• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Sebagai karya tugas akhir, film animasi 3D Asa dengan genre drama slice of life

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Sebagai karya tugas akhir, film animasi 3D Asa dengan genre drama slice of life"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

27 BAB III METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

Sebagai karya tugas akhir, film animasi 3D “Asa” dengan genre drama slice of life bercerita mengenai pernikahan dini menggunakan tema visual 3D semi-realis.

Dengan latar belakang pernikahan dini yang masih marak terjadi di Indonesia, terutama di Jawa Barat, environment film akan dibuat berdasarkan lingkungan sebuah desa berkembang di Cijeruk, Jawa Barat. Terdiri dari kelompok yang beranggotakan tiga orang, penulis akan membahas secara kualitatif rancangan environment yang dihasilkan dari pengumpulan data dengan observasi langsung,

literasi, dan artikel.

3.1.1. Sinopsis

Film animasi “Asa” menceritakan kisah seorang anak perempuan bernama Dian (14) yang memiliki mimpi menjadi pemain bulu tangkis. Sehingga saat Dian menyaksikkan permainan teman-temannya, Dian mulai membayangkan dirinya sedang bermain bersama mereka dari pertandingan di lingkungan desa menunju tingkat internasional. Namun pada pertengahan pertandingan, kemunculan kain- kain veil terus menahan dirinya untuk memenangkan pertandingan. Kejadian ini membawa Dian kepada ingatan Dian saat melakukan proses pernikahan dengan Dedi (34).

Ingatan tersebut terhenti ketika Dian melihat sebuah kok jatuh di depan jendelanya dan menyadarkan Dian. Teman-teman Dian meminta dirinya untuk

(2)

28 mengambilkan kok tersebut, namun suara suaminya yang memanggil Dian dengan kencang menghentikkannya. Bimbang, akhirnya Dian memilih untuk menghampiri suaminya sambil tertatih-tatih berjalan dan menopang punggungnya karena ia sedang mengandung.

3.1.2. Posisi Penulis

Dalam pembuatan karya tugas akhir animasi 3D “Asa”, penulis memegang peran utama sebagai environment designer. Selain itu, penulis juga berperan sebagai produser, character dan property rigger, animator, vfx artist, compositor, dan color artist.

3.2. Tahapan Kerja

Dalam perancangan environment untuk karya tugas akhir animasi 3D “Asa”, terdapat beberapa tahapan kerja. Dari pembuatan ide cerita yang dikembangkan menjadi sebuah sinopsis, dibutuhkan landasan teori untuk yang tepat untuk membuat sebuah environment yang sesuai dengan sinopsis cerita. Teori yang digunakan adalah teori yang membantu perancangan konsep rumah Dian, ruang tamu, dan lingkungan rumah yang menunjukkan daerah pedesaan berkembang sebagai latar yang mendukung untuk cerita. Untuk mencapai perancangan yang tepat, kelompok kami melakukan observasi langsung ke sebuah desa di Cijeruk, Jawa Barat, dan menggunakan sumber lainnya sebagai referensi. Setelah mempertimbangkan hal di atas, perancangan dan analisis hasil akhir dapat tercapai. Berikut adalah skema pengerjaan oleh penulis.

(3)

29 Gambar 3.1. Skema Pengerjaan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.3. Konsep

Karya tugas akhir “Asa” yang bercerita mengenai pernikahan dini mendorong penulis untuk melakukan riset dalam merancang environment yang dapat mendukung terjadinya pernikahan dini di Indonesia. Setelah mempertimbangkan kebutuhan script, terdapat tiga environment utama yang dibutuhkan yaitu rumah suami, ruang tamu, dan lingkungan rumah suami. Ketiga environment ini memiliki konsep yang sama, yaitu sebuah rumah pedesaan di desa berkembang

(4)

30 dengan gaya visual semi-realis di Jawa Barat. Latar waktu dari konsep environment ini adalah sore hari pukul 4 sore pada bulan Agustus tahun 2020.

Pemilihan daerah pedesaan didasarkan oleh faktor-faktor yang mayoritas dimiliki wilayah ini, seperti rendahnya pendidikan maupun kemiskinan yang mempengaruhi rendahnya usia pernikahan (Bappenas, & Statistik, 2020). Untuk lokasi pedesaan, penulis memilih Jawa Barat berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 yang memperkirakan Jawa Barat sebagai pemilik angka absolut tertinggi yang mencapai 273.300 perkawinan anak. Sedangkan untuk pemilihan desa dengan kategori desa berkembang ditentukkan dengan dasar standar minimum pelayanan (SPM) desa yang memadahi desa di Jawa Barat sebagai salah satu kota besar pada tahun 2020. Selain itu, konsep pedesaan juga didasarkan oleh fenomena pernikahan dini yang masih terjadi pada desa di Cijeruk, Jawa Barat.

3.3.1. Tri Dimensional Tokoh Dian dan Suami

Gambar 3.2. Desain karakter Dian dan Dedi (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selain pertimbangan lokasi, tri dimensional dari tokoh Dedi (suami) dan Dian sebagai pemilik rumah ini juga dipertimbangkan dalam merancang kondisi ruang

Gambar 3.2. Desain tokoh Dian dan Dedi

(5)

31 tamu maupun rumah Dian. Dalam adegan yang dibahas, Dian merupakan seorang anak perempuan berumur 14 tahun yang sedang mengandung dan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga di usianya yang dini. Pada kondisi ini, Dian yang selalu mengikuti tradisi dan perkataan orang tua terpaksa harus mengurus rumah sebagai seorang istri muda dengan pengetahuan yang dia dapat dari lulus Sekolah Dasar. Tidak seperti Dian, Dedi sang suami yang juga merupakan orang sunda berumur 34 tahun memiliki ekonomi yang cukup sebagai petani yang sudah memiliki lahan dan kehidupan yang selalu dilayani. Terpaksa melakukan pernikahan dini karena ekonomi Dian yang tidak mencukupi, Dian menanggung beban sebagai ibu rumah tangga yang harus memenuhi kebutuhan suaminya pada usia yang muda.

3.3.2. Konsep Rumah Dian

Dalam perancangan konsep rumah Dian, kemiskinan sebagai faktor pendorong pernikahan dini, tipe rumah di daerah pegunungan, dan faktor infrastruktur di desa berkembang menjadi bahan pertimbangan perancangan. Model rumah akan menunjukkan keadaan rumah yang layak untuk ditinggali, dengan ubin keramik, dinding semen, dan atap yang menggunakan genteng dari tanah liat. Rumah Dian juga akan menggunakan fondasi yang terbuat dari batu kali yang mudah ditemukan di daerah pegunungan. Fungsi fondasi ini sendiri untuk meratakan dataran pegunungan yang cenderung menurun atau meninggi. Seperti masyarakat sunda di pegunungan yang suka bersosialisasi, rumah suami akan dilengkapi teras yang memiliki bale dari bambu.

(6)

32 3.3.3. Konsep Ruang Tamu

Dalam perancangan konsep ruang tamu dan propertinya, keadaan ekonomi suami yang berkecukupan, dan faktor rumah di daerah desa berkembang menjadi bahan pertimbangan utama tanpa mengangkat budaya sunda Dedi dan Dian. Karena ruang tamu akan diperlihatkan pada film “Asa” melalui jendela rumah, perancangan akan berfokus pada penataan dan desain properti ruang tamu yang dapat terlihat dari jendela tersebut. Desain dan penataan properti ruang tamu akan terdiri dari gabungan budaya masyarakat daerah yang menghargai tradisi leluhur dan faktor daerah pedesaan berkembang. Hal ini akan dapat dilihat dari kemajuan teknologi properti maupun properti peninggalan leluhur yang dipajang di ruang tamu. Penataan ruang tamu juga akan dipengaruhi oleh tri dimensional tokoh dari Dedi dan Dian, di mana pada beberapa bagian ruang tamu akan terlihat kurang teratur. Hal ini didasarkan dengan umur Dian yang masih muda, Dian masih berusaha belajar untuk melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri yang harus mengurus rumah dan suaminya.

3.3.4. Konsep Lingkungan Rumah Dian

Dalam perancangan lingkungan rumah Dian, faktor lingkungan rumah pada daerah pedesaan yang sudah lama diangkat sebagai pedesaan berkembang menjadi bahan pertimbangan utama. Hal ini meliputi rancangan komponen natural environment dan man-made environment. Untuk natural environment lingkungan

rumah Dian, akan berpusat pada komponen biotik maupun abiotik di daerah pegunungan Jawa Barat. Dalam konsep ini, rumah akan dikelilingi oleh sawah- sawah sebagai mata pencaharian utama masyarakat dan beberapa komponen

(7)

33 biotik seperti pohon pisang, pohon palem, dan tanaman cabai. Sedangkan untuk man-made environment akan berpusat pada indeks pembangunan desa (IPD) pada

desa berkembang seperti kondisi pelayanan dasar, infrastruktur, hingga aksesibilitas desa. Rumah Dian dan tetangganya terletak cukup jauh dari fasilitas pendidikan dan kesehatan. Rumah pedesaan ini juga sudah memiliki akses terhadap jalanan semen maupun listrik sebagai pendukung mobilitas dan produktivitas dari masyarakat.

3.4. Acuan

Dalam perancangan karya tugas akhir “Asa”, kelompok kami melakukan observasi langsung maupun menggunakan acuan dari film yang dapat memberi visualisasi maupun validasi terhadap konsep environment di atas. Setiap acuan digunakan untuk pembuatan konsep environment yang berbeda-beda sesuai yang digambarkan dalam skema pengerjaan seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

(8)

34 3.4.1. Observasi Langsung Desa di Cijeruk, Jawa Barat

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kelompok kami melakukan riset dengan observasi langsung di sebuah pedesaan di Cijeruk, Jawa Barat, dengan pertimbangan berikut. Alasan pemilihan daerah tersebut didasarkan oleh fenomena pernikahan dini yang masih marak terjadi di desa ini, khususnya Jawa Barat yang memiliki perkiraan angka absolut tertinggi pernikahan dini. Selain itu, desa ini juga terletak di pegunungan dan memiliki kriteria Indeks Pembangunan Desa (IPD) yang mendukung sebagai desa berkembang. Menurut kriteria dari Direktorat Perkotaan dan Perdesaan (seperti dikutip dalam Victoria br. Simanungkalit, dkk, 2017), desa berkembang sudah memenuhi standar pelayanan minimum walau belum terlihat adanya peningkatan.

Desa ini sudah memiliki hampir seluruh IPD seperti akses jalan, fasilitas pendidikan, maupun sumber daya listrik, namun pengelolaannya tidak menunjukkan pembaharuan yang berkala.

Gambar 3.3. Desa di Cijeruk, Jawa Barat

(9)

35

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dengan perbandingan acuan dan landasan literatur yang sesuai, hasil observasi lansung ini akan diterapkan pada perancangan konsep lingkungan dan arsitektur rumah Dian. Untuk konsep lingkungan rumah, hasil yang didapat berupa kompen biotik seperti tipe tumbuhan berupa pohon pisang, pohon palm, dan tanaman cabai. Dari hasil tersebut juga didapatkan komponen abiotik berupa tipe tanah merah, jalanan semen berpasir sebagai jalan utama, suhu udara yang lembab, dan cuaca yang sering hujan. Selain itu seperti yang dapat dilihat dari gambar di atas, dapat diketahui tipe dan bahan bangunan rumah yang dibangun dan fondasi rumah yang dibutuhkan untuk daerah pegunungan. Melalui observasi yang dilakukan, dapat terlihat bahwa rumah pada daeerah ini mayoritas sudah menggunakan bahan dasar bangunan dari batu-bata yang memiliki fondasi yang

Gambar 3.4. Contoh tipe rumah pedesaan di pegunungan

(10)

36 terbuat dari kumpulan batu kali. Rata-rata rumah di sini juga memiliki variasi seperti lantai dari semen atau ubin, atap dari genteng asbes atau tanah liat, dan keberadaan teras di depan rumah. Salah satu faktor yang mempengaruhi variasi rumah di pedesaan tersebut adalah adanya perkembangan ekonomi yang belum merata di masyarakat.

Tabel 3.1. Hasil observasi langsung No. Gambar Observasi Langsung Hasil Observasi

Langsung

Hal yang diterapkan

1. Daerah pegunungan,

botani (Pohon Palm, dan Pohon Pisang), layout rumah pedesaan berjauhan, keberadaan akses jalan, sawah dan iklim lingkungan.

Botani sebagai komponen biotik, layout rumah, sawah yang mengelilingi rumah, iklim dan tipe jalan.

2. Bentuk dasar

bangunan, atap asbes, pintu dan jendela kaca dari kayu, teras, tembok di cat, fondasi batu kali, penyangga teras dari semen, listrik dan lantai ubin

keramik.

Tipe atap asbes, keberadaan teras, tipe pintu dan jendela, bahan lantai, penyangga teras, tembok, listrik dan fondasi batu kali.

3. Bentuk dasar

bangunan, atap tanah liat, pintu dan jendela kaca dari kayu, teras, tembok di cat, fondasi batu kali, penyangga teras dari semen, dan lantai ubin keramik.

Tipe atap tanah liat, keberadaan teras, tipe pintu dan jendela, bahan lantai, tembok, penyangga teras, listrik dan fondasi batu kali.

(11)

37

4. Bentuk dasar

bangunan, atap tanah liat, pintu dan jendela kaca dari kayu, tidak ada teras, tembok setengah dilapisi semen, dan fondasi batu kali pada jalan.

Tipe atap tanah liat, ketiadaan teras, tipe pintu dan jendela, bahan tembok, dan fondasi batu kali.

5. Bentuk dasar

bangunan, atap tanah liat, pintu dan jendela kaca dari kayu, teras, tembok di cat, fondasi batu kali, penyangga teras dari kayu, dan lantai dilapisi semen.

Tipe atap tanah liat, keberadaan teras, tipe pintu dan jendela, bahan lantai, tembok, penyangga teras kayu, listrik dan fondasi batu kali.

(12)

38

3.4.2. Observasi Ruang Tamu di Kampung Padarincang, Desa Palasari, Cipanas, Jawa Barat

Gambar 3.5. Hasil observasi ruang tamu di Kampung Padarincang, Jawa Barat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Observasi juga dilakukan pada ruang tamu rumah pedesaan di Kampung Padarincang, Desa Palasari, Cipanas, Jawa Barat. Dari ruang tamu pada gambar di atas, dapat dilihat ragam dari penataan properti ruang tamu, bahan dasar dari elemen utama rumah seperti lantai, dinding dan atap, maupun properti yang ada.

Ruang tamu rumah dengan ekonomi cukup ini sudah menggunakan lantai dengan ubin keramik, dinding yang dilapisi cat, dan atap gypsum. Properti yang cenderung ada dari tiap acuan berupa tempat duduk, karpet, meja ruang tamu, lemari penyimpanan, gordyn, televisi, foto keluarga, dan barang hobi pemilik.

(13)

39 3.4.3. Rumah dalam Film “Guru Guru Gokil” (2020) dan “Orang Kaya

Baru” (2019)

(Sumber: Film “Guru Guru Gokil”, 2020)

(Sumber: Film “Orang Kaya Baru”, 2019)

Pada perancangan konsep rumah Dian, selain mengacu pada hasil observasi langsung, acuan rumah juga didapatkan dari film “Guru Guru Gokil” (2020) dan

“Orang Kaya Baru” (2019). Kedua rumah dalam film yang berbeda ini memiliki kemiripan lokasi dan keadaan, yaitu rumah di daerah desa berkembang dengan ekonomi menengah ke bawah. Kemiripan yang utama dari keduanya adalah keberadaan teras depan pada rumah yang memiliki tempat duduk untuk berkumpul atau sekedar bersantai. Kemudian dilanjutkan dengan desain eksterior rumah yang sederhana hanya dengan menggunakan cat tembok, di mana rumah dibuat untuk mengutamakan fungsi rumah dibandingkan fungsi keindahan. Hal lain yang harus diperhatikan dari desain kedua rumah ini adalah lubang angin

Gambar 3.6. Rumah dalam film "Guru Guru Gokil"

Gambar 3.7. Rumah dalam film "Orang Kaya Baru"

(14)

40 yang berada di atas pintu atau jendela rumah dan bahan bingkai jendela yang terbuat dari kayu.

3.4.4. Ruang Tamu dalam Film “Guru Guru Gokil” (2020), “Orang Kaya Baru” (2019), dan “Imperfect” (2019)

(Sumber: Film “Guru Guru Gokil”, 2020)

(Sumber: Film “Imperfect”, 2019)

Gambar 3.10. Ruang tamu dalam film "Orang Kaya Baru"

(Sumber: Film “Orang Kaya Baru”, 2019)

Gambar 3.8. Ruang tamu dalam film "Guru Guru Gokil"

Gambar 3.9. Ruang tamu dalam film "Imperfect"

(15)

41 Pada perancangan ruang tamru, acuan yang digunakan merupakan ruang tamu dari tiga film yang berbeda yaitu “Guru Guru Gokil” (2020), “Orang Kaya Baru”

(2019), dan “Imperfect” (2019). Walaupun ketiga ruang tamu memiliki lokasi beragam dari daerah pedesaan di perkotaan dan pegunungan, masing-masing ruang tamu ini tetap memiliki beberapa kesamaan. Hal yang pertama akan dibahas adalah hal dasar seperti alas, dinding, dan atap pada ketiga ruang tamu. Ketiga ruang tamu memiliki alas ubin keramik, dinding semen yang sudah dilapisi oleh cat, dan atap yang tertutup oleh plafon. Kemudian untuk pembatas ruangan, ditemukan perpaduan penggunaan pintu dan kain sebagai penutup antar ruangan yang biasanya dilengkapi dengan lobang angin di atas pembatas ruangan.

Jika melihat penataan ruang tamu pada ketiga acuan, ketiganya memiliki peletakan barang atau properti yang cenderung kurang tertata atau terpaksa karena adanya keterbatasan ruang. Contohnya seperti pada ruang tamu film “Orang Kaya Baru” (2019) yang pada ruang tamunya terdapat meja yang menghalangi ruang kaki untuk kedua tempat duduk yang disediakan. Sehingga selain kurang memberikan fungsi keindahan, penataan ruang tamu yang awalnya ingin memaksimalkan fungsinya dengan memaksakan tempat duduk justru memberikan efek sebaliknya.

Selain itu jika dilihat pada ruang tamu film “Imperfect” (2019), terdapat bagian ruang tamu yang dikhususkan untuk menghormati anggota keluarga yang terdahulu. Pada bagian ruangan ini, terlihat keberadaan barang-barang peninggalan leluhur tersebut yang dilengkapi dengan sebuah lemari untuk menampung barang-barang lainnya. Hal ini menunjukkan keberadaan aspek

(16)

42 personal dan sosial pada pemilik rumah yang diekspresikan ke dalam penataan ruang tamu (Stoneham et al., 2015). Kedua aspek yang ditunjukkan antara lain seperti kualitas hubungan pemilik rumah dengan keluarga dan budaya masyarakat yang membangun sikap pemilik rumah terhadap leluhurnya.

3.4.5. Lingkungan Rumah dalam Film “Guru Guru Gokil” (2020)

(Sumber: Film “Guru Guru Gokil”, 2020)

Lingkungan rumah pedesaan film “Guru Guru Gokil” (2020) dijadikan sebagai acuan karena berhasil memberikan gambaran yang tepat dan selaras terhadap konsep lingkungan rumah Dian di pedesaan berkembang. Dari gambar di atas, dapat dilihat tersedianya infrastruktur seperti akses terhadap jalan dan tersedianya sumber daya listrik. Lokasi rumah yang berada di pegunungan dapat dilihat memiliki akses yang minim terhadap penyelenggaraan pemerintah maupun pusat ekonomi. Lingkungan rumah pedesaan yang dikelilingi oleh sawah-sawah yang luas juga dapat memberikan informasi akan mata pencaharian utama masyarakat desa sebagai petani. Selain itu, acuan ini juga memperlihatkan komponen beberapa komponen biotik yang ada di daerah tersebut seperti pohon palem dan pohon pisang. Sedangkan untuk komponen abiotik yang didapat dari acuan

Gambar 3.11. Lingkungan desa dalam film "Guru Guru Gokil"

(17)

43 tersebut berupa sumber air yang terlihat dari keberadaan jembatan dan tipe tanah pada daerah tersebut.

3.4.6. Gaya Visual dalam Film “Up” (2009)

(Sumber: Disney Pixar, 2009)

Seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas, film “Up” memiliki gaya visual semi-realis yang diterapkan pada tokoh dan environment film tersebut. Semi-realis yang dimaksud adalah perancangan properti dan rumah yang memiliki desain, bentuk dasar, proporsi, dan material yang menyerupai bentuk aslinya. Pemilihan gaya visual untuk karya tugas akhir yang berpacu pada film “Up” didasarkan oleh keberhasilan film ini dalam memberikan ikatan emosional yang familiar di mata penonton. Contohnya pada gambar rumah Carl di atas, perpaduan lingkungan rumah dan bangunan rumah yang dirancang seperti rumah pada umumnya akan memberikan kesan bahwa environment tersebut merupakan kenyataan. Sehingga

Gambar 3.12. Gaya visual pada environment film "Up"

(18)

44 gaya visual semi-realis pada film ini memiliki kecocokan dengan karya tugas akhir penulis yang mengangkat sebuah isu nyata mengenai pernikahan dini yang harus mengikat emosi penonton. Hal ini berjalan lurus dengan emosi yang ingin ditujukan dalam cerita animasi “Asa” (Bacher, 2012).

3.5. Proses Perancangan

Setelah melakukan observasi langsung hingga menggunakan berbagai film sebagai acuan konsep environment, proses perancangan akan dimulai. Proses perancangan ini ditujukan agar rancangan environment yang dibuat secara visual dapat mendukung penyampaian cerita karya tugas akhir “Asa”. Perancangan akan dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu perancangan lingkungan rumah, rumah Dian, dan ruang tamu. Masing-masing dari bagian perancangan akan melewati tahap perancangan berupa pembuatan konsep berdasarkan cerita, riset acuan, pembuatan sketsa dan eksplorasi hingga didapatkan hasil akhir (Bacher, 2012).

3.5.1. Perancangan Lingkungan Rumah

Lingkungan rumah Dian dirancang dengan konsep utama lingkungan daerah pedesaan yang sudah lama memiliki status tersebut seperti yang akan terlihat pada scene 01 shot 01. Untuk dapat mewujudkan konsep daerah pedesaan berkembang

yang tepat, riset dilakukan dalam bentuk observasi langsung ke sebuah desa di Cijeruk, Jawa Barat dan penggunaan acuan environment dari film “Guru Guru Gokil” (2020). Dari riset tersebut, didapatkan beberapa pertimbangan dalam perancangan environment lingkungan rumah berupa layout lingkungan rumah

(19)

45 Dian, elemen abiotik dan biotik, dan elemen yang termasuk man-made environment.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Berlokasi di Jawa Barat, lingkungan rumah Dian dikelilingi oleh sawah dan pepohonan yang menjadi salah satu ciri khas daerah pedesaan di pegunungan.

Seperti yang dikatakan Hernandez (2012), environment dapat menggambarkan keadaan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, maupun komponen biotik dan abiotik. Pemilihan sawah yang mengelilingi rumah Dian didasarkan oleh mata pencaharian utama masyarakat pedesaan sebagai petani. Kemudian dapat dilihat dari gambar layout lingkungan rumah, hanya dikelilingi oleh dua rumah tetangga.

Hal ini dikarenakan jarak kumpulan rumah yang berjauhan satu sama lain, membuat lokasi rumah Dian jauh dari pusat pemerintahan maupun pelayanan dasar seperti layanan kesehatan dan pendidikan. Sehingga keadaan ini juga mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat yang menengah ke bawah dari segi ekonomi dan pendidikan akan mengakibatkan permasalahan dalam kehidupan

Gambar 3.13. Peta lingkungan desa dan layout lingkungan rumah Dian

(20)

46 asyarakat (Soleh, 2017). Di daerah pedesaan ini, permasalahan yang terjadi berupa besarnya tanggungan kehidupan keluarga dan rendahnya pengetahuan dasar yang mengarahkan kepada pencarian solusi lain untuk bertahan hidup seperti dilakukannya pernikahan dini.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pemilihan layout dihasilkan setelah melakukan eksplorasi dalam penataan rumah pedesaan dan lingkungannya. Alternatif 1 pada gambar di atas tidak digunakan dengan pertimbangan kepadatan lokasi rumah pedesaan yang kurang menunjukkan daerah pedesaan berkembang yang jauh dari pusat pemerintahan

Gambar 3.14. Eksplorasi penataan layout lingkungan rumah Dian

(21)

47 dan aktivitas ekonomi. Selain itu kepadatan rumah penduduk maupun jumlah masyarakat dalam lingkungan rumah Dian dapat mengarahkan penonton untuk memandang daerah pedesaan di atas sebagai desa maju, bukan desa berkembang.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Didukung dengan cuaca daerah pegunungan yang cenderung lembab dan sering hujan, komponen biotik yang sering ditemukan adalah tanaman cabai, pohon palem, pohon pisang, pohon cemara, dan pohon pinus. Setelah mempertimbangkan hasil acuan, observasi langsung, dan eksplorasi, ditentukan tanaman cabai, pohon pisang, dan pohon palem yang dapat menggambarkan daerah desa pegunungan di Indonesia sebagai negara beriklim tropis (komponen abotik). Sumber daya yang tersedia dari tumbuhan ini tentunya juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghasilan yang menunjukkan socio-cultural environment sebagai salah satu aktivitas ekonomi (Sharma, 2013).

Kemudian untuk gaya visual dan bentuk dasar komponen biotik, ditentukkan gambar yang kedua di mana memiliki gaya semi-realis yang menyederhanakan bentuk aslinya dengan bentuk dasar yang kaku. Salah satu

Gambar 3.15. Sketsa dan eksplorasi jenis tumbuhan (komponen biotik), bentuk dasar, dan gaya visual

(22)

48 proses penyederhanaan bentuk yang dilakukan adalah terhadap pohon palem yang terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji seperti gambar di atas. Pohon palem disederhanakan menjadi kombinasi batang yang dibentuk bawahnya menyerupai akar dalam satu kesatuan dan lembaran daun yang disederhanakan pada modeling low poly dengan menggunakan tekstur alpha daun yang detil.

Alternatif lainnya tidak digunakan dengan pertimbangan semi realis yang memiliki distorsi pada bentuk aslinya (stylized) kurang memberikan kesan realistik pada konflik dan cerita pada film “Asa”.

Gambar 3.16. Hasil eskplorasi kondisi jalan sebagai komponen desa berkembang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Melalui eksplorasi kondisi jalan pada lingkungan pedesaan, ditentukan jalan semen yang tidak terawat sebagai kondisi jalan yang dapat menggambarkan desa berkembang yang sudah lama memiliki fasilitas namun belum dikembangkan. Selain itu, cuaca yang cenderung hujan juga mempengaruhi pemilihan keadaan tanah maupun akses jalan yang berada di desa. Jalan yang terbuat dari semen dan tidak terurus oleh pemerintah dan masyarakat setempat

(23)

49 memiliki beberapa kerusakan yang ditambah dengan kehadiran rumput liar yang tumbuh mengelilingi jalanan tersebut.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dari gambar di atas ini, selain sudah memiliki akses jalan, sebagai desa berkembang daerah ini juga sudah menggunakan sumber daya listrik maupun penataan selokan air. Selokan air di lingkungan desa yang sudah lama memiliki status desa berkembang ini masih menggunakan tanah yang digali lebih rendah dari jalan untuk secara otomatis mengalirkan air dari sumber air. Untuk daya listrik, menggunakan tiang listrik berbahan beton yang terlihat sudah lama tidak terawat dengan warna gelap dan kotor akibat kondisi cuaca.

Sedangkan untuk rumah tetangga, sebagai indikator yang membedakan keadaan ekonomi Dian dan Dedi, rumah tetangga di sekeliling rumah Dian akan menggunakan bahan-bahan bangunan yang lebih murah. Seperti ubin yang sebatas menggunakan semen, atap asbes, dan dinding yang dilapisi cat seadanya. Walau begitu, sebagai kepala desa, rumah tetangga ini yang berada di seberang rumah Dian memiliki lapangan yang biasa digunakan untuk anak-anak bermain maupun

Gambar 3.17. Sketsa infrastruktur lingkungan desa dan rumah tetangga

(24)

50 jika ada acara khusus seperti acara 17an. Dengan pekerjaan tetangga Dian dan pemanfaatan lapangan untuk masyarakat desa, hal ini juga dirancang sebagai elemen visual yang dapat menunjukkan keberlangsungan sistem pemerintahan desa berkembang yang masih terbatas.

Gambar 3.18. Hasil eksplorasi bentuk dasar dan warna pada rumah di lingkungan desa berkembang

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bentuk dasar dan warna dari rumah di lingkungan desa dapat membantu menunjukkan keadaan sebuah desa berkembang. Jika dilihat dari hasil observasi langsung, rumah di pedesaan memiliki pilihan warna yang bervariasi yang cenderung kontras satu sama lain. Sehingga dari hasil eksplorasi warna di atas, dipilih gambar kedua yang memiliki cat warna kontras yang desaturated sebagai hasil cuaca lingkungan yang menurunkan kualitas cat rumah. Sedangkan untuk bentuk dasar dipilih perpaduan bentuk kotak dan segitiga pada gambar kedua.

(25)

51

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah melalui proses pembuatan sketsa dan eksplorasi untuk komponen perancangan environment lingkungan rumah Dian, didapatkan hasil akhir seperti gambar di atas. Sebuah lingkungan rumah yang menggambarkan suasana pedesaan berkembang yang sudah lama memiliki status sebagai desa berkembang dengan komponen biotik dan abiotik daerah pegunungan. Lingkungan rumah yang jauh dari pusat pemerintahan maupun ekonomi serta pelayanan dasar lainnya mendukung lingkungan ini rentan terhadap budaya pernikahan dini. Keadaan yang jauh ini tentunya juga mempengaruhi faktor-faktor pembangunan infrastruktur yang lambat seperti akses jalan yang kurang terurus. Sedangkan jika dilihat dari aspek sosial, rancangan lingkungan rumah ini dapat memberikan informasi kepada audiens mengenai keadaan ekonomi masyarakat hingga pekerjaan utama dari masyarakat.

Gambar 3.19. Hasil akhir perancangan dan modelling environment lingkungan rumah Dian

(26)

52 3.5.2. Perancangan Rumah Dian

Rumah Dian memiliki konsep utama berupa sebuah rumah pegunungan di daerah pedesaan berkembang yang terlihat pada scene 01 shot 01. Untuk dapat mewujudkan konsep rumah Dian yang tepat, dilakukan riset dengan observasi langsung terhadap arsitektur rumah di Cijeruk, Jawa Barat. Selain itu perancangan juga menggunakan acuan rumah dari film “Guru Guru Gokil” (2020) dan “Orang Kaya Baru” (2020). Dari riset tersebut, didapatkan beberapa pertimbangan dalam perancangan rumah Dian berupa bentuk dasar, arsitektur, fondasi, lantai, dinding, dan atap dari rumah, dan teras maupun properti yang menunjukkan rumah pedesaan berkembang.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Proses perancangan rumah Dian dimulai dari eksplorasi tipe arsitektur dan material yang dilanjutkan dengan eksplorasi bentuk dasar dan gaya visual rumah Dian, hasil yang terpilih memiliki pertimbangan sebagai berikut. Pemilihan atap dengan bentuk dasar bujursangkar diarahkan untuk memberikan kesan yang lebih solid dan kaku. Untuk fondasi rumah, rancangan fondasi dibuat agar dapat meratakan kemiringan tanah di pegunungan menggunakan batu kali yang mudah

Gambar 3.20. Eksplorasi arsitektur, bentuk dasar, dan gaya visual rumah Dian

(27)

53 ditemukan pada daerah ini. Pada rancangan arsitektur terpilih, dipilih dengan rancangan yang dapat menunjukkan rumah pedesaan berkembang di pegunungan dengan ekonomi menengah pada tahun 2020 dengan bentuk dasar kotak yang memberikan kesan modern. Sedangkan untuk gaya visual rumah memiliki gaya semi-realis dengan bentuk yang disederhanakan serta distorsi yang minim untuk mencapai kesan realistik yang mendukung cerita film “Asa”.

Gambar 3.21. Eksplorasi material alas, dinding, penopang teras dan atap rumah Dian (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kemudian akan dilanjutkan pada eksplorasi tiga elemen utama dari sebuah rumah, yaitu bidang alas, bidang pembatas, dan bidang atap (Rury, 2016). Pada bidang alas rumah Dian dipilih menggunakan lantai keramik dan bukan semen maupun tanah yang didasarkan oleh keadaan ekonomi Dian dan Dedi yang lebih baik dari tetangganya. Begitu juga untuk atap yang menggunakan genteng berbahan tanah liat dan bukan asbes dan daun kelapa, serta penopang teras dengan keramik yang ditujukan untuk menunjukkan status ekonomi. Sedangkan dalam pemilihan lapisan dinding yang sudah menggunakan batu-bata, dipilih untuk

(28)

54 memiliki sebagain lapisan dinding yang tidak terlapisi cat. Hal ini didasarkan Dian dan Dedi sebagai masyarakat desa yang kurang mempedulikan fungsi keindahan pada rumah.

Gambar 3.22. Eksplorasi desain dan material jendela, lubang angin, dan pintu rumah Dian (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah perancangan elemen utama rumah, dilakukan eksplorasi terhadap model dan material jendela, lubang angin, dan pintu. Desain yang terpilih memiliki material yang terbuat dari kayu yang belum dihaluskan dan terlihat kotor dikarenakan perawatan pemilik rumah yang tidak tepat pada cuaca yang lembab.

Untuk dapat menggambarkan komponen desa berkembang di pegunungan pada tahun 2020 dengan ekonomi menengah, diputuskan untuk menggunakan desain yang sederhana dan minimalis tanpa corak. Terutama untuk jendela yang akan memperlihatkan Dian pada scene 01 shot 02, pemilihan jendela tanpa pembatas ditengahnya dibutuhkan agar karakter dapat terlihat dengan jelas dan tidak tertutupi oleh desain jendela.

(29)

55

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Selanjutnya adalah perancangan teras rumah Dian yang pada awalnya dirancang tanpa properti, dibuat terisi dengan adanya tempat duduk (bale), karung hasil panen (padi), kabel, dan meteran listrik. Pemilihan bale yang terbuat dari bambu didasarkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang suka bersosialisasi dan bersantai di terasnya. Desain dan material bale sebagai kursi di teras dirancang agar menggambarkan suasana sebuah rumah pedesaan berkembang. Untuk keberadaan karung, ditujukan agar audiens mengetahui pekerjaan dari orang yang tinggal di rumah tersebut. Sedangkan untuk meteran listrik dengan kabel yang berantakkan dirancang sebagai salah satu komponen rumah di desa berkembang yang sudah mendapatkan listrik.

Gambar 3.23. Sketsa akhir (kiri), sketsa awal (kanan) dan eksplorasi kursi teras rumah Dian (bawah)

(30)

56 Gambar 3.24. Hasil akhir perancangan dan modeling rumah Dian

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah melalui proses perancangan pembuatan sketsa dan eksplorasi, didapatkan hasil akhir dari perancangan rumah Dian seperti gambar di atas.

Dengan mempertimbangkan lokasi pegunungan dan desa berkembang, rumah Dian juga dirancang untuk memperlihatkan keadaan ekonomi yang cukup baik.

Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan material yang digunakan dalam pembangunan rumah seperti dinding yang sudah menggunakan batu bata, genteng tanah liat, dan ubin dengan lantai keramik. Selain itu audiens juga dapat mengetahui keadaan cuaca yang cenderung lembab dari rumah Dian melalui beberapa bagian rumah yang tertutupi oleh lumut.

3.5.3. Perancangan Ruang Tamu

Ruang tamu rumah Dian dirancang dengan konsep rumah pedesaan berkembang yang mencerminkan tri dimensional tokoh dari Dian dan Dedi (suami) pada scene 01 shot 02. Rancangan akan berfokus pada daerah ruang tamu yang terlihat dari

jendela pada adegan tersebut. Untuk dapat mewujudkan perancangan ruang tamu yang menggambarkan rumah pedesaan berkembang, riset dilakukan dengan observasi dan penggunaan acuan dari beberapa film. Rancangan interior ruang

(31)

57 tamu dan penataan properti ruang tamu didapatkan dengan acuan ruang tamu dari film “Imperfect” (2019), “Orang Kaya Baru” (2019), dan “Guru Guru Gokil”

(2020). Dengan hasil riset yang didapatkan, perancangan sketsa ruang tamu dapat dilanjutkan.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ruang tamu rumah Dian yang berukuran kecil dilengkapi dengan empat jendela yang memiliki lubang angin sebagai salah satu ciri rumah di pedesaan.

Pemilihan floorplan dari hasil eksplorasi didasarkan oleh penataan ruangan dan properti terpilih yang dapat mengarahkan pandangan penonton untuk fokus pada satu arah diagonal. Selain itu pada penataan rancangan tersebut, dapat memberikan kesan ruangan yang lebih luas dan rapih sebagai sebuah rumah pedesaan berkembang dengan ekonomi menengah.

Gambar 3.25. Sketsa dan eksplorasi floorplan dan interior rumah Dian

(32)

58 Gambar 3.26. Eksplorasi material elemen utama dari ruang tamu rumah Dian

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sebagai ruang tamu rumah di pedesaan berkembang, lantai ruang tamu sudah menggunakan ubin keramik, dinding yang dilapisi cat, dan jendela kayu dengan kaca besar di tengahnya. Pemilihan material ini didasarkan atas pertimbangan ekonomi Dedi yang cukup dengan pekerjaannya sebagai petani yang sudah memiliki lahannya sendiri. Selanjutnya, karena rumah Dian yang berada di pegunungan dengan udara yang cenderung dingin, ruang tamu dilengkapi dengan lubang angin sebagai pendingin ruangan. Selain itu pada pembatas ruangan digunakan perpaduan kain dan pintu kayu pada kamar sebagai alternatif yang akan digunakan bergantian sesuai kebutuhan dan privasi.

(33)

59 Gambar 3.27. Sketsa akhir dan eksplorasi properti ruang tamu

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dalam merancang properti yang akan digunakan pada ruang tamu, selain mempertimbangkan faktor desa berkembang, penulis juga menggunakan tri dimensional tokoh dari Dian dan Dedi (suami). Keberadaan televisi tabung dan antenanya merupakan salah satu properti yang menunjukkan rumah pada desa berkembang yang sudah menerima dan menikmati teknologi. Hal ini juga dapat dilihat dari pemilihan gordyn yang sudah menggunakan tiang dan gordyn yang terbuat dari kain tebal serta sofa yang terbuat dari paduan kayu dan bantalannya.

Selanjutnya adalah meja kayu ruang tamu yang di atasnya terdapat tempat cemilan, teko teh, dan gelas yng biasa digunakan oleh Dedi saat bersantai. Untuk lemari hias berisi piring tua dan jam dinding kayu tua merupakan properti yang menunjukkan sisi Dedi yang sangat menghormati tradisi maupun peninggalan leluhur.

(34)

60

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah selesai melakukan eksplorasi properti ruang tamu, akan dilanjutkan dalam menentukan penataan komposisi properti, gaya visual, maupun bentuk dasar dari properti. Dalam penataan properti dipilih gambar kedua yang memiliki komposisi ruang tamu dengan kekosongan ditengahnya, membantu mengarahkan pandangan penonton seperti panah di atas dengan pertimbangan hirarki dan proporsi properti yang tepat (Barnwell, 2017). Untuk bentuk dasar properti, diputuskan untuk menggunakan kotak yang memiliki makna sesuatu yang berlawanan dari alam (bentuk lengkung). Sedangkan pada gaya visual, sama seperti pada perancangan untuk lingkungan dan rumah, dipilih gaya visual semi realis yang memiliki bentuk sederhana tanpa distorsi yang dapat memberikan kesan realistik. Dapat dilihat dari gambar alternatif lemari tengah dan kiri yang memiliki distorsi, akan ikut mengubah suasana cerita film yang terkesan fiktif.

Gambar 3.28. Eksplorasi layout, bentuk dasar, dan gaya visual dari properti ruang tamu

(35)

61

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada gambar hasil akhir ruang tamu dapat dilihat penataan komposisi ruang tamu yang berantakkan dengan kabel berserakan dan keadaan ruang tamu yang kurang terawat. Hal ini untuk menunjukkan keadaan Dian yang terpaksa menjadi seorang ibu rumah tangga pada usia 14 tahun belum memiliki keterampilan dan kesadaaran dalam mengurus rumah. Kardus-kardus yang tertumpuk di ujung ruangan merupakan barang lama Dian yang belum dia keluarkan semenjak pindah ke rumah Dedi untuk meninggalkan kehidupan yang lama. Pada gambar ruang tamu dari tampak depan, dibuat sebuah bagian ruangan disebelah kanan yang menyimpan hal-hal yang menyangkut penghormatan terhadap tradisi maupun leluhur. Peletakkan kardus berisi barang Dian di area belakang ruang tamu juga sebagai simbol kehidupan dan mimpi Dian yang sudah terkubur semenjak mengikuti budaya pernikahan dini ini.

Gambar 3.29. Hasil akhir ruang tamu dari sisi depan (kiri) dan samping (kanan)

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan suatu teknologi dalam sebuah instansi dapat mempermudah sebuah pekerjaan yang dilakukan. Salah satu contoh instansi yang menerapkan sebuah

Penelitian ini bertujuan, pada prinsipnya untuk mengembangkan teori-teori akademis dalam rangka memberikan konstribusi pemikiran dari segi efek keilmuan dan secara akademik

Dalam novel ini Rita Johnson tumbuh dan tinggal berpindah-pindah lokasi dari lokasi satu ke tempat lain di wilayah Amerika bagian Selatan Amerika yang masih memegang

Hasil acuan tempat-tempat nyata akan digunakan untuk melengkapi perancangan environment apotek dan bengkel robot dalam film Machine Hearts agar hasil rancangan

Dari referensi film “Requem For A Dream” penulis bisa menggunakan teori rhythmic montage pada salah satu adegan dalam film “Tak Sampai Akarnya”...

Pada film dengan gabungan genre drama dan olahraga akan menghasilkan film dengan cerita yang membahas tentang olahraga yang akan diangkat, dalam hal tersebut

Untuk bahan bangunan, ditemukan adanya lapisan es pada kutub di Mars yang menurut Lorek (2019) dapat digunakan sebagai pelapisan struktur di Mars agar permukaan

Penelitian pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan perangkat pembelajaran matematika berupa Silabus, RPP, dan LKPD menggunakan pendekatan realistic mathematics