• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAPAK TILAS BAGIAN HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TAPAK TILAS BAGIAN HUKUM"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TAPAK TILAS BAGIAN HUKUM

PADA PEMILIHAN TAHUN 2020

Penerbit :

Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

(3)

Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020, Cet. 1 Tanjungpinang: Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, April 2021

Hlm. 130 Uk. 15x20 cm

ISBN 978-623-94295-5-3

TIM PENYUSUN Pengarah :

Muhammad Sjahri Papene Pembina :

Indrawan Susilo Prabowoadi Penanggung Jawab :

Yessi Yunius Takwin Saleh

Editor : Muhammad Afandi

Tata Letak : Wahyu Nur Laili

Desain Cover Muhammad Iskandar

Disusun Oleh :

Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

Hak Penerbitan pada Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

Jl. WR. Supratman No. 4 – 7 Km. 8 Tanjungpinang Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau

Email : [email protected] Telp/Fax : 0771-4444-74 Laman : kepri.bawaslu.go.id

Dicetak di PT. Tambun Djaya Printama

Komp. Griya Permai Blok AA No. 02, Kel. Sungai Binti, Kec. Sagulung Batam, Indonesia

(4)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy, tanpa izin sah dari penerbit Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta

1. Hak Cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(5)

TAPAK TILAS BAGIAN HUKUM

PADA PEMILIHAN TAHUN 2020

(6)

PRAKATA

yukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Rahmat dan Hidayat-Nya buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020” bisa diselesaikan dengan baik tanpa ada kendala yang berarti yang dapat menghalangi penerbitan dan pencetakan buku ini.

Buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020” merupakan sebuah buku yang disadur dari hasil laporan akhir pelaksanaan tugas dan kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Pada Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020.

Buku ini sangat menarik dan berguna karena dapat dijadikan contoh atau rujukan dari pelaksanaan tugas dan kewenangan Bagian Hukum lembaga Bawaslu. Dalam buku ini merangkup segala hal yang dilakukan atau dikerjakan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Buku ini menjadi bagian dari sumbangsih pemikiran Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau untuk masyarakat pada umumnya dan untuk penyelenggara pemilu terkhususnya.

Akhir kata, penghargaan secara khusus dan apresiasi yang setinggi-tingginya kami ucapkan kepada Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau serta pihak lain yang mendukung terbitnya buku ini.

Tanjungpinang, April 2021

Muhammad Sjahri Papene, SH, MH Ketua Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

S

(7)

KATA PENGANTAR

awaslu Provinsi Kepulauan Riau merupakan lembaga yang bertugas untuk mengawasi proses pelaksanaan pemilihan didaerah Provinsi Kepulauan Riau. Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau tetap berkonsisten dan akan terus berkontribusi dalam menjalankan peran pengawasan pemilihan guna mewujudkan hakikat demokratisasi agar pemilihan di Provinsi Kepulauan Riau tidak kehilangan legitimasinya sebagai lembaga pengawas pemilihan.

Sebagai bagian dari konsistensi dan kontribusinya, Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau pada Bagian Hukum membuat sebuah laporan akhir penyelenggaraan pemilihan Tahun 2020. Laporan akhir ini merupakan bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas dari segala kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau yang disajikan dalam bentuk buku. Buku ini berjudul “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020” merupakan Buku Laporan Akhir Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Pada Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020.

Buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020” ini disajikan untuk masyarakat sebagai bentuk keterbukaan dan untuk penyelenggara pemilu sebagai bagian gambaran pelaksanaan tugas dan kewenangan Bagian Hukum dalam penyelenggaraan pemilihan.

Buku ini terdiri dari 8 (delapan) bab. Bab Pertama berisi tentang Pendahuluan. Bab Kedua berisi tentang Penguatan Kapasitas Hukum. Bab Ketiga mengulas Fasilitasi dan Konsultasi Kajian Hukum. Bab Keempat membahas

B

(8)

Sosialisasi Produk Hukum. Bab Kelima bercerita tentang Fasilitasi Advokasi dan Bantuan Hukum. Bab Keenam menguliti Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan. Bab Ketujuh membahas Pengawasan atas Tindak Lanjut Pelaksanaan Putusan. Bab Terakhir yaitu Bab Penutup. Bab Penutup terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu Kesimpulan dan Saran.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dan ikut membantu terbitnya buku ini.

Kepada para pembaca kami mengucapkan selamat membaca.

Tanjungpinang, April 2021

Indrawan Susilo Prabowoadi, SH, MH Koordiv Hukum, Humas, dan Datin

Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

(9)

DAFTAR ISI

PRAKATA

KETUA BAWASLU PROVINSI

KEPULAUAN RIAU i KATA PENGANTAR

KOORDIV HUKUM, HUMAS, DAN DATA INFORMASI BAWASLU

PROVINSI KEPULAUAN RIAU ii

DAFTAR ISI iv

BAB I

PENDAHULUAN 1

BAB II

PENGUATAN KAPASITAS HUKUM 8

BAB III

FASILITASI DAN KONSULTASI

KAJIAN HUKUM 39

BAB IV

SOSIALISASI PRODUK HUKUM 64

BAB V

FASILITASI ADVOKASI DAN

BANTUAN HUKUM 89

(10)

BAB VI

PEMBERIAN KETERANGAN

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

(PHP) 96

BAB VIII

PENGAWASAN ATAS TINDAK

LANJUT PELAKSANAAN PUTUSAN 110 BAB VIII

PENUTUP

120

(11)

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa

"Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Makna dari kedaulatan berada ditangan rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin baik dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup daerah yang akan membentuk pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Bentuk penegasan terhadap sistem demokrasi tersebut dimanifestasikan dengan diadakannya Pemilu dan Pemilihan.

Pemilu dan Pemilihan merupakan bagian dari pilar demokrasi yang berguna untuk menghasilkan pemerintahan yang mendapat legitimasi kuat dan amanah. Pemilu dan Pemilihan pun menjadi tonggak tegaknya demokrasi, dimana rakyat secara langsung terlibat aktif dalam menentukan arah dan kebijakan politik nasional dan daerah untuk satu periode ke depan.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (4) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Penyelenggaraan Pemilihan yang baik dan berkualitas akan meningkatkan derajat kompetisi

(12)

sehingga dapat melahirkan pemimpin daerah yang berintegritas.

Dalam penyelenggaraan Pemilihan, terdapat beberapa lembaga yang diberi amanah untuk menyelenggarakannya.

Adapun lembaga tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara teknis pemilihan, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai dewan etik dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai lembaga pengawas pemilu.

Lembaga pengawas pemilu merupakan elemen penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan Pemilihan. Dalam struktur kelembagaan Bawaslu, Bawaslu Provinsi merupakan lembaga Bawaslu yang tertinggi yang berada didaerah. Bawaslu Provinsi tersebar di masing-masing Provinsi di Republik Indonesia.

Bawaslu Provinsi dituntut untuk selalu berperan aktif dalam melakukan pencegahan, pengawasan serta penindakan terhadap segala bentuk pelanggaran Pemilihan diwilayah Provinsi. Hal ini wajib terus dilakukan, karena Bawaslu Provinsi diamanahkan tugas dan fungsi dalam pencegahan, pengawasan serta penindakan pelanggaran Pemilihan yang berguna untuk melahirkan atau mewujudkan Pemilihan yang demokratis dan bermartabat.

