• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Agen Hayati untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Agen Hayati untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Agen Hayati untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan

Oleh

Dewa Ngurah Suprapta Laboratorium Biopestisida

Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Disampaikan sebagai materi Lokakarya yang diselengarakan oleh Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian Unud

Tanggal 27 Oktober 2017 di Denpasar

(2)

Kondisi ketahanan pangan dunia

Penduduk dunia saat ini sekitar 7,2 miliar

Sekitar 925 juta mengalami kelaparan kronis

Sekitar 2 miliar ketahanan pangannya kurang mantap.

(3)

Prediksi penduduk dunia pada tahun 2050 : 10 M

Memerlukan peningkatan produksi

pertanian minimal 70% dari kondisi saat ini

(4)

Faktor yang mempengaruhi produksi pangan

1. Luasan areal pertanian

2. Status teknologi pertanian 3. Perubahan iklim

4. Kesuburan tanah

5. Hama dan Penyakit Tanaman 6. Dan lainnya

(5)

Untuk melangsungkan proses fotosintesis tanaman memerlukan banyak jenis unsur makro dan mikro : yang

diberikan ke tanah hanya terbatas N,P,K saja

(6)

Hubungan antara produksi serealia (padi, jagung, gandum) dengan penggunaan pupuk NPK 1966-2003 di India. Di Indonesia

kejadian serupa juga terjadi

(7)

Ada sekitar 70,000 spesies OPT

1. Serangga hama : potensi penurunan hasil : 15%

2. Patogen tanaman (termasuk10,000 sp. jamur:

13%

3. Gulma : 12%.

4. Kehilangan pasca panen: 20%

Potensi kehilangan hasil total : 60%

Organisme pengganggu tanaman

(8)

Penggunaan pestisida kimia sintetis

Skala dunia : sekitar 2,3 juta ton bahan aktif/tahun

Total pengeluaran untuk pembelian pestisida

=

USD 38 Miliar/tahun (Rp. 523 triliun)

(9)

Hanya sekitar 0.1% pestisida mencapai organisme target dan sisanya

mengkontaminasi lingkungan

Berpengaruh negatif terhadap:

Manusia Hewan Lingkungan

(10)

Pengaruh negatif penggunaan pestisida kimia sintetis : 1. Berbahaya terhadap kesehatan manusia(3 juta

kasus/tahun, dengan kematian sebanyak 20.000 orang/tahun)

2. Mencemari air dan tanah

3. Mencemari hasil pertanian dalam bentuk residu

4. Berkembangnya ketahanan hama terhadap pestisida 5. Berpengaruh negatif terhadap organisme bukan target

Perlu pengurangan penggunaan pestisida kimia sintetis: pertanian bekelanjutan

(11)

Solusi untuk masalah kesuburan tanah dan OPT

Pengembangan agen hayati untuk : 1. Pupuk hayati

2. Biostimulan

3. Biopestisida : a. berbasis mikroba

b. berbasis ekstrak tumbuhan 4. Penginduksi ketahanan sistemik

Pertanian berkelanjutan

(12)

Konsep Pertanian berkelanjutan:

“Sistem pertanian yang dapat menghasilkan

banyak hasil pertanian tanpa merusak sumber daya alam atau mencemari lingkungan”

“Sistem pertanian yang mengikuti kaidah-

kaidah alam untuk membentuk keberlanjutan secara mandiri”

(13)

Kata kunci sistem pertanian berkelanjutan

1. Secara teknis : mudah dipraktekkan 2. Secara ekonomis : menguntungkan 3. Secara ekologis : ramah lingkungan

4. Secara sosial : bisa diterima dan tidak bertentangan dengan budaya atau adat istiadat setempat

(14)

Tujuan utama pertanian berkelanjutan:

a) Menghasilkan pendapatan dan keuntungan usahatani lebih besar.

b) Menghasilkan dan memacu jasa lingkungan seperti : (i) Melindungi dan meningkatkan kualitas tanah.

