• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. Tak Sampai Akarnya yang merupakan film ber-genre drama dengan konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI. Tak Sampai Akarnya yang merupakan film ber-genre drama dengan konsep"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAB III

METODOLOGI

3.1. Gambaran Umum

“Tak Sampai Akarnya” yang merupakan film ber-genre drama dengan konsep surealis. Film ini merupakan hasil karya tugas akhir dari penulis dan rekan-rekan sebagai mahasiswa dan mahasiswi Universitas Multimedia Nusantara yakni, Muhammad Alwin Kamil sebagai sutradara, Nadisya Rihhadatul sebagai produser, Jesslyn Bonang sebagai penata artistik, Syarianna Diah Rabyanti sebagai penulis naskah, Herlangga Janottama sebagai penata kamera dan penulis selaku penyunting gambar.

Penulisan skripsi penulis yang berjudul “Penerapan Teknik Editing Montage untuk Membangun Konflik pada Film “Tak Sampai Akarnya” akan ditulis dengan menggunakan metode kualitatif. Menurut Kurniawan dan Puspitaningtyas (2016) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak terstruktur dan hasilnya tidak untuk digeneralisasikan. Hasil penelitian kualitatif juga bersifat terbuka (hlm.18). Menurut Sugiyono (2013) Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif dan data yang dikumpulkan biasanya merupakan kata-kata maupun gambar dan tidak mengacu pada angka (hlm.13).

Pengumpulan data karya akan dilakukan menggunakan teknik observasi dengan metode partisipasi. Kurniawan dan Puspitaningtyas (2016) berkata Apabila peneliti menggunakan teknik observasi (pengamatan), maka sebagai sumber datanya adalah suatu benda atau proses tentang sesuatu. Kurniawan dan

▸ Baca selengkapnya: film elang tak takut terbang sendiri

(2)

24 Puspitaningtyas (2016) juga memaparkan bahwa metode observasi pastisipasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh penulis atau peneliti. Dalam hal ini peneliti juga ikut terlibat dalam kegiatan sumber data yang sedang diamati atau diobservasi (hlm.81).

3.1.1. Sinopsis

Film berjudul “Tak Sampai Akarnya” menceritakan tentang seorang ibu, bernama Fiona (45 tahun) yang baru saja mendapat kabar dari dokter yang telah mendampinginya selama bertahun-tahun, bahwa kanker payudara yang tumbuh di dalam dirinya kini sudah sembuh. Bukannya merasa senang atau bahagia, Fiona malah merasa sedih dan bimbang atas kesembuhannya tersebut. Dengan kesembuhannya ini timbul rasa takut dan pikiran-pikiran negatif di dalam benak Fiona, jika Lily (24 tahun) anak semata wayangnya tidak akan memberikan perhatian lebih seperti biasanya lagi dan justru mungkin akan meninggalkan dirinya. Oleh karena itu Fiona berusaha untuk menutupi kesembuhannya tersebut dari anaknya, Lily.

3.1.2. Posisi Penulis

Posisi penulis di dalam produksi tugas akhir film pendek berjudul “Tak Sampai Akarnya” adalah sebagai seorang editor. Dimana penulis bertanggung jawab serta bertugas untuk mengumpulkan, Menyusun serta menggabungkan shots yang telah dihasilkan saat produksi, sehingga menjadi satu kesatuan film yang utuh.

(3)

25 3.2. Peralatan

Dalam mengerjakan tanggung jawab sebagai editor dan penulis laporan skripsi, penulis menggunakan personal computer dengan spesifikasi sebagai berikut:

Processor : AMD Ryzen 5 2600 Six-core Processor 3.40 GHz Memory : 16.0 GB

Monitor : LED LG 22”22 MN430H IPS Full HD

Storage : 1 TB WD Internal Hardisk dan 2 TB WD External Hardisk

Untuk perangkat lunak atau software penulis sebagai editor menggunakan Adobe Premiere CC 2020 untuk melakukan offline editing berikut dengan online editing. Penulis juga menggunakan External Harddisk dan Google Drive sebagai lokasi penyimpanan cadangan untuk menyimpan hasil syuting.

3.3. Tahapan Kerja

Tahapan penulis sebagai editor untuk membentuk laporan skripsi, adalah sebagai berikut:

1. Pembedahan Naskah

Pembedahan naskah merupakan langkah awal yang dilakukan sebagai perkiraan teknik editing apa yang sesuai dan bisa diterapkan pada film. Pada tahap ini penulis juga melakukan diskusi dengan sutradara. Sembari membedah scene pada naskah bersama sutradara, penulis juga mencari

(4)

26 referensi film yang beberapa teknik editing-nya dapat digunakan untuk film “Tak Sampai Akarnya”.

2. Riset Buku

Setelah penulis membedah naskah bersama sutradara, penulis juga mencari buku-buku yang berkaitan dengan teknik editing yang akan digunakan dalam film. Pada tahap ini, penulis mencocokkan teori yang telah dirancang pada tahap pembedahan naskah dengan teori yang sudah ada pada buku literatur. Sehingga penulis bisa memahami lebih dalam teori yang telah penulis rancang pada tahap pembedahan naskah.

3. Analisa Teknik Editing

Setelah mendapatkan bukti-bukti valid dari sumber-sumber literatur maka penulis menganalisa kemungkinan-kemungkinan teknik-teknik editing dam faktor- faktor editing penunjang lainnya yang berpeluang besar untuk digunakan di dalam film. Penulis menetapkan teknik editing yang akan dipakai pada proses paska produksi yakni, teknik editing montage, dimention of editing dan beberapa transisi yang dapat digunakan di dalam film.

4. Produksi

Pada tahap ini penulis mengumpulkan dan memastikan bahwa semua footage sudah aman dan bisa digunakan untuk tahap paska produksi. Penulis juga menuliskan shot yang baik dan yang buruk sehingga bisa mempermudah proses editing.

(5)

27 5. Paska Produksi

Setelah tahap produksi dilakukan dan hasil dari proses produksi telah terkumpul, penulis kemudian melakukan proses editing. Penulis mulai menyusun footage dan melakukan sinkronisasi suara. Setelah semua footage sudah rapih tersusun, penulis kemudian menerapkan teori yang telah ditetapkan pada tahap pembedahan naskah. Setelah analisa, penulis kemudian menerapkan teori sesuai rancangan yang ada pada naskah.

3.4. Acuan

Untuk menerapkan teknik rthymic montage yang telah direncanakan pada tahap pembedahan naskah, penulis mencari acuan atau referensi dari film yang sudah dibuat oleh filmmaker sebelumnya.

3.4.1. Requem For A Dream (2000)

Gambar 3.1. Poster Requiem For A Dream

(6)

28 Sara Goldfarb merupakan seorang wanita yang sudah berusia lanjut yang tinggal sendiri akibat ditinggal suaminya yang sudah meninggal. Harry anaknya pun sudah tidak ada keinginan untuk tinggal bersamanya. Yang membuat film ini menarik adalah, film ini membahas tentang candu. Sara Goldfarb memiliki obsesi untuk kembali cantik dengan gaun merah yang disukai suaminya saat masih hidup. Namun ia sudah terlalu gemuk untuk mengenakan gaun tersebut yang berujung pada kecanduan pil diet. Di lain cerita anaknya Harry juga kecanduan obat-obatan terlarang. Bersama dengan temannya Tyrone, Harry memperjual-belikan obat-obatan terlarang tersebut. Uang hasil obat-obat-obatan tersebut digunakan Harry untuk merintis usaha butik dengan pacarnya yakni Marion, yang juga pecandu obat-obatan. Film ini mempelihatkan kehidupan para tokoh-tokohnya yang semakin hari semakin hancur karena kecanduan yang mereka derita.

Gambar 3.2. Scene Requiem For A Dream

(7)

29 Adegan dari film “Requem For A Dream” diatas menggambarkan situasi Harry yang sedang membayangkan skenario di kepalanya, jika ia dan temannya merebutkan pistol dari seorang polisi hingga polisi tersebut jatuh. Namun ternyata ia sedang berkhayal di sebuah bar kecil. Shot 5 menunjukan pemilik bar yang bertanya kepada Harry apakah ada lagi yang ia pesan di bar nya atau tidak. Namun Harry masih berkhayal sampai akhrinya temannya menyadarkan Harry. Adegan ini memiliki kemiripan dengan adegan pada film “Tak Sampai Akarnya” dimana Fiona suka menghayal sesuatu yang negatif.

Shot pada adegan “Requem For A Dream” yang menggunakan close up shot antara shot 4 dengan shot 6 juga dapat dijadikan referensi yang sesuai dengan film “Tak Sampai Akarnya”. Pada film “Requem For A Dream” juga digunakan teknik editing rhythmic montage untuk menggabungkan shot 1 dan shot 2. Pada shot 1 Harry memiliki keinginan untuk mengambil pistol tersebut, sedangkan pada shot 2 dan 3 memperlihatkan bahwa pistol tersebut milik seorang polisi. Dari penjelasan diatas, teori rhythmic montage sesuai dengan yang dijelaskan oleh Dancyger bahwa rhythmic montage memiliki kekuatan yang berlawanan antar karakter yang digunakan untuk menimbulkan konflik. Dari referensi film “Requem For A Dream” penulis bisa menggunakan teori rhythmic montage pada salah satu adegan dalam film “Tak Sampai Akarnya”.

