• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel) JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel) JURNAL ILMIAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

BELA MEGA D1A017064

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2021

(2)
(3)

TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel)

BELA MEGA D1A017064 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana pencabulan anak dibawah umur dan penerapan pidana terhadap pencabulan anak dibawah umur (Studi putusan No.241/Pid.Sus/2018/PN.Sel). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa putusan No.241/Pid.Sus/2018/PN.Sel memenuhi unsur-unsur yang didakwakan yaitu dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul. Penerapan pidana yang diberikan oleh hakim terhadap terdakwa sudah sesuai, akan tetapi dalam putusan ini seharusnya hakim menjatuhkan putusan lebih berat, sehingga dapat memberikan efek jera bagi pelaku

Kata Kunci : Tindak Pidana, Pencabulan, Anak.

CRIMINAL ACTS OF SEXUAL ABUSE TOWARDS CHILDREN (Case Study Number 241/Pid.Sus/2018/PN Sel)

ABSTRACT

The purpose of this study is to find out judges consideration in deciding criminal acts of sexual abuse of children and criminal application to sexual abuse of children (case study number 241/Pid.Sus/2018/PN.Sel). The method of this this research is normative legal research. The result of this research experienced that the Decision Number 241/Pid.Sus/2018/PN.Sel qualified the elements charged committing or threats of violence intentionally, coercion, trickery, a series of lies or persuading children to do lewd act and even let them to do it. The punishment application given by judge against the dependant is appropriate, but in this decision the judge should have given a more severe decision, therefore it can provide a deterrent effect for the offender.

Keywords: Criminal Act, Sexual Abuse, Children

(4)

I. PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini intensitas kekerasan terhadap anak semakin meningkat.

Adanya berbagai tindak kekerasan menciptakan korban anak dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini mendapatkan banyak sorotan dari berbagai kalangan terdapat banyak stasiun televisi menayangkannya secara vulgar pada program kriminal, seperti; kasus perkosaan yang dilakukan oleh keluarga korban atau orang-orang dekat korban, kasus sodomi, perdagangan anak untuk dieksploitasi menjadi pekerja seks komersil hingga pembunuhan.1 .

Menurut Abdul Wahab, anak korban pencabulan dapat mengalami penderitaan yang sangat berat, sebab kekerasan yang dialaminya akan menjadi trauma yang membayangi perjalanan hidupnya.2

. Tindak pidana pencabulan terhadap anak termasuk dalam masalah hukum yang harus dikaji, sebagaimana kita ketahui tindak pidana persetubuhan merupakan perbuatan yang bertentagan dengan agama dan kesusilaan.3

Persetubuhan adalah delik yang tergolong delik kesusilaan. Persetubuhan dapat dikatakan sebagai pelanggaran nilai-niai kesusilaan oleh karenanya dikatakan sebagai pelanggaran hukum.4

Menurut Maidin Gultom, Sexsual abouse (kekerasan seksual), menunjuk kepada setiap aktivitas seksual, bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa

1 Gusti Ayu Trimita Sania dan Anak Agung Sri Utari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana pemerkosaan, (Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana), 2019, hlm. 2

2 Zainuddin, Hukuman Bagi Pelaku Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Posistif, Jurnal, Vol. 4 No. 2 desember 2017, hlm 2.

3 Bambang wahyu, VIktimo;ogi, Perlindugan Korban Dan Saksi, Jakarta, Penerbit Sinar Grafika, 2011, hlm 9.

4 Barda NawawiArief, Bungga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung. Penerbit PT.

Citra Aditya Bakti, 2002 hlm, 265.

(5)

penyerangan. Kategori penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, k0atagori kekerasan seksual tanpa penyerangan menderita emosional.

Bentuk-bentuk kekerasan seksual: dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks, anal seks, diperkosa”.5

Seperti Putusan Pengadilan Negeri Selong Nomor:

241/Pid.Sus/2018/PN.Sel terdakwa berinisial SP terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencabulan anak dibawah umur”.

Terdakwa dituntut oleh penuntut umum dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan pidana denda sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidaana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Akan tetapi hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa cukup ringan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian hukum pidana materiil yang berjudul “Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak Di Bawah Umur (Analisis Putusan Nomor 242/Pid.Sus/2018/PN.Sel)”.