Untuk melahirkan dan mewujudkan pemilihan yang demokratis dan bermartabat sebagaimana penjelasan diatas, maka dibutuhkan transparansi bagi publik mengenai pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dilakukan oleh Bawaslu seperti adanya keterbukaan informasi ditubuh Bawaslu itu sendiri. Informasi tersebut dapat dilakukan dengan pembuatan laporan. Laporan yang dibuat haruslah memenuhi kaedah laporan yang terstruktur serta bersifat komunikatif dan informatif.

(13)

Pentingnya membuat laporan yang terstruktur, komunikatif dan informatif agar menjadi landasan bagi Bawaslu untuk mengambil keputusan, identifikasi masalah, memberikan rekomendasi dan juga sebagai alat untuk mengukur serta mengetahui kemajuan dan perkembangan kelembagaan Bawaslu. Oleh karena itu, Bawaslu beserta jajaran dapat membuat sebuah laporan yang merupakan laporan akhir dari penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020.

Laporan akhir ini dapat dihimpun dan disusun kemudian disajikan dalam buku yang dapat untuk diketahui dan dikonsumsi publik.

Sehubungan dengan hal diatas, Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu bagian yang terpanggil untuk membuat laporan akhir yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pertanggungjawaban Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau pada khususnya. Hal ini dilakukan guna memenuhi kaedah keterbukaan informasi dan esensi dari transparansi.

Strukturisasi bagian pada Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa bagian yang salah satunya adalah Bagian Hukum. Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau merupakan bagian yang terdapat dalam Divisi Hukum, Humas, dan Datin. Berkaitan dengan informasi dan strukturisasi tersebut, Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau telah membuat laporan akhir sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi yang dilakukan atau yang dikerjakan sesuai dengan fungsi, tugas dan kewenangannya dari awal tahapan penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020 hingga akhir tahapan penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020 yang tersaji ke dalam buku yang berjudul “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020”.

(14)

TUJUAN PENYUSUNAN

Tujuan dari penyusunan buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020 ini adalah sebagai berikut;

1. Pasal 28F Undang - Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”;

2. Untuk melaksanakan amanah Pasal 29 huruf d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang- Undang sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang;

3. Untuk melaksanakan amanah Pasal 14 ayat (2) huruf i Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu Luar Negeri, dan Pengawas TPS sebagaimana telah diubah dengan

(15)

Perbawaslu No. 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu Luar Negeri, dan Pengawas TPS;

4. Sebagai laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi, tugas, dan kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau kepada Bawaslu RI serta pertanggungjawaban Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau kepada masyarakat selama Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020 di Provinsi Kepulauan Riau;

5. Sebagai bahan evaluasi dari pelaksanaan fungsi, tugas, dan kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau terhadap pelaksanaan Pemilihan selanjutnya;

METODE PENYUSUNAN

Penyusunan buku ini menggunakan 2 (dua) metode pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah pendekatan historis. Pendekatan historis adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah latar belakang dari perkembangan isu dalam suatu pembahasan. Kajian-kajian dan bahan-bahan yang terdapat dalam buku ini berasal dari kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau selama penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan konseptual. Pendekatan konseptual adalah pendekatan yang diaplikasikan sebagai pandangan dan doktrin yang berkembang. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

(16)

yang ada, penyusun akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep hukum, dan asas- asas hukum yang relevan dengan pembahasan yang dibahas. Pemahaman akan pandangan-pandangan dalam ilmu hukum tersebut merupakan sandaran bagi penyusun dalam membangun suatu argumentasi pada buku ini.

SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020“ memiliki fungsi sebagai pertanggungjawaban atas hasil kerja yang telah dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, sehingga buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020 (Sebuah Laporan Akhir Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Pada Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020)” disusun secara jelas, lengkap dan dapat dipahami dengan baik. Sistematika penyusunan buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020” sesuai dengan kaidah yang berlaku dan substansi dari hasil pelaksanaan tugas dan tanggungjawab secara lengkap sehingga buku ini menjadi komprehensif.

Penyusunan buku “Tapak Tilas Bagian Hukum Pada Pemilihan Tahun 2020 yang merupakan buku Laporan Akhir Pelaksanaan Tugas dan Kewenangan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Pada Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020)” dibagi menjadi 8 (delapan) bab.

Bab Pertama berisi tentang Pendahuluan. Bab Kedua berisi tentang Penguatan Kapasitas Hukum. Bab Ketiga mengulas Fasilitasi dan Konsultasi Kajian Hukum. Bab Keempat membahas Sosialisasi Produk Hukum. Bab Kelima bercerita tentang Fasilitasi Advokasi dan Bantuan Hukum. Bab

(17)

Keenam menguliti Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan. Bab Ketujuh membahas Pengawasan atas Tindak Lanjut Pelaksanaan Putusan. Bab Terakhir yaitu Bab Penutup. Bab Penutup terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu Kesimpulan dan Saran.

(18)

BAB II

PENGUATAN KAPASITAS HUKUM

Salah satu cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan (Preambule) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan konstitusi Negara Indonesia adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal ini membuktikan bahwa negara meyakini dan mendorong setiap kegiatan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa demi pembangunan sumber daya manusia. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pelatihan atau penguatan kapasitas bagi masyarakatnya terhadap suatu ilmu.

Pelatihan atau penguatan kapasitas terhadap suatu ilmu merupakan komponen utama dalam pembangunan Negara kedepan salah satunya seperti pelatihan atau penguatan kapasitas hukum. Di era modern hukum menjadi sesuatu yang sangat penting, tak khayal Para Pendiri bangsa menjadikan Indonesia adalah Negara Hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh sebab itu, maka dibutuhkan berbagai kegiatan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penguatan kapasitas di bidang hukum.

Setiap pihak baik dalam arti individual maupun dalam arti institusi kelembagaan diamanahkan tanggungjawab untuk memberikan penguatan kapasitas hukum. Penguatan kapasitas hukum dapat dilakukan oleh siapapun untuk pihak manapun baik secara rutin maupun secara berkala. Salah

(19)

satu lembaga yang rutin memberikan penguatan kapasitas hukum adalah Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan tugas dan kewenangannya, Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau pada Bagian Hukum dapat melakukan penguatan kapasitas hukum berupa pelatihan atau bimbingan teknis kepada jajarannya baik dalam lingkup internal Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau maupun kepada jajaran dibawahnya. Tugas dan kewenangan ini merupakan amanah dari Pasal 14 ayat (2) huruf g Peraturan Bawaslu No. 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bawaslu No. 1 Tahun 2020 Tentang Tata Kerja dan Pola Hubungan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawasan Pemilihan Umum Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan/Desa, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri, dan Pengawas Tempat Pemungutan Suara.

Berdasarkan catatan selama penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020, Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau telah melakukan 14 (empat belas) kali kegiatan penguatan kapasitas hukum baik dalam bentuk literasi maupun kegiatan teknis. Adapun pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas hukum tersebut tergambar dalam grafik sebagai berikut;

(20)

Grafik 2.1

Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Kapasitas Hukum Penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020

Sumber Data : Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

Sebagaimana gambar grafik diatas, berikut akan disampaikan secara rinci masing-masing pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas hukum yang dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau selama penyelenggaraan Pemilihan Tahun 2020;

1. Pengajuan Judicial Review Undang-Undang Pemilihan Terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Judicial review dapat dipahami sebagai suatu pranata hukum yang memberikan kewenangan kepada badan pelaksana kekuasaan kehakiman yang ditunjuk

(21)

oleh konstitusi (dalam hal ini Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi) untuk dapat melakukan peninjauan dan atau pengujian kembali dengan cara melakukan interpretasi hukum dan atau interpretasi konstitusi untuk memberikan penyelesaian yuridis.1

Dalam hal ini, judicial review dilakukan untuk menguji Undang-Undang Pemilihan terhadap Undang- Undang Dasar Tahun 1945 maka kewenangan berada pada Mahkamah Konstitusi. Pemohon judicial review harus mempelajari dan memahami secara mendalam pokok permohonan yang diuji. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa judicial review dianggap sebagai salah satu bentuk dari penguatan kapasitas hukum karena secara tidak langsung dapat memberikan dampak positif bagi penguatan pengetahuan hukum bagi Pemohon.

Permohonan Judicial review diajukan pada tanggal 19 Februari 2020 dan diregister pada tanggal 26 Februari 2020 dengan Perkara No. 18/PUU-XVIII/2020.

Pemohon adalah Koordiv Hukum, Humas, dan Datin Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau serta Ketua dan Anggota Bawaslu Kabupaten Karimun.

Adapun pokok permohonan dalam judicial tersebut adalah 1) Bahwa menurut para Pemohon, waktu proses penanganan pelanggaran dalam UU Pilkada, dapat mengganggu performa Bawaslu, khususnya Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota dalam mewujudkan penegakan hukum pemilihan yang optimal. Keadaan inilah yang mendorong para Pemohon mengambil inisiatif untuk mengusulkan

1 Nurul Qamar, Kewenangan Judicial Review Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Vol. I, No. 1, November 2012, hal. 2

(22)

pengujian materiil terhadap ketentuan kata “hari” dalam Pasal 134 ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan Pasal 143 ayat (2) UU Pilkada. Berkenaan dengan ketentuan kata

“hari”, UU Pilkada masih mendefinisikannya sebagai

“hari kalender” sebagaimana tertulis dalam ketentuan Pasal 1 angka 28. Bagi para Pemohon, definisi kata

“hari” akan menimbulkan permasalahan terutama dalam upaya penanganan pelanggaraan dan/atau penyelesaian sengketa pemilihan yang menjadi tidak berkualitas karena tidak dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan lebih optimal. 2) Bahwa menurut para Pemohon, waktu “hari kalender” dihitung secara hari normal, yaitu termasuk hari Sabtu, hari Minggu dan hari libur nasional, di mana penanganan pelanggaran dan/atau penyelesaian sengketa tidak dapat dilakukan secara komprehensif dan lebih optimal karena institusi pihak terkait memiliki hari kerja sebagai patokan sehingga akan berakibat turunnya kualitas proses penanganan pelanggaran dan/atau penyelesaian sengketa tersebut. Oleh karena itu kata “hari” di dalam ketentuan Pasal 134 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) serta Pasal 143 ayat (2) UU Pilkada dinilai bertentangan dengan norma Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. 3) Bahwa para Pemohon juga mengajukan pengujian konstitusionalitas terhadap jangka waktu tindak lanjut laporan pelanggaran yang telah dikaji dan terbukti kebenarannya. Berdasarkan Pasal 134 ayat (5) UU Pilkada, tindak lanjut terhadap laporan ditentukan

“paling lama 3 (tiga) hari setelah laporan diterima”.

(23)

Sementara itu, Pasal 454 ayat (7) UU Pemilu menentukan “paling lama 7 (tujuh) hari setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi”. Ditambah lagi, jangka waktu bagi pengawas pemilu untuk meminta keterangan tambahan dari pelapor, Pasal 134 ayat (6) UU Pilkada menentukan “paling lama 2 (dua) hari”.

Sementara Pasal 454 ayat (8) UU Pemilu justru menentukan paling lama “14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi”.

4) Menurut para Pemohon, perbedaan limitatif waktu tindak lanjut penanganan pelanggaran tersebut akan menimbulkan permasalahan terutama dalam upaya penanganan pelanggaraan pemilihan. Oleh karena itu, frasa “paling lama 3 (tiga) hari” dalam ketentuan Pasal 134 ayat (5) UU Pilkada dan frasa “paling lama 2 (dua) hari” dalam ketentuan Pasal 134 ayat (6) UU Pilkada dinilai bertentangan dengan norma Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

Menimbang bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana diuraikan di atas, terhadap dalil-dalil yang dikemukakan para Pemohon, Mahkamah Konstitusi mempertimbangkan sebagai berikut:

Pertama, bahwa makna “hari” sebagaimana diatur dalam Pasal 134 ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan Pasal 143 ayat (2) UU Pilkada sebagai hari kalender merupakan makna yang sama bagi seluruh maksud kata “hari” dalam UU Pilkada. Semua tenggang waktu pelaksanaan tahapan-tahapan pilkada diukur menggunakan “hari” kalender, kecuali untuk beberapa

(24)

hal khusus yang secara tegas menggunakan kata “hari kerja”. Perihal kata “hari” dalam ketentuan norma a quo ditentukan sebagai hari kerja sebagaimana didalilkan para Pemohon, sementara norma lain terkait tenggang waktu pelaksanaan tahapan pemilihan kepala daerah tetap menggunakan ukuran “hari kalender” maka akan sangat mungkin terjadi kesenjangan dan ketidaksinkronan ukuran tenggang waktu pelaksanaan tahapan yang pada gilirannya potensial menimbulkan/berdampak pada ketidakpastian perihal penyelesaian tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Oleh karena hal tersebut potensial menimbulkan ketidakpastian hukum, maka dengan sendirinya memaknai kata “hari” dalam pasal-pasal a quo dapat merusak desain tahapan pemilihan kepala daerah yang secara ketat telah diperhitungkan dalam peraturan perundang-undangan, termasuk pasal-pasal yang dimohonkan para Pemohon.

Bahwa pengaturan mekanisme dan batas waktu penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa pemilihan kepala daerah sebagaimana diatur dalam norma-norma a quo sama sekali tidak dapat dikualifikasikan telah menyebabkan tidak adanya jaminan kepastian hukum. Sebab, dalam pasal-pasal dimaksud sama sekali tidak ditemukan adanya ketidakjelasan, ketidaklengkapan ataupun pengaturan yang multitafsir. Mekanisme penanganan laporan dan penyelesaian sengketa telah diatur secara jelas dengan batas waktu yang juga pasti, sehingga proses penanganan pelanggaran pun sesungguhnya sudah memenuhi standar kepastian hukum. Bahkan dengan ketentuan a quo, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu

(25)

Kabupaten/kota dapat dikatakan telah memiliki panduan hukum yang jelas dalam melakukan penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pilkada.

Bahwa hal ihwal optimal atau tidaknya pelaksanaan penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa pemilihan kepala daerah oleh Bawaslu sebagaimana yang juga didalilkan oleh para Pemohon, bukanlah masalah konstitusionalitas norma, melainkan masalah implementasi norma. Dalam arti, hal tersebut terkait bagaimana Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/kota mengatur atau membuat desain serta strategi pengawasan dan penegakan hukum pemilihan kepala daerah yang lebih efektif, sehingga tenggat waktu berdasarkan ukuran hari kalender yang disediakan undang-undang dapat dipenuhi secara baik dan optimal. Oleh karena norma-norma a quo tidak mengandung ketidakpastian hukum sebagaimana didalilkan para Pemohon, maka dalil para Pemohon sepanjang makna hari sebagai hari kalender telah menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum tidak beralasan menurut hukum.

Kedua, bahwa terkait lama waktu tindak lanjut terhadap laporan yang telah dikaji dan terbukti kebenaran sebagaimana diatur dalam Pasal 134 ayat (5) dan jangka waktu untuk meminta keterangan tambahan dari pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (6) UU Pilkada, hal ini juga berkaitan atau tidak dapat dipisahkan dengan beban kerja dan lingkup kerja penanganan pelanggaran dan sengketa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

(26)

Bahwa dengan membandingkan beban kerja penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dengan beban kerja penyelenggaraan pemilihan umum serentak yang dilaksanakan tahun 2019, beban kerja pemilihan umum jauh lebih berat dalam berbagai aspek dibandingkan beban penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Beban tersebut termasuk beban kerja penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa pemilihan kepala daerah yang tentunya tidaklah seberat penanganan pelanggaran dan sengketa pemilihan umum terutama pemilihan anggota DPR, DPD, dan DPRD. Berdasarkan aspek beban kerja dimaksud, membandingkan batas waktu yang disediakan dalam penyelesaian pelanggaran Pilkada dengan tenggang waktu penyelesaian pelanggaran pemilu merupakan sesuatu yang tidak tepat.

Bahwa dari aspek kepesertaan, misalnya, pemilihan kepala daerah hanya diikuti oleh satu jenis peserta pemilihan, yaitu pasangan calon. Jumlah pasangan calon peserta pemilihan kepala daerah juga terbatas. Terbatasnya jumlah peserta berdampak terhadap fokusnya proses pengawasan pemilihan dan berpotensi untuk lebih kecilnya jumlah pelanggaran dibandingkan yang terjadi dalam pemilu. Lebih jauh, hal demikian juga linear dengan kasus pelanggaran yang akan ditangani. Dengan beban kerja yang tidak seberat pemilihan umum anggota legislatif, jumlah peserta yang lebih sederhana serta potensi jumlah kasus yang tidak akan sebanyak kasus pemilu, maka lebih pendeknya waktu penanganan pelanggaran Pilkada dibandingkan Pemilu merupakan kebijakan hukum yang dapat diterima. Justru, menyamakan standar waktu

(27)

penanganan antara penyelenggaraan pemilihan umum dengan beban kerja yang jauh lebih tinggi dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang lebih rendah dapat dinilai sebagai kebijakan yang kurang proporsional. Oleh karena itu, dalil para Pemohon perihal telah terjadi ketidakpastian akibat berbedanya pengaturan tenggang waktu dalam UU Pilkada dengan UU Pemilu tidak beralasan menurut hukum.

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan a quo, kebijakan hukum pembentuk undang-undang dalam menentukan tenggang waktu penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa pilkada sebagaimana dituangkan dalam norma-norma a quo masih dalam kerangka prinsip proporsionalitas dan kejelasan pengaturan terkait mekanisme dan tenggang waktu penanganan pelanggaran Pilkada. Sekalipun tenggang waktu penanganan pelanggaran Pilkada berbeda dengan tenggang waktu penanganan pelanggaran Pemilu, namun kebijakan hukum dimaksud masih proporsional ditinjau dari aspek perbedaan beban kerja penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada.

Bahwa selanjutnya, pengaturan mekanisme dan tenggang waktu penanganan pelanggaran dan penyelesaian sengketa Pilkada dapat saja berubah sesuai kebutuhan hukum. Apakah mekanisme dan tenggang waktu dimaksud akan disamakan atau tetap dibedakan, hal tersebut sepenuhnya tergantung pada pertimbangan pembentuk undang-undang. Hanya saja, pilihan kebijakan pengaturan mekanisme dan tenggang waktu dimaksud harus tetap memerhatikan aspek kepastian hukum penanganan pelanggaran dan kesesuaian waktu penanganan dengan waktu

(28)

pelaksanaan tahapan Pilkada. Proses penanganan pelanggaran maupun tindak pidana dalam perselisihan hasil pemilihan harus ditangani secara terintegrasi dan cepat, oleh lembaga yang diberikan kewenangan masing-masing, bahkan hal-hal yang berkaitan dengan badan peradilan diperlukan proses yang bersifat

“speedy trial”.

Menimbang bahwa berdasarkan seluruh uraian pertimbangan di atas, menurut Mahkamah, dalil permohonan para Pemohon tidak beralasan menurut hukum untuk seluruhnya. Oleh karena hal ini, Mahkamah Konstitusi menyatakan dalam putusannya bahwa permohonan Pemohon ditolak untuk seluruhnya.

2. Penerbitan Jurnal Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Edisi II Juli Tahun 2020

Penerbitan jurnal Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Edisi II Juli Tahun 2020 dengan Tema Menakar Problematika Pilkada 2020 yang dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan menjadi bagian dari penguatan kapasitas hukum melalui literasi.

Penerbitan jurnal ini bertujuan untuk menambah bahan bacaan bagi masyarakat pada umumnya dan pengawas Pemilu pada khususnya terkait dengan problematika Pilkada Tahun 2020. Jurnal ini terdiri dari 9 (sembilan) tulisan dan Penulis pada jurnal ini terdiri dari berbagai unsur seperti Akademisi, Panitera Mahkamah Konstitusi, Pengawas Pemilu, serta Mahasiswa.

Adapun tulisan yang dipilih untuk mengisi jurnal ini dengan judul : 1) Ius Constituendum Penegakan Hukum Politik Uang Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia oleh Emy Hajar Abra. 2) Peran Pengawasan Masyarakat

(29)

Dalam Mewujudkan Pemilu Berintegritas oleh Wilma Silalahi. 3) Problematika Penyelesaian Sengketa Pemilihan di Masa Pandemi Covid-19 oleh Rosnawati.

