• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PADA SISWA KELAS X SMA YAPIP MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PADA SISWA KELAS X SMA YAPIP MAKASSAR"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ADE IRMA SURYANI 10533 6018 09

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2016

(2)

vii

Tiada kesuksesan yang diraih tanpa perjuangan Tida keberhasilan hidup tanpa keringat dan air mata

Apa yang terjadi kemarin, hari ini, esok dan selamanya adalah kehendakNya

Selalu ada jawaban di setiap doa

Dan selalu ada hikmah di balik setiap cobaanNya Aku hidup dengan dua tujuan

Jika Allah berkehandak untuk orang tuaku dan akhiratku…

Dan jika Allah berkehendak aku juga ingin berbakti pada seseorang yang ditakdirkan menjadi pendamping hidupku….

Kupersembahkan Karya ini kepada:

Bapak dan Ibuku tersayang

Saudara yang saya cintai

(3)

viii

Siswa Kelas X SMA YAPIP Makassar. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hambali dan Rosleny B.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa kelas X IPS 3 SMA YAPIP Makassar dengan menerapkSan metode pembelajaran clustering.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 3 SMA YAPIP Makassar pada semester ganjil tahun pelajaran 201/2015 dengan jumlah 34 siswa. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dan setiap siklusnya dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan.

Hasil yang dicapai setelah pelaksanaan tindakan dengan menerapkan metode pembelajaran clustering selama dua siklus adalah: a) Meningkatnya hasil menulis siswa. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya skor rata-rata hasil belajar menulis , yaitu pada siklus I nilai rata-rata 72,5 dari skor ideal 100, skor maksimum 75, skor minimum 65 berada pada kategori rendah. Meningkat pada siklus II nilai rata-rata menjadi 78,23 dari skor ideal 100, skor maksimum 95, skor minimum 70 berada pada kategori cukup. Siswa tuntas belajar pada siklus I 64,7%

dan meningkat pada siklus II menjadi 82,35%. b) Terjadinya peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan selama penelitian. Perubahan aktifitas siswa, seperti kehadiran siswa pada siklus I 79,4% meningkat pada siklus II menjadi 98,5%. Siswa yang aktif mengerjakan LKS pada siklus I 79,4% meningkat pada siklus II menjadi 87%.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Clustering.

(4)

atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan pernah bertahmid atas anugrah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederatan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang.

Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya dan sembah sujud Ananda haturkan kepada Ayahanda Syamsuddin dan Ibunda Habasiah yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta keikhlasannya dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis serta doa restu yang tak henti- hentinya untuk keberhasilan penulis.

Tidak lupa pula penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada: Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. Dekan FKIP Universitas

(5)

beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dra.Hj.Rosleny B.,M.Si pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam upaya penyusunan skripsi ini. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unismuh Makassar yang dengan ikhlas memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Unismuh Makassar. Hj.ST Murni, S.Pd.,M.Si. selaku kepala sekolah SMA YAPIP Makassar yang telah mengizinkan penulis meneliti pada kelas X IPS 3. Nurbaya S.Pd selaku Guru Bahasa Indonesia SMA YAPIP, serta validator instrumen penelitian yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran yang beliau ajarkan.

Selanjutnya terima kasih pula penulis haturkan kepada: saudara tersayang Dodim Putra, yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil dan seluruh teman-teman Angkatan 2009 jurusan Bahasa Indonesia khususnya kelas J yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang turut memberikan andil dalam penyusunan skripsi ini mendapat pahala dari Allah Swt.

Semoga kesalahan atau kekurangan dalam penyusunan skripsi ini akan semakin memotivasi penulis dalam belajar. Amin Yaa Rabbal Alamin.

(6)

ADE IRMA SURYANI

(7)

xiii

LEMBAR PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN...

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ..

SURAT PERNYATAAN...

SURAT PERJANJIAN...

MOTTO... . ABSTRAK.. ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI... ..

DAFTAR TABEL ... .

DAFTAR LAMPIRAN ………... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...………...

B. Idntifikasi Masalah...

C. Rumusan Masalah………...

D. Tujuan Penelitian………...

E. Manfaat Penelitian………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ……….………...

1. Menulis...

a. Pengertian Menulis...

b. Tujuan Menulis...

c. Manfaat/Alasan Menulis...

d. Langkah-Langkah Menulis...

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Meode Clustering (Pengelompokan)...

f. Ciri-Ciri Tulisan...

iii iv v vi vii viii

ix x xiii

xv xvi

1 4 4 5 5

6 6 6 7 9 11

12 14

(8)

xiv

c. Cara Menulis Cerpen...

d. Tahap-Tahap Menulis Cerpen...

e. Ciri-Ciri Cerpen...

f. Jenis-Jenis Cerpen...

g. Unsur-Unsur Dalam Sebuah Cerpen...

3. Karakteristik

Cerpen………...

4. Pembelajaran Menulis Cerpen...

5. Gambaran Umum Metode Clustering...

6. Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Clustering………...

B. Kerangka Pikir………...

C. Hipotesis Tindakan ………...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………...

B. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ……...

C. Faktor Penelitian ………..

D. Rencana Tindakan...

E. Teknik Pengumpulan Data...

F. Teknik Analisis Data………...

G. Kriteria Penilaian...

H. Indikator Keberhasilan...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...

B. Pembahasan Hasil Penelitian...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...

B. Saran ...

18 18 19 20 20

25 26 26 30 31 34

35 36 36 36 41 42 44 48

49 63

65 67

(9)

xv

(10)

xvi

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I...

Tabel 4.2 Statistik Skor Skor Hasil Belajar Siklus I...

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Siklus I ...

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Menulis Siswa pada Siklus I...

Tabel 4.5 Data Respon Siswa Siklus I...

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II...

Tabel 4.7 Statistik Skor Hasil Belajar Siklus II...

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Tes Kemampuan Keterampilan Menulis Siswa pada Siklus II...

Tabel 4.9 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II...

Tabel 4.10 Data Respon Siswa Siklus II...

51 53 53

54 55 58 60 59 60 61 61

62

55 55

(11)

xvii daftar hadir siswa.

D. Persuratan, dan riwayat hidup

(12)

1 A. Latar Belakang

Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, selain aspek kebahasaan juga terdapat aspek kesastraan. Pembelajaran sastra diharapkan meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, menganalisis, dan memahami karya sastra. Pembelajaran sastra, meliputi empat rangkaian kegiatan yang harus diketahui dan dimiliki oleh siswa, yaitu aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada aspek mendengarkan, siswa diharapkan mampu memahami dan mengapresiasikan ragam karya sastra. Pada aspek berbicara siswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan menggunakan ragam karya sastra. Pada aspek membaca, siswa diharapkan mampu membaca dan menentukan berbagai jenis ragam karya sastra. Pada aspek menulis, siswa diharapkan mampu menulis dan menentukan karya sastra yang diminati, baik itu puisi, prosa, maupun drama.

Salah satu bentuk karya sastra fiksi adalah cerpen. Cerpen merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan di sekolah berdasarkan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan mengapresiasi cerpen adalah salah satu aspek kemampuan bersastra dalam pembelajaran sastra yang harus dikuasai siswa yang tercantum dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA kelas X semester 2.

(13)

Pemerintah dan para guru telah melakukan berbagai perbaikan dan pembenahan dalam berbagai permasalahan sastra yang di hadapi di sekolah, salah satu upaya mencari solusi terhadap masalah pembelajaran sastra tersebut adalah melakukan penelitian terhadap berbagai kompetensi yang berkaitan dengan Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kompetensi yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran sastra yaitu kompetensi keterampilan menulis.

Kegiatan menulis sastra merupakan beban berat. Anggapan ini timbul karena menulis membutuhkan banyak tenaga, waktu, serta perhatian sungguh-sungguh yang menuntut keterampilan dan adanya imajinasi Akhdiah(dalam Miradiana, 2006:2).

Demikian halnya dengan kondisi pengajaran menulis di sekolah yang diakibatkan lemahnya tradisi menulis di kalangan siswa.

Hasil observasi awal yang dilakukan pada siswa kelas X SMA YAPIP Makassar terhadap pembelajaran bahaasa indonesia khususnya pada keterampilan menulis cerpen siswa belum memadai. Dengan kata lain bahwa hasil belajar siswa dalam materi menulis cerpen pada semester yang lalu belum mencapai target ketuntasan. Standar KKM yang dibelakukan untuk pembelajaran bahasa indonesia khususnya menulis cerpen adalah 75 dan ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 40% dengan menggunakan model pembelajaran langsung

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran menulis cerpen di kebanyakan sekolah masih belum memadai, hal tersebut dapat dibuuktikan dengan kurangnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Pada dasarnya menulis cerpen adalah memilih dan mengembangkan gagasan siswa yang mendukung kebutuhan

(14)

cerpen yang dimaksud bukanlah seperti menulis karangan bebas yang kebanyakan terjadi dalam pembelajaran menulis cerpen pada umuumnya yakni guru yang menggunakan metode ceramah dan model pembelajaran langsung yang lebih merujuk pada produk. Yulinda (2007) menyimpulkan pada umumnya siswa SMA N 2 Dompu NTB belum mampu menulis cerpen berdasarkan kaidah yang ditentukan.

Hal yang sama disimpulkan oleh Mulyadi(2005) menyatakan bahwa siswa SMA N 8 Jakarta belum mampu menulis cerpen.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi kesulitan siswa dalam menulis dan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis khususnya menulis cerpen maka salah satu metode menulis yang dapat diterapkan adalah mtode clustering.

Pembuktian teknik clustering dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan.

Namun, dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Metode clustering bertujuan untuk merangsang ide dalam suatu proyek penulisan yang sebenarnya. Hal ini akan menimbulkan minat lagi penulis untuk memerhatikan setiap pola yang dapat memberikan titik awal dari rencana yang akan ditulis. Teknik ini sangat ampuh dalam proses penulisan karena dapat merangsang seseorang untuk bekerja secara alamiah dengan ide-ide tanpa harus menyunting.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti manfaat dalam metode ini dalam kegiatan menulis cerpen berdasarkan pengalaman sendiri siswa kelas X2

SMA YAPIP Makassar. Selain itu, menurut Deporter dan Hernacki bahwa metode clustering sangat efektif dan menyenangkan dalam mengembangkan kemampuan menulis. Pemilihan topik penelitian ini oleh penulis juga didasarkan pada

(15)

pertimbangan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Kurniah Azizah (2010) mengkaji tentang Penggunaan Metode Pengelompokan (Clustering) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X2 SMA Kertanegara Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cerpen hasil tulisan siswa masih dalam kategori kurang. Selain itu penggunaan metode clustering dalam kegiatan mengarang masih sangat langka digunakan. Dua hal tersebut menjadi alasan menulis dalam pemilihan topik-topik penelitian ini. SMA YAPIP Makassar sebagai lokasi penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana kebiasaan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA YAPIP Makassar sungguminasah gowa ?

2) Hal apa saja yang dapat menghambat proses menulis cerpen siswa kelas X2 SMA YAPIP Makassar sungguminasah gowa ?

3) Hal apa saja yang dapat menunjang proses menulis cerpen siswa kelas X2

SMA YAPIP Makassar sungguminasah gowa ?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(16)

Apakah metode clustering dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2SMA YAPIP Makassar?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran kemampuan menulis cerpen melalui metode clustering siswa kelas X2SMA YAPIP Makassar.

E.. Manfaat Penelitain

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ada dua yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini memiliki manfaat bagi para peneliti lain untuk mengadakan penelitian sejenis dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan pemahaman siswa.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tentang cara pembelajaran menulis dalam kompetensi menulis cerpen dengan menggunakan metode clustering.

c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat para guru dalam mengajar.

(17)

6

Tinjauan pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang diteliti, kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti melahirkan pikiran atau perasaan, (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.

Tarigan (1983:21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurungkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Munirah (2006: 4) mengemukakan bahwa menulis merupakan kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam tulisan yang efektif. Tentu saja segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya saling memahami. Apabila seseorang diminta untuk menulis, maka berarti ia akan mengungkapkan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Jadi, menulis itu berarti melakukan dengan tulisan.

(18)

Menurut Ahmadi (Mirriam, 2005:9) menulis adalah upaya mendorong siswa untuk berpikir jujur dan bertanggung jawab dan kaitannya dengan penggunaan bahasa secara integritas dan merangsang daya pikir intelektual siswa

Berdasarkan pendapat di atas, penulis bersimpul bahwa menulis merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan sehingga menghasilkan suatu yang dapat dibaca.

b. Tujuan Menulis

Selanjutnya, Hugo Hartig (Tarigan, 1983:24-25) mengemukakan tujuan menulis/ mengarang sebagai berikut:

a) Assigment Purpose (Tujuan Penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya, para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat.

b) Altruistic Purpose (Tujuan Altruistic)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca untuk memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca agar lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun secara tidak sadar bahwa pembaca dan penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistic adalah kunci keterbatasan suatu tulisan.

(19)

c) Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d) Informational Purpose (Tujuan informasional/ Tujuan Penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerapan kepada para pembaca.

e) Self-Ekspressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) Creative Purpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan diri” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g) Problem Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat mengerti dan diterima oleh pembaca.

(20)

c. Manfaat/Alasan Menulis

Dalam buku yang berjudul Daripada Bete Nulis Aja, yang ditulis oleh Caryn Mirriam (2005: 27), ada beberapa alasan untuk menulis, yakni:

1. Menulis membantu menemukan siapa dirimu. Saat kita meletakkan pena di kertas dan menuangkan pikiran, kita mulai menemukan apa yang kita ketahui tentang diri sendiri, juga tentang dunia. Kita dapat menelaah apa yang kita suka atau benci apa yang menyakitkan diri kita, apa kebutuhan kita, apa yang dapat kita berikan, dan apa yang kita inginkan dalam hidup. Ini membantu kita memahami diri dan keberadaan kita di dunia dengan lebih baik.

2. Menulis dapat membantu kita percaya diri dan meningkatkan kebanggaan. Setiap tindakan mencipta sesuatu dari nol menimbulkan rasa bangga dan berprestasi.

Menyadari kita mampu mengisi majalah dengan buah pikiran sendiri, menulis cerita, atau menyiapkan laporan penelitian, membantu kita yakin akan kemampuan, bakat, dan ketekunan yang kita miliki. Percaya diri kita yang semakin besar akan mendorong keberanian mengambil resiko lebih tinggi dalam menulis dan kegiatan kreatif lainnya.

3. Saat menulis, kita mendengar pendapat unik sendiri. Menulis memungkinkan kita berkomunikasi dengan kata dan pendapat sendiri, tanpa penyaring dan penghalang yang mungkin kita pakai saat berbicara dengan orang yang ingin kita senangkan atau hindari, orang yang membuat kita merasa ingin bergaul dengannya, kita ingin membuatnya terkesan, atau mereka yang ingin kita jauhi. Menulis juga memberi kita kesempatan untuk mendengarkan pendapat kita yang unik, untuk menghargai dan mengetahuinya secara lebih baik.

