• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

Tahun 2020 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN Silvia Nilam Untari1*, Irna Kartina2

1Mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Jln. Jaya Wijaya No. 11. Kadipiro, Surakarta

2Dosen S1 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Jln. Jaya Wijaya No. 11. Kadipiro, Surakarta

Email : [email protected]1), [email protected]2) ABSTRAK

Resiko Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu sedang berlangsung Perilaku Kekerasan atau riwayat Perilaku Kekerasan. Salah satu tindakan yang dapat dilaksanakan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan adalah dengan pemberian Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi sesi 1-5. Cara untuk pemberian Terapi Aktivitas Kelompok adalah dengan membentuk kelompok pada pasien yang memiliki masalah keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan minimal 5 orang (kelompok kecil) kemudian menstimulasikan tindakan TAK mulai dari sesi 1-5. Tujuan dilakukannya tindakan ini adalah untuk Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien dengan Resiko Perilaku Kekerasan. Jenis studi kasus ini adalah deskriptif yang menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah Tn. H dengan masalah Resiko Perilaku Kekerasan. Studi kasus dilakukan di RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta selama 5 hari. Studi kasus ini menggunakan lembar obsevasi TAK stimulasi persepsi sesi 1 sampai 5. Hasil studi kasus pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang dilakukan tindakan terapi aktivitas kelompok sesi 1-5 selama 5 hari didapatkan hasil 80% pasien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan kriteria keberhasilan minimal ≥75%. Rekomendasi tindakan pemberian TAK stimulasi persepsi sesi 1-5 pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan untuk mengontrol perilaku kekerasan.

Kata Kunci: Mengontrol Perilaku Kekerasan, Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepi Sesi 1-5, Pasien Resiko Perilaku Kekerasan

(2)

PENDAHULUAN

Resiko Perilaku Kekerasan adalah Suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu sedang berlangsung Perilaku Kekerasan atau riwayat Perilaku Kekerasan (Muhith, 2015 : 178).

Prevalensi gangguang jiwa berat menurut data World Health Organization tahun 2016 mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia ini lebih sering terjadi pada laki-laki (12 juta), dibanding perempuan (9 juta). Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, 2018 jumlah penderita gangguang jiwa mencapai 7% per 1000 penduduk.

Prevalensi rumah tangga dengan anggota rumah tangga (ART) gangguan jiwa Skizofrenia atau Psikosis menurut Provinsi tertinggi terjadi di Bali sedangkan terendah di Kepulauan Riau. Prevalensi depresi pada penduduk umur lebih dari 15 tahun tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 12,3%, dan terendah di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,8%.

Sementara prevalensi gangguan Mental Emosional pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi tengah yaitu sebesar 19,8%, dan terendah di Provinsi Jambi yaitu sebesar 3,6%.

Faktor penyebab resiko Perilaku Kekerasan salah satunya adalah situasi berduka yang berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang dianggap penting. Jika hal ini tidak terhenti, maka akan menyebabkan perasaan harga diri rendah yang sulit untuk bergaul dengan orang lain(Yosep, 2013).

Penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan juga banyak dikaji keakuratannya. Dari mulai memotivasi, terapi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok), konsumsi obat, dan pemberian perhatian lebih dari pihak keluarga (Apriani dan Prasetya, 2018)

Tata cara dari terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini adalah dengan cara melakukan strategi pelaksanaan sesi 1-5 yang diikuti oleh 5-7 peserta dengan durasi waktu kira-kira 20-40 menit (Keliat dan Prawirowiyono, 2014).

METODE

Jenis penelitian ini adalah dengan deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensi (Nursalam, 2013). Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien resiko perilaku kekerasan. Subjek dalam studi kasus ini adalah Tn. H salah satu pasien resiko perilaku kekerasan yang mengikuti TAK stimulasi persepsi sesi 1-5.

Tempat penelitian ini dilakukan di ruang nakula RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta pada tanggal 17 Februari 2020 - 29 Februari 2020. Studi kasus ini menggunakan lembar obsevasi TAK stimulasi persepsi untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengatakan mengamuk dengan polisi karena tidak suka melihat polisi yang menilang dan meminta uang penilangan ke pengendara bermotor dan subjek mengatakan pernah membakar pos-pos polisi yang berada dipinggir jalan.

Berdasarkan data objektif pasien memliki afek labil, mudah tersinggungan

(3)

dan mudah marah. Kemuadian dipengkajian daya tilik diri pasien menyalahkan hal-hal dari luar dirinya dengan menyalahkan satpol PP yang sudah membawa dirinya ke RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta.

Menurut (Dermawan dan Rusdi, 2015), pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan adalah orang yang mempunyai tujuan utuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologisperilaku kekerasan dapat terjadi secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Sari (2018), bahwa pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan memiliki tanda dan gejala seperti fisik (muka merang, tegang, mata melotot, tangan mengepal, dan mondar-mandir), verbal (bicara kasar, suara tinggi, membentak, mengancam, mengumpat kata-kata kotor), perilaku (melempar, memukul, menyerang orang, melukai diri sendiri, orang lain dan amuk agresif), emosi (tidak adekuat, tidak nyaman, rasa terganggu, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menalahkan dan menuntut).

Hasil pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan keluar dari RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta sejak 3 bulan yang lalu dan pasien juga berobat rutin dipoli rawat jalan di dr. RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta.

Terapi medis yang diberikan kepada pasien yaitu haloperidol 5 mg (2 x1), trihexyphenidyl 2 mg (2 x 1), risperidone 2 mg (2 x 1), dan chlorpromazine 1 mg (1 x 1).

Diagnosa yang ditegakkan pada pasien adalah resiko perilaku kekerasan berdasarkan teori dari Yusuf dkk (2015), menjelaskan bahwa yang menjadi core

problem adalah resiko perilaku kekerasan, etiologinya adala harga diri rendah, dan efeknya adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Intervensi keperawatan dalam studi kasus ini yang berfokus pada diagnosa pertama dengan resiko perilaku kekerasan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan pasien dapat dilakukan, Kognitif : Menyebutkan penyebab risiko perilaku kekerasan, Menyebutkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan, Menyebutkan akibat yang ditimbulkan, Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan.

Psikomotor : Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: Tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal, senam, dan jalan-jalan, Berbicara dengan baik: Mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik, Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal atau tertulis, Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain, Patuh minum obat dengan 8 benar. Afektif : Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan, Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan , Pasien dapat mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi persepsi sesi 1 sampai 5.

Hasil evaluasi yang telah dilakukan penulis selama 5 sesi pada pasien resiko perilaku kekerasan dapat disimpulkan bahwa pasien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan persentase hasil keseluruhan 80 %, dengan hasil ukurnya lengkap jika sesi 1-5 ≥75% lengkap dilakukan dan tidak lengkap jika sesi 1-5

<75%tidak lengkap dilakukandan pasien dianggap mempu mengontrol perilaku kekerasan jika strategi pelaksana 1-5 ≥75%, dan dianggap tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan apabila strategi pelaksana 1-5 <75% (Setiadi , 2012).

(4)

KESIMPULAN

Pengelolaan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan dengan pemberian tindakan terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi persepsi sesi 1-5 dengan durasi 5 hari dalam waktu 40 menit per sesi. Didapatkan hasil bahwa pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan persentasi 80%.

Rekomendasi tindakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi sesi 1- 5 efektif dilakukan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan untuk mengontrol perilaku kekerasan.

SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan dapat memberikan dan memfasilitasi pelayanan kepada pasien untuk meningkatkan proses penyembuhan dan rumah sakit hendaknya menyediakan tenaga kesehatan yang profesional untuk membantu proses penyembuhan pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat meningkatkan bimbingan serta motivasi kepada mahasiswa secara maksimal untuk menghasilkan suatu karya tulis ilmiah jiwa yang berkualitas.

3. Bagi Pasien

Pasien diharapkan mampu mengaplikasikan cara- cara yang sudah diajarkan sebagai usaha dalam meminimalisir munculnya tanda dan gejala dari resiko perilaku kekerasan.

4. Bagi Penulis

Penulis diharapkan penulis mampu memberikan asuhan keperawatan secara maksimal kepada pasien serta mengajarkan terapi aktivitas kelompok

(TAK) Stimulasi Persepsi sesi 1-5 guna mengontrol resiko perilaku kekerasan yang dialami pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, K.T, & Prasetya, A.S., (2018).

Penerapan Terapi Musik Pada Pasien yang Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Melati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti. Vol VI. No 1. Hal 84-90.

Dermawan, D & Rusdi. (2015).

Keperawatan Jiwa Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Keperawatan Jiwa. Jogyakarta:

Gosyen Publishing.

Keliat, B.A, & Pawirowiyono, A. (2014).

Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, Jakarta : EGC.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawan Jiwa (Teori Dan

Aplikasi).Yogyakarta: Cv. Andi Offset.

Nursalam (2013). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta, Balitbang Kemenkes RI, diakses tanggal 17 desember 2019, http://www.kemkes.go.id

Setiadi. (2012). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

World Health Organization (WHO). 2016.

The Mental Health 2016.

Wardani Dan Sari. (2018). Analisa Kemampuan Mengontrol Marah Ditinjau dari Penerapan REBT

(5)

(Rational Emotive Behaviour Theraphy) pada Klien Skizofrenia di UPT Bina Laras Kras Kediri.

STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 7, No 2, November 2018, Pp:

57-61.

Yusuf, Dkk .(2015), Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika.

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa.

Cetakan Ke 5. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

PELAYANAN ANAK Syalom abang2 dan kakak2…wah tidak terasa kita telah sampai di penghujung tahun 2010..bersyukur untuk berkat dan kasih karunia Tuhan serta

Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan

Berdasarkan hasil yang terlihat pada gambar 1, maka Jagung Lokal Biralle Bakka Didi asal Takalar Sulawesi Selatan (BB8, BB9, dan BB10) dapat disilangkan dengan

Eva Fahmi Hidayati, D1514044, Sistem Informasi Pengawasan Orang Asing Melalui APOA (Aplikasi Pelaporan Orang Asing) Di Kantor Imigrasi Kelas 1 Yogyakarta, Program Diploma

Studi ini menunjukkan bahwa analogi model rangka, jika digunakan dengan tepat dapat digunakan untuk mengakses kedua kekuatan geser serta respon beban lendutan

Untuk persyaratan karir disesuaikan dengan pilihan karir yang diambil. Misalnya untuk dokter tidak diperkenankan untuk individu yang buta warna. Untuk pemandu wisata

Masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi produk-produk camilan seperti keripik, yang kebanyakan hanya mengandung karbohidrat saja dibanding gizi yang lainnya disini

Batuk efektif merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi dengan merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan