• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN MTSL METODE E-LEARNING MODUL MUATAN TEKNIS SUBSTANSI LEMBAGA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN MTSL METODE E-LEARNING MODUL MUATAN TEKNIS SUBSTANSI LEMBAGA INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL

MUATAN TEKNIS SUBSTANSI LEMBAGA

INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PELATIHAN MTSL METODE E-LEARNING

(3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA Pasal 1

(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/

atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/

atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

2022 Penulis:

Haidan Moch. Kristanto

MODUL

MUATAN TEKNIS SUBSTANSI LEMBAGA

INSPEKTORAT JENDERAL

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PELATIHAN MTSL METODE E-LEARNING

(5)

BPSDM KUMHAM Press

Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere-Depok 16512

Telepon (021) 7540077, 754124; Faksimili (021) 7543709, 7546120 Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan I : 2022

Perancang Sampul : Maria Mahardhika Penata Letak : Maria Mahardhika

Ilustrasi Sampul : freepik.com & pixabay.com x+46 hlm; 18 x 25 cm

ISBN:

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip dan memublikasikan

sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin penerbit.

Dicetak oleh:

PERCETAKAN POHON CAHAYA

Isi di luar tanggung jawab percetakan Haidan

Moch. Kristanto

MODUL

MUATAN TEKNIS SUBSTANSI LEMBAGA

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PELATIHAN MTSL METODE E-LEARNING

(6)

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia- Nya review modul Pelatihan Muatan Teknis Substansi dan Lembaga (MTSL) berjudul

“MTSL Inspektorat Jenderal” sesuai Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para peserta pelatihan dan pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Modul “MTSL Inspektorat Jenderal” merupakan strategi pendokumentasian pengetahuan tacit yang menjadi bagian dari aset intelektual organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber–sumber pengetahuan yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindahtempatkan atau direplikasi guna meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan modul “MTSL Inspektorat Jenderal” dapat mendukung proses pembelajaran mandiri, pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University) dengan pengembangan karir.

Modul “MTSL Inspektorat Jenderal” pada artinya dapat menjadi sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi paling sedikit 20 Jam Pelajaran (JP) dalam 1 tahun bagi setiap pegawai. Hal ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

(7)

Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna meningkatkan kualitas Pelatihan MTSL ini. Semoga modul ini dapat memberikan kontribusi positif bagi para pembacanya dan para pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Selamat Membaca. Salam Pembelajar.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia- Nya masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan amanah dalam rangka review modul dan bahan ajar Muatan Teknis Substansi dan Lembaga (MTSL) Inspektorat Jenderal.

Keberagaman bidang tugas dan fungsi pada Kementerian Hukum dan HAM terlihat dengan adanya 11 (sebelas) Unit Utama Eselon I dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM sebagai perwakilan kementerian di daerah/

provinsi. Untuk bidang tugas dan fungsi diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk melaksanakan pengembangan dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia perlu diselenggarakan Pelatihan MTSL. Dalam pelaksanaan Pelatihan MTSL maka dilakukan review terhadap modul dan bahan ajar pelatihan yang secara teknis penulisan mengacu pada Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan, dan subtansi modul sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021.

Demikian review modul dan bahan ajar MTSL Inspektorat Jenderal, dengan harapan modul ini dapat bermanfaat serta meningkatkan kompetensi bagi peserta pelatihan dan ASN di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 4

C. Manfaat Modul Bagi Peserta ... 4

D. Tujuan Pembelajaran ... 4

E. Materi pokok dan Sub materi pokok ... 5

F. Petunjuk Belajar ... 5

BAB II SEJARAH PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI INSPEKTORAT JENDERAL ... 7

A. Sejarah Pembentukan Inspektorat Jenderal. ... 7

B. Kedudukan, Tugas, fungsi Inspektorat Jenderal ... 8

C. Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi ... 10

D. Dukungan Manajemen Sekretariat Inspektorat Jenderal ... 11

E. Latihan ... 11

F. Rangkuman ... 11

G. Evaluasi ... 12

H. Umpan Balik ... 12

BAB III SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT INSPEKTORAT, TUGAS INSPEKTORAT WILAYAH DAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL ... 13

A. Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat ... 13

B. Inspektorat Wilayah ... 15

C. Kelompok jabatan Fungsional ... 18

D. Latihan ... 22

(11)

E. Rangkuman ... 22

F. Evaluasi ... 23

G. Umpan Balik ... 23

BAB IV PENYELENGGARAAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM ... 25

A. Sistem Pengendalian dan Pengawasan Intern ... 25

B. Tujuan, Sasaran dan Bentuk Pengawasan ... 27

C. Peran Inspektorat Jenderal Mewujudkan Penyelenggaraan Kepemerintahan Yang Baik Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik ... 29

D. Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tahun 2022 ... 33

E. Strategi Pengawasan Intern ... 36

F. Latihan ... 37

G. Rangkuman ... 37

H. Evaluasi ... 38

J. Umpan Balik ... 38

BAB IV PENUTUP ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Tindak Lanjut ... 40

KUNCI JAWABAN ... 41

A. Jawaban Evaluasi Bab II ... 41

B. Jawaban Evaluasi Bab III ... 41

C. Jawaban Ebaluasi bab III ... 41

GLOSARIUM ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab Pendahuluan ini memaparkan latar belakang meliputi proses penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik diperlukan adanya langkah pembaharuan. Kementerian Hukum dan HAM merespon perubahan melalui penyederhanan tata kelola birokrasi dengan mengganti Permenkumham tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Pentingnya peran Inspektorat dalam hal pengawasan intern pemerintahan menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess), yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) guna memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat.

A. Latar Belakang

Perubahan yang cepat dan tidak terduga membuka pandangan dan pikiran atas tuntutan adanya paradigma baru yang menghantarkan perjalanan menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Government Governance) yaitu, menuju Pemerintahan yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Terselenggaranya “Good Government Governance”

merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.