(ii) Mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya tidak terbarukan seperti minyak bumi, pupuk kimia sintetis, dan pestisida kimia sintetis.

(iii) Meminimalkan dampak negatif terhadap keamanan, kehidupan liar, kualitas air, dan sumber daya

lingkungan lainnya.

c) Meningkatkan kesejahteraan petani, keluarga dan masyarakat secara berkelanjutan.

(15)

Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah formulasi siap pakai

yang mengandung mikroorganisme hidup bermanfaat yang kalau

diaplikasikan pada benih, akar atau tanah dapat memobilisasi ketersediaan unsur hara melalui aktivitas biologisnya.

(16)

Organisme sebagai pupuk hayati

RHIZOBIUM

AZOSPIRILLUM VA-MYCORRHIZA BLUE GREEN ALGAE

AZOTOBACTER

Pelarut P

(17)

Jenis pupuk hayati

Nomor Jenis pupuk hayati Jenis mikroorganisme

1 Pengikat Nitrogen Azolla pinnata, Rhizobium spp.,

Azotobacter chroococcum, Azospirillum lipoferum, Acetobacter diazotrophicus, Derxia gummosa

2 Pelarut posfat Bacillus circullans, Bacillus coagulans, Torulospora globasa, Pseudomonas fluorescens, Thiobacillus, Aspergillus niger, Trichoderma sp., Paecilomyces sp.

3 Monilisasi Posatium (K) Bacillus spp., Pseudomonas spp.

4 Mobilisasi Zn Pseudomonas spp., Bacillus spp., Rhizobium spp.

(18)

Jenis Pupuk hayati dan tanaman target

No. Jenis pupuk hayati Tanaman target 1 Rhizobium Tanaman Legum (kedele,

kacang tanah dll)

2 Azotobacter Gandum, padi, sayur-sayuran 3 Azospirillum Padi, tebu gula

4 Blue green algae Padi

5 Azolla Padi

6 Mikroba pelarut posfat Semua jenis tanaman

(19)

Bentuk koloni Azospirillum brasilense

(20)

Keuntungan Pupuk Hayati

Merupakan sumber unsur hara terbarukan Menjaga kesehatan dan kesuburan tanah Sebagai pelengkap pupuk kimia sintetis.

Menggantikan 25-30% pupuk kimia Meningkatkan hasil antara 10-40%.

Menguraikan sisas tanaman, menstabilkan rasio C:N dalam tanah Memperbaiki tekstur, struktur dan kemampuan pegang air tanah Tidak memiliki efek buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah

Memacu pertumbuhan tanaman melalui produksi hormon tumbuh Melarutkan dan momobilisasi unsur hara

Ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, cara yang murah.

(21)

Pengertian Biopestisida

Mikroorganisme, atau produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tumbuhan atau mahluk

hidup lainnya yang menunjukkan aktivitas biologis terhadap hama dan patogen

tumbuhan dan bisa digunakan untuk

mengendalikan hama dan penyakit tumbuhan.

(22)

Agen hayati sebagai biopestisida

1. Mikroba antagonis

2. Nematoda patogen serangga 3. Baculovirus

4. Patogen serangga (jamur, bakteri)

5. Ekstrak atau substansi dari tumbuhan 6. Peromon serangga (sebagai pengacau

reproduksi serangga)

(23)

Biopestisida berdasarkan target

1. Biofungisida : untuk mengendalikan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur patogen

2. Bioinsektisida : untuk mengendalikan serangga hama

3. Bioherbisida : untuk mengendalikan gulma (tumbuhan pengganggu)

(24)

Biofungisida

Pengembangan biofungisida secara komersial akhir-akhir ini mendapat perhatian yang

cukup besar karena ditemukan :

strain mikroorganisme yang memiliki sifat dapat mengendalikan patogen secara

konsisten di lapangan dan mudah diproduksi dengan proses fermentasi dengan fasilitas standar.

(25)

Katagori biofungisida

1. Biofungisida untuk patogen soil borne

2. Biofungisida untuk penyakit bagian tanaman di atas tanah

3. Biofungisida untuk penyakit pasca panen selama penyimpanan

(26)

Kriteria keberhasilan biofungisida

1. Secara efektif menekan pertumbuhan jamur

patogen sebelum jamur tersebut menyebabkan kerusakan secara ekonomi.

2. Kinerjanya yang konsisten pada kondisi tanaman dan lingkungan tertentu.

3. Bisa diadaptasikan dengan program IPM (integrated pest management)

4. Daya saing dari segi harga dengan agen lainnya untuk mengendalikan jamur patogen yang sama.

(27)

5. Kesesuaian dengan perlakuan kimia atau biologis yang ditujukan untuk penyakit lain.

6. Adaptasi dengan teknik budidaya yang umum dilakukan petani.

7. Tidak berbahaya terhadap mikroorganisme berguna lainnya atau organisme non-target.

8. Bersahabat dengan pengguna dan lingkungan.

(28)

Tahapan pengembangan biofungisida

1. Skrining mikroorganisme di alam.

2. Seleksi proses fermentasi yang paling efektif dan ekonomis

3. Mengembangkan teknik bioasai

4. Mengembangkan formulasi yang aman dan ramah bagi pengguna

5. 5. Mengembangkan Pengujian lapangan yang luas

(29)

6. Penyiapan kemasan untuk proses registrasi 7. Pengembangan program demonstrasi

8. Merancang protokol yang ramah bagi pengguna

(30)

Keuntungan menggunakan biofungisida

1. Mengurangi penggunaan fungisida sintetis 2. Pada kebanyakan kasus lebih aman dan

interval perlakuan yang lebih panjang.

3. Banyak produk bisa digunakan oleh petani organik.

4. Pada kebanyakan kasus kurang fitotoksik.

5. Banyak produk biofungisida bisa digunakan secara bergilir dengan zat-zat kimia (pupuk, insektisida, senyawa perangsang akar dsb).

(31)

Kekurangan biofungisida

1. Biofungisida tidak mengeradikasi penyakit atau menyelamatkan tanaman inang dari infeksi.

2. Biofungisida memiliki shelf life lebih pendek dari fungisida sintetis.

3. Memiliki spektrun kerja sangat sempit (spesifik untuk patogen tertentu)

4. Kinerjanya Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan

(32)

Petutup

Pengembangan agen hayati sangat penting diintensifkan untuk mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintetis menuju

sistem pertanian berkelanjutan

Penggunaan agen hayati dalam pertanian bisa mengurangi resiko kesehatan dan lingkungan : lebih aman dan ramah lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Kosep dasar PNT yang dikembangkan oleh FAO (Ange, 1990) adalah mengembangkan penggunaan sumber daya yang tersedia setempat (organik, hayati dan mineral) secara

Saran yang dapat digunakan pada penelitian selanjutnya mengenai pengembangan model berbasis agen untuk sistem ketahanan pangan pada sektor pertanian jagung adalah

Dari sisi ekonomi, pembangunan sistem dan usaha agribisnis harus berakar pada sumberdaya ekonomi lokal, inovasi teknologi ramah lingkungan, dan kreativitas (skill) pelaku

Selain itu, penggunaan energi terbarukan juga diyakini lebih ramah lingkungan, aman dan terjangkau oleh masyarakat karena dapat mengurangi kerusakan lingkungan dibandingkan

Kriteria pertanian ramah lingkungan adalah (1) terpeliharanya keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekologis biota pada permukaan dan lapisan olah tanah, (2)

Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan Hadirin yang saya hormati, Peran pupuk hayati dalam pengembangan pertanian bioindustri meliputi: (1) penyediaan hara dan peningkatan

Dalam pengelolaan lahan kering untuk tujuan pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dibutuhkan adanya konsep keterpaduan antara berbagai komponen teknologi

Perlindungan Lingkungan  Praktik Berkelanjutan: Menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif terhadap