4) Desain Ulang Pengaturan Pencegahan Praktik Korupsi Kampanye Dalam Pemilihan Kepala Daerah Oleh Aparatur Sipil Negara oleh Beni Kurnia Illahi. 5) Kebijakan Kriminal Dalam Mengatasi Kampanye Hitam (Black Campaign) di Media Sosial oleh Irwan Hafid. 6) Urgensi Implementasi Kebijakan Affirmative Action Terhadap Pemenuhan Hak Berpolitik Masyarakat Adat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum di Indonesia oleh Fira Saputri Yanuari. 7) Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan di Lihat dari Keterwakilan Perempuan Pada Pembangunan Politik di Provinsi Kepulauan Riau oleh Maryanti, 8) Partisipasi Politik Masyarakat Terhadap Pemilihan Umum Perspektif Good Governance oleh Asrizal Saiin, dan 9) Populisme dan Pemilihan Presiden Indonesia: Sebuah Refleksi Tingkat Persepsi Masyarakat dan Partisipasi Pemilu 2019 di Kota Batam oleh Dhani Akbar dan Yudithia.

3. Pembuatan Buku Kajian Rancangan Undang- Undang Tentang Pemilihan Umum (Sebuah Kajian Hukum Tugas dan Kewenangan Bawaslu)

Pembuatan Buku dengan judul Kajian Rancangan Undang-Undang Tentang Pemilihan Umum (Sebuah Kajian Hukum Tugas dan Kewenangan Bawaslu) ini diinisiasi oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau. Buku ini menjadi bagian penguatan kapasitas hukum dalam bentuk literasi baik kepada Penulis maupun kepada Pengawas Pemilu. Buku ini telah memperoleh ISBN dengan No. ISBN 978-623-

(30)

94295-2-2. Tujuan dari pembuatan buku ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum hal-hal yang menjadi tugas dan kewenangan Bawaslu dalam Rancangan Undang-Undang Pemilu sekaligus sebagai bahan masukan untuk penguatan tugas dan kewenangan Bawaslu kedepan.

4. Buku Saku Pidana Pemilihan Tahun 2020

Penyusunan Buku Saku Pidana Pemilihan Tahun 2020 ini disusun oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau. Buku saku ini menjadi bagian dari penguatan kapasitas hukum melalui literasi. Buku saku ini telah memperoleh ISBN dengan No. ISBN 978-623- 94295-1-5. Penyusunan buku saku ini bertujuan untuk mempermudah pemahaman terkait dengan pidana pemilihan. Buku ini mengupas pelanggaran pidana pemilihan yang disertai dengan sanksi yang dapat dijatuhkan bagi pelanggar pidana pemilihan.

5. Penerbitan Jurnal Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Edisi III November Tahun 2020

Penerbitan jurnal Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau Edisi III November Tahun 2020 dengan Tema Ius Constituendum Sistem Pemilu Tahun 2024 yang dilakukan oleh Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan menjadi bagian dari penguatan kapasitas hukum melalui literasi. Penerbitan jurnal ini bertujuan untuk menambah bahan bacaan bagi masyarakat pada umumnya dan pengawas Pemilu pada khususnya terkait dengan harapan atau proyeksi sistem kepemiluan yang ideal untuk Tahun 2024. Jurnal ini terdiri dari 8 (delapan) tulisan dan Penulis pada jurnal

(31)

ini terdiri dari berbagai unsur seperti Akademisi, Penggiat Pemilu, dan Pengawas Pemilu.

Adapun tulisan yang dipilih untuk mengisi jurnal ini dengan judul : 1) Model Pemilihan Umum Serentak 2020 Dalam Pemaknaan Konstitusi Berdasar Original Intens UUD 1945 (Analisis Terhadap Kontruksi Penggabungan Pemilu Nasional dan Pemilu Lokal oleh Sunny Ummul Firdaus dan Kaharudin Aldian Saputra..

2) Peran Kelembagaan Etik DKPP dalam mewujudkan Pemilu Demokratis oleh Prof. Muhammad. 3) Menata Kelembagaan Penegakan Hukum Pemilu Serentak Tahun 2024 oleh Veri Junaidi dan Muhammad Ihsan Maulana. 4) Penataan Jadwal Keserentakan Pemilu dan Implikasinya Terhadap Manajemen Pemilu oleh Khoirunnisa Nur Agustyati. 5) Mewujudkan Kampanye Deliberatif Dalam Sistem Pilkada Serentak 2024 di Indonesia oleh Nurlia Dian Paramita. 6) Strategis Pengawasan Konten Negatif Media Sosial Dalam Penyelenggaraan Pemilu Melalui Pendekatan Hukum dan Agama oleh Adji Suradji Muhammad, Tekad Matulatan, dan Ramanda Rudwi Hantoro. 7) Pembatasan Penggunaan Media Sosial Dalam Penyeleggaraan Pemilu, dan 8) Netralitas Aparatur Sipil Negara Dalam Perspektif Pemilu dan Pilkada oleh Indrawan Susilo Prabowoadi dan Muhammad Afandi.

(32)

6. Penguatan Program Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH)2

Kegiatan Penguatan Program Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR. Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 5 Mei 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kualitas pembangunan hukum nasional dan pelayanan kepada publik sebagai salah satu wujud ketatapemerintahan yang baik, transparan, efektif, efisien, dan bertanggung jawab, menjamin terciptanya pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum yang terpadu dan terintegrasi, menjamin ketersediaan dokumentasi dan informasi hukum yang lengkap dan akurat, serta dapat diakses secara cepat dan mudah, mengembangkan kerja sama yang efektif antar pusat jaringan dan anggota jaringan serta antar sesama anggota jaringan dalam rangka penyediaan dokumentasi dan informasi hukum yang terpadu dalam JDIH Bawaslu, memberikan pengetahuan dan memberikan pengenalan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota terkait dengan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) yang ada di lingkungan Bawaslu, memberikan pengetahuan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota terkait dengan produk hukum apa saja yang bisa diupload di Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu dan memberikan

2 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Penguatan Program Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH)

(33)

pengetahuan kepada Bawaslu Kabupaten/Kota terkait dengan tata cara melakukan upload untuk produk hukum di Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu. Peserta dari kegiatan ini adalah Koordinator Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau, Staf Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau dan Staf Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output pada kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan peserta berkaitan dengan maksud, tujuan dan manfaat dari adanya Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu, meningkatnya pengetahuan peserta berkaitan dengan produk hukum apa saja yang dapat diunggah dan produk hukum apa saja yang bisa diakses pada Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu, Peserta kegiatan mengetahui tata cara melakukan pengunggahan dan pengunduhan produk hukum pada Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu, adanya produk hukum yang lengkap dan akurat, serta dapat diakses secara cepat dan mudah oleh publik dan terciptanya pengelolaan produk hukum yang terpadu dan terintegrasi dalam satu sistem yaitu Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu.

Sementara, outcome pada kegiatan ini adalah terdapatnya dokumentasi dan informasi hukum yang kapan saja dan dimana saja dapat diakses secara cepat dan mudah oleh publik, meningkatnya kualitas pembangunan hukum nasional dan pelayanan kepada publik sebagai salah satu wujud ketatapemerintahan yang baik, transparan, efektif, efisien, dan bertanggung

(34)

jawab dalam jangka waktu yang panjang dan adanya perkembangan kerja sama yang efektif antar pusat jaringan dan anggota jaringan serta antar sesama anggota jaringan dalam rangka penyediaan dokumentasi dan informasi hukum yang terpadu dalam JDIHN.