Dalam rangka itulah diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan legitimasi sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Sebagai institusi pengawasan, Inspektorat Jenderal mempunyai peran yang sangat penting dalam membangun peningkatan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) pada setiap satuan kerja yang menjadi rentang kendali pengawasannya. Melalui upaya peningkatan SPIP akan berdampak

(13)

pada perbaikan pengawasan secara mandiri oleh setiap satuan kerja di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM. Sedangkan dampak positipnya secara sistematis adalah adanya perbaikan pada Sistem Akuntablitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawas intern di Kementerian Hukum dan HAM berperan dalam mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan yang berlaku. Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawasan Internal Kementerian berperan sebagai Quality Assurance yaitu menjamin bahwa suatu pelaksanaan Kegiatan yang ada pada satuan kerja bebas dari penyimpangan dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini merupakan perkembangan dari perubahan paradigma pengawasan yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP).

Semula paradigma pengawasan bersifat Watchdogs dengan orientasi untuk menemukan penyimpangan saja tanpa memberikan rekomendasi perbaikan.

Perkembangan selanjutnya paradigma pengawasan ibarat seorang teknisi yang memeriksa Kualitas suatu barang, jika tidak sesuai standar maka akan dilakukan perbaikan seperlunya. dimana saat auditor jika menemukan penyimpangan atau kesalahan maka akan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki. dan sebagai seorang dokter yang mendiagnosis penyakit pasien, dokter tidak akan bisa menemukan obat yang tepat jika informasi yang di dapat tidak lengkap disinilah satuan harus bersikap jujur dalam pelaksanaan Audit sehingga Auditor dapat memberikan rekomendasi yang tepat sehingga penyimpangan atau kesalahan tidak terulang atau terjadi lagi dimasa yang akan datang.

Titik berat pelaksanaan tugas pengawasannya adalah melakukan tindakan preventif yaitu mencegah terjadi kesalahan Dimana seorang pengawas Aparat pengawasan Intern Pemerintah (APIP) bertindak sebagai konsultan dengan cara mendampingi Satuan Kerja dalam Pelaksanaan

(14)

program dan kegiatan pada Satuan Kerja baik tingkat pusat, wilayah maupun Satuan Kerja di daerah (Unit Pelaksana Teknis), dan jika telah terjadi kesalahan maka akan diberikan rekomendasi untuk memperbaiki kesalahan- kesalahan tersebut dan dijadikan pelajaran agar kesalahan tersebut tidak terulang di masa yang akan datang.

Percepatan reformasi birokrasi terus dilakukan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan tujuan meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat, guna mendukung reformasi birokrasi tersebut perubahan organisasi dan tata kelola dalam sistem pemerintahan di Indonesia menjadi sebuah keniscayaan, sebagai langkah strategis untuk membangun Aparatur Sipil Negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

Aparatur juga perlu semakin menyadari bahwa rakyat yang memberi amanah menghendaki agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sebagaimana diamanatkan oleh TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN, dan dipertegas melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan peluang sekaligus tantangan yang harus ditangani secara sistematis dan berkelanjutan, melalui tata kelola pemerintahan yang baik dalam pengelolaan administrasi publik dan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai perwujudan responsibilitas dan sensitivitas pemerintah terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat.

Mata Pelatihan Muatan Teknis Substansi Lembaga selajutnya disebut MTSL bertujuan untuk membentuk persepsi diri sebagai PNS yang profesional untuk meningkatkan kinerja organisasi dan pelayanan publik yang prima.

(15)

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka disusunlah revisi atas modul Muatan Teknis substansi Lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan tujuan untuk memperbaharui terkait dengan adanya perubahan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

B. Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan ini membahas Muatan Teknis Substansi Lembaga Inspektorat Jenderal dengan pembahasan melipuiti Sejarah Pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi Inspektorat Jenderal; Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat, Tugas Inspektorat Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional; dan Penyelenggaraan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Metode Pembelajaran meliputi Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi, Tugas Mandiri dan Kuis dengan menggunakan Aplikasi e-learning BPSDM Hukum dan HAM.

C. Manfaat Modul Bagi Peserta

Modul ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peserta pelatihan dalam memahami Muatan Teknis Substansi Lembaga Inspektorat Jenderal melalui pembahasan Sejarah Pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi Inspektorat Jenderal; Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat, Tugas Inspektorat Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional;

dan Penyelenggaraan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

D. Tujuan Pembelajaran

a. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini peserta memahami Muatan Teknis Substansi Lembaga Inspektorat Jenderal melalui pembahasan Sejarah Pembentukan, kedudukan, tugas, dan fungsi Inspektorat Jenderal; Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat, Tugas Inspektorat Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional; dan Penyelenggaraan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

(16)

b. Indikator hasil Belajar

1) Menjelaskan Sejarah Pembentukan, Kedudukan, tugas, fungsi, Inspektorat Jenderal ;

2) Menjelaskan Strategi Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik;

E. Materi pokok dan Sub materi pokok

1. Sejarah Pembentukan, Kedudukan, Tugas, dan fungsi Inspektorat Jenderal;

1.1. Sejarah Pembentukan Inspektorat Jenderal.

1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Inspektorat Jenderal 1.3. Susunan Organisasi Inspektorat Jenderal

1.4. Dukungan Manajemen Sekretariat Inspektorat Jenderal

2. Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat, Tugas Inspektorat Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional;

2.1. Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat 2.2. Inspektorat Wilayah

2.3. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Penyelenggaraan Pengawasan Inspektorat Jenderal 3.1. Sistem Pengendalian dan Pengawasan Intern 3.2. Tujuan, sasaran, dan Bentuk Pengawasan

3.3. Peran Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam mewujudkan penyelenggaraan Kepemerintahan Yang Baik

3.4. Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tahun 2022 3.5. Strategi Pengawasan Intern.

F. Petunjuk Belajar

Untuk dapat mempelajari dengan baik mata pelatihan ini, peserta pelatihan perlu mengikuti beberapa petunjuk belajar sebagai berikut :

(17)

1. Peserta mendownload dan mempelajari modul terlebih dahulu pada saat login sebelum mengikuti pembelajaran di kelas e-Learning.

2. Pelajari setiap bab secara bertahap, mulai dari Bab I Pendahuluan s.d.

Bab IV

3. Mengikuti kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran dengan widyaiswara/fasilitator dan sesama peserta pelatihan dalam kelas e-learning yang telah disediakan.

4. Peserta disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber pembelajaran yang lainnya.

5. Keberhasilan Pembelajaran mata pelatihan ini dapat diukur dari kemampuan peserta memahami Muatan Teknis Substansi Lembaga Inspektorat Jenderal.

(18)

BAB II

SEJARAH PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI INSPEKTORAT JENDERAL

Setelah mempelajari bab ini peserta pelatihan dapat menjelaskan :

Sejarah Pembentukan, Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Ham RI

Pada bab ini membahas tentang Sejarah Pembentukan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM; Kedudukan, Tugas, dan Fungsi sebagai unsur pengawas intern di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Susunan organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang memiliki 7 (tujuh) unit eselon II dipimpin oleh Jabatan Pimpinan Tinggi (Pimpinan tinggi pratama). Pada subbab terakhir Unit Sekretariat Inspektorat Jenderal yang bertugas memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal.

A. Sejarah Pembentukan Inspektorat Jenderal.

Sejarah pembentukan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI, dimulai pada tahun 1953, ketika fungsi pengawasan dilaksanakan oleh pejabat-pejabat tertentu di lingkungan Departemen Kehakiman yang ditunjuk berdasarkan “Bijblad” 10773 jo 11552, Tambahan Lembaran Negara 1953 nomor 443 dan Keputusan Presiden nomor 180/1953-T.L.N 1953 nomor 465. Saat itu dilakukan inspeksi-inspeksi kas di lingkungan Departemen Kehakiman yang diadakan pada waktu-waktu tertentu atau sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

Selanjutnya di tahun 1954, berdasarkan surat edaran Menteri Keuangan tanggal 20 Oktober 1953 Nomor 248372/G.T., fungsi pengawasan dilakukan suatu jabatan struktural, yakni Sub Bagian Pengawasan, yang merupakan

(19)

Sub Bagian Keuangan Departemen Kehakiman dengan tugas. Adapun tugas sub. bagian ini adalah:

a) Melakukan inspeksi-inspeksi;

b) Mengawasi penerimaan-penerimaan Negara dan penyetorannya ke Kas Negara.

Pada akhir tahun 1966, organisasi pengawasan dalam lingkungan Departemen Kehakiman mulai berkembang, dengan dibentuknya Inspektorat Jenderal berdasarkan Keputusan Presiden no. 170 tahun 1966 pasal 2 ayat (6), yang merupakan alat pelaksana utama Pengawasan Departemen, dengan tugas pokok membantu Menteri dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dari semua unit dalam lingkungan Departemen Kehakiman. Sebagai Inspektur Jenderal Kehakiman pertama ditunjuk Oesman Sahidi, SH.

Sehubungan dengan adanya penataan kembali organisasi Departemen, maka Departemen Kehakiman mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi (nomenklatur) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden.

Dengan ditetapkannya Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, maka Nomenklatur Departemen Hukum dan HAM RI berubah menjadi Kementerian Hukum dan HAM, sehingga nomenklatur Inspektorat Jenderal Departemen Hukum dan HAM berubah menjadi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM dan terdapat pula beberapa perubahan dalam struktur organisasinya. Dalam kedudukannya di Kementerian Hukum dan HAM.

B. Kedudukan, Tugas, fungsi Inspektorat Jenderal

Kedudukan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia selanjutnya disebut (Itjen Kemenkumham RI) merupakan unsur pengawas intern di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dipimpin oleh Inspektur Jenderal.

(20)

Hal tersebut diatur berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor 41 tahun 2021 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Perubahan organisasi dan tata kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara melalui Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B/251/M.KT.01/2021 tanggal 31 Maret 2021 hal Penyederhanaan Birokrasi di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Sehingga Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dinyatakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sebagai mana dinyatakan pada pasal 481

Inspektorat Jenderal selaku Pengawas Intern di Kementerian Hukum dan HAM menjalankan fungsi-fungsi yang diselenggarakannya adalah : a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;

d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian

(21)

e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan

f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

C. Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi

Susunan Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri atas:

a. Sekretariat Inspektorat Jenderal;

b. Inspektorat Wilayah I;

c. Inspektorat Wilayah II;

d. Inspektorat Wilayah III;

e. Inspektorat Wilayah IV;

f. Inspektorat Wilayah V; dan g. Inspektorat Wilayah VI.

Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal kementerian Hukum dan HAM RI :

Gambar 1.

Bagan Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI (sumber : Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja kementerian Hukum dan HAM RI)

(22)

D. Dukungan Manajemen Sekretariat Inspektorat Jenderal

Unit sekretariat Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal. Unit ini mempunyai tugas memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas tersebut, sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran;

b. koordinasi dan fasilitasi pembentukan peraturan perundang-undangan, penataan kelembagaan, ketatalaksanaan dan reformasi birokrasi;

c. evaluasi dan penyusunan laporan kinerja;

d. pembinaan dan pengelolaan urusan kepegawaian;

e. pengelolaan urusan keuangan dan revisi daftar isian pelaksanaan anggaran;

f. pengelolaan urusan barang milik negara;

g. pelaksanaan urusan hubungan masyarakat, kerja sama, dan keprotokolan;

h. pelaksanaan urusan ketatausahaan, keprotokolan, dan kerumahtanggaan;

i. pengelolaan sistem informasi pengawasan dan layananpengaduan;

j. pengelolaan laporan harta kekayaan aparatur sipil negara di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; dan

k. koordinasi penyusunan program kerja pengawasan tahunan.

E. Latihan

1. Jelaskan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal.. !

2. Jelaskan Susunan dan Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal !

F. Rangkuman

1. Inspektorat Jenderal (Itjen.) adalah unsur pengawas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Itjen mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

(23)

reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya;

2. Inspektorat Jenderal terdiri atas 7 (tujuh) unit eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal dan 6 (enam) Inspektorat Wilayah yang dibagi pada wilayah kerja tertentu.

3. Unit sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas memberikan dukungan Manajemen kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal. Sedangkan Inspektorat Wilayah (I sampai dengan VI), menyelenggarakan fungsi penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

G. Evaluasi

Diskusikan dalam kelompok anda bagaimana Dukungan manajemen yang diberikan oleh sekretariat Inspektorat ? Jelaskan

H. Umpan Balik

Apabila anda telah mampu mengerjakan latihan dan evaluasi dengan benar, maka anda telah memenuhi kriteria belajar tuntas pada bab ini.

Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada Bab II ini.

(24)

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT INSPEKTORAT, TUGAS INSPEKTORAT WILAYAH

DAN KELOMPOKJABATAN FUNGSIONAL

Setelah mempelajari bab ini peserta pelatihan dapat menjelaskan :

Susunan Organisasi Inspektorat, Tugas, Fungsi Inspektorat Wilayah dan Kelompok Jabatan Fungsional

Pada bab ini membahas tentang Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat yang merupakan Jantung penggerak pada unit Inspektorat Jenderal yang mempunyai tugas memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal dimana melaksanakan kegiatan perencanaan, fasilitasi segala sarana dan prasarana yang di butuhkan dalam pelaksanaan pengawasan

A. Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat

Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal kementerian Hukum Hak Asasi Manusia terdiri atas :

1. Bagian Program dan Pelaporan

Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan Penyusunan rencana program dan anggaran, fasilitasi pembentukan peraturan perundang-undangan, penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan reformasi birokrasi, bimbingan teknis, serta evaluasi dan penyusunan laporan kinerja Inspektorat Jenderal.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Program dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi:

a) penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran;

b) penyiapan fasilitasi pelaksanaan pembentukan peraturan

(25)

perundang-undangan, penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan reformasi birokrasi;

c) pelaksanaan bimbingan teknis penyusunan rencana, program, anggaran, dan laporan kinerja; dan

d) pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan kinerja.

Bagian Program dan Pelaporan terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional.

2. Bagian Umum

Bagian umum mempunyai tugas melaksanakan layanan ketatausahaan, kearsipan, kesehatan, kerumahtanggaan, sarana dan prasarana, pengelolaan barang milik negara, keprotokolan, dan pengamanan di lingkungan Inspektorat Jenderal.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:

a) pelaksanaan layanan ketatausahaan dan kearsipan;

b) pelaksanaan pengelolaan barang milik negara;

c) pelaksanaan keprotokolan;

d) pelaksanaan pengamanan;

e) pelaksanaan urusan kerumahtanggaan;

f) pelaksanaan layanan kesehatan; dan

g) pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana.

Bagian Umum terdiri atas:

1) Subbagian Tata Usaha Pimpinan dan Protokol yang mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan pimpinan, kearsipan, dan keprotokolan di lingkungan Inspektorat Jenderal.;

2) Subbagian Rumah Tangga yang mempunyai tugas melakukan pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana, layanan kesehatan, urusan kendaraan dinas, dan pengamanan di lingkungan Inspektorat Jenderal.; dan

3) Kelompok Jabatan Fungsional.

(26)

B. Inspektorat Wilayah

Inspektorat Wilayah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern, pengawasan terhadap kinerja dan keuangan serta pengawasan untuk tujuan tertentu melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya atas pelaksanaan tugas, serta penyusunan laporan hasil pengawasan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis pengawasan, rencana strategis, rencana kinerja tahunan dan penetapan kinerja, dan program kerja Inspektorat Wilayah;

b. pelaksanaan pengawasan audit kinerja dan keuangan serta audit untuk tujuan tertentu di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

c. pelaksanaan reviu rencana kerja anggaran, laporan keuangan, dan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

d. evaluasi pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah, pelayanan publik, wilayah bebas korupsi/wilayah bersih bebas melayani, dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

e. pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Inspektorat Jenderal, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia, dan Ombudsman Republik Indonesia, serta hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

f. pembinaan pengawasan melalui sosialisasi, konsultasi, dan pendampingan di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

g. penanganan pengaduan masyarakat, informasi media, dan isu aktual di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

h. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data dan informasi pendukung audit investigasi di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

(27)

i. pelaksanaan pemeriksaan disiplin pengawai di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

j. pelaksanaan tanggapan dan telaahan terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan pegawai di wilayah kerja Inspektorat Wilayah;

k. penyusunan dan penyampaian laporan hasil pengawasan serta laporan akuntabilitas kinerja di Inspektorat Wilayah;

l. pengelolaan hasil pengawasan di Inspektorat Wilayah melalui sistem informasi manajemen pengawasan (SIMWAS); dan

m. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Inspektorat Wilayah.

Perbedaan yang dari Inspektorat Wilayah I sampai dengan VI hanya pada wilayah kerjanya saja :

1) Inspektorat Wilayah I wilayah kerjanya meliputi Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Inspektorat Jenderal, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Aceh, Banten, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Riau;

2) Inspektorat Wilayah II wilayah kerjanya meliputi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, dan Maluku;

3) Inspektorat Wilayah III wilayah kerjanya meliputi Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Barat, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Papua;

4) Inspektorat Wilayah IV wilayah kerjanya meliputi Sekretariat Jenderal, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Pusat Data dan Teknologi Informasi, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum

(28)

dan Hak Asasi Manusia Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Bali, dan Sulawesi Barat;

5) Inspektorat Wilayah V wilayah kerjanya meliputi Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, Sumatera Selatan, D.I.

Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara;

6) Inspektorat Wilayah VI wilayah kerjanya meliputi Direktorat Jenderal Imigrasi, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia, Politeknik Ilmu Pemasyarakatan dan Politeknik Ilmu Imigrasi, dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat

Susunan organisasi Inspektorat Wilayah terdiri atas:

a. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan fasilitasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi barang milik negara, tata persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Inspektorat Wilayah. Subbagian Tata Usaha tersebut, dalam melaksanakan tugasnya secara administratif berada di bawah Bagian Umum pada Sekretariat Inspektorat Jenderal dan secara operasional bertanggung jawab kepada Inspektur Wilayah;

b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing- masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan fungsional auditor dan angka kreditnya, dinyatakan bahwa Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain

(29)

yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Jabatan fungsional auditor pada setiap Inspektorat dapat terdiri dari kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan, yang dipimpin seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok yang ditunjuk oleh dan bertanggungjawab kepada Inspektur. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

Kelompok Jabatan Fungsional Auditor dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Inspektur Jenderal melalui saluran hirarki.

Pejabat fungsional auditor dalam melaksanakan penugasan pengawasannya meliputi tugas melakukan audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain seperti konsultansi, sosialisasi, asistensi, dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai, atas efisiensi dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola unit yang diawasi.

Pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap Inspektorat didasarkan atas dasar perintah dan persetujuan dari Inspektur Jenderal.

Berkaitan dengan tugas audit investigatif pelaksanannya dilakukan oleh tim ad hoc yang ditunjuk berdasarkan atas dasar perintah dan persetujuan Inspektur Jenderal. Audit terhadap unit pelaksana teknis bidang keimigrasian pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Inspektur

C. Kelompok jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional Auditor mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/220/M.

PAN/7/2008 tentang Jabatan fungsional auditor dan angka kreditnya,

(30)

dinyatakan bahwa Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Jabatan fungsional auditor pada setiap Inspektorat dapat terdiri dari kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan, yang dipimpin seorang tenaga fungsional senior sebagai ketua kelompok yang ditunjuk oleh dan bertanggungjawab kepada Inspektur. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Inspektur Jenderal melalui saluran hirarki.

Pejabat fungsional auditor dalam melaksanakan penugasan pengawasannya meliputi tugas melakukan audit, evaluasi, reviu, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain seperti konsultansi, sosialisasi, asistensi, dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai, atas efisiensi dan efektifitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola unit yang diawasi.

Auditor dan/atau pejabat Inspektorat Jenderal memiliki kewenangan untuk:

a. Akses yang menyeluruh, bebas dan tidak terbatas atas seluruh catatan, dokumen, barang dan benda yang relevan dengan penugasan yang dilakukan dan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan maupun keberadaan dari catatan dan informasi tersebut yang didapat dari pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun pihak luar terkait;

b. Melakukan investigasi dan pengusutan yang dilaksanakan di kantor satuan kerja/auditee dan ditempat lain sesuai kebutuhan;

c. Menerima, mempelajari, dan menelaah hasil audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah lainnya dan pengaduan masyarakat;

(31)

d. Meminta atau memperoleh dukungan dari pegawai/pejabat di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau pihak luar, jika dibutuhkan, dalam rangka pelaksanaan tugasnya;

e. Memanggil pejabat dan/atau mantan pejabat serta pegawai lainnya yang diperlukan keterangannya;

f. Menentukan topik, jadwal audit, ruang lingkup, prosedur dan teknik audit, serta mengalokasikan sumber daya guna mencapai tujuan organisasi;

g. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada auditee melalui Inspektur Jenderal atas hasil audit yang telah dilakukan; dan

h. Memantau perkembangan penyelesaian tindak lanjut hasil audit.

Auditor dan/atau pejabat Inspektorat Jenderal wajib bertanggung jawab untuk:

a. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah direkomendasikan berdasarkan hasil audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan pengawasan lainnya;

b. Menyampaikan laporan secara berkala setiap Triwulan paling lambat tanggal 5 (lima) pada bulan berikutnya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; dan

c. Laporan secara tertulis dalam bentuk laporan hasil audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan pengawasan lainnya disampaikan oleh Inspektur Jenderal kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta pejabat eselon I terkait.

Sejalan dengan Reformasi Birokrasi Kementerian Hukum dan HAM dan pergeseran paradigma peran pengawasan intern pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, kegiatan pengawasan saat ini antara lain :

Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

(32)

Evaluasi adalah serangkaian kegiatan membandingkan hasil/

prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan;

Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program/

kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

Audit dengan Tujuan Tertentu adalah audit yang dilakukan dengan tujuan khusus diluar audit keuangan dan audit kinerja.

Untuk melaksanakan tugas Pengawasan dengan baik, maka Itjen.

Memandang diperlukan aparat pengawasan intern yang profesional dan proporsional serta memiliki integritas, obyektif, dan independen. Hal ini diwujudkan melalui pembentukan standar mutu kinerja pengawasan intern pemerintah, dalam rumusan kode etik pengawasan intern dalam Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM Nomor ITJ.OT.03.01-03 Tahun 2010. Dengan adanya kode etik ini, diharapkan dapat tertanam nilai- nilai penting dan berharga yang dijunjung tinggi sebagai standar perilaku yang wajib dipatuhi oleh seluruh aparat pengawasan intern di lingkungan Itjen. Diantara kode etik yang harus dipatuhi para pengawas intern dalam menjalankan tugasnya adalah kewajiban menerapkan prinsip-prinsip perilaku, yakni :

1. Obyektivitas

Aparat Pengawasan Intern membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

2. Independen

Independen/ tidak berpihak, yaitu menjunjung tinggi ketidakberpihakan, profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/ informasi audit, membuat penilaian seimbang atas semua situasi

(33)

yang relevan dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam pengambilan keputusan.

3. Kerahasiaan

Aparat Pengawasan Intern harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

4. Kompetensi

Aparat Pengawasan Intern harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

D. Latihan

Untuk memperkuat kemampuan peserta (dalam kelompok) diskusikan mengenai:

1. Tugas dan Fungsi Inspektorat Wilayah! Jelaskan Tugas Jabatan Fungsional Auditor ! Jelaskan.

2. Tugas dan Fungsi Kelompok Jabatan Fungsional .

E. Rangkuman

1. Susunan Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal kementerian Hukum Hak Asasi Manusia terdiri atas : Bagian Program dan Pelaporan;

Bagian Umum; dan Bagian tata Usaha dan Subbagian Rumahtangga.

2. Pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap Inspektorat didasarkan atas dasar perintah dan persetujuan dari Inspektur Jenderal. Secara umum tugasnya adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern, pengawasan terhadap kinerja dan keuangan, serta pengawasan untuk tujuan tertentu melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.

3. tugas audit investigatif pelaksanannya dilakukan oleh tim ad hoc yang ditunjuk berdasarkan atas dasar perintah dan persetujuan Inspektur Jenderal. Audit terhadap unit pelaksana teknis bidang keimigrasian

(34)

pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Inspektur.

4. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kegiatan-kegiatan dilakukan dalam rangka Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, antara lain dilaksanakan dalam bentuk : Audit Kinerja, Audit Non PKPT (Pemeriksaan Khusus Kasus), Pemantauan, Reviu Laporan Keuangan, Evaluasi LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)

F. Evaluasi

Jelaskan bagaimana Kelompok Jabatan Fungsional Auditor berperan ?

G. Umpan Balik

Apabila anda telah mampu mengerjakan Latihan dan evaluasi dengan benar, maka anda telah memenuhi kriteria belajar tuntas pada bab ini.

Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada Bab III ini.

(35)
(36)

BAB IV

PENYELENGGARAAN PENGAWASAN

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Setelah mempelajari materi pada bab ini peserta pelatihan dapat menjelaskan : Penyelenggaraan Pengawasan di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

Pada bab ini membahas tentang Sistem Pengendalian Intern dan Pengawasan Intern, yaitu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh Pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi, Pengawasan Intern yaitu proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain.

Tujuannya memberikan peringatan dini, evaluasi, memberikan keyakinan yang memadai bahwa tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai, memastikan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan memastikan terhadap tingkah laku pegawai yang berpedoman kepada etika organisasi. Dilanjutkan dengan pembahasan Peran Inspektorat Jenderal dalam mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik dan strategi pengawasan intern.

A. Sistem Pengendalian dan Pengawasan Intern

1. Sistem Pengendalian Intern

Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh Pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan.

(37)

Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Terdiri dari :

(1). Pimpinan Unit Eselon I, Kantor Wilayah, Unit Pelaksana Teknis, dan Pejabat Fungsional pada setiap jenjang jabatan serta seluruh Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern;

(2). Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud di atas dilakukan:

a. secara terus menerus; dan b. berpedoman pada SPIP;

(3). Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern terhadap Pejabat Fungsional pada Unit Eselon I, Kantor Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis dilaksanakan dengan menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) beserta unsur-unsur penilaian kegiatannya.

Pengendalian Intern merupakan segala upaya yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif, efisien dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan yang berlaku.

2. Pengawasan Intern

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

Pelaksana Sistem Pengendalian Intern : a. Menteri;

b. Unit Utama Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia terdiri dari:

(38)

1. Pejabat Struktural:

a) Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;

b) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama; dan c) Pejabat Administrasi;

2. Pejabat Fungsional Tertentu:

a. Tingkat Kantor Wilayah:

1) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama;

2) Pejabat Administrasi; dan 3) Pejabat Fungsional Tertentu.

b. Tingkat Unit Pelaksana Teknis:

1) Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama;

2) Pejabat Administrasi; dan 3) Pejabat Fungsional Tertentu.

3. Fungsi Sistem Pengendalian Intern:

a. Penyelenggaraan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pertanggung jawaban dilaksanakan secara tertib, terkendali serta efisien dan efektif; dan

b. Pengelolaan keuangan negara yang akuntabel dan transparan.

B. Tujuan, Sasaran dan Bentuk Pengawasan

1. Penyelenggaraan pengawasan bertujuan untuk:

a. memberikan peringatan dini terjadinya praktek yang tidak sehat, kekeliruan, kelemahan sistem administrasi, dan kesalahan yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan serta melakukan evaluasi untuk menguji keandalan penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. memberikan keyakinan yang memadai bahwa tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai telah dilakukan secara efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan;

(39)

c. memastikan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur dalam renstra, target kinerja, dan kebijakan pimpinan kementerian yang dilaksanakan secara efektif dan efisien serta untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kelola Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang baik dan bersih;

d. memastikan sikap, perilaku, perbuatan, tulisan, dan ucapan pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan sehari-hari telah menerapkan dan menegakan prinsip-prinsip etika dan nilai Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, dan Inovatif.

2. Sasaran pengawasan

Sasaran pengawasan meliputi:

a. pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

b. pelaksanaan tugas dan fungsi oleh Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah dilaksanakan

c. secara profesional, akuntabel, sinergi, transparan, dan inovatif;

dan

d. sikap, perilaku, perbuatan, tulisan, dan ucapan Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan sehari-hari.

3. Bentuk Pengawasan

Bentuk Penyelenggaraan Pengawasan Penyelenggaraan Pengawasan dilaksanakan melalui:

a. Sistem Pengendalian Intern; dan b. Pengawasan Intern.

(40)

C. Peran Inspektorat Jenderal Mewujudkan Penyelenggaraan Kepemerintahan Yang Baik Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

Reformasi sudah berjalan sejak 1998 tetapi birokrasi justru kian tidak paham apa makna zaman yang berubah itu. Birokrasi justru banyak dikeluhkan berbagai kalangan termasuk oleh pemerintah sendiri. Penegakan hukum, transparasi, akuntabilitas dan partisipasi publik sebagai indikator kepemerintahan yang baik yang selalu didengung-dengungkan oleh para pakar administrasi publik, tidak akan pernah terwujud, apabila tidak diikuti oleh pembangunan dan pengembangan sebuah sistem pengawasan internal yang tepat.

Reformasi birokrasi menjadi bagian penting dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik. Titik berat dari pemerintahan yang baik adalah pada upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan korupsi secara terarah, sistematis, dan terpadu. Reformasi birokrasi, mustahil akan terwujud jika tata pemerintahan masih memberikan peluang terhadap praktik-praktik Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Sehingga penyelarasan terhadap hasil-hasil pelaksanaan tugas pengawasan Inspektorat Jenderal diharapkan dapat fungsional memberikan keyakinan yang memadai atas pencapaian tujuan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sekaligus dapat mengisi peran memberikan peringatan dini (early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi, baik yang disebabkan kelemahan dalam sistem maupun sebagai akibat dari tindak pelanggaran individu.

Masalah penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktik KKN, dengan cara:

a) Penerapan prinsip good governance pada setiap tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua kegiatan;

b) Pemberian sanksi yang seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(41)

c) Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui pengawasan internal, pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat;

d) Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan bertanggungjawab;

e) Percepatan pelaksanaan tindaklanjut hasil pengawasan dan pemeriksaan; dan

f) Peningkatan pemberdayaan penyelenggara negara, dunia usaha dan masyarakat dalam pemberantasan KKN.

Inspektorat Jenderal menerima mandat utama sebagai satuan kerja dengan fungsi pengawasan intern, yang menjadi bagian penting dalam pelaksanaan reformasi birokrasi untuk meningkatkan kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, terutama membangun kapasitas kelembagaan seluruh entitas satuan kerja dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan arahan tata pemerintahan yang baik.

