• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Ekonomi Politik Cina (Studi Kasus: Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sistem Ekonomi Politik Cina (Studi Kasus: Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme )"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM EKONOMI POLITIK CINA

(Studi Kasus: Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme )

Disusun Oleh : Elya Novita Sari S

130906065

Dosen Pembimbing: Prof. Subhilhar, MA., Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ELYA NOVITA SARI SITUMORANG (130906065) SISTEM EKONOMI POLITIK CINA

(Studi Kasus: Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme)

Rincian Isi Skripsi: 113 halaman, 21 buku, 7 jurnal dan 13 situs internet.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan tentang peralihan sistem ekonomi Cina dari sistem sosialisme menuju sistem kapitalisme. Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi peralihan sistem ekonomi Cina dari sosialisme menuju kapitalisme dalam perspektif analisis perbandingan.

Oleh sebab itu, interaksi politik dalam hal ini berkaitan antara kepemimpinan Mao Zedong sebagai pemimpin revolusi Cina menuju sosialisme dengan kepemimpinan Deng Xiaoping yang reformasi Cina menuju sistem kapitalisme.

Penelitian juga melihatbagaimana keadaan masyarakat Cina dibawah sistem sosialisme dan keadaan Cina dibawah sistem kapitalisme.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber dari buku-buku,arsip- arsip, dokumen-dokumen dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan membuat, menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi dengan berbagai variabel yang timbul pada objek penelitian ini dan mengungkapkan fakta melalui pengumpulan data-data untuk kemudian dipelajari, diolah, dianalisa dan kemudian ditafsirkan yang disajikan secara deskriptif. Adapun teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Teori Ekonomi Politik dan Teori Sosialisme Marxisme. Teori Ekonomi Politik penulis gunakan untuk melihat dan mengalisis sistem ekonomi Cina dimasa Mao Zedong maupun di masa Deng Xiaoping Sementara teori Sosialisme Marxis penulis gunakan untuk membedah ekonomi politik Cina sebagai negara sosialisme dengan perspektif Marx.

Sehingga penulis mampu menyimpulkan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peralihan sistem ekonomi Cina. Faktor internal peralihan disebabkan oleh tingginya tingkat kesenjangan ditengah masyarakat akibat fase awal peralihan sistem feodal menjadi sistem sosialisme masih menyisakan watak borjuasi di Cina. Dampaknya, watak klas borjuasi masih ada didalam kepemimpinan Partai Komunis Cina. Hal ini yang menciptakan pandangan yang berbeda bagi kalangan marxis dan kalangan revisionis dalam melihat kontradiksi didalam masyarakat Cina. Sedangkan faktor eksternal peralihan disebabkan oleh

(3)

kekalahan negara Uni Soviet sebagai kiblat negara sosialisme dan kampanye hitam oleh kalangan negara dunia dalam memandang sosialisme di era Mao Zedong.

Kata kunci : Ekonomi Politik,Klas, Restorasi Kapitalisme danRevisionis Moderen,

(4)

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ELYA NOVITA SARI SITUMORANG (130906065) THE SYSTEM OF POLITICAL ECONOMY OF CHINA

(Case study : The Transition from a socialist to capitalist economic system) Description : 114 pages, 21 books, 7 journal, and 13 websites

ABSTRACT

This research tried to explain about the transition of China’s economic system from a socialist to capitalist system. This research was aimed at describing the factors that influence the transition of China’s economic system from a socialist to capitalist system in the perspective of comparative analysis. Therefore, the political interaction is related to the leadership of Mao Zedong as China’s revolutionary leader to socialism and the leadership of Deng Xiaoping who reformed China to capitalist system. This research also described condition of the people of China under capitalist system.

This research used datas that come from books, archieves, documents, and websites. The method analysis that is used for this research was the descriptive qualitative method which is done by making, describing, summarizing from many conditions with some variables appeared on the object of this research, and revealing facts by gathering datas to be learned, processed, analyzed, and interpreted descriptively. The writer used the theory of Political Economy Theory and Marxism Socialism Theory. The Theory of Political Economy is used for describing and analyzing the China’s economic system under Mao Zedong and Deng Xiaoping . Meanwhile, Marxism Socialism Theory is used for reviewing China’s political economic as socialist country in the perspective of Marx

Hence, the writer is able to conclude the internal and external factors that influence the transition of China’s economic system. The Internal factor was caused by the high levelof inequality between the people of China as a result of the first phase of the transition from a feudalist system to socialist system that still left the bourgeoisie character in China. Consequently, the bourgeoisie character still left in the leadership of China’s Communist Party. This created the different views for marxist and revisionist group that looked upon the contradictions of the people of China. While the external factor was caused by the defeat of Uni Soviet as the central of socialist country and the black campaign by the world countries for viewing socialism under Mao zedong.

(5)

Keywords : Political Economy, Class, Capitalism Restoration and Modern Revisionist.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini berjudul “Sistem Ekonomi Politik Cina (Studi Kasus : Peralihan Sistem Ekonomi Sosialisme Menuju Sistem Ekonomi Kapitalisme).

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun dan ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata-1, Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada :

1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Terimakasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih kepada Bapak Prof. Subhilhar, M.A, Ph.D selaku dosen pembimbing saya. Terima kasih untuk segala saran, kritik, dan motivasi yang diberikan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua Saya, Bapak Samidun Situmorang dan Ibu Damsiah Siregar yang selalu memberikan semangat kepada saya baik secara moril maupun materi. Terimakasih atas dukungan yang diberikan selama ini.

5. Seluruh dosen dan staft pengajar Ilmu Politik FISIP USU yang sudah memberi ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada saya selama kuliah di Ilmu Politik FISIP USU.

(7)

6. Kedua saudara saya, Andes Febriansyah Situmorang, S.E dan Afrilio Heriansyah Situmorang, S.H yang telah memberikan dukungannya selama ini.

7. Rekan-rekan Ikatan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik secara khusus kepada teman-teman angkatan 2013, yang telah memulai perjalanan mulai dari awal perkuliahan sampai dipenghujung akhir akademik kita.Semoga kawan-kawan dapat segera menyelesaikan skripsinya.Dan juga seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan, dan dukungan selama proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, Februari 2017

Elya Novita Sari Situmorang 130906065

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………...………... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I : PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………...… 11

1.3. Batasan Masalah ………...…… 12

1.4 Tujuan Penelitian ………...…… 12

1.5 Manfaat Penelitian ………... 12

1.6 Kerangka Teori………... 13

1.6.1 Teori Ekonomi Politik ………... 13

1.6.2 Teori Sosialisme Marxis... 22

1.7 Metodologi Penelitian ... 27

1.7.1 Metode Penelitian ...………... 27

1.7.2 Jenis Penelitian ………... 27

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ………... 28

(9)

1.7.4 Teknik Analisis Data ………... 28

1.8 Sistematika Penulisan ………... 30

BAB II : PROFIL NEGARA CINA ………... 32

2.1. Sejarah Negara Cina ………... 32

2.1.1. Fase Sistem Masyarakat Perbudakan Menuju Sistem Masyarakat Feodal Di Negara Cina (2100 SM-1644) ... 32

2.1.2. Fase Sistem Masyarakat Feodal dan Sistem Kolonialisme Di Negara Cina (1644-1911) ………... 35

2.1.3. Republik Cina Dibawah Kepemimpinan Pemerintahan Nasionalis (1912) ………...………... 38

2.1.4. Kebangkitan Gerakan Komunis Di Era Pemerintahan Nasionalis (1927) ………...…………... 39

2.1.5. Pemerintahan Nasionalis Cina dan Kaum Komunis Melawan Agresi Militer Jepang ……...…………... 40

2.1.6. Fase Kemenangan Kaum Komunis Cina (Revolusi Sosial Cina) …...…………...…...…………...…...…………... 42

2.1.7. Fase Cina Dibawah Kepemimpinan Kaum Komunis dan Kemunculan Revisionis Modern …...…...…... 44

2.2. Keadaan Alam & Sosial ……...…...…………...…... 45

2.2.1. Keadaan Alam ...…...…………...…... 46

2.2.2. Keadaan Sosial ...…………...…... 47

(10)

