Sifat Jaminan Fidusia

Jaminan fidusia itu sama halnya seperti hak agunan atas kebendaan lainnya seperti gadai yang diatur dalam pasal 1150 KUH Perdata, hak tanggungan (pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan) dan hipotek, maka jaminan fidusia menganut prinsip sifat mendahului (droit de preference). Sesuai ketentuan pasal 28 Undang-undang Fidusia, prinsip ini berlaku sejak tanggal pendaftarannya pada kantor pendaftaran fidusia. Hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud di atas adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak untuk mengambil pelunasan ini mendahului kreditur-kreditur lainnya.

Bahkan sekalipun pemberi fidusia dinyatakan pailit atau dilikuidasi, hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam harta pailit pemberi fidusia. Dengan demikian penerima fidusia tergolong dalam kelompok kreditur separatis.34

33 Ibid.

34 Ibid. hal, 125

(23)

38 c. Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia (Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia). Akta Jaminan Fidusia adalah akta yang dibuat oleh notaris atas pengalihan hak kepemilikian suatu benda dalam perjanjian hutang piutang antara kreditor dengan debitor. Sedangkan Sertifikat Jaminan Fidusia adalah bukti otentik atas jaminan fidusia yang dikeluarkan oleh kantor pendaftaran fidusia. Dalam akta jaminan fidusia tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu (jam) pembuatan akta tersebut. Akta jaminan fidusia sekurang-kurangnya memuat :35

a. Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia.

Identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama, tempat tinggal, atau tempat kedudukan dan tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, dan pekerjaan.

b. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia, yaitu mengenai macam perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia.

c. Uraian Mengenai Benda Yang Menjadi Objek Jaminan Fidusia.

Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup diakukan dengan mengidentifikasikan benda tersebut, dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya

35 Ibid. hal, 135

(24)

39 d. Nilai Penjaminan, dan

e. Nilai Benda Yang Menjadi Objek Jaminan Fidusia d. Pendaftaran Jaminan Fidusia

Untuk memberikan kepastian hukum pasal 11 Undang-undang Jaminan Fidusia mewajibkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia yang terletak di Indonesia.36 Kewajiban ini bahkan tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan jaminan fidusia di luar wilayah negara Republik Indonesia. Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani Jaminan Fidusia. Menurut ketentuan dalam pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, bahwa :

1) Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor

36 Ibid. hal, 139

(25)

40 Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia. Cara mendaftarkan jaminan fidusia adalah :

1 ) Perjanjian jaminan fidusia yang berisi pembebanan benda dengan jaminan fidusia harus dibuat dengan akta notaris (akta otentik) dalam bahasa indonesia.

2 ) Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan jaminan fidusia, yang memuat :37

a. Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia b. Tangga, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempat

kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia.

c. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia

d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia

e. Nilai penjaminan

f. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia

3 ) Kantor pendaftaran jaminan fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.

4 ) Kantor pendaftaran fidusian meenerbitkan dan menyerahkan kepada penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia pada

37 Ibid. hal, 140

(26)

41 tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan.

Sertifikat ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuasaan hukum yang tetap.

5 ) Jaminan fidusia habis pada tanggal yang sama dengan tanggal yang dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia . Pada bulan April tahun 2015, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Peraturan Pemerintah ini berisi pengaturan mengenai tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik, yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Pada prinsipnya, substansi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berbeda jauh dengan pengaturan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.38 Cara mendaftarkan jaminan fidusia berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia adalah sebagai berikut :

38 Irma Devita. Pembahasan PP No. 21 Tahun 2015. http://irmadevita.com. Diakses tanggal 14 April 2017 pukul 19:00

(27)

42 a ) Menurut pasal 2 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah (PP) No.

21 Tahun 2015 :

(1) Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia, permohonan perbaikan sertifikat Jaminan Fidusia,permohonan perubahan sertifikat Jaminan Fidusia, dan pemberitahuan penghapusan sertifikat Jaminan Fidusia diajukan oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Menteri.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui sistem pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik.

b ) Menurut pasal 3 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015, bahwa :

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memuat:

a. Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;

b. Tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta Jaminan Fidusia;

c. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;

d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;

e. Nilai penjaminan; dan

f. Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia.

(28)

43 c ) Menurut pasal 4 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015,

bahwa :

Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia.

d ) Menurut pasal 5 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 : (1) Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 memperoleh bukti pendaftaran.

(2) Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

a. Nomor pendaftaran;

b. Tanggal pengisian aplikasi;

c. Nama pemohon;

d. Nama Kantor Pendaftaran Fidusia;

e. Jenis permohonan; dan

f. Biaya pendaftaran Jaminan Fidusia.

e ) Menurut pasal 6 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 : (1) Pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran Jaminan

Fidusia melalui bank persepsi berdasarkan bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2).

(29)

44 (2) Pendaftaran Jaminan Fidusia dicatat secara elektronik setelah pemohon melakukan pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia.

f ) Menurut pasal 7 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 : (1) Jaminan Fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan

tanggal Jaminan Fidusia dicatat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).

(2) Sertifikat Jaminan Fidusia ditandatangani secara elektronik oleh Pejabat pada Kantor Pendaftaran Fidusia.

g ) Menurut pasal 8 Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 : Sertifikat Jaminan Fidusia dapat dicetak pada tanggal yang sama dengan tanggal Jaminan Fidusia dicatat.

e. Hapusnya Jaminan Fidusia

Menurut pasal 25 ayat 1 Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999, jaminan fidusia hapus karena hal – hal sebagai berikut :39

1 ) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia.

2 ) Penerima fidusia melepaskan hak atas jaminan fidusia.

3 ) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan benda fidusia.

Penerima fidusia memberitahukan kepada kantor pendaftaran fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, melepas hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut

39 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani. Op.cit. hal.148

(30)

45 (pasal 25 ayat 2). Berdasarkan pemberitahuan tersebut, kantor pendaftaran fidusia mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia. Kemudian kantor pendaftaran fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia tidak berlaku lagi. Jadi sesuai dengan sifat ikutan dari jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang tersebut hapus karena hapusnya utang atau karena pelepasan, maka dengan sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan menjadi hapus. “Hapusnya utang” ini antara lain dibuktikan dengan bukti pelunasan atau bukti hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat kreditur.40

2. Penyitaan Objek Jaminan Fidusia Berdasarkan Ketentuan Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia

a. Pengertian Pengamanan Eksekusi

Menurut ketentuan dalam Pasal 1 butir 11 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.

Pengamanan Eksekusi adalah tindakan kepolisian dalam rangka ember pengamanan dan perlindungan terhadap pelaksana eksekusi, pemohon eksekusi, termohon eksekusi (tereksekusi) pada saat eksekusi dilaksanakan. Sedangkan dalam pasal 12 dijelaskan bahwa Pemohon Eksekusi adalah penerima jaminan fidusia yang berhak untuk memperoleh kembali jaminan fidusia pada saat

40 Ibid. hal, 149

(31)

46 pemberi jaminan fidusia cidera janji. Dan dalam pasal 13 juga dijelaskan bahwa Termohon Eksekusi adalah pemberi jaminan fidusia yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana tertuang dalam akta jaminan fidusia.

b. Tujuan Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia

Menurut ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Bahwa tujuan pengamanan eksekusi jaminan fidusia ini meliputi:

a. terselenggaranya pelaksanaan eksekusi jaminan Fidusia secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan b. terlindunginya keselamatan dan keamanan Penerima Jaminan

Fidusia, Pemberi Jaminan Fidusia, dan/atau masyarakat dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan/atau keselamatan jiwa.

c. Prinsip - Prinsip Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia Menurut ketentuan dalam Pasal 3 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Bahwa prinsip-prinsip pengamanan eksekusi jaminan fidusia ini meliputi:

a. Legalitas, yaitu pelaksanaan pengamanan eksekusi jaminan fidusia harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b. Nesesitas, yaitu pengamanan eksekusi jaminan fidusia diberikan berdasarkan penilaian situasi dan kondisi yang dihadapi;

(32)

47 c. Proporsionalitas, yaitu pengamanan eksekusi jaminan fidusia dilaksanakan dengan memperhitungkan hakikat ancaman yang dihadapi dan pelibatan kekuatan; dan

d. Akuntabilitas, yaitu pelaksanaan pengamanan eksekusi jaminan fidusia dapat dipertanggungjawabkan.

d. Objek Dan Persyaratan Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.

Menurut ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Bahwa objek pengamanan eksekusi jaminan fidusia ini meliputi hak jaminan atas:

a. Benda bergerak yang berwujud;

b. Benda bergerak yang tidak berwujud; dan

c. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.

Kemudian dalam pasal 5 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia bahwa :

(1) Objek pengamanan jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan terhadap benda jaminan yang telah didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia.

(2) Kantor pendaftaran fidusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada lingkup tugas Kementerian Hukum dan HAM.

Menurut ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Pengamanan

(33)

48 terhadap objek jaminan fidusia dapat dilaksanakan dengan persyaratan:

a. Ada permintaan dari pemohon;

b. Memiliki akta jaminan fidusia;

c. Jaminan fidusia terdaftar pada kantor pendaftaran fidusia;

d. Memiliki sertifikat jaminan fidusia; dan

e. Jaminan fidusia berada di wilayah negara Indonesia.

e. Permohonan Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia

Menurut ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Bahwa permohonan pengamanan eksekusi jaminan fidusia ini meliputi:

(1) Permohonan pengamanan eksekusi diajukan secara tertulis oleh penerima jaminan fidusia atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau Kapolres tempat eksekusi dilaksanakan.

(2) Dalam hal permohonan pengamanan eksekusi diajukan oleh kuasa hukum penerima jaminan fidusia, pemohon wajib melampirkan surat kuasa dari penerima jaminan fidusia.

Kemudian dalam pasal 8 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia bahwa :

(1) Permohonan pengamanan eksekusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diajukan dengan melampirkan :

a. Salinan akta jaminan fidusia;

b. Salinan sertifikat jaminan fidusia;

(34)

49 c. Surat peringatan kepada Debitor untuk memenuhi

kewajibannya;

d. Identitas pelaksana eksekusi; dan e. Surat tugas pelaksanaan eksekusi.

(2) Surat peringatan kepada Debitor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c telah diberikan sebanyak 2 (dua) kali, yang dibuktikan dengan tanda terima.

Kemudian dalam pasal 9 Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia bahwa :

(1) Dalam hal penerima jaminan menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan eksekusi, permohonan pengamanan eksekusi diajukan dengan melampirkan perjanjian kerja sama eksekusi jaminan fidusia antara penerima jaminan dengan pihak ketiga yang ditunjuk.

(2) Segala akibat yang ditimbulkan atas perbuatan pihak ketiga dalam pelaksanaan eksekusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, penerima jaminan fidusia dan pihak ketiga harus bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(35)

50 D. Tinjauan Umum Tentang Debt Collector

1. Debt Collector

a. Pengertian Debt Collector

Debt collector adalah pihak ketiga yang menghubungkan antara kreditur dan debitur dalam hal penagihan kredit, Penagihan tersebut hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kolektibilitas yang digunakan oleh industri kartu kredit di Indonesia.

Dalam dunia perusahaan finance/leasing tidak lepas adanya peran debt collector, yang dimana Debt collector adalah pihak ketiga yang diperbantukan oleh perusahaan finance/leasing untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak bisa ditangani oleh kolektor reguler. Jadi debt collector bukanlah berstatus sebagai karyawan perusahaan, tetapi pihak diluar perusahaan yang diberi kuasa untuk bekerja atas nama leasing untuk menangani konsumen yang mengalami gagal bayar/ kredit macet.41

b. Ketentuan Dalam Penggunaan Jasa Debt Collector

Ketentuan didalam penggunaan debt collector dalam penagihan kredit macet telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia no.7/60/DASP Tahun 2005 Bab IV angka 1 dan 2 yang isinya berbunyi sebagai berikut :

41 Purbantoro. Debt Collector. http://purbantoro.wordpress.com/2008/11/13/debtcollector.

Diakses pada tanggal 14 April 2017 pukul 20:00

(36)

51 1. Apabila dalam menyelenggarakan kegiatan APMK Penerbit dan/atauFinancial Acquirer melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut, seperti kerjasama dalam kegiatan marketing, penagihan, dan/atau pengoperasian sistem, Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut wajib memastikan bahwa tata cara, mekanisme, prosedur, dan kualitas pelaksanaan kegiatan oleh pihak lain tersebut sesuai dengan tata cara, mekanisme, prosedur, dan kualitas apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh Penerbit dan/atau Financial Acquirer itu sendiri.42

2. Dalam hal Penerbit menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi Kredit Macet, maka :

a. Penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kriteria kolektibilitas yang digunakan oleh industri Kartu Kredit di Indonesia, dan

b. Penerbit wajib menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain tersebut, selain wajib dilakukan dengan memperhatikan ketentuan pada angka 1, juga wajib dilakukan dengan cara- cara yang tidak melanggar hukum

42 Ibid.

(37)

52 c. Tata Cara Penagihan Oleh Debt Collector

Pada umumnya dunia collector sering dianggap negatif seperti apa yang dibayangkan oleh masyarakat pada umumnya. Dunia collector sebenarnya cukup luas dan memiliki cara kerja yang berbeda pula.

Cara kerja tersebut,berdasarkan pada lama tunggakan debitur.43 Cara kerja atau tingkatan collector secara umum berdasarkan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/60/DASP tahun 2005 adalah sebagai berikut :

1. Desk collector

Pada level bagian penagihan (desk collector), level ini adalah level yang pertama dari dunia collector, dan cara kerja yang dilakukan oleh collector-collector ini adalah hanya mengingatkan tanggal jatuh tempo dari cicilan debitur dan dilakukan dengan media telepon.Pada level ini collector hanya berfungsi sebagai pengingat (reminder) bagi debitur atas kewajiban membayar cicilan. Bahasa yang di gunakan pun sangat sopan dan halus, mengingat orientasinya sebagai pelayan nasabah.

2. Debt collector

Level ini merupakan kelanjutan dari level sebelumnya, apabila ternyata debitur yang telah dihubungi tersebut belum melakukan pembayaran, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran. Cara yang dilakukan oleh penagih utang (debt collector) pada level ini

43 Ibid.

(38)

53 adalah mengunjungi debitur dengan harapan mengetahui kondisi debitur beserta kondisi keuangannya.

Pada level ini collector memberikan pengertian secara persuasif mengenai kewajiban debitur dalam hal melakukan pembayaran angsuran. Hal hal yang dijelaskan biasanya mengenai akibat yang dapat ditimbulkan apabila keterlambatan pembayaran tersebut tidak segera diselesaikan.

Selain memberikan pengertian mengenai hal tersebut diatas, collector juga memberikan kesempatan atau tenggang waktu bagi debitur untuk membayar angsurannya,dan tidak lebih dari tujuh hari kerja. Meskipun sebenarnya bank memnerikan waktu hingga maksimal akhir bulan dari bulan yang berjalan,karena hal tersebut berhubungan dengan target collector.

Collector diperbolehkan menerima pembayaran langsung dari debitur,namun hal yang perlu diperhatikan oleh debitur adalah memastikan bahwa debitur tersebut menerima bukti pembayaran dari collector tersebut,dan bukti tersebut merupakan bukti pembayaran dari perusahaan dimana debitur tersebut memiliki kewajiban kredit bukan bukti pembayaran berupa kwitansi yang dapat diperjual belikan begitu saja diwarung warung.44

3. Collector remedial

44 Ibid.

(39)

54 Apabila ternyata debitur masih belum melakukan pembayaran, maka tunggakan tersebut akan diberikan kepada level yang selanjutnya yaitu juru sita (collector remedial). Pada level ini yang memberikan kesan negatif mengenai dunia dunia collector, karena pada level ini sistem kerja collector adalah dengan cara mengambil barang jaminan (bila kredit yang disepakati memiliki jaminan) debitur.

Cara yang dilakukan dan perilaku collector pada level ini tergantung dari tanggapan debitur mengenai kewajibannya, dan menyerahkan jaminannya dengan penuh kesadaran, maka dapat dipastikan bahwa collector tersebut akan bersikap baik dan sopan.

Namun apabila debitur ternyata tidak memnberikan itikad baik untuk menyerahkan barang jaminannya, maka collector tersebut ddengan sangat terpaksa akan melakukan kewajibannya dan menghadapi tantangan dari debitur tersebut.Yang dilakukannya pun bervariasi mulai dari membentak, merampas dengan paksa dan lain sebagainya, dalam menggertak debitur.

Namun apabila dilihat dari segi hukum, collector tersebut tidak dibenarkan apabila sampai melakukan perkara pidana, seperti memukul, merusak barang, merampas barang dan lain sebagaiannya, atau bahkan hal yang terkecil yaitu mencemarkan nama baik debitur.45

45 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses demokratisasi, publik di Indonesia saat ini sangat menggantungkan diri pada program berita yang ditayangkan oleh stasiun televisi untuk

Dilihat dari komposisi tutupan yang menutupi zona transisi (substrat pasir, lamun dan terumbu karang) dan analisis kesamaan komunitas Morishita-Horn pada ke tiga

Dari hasil output komputer dengan paket SPSS, memberikan deskriptif data total faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penurunan pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa

Pada grafika komputer, gambar dua dimensi dihasilkan komputer melalui proses yang dapat dianalogikan dengan proses pembentukan gambar pada sistem kamera, mikroskop,

Kelebihan model ini diantaranya adalah adanya unsur permainan dalam pembelajaran yang membuat suasana kelas menjadi me- riah, sehingga tepat digunakan pada kelas III yang

Mitra dalam pelaksanaan pengabdian ini UMKM Kemplang Krupuk Ikan Gabus Mang Arsyad dan UMKM Pempek Kemplang Krupuk Nona yang berlokasi di lorong jayalaksana kelurahan 3-4

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penelitian pengembangan anak usia dini yang menyentuh seluruh kebutuhan tumbuh kembang anak, sistematis, dan melibatkan

Berdasarkansimpulandariketigapertanyaan, dapatdiketahuiupaya yang dilakukansubyektunarungumenjadiPegawaiNegeriSipiladalahdenganmemilikimot ivasikarir, kemampuanakademikdan non