Seiring dengan Reformasi Birokrasi Inspektorat Jenderal, dan pergeseran paradigma peran pengawasan intern sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, kegiatan pengawasan tidak hanya pelaksanaan pemeriksaan saja tetapi seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja dengan berperan sebagai konsultan (memberikan solusi), quality assurance (memberikan pendapat/

jaminan), mengutamakan kredibilitas dari pada penghukuman. Oleh karena itu penguatan strategi pengawasan yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal melalui penguatan SPIP (Sistim Pengendalian Intern Pemerintah), Pengawasan melekat terhadap penegakan disiplin dan kinerja pegawai yang menjadi tanggung jawab pimpinan satuan kerja sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, pengawasan internal (Peran Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia), pengawasan fungsional/

eksternal (Badan Pemeriksa Keuangan).

(42)

Audit merupakan salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Itjen, disamping kegiatan lain, seperti reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya. Audit yang dimaksud menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah .

Kebijakan/strategi untuk pencapaian target yang diterapkan Inspektorat Jenderal yaitu melaksanakan pengendalian internal atas pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja dengan memberikan penjaminan mutu dan konsultasi, melalui pelaksanaan kegiatan pengawasan intern. Penjaminan mutu dilakukan melalui kegiatan. Penjaminan mutu dilakukan melalui kegiatan :

1. Audit, antara lain melalui kegiatan:

1. Audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi;

2. Audit pengelolaan barang/jasa;

3. Audit kinerja atas pengelolaan keuangan Negara;

4. Audit kinerja atas Penerimaan Pajak atas Belanja Pemerintah dan PNBP;

5. Audit kinerja pengelolaan BMN;

6. Audit dengan tujuan tertentu/Audit khusus atas pengaduan masyarakat.

2. Reviu, antara lain melalui kegiatan:

1. Reviu Rencana Kerja Anggaran-Kementerian/Lembaga;

2. Reviu Laporan Keuangan;

3. Reviu LAKIP;

4. Reviu output cadangan;

(43)

5. Reviu Penyerapan Anggaran;

6. Reviu RKBMN;

7. Reviu Pra-DIPA.

3. Evaluasi, antara lain melalui kegiatan:

1. Evaluasi dan Penilaian terhadap satuan kerja yang telah dan akan ditetapkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM);

2. Evaluasi Maturitas AKIP;

3. Evaluasi Maturitas SPIP;

4. Evaluasi Manajemen Risiko;

5. Evaluasi Pelayanan Publik;

6. Evaluasi PMPRB;

7. Evaluasi Penerapan Kode Etik.

4. Tindak Lanjut Hasil LHP melalui kegiatan:

Tindaklanjut temuan pengawasan internal (ITJEN) dan pemeriksaan eksternal (BPK, BPKP dan ORI).

5. Pengawasan Lainnya, antara lain melalui kegiatan:

1. Rekonsiliasi laporan keuangan;

2. Pendampingan Satker Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/

Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM);

3. Pendampingan penyusunan laporan keuangan;

4. Pendampingan penyusunan LAKIP;

5. Pendampingan Penguatan SPIP;

6. Pemantauan LHKASN;Pendampingan Penyusunan Manajemen Risiko;

7. Pemantauan penggunaan dan pemanfaatan layanan Whistleblower dan gratifikasi;

8. Sosialisasi Pedoman Pengawasan;

9. Pelaksanaan Instruksi Presiden terkait dengan Pencegahan dan Pemberantasan KKN serta pungutan liar;

10. Koordinasi Pimpinan Terkait Pengawasan;

11. Telaahan Sejawat (internal Itjen/antar Itwil).

(44)

6. Peningkatan profesionalisme dan kualitas apparat pengawas, melalui kegiatan:

1. Pendalaman materi substansi pengawasan melalui Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) dengan tema pengawasan;

2. Rapat Internal pimpinan;

3. Rapat-rapat rutin kegiatan;

4. Pendidikan dan pelatihan baik pendidikan kepemimpinan, pembentukan/penjenjangan auditor maupun diklat subtansi;

5. Mengikutsertakan dalam kegiatan Sosialisasi, Seminar, Focus Grup Discussion (FGD), Bimbingan Teknis yang relevan dan menunjang peningkatan profesionalisme pengawasan;

D. Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Tahun 2022

1). Kebijakan Pengawasan

Kebijakan Pengawasan adalah keputusan di bidang pe ngawas- an yang diambil oleh manajemen sebagai pedoman bagi seluruh APIP dalam melaksanakan tugas pe ngawasannya, yang ditetapkan untuk memberikan arah dan acuan bagi seluruh APIP dalam melakukan pengawasan selama Tahun 2022.

Untuk menjamin pencapaian sasaran strategis dan target Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2022, perlu dilakukan pengawasan secara lebih efektif, efisien dan terkoordinasi dengan berpedoman pada Kebijakan Pengawasan Intern Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Setiap kegiatan pengawasan intern diluar kebijakan pengawasan yang ditetapkan dalam keputusan ini wajib berkoordinasi terlebih dahulu dengan Inspektur Jenderal.

Auditor dan/atau pejabat Inspektorat Jenderal memiliki kewenangan untuk:

a. Akses yang menyeluruh, bebas dan tidak terbatas atas seluruh catatan, dokumen, barang dan benda yang relevan dengan

(45)

penugasan yang dilakukan dan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan maupun keberadaan dari catatan dan informasi tersebut yang didapat dari pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun pihak luar terkait;

b. Melakukan investigasi dan pengusutan yang dilaksanakan di kantor satuan kerja/auditee dan ditempat lain sesuai kebutuhan;

c. Menerima, mempelajari, dan menelaah hasil audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah lainnya dan pengaduan masyarakat;

d. Meminta atau memperoleh dukungan dari pegawai/pejabat di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau pihak luar, jika dibutuhkan, dalam rangka pelaksanaan tugasnya;

e. Memanggil pejabat dan/atau mantan pejabat serta pegawai lainnya yang diperlukan keterangannya;

f. Menentukan topik, jadwal audit, ruang lingkup, prosedur dan teknik audit, serta mengalokasikan sumber daya guna mencapai tujuan organisasi;

g. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada auditee melalui Inspektur Jenderal atas hasil audit yang telah dilakukan; dan h. Memantau perkembangan penyelesaian tindak lanjut hasil audit.

Program Dukungan Manajemen unit Inspektorat Jenderal Tahun 2022 merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Pemerintah Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis Kementerian Hukum dan HAM Tahun 2020-2024 serta Rencana Strategis Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM Tahun 2020-2024, yang kemudian dituangkan dalam RKA-K/L Tahun 2022.

Di Tahun 2022 Inspektorat Jenderal tidak lagi diamanatkan mengemban Prioritas Nasional seperti tahun sebelumnya, namun kegiatan Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM diturunkan menjadi prioritas Kementerian/Lembaga (K/L), dengan menetapkan target sebesar 6% atau 9 Satker per Inspektorat Wilayah sehingga target pada tahun 2022 sebanyak 54 Satker WBK/WBBM.

(46)

Pembangunan Zona Integritas WBK/WBBM di Lingkungan Inspektorat Wilayah I s.d Inspektorat Wilayah VI terdiri dari kegiatan : 1) Evaluasi Penilaian TPI terhadap Usulan Satker WBK/WBBM.

2) Monitoring dan Penguatan Satuan Kerja Berpredikat WBK/

WBBM

3) Pendampingan Implementasi Tunas Integritas

4) Perencanaan dan Penyusunan Laporan Pembangunan Zona Integritas dan Laporan Kegiatan Tunas Integritas

Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pengendalian tersebut adalah efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Untuk itu APIP wajib melakukan perubahan dalam melaksanakan proses bisnis guna memberi nilai tambah bagi Kementerian/Lembaga, dengan mengemban visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM yaitu :

2). Tujuan Kebijakan Pengawasan

Kebijakan Pengawasan Tahun 2022 merupakan arah pokok pengawasan yang akan dilaksanakan di tahun 2022 agar tercapainya sasaran dan target kinerja. Kebijakan Pengawasan ini digunakan sebagai acuan dalam menyusun Kebijakan Teknis Pengawasan oleh Inspektorat Wilayah dan menjadi dasar untuk menyusun Kerangka Acuan Pengawasan dan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Tahun 2022.

3). Ruang Lingkup

Kebijakan Pengawasan lnspektorat Jenderal TA.2022 mengacu pada Rencana Strategis lnspektorat Jenderal yang tercermin dalam kegiatan Pengawasan Internal di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia meliputi Kegiatan Audit, Reviu, Evaluasi, Pemantauan dan Kegiatan Pengawasan Lainnya serta Panca Program Unggulan di lingkungan lnspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

(47)

E. Strategi Pengawasan Intern

Perencanaan pengawasan intern berbasis risiko Mengembangkan kualitas SIMWAS, Optimalkan Peran QA, implementasi SPI, mempertahankan Opini WTP, Optimalkan peran UPP, Tingkatkan kompetensi, Kualitas SDM dan dukungan manajemen.

Terwujudnya Kementerian Hukum dan HAM menjadi organisasi yang solid, bertanggung jawab, efisien dan efektif dan dapat bersinergi secara konstruktif, dilaksanakan dengan beberapa strategi yang tertuang dalam renstra kemenkumham 2020-2024 diantaranya strategi untuk pengawasan intern, yaitu :

▪ pelaksanaan pengawasan intern berbasis risiko, untuk meningkatkan kualitas kinerja Kementerian Hukum dan HAM;

▪ meningkatkan peran Inspektorat Jenderal sebagai quality assurance dan consulting;

▪ meningkatkan sistem pengendalian internal yang partisipatif dan profesional, dalam pelaksanaan pengawasan intern yang efektif;

▪ meningkatkan pengelolaan keuangan Kementerian Hukum dan HAM yang akuntabel;

▪ mengimplementasikan kebijakan pemerintah tentang pencegahan dan pemberantasan korupsi/pungutan liar;

▪ meningkatkan efektifitas penyelenggaraan tata kelola organisasi dan penyelenggaraan reformasi birokrasi;

▪ mengembangkan sumber daya manusia APIP yang berkualitas, berintegritas dan profesional;

▪ mengembangkan kualitas sistem informasi di lingkungan Inspektorat Jenderal yang andal dan responsif;

▪ membangun komitmen terhadap organisasi dan meningkatkan etos kerja dengan menyusun pedoman budaya integritas;

▪ melaksanakan penilaian mandiri persepsi integritas di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM;

▪ melaksanakan sosialisasi dan pendampingan tentang Peraturan

(48)

Menteri Hukum dan HAM Nomor 28 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Pemberhentian Karena Tindak Pidana bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

▪ menyusun strategi anti korupsi serta kebijakan pengendalian KKN dengan sertifikasi ISO 37001: 2016 tentang Sistem Manajemen Anti Suap (SMAP);

▪ melakukan pembimbingan teknis dan konsultasi penerapan manajemen risiko sebagai dasar pelaksanaan Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko (PIBR);

▪ menyusun Pedoman Evaluasi Terpisah Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM;

▪ Melaksanakan pendampingan kepada satuan kerja tentang Pelaksanaan Evaluasi Terpisah Penyelenggaraan SPIP;

▪ Menyusun Tema dan Program Kerja Pengawasan Berbasis Risiko

▪ Mengintegrasikan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) Inspektorat Jenderal dengan SIMPEG di Biro Kepegawaian SETJEN, untuk update data kepegawaian dan data hukuman disiplin pegawai;

▪ Pengembangan Audit Teknologi Informasi /Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK).

(Sumber renstra kemenkumham 2020-2024)

F. Latihan

1. Jelaskan Apa yang dimaksud dengan Pengendalian Intern ? 2. Jelaskan Tujuan, sasaran dan bentuk pengawasan !

G. Rangkuman

1. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh Pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan.

(49)

2. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

3. Memberikan peringatan dini, memberikan kepastian dan menye- lenggaraakan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur dalam renstra, target kinerja, dan kebijakan pimpinan, serta memastikan sikap, perilaku, perbuatan, tulisan, dan ucapan pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan sehari-hari telah menerapkan dan menegakan prinsip-prinsip etika dan nilai Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan, dan Inovatif.

Sasaran pengawasan meliputi pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh Pegawai dan memiliki ahlak yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan sehari-hari.

H. Evaluasi

Diskusikan apa yang dimaksud dengan Audit berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia?

J. Umpan Balik

Apabila anda telah mampu mengerjakan latihan dan evaluasi dengan benar, maka anda telah memenuhi kriteria belajar tuntas pada bab ini.

Namun apabila belum, maka anda dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah diuraikan pada Bab IV ini.

Referensi

Dokumen terkait