BAB III : PERALIHAN SISTEM EKONOMI SOSIALISME CINA

MENUJU SISTEM EKONOMI KAPITALISME ………... 53

3.1. Kebijakan Ekonomi Politik Mao Zedong …...…... ... 65

3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Deng Xiaoping ... ... 70

3.3. Perbedaan Sistem Ekonomi Politik Mao Zedong Dengan Sistem Ekonomi Politik Deng Xiaoping ... ... 75

3.3.1. Pembangunan Politik Negara Cina... ... 76

3.3.2. Kebijakan Ekonomi Politik Cina... ... 80

3.3.3. Kediktatoran Klas Masyarakat Cina... ... 85

3.3.4. Kebijakan Kebudayaan Cina... ... 90

3.4. Faktor-Faktor Mempengaruhi Peralihan Sistem Ekonomi Politik Cina Dari Sosialisme-Kapitalisme ... ... 96

3.4.1. Faktor Internal... ... 96

3.4.2. Faktor Eksternal... ... 104

BAB IV : PENUTUP ... ... 111

4.1. Kesimpulan ... ... ... 111

4.2. Saran ... ... ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... ... 114

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam memahami ekonomi politik sebagai sebuah disiplin ilmu antara ilmu ekonomi dan ilmu politik, maka tujauan orientasinya adalahanalisa kebijakan ekonomi melalui proses politik.Tidak lain sebagai syarat untuk memajukan kekuatan kesejahteraan negara dan masyarakatnya. Perkembangantentang sistem corak produksi masyarakat dan negara tidak boleh dilepaskan dari perkembangan sistem ekonomi masyarakatnya. Ketika sistem ekonominya bersifat kolektif seperti halnya dizaman komunal primitif maka sistem politik yang digunakan juga bersifat kolektif.

Atau sebaliknya ketika sistem ekonominya monopoli seperti hanya dizaman kapitalisme maka sistem politik yang digunakan juga bersifat monopoli.Ekonomi Politik adalah bagian terpenting dari dasar kehidupan bermasyarakat. Ekonomi sebagai basis ilmu yang mempengaruhi segala aspek dari kehidupan masyarakat, sedangkan ilmu politik sebagai ilmu yang menentukan segala aspek dari kehidupan masyarakat. Meskipun telah mengalami kemajuan besar, ekonomi politik pada masa lalu hanya terbatas pada kepemilikan alat produksi atas perseorangan dan sistem kapitalis yang sama sekali tidak berbicara tentang sistem kepemilikan bersama.

(12)

Dimulai dari sistem ekonomi politik merkantilisme, keynes, maupun liberal yang tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum ekonomi atas kepemilikan pribadi dan menghiraukan sistem-sistem ekonomi kolektif. Dalam sejarahnya perkembangannya ekonomi politik mengalami penajaman selama abad ke 17 sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan ilmiah baru ekonomi politik mendapat kedudukan pada abad ke 18. Namun yang menjadi titik tonggak awal sistem yang sampai saat ini masih terus eksis adalah sistem ekonomi politik kapitalisme.

Sistem ekonomi politik kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik yang terus berkembang dengan corak hubungan produksi antara si pemilik modal dengan si penjual tenaga kerja. Sejalan dengan defenisi yang dikatakan oleh Dudley Dillard, bahwakapitalisme merupakan hubungan diantara pemilik pribadi atas alat-alat produksi (tanah, tambang, instalasi, industri yang secara keseluruhan disebut modal) dengan para tenaga kerja yang bebas yang menjual tenaga kerjanya kepada majikan.1

Sistem ekonomi politik kapitalisme lahir dari keruntuhan hubungan produksi feodalisme antara tuan tanah dengan tani hamba. Perkembangan hubungan produksi dimasa feodalisme telah dimulai sejak abad ke-4M dan akhirnya mengalami kehancuran akibat penguasaan alat produksi yang terus berkepanjangan yang dilakukan tuan tanah terhadap tani-tani hamba.

1 Dudley Dillard.1988.The Barter Illusion in Classical and Neoclassical Economics. Eastern Economics Journal Vol. XIV, No. 4 Oktober-Desember. Hal. 309

(13)

Hal ini ditandai dengan pergolakan tani-tani hamba yang terus termodrenkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan atas praktek produksi feodalisme. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang sejak dimulainya era pencerahan (renaisains) dari era kegelapan (dark age) telah menciptakan bentuk- bentuk praktek produksi baru dari pengolahan tanah secara tradisional menuju praktek kerja yang lebih modern. Hasil pengolahan tanah dapat dikembangkan menjadi barang yang memiliki nilai guna lebih tinggi. Karenanya kemunculan gilde-gilde atau industri rumah tangga di sekitar abad ke 17 ini menjadi cikal bakal lahirnya sistem ekonomi politik kapitalisme.2

Ditengah kondisi persaingan pasar dan kesenjangan antara klas masyarakat, telah menciptakan kontradiksi baru antara klas pekerja dengan klas pemodal. Atas dasar ini Karl Marx mengeluarkan teorinya tentang ekonomi politik sosialisnya yang menjadi sebuah studi ilmu ekonomi dan politik yang Sistem kapitalisme tidak jauh berbeda dengan sistem masyarakat feodal dimana alat produksi masih dimonopoli oleh sekelompok orang. Akan tetapi sistem kapitalisme dengan sistem feodal, lebih bercirikan atas monopoli modal yang dilakukan oleh kaum pemodal sebagai usaha memperkaya diri. Sistem kapitalisme terus berkembang pesat sejalan dengan perkembangan industri yang dikuasai oleh kaum borjuasi. Sampai akhirnya pada abad 19, sistem kapitalisme mencapai tahapan tertingginya yaitu sistem imperialisme dari perkembangan dari kapitalisme modren.

2 Frederick Engels. Dialektika Alam.Jakarta: Hasta Mitra. 2005. Hal 48

(14)

menghapuskan kepemilikan alat produksi atas perseorangan yang sudah berkembang sejak lama.

Karl Marx dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Ketika sistem ekonomi sebelumnya melegalkan sisem ekonomi dengan corak produksi kepemilikan pribadi, maka Marx beranggapan bahwa kepemilikan pribadi adalah cikal bakal penghisapan manusia atas manusia.

Dalam sistem ekonomi sosialis, Marx beranggapan bahwa kontradiksi antara pemilik alat produski dan golongan yang tidak memiliki alat produksi telah melahirkan kesenjangan sosial yang begitu tinggi. Akan tetapi disatu sisi lain kondisi kemiskinan adalah dasar terbangunnya persatuan untuk menciptakan formula perkembangan sosialisme dan kebangkrutan yang akan dialami oleh sistem kapitalisme yaitu melalui jalan revolusi sosial. Berlandaskan kepada dialektika histori perkembangan masyarakat, Marx berdalil bahwa masa depan sosialisme adalah anti thesis dari sistem kapitalisme.3

Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki fondasi yang kokoh dan ilmiah sebagai satu-satunya jalan menuju sistem ekonomi politik sosialisme. Perkembangannya revolusi sosial mulai merebah di mulai dari dataran benua Eropa sampai ke Asia. Pergerakan-pergerakan nasional untuk

3 Nur Santoso Sayid. Negara Marxis dan Revolusi Proletariat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 292

(15)

membebaskan diri dari sistem kapitalisme dan feodal telah membawa pembebasan nasional dibeberapa negara. Seperti halnya di Prancis melalui Revolusi Paris dibawah kepemimpinan Karl Marx, Uni Soviet melakukan Revolusi Oktober 1917 dibawah kepemimpinan Vladimir Lennin, dan Revolusi Tiongkok dibawah kepemimpinan Mao Zedong yang memiliki ciri khusus jika dibandingkan dengan revolusi di Prancis maupun Uni Soviet.

Dalam kepemimpinannya Mao melakukan strategi rekonstruksi tehadap pemikiran dasar gerakan komunis Cina yang berbasis pada petani yaitu mengutamakan petani sebagai kekuatan pokok revolusi, mementingkan pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi keutuhan hidup partai, menjadikan daerah pedesaan dimana sebagian besar petani tinggal sebagai basis perjuangan. Sebab kedudukan Cina sebagai negara dibawah kekuasaan dinasti masih mempertahankan corak produksi pertanian. Sehingga secara kuantitatas jumlah kaum tani lebih besar dari jumlah klas buruh.

Berdirinya negara Cina sebagai Republik Rakyat Cina pada tanggal 1 Oktober 1949 sendiri menandai berakhirnya masa penguasa militer dan Republik Cina Nasionalis. Pada tahun 1949 ini, Partai Kuo Min Tang sebagai penguasa Republik Cina Nasionalis yang dipimpin oleh Presiden Chiang Kai Shek akhirnya harus menyingkir ke Pulau Taiwan akibat gerakan rakyat yang merambat dari desa mengepung kota.4

4 Ririn Daraini. Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. Yogyakarta. 2010. Hal 25

Berdirinya RRC juga menandai berubahnya sistem ekonomi politik Cina pada saat itu. Yaitu dari berbagai sistem ekonomi politik

(16)

yang liberal menjadi sistem ekonomi politik sosialis dengan ciri kesetaraan bagi seluruh lapisan masyarakat di negara Cina.

Untuk tujuan itu, Mao melakukan konsolidasi untuk dapat menghilangkan hubungan produksi yang eksploitatif yang sudah ditanamkan sejak sistem kapitalisme. Salah satunya dengan melakukan sistem pembaharuan kepemilikan tanah (land reform) yang dinilai perlu untuk membangun hubungan produksi kaum tani bagi pembentukan pola pertanian kolektif. Kampanye land reform ini sekaligus untuk menghapus kekuasaan klas tuan tanah yang selama ini menguasai tanah-tanah di pedesaan.

Berlandaskan kepada cita-cita akan terwujudnya masyarakat modern tanpa klas, Mao membangun industri nasional sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri nasional dibangun oleh negara tanpa campur tangan klas pemodal. Selain itu juga Mao mencoba untuk memainkan peran negara untuk mengatasi adanya kontradiksi dalam masyarakat melalui revolusi kebudayaan, dari budaya individualis ke budaya kolektif.

Negara yang menganut sistem ekonomi politik sosialis dalam pemikiran Mao adalah negara diktator demokrasi rakyat yang dipimpin oleh kelas buruh atas persekutuan dengan kaum tani. Sedangkan fungsi negara menurut Mao adalah sebagai alat penindas klas borjuasi dan kaum reaksioner serta klas penghisap yang melawan revolusi sosialis. Ini memecahkan kontradiksi dalam negeri, memelihara

(17)

ketertiban dan melindungi kepentingan rakyat serta membela negara dari agresi luar negeri terutama kapitalis.

Untuk itulah Mao menggunakan istilah Sentralisme Demokrat sebagai sarana untuk mengatasi realitas internalnya. Dibawah kepemimpinan Mao Zedong kedudukan klas perlahan mulai menghilang sejalan dengan kedudukan negara dalam mendiktatori kedudukan klas borjuasi. Pada Desember 1957, Mao mendeklarasikan program pembangunan ekonomi yang disebut “The Great Leap Forward” atau “Lompatan Jauh Ke Depan.” Melalui program lompatan jauh

kedepan, Mao menjalankan kedudukan kaum tani sebagai tenaga kolektif dalam menjalankan kerja produksi pertanian5

5Ibid Hal. 39

.

Para masyarakat diajak untuk bekerja di satu lahan kolektif, kemudian berpindah ke lahan yang lain. Tujuannya untuk mempertajam nilai kolektifitas dalam masyarakat tani. Walaupun pasca kematian Mao, doktrin tentang kemiskinan Cina dihubungkan dengan kegagalan program ini. Menurut ekonom Minqi Li seorang ekonom liberal beranggapan bahwa program Lompatan Jauh ke Depan dan seluruh kegagalannya, karena Mao memaksakan versi utopian komunisnya kepada para pemimpin partai. Melalui program-program yang tak ada justifikasi ilmiah dan bukti historis, Mao telah memaksa para pemimpin partai di tingkat provinsi dan lokal untuk memenuhi target produksi besar-besaran yang tidak realistis kepada para petani.

(18)

Tidak adanya komunikasi yang efektif dan desentralisasi yang tidak masuk akal telah menyebabkan aktivitas ekonomi nasional mengalami kekacauan dan terjadi misalokasi sumberdaya yang luar biasa. Sementara itu rangsangan kepada petani untuk berproduksi semakin menurun akibat penentuan level pendapatan secara besar-besaran melalui sistem komune.6

Setelah Deng berkuasa, seiring dengan penghancuran sendi-sendi ekonomi sosialisme di dalam negeri, politik luar negeri Cina sebenarnya juga berubah seratus delapan puluh derajat. Kaum revisionis Cina menjalankan komunikasi kerja sama dengan rezim-rezim negara liberal. Sisi kapitalisasi Deng di lain sisi terlihat ketika Cina bersedia membuka pasar pada awal 1990-an untuk kemudian menjadi anggota WTO. Prinsip-prinsip idelogi sosialisme perlahan tapi pasti

Sampai akhirnya, tidak lama setelah Mao meninggal pada tahun 1976, kubu pimpinan dalam Partai dan Negara Cina digantikan oleh Deng Xiaoping sebagai tokoh utama. Keberhasilan Deng juga diikutin dengankeberhasilan dalam menghapuskan garis proletar revolusioner Mao.

Deng menggantikan sistem sosialisme dengan sistem yang lebih liberal.

Sejak mereka berkuasa, berbagai kebijakan reformis kaum kapitalis diterapkan dalam pertanian dan perburuhan untuk melapangkan jalan bagi kembalinya sistem ekonomi politik kapitalis, yang bertentangan dengan kepentingan klas buruh dan rakyat pekerja di Cina.

6 Mao Zedong dan Korban 70 juta Jiwa, Diakses melalui: http://indoprogress.blogspot.com/2010/12/mao- zedong-dan-korban-75-juta-jiwa.html pada tanggal 1 November 2016

(19)

mulai ditinggalkan oleh Cina pada periode Deng Xiaoping, untuk kemudian digantikan dengan prinsip ekonomi yang kapitalisme.

Internasionale Proletar yang menjadi cita-cita seluruh negara sosialisme tidak akan pernah diwujudkan oleh Deng. Pemimpin Partai dan Negara Cina kembali mengambil jalan kapitalisme yang sudah ditinggalkan sejak revolusi sosial Cina. Sosialisme yang dibangun rakyat Cina di bawah pimpinan Mao, kemudian di revisi oleh Deng yang esensinya adalah revisi atas sosialisme menuju restorasi kapitalisme, termasuk mereka yang pernah tinggal di Cina pada masa saat ini, beranggapan dan percaya bahwa Cina saat Deng berkuasa sampai saat ini merupakan negara “Sosialisme Dengan Ciri Khusus Tiongkok”.

Konsep Deng ini juga yang akhirnya telah membawa perubahan dalam konstitusi Cina. Pada tahun 1982 dengan dukungan mayoritas anggota Kongres Rakyat Nasional, dan pimpinan PKC akhirnya ide tentang sosialisme pasar mulai diterima. Sistem pertanian kolektif kemudian digantikan oleh sistem sewa pakai.

Tanah pertanian milik negara boleh digunakan oleh masyarakat secara mandiri dengan sistem sewa 5 hingga 10 tahun. Kemudian diberikan juga penghargaan kepada petani (atau kelompok petani) yang berhasil meningkatkan hasil panennya.7

7 Hikmatul Akbar. Politik Identitas: Perkembangan Kapitalisme Sebagai Identitas Baru Cina Pada Abad 21 Yogyakarta.Hal 10

Dampaknya kembali terjadi dengan adanya persaingan antara komunitas kelompok tani.

(20)

Peralihan ekonomi politik Cina dari sosialis menjadi kapitalis dapat terlihat pada perubahan konstitusi Cina sendiri. Konstitusi Cina pertama kali diberlakukan pada tahun 1954. Setelah itu mengalami perubahan pada tahun 1975, 1978, 1982 dan akhirnya mendapat amandemen pada tahun 2004. Sebenarnya dalam perubahan dari sosialisme pasar ke kapitalisme masih terdapat tiga kali lagi amandemen konstitusi Cina, yaitu pada tahun 1988, 1993 dan 1999. Kesemuanya mencerminkan tingkat perubahan Cina dalam proses menuju identitas kapitalis itu sendiri.8

Penerapan dari norma-norma kapitalisme seperti laba sebagai unsur untuk meregulasi produksi, perubahan dalam harga yang semakin mencerminkan nilai (yaitu biaya produksi dan laba rata-rata), penerapan rangsang material yang semakin luas, dan kebebasan semakin besar dalam pengelolaan perusahaan yang

Di Cina, pemikiran Mao Zedong adalah bagian dari doktrin resmi Partai Komunis Cina pada masa itu.Namun sejak 1978 adalah permulaan pembaruan Deng Xiaoping dengan konsep "sosialisme dengan ciri khas Cina".Dalam aspek politik, diberlakukanlah pembaruan ekonomi Cinasecara langsung sama halnya dengan mengubah peranan ideologi asli Mao di Cina. Ideologi Mao yang secara radikal telah diubah dan dikurangi kearah yang lebih reformis dengan modal luar negeri. Di bidang industri, perubahan yang dijalankan kaum revisionis Cina telah melemahkan sistem perencanaan negara.

8Ibid

(21)

memproduksi untuk pasar demi mencapai laba, telah semakin melemahkan dasar- dasar masyarakat sosialis Cina.9

Faktor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga faktor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis.

Dewasa ini sejalan dengan kondisi Cina yang tumbuh dengan kapitalisme bahkan menjelma menjadi kapitalisme maju tidaklah terlepas dari keberhasilan pembangunan industri di negara Cina di masa Mao. Dampaknya Cina telah berubah menjadi negara dengan industri maju. Keberhasilan Cina dalam membangun industri telah membawa Cina menjadi kekuatan baru kapitalisme di dataran Asia.

Hal yang menarik lain terlihat dari sikap Cinadalam mendeklarasikan diri sebagai negara dengan sistem ekonomi kapitalis, tetapi tidak kapitalis secara politik.Cina masih mempertahankan sosialisme sebagai ideologi negara. Kajian Marx dalam melihat ekonomi dan politik adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Marx berdalil bahwa kekuatan basis adalah suatu sistem ekonomi.

10

9 Tatiana Lukman. Alternatif. Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat. Jakarta. 2013. Hal 11

10 Dr.Darsono.SE.SF.MA.MM. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Diadit Media: Jakarta. 2007.

Hal.76

Maka seharusnya sistem politik Cina sejalan dengan sistem ekonominya pula yaitu kapitalisme sebagai basis dari sistem politik.

(22)

Kondisi paradoks ini terlihat dengan jelas selepas kepemimpinan Mao dan digantikan oleh Deng sebagai ketua partai.Kebijakan yang dilahirkan oleh Deng sangat berbeda dan saling bertolak belakang dengan kebijakan Mao sebagai bapak komunis Cina. Cina dimasa Mao lebih menekankan pada persoalan agraria dan pembangunan industri dengan mengutamakan modal dalam negeri. Sedangkan pada masa Deng, Cina lebih didominasi oleh modal luar negeri maupun pinjaman dari lembaga internasional.

Tidak hanya dalam aspek kebijakan, dengan tegas Deng mengganti konstitusi yang sudah dibuat semasa Mao dengan tujuan untuk mengikis dominasi ideologi sosialis yang bertentangan dengan semangat Deng dalam membangun ekonomi liberal di Cina. Dari perbandingan Cina dimasa Mao maupun Deng jika dikaji secara umum perbedaan paling mendasar terlerak pada kepemimpinan kembali klas borjuasi pada Partai Komunis Cina. Juga yang perlu untuk ditekankan dari pernyataan diatas bahwa kelahiran klas borjuasi dalam Partai Komunis Cina sebagai cikal bakal beralihnya sistem ekonomi politik Cina tidaklah tanpa sebab.

Berangkat dari situasi diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme menuju Kapitalisme.

Dalam pengkajian penelitian ini, sajian akan diawali dengan eksplorasi tentang kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi politik sosialisme dibawah kekuasaan Mao Zedong dan eksplorasi tentang kondisi negara Cina dengan sistem ekonomi politik kapitalisme dibawah kekuasaan Deng Xiaoping. Eksplorasi tersebut

(23)

kemudian dihubungkan dengan perbandingan berbagai kebijakan yang lahir di masa kepemimpinan Mao dan dimasa kepemimpinan Deng. Kemudian pengkajian diakhiri dengan analisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme menuju kapitalisme.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana peralihansistem ekonomi politik Cina di masa Sosialisme dibawah kepemimpinan Mao Zedong dan sistem ekonomi politik Cina di masa Kapitalisme dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping?

1.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terkonsentrasi terhadap peralihansistem ekonomi politik Cina di era Kapitalisme dan Sosialisme, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan kajianperbandingan untuk melihat analisis peralihan sistem ekonomi politik Cina dari Sosialisme ke Kapitalisme, dan faktor-faktor yang mempengaruhi peralihan system ekonomi sosialisme menuju system ekonomi kapitalisme.

2. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik sosialisme Cina adalah di saat Cina dibawah kepemimpinan Mao Zedong,

(24)

dan yang dimaksud dengan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina adalah saat Cina dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk menganalisis peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.

2. Untuk melihat perbedaan sistem ekonomi politik sosialisme Cina dimasa Mao Zedong dan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina dimasa Deng Xiaoping.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sungguh diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang sungguh diharapkan mampu memberikan sebuah sumbangsih mengenai peralihan sistem ekonomi politik sosialisme menuju sistem ekonomi kapitalisme.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta pisau analisis bagi pegiat ilmu ekonomi dan politik, aktivis sosial dan lain- lain dalam membedah persoalan ekonomi yang bersinggungan dengan kajian ilmu politik.

(25)

3. Secara akademis, penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

1.6. Kerangka Teori

Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan pemikiran di atas yang kemudian melahirkan rumusan masalah sebagai upaya menganalisis secara kritis perbandingan tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina di era sosialisme menuju kapitalisme. Kemudian dibutuhkan teori analisis untuk membedah masalah dan mencari asumsi pokok yang mendasar suatu penelitian atau jawaban, dan pemecahan untuk masalah dibutuhkan sebuah teori.

1.6.1. Teori Ekonomi Politik

Ekonomi diartikan dengan banyak arti. Pertama, ada yang memaknai ekonomi sebagai “cara” melakukan sesuatu, seperti dalam istilah “ekonomis” atau

“kalkulasi ekonomi” yang konotasinya adalah efisiensi. Kedua, ada yang memaknai ekonomi sebagai “aktivitas”, yang biasanya ditujukan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Ketiga, ada yang melihat ekonomi sebagai

“institusi” seperti dalam istilah ekonomi pasar atau ekonomi komando.11

Politik juga terkait dengan banyak hal. Ada yang mengaitkan politik dengan kekuasaan dan otoritas, bisa juga dikaitkan dengan kehidupan publik,

11 Deliarnov. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga, 2006. Hal 6

(26)

pemerintah, negara, konflik, serta resolusi konflik. Dari berbagai definisi tersebut, yang potensial untuk dikaitkan dengan ekonomi adalah pemaknaan politik sebagai pemerintah, politik sebagai kehidupan publik dan politik sebagai otoritas untuk mengalokasikan sumber-sumber dan nilai-nilai. 12

Caporaso & Levine (1993), ekonomi politik dimaksudkan untuk memberikan saran mengenai pengelolaan masalah-masalah ekonomi kepada para penyelenggara negara. Hal ini sesuai dengan pemaknaan ekonomi politik pada waktu itu sebagai pengelolaan masalah-masalah ekonomi negara (political economy referred to the management of economic affairs of the state).

Selanjutnya ekonomi politik oleh pakar-pakar ekonomi politik baru lebih diartikan sebagai analisis ekonomi terhadap proses politik. Dalam kajian tersebut mereka mempelajari institusi politik sebagai entitas yang bersinggungan dengan pengambilan keputusan ekonomi politik, yang berusaha mempengaruhi pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik untuk kepentingan kelompoknya maupun untuk kepentingan masyarakat luas.13

Aristoteles dalam bukunya Politics mengatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan bagian dari politik, sedangkan Politik sendiri merupakan bagian dari Etika dan Falsafah. Ekonomi berasal dari dua kata Yunani, yaitu “oikos” dan

“nomos”, yang dapat diartikan sebagai “seni mengelola rumah tangga”. Dari

12Ibid. Hal 7

13Ibid. hal 9

(27)

definisi Ekonomi inilah Ilmu Ekonomi Politik berkembang, yang awalnya diartikan sebagai “seni mengelola negara”.14

Menurut Mochtar Mas’oed, hubungan antara ekonomi dan politik dapat diterjemahkan ke dalam isu tentang hubungan antara kekayaan dan kekuasaan.

Ekonomi terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekayaan, sedangkan politik terkait dengan penciptaan dan pendistribusian kekuasaan. Kekayaan terdiri dari aset fisik (kapital,tanah) dan aset non fisik (sumber daya manusia, termasuk ilmu pengetahuan), sedangkan kekuasaan bisa muncul dalam bentuk militer, ekonomi, maupun psikologis. 15

Roger Tooze, menggunakan istilah ekonomi politik untuk mengacu pada seperangkat masalah yang timbul dari interaksi antara aktivitas ekonomi dan politik. Charles Lindblom menyebut hakekat atau konsep pokok dari ekonomi politik adalah pertukaran (exchange) dan kewenangan (authority). Klaus Knorr, menggunakan konsep kekayaan (wealth) dan kekuasaan / kekuatan (power) sebagai hakekat dari ekonomi dan politik.16

Ada empat perspektif yang berkembang dalam studi Ekonomi Politik Internasional 17

14 Ibid, hal 21

15Ibid. hal 7

16 Umar, Suryadi Bakry. Ekonomi Politik Internasional. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Jayabaya. 1997. Hal 2

17 Mochtar Mas’oed. Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2008.

hal 30

(28)

a). Perspektif Merkantilis,

Perspektif ini memandang bahwa Negara menjadi aktor utama yang secara aktif dan rasional mengatur ekonomi demi meningkatkan kekuatan kekuasaan Negara.

Membangun suatu Negara bangsa yang kuat diperlukan akumulasi capital sebanyak-banyaknya. Sehingga pembangunan ekonomi diprioritaskan. Apabila untuk memenuhi capital yang diinginkan tersebut tidak bisa dicukupi dengan pemanfaatan sumber-sumber capital dalam negeri, maka dilakukanlah perdaganagan internasional. Demi mendapatkan keuntungan maksimal, maka pemerintah harus memainkan kebijaksanaan “nasionalis-ekonomis”. Yaitu dengan (a) pemerintah mengendalikan (menekan) sepenuhnya harga barang dan gaji buruh, sehingga bisa dijual dengan harga bersaing di pasar internasional, (b) menerapkan strategi prduksi substitusi barang impor, (c) memaksimalkan ekspor dan meminimalkan impor. Strategi ini juga bisa dilakukan oleh negera-negara yang lemah dengan alas an membiarkan pasar bebeas berlaku, sementara posisi sendiri lemah, hanya akan menghancurkan diri sendiri. Para pengkritik ini terutama datang dari kaum liberal.

b). Perspektif Liberal.

Dipelopori oleh David Ricardo dan Adam Smith, mereka mengkritik pengendalian ekonomi yang berlebihan oleh Negara. Perspektif liberal mengajukan argument bahwa cara yang paling efektif untuk meningkatkan kekayaan suatu Negara adalah dengan membiarkan individu-individu di dalamnya

(29)

secara bebas berinteraksi dengan para individu Negara lain. Mereka menganjurkan pasar bebas. Konsepsi liberal ini didasarkan pada gagasan mengenai kedaulatan pasar dalam ekonomi, dengan mengasumsikan bahwa semua manusia secara alamiah memiliki keselarasan kepentingan. Karena itu, kalau individu dibiarkan mengejar kepentingan masing-masing yang didasarkan pada suatu pembagian kerja dan pada struktur atau komposisi factor-faktor produksinya sendiri, maka kesejahteraan individu, nasional akan meningkat. Kaum liberal percaya bahwa dengan saling berinteraksinya Negara-negara melalui perdagangan internasional, konflik bisa terhindarkan. Bahkan bisa membawa keuntungan bersama sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat. Keputusan para pelaku ekonomi mengenai apa yang harus diproduksi dan dijual berdasarkan pertimbangan keunggulan koparatif (comparative advantage). Yakni setiap Negara harus memiliki spesialisasi dalam produksi barang sehingga memiliki keuntungan komparatif (harga terendah, waktu produksi tercepat) tertinggi dari pada rekanan dagang yang lain. Dan inilah yang dijadikan komoditas ekspor.

Sedangkan Negara tersebut lebih baik mengimpor barang-barang luar negeri yang memiliki posisi keuntungan komparatif lebih baik. Sehingga dari sini efisiensi terjadi. Peran Negara sangat terbatas pada penyediaan fondasi bagi bekerjanya system pasar, seperti pembangunan infrastruktur, penegakkan hukum, menjamin keamanan, mencegah persaingan tidak sehat, dan menyelenggarakan pendidikan.

Dengan demikian, menurut persektif liberal, ekonomi dan politik merupakan bidang yang terpisah.

(30)

c). Perspektif Radikal

Basis pokok perspektif ini adalah gagasan Marxisme. Sementara perspektif liberal memandang pasar bisa memungkinkan individu memaksimalkan perolehan, kaum Marxis meilhat kapitaslisme dan pasar telah menciptakan kekayaan untuk kepitalis dan kemiskinan untuk kaum buruh. Perpektif ini memiliki tujuan kegiatan ekonomi (dan politik) untuk redistribusi kekayaan dan kekuasaan. Kaum radikal membuat beberapa asumsi berikut. Pertama, bahwa kelas social adalah actor dominan dalam ekonomi dan politik. Kedua, bahwa kelas-kelas tersebut bertindak berdasarkan kepentingan materiil mereka. Ketiga.

Bahwa basis dari ekonomi kapitalis adalah eksploitasi kelas buruh oleh kapitalis.

Asumsi ketiga ini membawa kesimpulan bahwa baginya, buruh dan kapitalis merupakan dua actor antagonis.

d).Perspektif Reformis

Perspektif ini mengusung konsepsi Tata Ekonomi Internasional Baru (TEIB), muncul sebagai kritik atas ketiga perspektif di atas. Mereka tidak setuju dengan penekan berlebihan kaum liberal terhadap pertimbangan efisiensi sehingga merugikan actor yang lebih lemah. Mereka tidak setuju dengan kaum radikal untuk melakukan perubahan revolusioner menentang system kapitalis. Karena mereka lebih percaya pada reformasi struktur hubungan internasional. Dan walaupun mereka setuju dengan gagasan merkantilis mengenai peran aktif Negara

(31)

dalam urusan ekonomi internasional, mereka lebih bersikap internasionalis daripada nasionalis.

Dewasa ini, terdapat banyak perspektif dalam ekonomi politik, namun perspektif yang hingga saat ini masih eksis atau dapat bertahan adalah pandangan tentang konsep ekonomi politik liberalisme dan sosialisme. Dua perspektif yang telah lama dibicarakan berabad-abad. Kedudukan sistem ekonomi politik liberal yang dibangun atas kedudukan corak produksi industrial yang melahirkan hubungan produksi klas pekerja dan klas pemodal telah bertahan sejak lama dan didalilkan. Kedudukan sistem liberal kemudian disempurnakan dengan sistem politik demokrasi dan kebudayaan liberal.Lahirnya sistem ekonomi sosialismeadalah sebagai kritikan terhadap sistem ekonomi liberalisme/kapitalisme, yang oleh Marx menganggap bahwa kapitalisme hanya menyebabkan jurang yang semakin lebar bagi dua kelas yang bertentangan. Kedua sistem ekonomi politik ini terus tetap eksis dan berkembang di beberapa negara.

Untuk itu dalam kajian berikutnya kajian tentang sosialisme dan kapitalisme menjadi titik tekan dalam penelitian ini:

Pemikiran ekonomi politik liberal klasik sesuai pandangan Adam Smith ialah bahwa tiap pelaku ekonomi (baik konsumen maupun produsen) haruslah diberi kebebasan untuk mengejar kepentingan pribadinya masing-masing. Walau kedua pihak (konsumen dan produsen) memiliki motivasi yang bertolak belakang, A. Ekonomi Politik Liberalisme

(32)

tetapi kalau perekonomian dibiarkan bebas sesuai kekuatan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah maka akan tercipta suatu keseimbangan atau ekuilibrium. 18

Fungsi paling utama dari pasar adalah untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara rasional. Menurut Arthur Sheldon dalam Capitalism, empat tugas sistem-sistem ekonomi adalah : (1) mengembangkan tekhnik-tekhnik untuk menilai sumber-sumber yang langka, (2) membuat insentif untuk berkonsentrasi pada metode-metode yang paling produktif, (3) menyediakan alat-alat untuk merakit dan mendistribusikan informasi, dan (4) menciptakan prinsip-prinsip mengalokasikan output pada penggunaan yang paling penting atau bernilai paling tinggi. Inilah persisnya, metode dan alat-alat yang dikembangkan oleh pasar. 19

Kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang dicirikan dengan kepemilikan hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi yang pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif.

Sistem ekonomi kapitalis juga memberikan kebebasan bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan bagi kepentingan individual atas sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi. 20

Pada sistem ekonomi ini, terdapat keleluasan bagi perorangan untuk memiliki sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi

18Ibid. Hal. 30

19Ibid. Hal. 29

20 Agustiati. Sistem Ekonomi Kapitalisme. Portal Garuda. ISSN 1411-3341. Hal. 154

(33)

kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam mencari keuntungan.

Secara umum kedudukan sistem ekonomi politik kapitalisme ditekankan pada kepemilikan individu untuk berhak atas pengolahan kapital yang dimilikinya.

Akan tetapi kebebesan ini telah menciptakan sistem monopoli terhadap alat produksi.

Sosialisme dilihat sebagai suatu sistem ekonomi-politik adalah sebuah sistem sosial yang dilandaskan pada prinsip komune atau kebersamaan, di mana pemilikan alat-alat produksi (means of production) dan distribusi adalah bersifat kolektif

B. Ekonomi Politik Sosialisme

21

Konsep kelas sangat sentral dalam teori Marx, kelas-kelas yang diorganisir secara politik tidak muncul spontan dibawah kapitalisme. Bagi Marx, kelas-kelas yang sadar tentang kondisi kolektif adalah prasyarat tidak hanya bagi tindakan politik, tetapi juga untuk ekonomi politik.

. Di dalam masyarakat sosialis sangat ditonjolkan yang namanya kebersamaan dalam bentuk komunisme, dimana keputusan-keputusan ekonomi disusun, direncanakan, dan sekaligus dikontrol oleh Negara.

22

Bagi Marx, kapitalisme pasar bukan hanya tidak bersifat “self organizing”, tetapi karena ketamakan kaum kapitalis justru menjadikan sistem ini mengandung sifat menghancurkan diri sendiri (self-destruction). Akumulasi modal oleh

21Op.Cit. Ekonomi Politik. hal 39

22Ibid. Hal. 45

(34)

kapitalis di satu sisi adalah akumulasi penderitaan, kesengsaraan, dan degradasi mental di sisi buruh. Buruh yang sadar sebagai kelas yang tertindas harus bersatu dan secara bersama-sama memperjuangkan kepentingan kolektif mereka melalui wadah politik. 23

Seperti hal nya kebangkitan liberalisme atau kapitalisme, sosialisme atau marxisme juga bangkit sebagai suatu respons terhadap era industrialisasi. Marx dengan gencar mengkritik ekonomi pasar yang dikembangkan oleh Adam Smith.

Marx menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk “membuktikan” bahwa kapitalisme adalah sebuah sistem yang tidak adil dan “busuk dari dalam”. Secara esensi kelahiran sistem sosialisme adalah cara untuk menghancurkan kapitalisme yang tumbuh pesat pasca revolusi industri atau biasa disebut sebagai revolusi borjuasi tipe lama. Dalam sejarahnya kelahiran sosialisme digambarkan oleh Karl Marx harus dijalankan melalui perjuangan klas melalui revolusi sosial. Revolusi Kedudukan kelas buruh dalam sistem ekonomi politik sosialisme memiliki peran sebagai pimpinan tertinggi di negara sosialis. Kepemilikan kolektif atas alat produksi telah menghaspuskan sistem monopoli yang dikembangkan dari sistem kapitalisme. Kesimpulannya sistem politik sosialisme adalah sistem yang tidak meletakan kedudukan individu sebagai penentu utama corak produski ekonomi suatu negara.

1.6.2. Sosialisme Marxisme

23Ibid. Hal 46

(35)

sosial digambarkan oleh Marx merupakan bagian dari hukum dialektika histori atas perkembangan masyarakat.

Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja.

Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk bertahan hidup.

Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas

(36)

terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.

Marx menganggap bahwa kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam, hal ini dikarenakan sistem liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem “upah besi” kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena sebagaimana yang diucapkan Marx “pasar bebas memang telah mentakdirkannya demikian”. Sistem perekonomian liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komunis 24

Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas kaum buruh, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang sangat rendah. Disini tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith dalam memandang persaingan. Smith menganggap persaingan bebas sebagai prasyarat bagi terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya Marx memandangnya sebagai penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi atau monopoli.

. Sistem liberal yang lebih menyebabkan kaum buruh menderita haruslah diperbaiki, atau diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan kaum buruh.

25

24 Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2007. Hal.74

25Ibid. Hal 79

(37)

Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis. Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari factor ide dan factor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting dari kedua tersebut adalah factor alat pelaksana ide atau alat realisasi ide, atau negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.

Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik, spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial.

Sementara itu pengubahan bangunan atas itu menurut Karl Marx harus dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan atas yaitu negara, kekuasaan politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian basis harus dihancurkan untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan menjadi teori kelas dan perjuangan kelas.Menurut Marx, sistem yang tidak baik

(38)

akan digantikan oleh sistem yang lebih maju. Perbudakan akan digantikan oleh feodalisme, feodalisme akan digantikan oleh kapitalisme, dan kapitalisme akan digantikan oleh sistem yang lebih maju lagi, yaitu sosialisme dan komunisme.

Permasalahan seperti kelangkaan (scarcity) dan insentif pribadi dengan sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai pada tahap komunisme penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan. Dalam tahap komunisme penuh, tidak ada lagi soal kelangkaan, tidak ada lagi kelas-kelas masyarakat, penghisapan dari suatu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Bahkan negara dengan sendirinya akan hilang. 26

Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi yang menguasai masyarakat. Negara itu lahir karena pertentangan kelas-kelas sosial yang tidak dapat diselesaikan . ia berdiri di atas pertentangan kelas sosial.

Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat yang dijajah.

a). Negara

26Ibid. Hal 87

(39)

Manusia secara orang per orang tidak mampu melawan negara. Negara menurut pandangan Karl Marx merupakan bangunan atas, yaitu pelaksana ide, alat sesuatu kelas yang berkuasa untuk menindas dan menguasai kelas lain, guna mempertahankan dan melindungi kepentingan dan kekuasaan kelas yang berkuasa. oleh karena itu negara merupakan suatu lembaga yang tidak berada di atas masyarakat, tetapi merupakan lembaga yang digunakan oleh kelas ekonomi yang berkuasa untuk melawan kelas-kelas lain. Atau negara adalah badan pelaksana kelas ekonomi yang dominan dalam suatu masyarakat. Negara lahir sebagai akibat dari suatu perjuangan kelas antara terhisap dan penghisap yang tidak bisa didamaikan. Untuk bisa mengatasi penghisapan tersebut, maka negara sebagai alat legitimasi penghisap untuk mengatasi perlawanan dari kelas terhisap yang terus-menerus semakin besar.27

27 Cahyono Edi. Njoto Marxisme Ilmu dan Amalnya. Harian Rajat 1962. Hal 25

b). Revolusi

Revolusi adalah keharusan karena kelas yang berkuasa tidak mampu digulingkan secara diplomasi, tetapi penguasa hanya bisa digulingkan dengan revolusi. Kelas yang melakukan revolusi mengulingkan penguasa lama dan membangun kembali masyarakat baru. Revolusi hakikatnya pergantian kekuasaan politik dengan kekerasaan. Mengubah sistem sosial lama menjadi sistem sosial yang baru. Oleh sebab itu harus melalui revolusi politik.

(40)

1.8. Metodologi Penelitian

1.8.1. Metode Penelitian

Berdasarkan metode yang diterapkan, maka penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Sebab metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian diinterpretasikan.

Sehingga data yang terkumpul dapat memberikan keterangan-keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual berdasarkan fakta dan analisis yang ada. Langkah yang diambil dalam penelitian ini terlebih dahulu mendeskripsikan tentang kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Mao Zedong dengan sistem ekonomi politik sosialisme dan kondisi negara Cina dimasa kepemimpinan Deng Xiaoping dengan sistem ekonomi politik kapitalisme. Kemudian dari data tersebut, penulis akan mengkaji tentang kebijakan ekonomi politik Cina di masa Mao maupun Deng dengan tujuan untuk dapat melihat perbandingan dan ciri dari kedua sistem ekonomi politik sosialisme maupun kapitalisme. Sehingga penulis dapat menganalisis tentang peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme menuju kapitalisme.

1.8.2. Jenis Penelitian

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskritif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana

(41)

adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.28

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Sebab penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau

Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan bagaimana peralihansistem ekonomi politik Cina sosialisme menuju sistem ekonomi politik kapitalisme.

Tentunya penelitian menggunakan data-data, konsep-konsep yang berguna sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil penelitian, menganalisis dan sekaligus untuk menjawab persoalan yang diteliti.

1.8.3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sumber data pustaka yang berasal dari buku-buku ekonomi politik dari perspektif liberal maupun sosialis, internet, jurnal ilmiah lokal maupun jurnal ilmiah internasional, serta literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian.ini.

1.8.4. Teknik Analisis Data

28 Hadar Nawawi. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1987. Hal 63

(42)

kemanusiaan29

29 John W. Creshwell. Research Design. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2012.hal 4

. Dalam konteks ini tehnik komparatif digunakan untuk menganalisis sistem ekonomi politik sosialisme Cina dengan sistem ekonomi politik kapitalisme Cina. Hal tersebut karena perbandingan digunakan untuk menganalisis peralihan sistem ekonomi politik sosialisme menuju kapitalisme di Cina.

(43)

1.9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, teknik pengumpulan data, jenis penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL NEGARA CINA

Bab kedua ini akan membahas sejarah negara Cina dalam bentuk periode sistem perkembangan masyarakat secara khusus tentang Cina dibawah kepemimpinan Mao Zedong dan Deng Xiaoping.Dalam sub bagiannya akan lebih membahas tentang dinamika sejarah peralihan sistem ekonomi politik Cina dari sosialisme menuju kapitalisme.

BAB III : PERALIHANEKONOMI POLTIK SOSIALISME CINA MENUJU SISTEM EKONOMI POLITIK KAPITALISME

Di dalam bab ketiga akan memuat analisa data penelitian tentang peralihan sistem ekonomi politik sosialisme Cina menuju sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sub bagiannya akan melihat tentang perbandingan sistem ekonomi politik sosialisme dan sistem ekonomi politik kapitalisme di Cina untuk melihat faktor yang menyebabkan peralihan sistem ekonomi di Cina.

(44)

BAB IV : PENUTUP

Bab keempat yaitu penutup akan meliputi kesimpulan-kesimpulan dari ulasan pembahasan sebelumnya, serta saran-saran bagi penulis yang berguna nantinya.

(45)

BAB II

PROFIL NEGARA CINA

2.1. Sejarah Negara Cina

Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum.30 Dalam sejarah dikatakan bahwa Cina merupakan bangsa yang sudah ada semenjak 3000 SM. Bangsa Tionghoa yang merupakan bangsa asli Cina sudah menduduki lembah sungai Hoang Ho di Cina bagian utara. Lembah yang subur telah menjadi pusat kedamaian dan sebagai tempat asli bagi bangsa Tionghoa. Selama ribuan tahun bangsa Tionghoa membangun peradaban yang kuat dan kokoh. Dalam catatan sejarah, Cina telah memulai mendirikan sebuah kekuasaan politik sejak tahun 1550-1050 SM dalam bentuk kerajaan perbudakan.31

Kemajuan pesat ekonomi politik Cina bukan semata-mata dipengaruhi oleh kemajuan industri di era milenium saat ini. Proses perkembangan peradaban yang diawali oleh sistem masyarakat primitif yang berkembang ke perbudakan, berkembang ke era dinasti feodal sampai meletusnya revolusi sosial dan

30 Wikipedia. “Sejarah Tiongkok”. Diakses melalui: https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Tiongkok pada tanggal 4 Desember 2016, Pukul 18:51

31 J. Fachruddin Daulay. Orang Tionghoa: Bangsa Tertua Di Asia, Sejarah, dan Latar Belakang Awal Persebarannya.

(46)

masuknya sistem kapitalisme telah menjadi catatan penting bagi perkembangan negara Cina saat ini. Gerakan rakyat Cina di seetiap periodenya menjadi praktek maju yang mempercepat dialektika sejarah perkembangan negara Cina.

Perkembangan peradaban yang lebih dulu dinegara Cina jika dibandingkan dengan negara lain di Asia telah menjadikan bangsa Tionghoa lebih maju dibandingkan bangsa lain di Asia. Terbukti dari beberapa literatur menyebutkan bahwa kedudukan Cina telah menjalin kerjasama perdagangan dengan Eropa sejak tahun 500 SM. Perdagangan tersebut terbentang dari Asia tengah melalui Turkenstan ke Asia Barat, dimana jalur ini juga terhubung dengan jalan Kafilah dari India. Jalan ini kemudian dikenal dengan sebutan jalan sutera (Silk Road).32

Tidak jauh berbeda dengan sejarah negara lain pada umumnya, Cina juga pernah menjalankan sistem masyarakat perbudakan dalam hubungan sosial masyarakat. Dimana pada sistem masyarakat perbudakan hubungan sistem sosial

Dari seluruh rentetan sejarah perkembangan masyarakat tersebut, didalamnya selalu terdapat sistem ekonomi yang berbeda. Keadaan ini melahirkan gejolak sosial yang berimbas kepada perubah sistem ekonomi masyarakat. Inilah yang menjadi landasan pekembangan sistem ekonomi Cina sampai saat ini. Dalam setiap fasenya terdapat corak khusus yang berbeda.

2.1.1. Fase Sistem Masyarakat Perbudakan Menuju Sistem Masyarakat Feodal Di Negara Cina (2100 SM-1644)

32Ibid

(47)

yang berlaku adalah hubungan antara si tuan budak sebagai si pemilik alat produksi dan budak belia sebagai tenaga kerja.

Cina membentuk pertama kerajaan perbudakaan dalam bentuk dinasti.

Dinasti Xia adalah dinasti perbudakan pertama dalam sejarah Cina. Menurut Sejarahwan, Dinasti Xia sebenarnya merupakan kumpulan dari beberapa suku atau persekutuan suku yang membentuk sebuah negara. Dinasti Xia yang memiliki 16 raja ini memerintah Zhong Yuan (sebutan Cina pada zaman dulu) selama 5 abab atau sekitar 471 tahun.33

Dinasti Xia yang merupakan kerajaan dengan ciri perbudakan, hal ini bisa terlihat dari kedudukan raja dalam menjalankan sistem pemerintahan. Contohnya pada masa kepemimpinan Raja Xia Jie yang merupakan raja yang terkenal dengan kekejamannya. Saat pemerintahannya, rakyat dipaksa untuk membangun istana- istana mewah serta sering melakukan invasi terhadap negara tetangganya sehingga mengakibatkan banyak pejabat yang meninggalkan Dinasti Xia. hingga akhirnya dihancurkan oleh Shang Tang yaitu Pendiri Dinasti Shang. 34

Kedudukan Dinasti Xia kemudian digantikan oleh Dinasti Shang.

Kedudukan Dinasti Shang juga tak ayalnya kerajaan perbudakan pada umumnya.

Sistem perbudakan manusia atas manusia terus berlangsung pada masa Dinasti Shang. Dalam perkembangan sejarahnya, pergantian sistem perbudakan selalu ditandai dengan keruntuhan tahta sebuah dinasti melalui jalan peperangan. Cina

33 Dinaviriya. “Sejarah Dinasti Xia”. Diakses melalui : http://dinaviriya.com/sejarah-dinasti-xia/ pada 4 Desember 2016, Pukul 03:23 WIB

34Ibid

(48)

mengalami hal ini, sehingga sejalan dengan kondisi ini, masyarakat Cina akan semakin memodrenkan taraf kualitas hidupnya melalui pemberontakan dan perang.

