1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan salah satu elemen penting dari suatu daerah perkotaan dimana kemajuan suatu kota dapat diukur dari seberapa jauh perkembangan dan kemajuan transportasi yang ada di kota tersebut. Fasilitas transportasi memiliki potensi untuk mengendalikan arah dan besarnya perkembangan kota baik dalam sektor perekonomian maupun sektor lainnya.
Transportasi adalah proses pengangkutan atau pemindahan manusia, barang dan hewan menuju suatu tempat dengan bantuan kendaraan. Selain itu transportasi merupakan unsur terpenting dalam perkembangan suatu negara, dimana transportasi menjadi salah satu dasar pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi (Siti Fatimah, 2019).
Ada juga yang mengatakan pengertian transportasi merupakan proses pemindahan barang dan manusia ke tempat lain dengan memanfaatkan alat atau kendaraan khusus.
Terdapat 5 unsur utama yang mendasari adanya transportasi sekarang.
Diantaranya yaitu manusia, barang, kendaraan, jalan, dan organisasi. Manusia adalah orang yang membutuhkan transportasi. Sedangkan barang dibutuhkan oleh manusia, kemudian untuk sarana sebagai transportasinya adalah kendaraan.
Namun tanpa ada jalan sebagai prasarana transportasi, kendaraan tidak bisa berjalan. Selanjutnya, untuk mengelola kegiatan transportasi dengan baik dan teratur, dibutuhkan organisasi khusus sebagai pengelolaannya. Seperti yang terlihat bahwa sebagian besar kegiatan yang dilakukan orang-orang setiap hari selalu berkaitan dengan transportasi.
Karena dengan alat angkut inilah manusia semakin mudah berpindah tempat atau bahkan memindahkan barang ke lokasi tertentu. Jadi fungsi transportasi adalah untuk memudahkan kegiatan sehari-hari. Transportasi juga berperan sebagai memperlancar perpindahan manusia dan barang. Tidak hanya itu saja, transportasi juga berperan sebagai media yang bisa mengembangkan pembangunan di kawasan tertentu (Siti Fatimah, 2019). Dibidang ekonomi sendiri
transportasi juga sangat berperan penting. Karena transportasi bisa dijadikan sebagai media pendukung, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, lewat bisnis angkutan umum kepada masyarakat setempat yang membutuhkan akomodasi khusus ke suatu tempat.
Ada banyak pengertian transportasi menurut para ahli, yang pertama dari Steenbrink (1974), mengatakan bahwa transportasi merupakan perpindahan barang atau orang memakai alat dan kendaraan menuju tempat terpisah secara geografis. Sedangkan Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan dan secara fisik mengubah tempat dari barang dan penumpang ke tempat lain.
Menurut Miro (2005) transportasi merupakan usaha untuk menggerakkan, memindahkan, mengangkut, dan mengalihkan objek tertentu ke tempat yang lain.
Sementara menurut Nasution (2008) Transportasi adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Tempat perpindahan usaha tersebut diharapkan bisa membuat objek yang dipindahkan menjadi lebih berguna untuk tujuan tertentu. Maka dari itulah terjadi sebuah kegiatan perpindahan tempat menggunakan transportasi.
Transportasi dibedakan menjadi 2 yaitu transportasi pribadi dan transportasi angkutan umum. Transpotasi pribadi adalah angkutan yang menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil pribadi, sepeda motor, sepeda, tetapi bisa juga menggunakan bus yang biasanya digunakan untuk keperluan pribadi. Transportasi angkutan umum adalah (dikenal pula sebagai transportasi publik atau transportasi massal) adalah layanan angkutan penumpang oleh sistem perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat umum, biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan dikenakan biaya untuk setiap perjalanan.
Transportasi angkutan umum merupakan solusi utama untuk mengurangi kemancetan yang ada di indonesia saat ini, tentunya jika dikelola dengan baik dan efektif seperti yang ada di negara negara maju. Di negara maju saat ini banyak menggunakan transportasi angkutan umum untuk menunjang perekonomian dan
aktivitas-aktifitas masyarakat terutama pada kota-kota besar khususnya dikawasan perkotaan dimana tingkat mobilitas masyarakat yang sangat tinggi dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Penanggulangan kemancetan di perkotaan tidak bisa di laksanakan dengan memperbesar pasokan jalan semata.
Kuncinya adalah memberi akses ke tujuan yang diinginkan, dengan meminimalkan perjalanan yang harus dilakukan (Bambang Susantono, 2014). Hal ini membuat sarana transportasi publik menjadi penting sebagai media pendukung dalam aktivitas masyarakat dalam mengurangi kemancetan yang ada di kawasan perkotaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemacetan menjadi salah satu permasalahan umum yang ada di kota-kota besar yang padat dengan kegiatan didalamnya yang mana masyarakat banyak menggunakan transportasi pribadi dibandingkan dengan transportasi publik.
Dalam Transportasi angkutan umum sendiri dibagi menjadi 3 jenis yaitu darat, laut dan udara. Transportasi darat adalah jenis transportasi yang sering digunakan, terdiri dari angkot (angkutan kota), travel, bus dan kereta api, moda transportasi darat dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti jarak dan tujuan perjalanan, jenis dan spesifikasi kendaraan, ketersediaan moda, dan faktor sosial ekonomi. Transportasi air biasanya sering digunakan oleh penduduk yang akses transportasinya bergantung pada sungai, danau dan laut yang terdiri dari kapal, tongkang, dan perahu. Transportasi udara, dapat menjangkau tempat yang jauh dan dapat mempersingkat waktu perjalanan karena mampu bergerak lebih cepat dari pada moda transportasi darat dan air dan transportasi udara juga mempunyai jalur lintas yang cenderung lurus serta bebas hambatan.
Kereta api adalah salah satu transportasi darat yang dapat mengangkut jumlah penumpang yang banyak dalam sekali perjalanan, cepat, efisien serta ekonomis.
Alat transportasi kereta modern mulai berkembang seiring dengan perkembangan revolusi industri, ekspansi, dan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Kereta baru digunakan secara massal sejak 200 tahun lalu. Namun, penemuannya terjadi jauh sebelum itu semua. Kereta sederhana sebagai alat
transportasi sudah mulai digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu oleh masyarakat di peradaban Mesir kuno, Babylonia dan Yunani. Saat itu alat transportasi untuk mengangkut penumpang dan barang masih dilakukan menggunakan gerobak yang ditarik oleh hewan (biasanya kuda atau sapi). Seiring perkembangan, para ahli mulai menciptakan bentuk roda yang bulat untuk mengurangi beban saat pengangkatan, saat itu roda dibuat dari bahan kayu. Untuk mengaktifkan cara baru bertransportasi, mereka kemudian membangun jalan. Sisa-sisa arkeologi pembangunan ini masih dapat ditemukan di Italia dan Yunani. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah batu kuno terukir “wagonways” yang dapat ditemukan di Isthmus dari Corinth, Yunani.
Mesin uap pertama mulai dioperasikan di sepanjang rel primitif pada tahun 1804. Saait itu Matthew Murray berhasil menampilkan lokomotif sederhana pertama, Namun perhatian publik justru lebih banyak tertuju pada Richard Trevithick yang berhasil menciptakan “Penydarren”, sebuah lokomotif yang menarik beban setara 25 ton dan 70 orang. Kereta api dipergunakan secara komersial pada akhir 1820-an, George Stephenson yang berkebangsaan Inggris saat itu memenangkan kompetisi dengan desain lokomotif uapnya. Sejak saat itu, lokomotif uap menyebar dengan cepat hingga ke Amerika.
Pada abad ke-18, setiap tambang di Inggris memiliki jaringan kereta api sederhana sendiri, dengan kuda sebagai tenaga penarik gerobak dari tambang ke pabrik. Perubahan kembali datang pada tahun 1774 setelah James Watt memperkenalkan penemuan mesin uap stasioner pertamanya ke seluruh dunia.
Kemuadian pada tahung 1800-an beberapa ahli mesin uap berhasil memodifikasi mesin uap rancangan Watt, dengan merancang ruang bertekanan tinggi non- kondensasi yang memungkinkan mesin untuk mengkonversi lebih banyak energi uap menjadi energi mekanik.
Pada dekade pertama penyebaran lokomotif uap, para insinyur di London mulai merencanakan untuk membangun rel kereta api antar kota dan terowongan bawah tanah. Bagian pertama dari proyek ini sekarang dikenal dengan “London Underground” yang mulai dibangun pada tahun 1863. Meskipun menerima
banyak keluhan karena asap di terowongan, pembangunan rel ini tetap diteruskan hingga 1890. Masa kejayaan kereta uap berakhir ketika seluruh armada kereta di London mulai menggunakan mesin listrik. Penggunaan kereta listrik ini menandai awal dari era baru sistem perkeretaan melalui transit perkotaan yang cepat, dan jalan bawah tanah mulai muncul di seluruh penjuru dunia.
Hal lain yang sangat penting dalam sejarah kereta adalah pengenalan mesin Diesel, yang juga membawa lokomotif uap untuk tutup usia. Setelah perang dunia ke-2, mayoritas negara di dunia mulai meninggalkan lokomotif uap dan beralih pada mesin berbahan bakar diesel yang lebih handal. Mesin diesel yang dikombinasikan dengan yang listrik memungkinkan terciptanya kereta terbaik kedua dunia, setelah kereta listrik. Kini kereta tercatat membawa lebih dari 40%
barang di seluruh dunia dan mendistribusikannya antar kota, negara, dan benua.
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV.
NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.
Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).
Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.
Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro- Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin- mesin perang mereka. Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda.
Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan
transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air. Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998.
Pada saat ini kereta api sangat digemari/sering digunakan sebagai alat transportasi untuk mengatarkan mereka ke tempat tujuan yang mereka tuju.
Dengan meningkatnya jumlah penumpang kereta api di setiap tahunnya, maka sarana dan prasarana perlu mengalami peningkatan, guna mewadahi banyaknya masyarakat yang berada di stasiun kereta api serta dalam kereta api tersebut. Oleh sebab itu perlu dilakukan sebuah upaya peningkatan sarana pada stasiun kereta api mengenai kebutuhan ruang maupun fasilitas dan kwalitas pelayanannya, maka dari pihak perhubungan kereta api yang dipegang oleh PT. Kereta api Indonesia mempunyai gagasan untuk mengembangkan stasiun-stasiun yang ada di Indonesia, yang artinya dapat meningkatkan kwalitas sarana dan prasarana sehingga dapat menunjang kelancaran transfortasi di kota-kota besar.Oleh sebab itu maka sarana perkeretaapian perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat memenuhi sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut pasal 11 ayat (4) dan pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Standar Pelayanan Minimum (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga. Standar Pelayanan Minimum (SPM) dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam menentukan biaya yang diperlukan untuk menyediakan beberapa jenis layanan.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2015 Tentang Standart Minimum Pelayanan Angkutan Orang Dengan Kereta Api menjelaskan bahwa pelayanan publik adalah rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutauhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi warga negara dan penduduk atas barang dan/atau pelayanan publik
Tiptono (2006) Fasilitas adalah kebutuhan dan harapan pelanggan, baik yang bersifat fisik maupun psikologis untuk menberikan kenyamanan. Fasilitas dalam kereta api dapat berupa kelayakan gerbong kereta, kebersihan gerbong kereta, kelayakan tempat duduk dan kelayakan toilet dalam kereta.
Kabupaten Tulungagung terletak pada posisi 111º 43' sampai dengan 112º 07' bujur timur dan 7º 51' sampai dengan 8º 18' lintang selatan. Batas daerah, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung yang mencapai 1.055,65 Km2 habis terbagi menjadi 19 Kecamatan dan 271 desa/kelurahan. Jumlah penduduk Tulungagung sebanyak 1.030.780 jiwa (Sumber : BPS Tulungagung).
Stasiun kereta api Tulungagung yang berada dipusat Kabupaten Tulungagung, lebih tepatnya berada di jalan Pangeran Antasari no.7, Kampungdalem, Tulungagung. Stasiun ini termasuk dalam Daerah Opersional (DAOP) VII Madiun. Stasiun Tulungagung melayani keberangkatan jarak jauh dan jarak dekat/lokal baik itu antar kota dalam provinsi maupun antar kota dalam provinsi, selain itu stasiun ini merupakan stasiun besar kelas I yang dimana stasiun ini harus memiliki fasilitas serta pelayanan yang harus memadai sesuai SPM yang berlaku. Akan tetapi masih ada fasilitas dan pelayanan yang belum memadai seperti ruang tunggu yang dimana jika penumpang sedang membludak/banyak tak sedikit yang tak mendapatkan tempat duduk untuk menunggu datangnya kereta dan memilih untuk berdiri karena lantai yang agak kotor. Serta parkir yang kurang baik dalam sirkulasi keluar masuk dan pada akhir pekan atau hari raya parkir motor selalu penuh melebihi kapasitas parkir motor yang disediakan.
Metode yang akan digunakan dalam mengukur tingkat kinerja stasiun kereta api Tulungagung adalah Metode Customer Satisfication Index (CSI) dan Importance Perfomence Analysis (IPA) guna untuk memetakan hubungan antar kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut yang ditawarkan dan
kesenjangan antar kinerja dengan harapan dari atribut-atribut tersebut. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kepuasan pengguna kereta api.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan kereta api dengan judul “Analisa Pelayanan Pada Stasiun Kereta api Tulungagung Jawa Timur” dengan studi kasus pada penumpang Kereta Api Stasiun Tulungagung 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kepuasan penumpang terhadap kualitas kinerja pelayanan stasiun kereta api Tulungagung?
2. Bagaimana tindakan yang harus dilakukan dalam perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan?
3. Berapa RAB untuk memperbaiki fasilitas yang harus diperbaiki?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, penulis batasan masalah sebagai berikut : 1. Objek penelitian adalah masyarakat umum yang menggunakan jasa
stasiun Tulungagung.
2. Penelitian dan pengamatan objek dilakukan pada hari kamis, jumat, sabtu, minggu, senin.
3. Penelitian dilakukan terhadap 100 responden.
4. Penelitian dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden yang terdiri dari pertanyaan yang disusun berdasarkan acuan Peraturan Menteri Perhubungan No.63 Tahun 2019.
5. Tidak menghitung desain struktural 1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kepuasan penumpang terhadap kualitas kinerja pelayanan stasiun kereta api Tulungagung.
2. Mengetahui usulan perbaikan kualitas pelayanan berdasarkan hasil penelitian yang diingikan pelanggan
3. Mengetahui RAB yang dikeluarkan dalam perbaikan 1.5 Manfaat Penelitian
Mengetahui aspek pelayanan dan fasilitas tersebut diharapkan nantinya dapat mengoptimalkan sistem atau strategi sesuai dengan peraturan Menteri Perhubungan yang telah ditetapkan. Sehingga para pengunjung atau pengguna jasa transportasi kereta api merasa nyaman dan leluasa, selain itu setidaknya stasiun kereta api Tulungagung dapat menampilkan keserasian yang baik dengan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung dan pihak pengelola jasa kereta api.
Dalam meningkatan aspek pelayanan dan fasilitas dapat memenuhi kebutuhan akan memajukan dan memoderenisasikan sistem transportasi dengan kereta api yang sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk menambah minat masyarakat agar dapat memanfaatkan jasa angkutan kereta api sebagai transportasi masyarakat umum.