• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Teknik pengambilan sampel buah jambu kristal (Psidium guajava (L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Teknik pengambilan sampel buah jambu kristal (Psidium guajava (L)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Hasil Penelitian 1. Hasil sampling.

Teknik pengambilan sampel buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di wilayah Karanganyar menggunakan simple random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 1 buah jambu kristal (Psidium guajava (L.) Merr) dari masing-masing ketinggian.

2. Hasil analisis kualitatif vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di wilayah

Karanganyar dengan menggunakan pereaksi KMnO4 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Vitamin C dalam Buah Jambu Kristal.

No Sampel Pereaksi Standar Hasil Keterangan

1. Ekstrak buah jambu kristal dari ketinggian 168 mdpl

KMnO4 Warna ungu KMnO4 akan luntur dan lama- kelamaan larutan berwarna coklat

Warna ungu KMnO4 luntur, larutan menjadi berwarna coklat

Positif (+)

2. Ekstrak buah jambu kristal dari ketinggian 351 mdpl

KMnO4 Warna ungu KMnO4 akan luntur dan lama- kelamaan larutan berwarna coklat

Warna ungu KMnO4 luntur, larutan menjadi berwarna coklat

Positif (+)

3. Ekstrak buah jambu kristal dari ketinggian 653 mdpl

KMnO4 Warna ungu KMnO4 akan luntur dan lama- kelamaan larutan berwarna coklat

Warna ungu KMnO4 luntur, larutan menjadi berwarna coklat

Positif (+)

(2)

Berdasarkan pada Tabel 4.1 hasil analisis kualitatif vitamin C dalam buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman dengan metode uji tabung menggunakan KMnO4 semuanya positif mengandung vitamin C.

3. Hasil analisis kuantitatif vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di wilayah

Karanganyar.

a. Penentuan panjang gelombang maksimum asam askorbat

Panjang gelombang maksimum asam askorbat diukur absorbansinya pada rentang 250-270 nm dengan menggunakan blangko aquadest.

Nilai panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Askorbat Panjang gelombang (nm) Absorbansi

250 0,451

252 0,514

254 0,548

256 0,599

258 0,629

260 0,674

262 0,696

264 0,709

266 0,716

268 0,708

270 0,691

Berdasarkan Tabel 4.2 panjang gelombang maksimum asam askorbat yang diperoleh di daerah 266 nm dengan absorbansi sebesar 0,716.

(3)

b. Hasil pengukuran absorbansi larutan baku dan kurva kalibrasi asam askorbat

Hasil pengukuran absorbansi larutan baku asam askorbat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Baku Asam Askorbat Konsentrasi (ppm) Absorbansi

4 0,355

6 0,474

8 0,571

10 0,668

12 0,761

Berdasarkan Tabel 4.3 kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi larutan baku asam askorbat vs absorbansi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Askorbat

Berdasarkan Gambar 4.1 diperoleh persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi asam askorbat yaitu y = 0,0503x + 0,1634 dengan R2 =

y = 0,0503x + 0,1634 R² = 0,9977

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

0 2 4 6 8 10 12 14

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Asam Askorbat

(4)

c. Hasil penetapan kadar vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di

wilayah Karanganyar.

Hasil penetapan kadar vitamin C dalam buah jambu kristal seperti ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dalam Buah Jambu Kristal

Sampel Replikasi Absorbansi Konsentrasi (ppm)

Kadar (%)

Rata-rata Kadar + SD (%)

168 mdpl

1 0,476 6,215 0,249

0,252+0,003

2 0,484 6,374 0,255

3 0,481 6,314 0,253

351 mdpl

1 0,679 10,250 0,410

0,413+0,003

2 0,687 10,410 0,416

3 0,683 10,330 0,413

653 mdpl

1 0,735 11,364 0,455

0,464+0,010

2 0,747 11,602 0,464

3 0,759 11,841 0,474

Absorbansi yang didapat dari masing-masing sampel ekstrak buah jambu kristal kemudian dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku vitamin C (y=0,0389x+0,24) untuk mendapatkan konsentrasi sampel (x) dalam satuan ppm. Konsentrasi hasil spektrofotometri UV-Vis dikonversi dari satuan ppm ke dalam satuan persen (%). Pada ekstrak buah jambu kristal dari ketinggian 168 mdpl diperoleh hasil rata-rata sebesar 0,252+0,003%. Sampel ekstrak buah jambu kristal dari

(5)

ketinggian 351 mdpl diperoleh hasil rata-rata kandungan vitamin C sebesar 0,413+0,003%. Sampel ekstrak buah jambu kristal dari ketinggian 653 mdpl diperoleh rata-rata kandungan vitamin C sebesar 0,464+0,010%.