(8)

30 3.5. Proses Perancangan

Berikut adalah tahapan proses perancangan teknik editing montage pada film “ Tak Sampai Akarnya” untuk membentuk intensitas dramatis:

3.5.1. Pra Produksi

Di tahap produksi, penulis memulai langkah awal dengan membaca naskah secara berkala dikarenakan pergantian isi naskah selama pra produksi berlangsung. Pada tahap ini juga penulis berdiskusi perkiraan editing dan memberikan masukan ide mengenai editing dengan sutradara.

3.5.2. Produksi

Pada tahap ini penulis menyiapkan hardisk eksternal beserta laptop untuk melakukan copy data langsung pada saat proses produksi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mempercepat pengumpulan data footage dan dikarenakan keterbatasan kapasitas penyimpanan dari data memory card kamera milik director of photography.

3.5.3. Pasca Produksi

1. Pengumpulan data (Acquisition)

Pengumpulan data secara tidak langsung sudah dilakukan bersamaan pada saat produksi. Pada tahap ini penulis telah menerima segala materi editing dari director of photography dan sound designer.

2. Organization

Pada tahap ini penulis mengelompokan segala data footage dan sound yang diterima berdasarkan hari produksi, serta asset grafik (logo judul) di dalam folder terpisah.

(9)

31 3. Review and Selection

Pada tahap ini penulis melakukan pemeriksaan terhadap footage berdasarkan script continuity, sound report dan camera report. Namun penulis juga mengamati footage – footage dan data sound yang ada terlepas dari laporan-laporan tersebut, secara mandiri. Hal ini dilakukan untuk memastikan footage dan data sound yang digunakan baik adanya. 4. Assembly

Penulis memasukan dan menyusun data footage serta data sound yang mendukung ke dalam satu sequence. Setelah itu penulis melakukan sinkronisasi antara data footage dengan data sound yang ada.

5. Rough Cut

Tahap ini merupakan tahap dimana penulis mulai menyusun Kembali dan memotong semua footage dan sound menjadi satu kesatuan cerita sesuai dengan alur cerita pada naskah atau script ke dalam sequence baru. Pada tahap ini hasil editing masih kasar pada beberapa adegan karena tujuannya hanyalah untuk menyesuaikan alur cerita pada naskah. Penulis melakukan rough cut secara mandiri terlebih dahulu dan berdiskusi atas hasilnya dengan sutradara kemudian. Setelah melewati tahap revisi dari sutradara atas keputusan bersama maka film dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya. 6. Fine Cut

Setelah rough cut sudah baik maka kemudian adegan yang masih dirasa kasar dibuat lebih halus pada tahap ini. Penulis mulai memastikan adegan-adegan tertentu mengikuti konsep editing yang telah didiskusikan secara

(10)

32 bersama dengan sutradara, yakni dengan teknik montage. Karena berfokus menggunakan teknik rhythmic montage, penulis memastikan kesinambungan visual antar shots serta kesinambungan gerakan dari aktor-aktor di dalam shot tersebut. Ritme juga menjadi salah satu faktor-aktor penting bagi penulis sebagai editor untuk memotong gambar dan mendukung teknik rhythmic montage agar perpindahan shot lebih halus dan editing terasa seamless. Selain itu penulis juga memastikan transisi yang digunakan sudah sesuai dengan fungsinya sebagai perpindahan satu scene ke scene selanjutnya . Setelah sutradara sudah menyetujui, maka pict lock pun dilakukan. Setelah pict lock maka penulis akan memulai tahap color grading.

Gambar

Gambar 3.1. Poster Requiem For A Dream  (Sumber: Google)
Gambar 3.2. Scene Requiem For A Dream  (Sumber: Youtube/Movieclip)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis pada film “Fajar” berperan sebagai production designer yang memiliki tanggung jawab untuk memvisualisasikan dan merancang konsep yang sudah didiskusikan

Penulis bersamaan dengan sutradara dan produser memikirkan banyaknya ide cerita untuk dipilih hingga akhirnya memilih cerita mengenai salah satu kisah yang dekat

Healthbar yang dirancang menggunakan studi referensi dari “Kamen Rider Battride War”, awal perancangan penulis menambahkan kepala main character dalam healthbar untuk

Referensi kedua film memperkuat hasil dari tinjauan pustaka sehingga penulis dapat merancang shot sebagai bahasa visual memperlihatkan hubungan sahabat antara Gumelar

Study pustaka yang dilakukan adalah melalui buku rujukan tentang teori-teori film serta kisah-kisah terobsesinya para sineas untuk berkarya tanpa batas serta pengumpulan

Didalam skenario film pendek ini, terdapat beberapa analisa, salah satunya adalah analisa aktor utama yang digunakan dalam film pendek dengan tema skizofrenia. Tahap analisis

di atas merupakan salah satu cuplikan adegan dalam film dokumenter Women Without Shadows yang menampilkan perempuan di Arab Saudi cenderung menolak ketika

Refleksivitas dianggap salah satu karakteristik kunci dalam penelitian kualitatif (Creswell, 2014, hlm. Strategi untuk meningkatkan refleksivitas yang digunakan