(21)

4. Menulis menunjukkan apa yang dapat kita berikan pada dunia. Dengan menulis, kita dapat menelaah bakat, minat, dan keinginan kita yang unik. Menulis memungkinkan kita mempelajari diri, mengungkapkan cita-cita dan apapun yang ingin kita lakukan dengan kata-kata.

5. Dengan menulis, kita mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menanyakan pertanyaan baru untuk ditanyakan. Menulis memaksa kita berpikir, mencari cara untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam hidup kita.

Menulis bersifat mengoreksi diri, memberi kita kesempatan untuk memikirkan kembali secara seksama pilihan dan keputusan menyangkut berbagai hal, mulai dari apa yang harus kita pelajari, dengan siapa kita bergaul, sampai bagaimana memberitahukan pemikiran kita kepada seseorang. Dalam proses menuliskan masalah sendiri dan meneliti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, kita mungkin menemukan jawaban yang tepat untuk diri sendiri.

6. Menulis meningkatkan kreativitas. Mencipta sesuatu berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, dan akhirnya menemukan pemecahan. Ketika menulis, kita membenamkan diri dalam proses kreatif. Semakin banyak berlatih, akan semakin mudah bagi kita memindahkan keahlian ini ke bidang lain yang membutuhkan solusi kreatif.

7. Kita dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis. Banyak orang percaya bahwa kata-kata tertulis lebih memungkinkan kebebasan berekspresi ketimbang kata-kata yang diucapkan secara lisan.

(22)

8. Menulis memberi kita tempat untuk melampiaskan emosi. Saat kita marah, takut, kecewa, atau depresi, menulis dapat membantu kita melampiaskan emosi-emosi di atas kertas ketimbang menahannya.

9. Dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis. Banyak penulis memperoleh sedikitnya manfaat penyembuhan dengan menulis. Apakah mereka menulis karena karier, kecintaan, hobi, atau ketiganya.

10. Menulis memberi kesenangan dan cara mengungkapkannya. Mengubah sesuatu yang penting berarti bagi diri sendiri ke dalam kata-kata, kemudian membacanya, akan sangat mengasyikkan. Tetapi proses menulis itu sendiri juga mengasyikkan.

11. Menulis membuat kita lebih hidup. Kata-kata, kesan, ungkapan kesedihan atau kesenangan, penemuan jawaban atau pertanyaan yang muncul saat menulis semuanya membantu kita merasa lebih hidup.

12. Kita dapat menemukan impian kita lewat menulis. Melalui kegiatan menulis yang sunyi dan sendiri, kita dapat mengetahui mimpi terbesar kita (bukan apa yang kita atau orang lain kira semestinya merupakan mimpi terbesar kita, melainkan mimpi yang sungguh-sungguh menggugah jiwa kita.

d. Langkah-langkah Menulis

Menulis adalah suatu proses mencakup serangkaian kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topik yang akan dibahas sampai penulisan buram (draft) akhir. Proses ini mencakup beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Pada tahap prapenulisan, kita memikirkan dan mengerjakan berbagai kegiatan sebelum kegiatan menulis dimulai. Pada tahap penulisan, kita mengembangkan gagasan, memecahkan topik ke dalam subtopik,

(23)

memberikan uraian, contoh, dan sebagainya dalam wujud rangkaian kata, rangkaian kalimat, dan rangkaian paragraf.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan mengarang yang sering juga disebut prapenulisan, adalah:

1. memilih topik tulisan;

2. menuliskan judul tulisan;

3. merumuskan tujuan penulisan;

4. menentukan bahan penulisan;

5. membuat kerangka tulisan

e. Langkah-langkah pembelajaran menulis cerpen dengan metode clustering (pengelompokan)

Boby De Porter dan Mike Hernacki mengungkapkan bahwa tahap-tahap

penulisan yang lengkap yaitu:

a. Persiapan

Clustering dan menulis adalah teknik yang di gunakan pada proses penulisan

ini. Pada tahap ini, penulis hanya membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan gagasan, dan pengalaman anda.

b. Draft- Kasar

Di sini mulai menulusuri dan mengembangkan gagasan. Pusatkan pada isi daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Dalam hal ini untuk menunjukkan bukan memberitahukan saat menulis.

c. Berbagi

(24)

Bagian dari proses ini sangat penting. Sebagai penulis, akan merasa sangat dekat dengan tulisan, sehingga sulit bagi penulis untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan, perlu meminta bantuan orang lain untuk membacanya dan memberikan umpan balik. Mintalah seorang teman atau pasangan teman sekelas, untuk membacanya dan memperbaiki bagian-bagian mana yang benar kurang tepat.

d. Memperbaiki

Pada tahap ini setelah mendapatkan umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang perlu di garap lagi, ulangi dan perbaikilah. Manfaat umpan balik yang di anggap membantu.

e. Menyunting (editing)

Pada tahap ini, perbaikilah semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Pastikanlah semua transisi berjalan semua, penggunaan kata kerjanya tepat dan kalimat-kalimat nya lengkap.

f. Penulisan Kembali

Pada tahap ini, masukan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan.

g. Evaluasi

Pada tahap ini, untuk memastikan bahwa penulis telah menyelesaikan tulisan yang di rencanakan dan yang ingin di sampaikan walaupunini merupakan proses yang terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan.

(25)

f. Ciri-ciri Tulisan

Ciri-ciri tulisan yang cakap, rancak, dan elok dapat dirinci sebagai berikut:

1) Jika sang penulis tahu apa yang harus dikatakan, yakni dengan memahami benar-benar target (visi) tulisannya dan sekaligus mampu menentukan segmentasi pembacanya (misi);

2) Jika sang penulis mampu menyusun bagan atau struktur organisasi tulisannya (outline) berdasarkan visi dan misalnya;

3) Jika sang penulis memahami cara mengekspresikan dirinya dengan baik, berdasarkan pada asas kelimat efektif dan kesantunan ejaan (Wibowo, 2001: 72).

g. Teknik Pembelajaran Menulis

Menulis atau mengarang merupakan kegiatan pengungkapan gagasan secara tertulis. Menulis atau mengarang boleh dikatakan keterampilan yang paling sukar bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

Apabila siswa menggunakan bahasa kedua/asing secara lisan, penutur asli dapat mengerti dan menerima lafal yang kurang sempurna atau ungkapan yang kurang gramatikal. Akan tetapi, apabila siswa menggunakan bahasa kedua/asing itu secara tulisan, penutur asli yang membacanya akan lebih ketat dalam menilai tulisan bila ada kesalahan ejaan atau tata bahasanya. Meskipun makna yang di sampaikan itu sudah cukup jelas dan tulisannya cukup rapi, suatu karangan tertulis dituntut harus baik dan sedapat mungkin menghindari kesalahan. Karangan tertulis sering dianggap mencerminkan tingkat pendidikan penulisnya.

Menurut Krashen, “kalau pemerolehan bahasa dan keterampilan mengarang sejajar perkembangannya. Keterampilan mengarang paling efektif diperoleh melalui

(26)

membaca yang ekstensif, yang fokus membacanya terletak pada isi/pesan yang terkandung dalam teks itu.

Dalam penerapan pembelajaran mengarang kepada siswa, masalah yang harus didentifikasi yaitu kekurangan “kemampuan kode” (materi tulisan) dan proses pemerolehan mengarang yang kurang baik.

Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan:

1) Banyak membaca agar siswa dapat memperoleh kemampuan kode menulis.

2) Pengembangan proses mengarang yang lebih efisien, yakni dengan cara:

a. Menangguhkan mengadakan “penyuntingan” (editing)

b. Menangguhkan karangan yang berorientasi kepada pembaca (reader based) Jadi mula-mula siswa melatih diri dalam menulis yang berorientasi pada dirinya sendiri dahulu (writer-based), tanpa menentukan siapa yang dituju dalam karangannya. Sesudah mendapat cukup latihan, ia mulai mengalihkan “orientasi kepada penulis” menjadi “orientasi kepada pembaca”.

Dari sudut pandang guru, pembelajaran mengarang harus melalui langkah- langkah:

a. Mencari topik yang sesuai dengan tingkat kemampuan bahwa dengan ruang lingkup (ranah) kehidupannya.

b. Menentukan tujuan: mengapa penulis (siswa) mengarang tulisan itu.

c. Menentukan kepada siapa karangan itu tertuju.

d. Membuat renncana penulisan (outline)

e. Mewujudkan karangan di atas kertas. Mula-mula konsep kasar, kemudian sesudah direvisi dan disunting, ditulis rapi pada kertas karangan

(27)

1. Menulis Cerpen

a. Pengertian Menulis Cerpen

Menurut Sumardjo (dalam Aminuddin, 2009: 24), menulis cerpen merupakan salah satu karya prosa fiksi. Cerpen merupakan cerita khayali yang diungkapkan berdasarkan iamjinasi pengarangannya, tapi cerpen juga kadang ditulis berdasarkan peristiwa nyata kemudian dituangkan dalam bentuk teks naratif. Menulis cerpen merupakan kegiatan menuangkan gagasan, pikiran, maupun perasaan ke dalam sebuah tulisan yang berbentuk cerita pendek. Menulis cerpen pada dasarnya menyampaikan sebuah pengalaman pada pembacanya.

Menurut Sumardjo (dalam Aminuddin, 2011: 25), Dalam menulis sebuah cerpen seorang penulis harus memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dan jalinan cerita haruslah disusun dengan menarik dan memperhatikan urutan waktu serta mengandung tokoh yang mengalami suatu peristiwa. Untuk dapat menulis cerpen dengan baik penulis harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang cerpen.

Penulis cerpen juga harus mampu mengedepankan pengalaman. Sesuatu yang dialami atau diketahui hendaknya direnungkan baik-baik dan dicari ujung pangkalnya sehingga dapat menimbulkan kematangan pikiran sebagai dasar dalam membuat cerita.

Dari pendapat sebelumnya, dapat di simpulkan bahwa menulis cerpen adalah imajinasi atau peristiwa seseorang yang di tuangkan melalui gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam sebuah bentuk tulisan.

Cerpen adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi

(28)

(Depdiknas, 2008: 263). Sedangkan Nurgiyantoro (2005: 17) menyatakan bahwa cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa (kejadian) yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia.

Menurut Edgar Allan Poe (dalam Nurgiyantoro, 2005: 10) mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai pada detil-detil khusus yang kurang penting dan bersifat memperpanjang cerita karena bentuknya pendek (Nurgiyantoro, 2005: 11). Cerpen, selain kependekannya ditunjukkan oleh jumlah kata yang digunakan, ternyata peristiwa dan isi cerita yang disajikan juga sangat pendek. Peristiwa yang disajikan memang sangat singkat, tetapi mengandung kesan yang dalam. Isi cerita memang pendek karena mengutamakan kepadatan ide. Oleh karena peristiwa dan isi cerita dalam cerpen singkat, maka pelaku-pelaku dalam cerpen pun relatif lebih sedikit jka dibandingkan dengan roman/novel (dalam Suwadah Rimang, 2011: 103).

Dari beberapa pendapat sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita yang dapat selesai dibaca dalam waktu singkat.

b. Tujuan Menulis Cerpen

Semua kegiatan penulisan didasari tujuan yang ingin disampaikan penulis.

Untuk karangan berbentuk cerpen, tujuan penulisan adalah menyalurkan persoalan hidup manusia yang seringkali membebani pikiran baik orang lain ataupun penulis sendiri. Begitu banyak persoalan manusia yang dihadapi dalam hidupnya, maka cerpen akan memberikan peluang sebanyak persoalan yang ada. Persoalan yang

(29)

dianggap membebani hampir semua manusia dalam kehidupan seperti: cinta yang selalu melekat pada manusia sepanjang usia, maut, tragedi, harapan, kekuasaan, tujuan, makna hidup, serta hal-hal yang di dalam kehidupan manusia.

c. Cara Menulis Cerpen

Temukan ide dari sejumlah persoalan yang dipikirkan. Menemukan ide memang tidak mudah tetapi tidak sesulit yang dibayangkan. Ada berbagai cara dalam menemukan ide yaitu:

a) Tuliskan semua hal, yang di alami dan yang menjadi bahan pikiran Anda yang kemudian di tulis di atas kertas.

b) Urutkanlah semua yang telah Anda tuliskan tersebut berdasarkan tingkat kepentingan dan Anda tahu pemecahannya. Letakkanlah urutan tertinggi bagi yang paling memenuhi kriteria penting tadi.

c) Jika itu suatu masalah, pikirkan pula apa solusinya.

d) Tuliskan kata kunci dari butir–butir yang telah Anda pilih di atas untuk dijadikan bahan tulisan.

e) Usahakan kata kunci yang Anda pilih adalah yang menurut Anda memiliki kesan positif.

f) Susunlah ide tersebut berdasarkan pengalaman atau imajinasi

d. Tahap-tahap menulis cerpen 1. Tahap Pramenulis

(30)

Dalam tahap pramenulis ini kita harus menggali ide, memilih ide, dan menyiapkan bahan tulisan.

2. Tahap Menulis Draf

Tahap ini merupakan tahap menulis ide-ide ke dalam bentuk tulisan yang kasar sebelum dituliskan dalam bentuk tulisan jadi. Ide-ide yang dituliskan dalam bentuk draf ini sifatnya masih sementara dan masih mungkin dilakukan perubahan.

3. Tahap Revisi

Tahap revisi merupakan tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru. Perbaikan atau revisi ini berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan penataan isis sesuai dengan kebutuhan pembaca.

4. Tahap Menyunting

Pada tahap menyuntingini kita harus melakukan perbaikan karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.

5. Tahap Mempublikasi

Publikasi ini bukan hanya mengirim karangan ke media massa seperti koran atau masalah saja, namunn dinding atau buletin sekolah juga dapat menjadi media yang bagus untuk mempublikasikan tulisan Sayuti (dalam Munirah, 2006:27).

e. Ciri-ciri cerpen

ciri-ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini adalah Ceritanya pendek, bersifat rekaan (fiction), bersifat naratif dan memiliki kesan tunggal.

(31)

f. Jenis-jenis cerpen

Jenis cerpen terbagi atas tiga, yakni:

1) Berdasarkan panjang pendeknya cerita menurut Nensilianti (dalam Asnidah, 2008:

10) dapat dibagi menjadi:

a) cerita pendek yang pendek (short-short story); dan b) cerita pendek yang panjang (long short story).

2) Berdasarkan isinya, antara lain:

a) yang berisi masalah moral;

b) yang berisi masalah sosial;

c) yang berisi masalah individu;

d) yang berisi masalah spiritual;dan e) yang berisi masalah politik.

3) Berdasarkan unsur struktur cerita yang menonjol, dapat dibagi atas:

a) cerpen yang mementingkan unsur alur atau plot;

b) cerpen yang mementingkan unsur tokoh atau karakter;

c) cerpen yang mementingkan unsur latar; dan d) cerpen yang mementingkan unsur tema.

g. Unsur-Unsur dalam Sebuah Cerpen

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (dalam Aminuddin, 1987: 109) mengungkapkan bahwa unsur intrinsik meliputi: alur, tema, tokoh dan penokohan, suasana, latar, sudut pandang, dan gaya.

(32)

1) Tema

Pengarang menciptakan karya (prosa fiksi) karena ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tema tidak disampaikan secara tersurat (eksplisit) dalam cerita tetapi secara tersirat (implisit) ( dalam Mirriam, 2005: 44).

Depdiknas (2008: 1429) tema adalah pokok pikiran; dasar cerita yang dipakai sebagai dasar mengarang. Oleh karena itu, untuk menentukan tema sebuah karya sastra haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita.

2) Tokoh dan penokohan

Yang dimaksud dengan tokoh adalah para pelaku atau subjek lirik dalam karya fiksi (Suwadah Rimang, 2011: 26). Abrams (dalam Asnidah, 2008:19) menyatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif; yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tarigan (1983: 45) menyatakan Penokohan adalah penggambaran watak (karakter) tokoh atau pelaku. Cara pengarang menampilkan watak para tokoh dalam cerita ada bermacam-macam. M. Saleh dan Stephen Minot (Suwadah Rimang, 2011:

25) mengungkapkan bahwa ada dua cara perwatakan yakni:

a. Secara langsung atau analitik, yaitu pengarang secara langsung mengungkapkan sifat, sikap, dan perangai dari tokoh-tokoh yang ditampilkannya.

b. Secara dramatik, yaitu pelukisan watak tokoh secara tidak langsung, misalnya melalui: (1) lingkungan hidup pelaku, (2) monolog, (3) percakapan para pelaku,

(33)

(4) jalan pikiran pelaku, (5) reaksi pelaku terhadap peristiwa, dan (6) komentar orang lain terhadap pelaku.

Berdasarkan sifat atau watak tokoh, tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang berwatak baik sehingga disukai oleh pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang yang berwatak jelek, tidak sesuai dengan apa yag diidamkan oleh pembaca, Aminuddin (Suwadah Rimang, 2011: 25).

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh bawahan/pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran utama, frekuensi kemunculannya sangat tinggi, menjadi pusat penceritaan. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama, yang membuat cerita lebih hidup, Sudjiman (Suwadah Rimang, 2011: 25).

Berdasarkan kompleksitas masalah yang dihadapi, tokoh dibedakan atas tokoh simpel dan tokoh kompleks. Tokoh simpel adalah tokoh yang tidak banyak dibebani masalah, sedangkan tokoh kompleks adalah tokoh yang banyak dibebani masalah (Suwadah Rimang, 2011: 25).

3) Alur/plot

Istilah lain untuk alur adalah plot, yakni cara pengarang menjalin kejadian- kejadian secara berurutan dengan memperhatikan hukum sebab akibat, sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat (Suwadah Rimang, 2011: 26).

Menurut Nurgiyantoro (2005: 46) alur (plot) adalah rangkaian (sambung- sinambung) peristiwa dalam cerita yang disusun secara kausalitas (sebab-akibat).

(34)

Dalam cerpen, alurnya dipadatkan (dihindari adanya alur longgar) karena ceritanya singkat. Kendatipun demikian, setiap alur cerpen hendaknya terdiri atas fase-fase:

a. Perkenalan (para tokoh/pelaku diperkenalkan).

b. Perumitan (pertikaian timbul antara tokoh protagonis dan antagonis).

c. Klimaks (puncak cerita).

d. Penyelesaian (kesimpulan, akhir).

4) Latar

Latar adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa pada cerita. Pengertian latar tersebut merujuk pada latar fisik. Tempat dan latar fisik mencakup tempat an wujud fisik, seperti bangunan, daerah,dan lain sebagainya. Selain latar fisik, dikenal juga sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, dan lain-lain.

Jacob Sumardjo (dalam Suwadah Rimang 2011:26) menyatakan bahwa latar tidak hanya berupa tempat atau lokal saja, tetapi juga mencakup suatu daerah dengan watak kehidupannya. Hal ini senada dengan pendapat Stephen Minot yang menyatakan bahwa latar memuat: 1) latar waktu, 2) latar alam/geografi, 3) latar sosial

5) Amanat

Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Depdiknas, 2008: 47).

Sebuah karya sastra ada kalanya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, itulah yang disebut amanat.

(35)

6) Sudut Pandang Pengarang/ Point of view

Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (dalam Nurgiyantoro).

Dalam bukunya, Tarigan (1991: 115) menyatakan bahwa Seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut pandang tertentu. Pengarang dapt memilih satu atau lebih narator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa- peristiwa dalam prosa fiksi. Secara garis besar, pengarang dapat memilih pencerita AKUAN dan DIAAN

Seorang pencerita dapat dikatakan sebagai pencerita akuan apabila pencerita tersebut dalam bercerita menggunakan kata ganti orang pertama: aku atau saya.

Pencerita akuan dapat menjadi salah seorang pelaku atau disebut narrator acting.

Di samping bertindak sebagai pencerita yang terlibat atau narrator acting, seorang pencerita juga bisa bertindak sebagai pengamat. Pencerita semacam ini biasanya disebut pencerita DIAAN. Pencerita diaan dalam bercerita biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. Adapun penunjuk kebahasaan yang digunakan biasanya: dia, ia, atau mereka.

7) Gaya Bahasa

Dalam istilah sastra, gaya mengandung pengertian cara seorang pengarang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca, Aminuddin ( 2009: 114).

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur pembentuk gaya. Menurut Aminuddin ( 2009: 114).) gaya dibentuk oleh unsur: kebahasaan yang berupa kata

(36)

dan kalimat. Alat gaya yaitu majas dan kiasan. Majas kalimat meliputi: asindenton, klimaks, antiklimaks, sedangkan yang termasuk majas kata adalah: litotes, hiperbola, eufimisme; majas pikiran misalnya: paradox, antitese, dan aksimoron; majas bunyi, misalnya: anaphora, efifora, dan pleonasme.

3. Karateristik Cerpen

Karateristik utama cerpen adalah pendek dan singkat. Di dalam cerita singkat itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya, bisa jadi hanya seorang, atau bisa juga sampai sekitar empat orang paling banyak. Itu pun tidak seluruh kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh itu diungkapkan di dalam cerita.

Fokus atau, pusat perhatian, di dalam cerita itupun hanya satu, dan ketika cerita itu dimulai, konflik itu sudah hadir di situ. Tinggal bagaimana menyelesaikan saja.

Karena pendeknya, kita biasanya tidaklah menemukan adanya perkembangan di dalam cerita. Tidak ada cabang-cabang cerita. Tidak ada kelebatan-kelebatan pemikiran tokoh-tokohnya yang melebar ke berbagai hal dan masalah. Peristiwanya singkat saja. Kepribadian tokoh, atau tokoh-tokoh, pun tidak berkembang, dan kita tidak menyaksikan adanya perubahan nasib tokoh, atau tokoh-tokoh ini ketika cerita berakhir. Dan ketika konflik yang satu itu terselesaikan, kita tidak pula tahu bagaimana kelanjutan kehidupan tokoh, atau tokoh-tokoh, cerita itu dan karena jumlah tokoh terbatas, peristiwanya singkat, waktu berlangsungnya tidak begitu lama, kata-kata yang di pakai harus hemat, tepat dan padat, maka di antara karateristik cerpen dan tempat kejadiannya pun juga terbatas, berkisar 1-3 tempat saja.

(37)

Perlu di tegaskan bahwa cerpen bukan penggalan sebuah novel. Bukan pula sebuah novel yang di persingkat. Cerpen itu adalah sebuah cerita rekaan yang lengkap. Namun demikian, sebuah cerpen meskipun singkat tetap harus mempunyai tikaian dramatik yaitu perbenturan kekuatan yang berlawanan. Baik benturan itu terlihat nyata ataupun tersamarkan. Sebab inilah suatu cerpen.

4. Pembelajaran Menulis Cerpen

Anderson (11994:95) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran adalah belum maksimalnya penggunaan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran erat kaitannya dengan tingkat kesiapan anak. Dalam hal ini, diperlukan suatu pertimbangan khusus tentang bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi perkembangan kognitif dan bahasa sekolah menengah pertama.

Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA YAPIP.

5. Gambaran umum Metode Clustering

a. Pengertian Clustering

Menurut Gabriele Rico (dalam De Porter & Hernacki, 2003:180) Clustering adalah suatu cara memilah gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya tanpa pertimbangan kebenaran atau nilainya. Pengelompokkan yang di lakukan dengan menuliskan kata-kata di atas kertas mengikuti proses berpikir yang terjadi di dalam otak.

(38)

Metode clustering sangat ampuh untuk merangsang menulis karena membuat penulis bekerja secara alamiah dan mengabaikan penyuntingan untuk sementara waktu. Dalam pengelompokkan, penulis menempakan setiap kata setingkat dengan gagasan yang lainnya. Ketika membuat pengelompokkan, penulis membiarkan otak bekerja untuk terus melahirkan gagasan. Namun, setelah selesai melakukan pengelompokkan, penulis tidak perlu mengambil semua gagasan yang di hasilkan.

Penulis dapat mengembangan gagasan sesuai yang yang diinginkan.

Melalui clustering, akan muncul sejumlah alternatif dari bagian pikiran kita yang dalam alternatif tersebut, pengalaman hidup melebur menjadi satu. Meteode ini merupakan alat tulis yang bisa menerima rasa penasaran, ketidaktahuan, serta sesuatu yang tampak kacau balau, yang secaraa bertahap memetakan pemandangan batin seiring dengan timbulnya gagasan.

Dalam depdikbud kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:568) pengelompokkan (clustering) bermakna proses atau cara pembuatan mengelompokkan. Kata pengelompokkan memiliki dasar “kelompok” yang memiliki enam arti. Pertama adalah kumpulan; kedua adalah golongan; ketiga adalah gagasan; keempat adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan system norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu; kelima adalah kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama atau hubungan dengan pihak yang sama; serta yang enam adalah kuantitas zat yang akan di masak atau diolah dalam satu waktu.

Clustering yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah kumpulan data yang mendukung tema tertentu yang dilandasi oleh prinsip fleksibilitas. Tema merupakan

(39)

bantuan yang berharga bagi kegiatan pembelajaran. Tema yang tepat untuk peserta yang tepat dan materi subjek yang tepat sangat membantu pembelajaran yang lebih baik lebih cepat. Pengelompokkan ini hanyalah titik awal yang mendasari dalam menulis. Gagasan-gagasan lain akan segera bermunculan dan segera di tuangkan dalam masing kelompok yang akan di rangkaikan di padukan sehingga berbentuk rantai kratifitas. kertas secepatnya tanpa pertimbangan kebenarannya. Ketepatan gagasan tersebut sesuai dengan tema yang di pilih.

b. Manfaat Clustering

Menurut De Porter & Hernacki (2003:182) Manfaat metode clustering (pengelompokkan) dalam merancang karangan memiliki kelebihan yakni:

a. Memudahkan membuat hubungan-hubungan antar gagasan.

b. Membantu menelusuri jalur yang di lalui otak untuk sampai pada suatu konsep tertentu.

c. Membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah ditemukan.

Adapun kelemahan dari teknik clustering (pengelompokan), yaitu:

a. Pengembangan ide perlu kesabaran dan ketelatenan tingkat tinggi karena jika macet, penulis harus berhenti.

b. Penggunaan teknik clustering, penulis harus kaya akan kosa kata.

c. Langkah-langkah Pembuatan Clustering

1) Tulisan topik utama (kata kunci) yang akan di tulis pada tengah-tengah sebuah kertas kemudian lingkari.

(40)

2) Penulis menuangkan semua asosiai-asosiasi yang berkaitan dengan topik utama.pada tahap ini penulis mengikuti alur pikiran yang yang terjadi pada otak (spontanitas).

3) Penulis melingkari dan menghubungkan gagasan-gagasan yang muncul.

4) Mengembangkan gagasan-gagasan yang telah ditemukan (Anderson Roland H) Contoh pengembangan metode clustering menjadi sebuah cerpen:

BERTAMASYA

Bertamasya adalah sebuah kata yang biasa membuat orang bahagia.

Bertamasya berarti pergi menikmati perjalanan yang menyenangkan atau bersenang- senang melihat keindahan alam. Bertamasya tidak dilakukan setiap hari tetapi ada waktu-waktu tertentu orang biasa pergi bertamasya, misalnya pada waktu liburan.

Dengan bertamasya kita mendapatkan kesenangan, apalagi kalau kita biasa bertamasya bersama keluarga atau teman, semuanya pasti terasa damai dan seringkali menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakan, bahkan pengalaman yang dialami biasa dijadikan cerita buat orang-orang yang ada disekitar kita.

Ketika berangkat bertamasya, hal yang pertama kali terjadi pada diri adalah kebahagiaan dan keceriaan. Mulai berangkat di rumah, di jalan bisa melihat pemandangan yang membuat hari itu menjadi hari yang istimewa. Kebanyakan orang memilih bertamasya ke pantai. Di pantai orang dapat berlari-lari atau tidur- tidur di atas pasir putih sambil melihat keindahan laut. Selain dapat melihat

(41)

keindahan laut, juga bisa melihat perahu atau kapal nelayan yang sedang mencari ikan ketika ombak besar.

Di pantai orang dapat bermain sepuasnya. Dapat membuat rumah-rumah dengan menggunakan pasir, kejar-kejaran bersama teman-teman, atau naik perahu sehingga dapat dengan jelas melihat aktivitas para nelayan yang sedang mencari ikan. Di pantai juga dapat digunakan sebagai tempat berenang di laut. Walaupun airnya asin, tetapi tidak menjadi penghambat yang penting dapat bermain dan menikmati hari itu dengan kebahagiaan.

Setelah merasa puas bermain, mereka akan kelelahan dan mencari makanan.

Ada yang membawa makanan langsung dari rumah atau membeli makanan di tempat itu. Makanan yang cocok di pantai adalah ketupat atau nasi dengan ikan bakar yang dapat menambah selera makan dan ingin segera menikmati makanan tersebut. Akan lebih sempurna lagi jika dilengkapi dengan udang. Tetapi, ada pula orang yang hanya duduk santai menikmati hamburger, dan kelihatan sangat menikmati makanan itu.

6. Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Metode Clustering

Pembelajaran menulis cerpen dengan penggunaan pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang akan mereka ikuti sehingga pemikiran siswa tidak mengembang dan berfokus pada pembelajaran menulis cerpen.

(42)

Kegiatan selanjutnya adalah guru menyajikan informasi pembelajaran kepada siswa. Kegiatan ini, guru menyampaikan materi pembelajaran dan tugas yang akan diselesaikan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran melalui teknik clustering, meliputi (1) siswa memerhatikan contoh gambaran penerapan teknik clustering, (2) siswa memerhatikan langkah-langkahnya, (3) siswamulai menuangkan ide atau gagasan- gagasan dalam kertas, (4) siswa menulis cerpen sesuai dengan atau gagasan yang telah mereka tulis.

B. Kerangka Pikir

KTSP memlilki peranan penting dalam proses pembelajaran. KTSP tidak terlepas dan saling berkaitan dengan mata pembelajaran, khususnya, bahasa Indonesia. Dalam KTSP terdapat empat keterampilan berbahasa Indonesia yang mencakup komponen berbahasa dan kemampuan berbahasa bersastra. Meliputi aspek-aspek berbicara, mendengarkan, membaca, menulis.

Salah satu kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa adalah menulis cerpen. Untuk mencapai hal tersebut, seorang guru harus menguasai dan menerapkan teknik dalam proses pembelajaran, khususnya Pembelajaran menulis cerpen.

Menulis cerpen merupakan salah satu jenis menulis yang harus di kuasai oleh siswa SMA. Dalam hal ini, pencapaian yang dimaksud adalah siswa diharapkan mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke bahasa dalam cerpen. Bahasa Indonesia ada dua kemampuan yang harus di kuasai yaitu untuk

(43)

melaksanakan pembelajaran menulis dibutuhkan teknik yang tepat sehingga pada pelaksanaanya dapat menghasilkan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis.

Salah satu teknik yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen adalah dengan menggunakan teknik clustering. Teknik pemetaan pikiran atau pengelompokan dapat membantu merangsang gagasan atau ide dalam suatu proyek penilaian yang sebenarnya. Teknik clustering sangat ampuh karena mampu membuat penulis menuangkan ide-ide dengan bekerja secara alamiah tanpa menyunting sama sekali.

Setelah penggunaan metode clustering maka akan diperoleh sebuah data untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, maka peneliti menggunakan teknik analisis data dengan dua pendekatan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif (observasi dan wawancara, dan dokumentasi) dan pendekatan kuantitatif (hasil evaluasi dalam bentuk tes tertulis).

Dari analisis data tersebut, peneliti dapat memperoleh data yang valid mengenai hasil belajar siswa kelas X2 SMA YAPIP Makassar Sungguminasah dengan penggunaan metode clustering

(44)

Bagan Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen

Lemahnya metode

pembelajaran yang diterapkan oleh guru

Tindakan Penerapan mtode clustering

Kondisi Akhir

Siklus I Siklus II

Hasil belajar mennulis cerpen

(45)

C. Hipotsis Tindakan

Berdasarkan kajian pustakan dan kerangka pikir, hipotesis tindakadan penelitian ini adalah jika metode clustering diterapkan dalam pembelajaran, maka kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman diri siswa kelas X2SMA YAPIP Makassar dapat meningkat.

(46)

35 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, yakni peningkatan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman sendiri dengan menggunakan metode clustering pada siswa kelas X2 SMA YAPIP Makassar Sungguminasah gowa, maka penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk menggambarkan dan mengamati proses belajar siswa kelas X2 SMA dengan menggunakan metode clustering. dengan empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar lebih bermanfaat. Guru dapat mengetahui secara jelas masalah- masalah yang ada di kelas dan bagaimana mengatasi masalah tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pemaparan data deskriptif kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, dan wawancara dalam setiap pelaksanaan tindakan (proses pembelajaran), dan data kuantitatif diperoleh dari tes akhir setiap siklus. Menurut Kasihani (1998: 62), dikatakan bahwa yang dimaksud penelitian tindakan kelas adalah tindakan penelitian yang tidak saja berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian penting dari upaya pengembangan

(47)

profesional guru untuk berpikir kritis dan sistematis, maupun membiasakan membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.

PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi.

B. Lokasi,Waktu, dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA YAPIP Makassar Sungguminasa gowa,tahun ajaran 2013/2014, yang dilakukan selama 2 (bulan). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2yang berjumlah 30 orang, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

C. Fokius Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penerapan metode clustering siswa kelas X2SMA YAPIP Makassar sungguminasah gowa.

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanaan dalam dua siklus. Siklus I berlangsung dalam 3 (tiga) kali pertemuan dan siklus II berlangsung dalam 3 (tiga) kali pertemuan. Siklus I dan siklus II meliputi; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan evaluasi, serta refleksi. Bagan Rangkaian Kegiatan

(48)

Bagan Rangkaian Kegiatan

Siklus I

Siklus II

(Suhardjono,2009:74)

1. Gambaran Umum Siklus I

Pelaksanaan untuk siklus I berlangsung 3 (tiga) kali pertemuan, 2 (dua) kali untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus.

Permasalahan Perencanaan

tindakan I

Pelaksanaan tindakan I

Tes akhir/evaluasi I Refleksi I

Permasalahan baru hasil

refleksi

Perencanaan tindakan II

Pelaksanaan tindakan II

Tes akhir/evaluasi II Refleksi II

Apabila Permasalahan belum terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus selanjutnnya

(49)

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu merencanakan apa-apa saja yang harus dilakukan ketika berada dalam kelas atau pada saat hendak melaksanakan kegiatan belajar mengajar, seperti:

1. Menelaah kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X2.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Membuat pedoman observasi untuk proses pembelajaran di kelas.

4. Menyampaikan kepada siswa mengenai pembelajaran menulis cerpen.

b. Tahap Tindakan

Pelaksanaan tindakan adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat dengan metode clustering.

Pada tahap ini, guru dan peneliti melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru melaksanakan metode clustering dalam mengajarkan siswa menulis cerpen, sedangkan peneliti sebagai partisipan yang harus aktif mencermati dan mengamati atau berlaku sebagai pengamat terlibat.

2. Peneliti bertindak sebagai model kedua yang menerapkan metode clustering dalam mengajar siswa menulis cerpen, sementara itu guru bertindak sebagai pengamat terlibat.

3. Peneliti melaksanakan pemantauan terhadap proses kegiatan penerapan metode clustering dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen oleh guru sebagai

(50)

model pertama untuk memperoleh data-data empiris tentang penerapan metode clustering dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa di kelas.

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilakukan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

1) selama proses pembelajaran akan diadakan pengamatan tentang:

a. sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, b. keaktifan siswa,

c. motivasi, d. kreativitas, e. tanggung jawab, f. kerajinan, g. kerjasama,

h. kemampuan siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

2) Hasil dari pelaksanaan tindakan akan dievaluasi dengan memberikan tugas di akhir siklus.

d. Tahap Refleksi

Adapun hasil menulis cerpen dianalisis dengan kuantitatif jenis presentase pada kegiatan observasi dikumpulkan serta dianalisis dengan kualitaf dari hasil yang diperoleh, peneliti dapat merefleksi tindakan yang dilakukan telah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan metode clustering.

(51)

Hasil analisis yang di peroleh dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

2. Gambaran Umum Siklus II

Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan atau penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Siklus II merupakan kelanjutan siklus I apabila siklus I tidak mencapai target yang ingin dicapai.