B. Pembahasan

1. Teknik Sampling.

Analisis vitamin C pada buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman diawali dengan melakukan survei untuk menentukan pengambilan sampel. Survei dilakukan terhadap 3 tempat perkebunan yaitu dari daerah dataran rendah, dataran menengah, dan dataran tinggi. Selanjutnya pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr)

yang digunakan sebagai analisis diperoleh dari 3 tempat perkebunan yang memiliki ketinggian tempat penanaman berbeda yaitu dari Jambangan, Pereng, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 168 mdpl, Desa Bangsri, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 351 mdpl, dan Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar dengan ketinggian 653 mdpl. Menurut Istiawan dan Kastono (2019) setiap kenaikan ketinggian tempat 100 mdpl suhu akan turun sebesar 0,6 oC. Semakin tinggi ketinggian tempat maka suhu akan semakin rendah sedangkan semakin rendah ketinggian tempat maka suhu akan semakin tinggi, hal ini mengakibatkan metabolisme setiap tanaman berbeda.

(6)

2. Analisis kualitatif vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di wilayah Karanganyar.

Analisis kualitatif vitamin C pada buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C yang terkandung dalam buah jambu kristal.

Analisis kualitatif vitamin C pada buah jambu kristal berdasarkan ketinggian tempat penanaman dilakukan dengan menambahkan pereaksi KMnO4. Hasil analisis kualitatif senyawa vitamin C dari ekstrak buah jambu kristal pada ketinggian 168 mdpl menunjukkan bahwa terdapat kandungan vitamin C yang ditunjukkan dengan lunturnya warna KMnO4 dan larutan menjadi berwarna coklat. Hasil analisis kualitatif vitamin C ekstrak buah jambu kristal pada ketinggian 351 mdpl menunjukkan bahwa terdapat kandungan vitamin C yang ditunjukkan dengan lunturnya warna KMnO4 dan larutan menjadi berwarna coklat. Analisis kualitatif senyawa vitamin C dari ekstrak buah jambu kristal pada ketinggian 653 mdpl menunjukkan bahwa terdapat kandungan vitamin C yang ditunjukkan dengan lunturnya warna KMnO4 menjadi berwarna coklat.

Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso (2019), bahwa sampel yang mengandung vitamin C akan melunturkan warna ungu dari KMnO4 dan lama-kelamaan larutan akan berwarna coklat.

(7)

Penambahan larutan KMnO4 pada ekstrak buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman menyebabkan terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi antara vitamin C dengan KMnO4. Mekanisme reaksi senyawa vitamin C dengan larutan KMnO4 dapat dilihat pada persamaan 1.

5 C6H8O6 + 2 MnO4-

+ 6 H+ 6H8O7 + 2 Mn2+ + 3 H2O ... (1) Larutan KMnO4 berperan sebagai oksidator, sedangkan vitamin C yang terdapat pada ekstrak buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman berperan sebagai reduktor. MnO4-

yang berwarna ungu akan tereduksi oleh vitamin C menjadi Mn2+ sehingga larutan berubah menjadi berwarna coklat (Puspitasari et al., 2019).

3. Analisis kuantitatif vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di wilayah Karanganyar.

Analisis kuantitatif vitamin C dalam buah jambu krsital (Psidium guajava (L) Merr) diawali dengan penentuan panjang gelombang

maksimum asam askorbat, pengukuran absorbansi larutan baku dilanjutkan pembuatan kurva kalibrasi baku asam askorbat, dan penetapan kadar vitamin C dalam buah jambu kristal.

a. Penentuan panjang gelombang maksimum asam askorbat

Penentuan panjang gelombang maksimum asam askorbat dilakukan pada rentang 250-270 nm. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh pada penelitian ini adalah 266 nm. Hasil yang didapat

(8)

dari pengukuran panjang gelombang asam askorbat tersebut menunjukkan bahwa panjang gelombang yang diperoleh telah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani (2018), yang memperoleh panjang gelombang maksimum pada 266 nm. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kadar vitamin C yaitu 266 nm dimana panjang gelombang tersebut memiliki absobansi paling tinggi.

b. Pengukuran absorbansi larutan baku dan kurva kalibrasi asam askorbat.

Persamaan regresi linear dibuat dengan melakukan pengukuran absorbansi deret larutan baku asam askorbat pada panjang gelombang 266 nm. Hasil pengukuran absorbansi deret larutan baku asam askorbat pada panjang gelombang maksimum 266 nm dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan gambar kurva kalibrasi asam askorbat dapat dilihat pada Gambar 4.1. Persamaan regresi yang dihasilkan dari kurva kalibrasi asam askorbat adalah y=0,0503x+0,1634 dengan koefisien korelasi (R2) sebesar 0,9977. Persamaan yang didapatkan sesuai hukum Lambert Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi larutan dan absorbansi berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka absobansi akan semakin tinggi. Kurva ini dapat dikatakan memiliki linearitas yang baik untuk penetapan kadar vitamin C dalam buah jambu kristal berdasarkan ketinggian tempat penanaman di

(9)

Wilayah Karanganyar karena memiliki koefisien korelasi yang mendekati 1.

c. Penetapan kadar vitamin C dalam buah jambu kristal (Psidium guajava (L) Merr) berdasarkan ketinggian tempat penanaman di

wilayah Karanganyar.

Hasil penetapan kadar vitamin C pada ekstrak buah jambu kristal yang berasal dari ketinggian 168 mdpl diperoleh hasil rata-rata sebesar 0,252%+0,003%. Pada sampel yang kedua yaitu ekstrak buah jambu kristal yang berasal dari ketinggian 351 mdpl diperoleh hasil rata-rata kandungan vitamin C sebesar 0,413%+0,003%. Sampel yang ketiga yaitu ekstrak buah jambu kristal yang berasal dari ketinggian 653 mdpl diperoleh rata-rata kandungan vitamin C sebesar 0,464%+0,010%. Kadar vitamin C dalam buah jambu kristal berdasarkan perbedaan ketinggian tempat penanaman menunjukkan bahwa semakin tinggi ketinggian tempat penanaman buah jambu kristal, semakin tinggi kadar vitamin C yang terkandung di dalam buah jambu kristal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Guntarti dan Hutami (2019), yang menyatakan bahwa semakin tinggi ketinggian penanaman buah jambu kristal, semakin tinggi kadar vitamin C pada buah jambu kristal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Setyawati dan Mustofa (2018) yang menyatakan bahwa perbedaan ketinggian tempat penanaman mempengaruhi proses metabolisme tanaman, termasuk kandungan

(10)

vitamin C. Semakin tinggi ketinggian tempat maka semakin tinggi stress lingkungan, misalnya semakin rendah suhu, kelembaban semakin tinggi, dan lama penyinaran semakin sedikit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C, diantaranya yaitu suhu, pemanasan, lama penyimpanan, umur petik, kondisi lingkungan, proses fotosintesis, dan ketinggian tempat (Setyawati dan Mustofa, 2018). Perbedaan ketinggian tempat penanaman berpengaruh terhadap perbedaan suhu. Menurut Rachmawati et al. (2009), suhu berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C. Pada ketinggian 168 mdpl suhu lebih tinggi mengakibatkan kadar vitamin C semakin menurun, sedangkan pada ketinggian 653 mdpl suhu cenderung lebih rendah sehingga kadar vitamin C dalam buah jambu kristal lebih tinggi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sarni et al. (2020), semakin rendah ketinggian tempat, intensitas sinar matahari dan suhu akan semakin tinggi maka vitamin C semakin mudah teroksidasi dan membentuk asam dehidroaskorbat yang menyebabkan rendahnya kadar vitamin C pada dataran rendah.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif Vitamin C dalam Buah Jambu Kristal.
Tabel 4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Askorbat  Panjang gelombang (nm)  Absorbansi
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Baku Asam Askorbat  Konsentrasi (ppm)  Absorbansi  4  0,355  6  0,474  8  0,571  10  0,668  12  0,761
Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Vitamin C dalam Buah Jambu Kristal

Referensi

Dokumen terkait

Induksi inhalasi pada pasien dengan shunt dari kanan ke kiri bisa menjadi lebih lama karena darah yang dipintaskan menurun atau adanya dilusi tekanan parsial zat

Pidana tambahan tidak mempunyai keharusan sebagaimana halnya pidana pokok, sehingga sifat dari pidana tambahan ini adalah fakultatif, artinya bisa dijatuhkan maupun

1) Garis 4-1 ‟ menunjukkan penurunan tekanan yang terjadi pada refrigeran saat melewati suction line dari evaporator ke kompresor. 2) Garis1-1 ‟ menunjukkan terjadinya

Peneliti melihat bahwa guru masih menerangkan materi pembelajaran IPS secara abstrak tanpa media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasi. Penelitian ini

JUMLAH DOSEN MENGIKUTI SEMINAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL KEADAAN DESEMBER 2017.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

Analisis terhadap faktor yang mempengaruhi capaian akademik akan memberikan informasi pada pihak institut mengenai pengaruh latar belakang dan demografi mahasiswa

pada pembuluh darah arteri maka darah yang mengalir ke penis berkurang sehingga kemampuan penis untuk ereksi berkurang (Wimpie, 2008). Selain itu disfungsi ereksi