Pada masa Dinasti Shang, Cina mengadakan kebijakan pergantian tahta kerajaan secara turun temurun, Dinasti Zhou menyempurnakan sistem tata krama dan ritual. Selesainya fase kepemimpinan Dinasti Zhou, Cina kemudian diambil alih oleh kepemimpinan kekaisaran feodal. Hal ini ditandai oleh munculnya perlawanan dari kalangan negarawan kerajaan atau negara-negara adipati yang berebut mencari kekuasaan. Diawali oleh negara adipati Jin yang dipecahkan menjadi 3 negara adipati baru yaitu Negara Han, Negara Wei dan Negara Zhao pada tahun 403 SM. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan periode Negara Berperang.35

Hingga akhirnya Dinasti Qin kembali mempersatukan Negara Cina dan membentuk pemerintahan yang sentralisasi serta mempersatukan tulisan dan satuan pengukuran. Kepemimpinan Dinasti Qin menandai kemunculan sistem feodal di Cina. Dinasti Han sampai Dinasti Qin yang mempergunakan pejabat sipil sebagai pengambil keputusan dan menduduki posisi kementerian yang penting dalam kerajaan atau pemerintahaan.36

Di bidang Ekonomi, Perekonomian Dinasti Qin mengadopsi perekonomian bebas yang dikontrol oleh Kerajaan. 4 bidang perekonomian utama

35 Dinaviriya. “Periode Negara Berperang (Zhan Guo) dalam Sejarah China”. Diakses melalui : http://dinaviriya.com/zaman-periode-negara-berperang-zhan-guo-sejarah-china-tiongkok/ Pada tanggal 5 Desember 2016 Pukul 6:00 WIB

36Ibid

(49)

pada Dinasti Qin dan Dinasti Han antara lain Profesional (Kaum terpelajar/Pejabat), Pertanian, Industri dan Perdagangan. Pada kedua Dinasti tersebut, komoditi penting seperti Garam, Minyak dan Beras di monopoli oleh para pejabat (birokrat) dan pengusaha besar. Dengan dibukanya jalur Jalan Sutera, perdagangan dengan Timur Tengah dan Eropa pun dimulai dan berkembang dengan pesat.37

Pada masa awal Cina dibawah kepemimpinan Kaisar Qing, keadaan ekonomi politik Cina masih dalam kekuasaan kaum feodal. Akan tetapi kemajuan peradaban Cina terbilang terlambat jika dibandingkan dengan kemajuan peradaban di Eropa. Kemajuan Eropa dilatar belakangi oleh Revolusi Industri dan Revolusi Prancis yang mendongkrak kemajuan tehnologi di Eropa. Pada masa itu Pada Dinasti Tang, surat-surat berharga mulai diperkenalkan hingga pada Dinasti Song sudah memiliki uang kertas yang pertama. Perdagangan antara negara mulai berkembang dengan cepat pada Dinasti Qing karena adanya pengaruh dari negara-negara barat untuk membuka pelabuhan-pelabuhan laut.

Kedatangan negara barat pada masa dinasti Qing telah membawa Cina ke era perdagangan bebas. Dinasti Qing merupakan dinasti dengan sistem kerajaan yang paling terakhir di sejarah Cina dan mengakhiri masa kepemimpinan kaum feodal Cina.

2.1.2. Fase Sistem Masyarakat Feodal dan Sistem Kolonialisme Di Negara Cina (1644-1911)

37 “Sejarah Dinasti Xia”. Loc.Cit

(50)

Eropa sudah menjalankan ekspansi untuk memperluas daerah kekuasaan mereka secara khusus negara Inggris dan Prancis. Melalui agresi militer, negara Eropa mulai menjajaki Asia dan daratan benua Afrika.

Salah satunya adalah Cina, selama kepemimpinan Dinasti Qing negara- negara di Eropa mulai menjajaki hasil bumi negara Cina. Negara-negara Barat tersebut menggunakan Candu sebagai bahan perdagangannya sehingga banyak rakyat Cina yang mengalami kecanduan dan memiliki ketergantungan yang luar biasa terhadap candu tersebut. Tahun 1838, Raja Dao Guang yang memimpin kekaisaran Qing ketika itu memerintahkan Lin Ze Xu sebagai utusan kekaisaran menuju ke Guang Dong untuk mengadakan larangan terhadap penggunaan Candu.

Lin Ze Xu kemudian menangkap pengedar candu dan menyita sekitar 2 jutaan kilogram candu serta menghancur candu sitaan tersebut di depan umum tepatnya di daerah Pintu Harimau.38

Pada tahun 1840, Kerajaan Inggris menyatakan peperangan terhadap Cina dengan alasan untuk melindungi warganya yang berada di Cina. Kerajaan Inggris kemudian mengirimkan Kapal Perang untuk menyerang Guang Zhou. Militer Inggris berhasil mengepung daerah Zhu Jiang Gou, menduduki Zhe Jiang Ding Hai hingga mendekati Kota Nan Jing. Kaisar Dao Guang sangat panik dengan kekuatan militer Inggris dan mengutuskan Qi Shan untuk melakukan negosiasi dengan Inggris. Pada saat yang sama untuk menenangkan Inggris, Lin Ze Xu dihukum, Pelabuhan Guang Zhou dibuka kembali. Tetapi Inggris masih tidak puas

38Ibid

(51)

dan terus melakukan penyerangan terhadap Hu Men, Ning Bo, dan Xia Men serta menguasai daerah Wu Song pada tahun 1842. Dengan demikian, Pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani Perjanjian Nan Jing. Dimana di dalam perjanjian Cina menyerahkan Hong Kong kepada Inggris.39

Dinasti Qing makin hari makin lemah, sejumlah patriot membentuk organisasi untuk menyelamatkan bangsa dan negaranya dari serangan bangsa Eropa. Diantaranya adalah Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) yang membentuk organisasi yang bernama Xing Zhong Hui, pada tahun 1894 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali Bangsa Cina dan membentuk Negara Cina menjadi Negara Republik. Tahun 1905, Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) mempersatukan kekuatan revolusi Cina di seluruh penjuru dunia dan membentuk Organisasi baru Pada Tahun 1856 sampai 1860, Perancis mendeklarasikan peperangan dengan Cina yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan Perang Candu II. Dinasti Qing mengalami kekalahan yang mengakitbatkan Kaisar Qing, Xian Feng terpaksa untuk mundur. Tahun 1856, Inggris dan Perancis berhasil menduduki bagian barat Taman Yuan Ming Yuan Ibukota Bei Jing. Mereka juga membakar taman yang megah tersebut. Setelah kejadian tersebut, Dinasti Qing terpaksa harus menandatangani perjanjian Tian Jing, Perjanjian Bei Jing dan Perjanjian Ai Hui yang menguntungkan pihak asing terutama Inggris dan Perancis. Perjanjian- perjanjian tersebut juga memaksa pemerintah Dinasti Qing untuk memberikan sebagian besar wilayah Cina kepada pihak asing.

39 Wikipedia. “Perang Candu”. Diakses melalui : https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Candu pada 5 Desember 2016

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan 2 di SMP N 30 Semarang, praktikan memperoleh banyak bekal berupa pengalaman dan pengetahuan mengajar yang diperoleh melalui

Minyak atsiri di Indonesia memiliki nilai putar optik positif, hal tersebut disebabkan minyak jahe yang dihasilkan dari proses distilasi memiliki kandungan zingiberene yang

Untuk menjawab hipotesis ketiga maka dilakukan uji secara simultan (uji F). Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Hasil persamaan yang dilakukan secara manual dan

Dalam mengurangi kemiskinan, pada hakekatnya pariwisata tidak berbeda dengan sektor produktif lain, namun ada empat keunggulan yang potensial pada sektor ini (WTO, 2003) yaitu (1)

Tesis dengan judul "strategi Madrasah Diniyah Dalam Pembinaan Akhlak Santri (Studi Multi Situs Di Madrasah Diniyah Mamba'ul Hikam Botoran Dan Madrasah Diniyah Mahir

Sesuai dengan pernyataan Slameto (2010:113) mengemukakan bahwa kesiapan adalah seseorang yang secara keseluruhan sudah siap sehingga dapat memberikan tanggapan

(12) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemilihan anggota MWA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e diatur dalam Peraturan MWA..

Pur avendo nomi differenti, i due hanno origine comune = "Non essere" è il nome che diamo all'origine del cielo e della terra, ma l'origine di cielo e terra è la stessa