Dari uraian diatas penyusun tertarik untuk melakukan penelitian yang dengan judul Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak di Bawah Umur (Studi Putusan nomor; 241/Pid.Sus/2018/PN.Sel). Rumusan masalah 1 Bagaimana pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan perkara tindak pidana terhadap tindak pidana pencabulan anak dibawah umur (Studi Putusan No.241/Pid.Sus/2018/PN.Sel) 2. Bagaimana penerapan pidana terhadap tindak

5 Maidin Gultom, Pelindugan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Cet, II, Refika Aditama, Bandung, 2013, hlm. 3

(6)

pidana pencabulan anak dibawah umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN.Sel). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang menjadi Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan Sanksi Pidana terhadap Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak, serta untuk mengetahui Penerapan Pidana terhadap Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak. Manfaat dari penelitian secara Teoritis diharapkan bermanfaat bagi yang akan mengembangkan keilmuan dan pengetahuan, khususnya pemahaman dibidang pencegahan terjadinya tindak pencabulan anak dibawah umur. Secara praktis dapat memberikan penjelasan kepada masyarakat luas tentang dampak yang ditimbulkan dari tindak pidana pencabulan terhadap anak di bawah umur, terutama mengetahui sanksi hukum yang dapat diterima oleh pelaku, sehingga dapat dijadikan sebuah pembelajaran terhadap masyarakat lain agar tidak melakukan perbuatan tersebut.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, Metode pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan, Pendekatan Konseptual, Pendekatan Kasus. Jenis bahan hukum yang digunkan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah study document dan analisis bahan hukum yang digunakan adalah Penafsiran-penafsiran hukum yaitu Penafsiran Sistematis, Penafsiran Gramatikal, dan Penafsiran autentik.

II. PEMBAHASAN

(7)

Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Putusan Perkara Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak Di Bawah Umur (Analisis Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel)

1. Dakwaan Penuntut Umum

Adapun isi dakwaan jaksa penuntut umum terhadap tindak pidana pencabulan terhadap anak dibawah umur yang dibacakan pada persidangan dihadapan Hakim Pengadilan Negeri Selong pada pokoknya mengatan sebagai berikut :

Kesatu

Bahwa terdakwa, pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30 wita atau lain pada bulan oktober tahun 2018, bertempat didusun Kuang Sawi Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Lombok Timur, telah melakukan kekesarasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan denganya atau dengan orang lain, yang dilakukan terdakwa uraian sebagai berikut :

- Bahwa pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30 wita diduusun Kuang Sawi Desa Pengadagan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur tepatnya dirumah teman Surni. Terdakwa SP telah melakukan persetubuhan dengan anak korban BNA yang berumur 17 (tujuh belas) tahun bedasarkan akta kelahiran Nomor;12.355/IST/2004 tanggal 7 Agustus 2004 yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan Tenaaga Kerja

(8)

dan Transmiiograsi Kabupaten Lombok Timur.

- Bahwa terdakwa SP dalam melakukan persetubuhan dengan anak korban BNA dengan cara memaksa, walaaupun anak korban BNA menolak dengan caraa menepis tangan terdakwa SP dan berkata jangan, namun terdakwa SP tetap melakukanya kepada anak korban BNA , sehingga anak korban tidak berdaya, setelah itu terdakwa SP mencium bibir, menyuruh membuka baju, yang dikenakan kemudian memegang payudara dan memasukan tangan terdakwa kedalam kelamin anak korban BNA, kemudian terdakwa memasukan kelaminya kedalam kelamin anak korban dengan melakukan Gerakan maju mundur.

- Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa SP anak mengalami luka robek pada selaput darah arah jam dua akibat benda tumpul sebagaimana hasil Visum Et Repertum Nomor 448/VR/X/2018 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter IRNA, SpOG dokter pemeriksa pada RSUD Dr.R> SOEDJONO selong.

Perbuatan terdakwa SP diatur dan diancam pidana Pasal 81 ayat (1) jo. Pasal 76D UU RI No.17 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindugan anak.

Kedua

Bahwa Terdakwa pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30, bertempat di Dusun Kuang Sawi Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur atau setidak-tidaknya pada suatu

(9)

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Lombok Timur, telah sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan denganya atau dengan orang lain, yang dilakukan terdakwa dengan uraian sebagai berikut :

- Bahwa pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30 wita di Dusun Kuang Sawi Desa Pengadangan Kecamatan Pringgaseka Kabupaten Lombok Timur tepatnya rumah teman SURNI. Terdakwa SP telah melakukan persetubuhan dengan ank korban BNA yang berumur 17 (tujuh belas) tahun bedasarkan akta kelahiran Nomor;12.355/IST/2004 tanggal 7 Agustus 2004 yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan Tenaaga Kerja dan Transmiiograsi Kabupaten Lombok Timur.

- Bahwa terdakwa SP dalam melakukan persetubuhan dengan anak korban BNA dengan cara memaksa, walaaupun anak korban BNA menolak dengan caraa menepis tangan terdakwa SP dan berkata jangan, namun terdakwa SP tetap melakukanya kepada anak korban BNA , sehingga anak korban tidak berdaya, setelah itu terdakwa SP mencium bibir, menyuruh membuka baju, yang dikenakan kemudian memegang payudara dan memasukan tangan terdakwa kedalam kelamin anak korban BNA, kemudian terdakwa memasukan kelaminya kedalam kelamin anak korban dengan melakukan Gerakan maju mundur.

(10)

- Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa SP anak mengalami luka robek pada selaput darah arah jam dua akibat benda tumpul sebagaimana hasil Visum Et Repertum Nomor 448/VR/X/2018 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter IRNA, SpOG dokter pemeriksa pada RSUD Dr.R> SOEDJONO selong.

Perbuatan terdakwa SP diatur dan diancam pidana Pasal 81 ayat (2) UU RI No.17 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindugan anak.

Ketiga

Bahwa terdakwa, pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30 wita atau lain pada bulan oktober tahun 2018, bertempat didusun Kuang Sawi Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Lombok Timur, telah dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancamaan kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat melakukan serangkain kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, yang dilakukan terdakwa uraian sebagai berikut :

- Bahwa pada hari Sabtu 06 Oktober 2018 sekira pukul 02.30 wita diduusun Kuang Sawi Desa Pengadagan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur tepatnya dirumah teman Surni. Terdakwa SP telah melakukan persetubuhan dengan anak korban BNA yang berumur 17 (tujuh belas) tahun bedasarkan akta kelahiran

(11)

Nomor;12.355/IST/2004 tanggal 7 Agustus 2004 yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kepala Dinas Kependudukan Tenaaga Kerja dan Transmiiograsi Kabupaten Lombok Timur.

- Bahwa terdakwa SP dalam melakukan persetubuhan dengan anak korban BNA dengan cara memaksa, walaaupun anak korban BNA menolak dengan caraa menepis tangan terdakwa SP dan berkata jangan, namun terdakwa SP tetap melakukanya kepada anak korban BNA , sehingga anak korban tidak berdaya, setelah itu terdakwa SP mencium bibir, menyuruh membuka baju, yang dikenakan kemudian memegang payudara dan memasukan tangan terdakwa kedalam kelamin anak korban BNA, kemudian terdakwa memasukan kelaminya kedalam kelamin anak korban dengan melakukan Gerakan maju mundur.

- Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa SP anak mengalami luka robek pada selaput darah arah jam dua akibat benda tumpul sebagaimana hasil Visum Et Repertum Nomor 448/VR/X/2018 yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dokter IRNA, SpOG dokter pemeriksa pada RSUD Dr.R> SOEDJONO selong.

Perbuatan terdakwa SP diatur dan diancam pidana Pasal 82 ayat (1) jo. Pasal 76 E UU RI No.17 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang perlindugan anak.

Menimbang, bahwa atas dakwaan Penuntut Umum tersebut, Terdakwa di persidangan menyatakan telah mengerti isi dan maksud surat dakwaan

(12)

tersebut, selanjutnya Penasihat Hukum Terdakwa menyatakan tidak akan mengajukan keberatan (eksepsi) terhadap surat dakwaan Penuntut Umum.

2. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Yang pada pokoknya mohon agar Pengadilan Negeri Selong untuk memutus sebagai berikut :

a. Menyatakan Terdakwa SP telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat (1) Jo. Pasal 76D UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No.1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak menjadi Undang-Undang Jo. UU RI No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak.

b. Menjatuhkan pidana Penjara terhadap terdakwa SP selama 6 (enam) tahun penjara dan denda Rp. 1.000.000.000,-(satu milyar rupiah) subsider 6 bulan kurungan.

c. Menyatakan barang bukti berupa:

1) 1 (satu) buah baju kaos lengan panjang warna merah muda kombinasi biru garis-garis pada bagian dada bertuliskan dream.

2) 1 (satu) buah celana jeans Panjang bewarna biru dongker 3) 1 (satu) buah baju kaos lengan Panjang bewarna hitam

(13)

4) 1 (satu) buah celana kain Panjang warna hitam

5) 1 (satu) buah jaket lengan Panjang warna biru dongker pada bagian lengan warna abu.

d. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

5000,-(lima ribu rupiah)

Menurut penyusun, dari pertimbangan Pasal 8 ayat (2) Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman, dalam mempertimbangkan berat ringanya pidana hakim wajib memperhatiakn pada sifat baik dan yang buruk dari terdakwa.6

Penerapan Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Anak dibawah Umur (Studi putusan nomor: 241/Pid.Sus/2018/PN.Sel

1. Pertimbangan Yuridis

Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada faktor-faktor yang telah terungkap di dalam persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis tersebut diantaranya7. Dakwaan jaksa penuntut umum dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa hakim hanya memutus perkara apa yang diajukan padanya tidak dapat lebih. Hal ini telah menjadi asas bagi hakim untus memutus perkara. Dalam kasus ini a pasal yang digunakan menjadi yakni Pasal 82 ayat (1) Jo. Pasal 76E UU RI No.35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak.

Pasal 82 ayat (1)

6 Indonesia, Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman UU Nomor 43 Tahun 2009, LN.

Nomor. 157, TLN. Nomor 5076, Pasal 8 ayat 2

7 Syarifah Dewi Indawati S Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Menjatuhkan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum Terdakwa Dalam Perkara Penipuan Jurnal Verstek Volume 5 Nomor 2 265 Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

(14)

Setiap orang, dimana terdakwa adalah subjek hukum bahwa setiap orang diartikan sebagai Subjek Hukum yang cakap secara hukum dalam mengemban hak dan kewajiban serta sehat jasmani dan rohani.

2. Pertimbangan Non Yuridis

Selain pertimbangan yuridis, hakim dalam memberikan putusan juga membuat pertimbangan non yuridis hakim haruslah mampu mengadakan pendekatan sosial terhadap Terdakwa yang melakukan tindak pidana untuk mengetahui kondisi terdakwa, hakim dalam mengambil pertimbangan tidak hanya berdasar pada pola pertimbangan yuridis melainkan harus melihat dari sisi pertimbangan non yuridis juga.

Adapun pertimbangan non yuridis yaitu berupa pertimbangan hal-hal yang meringankan dan memberatkan dalam penjatuhan pidana pada Putusan Nomor 241/Pid.Sus//2018/PN.Sel yaitu sebagai berikut :

Keadaan yang memberatkan:

- Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat

- Perbuatan terdakwa menimbulkan trauma bagi anak korban.

Keadaan yang meringankan:

- Terdakwa menyesali perbuatanya.

Bahwa menurut penyusun pertimbangan majelis hakim dalam putusan perkara Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel. Sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dengan penjatuhan pidana dengan ketentutan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak

(15)

namun regulasi yang diberikan pada pelaku belum memberikan efek jera dan sanksi yang diberikan pada pelaku tidak sepadan dengan apa yang dialami oleh korban yang mengalami banyak kerugian dari segi fisik maupun mental seharusnya pelaku dijerat dengan hukuman yang maksimal seperti yang telah diatur dalam Pasal 82 ayat (1) yang dimana terdapat dengan pidana penjara maksimal 15 tahun dan denda paling banyak Rp.

5.000.000.000.00 (lima milyar rupiah) dengan tuntutan sanksi pidana penjara maksimal dapat memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak agar tidak terjadinya lagi peningkatan angka kekerasan seksual terhadap anak.

(16)

III. PENUTUP Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa pertimbangan hakim dalam memutus perkara Tindak Pidana Pencabulan anak dibawah umur (Studi Putusan nomor:

241/Pid.Sus/2018/PN.Sel) yaitu perbuatan terdakwa telah memenuhi semua unsur-unsur Pasal yang ada dalam Pasal 82 ayat (1) Undang- Undang RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Karena selain hakim mempertimbangkan aspek yuridis seperti, dakwaan jaksa penuntut umum, barang bukti, keterangan saksi, keterangan terdakwa, tapi hakim juga mempertimbangkan aspek non yuridis lainnya seperti akibat perbuatan terdakwa, kondisi terdakwa, keadaan korban laporan pembimbing kemasyarkatan dan juga hal yang memberatkan dan meringankan bagi terdakwa. Adapun hal-hal yang memberatkan antara lain Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat, Perbuatan terdakwa menimbulkan

(17)

trauma bagi anak korban, dan perbuatan yang meringankan terdakwa menyesali perbuatanya.

2. Penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap Terdakwa selaku pelaku kejahatan persetubuhan terhadap anak dibawah umur Putusan Nomor 241/Pid.Sus/2018/PN Sel) sudah sesuai, karena perbuatan terdakwa telah mencocoki rumusan delik dalam Pasal 82 ayat (1) Undang-undang RI No.

35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Namun pada tahap penjatuhan putusan hukuman yang dijatuhi terdakwa cukup ringan. mengakibatkan hal ini dapat mendorong anggota-anggota masyarakat lainya berbuat keji dan jahat, karena tidak ada efek jera yang didapatkan oleh pelaku korban pencabulan/pemerkosaan.

Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini pada kasus tindak pidana yang telah dipersidangkan dipengadilan Negeri Selong dengan Putusan No.241/Pid.Sus/2018/PN. Sel penyusun akan mengguraikan sebagai berikut:

1. Jaksa Penuntut Umum harus senantiasa lebih teliti dan cermat dalam Menyusun surat dakwaan, mengigat surat dakwaan adalah dasar bagi hakim untuk menjatuhkan pidana terhadap pelaku yang dipersidangkan, selain itu juga harus mempunyai pengetahuan atau ilmu hukum dengan baik, bukan hanya hukum secara formil namun juga hukum secara materil agar tidak salah dalam menentukan nama perbuatan yang sesuai dengan unsur yang didakwakan, menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim dalam

(18)

sidang dipengadilan.

2. Dalam pertimbangan majelis hakim haruslah mengeluarkan putusan dengan efek jera terhadap para pelaku pencabulan agar tidak melakukan perbuatan tersebut dikemudian hari, dengan begitu juga akan membuat orang lain selain pelaku untuk tidak melakukan tindak pidana tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Maidin Gultom, 2013, Pelindugan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Cet, kedua, Refika Aditama, Bandung.

Bambang Wahyu, 2011 Viktimologi Perlindugan Korban dan Saksi, Sinar Grafika.

Barda Nawawi Arief, 2002 Bungga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Jurnal

Syarifah Dewi Indawati S, Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Menjatuhkan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum Terdakwa Dalam Perkara Penipuan Jurnal Verstek Vol 5 Nomor 2 265 Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Sebelas Maret

Zainuddin, Hukuman Bagi Pelaku Pemerkosaan Anak Di Bawah Umur Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Posistif, Jurnal, Vol. 4 No. 2 desember 2017.

Gusti Ayu Trimita Sania dan Anak Agung Sri Utari, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana pemerkosaan, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2019.

Peraturan Perundang-undangan

Imdonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, LN No.3850.

Indonesia, Undang-undang, Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindugan Anak, LN No. 109, TLN No. 4235.

(19)

Indonesia, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009, LN. Nomor 157, TLN Nomor 5076, Pasal 8 Ayat 2 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Internet

https://komnasperempuan.go.id/catatan-tahunan-detail/catahu-2020-kekerasan- terhadap-perempuan-meningkat-kebijakan-penghapusan-kekerasan-seksual- menciptakan-ruang-aman-bagi-perempuan-dan-anak-perempuan-catatan- kekerasan-terhadap-perempuan-tahun-2019, Diakses 17 April 2020, Pukul 10.23 WITA.

Referensi

Dokumen terkait

The findings show that Javanese cultural values, including loyalty to the top level of the hierarchy, obedience to superiors and the de- sire for conflict avoidance

Teknik wawancara ini digunakan untuk melengkapi data tentang unsur-unsur yang terkait dalam sistem pemberian kredit pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Utama Depok dengan

[r]

Pendapat supervisor tentang penerapan sanitasi higiene oleh mahasiswa pada pelaksanaan praktek industri.. Universitas Pendidikan Indonesia / repository.upi.edu

Kemampuan psikomotor siswa sebagian besar telah sesuai dengan kriteria penilaian tes praktek serta elemen kompetensi dan KUK untuk produksi susu kedelai, kecuali

KAI (Persero) Daop 7 Madiun telah melaksanakan peran dan tugasnya secara baik dan efektif dalam pelaksanaan memberikan informasi dan menjalin komunikasi kepada

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ PENGETAHUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSES MASYARAKAT MIGRAN DI PERMUKIMAN LIAR DI JAKARTA TERHADAP

suatu perusahaan, khususnya dibidang keuangan adalah analisis rasio.. rentabilitas,