7. Pelatihan Advokasi Hukum3

Kegiatan Pelatihan Advokasi Hukum dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR. Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 6 Mei 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah agar para Peserta mengetahui pengertian, dasar dan ruang lingkup bantuan hukum dilingkungan Bawaslu, agar para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan tata cara pengajuan dan pemberian bantuan hukum dan agar para Peserta dapat mempraktekan secara langsung bagaimana cara bedah perkara, melakukan pendampingan dan mengidentifikasi perkara untuk diberi layanan bantuan hukum. Peserta dari kegiatan ini adalah Koordinator Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau, Staf Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau dan Staf Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output kegiatan ini adalah bahwa Para Peserta mengetahui pengertian, dasar dan ruang lingkup bantuan hukum dilingkungan Bawaslu, Para Peserta

3 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Pelatihan Advokasi Hukum

(35)

mendapatkan pengetahuan terkait dengan tata cara pengajuan permohonan dan pemberian bantuan hukum untuk Pilkada Tahun 2020, Para Peserta dapat mempraktekan secara langsung bagaimana cara bedah perkara, melakukan pendampingan dan mengidentifikasi perkara untuk diberi layanan bantuan hukum, meringankan kerja Bawaslu Provinsi ketika ada jajaran adhoc yang ingin berkonsultasi seputar permasalahan hukum yang dialami karena akan dilayani secara langsung dan cepat oleh Bawaslu Kabupaten/Kota yang bersangkutan tanpa ada kendala transportasi dan mempersingkat waktu bantuan hukum, dan memudahkan hubungan komunikasi antar pemohon bantuan hukum dari jajaran adhoc dan pemberi bantuan hukum jika dilakukan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota tetapi tetap mengikuti prosedur yang ada bahwa Bawaslu Kabupaten/Kota juga diwajibkan berkoordinasi dengan Bawaslu Provinsi seputar bantuan hukum tersebut sebelum Bawaslu Provinsi turun secara langsung. Outcome pada kegiatan ini adalah dapat meringankan serta memudahkan kerja Bawaslu Provinsi bagi jajaran adhoc yang ingin berkonsultasi seputar permasalahan hukum yang dialami karena akan dilayani secara langsung oleh Bawaslu Kabupaten/Kota, adanya peningkatan kerjasama antardivisi atau satuan kerja dalam penanganan perkara hukum, adanya Peningkatan Kerjasama dengan lembaga peradilan terkait pemanfaatan teknologi informasi dalam pemberian layanan bantuan hukum (misalnya e-court, penyampaian panggilan sidang/dokumen persidangan melalui media elektronik, persidangan jarak jauh, dll),

(36)

dan Pengetahuan berkaitan dengan pelatihan advokasi hukum akan berguna untuk para peserta dikemudian hari ketika ada hal serupa.

8. Strategi dan Kiat Menulis Karya Tulis Hukum4

Kegiatan Strategi dan Kiat Menulis Karya Tulis Hukum dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR.

Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 11 Mei 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui strategi dan kiat dalam membuat karya tulis hukum yang berhubungan dengan kepemiluan, untuk mengetahui tata cara dan sistematika pembuatan karya tulis hukum dan sebagai langkah awal dari pembuatan karya tulis hukum yang akan dikompilasi dan diterbitkan oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau. Peserta dari kegiatan ini adalah Koordinator Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau, Staf Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se- Provinsi Kepulauan Riau dan Staf Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output pada kegiatan ini adalah Para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan strategi dan kiat dalam membuat karya tulis hukum yang berhubungan dengan kepemiluan, Para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan tata cara dan sistematika pembuatan karya tulis hukum, Para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan cara membuat sebuah karya tulis hukum yang menarik untuk

4 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Strategi dan Kiat Menulis Karya Tulis Hukum

(37)

dibaca dan ditelaah yang telah sesuai dengan aturan yang berlaku dan buku karya tulis hukum yang dibuat oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau sebagai sumbangsih pemikiran mengenai kepemiluan.

Sementara, outcome kegiatan ini adalah Para peserta dapat menguasai permasalahan hukum yang dituangkan dalam bentuk karya tulis hukum yang dibuat oleh masing-masing Peserta, adanya apresiasi dari pihak eksternal terkait dengan tulisan hukum yang dibuat oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dan menambah literasi pustaka dalam bentuk buku bagi Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

9. Pelatihan Legal Opinion5

Kegiatan Pelatihan Legal Opinion dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR. Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 12 Mei 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah bahwa Peserta diharapkan dapat mengetahui tata cara, kaidah, prosedural dan sistematika membuat legal opinion dengan baik dan benar, Peserta diharapkan dapat mengetahui metode penafsiran dalam pembuatan legal opinion dan Peserta diharapkan dapat mempraktekan secara langsung penyampaian dan pembuatan legal opinion. Peserta dari kegiatan ini

5 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Pelatihan Legal Opinion

(38)

adalah Koordinator Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota, Staf Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota dan Staf Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output kegiatan ini adalah bahwa Para Peserta mengetahui tata cara, kaidah, prosedural dan sistematika membuat legal opinion dengan baik dan benar, Para Peserta mengetahui metode penafsiran dalam pembuatan legal opinion, Para Peserta telah mempraktekan secara langsung penyampaian dan pembuatan legal opinion dan Adanya hasil legal opinion dari Para Peserta mengenai pandangan Para Peserta terhadap isu hukum yang berkembang seperti ; 1) LO Pasal 71 UU Pilkada, 2) LO Pasal 73 UU Pilkada, dan 3) LO Perppu No. 2 Tahun 2020. Sementara, Outcome pada kegiatan ini adalah bahwa Para peserta dapat menyampaikan dan membuat legal opinion dikemudian hari pada suatu permasalahan hukum yang sedang terjadi dan Legal opinion yang dibuat oleh Para Peserta dengan baik dan benar menjadi tolak ukur adanya peningkatan kemampuan Para Peserta dalam menyampaikan pendapat hukumnya dikemudian hari.

(39)

10. Rapat Dalam Kantor Tentang “Persiapan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Tahun 2020 dan Tindak Lanjut Putusan Hukum Oleh Bawaslu Provinsi”6

Kegiatan Rapat Dalam Kantor Tentang “Persiapan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Tahun 2020 dan Tindak Lanjut Putusan Hukum Oleh Bawaslu Provinsi”

dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR.

Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 11 September 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai upaya persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi Perselisihan Hasil Pemilihan di Mahkamah Konstitusi, sebagai bentuk edukasi atau informasi yang harus dilakukan dan dilaksanakan oleh jajaran Bawaslu Provinsi dalam memberikan keterangan hasil pemilihan tahun 2020 di Mahkamah Konstitusi, untuk memberikan pemahaman kepada jajaran Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau berkaitan dengan tindaklanjut putusan pemilihan di Provinsi Kepulauan Riau, sebagai penguat hubungan antar divisi dalam melaksanakan tugas, kewenangan dan kewajiban dalam memberikan keterangan perselisihan hasil dan tindaklanjut putusan dan sebagai wadah pembahasan dan diskusi terkait dengan pelaksanaan Perselisihan Hasil Pemilihan dan Tindak Lanjut Putusan. Peserta kegiatan ini adalah Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Kepala

6 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Rapat Dalam Kantor Tentang “Persiapan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Tahun 2020 dan Tindak Lanjut Putusan Hukum Oleh Bawaslu Provinsi”

(40)

Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Pejabat Struktural dan Staf Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output kegiatan ini adalah bahwa Para Peserta mengetahui dokumen yang harus dipersiapkan untuk persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Tahun 2020, Para Peserta telah memahami hal apa yang harus dijelaskan dalam memberikan keterangan tertulis dalam persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP), Para Peserta mengetahui jadwal dan tahapan persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Tahun 2020, Para peserta mengetahui Metode, tatacara, dan prosedur tindak lanjut Putusan, Para peserta telah memahami tugas, kewenangan, dan kewajiban dalam melakukan tindak lanjut Putusan. Sementara, Outcome kegiatan ini adalah bahwa Para peserta dapat mempersiapkan sejak dini atau lebih awal terkait dengan data yang dibutuhkan untuk persiapan PHP seperti data Laporan Hasil Pengawasan (LHP), data Penanganan Pelanggaran, data Penyelesaian Sengketa serta data Pencegahan dan Para peserta dapat melakukan tindak lanjut putusan terkait dengan penyelenggaraan Pilkada tahun 2020 di Provinsi Kepulauan Riau seperti putusan Pengadilan, putusan Mahkamah Konstitusi, putusan DKPP, maupun putusan Bawaslu.

11. Tindak Lanjut Pembuatan Karya Tulis Hukum7

Kegiatan Tindak Lanjut Pembuatan Karya Tulis Hukum dilakukan secara daring di Ruang Rapat Kantor

7 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Tindak Lanjut Pembuatan Karya Tulis Hukum

(41)

Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR.

Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 2 Oktober 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah melaksanakan kegiatan Tindak Lanjut Pembuatan Karya Tulis Hukum pada Pemilihan 2020, sebagai bentuk tindak lanjut dari pembuatan Karya Tulis Hukum yang diinisiasi oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, untuk memberikan pemahaman kepada para Penulis hal-hal yang menjadi perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Hukum, sebagai bentuk koreksi guna meningkatkan kualitas tulisan Hukum, dan sebagai wadah pertemuan akademisi yang terampil dalam penulisan Karya Tulis dengan Para Penulis. Peserta kegiatan ini adalah Ketua dan Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau, Staf Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau, dan Pejabat Struktural dan Staf Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau

Output kegiatan ini adalah bahwa Para peserta mengetahui hal yang menjadi perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Hukum, Para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan tatacara dan sistematika dalam membuat karya tulis hukum yang berhubungan dengan kepemiluan, Para Peserta mendapatkan pengetahuan terkait dengan cara membuat sebuah karya tulis hukum yang menarik untuk dibaca dan ditelaah yang sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan, Para Peserta memahami kesalahan- kesalahan dari Karya Tulis Hukum yang dibuat oleh Para Peserta karena karya Karya Para Peserta langsung dikoreksi oleh Para Narasumber dan Karya

(42)

tulis hukum yang dibuat oleh Para Peserta yang terdiri dari Bagian yang membidangi Hukum di Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau sebagai sumbangsih pemikiran mengenai kepemiluan yang akan dibukukan.

Sementara, Outcome kegiatan ini adalah bahwa Para peserta dapat menguasai permasalahan hukum yang dituangkan dalam bentuk karya tulis hukum yang dibuat oleh masing-masing Peserta, mendapatkan apresiasi dari pihak eksternal terkait dengan tulisan hukum yang dibuat oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dan menambah literasi pustaka dalam bentuk buku bagi Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Bawaslu Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau.

12. Bimbingan Teknis Penyusunan Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 20208

Kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020 dilakukan secara Luring di hotel Asialink Hotel Lubuk Baja, Kota Batam pada tanggal 15-17 November 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai upaya persiapan dalam rangka menghadapi Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020 di Mahkamah Konstitusi, untuk mendorong Bawaslu Kabupaten/Kota untuk lebih memahami tata

8 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Bimbingan Teknis Penyusunan Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020

(43)

cara dan juga alur didalam pembuatan keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah dengan benar sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada Bawaslu Kabupaten/Kota berkaitan dengan tata beracara dalam sidang perselisihan hasil pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi dan memberikan pengetahuan dan memberikan pengalaman kepada Bawaslu Kabupaten/Kota dalam penyusunan alat bukti dan koding alat bukti dalam menyusun keterangan perselisihan hasil pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi. Peserta kegiatan ini adalah Koordinator Divisi Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau (berjumlah 7 orang) dan Staf Sekretariat Bagian Hukum/HPP Bawaslu Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Riau (berjumlah 14 orang).

Output kegiatan ini adalah bahwa Bawaslu Kabupaten/Kota telah memahami hal yang harus dipersiapkan dalam menghadapi Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020 di Mahkamah Konstitusi, Bawaslu Kabupaten/Kota telah mengetahui tahapan dan jadwal Perselisihan Hasil Pemilihan di Mahkamah Konstitusi serta mengetahui tanggal-tanggal penting dalam PHP, Bawaslu Kabupaten/Kota telah memahami tata cara dan alur dalam pembuatan keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah dengan benar sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku yaitu Perbawaslu 22 Tahun 2018 dan Bawaslu Kabupaten/Kota mengetahui tata beracara dalam sidang perselisihan hasil pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi. Sementara,

(44)

Outcome kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada Bawaslu Kabupaten/Kota tentang tata cara dan prosedur menyampaikan hasil pengawasan dimuka persidangan, mengetahui mekanisme penyusunan alat bukti dan koding alat bukti dalam sebuah persidangan dan memberikan pengalaman kepada Bawaslu Kabupaten/Kota dalam memberikan keterangan tertulis perselisihan hasil pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi.

13. Rapat Dalam Kantor Tentang “Penguatan Pengawasan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan”9

Kegiatan Rapat Dalam Kantor Tentang “Penguatan Pengawasan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan” dilakukan secara luring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR. Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 4 Desember 2020.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai upaya persiapan bagi jajaran Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dalam pengawasan tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil

9 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Rapat Dalam Kantor Tentang “Penguatan Pengawasan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan

(45)

pemilihan, sebagai bentuk koordinasi dan konsolidasi terkait pengawasan tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, untuk memberikan penjelasan kepada jajaran Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau berkaitan dengan regulasi yang dapat menjadi potensi permasalahan dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada jajaran Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau berkaitan dengan fokus pengawasan pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan. Peserta kegiatan ini adalah Anggota Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Kepala Bagian Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau dan Staff Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

Output kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan peserta berkaitan dengan regulasi pengawasan pemungutan dan penghitungan suara pemilihan serta regulasi rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, bertambahnya pengetahuan peserta berkaitan dengan tata cara, mekanisme dan prosedur pengawasan pemungutan dan penghitungan suara pemilihan serta regulasi rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, Para peserta telah memahami potensi- potensi permasalahan yang dapat muncul pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara pemilihan serta regulasi rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, Para peserta telah memahami upaya persiapan pengawasan tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta

(46)

rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan, Para peserta telah mengetahui fokus pengawasan pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi hasil penghitungan suara dan penetapan hasil pemilihan dan Para peserta telah memahami tata cara pengisian Form A dan Aplikasi Siwaslu yang merupakan produk atau alat kerja pengawasan. Sementara, Outcome kegiatan ini adalah terselenggaranya Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan yang berkualitas dengan meminimalisir bentuk-bentuk kecurangan yang terjadi secara masif karena jajaran Pengawas pada tingkatan Provinsi telah memahami hal-hal yang berkaitan dengan tahapan yang diawasi, Para peserta dapat memetakan potensi permasalahan yang timbul sebagai upaya pencegahan pelanggaran pada tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan, Para peserta dapat fokus pada regulasi yang dapat menimbulkan permasalahan pada tahapan Pemungutan dan Penghitungan Suara Serta Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan Penetapan Hasil Pemilihan dan Para peserta telah memahami tata cara, mekanisme, dan prosedur pengisian Form A dan Siwaslu yang berguna untuk pengawasan pada tahapan lainnya dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan.

(47)

14. Rakornis Pemetaan Isu Krusial Dalam Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan10

Kegiatan Rakornis Pemetaan Isu Krusial Dalam Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan dilaksanakan secara daring di Ruang Rapat Kantor Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Jl. WR.

Supratman No. 4-7 KM. 8, Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 4 Januari 2021.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempermudah koordinasi terkait dengan upaya persiapan penyusunan keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2020, mendapatkan isu krusial yang menjadi pokok Permohonan perselisihan hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun serta Walikota dan Wakil Walikota Batam, dan mempermudah persiapan bukti pendukung penyusunan keterangan perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2020.

Peserta kegiatan ini adalah Anggota dan staff sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau, Ketua, Anggota dan staf sekretariat Bawaslu Kota Batam, Ketua, Anggota dan staf sekretariat Bawaslu Kabupaten Karimun, Ketua, Anggota dan staf sekretariat Bawaslu Kabupaten Lingga.

Output kegiatan ini adalah bahwa Para peserta memahami proses penyusunan dan pemetaan isu krusial dalam Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2020, mempermudah koordinasi antar

10 Laporan Kegiatan Bagian Hukum Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau : Rakornis Pemetaan Isu Krusial Dalam Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan

(48)

Divisi dalam menyusun keterangan tertulis Perselisihan Hasil Pemilihan, adanya format yang disepakati untuk memetakan isu krusial Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2020, diketahuinya gambaran isu krusial dalam Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Tahun 2020, dan mempermudah Peserta menyusun alat bukti untuk dijadikan pendukung keterangan tertulis. Sementara, outcome pada kegiatan ini adalah bahwa Para Peserta mengetahui proses penyusunan dan pemetaan isu krusial setiap Permohonan maupun gugatan yang ditujukan untuk Bawaslu Kabupaten/Kota masing- masing serta mempermudah kerja Bawaslu Provinsi Kepulauan dalam melakukan pendampingan terhadap Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan karena hasil pemetaan yang disusun juga diketahui oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Riau.

(49)

BAB III

FASILITASI DAN KONSULTASI KAJIAN HUKUM

Indonesia adalah Negara hukum yang menempatkan hukum sebagai sarana menciptakan keteraturan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara.

Disebutkan bahwa, Indonesia negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) bukan pada kekuasaan semata- mata (machtsstaat). Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 1 ayat (3) menyatakan; Negara Indonesia adalah negara hukum di mana diperintah berdasarkan hukum yang berlaku termasuk Penguasanya, karena hukum sering kali digunakan sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan penguasa yang sulit dipertanggungjawabkan secara konstitusional.

Menurut Achmad Ali, hukum merupakan seperangkat norma mengenai apa yang benar dan salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah, baik yang tertuang dalam aturan tertulis maupun yang tidak, terikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan norma itu. Jika hukum tidak efektif maka dapat dikatakan sebagai penyakit hukum. Apa yang dimaksud dengan penyakit hukum adalah, penyakit yang diderita oleh hukum sehingga hukum tidak dapat melaksanakan fungsinya. Penyakit hukum dapat menyerang struktur yang terkait dengan kualitas SDM aparatur penegak hukum, substansi yang terkait dengan nilai-nilai yang diatur serta dapat diterjemahkan dalam berbagai aktifitas masyarakat atau kultur hukumnya yang terkait dengan budaya masyarakat, yang merupakan suatu kesatuan sistem

(50)

hukum. Agar hukum dapat efektif sebagai sarana kontrol terhadap masyarakat, maka sistem hukum perlu diperbaiki.

Ilmu Hukum sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan terikat pada paradigma yang terjadi di dalam ilmu pengetahuan pada umumnya. Paradigma ilmu hukum menunjukkan kekhususannya sendiri, dalam perkembangannya menunjukkan suatu perkembangan paradigma yang tidak terputus-putus melainkan bersifat berkelanjutan. Paradigma ilmu hukum adalah, hasil konstelasi kerangka keyakinan dan komitmen para ahli hukum terhadap ilmu hukum, diantaranya berisi kajian- kajian rasional. Kajian pendekatan dalam penelitian hukum sepenuhnya tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian hukum yang bersangkutan, bila permasalahan dan tujuan penelitian masuk unsur hukum idial atau konsep hukum ius constituendum dan ius constitutum, maka kajian pendekatannya bersifat yuridis normatif logika deduktif, bila masuk unsur atau konsep hukum pola perilaku dan pemaknaan sosial, maka kajian pendekatannya bersifat empiris/sosiologis-logika induktif. Secara singkat dapat dinyatakan satu rumus atau formula yang diartikan sebagai fungsi dari permasalahan dan Unsur Hukum.

Hukum tercipta dan diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan pedoman bertingkah laku anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesama, serta untuk menjaga keutuhan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, aturan atau hukum yang ada perlu dikaji atau ditelaah kembali, karena sering terjadi penyimpangan hukum di mana terjadi ketidaksesuaian antara Das Sollen dan Das Sein, termasuk di dalamnya aturan-aturan dalam proses penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota.

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari orang yang membuat keputusan,euthanasia dibagi menjadi: 1 Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang sakit dan Involuntary

Untuk mencapai Visi, Misi dan Tujuan Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia Propinsi Jawa Barat, maka telah ditetapkan Prioritas Strategi Pengurus Daerah IBI Propinsi Jawa

Temuan penelitian ini adalah (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor adalah meningkatkan keberhasilan keseluruhan program pembelajaran sekolah dengan membantu guru memecahkan

1) Pengetahuan, yang merupakan tipe hasil belajar yang paling rendah. Yang termasuk dalam aspek pengetahuan adalah pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan

Triolit Z, 2004, ‘Hubungan Kelainan anatomi Hidung dan Sinus Paranasal Dengan Gejala Klinis Rinosinusitis Kronis Berdasarkan Gambaran CT-Scan Sinus Paranasal dan Temuan

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu : (1) Sistem syaraf sangat

“Memang sebagian langkah Kartini sudah terlihat nyata, terutama dalam pendidikan, hari ini sudah banyak perempuan- perempuan yang menempuh pendidikan tinggi dan