Gambaran kegiatan pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah melaksanakan indak lanjut dari siklus I. hal-hal yang dilakukan adalah:

1) Mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada saat menulis karangan cerpen.

2) Dari hasil identifikasi tersebut, peneliti merancang tindakan untuk mengatasi masalah yang dialami siswa.

b. Tahap Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan pengalaman berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Adapun perbaikan atau penambahan yang

(52)

dilakukan pada siklus II untuk mengatasi masalah yang timbul dalam menulis karangan cerpen berdasarkan hasil identifikasi masalah.

c. Tahap Observasi

Selama siswa menulis karangan cerpen, peneliti bertindak sebagai observator terhadap siswa yang ada bersama guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal yang menjadi pusat perhatian pada siklus II ini adalah bagaimana hasil menulis karangan cerpen siswa setelah memperoleh bimbingan dari temannya yang aktif atau pintar dalam kelasnya.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir setiap siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Demikian pula hasil evaluasinya. Dari hasil yang didapatkan, penulis dapat membuat kesimpulan mengenai pembelajaran metode clustering.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(53)

1. Teknik Pemberian Tugas

Teknik pemberian tugas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemberian tugas menulis karangan cerpen. Tugas menulis karangan cerpen adalah tugas yang menuntut siswa untuk menulis karangan cerpen yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan cerpen melalui metode clustering. Selanjutnya hasil tulisan siswa dikumpul dan diperiksa oleh tiga orang.

Dari hasil pemeriksaan oleh tiga orang tersebut maka akan dirata-ratakan sebagai nilai kemampuan menulis cerpen. Waktu yang digunakan dalam menulis karangan cerpen adalah 60 menit. Kriteria penilaian yang digunakan meliputi: kesesuaian tema dan isi, amanat, latar dan setting, alur, perwatakan, gaya bahasa, sudut pandang.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajara.

Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas siswa dan aktivitas peneliti sebagai pengajar selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh mahasiswa sebagai teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti menyiapkan lembar pengamatan. Lembar pengamatan yang digunakan ada dua yaitu gambar pengamatan terhadap guru dengan cara menggunakan metode clustering dan lembar kegiatan siswa

F . Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul berupa data hasil observasi, wawancara, jurnal dan dokumentasi foto tentang proses pembelajaran menulis karangan cerpen melalui

(54)

metode clustering, serta hasil tulisan siswa. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data, dan terakhir penyimpulan atau verifikasi. Langkah analisis ini dilakukan berulang-ulang. Tahap analisis itu diuraikan sebagai berikut:

1. Menelaah data

Data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi foto dengan melakukan proses transkrip hasil observasi, penyeleksian, dan pemilihan data. Data dikelompokkan berdasarkan data pada tiap siklus.

2. Reduksi data

Data keseluruhan yang telah terkumpul diseleksi dan diidentifikasi berdasarkan kelompoknya dan mengklasifikasikan data sesuai kebutuhan.

3. Menyajikan data

Penyajian data dengan cara mengorganisasikan informasi yang telah direduksi. Keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu sesuai siklus yang direncanakan sehingga berfokus pada pembelajaran.

4. Menyimpulkan hasil penelitian

Akhir temuan penelitian disimpulkan dan dilakukan kegiatan triangulasi atau pengujian temuan penelitian. Keabsahan data diuji dengan memikirkan kembali hal- hal yang telah dilakukan dan dikemukakan melalui tukar pendapat dengan ahli atau pembimbing, teman sejawat, peninjauan kembali catatan lapangan, hasil observasi, serta triangulasi dengan teman sejawat atau guru setelah selesai pembelajaran.

Penerapan metode clustering dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman sendiri pada siswa kelas X1SMA YAPIP

(55)

Makassar Sungguminasah Gowa dikaitkan dengan ketuntasan belajar. Jika 70%

siswa yang mendapatkan nilai 76 ke atas, maka pembelajaran menulis karangan cerpen melalui metode clustering dikatakan berhasil efektif atau meningkat.

G. Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian kemampuan siswa menulis cerpen didasarkan pada tujuh hal pokok yaitu: kesesuaian tema dan isi, amanat, latar atau setting, alur, perwatakan, gaya bahasa, sudut pandang. Adapun skor dan bobot setiap disajikan pada table sebagai berikut.

Tabel 1. Kriteria penilaian cerpen

No Aspek Skor Kriteria Kategori

1. Kesesuaian Tema dan Isi

(16-20)

20

19

18

Tema dikembangkan secara optimal, tidak ada kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, antara kalimat dan paragraf memiliki hubungan sebab akibat yang dirangkai dengan baik.

Tema dikembangkan secara optimal, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, ada sedikit kalimat dan paragraf yang tidak memiliki hubungan sebab akibat.

Tema dikembangkan secara terbatas, ada sedikit kalimat yang tidak sesuat dan paragraf banyak yang tidak memiliki

Sangat Baik

Baik

Cukup

(56)

14

10

hubungan sebab akibat.

Tema dikembangkan secara terbatas, ada banyak kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan tema, kalimat dan paragraf banyak yang tidak memiliki hubungan sebab akibat.

Cerita tidak selesai, ujung cerita terkatung-katung.

Kurang

Sangat Kurang

2. Amanat (11-15) 15

14 13 12 11

Amanat diungkapkan dengan jelas.

Amanat baik, tetapi sulit dipahami.

Pengungkapan amanatnya kurang jelas.

Amanat tidak jelas dan penyampaian kacau.

Amanat benar-benar tidak jelas sehingga tidak dapat dipahami.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang 3. Latar atau setting

(11-15)

15

14

13

12

11

Pengembangan latar disajikan dengan jelas.

Pengembangan latar disajikan dengan jelas, tetapi kurang lengkap.

Unsur yang disajikan dengan jelas, tetapi kurang lengkap dan kurang menarik.

Unsur yang disajikan kurang jelas dan kurang lengkap.

Tidak ada pengembangan latar yang disajikan.

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang 4. Alur

(11-15)

15

14

13

12

Pemakaian alur jelas dan baik, struktrur cerita meyakinkan, alur mudah diikuti.

Alur tercermin dalam paragraf dengan baik, tetapi agak sulit dipahami.

Ada usaha pengembangan alur dengan baik tetapi batas ide tidak jelas.

Urutan dan keruntutan sulit diikuti, sulit dipahami.

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini sama dengan Sunarsih dan Mendra (2009) yang berbeda adalah kinerja keuangan memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai

Cerita rakyat di Kenegerian Kari Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau yang memiliki fungsi sosial mengembangkan integritas masyarakat

Another cause is at service firms don’t have the same structure of fixed assets with the companies in the manufacturing industry (Hartono, 2010). Testing shift accrual

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka secara operasional yang dimaksudkan dalam judul tersebut adalah suatu penelitian dalam rangka pengkajian secara

Pengaruh Aktivitas Rekreasi Di Situ Buled Terhadap Motivasi Gerak Dasar Siswa Kelas V SDN 19 Nagri Kaler Kabupaten Purwakarta.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besamya Ganti Kerugian dan tidak m en gajukan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (3) huruf a,

Menurut pemeriksa, perusahaan perkebunan sawit merupakan PKP yang menghasilkan TBS, dimana TBS termasuk ke dalam Barang Strategis (bukan BKP) seperti yang diatur

dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulumemperoleh izin usaha sebagai Bank Umu atau BPR dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari